• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN PENOLAKAN DAN GUGURNYA KLAIM ASURANSI WAJIB DALAM HAL KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN OLEH ANAK AGUNG KETUT SUKRANATHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN PENOLAKAN DAN GUGURNYA KLAIM ASURANSI WAJIB DALAM HAL KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN OLEH ANAK AGUNG KETUT SUKRANATHA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENOLAKAN DAN GUGURNYA KLAIM ASURANSI WAJIB DALAM HAL KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN

OLEH

ANAK AGUNG KETUT SUKRANATHA

PENELITIAN INI MERUPAKAN PENELITIAN MANDIRI DENGAN PEMBIAYAAN MANDIRI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016-2017

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS HUKUM

KampusBukit : Kampus Denpasar:

Bukit Jimbaran 80361 Bali - Indonesia Jln. Bali 1 Denpasar 80114 Bali - Indonesia T1p.(0361) 701807, laman www.fh.unud.ac.id TIp. (0361) 222666 Fax.(0361) 234888

SURAT TUGAS

Nomor 2175 AlUN14.1.11.II/TU.00.00/2016 Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana memberikan tugas kepada,

Nama : A.A. Ketut Sukranatha, SH.,MH

NIP : 19570605 198601 1 002

Pangkat dan Golongan : Pembina / IV a

Jabatan : Lektor Kepala

Untuk melakukan penelitian dengan judul " Penolakan dan Gugurnya Klaim Asuransi Wajib Dalam Hal Kecelakaan Lalu Lintas Jalan".

Surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

etut Sri Utari

NIP 19560902 198503 2 001

Tembusan:

1. Dekan (Sebagai Laporan);

2. Yang bersangkutan (Untuk dilaksanakan);

3. Arsip.

(3)

Mengetahi

Ketua Bagian Hukum I:erdata

D npasar, )0 Agnstus 2016.

Kep la roy k Penelitian

R. I Wayan Wiryawan,SH.MH.

Nip.l 9550306 198403 )003

ADak Agung Ketut Sukranatha,SH.,MH.

Nip. 1957060519860 I 1002.

l.Judul Peoelitian

"PE OLAKAN DAN GUG A AIM PERTANGGUNGA WAJIB DALAM HAL KECELAKAAN LAL LINTAS JALAN".

a.Bidang limu Hukum. Bagian Hukum Perdata b.Katagori penelitian Penelitian Mandiri

2.Ketua PeneTi1i

Nama Anak Agung Ketut Sukranatha,SH.,MH.

Jenis kelamin Lakl-Iaki

Pangkat Gol)Nip. Penata (lVla). 195706051986011002

Jabatan Lektor Kepala

Fakultas Hukum UNUD

3.AJamat Ketua Peoeliti 1In. utomo No.85/c,0361 423294

Kantor Fakultas Hukum Unud.

Alamat Kantor/Telp. alan P.Balil0361 222666 4.Jomlah Dggota Peoeliti

5.Lokasi Pen titian Denpasar 6.Kerjasama

7.Jangka Waktu 3 (tiga) bulan

8.Diaya mandiri)

u

(4)

Seiring dengan kemajuan tehnologi dibidang trasfortasi makat erjadinya resiko kecelakaan di jalan umum sebagai akibat dari pengoperasian kendaraan bermotor sebagai sarana trasfortasi sulit untuk dapat dihindari. Terkait dengan adanya kecelakaan akibat dari kemajuan dibidang trasfortasi ini maka pemerintah membentuk suatu lembaga asuransi yang bertujuan memberikan perlidungan kepada para korban. Lembaga asuransi atau pertanggungan yang terlibat dalam resiko yang demikian adalah pertanggungan wajib sosial. Pertanggungan ini diatur melalui Undang Undang No.34 Tahun 1964 dan sebagai peraturan pelaksanaanya melalui Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965.

Penanganan asuransi ini oleh sebuah badan yaitu PT.Jasa Raharja (Persero)

sebagai lembaga penjamin asuransi. Sebagai pertanggungan sosial, ternyata santunan dari pertanggungan sosial ini tidak mutlak diterima oleh setiap korban sebagai akibat pengoperasian kendaraan bermotar di jalan umum. Hal yang demikian ini masih menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat pada umumnya oleh para korban pada khususnya yang mengalami kecelakaan di jalan sebagai akibat penggunaan sarana angkutan, karena permohonan santunanya ditolak atau digugurkan oleh pengelola asuransi tersebut.

Keresahan muncul dikalangan korban dikarenakan rumusan Pasal 4 Undang Undang No.34 Tahun 1964 Dengan rumusan :

“Setiap orang yang menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan oleh alat angkutan lau lintas jalan tersebut dalam Pasal 1, Dana akan member kerugian kepadanya atau kepada ahli warisnya sebesar jumlah yang ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah”.( garis bawah dari peneliti).

iii

(5)

Adapun permasalahan yang diteliti terpokus pada :

“bagaimana pengaturan klaim santunan pertanggungan wajib tentang dasar penolakan atau gugurnya hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi korban yang mengalami kecelakaan, sebagai akibat pengoperasian alat kendaraan bermotor sebagai sarana trasformasi di jalan raya.”

Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian ilmu hukum yang beraspek normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder. Penelitian ini dikenal pula dengan doktrinal

Mengenai hak korban untuk memperleh jaminan sosial antara lain pengguaan alat angkut harus sesuai dengan peruntukannya sebagaimana fungsi yang seharusnya, sifat kejadian, adanya batas waktu, baik dalam pengajuan klaim santunan dan realisasi hak yang telah mendapat persetujuan dari perusahaan, serta telah memperoleh santunan dari jaminan dari santunan kecelakaan penumpang, yang berakibat pada penolakan dan gugurnya hak atas santunan ( Dalam hal penolakan ditegaskan dalamPasal 13 dan dalam hal gugurnya pemberian santunan ditegaskan dalam Pasal 18 PP No.18 Tahun 1965).

Mekanisme pengajuan klaim atas santunan lakalantas, mengisi formulir permohonan yang berisi identitas diri yang berhak atau ahli warisnya, bukti prosesverbal dari polisi lalu lintas atau lembaga yang berwenang, dilengkapi dengan keadaan korban, cacat tetap atau meninggal (bukti keabsahan sebagai ahli waris), dari dokter yang berwenang, diajukan kepada PT Jasa Rahaja ( Persero) dalam -batas yang telah ditentukan.

iv

(6)

Puji syukur kami panjat kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang MahaEsa, atas asung Kertha Wara Nugrahanyalah penelitian ini yang berjudul:

Penolakan Dan Gugurnya Klaim Asuransi Wajib Dalam Hal Kecelakaan Lalu Lintas Jalan”.

Adapun penelitian ini dilakukan dengan harapan, para pembaca dan para korban kecelakaan lalu litas jalan sebagai akibat dari perkembangan tehnologi trasfortasi di jalan umum dapat memahami tentang mekanisme pengajuan klaim asuransi atas kecelakaan yang terjadi. Dilain sisi tidak sampai terpropokasi karena ketidak pahaman tentang dasar penolakan atau digugurkannya klaim asuransi oleh pihak penanggung yang dimohonkan oleh korban, sehingga korban sepertinya kehilangan haknya atas santunan kecelakaan lalu lintas atau lakalantas Dengan penelitian ini diharapkan menjadikan titik terang atas kegelapan akan pemahaman para korban pada khususnya terhadap hak dalam terjadinya laka lantas, tanpa menyisakan kesalah pahaman, kemarahan yang berkelanjutan.

Demikia semoga penelitian yang sangat sederhana ini ada manfaatnya bagi yang memerlukan

Denpasar,10 Oktober 2016

Peneliti

v

(7)

SAMPUL DALAM PENELITIAN... i

SURAT TUGAS... i

HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN... ii

RINGKASAN... iii

KATA PENGANTAR... v

I. JUDUL PENELITIAN... 1

II. Latar Belakang Masalah... 1

III Rumusan Masalah... 4

IV.Ruang Lingkup Masalah... 4

V Tujuan Penelitian... 5

VI Tinjauan Pustaka... 5

1.Pengertian Asuransi Atau Pertanggungan... 6

2.Resiko... 6

3.Tujuan Asuransi... 7

4.Pembagian Asuransi... 7

5.Asuransi Wajib... 9

6.Kecelakaan Lalu Lintas Jalan... 10

7.Klaim Asuransi... 11

8.Penolakan Dan Atau Gugurnya Klaim Asuransi... 12

VII Metode Penelitian... 12

1.Jenis Penelitian... 12 vi

(8)

3.Sumber Bahan Hukum... 13

4.Teknik Analisis Bahan Hukum... 14

VIII Jadwal Pelaksanaan... 14

VIII Personalia... 15

IX Pembiayaan... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

1.Komitmen Pemerintah... 16

2.Tanggung Jawab Hukum... 17

3.Keamanan Dalam Berlalu Lintas... 18

4.Perlindungan Terhadap Korban Laka Lantas... 20

5.Mekanisme Pengajuan Klaim Asuransi... 22

6.Penolakan Klaim Santunan... 24

7.Gugurnya Hak Korban Atas Santunan... 26

8.Hak Korban Lakalantas Dalam UU No.22 Tahun 2009... 27

9.Kesimpulan... 29

9.Saran-saran... 29

DAFTAR PUSTAKA... 31

Vii

(9)

I.Judul Penelitian :

PENOLAKAN DAN GUGURNYA KLAIM ASURANSI WAJIB DALAM HAL KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN

II.Latar Belakang Masalah :

Manusia sebagai mahluk sosial yang hidup bermasyarakat ( zonpolitcon ), dalam interaksi soasialnya dalam masyarakat terkadang sulit terhindar dara kecelakaan kecelakaan yang menimpa, hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dilakoni atau dihadapi. Dapat saja peristiwa yang demikian terjadi atas kelalaiannya sendiri atau oleh kelalaian pihak lain serta sebab lain yang sulit untuk dinalar atau dibayangkan. Dengan semakin banyaknya aktivitas menusia dalam interaksi sosialnya tak hayal kalau jumlah permasalahan semakin banyak pula yang akan dihadapi termasuk musibah yang mencelakaan dirinya atau karena perbuatanya dapat mencelakakan pihak lain dalam situasi sengaja ataupun tidak disengaja, kejadian kejadian ini merupakan peristiwa yang tidak diprakiraan atau diharapkan, ataupun yang tidak dapat dianggap akibat tindakan yang dapat diperhitungkan sebelumnya. Dalam dunia perasuransian dukenal dengan evenemen.Akibat dari evenemen itu seseorang menjadi menderita karena cidera, setelah sembuh pada akhirnya mengalami cacat tetap dan atau meninggal. Dengan demikian kejadian yang dialami oleh seseorang kiranya dapat dirinci sebagai berikut, karena kelalaian diri sendiri tangan terpotong saat bekerja memotong sesuatu atau orang lain (akibat dari perbuatan manusia misalnya karena kelalaian pengendara seseorang tertabrak), tidak terduga (misalalnya kejatuhan buah durian, genteng dan lain lain), bencana alam (banjir atau gunung meletus atau angin topan).Kondisi inilah sebagai resiko

1

(10)

dalam kehidupan manusia. Dalam situasi lain semakin majunya teknolagi, bahayapun semakin membangun diri seperti kemajuan dibidang kelistrikan manusia menderita atau celaka karena kesetrum, dibidang oabat obatan, celaka karena overdosis, dalam dunia trasfortasi celaka karena tabrakan.Dalam dunia industripun tidak kalah pentingnya, seperti tangan tergilas mesin atau terpotong pisau dalam mesin pemotongan dan lain lain.

Jani faktor celaka karena musibah atau karena kelalaian manusia sendiri atau juga disebabkan bencana alam.

Dengaon kondisi seperti ini maka munculah ide dari pihak swasta atau dari Pemerintah untuk memberikan perlindungan atas resiko yang terjadi yang menimpa seseorang dalam kehidupannya. Bermunculanlah berbagai macam perusahaan pertanggungan atau asuransi yang bersifat wajib yang muncul karena diwajibkan oleh undang- undang ataupun tidak dalam wujud suka rela dari seseorang untuk mengikatkan dirinya ke dalam perjanjian pertanggungan atau asuransi. Lembaga asuransi inilah sebagai suatu badan yang siap untuk menerima pengalihan resiko yang menakutkan dan mengerikan yang kemungkinan menimpa dirinya. Adapun pengelolaan badan asuransi sebagai badan usaha penerima pengalihan resiko, dapat dilaksakan oleh pemeritah ataupun oleh pihak swasta.Dalam terjadinya resiko kecelakaan di jalan umum sebagai akibat dari pengoperasian kendaraan bermotor sebagai sarana trasfortasi, lembaga asuransi atau pertanggungan yang terlibat dalam resiko yang demikian adalah pertanggungan wajib sosial. Pertanggungan ini diatur melalui Undang Undang No.34 Tahun 1964 dