• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN AIRBRUSH UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK TK KELOMPOK B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN AIRBRUSH UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK TK KELOMPOK B"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN AIRBRUSH UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN

MOTORIK HALUS ANAK TK KELOMPOK B

Ni Putu Eka Yunita Mariyanti1, I Made Suara2, I Wayan Sujana3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: ekayunita993@gmail.com1, wayan_sujana59@yahoo.com 2, imadesuara@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegitan airbrush berbantuan media sederhana pada anak kelompok B semester II TK Negeri Pembina Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B 1 TK Negeri Pembina Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Data perkembangan motorik halus anak dikumpulkan dengan menggunakan metode non tes (wawancara/percakapan) dengan instrumen lembar wawancara dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I diketahui pencapaian perkembangan motorik halus sebesar 46,36% dengan kategori sangat rendah. Sedangkan pada siklus II pencapaian perkembangan motorik halus sebesar 83,86% dengan kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan airbrush berbantuan media sederhana dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester II TK Negeri Pembina Denpasar.

Kata kunci: metode pemberian tugas melalui kegiatan airbrush, media sederhana, perkembangan motorik halus

Abstract

This study aims to determine the improvement of fine motor development through the application of the tasks administration method through airbrush activity simple media-assisted of group B in second semester at TK Negeri Pembina Denpasar school year 2013/2014. This study is a Classroom Action Research. The subjects in this study were children of group B in second semester at TK Negeri Pembina Denpasar school year 2013/2014. Fine motor development data collected using non-test methods (interviews/ conversations) with questionnaires and observation instruments. Data were analyzed using quantitative descriptive analysis techniques. Data analysis is done by comparing the results of the first cycle and second cycle. In the first cycle is known that the fine motor development achievemen was 46.36% in very low category. While in the second cycle the fine motor development achievement is 83.86% in the high category. We can conclude that by applying the tasks administration method through airbrush activity simple media-assisted can improve fine motor development of group B in second semester at TK Negeri Pembina Denpasar school year 2013/2014.

Keywords: tasks administration method through airbrush activity, simple media-assisted and fine motor development

(2)

PENDAHULUAN

Anak merupakan individu yang unik, dan memiliki ciri khas tersendiri. Kajian tentang anak selalu menarik sehingga memunculkan berbagai pandangan tentang arti sebenarnya hakikat seorang anak. Guru Taman Kanak-kanak sebagai pelaku pendidikan yang secara langsung berhadapan dengan anak sangat penting memahaminya sesuai dengan tugas perkembangan anak pada setiap tingkat anak usia tertentu.

Ketidak pahaman mengenai hal tersebut akan membuat guru terjebak dalam kegiatan rutin yang tidak mengacu kepada kebutuhan anak secara individual maupun kelompok, bahkan akan menciptakan pembelajaran yang membosankan bagi anak. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan hari ke hari tetap sama tanpa kegiatan yang menantang atau menarik.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Aspek-aspek perkembangan (dalam http//diy4h.wordpress.com/psikologi-

perkembangan/) antara lain. 1) Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot halus (fine muscle), yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus, 2) Kecerdasan (daya pikir,

daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), Para pakar telah menyakini bahwa IQ (kecerdasan otak) ternyata hanya memberi kontribusi 20%, sedangkan yang lainnya adalah kecerdasan emosional (EQ), menurut Goleman (2003) kecerdasan intelektual tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. Orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan memiliki kemampuan sosial secara mantap, mudah bergaul, ramah, tidak mudah takut atau gelisah dan bersikap tegas dalam mengungkapkan perasaan mereka, 3) Perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual, ke arah interaktif komunal. Emosi merupakan perasaan atau efeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan perilaku yang terlihat. Beberapa aspek perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini, yaitu belajar bersosialisasi diri, belajar berekspresi diri, belajar mengekspresikan bakat, pikiran dan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh keberadaan orang dewasa, belajar mandiri dan berdiri sendiri lepas dari pengawasaan orang tua atau pengasuh, belajar bermasyarakat, belajar bagaimana berpartisipasi dalam kelompok, 4) Perkembangan bahasa dan komunikasi merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan dan pertumbuhan bahasa. Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.

Peran sumber belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.

Usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia pada masa ini ditandai oleh berbagai periode

(3)

paling penting yang fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah The Golden Ages atau periode keemasan. Masa ini merupakan masa yang paling sensitif di dalam diri anak, mereka dapat dengan cepat menyerap informasi yang di dengarnya dan masa yang paling penting untuk mengembangkan nilai-nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa dan social emosional anak, serta konsep diri dan seni. Sehingga seluruh potensi anak tumbuh dan berkembang secara optimal dan semua potensi anak berkembang paling cepat.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 bahwa “tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa serta sosial emosional kemandirian”.

Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian, perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Anak memerlukan kegiatan yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Bagi anak, bermain merupakan sarana belajar bagi mereka.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra- sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-

Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 bahwa: Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukkan kepada ank sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik formal maupun non formal. Pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK) dan pendidikan non formal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan Kelompok Bermain (KB).

Dalam mengembangkan potensi anak didik di TK guru sangat berperan penting memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya. Guru memfasilitasi dengan memberikan berbagai kegiatan dan lingkungan belajar yang fleksibel serta berbagai sumber. Selain itu di TK diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar anak seperti media/alat peraga, setting kelas yang nyaman/ruang kelas, ruang multimedia, tempat bermain, serta program-program yang memadai dan suasana lingkungan yang nyaman, aman, menyenangkan agar pelayanan pendidikan bagi peserta didik di TK yang bersangkutan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan berjalan dengan sebaik-baiknya.

Setiap anak mempunyai karateristik yang berbeda ini dikarenakan oleh faktor internal dan eksternal namun perkembangan anak akan tetap berjalan mengikuti pola umum perkembangan.

Menurut Mutiah (2010:91) Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi

(4)

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Selain itu, bermain juga merupakan dunia bagi anak yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan serta dapat mengembangkan sebagaian besarpotensi dalam dirinya. Menurut Plato, dkk (dalam Mutiah 2010:93) menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan perkembangan tertentu pada anak.

Pertumbuhan dan perkembangan sel syaraf pada anak akan mempengaruhi kinerja otaknya yang akan berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan anak, misalnya pertumbuhan dan perkembangan motorik halus anak.

Perkembangan motorik halus pada anak usia dini akan berkembang secara optimal jika mendapatkan stimulasi yang tepat. Perkembangan motorik halus anak merupakan sesuatu yang sangat penting guna mempersiapkan dirinya untuk jenjang selanjutnya. perkembangan motorik halus ini dapat dirangsang dengan memberikan stimulus-stimulus dalam bentuk kegiatan bermain, seperti melipat kertas, meniru garis lurus, melukis airbrush, membuat bentuk dari platisin dan sebagainya. Dalam perkembangan anak, biasanya kemampuan motorik kasar lebih dahulu berkembang daripada kemampuan motorik halus. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel. Beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang.

Perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-Kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus. Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting, motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak.

Setelah mengetahui permasalahan secara umum di atas, jika melihat pada

kenyataan di lapangan, sebagian Taman Kanak-Kanak menerapkan pembelajaran yang dijadikan dasar peningkatan motorik halus terkadang kurang terencana dan terprogram. Guru masih menerapkan pembelajaran yang kurang memunculkan minat anak dan masih kurangnya sarana prasarana pembelajaran dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak.

Kenyataannya yang terjadi di lapangan khususnya di TK Negeri Pembina Denpasar berdasarkan pengamatan awal (observasi) dengan guru kelas, ditemui sebagaian anak yang kurang mampu atau kurang terampil dalam kegiatan yang menggunakan motorik halus. Tidak semua anak mampu menguasai motorik halus dengan baik. Ketidak mampuan dalam hal ini dikarenakan beberapa alasan, salah satu alasan tersebut, yaitu kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak dan metode pembelajaran yang kurang mendukung.

Metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak, biasanya menggunakan cara yang menyenangkan bagi anak. Menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi anak dipengaruhi oleh berbagai unsur, antara lain guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat dan karakteristik anak, metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan anak, sarana belajar anak yang memadai, tersedianya berbagai sumber belajar yang menarik dan mendorong anak untuk belajar, dan lain-lain. Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan mendukung kondisi belajar anak yang menarik dan menyenangkan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak yaitu metode pemberian tugas.

Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Pemberian tugas di Taman Kanak- Kanak merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas. Di Taman Kanak-Kanak tugas diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan

(5)

kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung guru. Dengan pemberian tugas, anak dapat melaksanakan kegiatan secara nyata dan menyelesaikannya sampai tuntas. Tugas dapat diberikan secara kelompok atau perorangan (Kurikulum Taman Kanak-Kanak, 1986: 10).

Pemberian tugas yang diberikan kepada anak usia dini sesuai dengan karakteristik anak. Karakteristik anak usia dini (dalam http://mumhh.blogspot.

com/karakteristik-umum-anak-usia-

dini.html) yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang dasar konsentrasi yang pendek, sebagai bagian dari makhluk sosial.

Menurut Moeslichatoen (2004:28) pemberian tugas mempunyai makna penting bagi anak TK antara lain karena.Pemberian tugas secara lisan akan memberi kesempatan pada anak untuk melatih persepsi pendengaran mereka jadi meningkatkan kemampuan bahasa resetif, (2) pemberian tugas melatih anak untuk memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu, (3) pemberian tugas dapat menbangun motivasi anak.

Pemberian tugas adalah metode yang diberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata, tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan.

Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang anak agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga; (1) Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri; (2) Dapat membina kebiasaan anak untuk mencari, mengolah

menginformasikan dan

mengkomunikasikan sendiri; (3) Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan; (4) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin anak; (5) Dapat mengembangkan kreativitas anak; (6)

Dapat mengembangkan pola berfikir dan keterampilan anak.

Sebagai petunjuk dalam penerapan metode pemberian tugas (Roestiyah 1989) (dalam Seminar, 2012:15) mengemukakan perlunya memperhatikan langkah-langkah berikut, “1) merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan, 2) pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik pemberian tugas itu telah tepat untuk mencapai tujuan yang anda rumuskan, 3) perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti”.

Media pembelajaran berfungsi sebagai alat yang menarik perhatian dan untuk menumbuhkan minat anak berperan serta dalam proses pembelajaran dan media pembelajaran juga berfungsi sebagai alat untuk menghindari verbalisme. Menurut Degeng (dalam Budiratningsih, 2012:26) secara garis besar, fungsi media adalah sebagai berikut: 1) Menghindari terjadinya verbalitas, 2) membangkitkan minat atau motivasi, 3) menarik perhatian siswa, 4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran, 5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar, 6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Maka dari itu peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menggunakan film, televisi, atau gambar untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada siswa. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret.

Media yang digunakan dalam kegiatan airbrush yaitu media sederhana.

Media sederhana adalah sarana dan alat komunikasi mudah untuk diperoleh dan penggunaanya tidak menggunakan keahlian khusus. Salah satu media sederhana yang digunakan dalam kegiatan airbrush yaitu sikat, sisir, spayer dan penyaringan teh. Pembelajaran ini merupakan salah satu pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang memiliki aspek bermain sambil belajar. Airbrush sama dengan teknik mencetak bayangan.

Mencetak bayangan merupakan kegiatan berkarya seni rupa menghasilkan gambar bayangan (Pamadhi,dkk, 2009:4.35). Alat atau media yang digunakan pada

(6)

mencetak bayangan adalah kertas putih, daun atau guntingan kertas, cat air, sepuhan, pewarna kue, sikat gigi dan sisir.

Media yang digunakan pada mencetak bayangan dengan teknik airbrush hampir sama, yang membedakan adalah airbrush juga menggunakan sprayer dalam melukis.

Teknik tersebut dilakukan dengan memadukan kerja dari tiga peralatan utama pompa, tangki udara dan pen.

Pompa menghasilkan udara yang ditampung dalam tangki udara. Udara yang terkumpul dalam tangki semakin lama semakin tinggi tekanannya kemudian dikeluarkan melalui pen dalam bentuk dorongan angin. Dengan bantuan angin dari tangki udara, cat dapat keluar dalam butiran-butiran yang sangat halus.

Airbrush adalah teknik yang mudah diterapkan dalam pembuatan karya lukis khususnya, karena sudah menggunakan tenaga mesin yang akan memudahkan dalam pengerjaannya baik dari pembuatan desain misalnya dengan menggunakan teknik cetakan dengan cara membuat desain lalu dipotong bersesuaian bentuk desainnya. Pemakaian jenis warna bergantung kepada media yang akan di airbrush. Untuk dapat melukis airbrush dengan baik yang perlu di ketahui adalah mengenal karakteristik hasil semburan airbrush, dalam melakukan penyemburan perlu mengetahui semburan air brush, karakteristik semburan airbrush akan berbeda pada jarak tertentu hasilnya pun akan berbeda. Untuk mengatur pengeluaran cat dari pen kita dapat memposisikan jarum pada posisi pengeluaran sedikit, sedang, dan banyak.

Disini kita harus teliti untuk mendapatkan semburan yang diinginkan dengan mengatur keluarnya warna. Dengan teknik airbrush ini hasil karya yang kita dapat berbeda dengan melukis konvensional, hasilnya lebih rapi dan permukaannya lebih halus. Cara kerja kegiatan airbrush yaitu daun atau potongan kertas diletakkan diatas kertas putih, semprotkan pewarna dengan cara sikat gigi dibahasi pewarna lalu disikatkan dengan sisir di atas kertas yang di atasnya telah diberi daun atau potongan kertas, tunggu cat tersebut sampai kering apabila sudah kering daun atau potongan kertas dapat diangkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diadakan suatu penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Airbrush Berbantuan Media Sederhana Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B Semester II TK Negeri Pembina DenpasarTahun Ajaran 2013/2014”

METODE

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B di TK Negeri Pembina Denpasar dalam kegiatan pembelajaran.

Subjek penelitian ini adalah anak TK sebanyak 22 orang kelompok B semester II di TK Negeri Pembina Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus anak TK Negeri Pembina Denpasar pada semester II dalam kegiatan airbrush.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) Menurut Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Kunandar (2011:45) mengemukakan bahwa: Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Selanjutnya masih terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas menurut Wendra, (2007:45) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan pada prinsipnya dimaksudkan untuk melakukan upaya perbaikan terhadap praktik pendidikan yang dilakukan praktisi pada bidang

(7)

pendidikan, sambil melakukan tugasnya dengan jalan merenung kembali apa yang telah dilakukan yang terarah kepada perbaikan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan untuk memperbaiki kinerja diri sendiri melalui pemahaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara terencana, sistematik dan mawas diri.

Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan PTK merupakan Penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan- tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan air brush berbantuan media sederhana begitupun siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi hasil yang diingikan dan belum memenuhi target penelitian.

Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini terdiri atas: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan/Observasi, 4) Refleksi.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan metode observasi.

Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan pedoman wawancara.

Setelah data yang diperlukan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan metode observasi.

Metode wawancara yaitu salah satu teknik untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan anak-anak, dalam upaya melakukan identifikasi.Apabila data atau informasi diperoleh melalui observasi

kurang memadai, maka peneliti dapat melakukan wawancara terhadap siswa, guru maupun pihak-pihak lain yang memungkinkan untuk dapat memberikan informasi tambahan mengenai kemampuan anak. Sedangkan metode observasi yaitu suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung 2012: 61).

Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan pedoman wawancara. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan airbrush yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP sekala lima. Nilai yang didapat pada siklus I sebesar 46,36. Untuk menentukan perkembangan motorik halus anak dapat membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 46,36 berada pada kriteria sangat rendah.

Gambar 1. grafik tentang perkembangan motorik halus pada siklus I

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: a) Anak masih terlihat bingung dengan kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti, anak belum mampu bekerja secara pribadi maupun Perencanaan

SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi

?

M = 46,36

Md = 52,2

Mo = 52,50

(8)

kelompok. B) Banyak anak yang kurang fokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh. c) Beberapa siswa kurang aktif dan kurang berani dalam mengemukakan pendapat.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas sebagai berikut. a) Menjelaskan kembali kegitan pembelajaran dan media yang digunakan dalam kegiatan dengan menyampaikan cara kerja dari kegiatan pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bertujuan agar anak mampu bekerja secara individu sehingga dalam pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. b) Membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untuk memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai.

Nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap anak. c) Menciptakan suasana yang lebih aktif dan melibatkan anak secara menyeluruh dan memberikan motivasi kepada anak agar anak berani untuk berbicara dan mengemukakan pendapat.

Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat pada siklus II sebesar 83,86. Untuk menentukan perkembangan motorik halus anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 83,86% yang berada pada kriteria tinggi.

Gambar 2. grafik tentang perkembangan motorik halus pada siklus II

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan

siklus II adalah sebagai berikut. a) Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga perkembangan anak meningkat sesuai dengan harapan. b) Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran perkembangan motorik halus anak sudah meningkat yang awalnya sangat rendah menjadi sangat mampu. c) Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan airbrush berbantuan media sederhana sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) kemampuan motorik halus dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan airbrush berbantuan media sederhana ternyata dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan motorik halus anak dapat diuraikan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan motorik halus anak kelompok B semester II di TK Negeri Pembina Denpasar pada siklus I sebesar 46,36% dan rata-rata persentase perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester II di TK Negeri Pembina Denpasar pada siklus II sebesar 83,86%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase sebesar 37,5% dengan kategori tinggi. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan airbrush berbantuan media sederhana dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya.

M= 83,86 Md= 86,9

Mo= 88,50

(9)

Peningkatan ini terjadi karena diterapkannya metode pemberian tugas sehingga terjadi peningkatan motorik halus secara efektif. Hal ini didukung oleh pendapat Moeslichatoen (2004:28) pemberian tugas mempunyai makna penting bagi anak TK. antara lain karena pemberian tugas secara lisan akan memberi kesempatan pada anak untuk melatih persepsi pendengaran mereka jadi meningkatkan kemampuan bahasa resetif, pemberian tugas melatih anak untuk memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu, pemberian tugas dapat membangun motivasi anak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Seminar (2012) yang berjudul penerapan metode pemberian tugas berbantuan media sederhana untuk meningkatkan kreatifitas menganyam dan perkembangan kognitif anak TK Widya Sesana Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kreatifitas menganyam dengan penerapan metode pemberian tugas dan media sederhana pada siklus I sebesar 43,25% yang berada pada katagori sangat rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 92,70% tergolong pada kategori sangat aktif. Jadi, terjadi peningkatan kreativitas menganyam pada anak sebesar 49,45%. Selain hal tersebut di atas, terjadi peningkatan perkembangan kognitif anak pada siklus I sebesar 53,00% yang berada pada kategori sangat rendah dan pada siklus II menjadi 93,00% yang berada pada kategori sangat tinggi. Jadi, terjadi peningkatan perkembangan kognitif anak sebesar 40,00%.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan airbrush berbantuan media sederhana dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada kelompok B semester II TK Negeri Pembina Denpasar, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan sebesar 46,36% menjadi sebesar 83,86% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk lebih aktif dan kreatif serta lebih fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak.

Guru supaya lebih kreatif, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam memilih model atau pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan.

Kepala Sekolah agar mampu memberikan informasi tentang metode ataupun pendekatan pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas anak dan perkembangan anak.

Peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai model dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan dalam Wokshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha.Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 27 September 2010.

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

(10)

Arikunto, suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Budiratningsih, AyuEka. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran KooperatifTipe Teams Games Tounament (TGT) dan Media Berwawasan Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 di SD Negeri 1 Pacung Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Skripsi (tidakditerbitkan).Singaraja:Universita s Pendidikan Ganesha.

Dedi, 2010. Pengaruh Status Gizi terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak.

Tersedia pada

https://www.google.co.id/#q=pengaru h-status-gizi-terhadap-

perkembangan-motorik-halus-

anak/pdf. (diakses pada tanggal 24 Januari 2014)

Departemen Pendidikan Nasional.2009.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI.

Diy4h. 2011. Psikologi-Perkembangan.

Tersedia pada

http//diy4h.wordpress.com /psikologi- perkembangan/. (diakses tanggal 2 desember 2013)

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta:Kencana.

Mumhh. 2013. karakteristik umum anak usia dini. Tersedia pada http://mumhh.blogspot.com/2013/kar akteristik-anak-usia-dini.html.

(diakses tanggal 4 juni2014)

Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak.Jakarta: PT Renika.

Seminar, Tuti. 2012. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Sederhana Untuk Meningkatkan Kreativitas Menganyam Dan Perkembangan KognitifAnak TK Widya Sesana Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan).Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Pamadhi, Hajar, dkk. 2010. Seni Keterampilan Anak. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Wendra. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung:Bumi Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Konstruksi mekanik pada metode Quincke (Gambar 2.4) diatas merupakan gambaran dari suatu eksperimen quincke yang menjelaskan bahwa input percobaan ini berupa sumber bunyi,

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan

Kajian i ni dilakukan secara sosiologikal. Ini dilakul: an bagi memudahl:. unt;uk monjimatk an ma sa dan perbe l anjaan.. menjadi responden pengk aji.. selalunya dihadapi

Novel Luka Perempuan Asap menunjukan bahwa alih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit di daerah transmigrasi Provinsi Riau menimbulkan kerusakan lingkungan,

Berdasarkan dari data di atas maka diketahui bahwa perusahaan pada tahun 2013-2016 perusahaan bisa dikategorikan ke dalam perusahaan yang sedang tidak baik karena

Hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Damayanti dan Tridahus (2015) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari

Metode Pemberian Tugas adalah pemberian proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan oleh guru, baik

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas mengenai penerapan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak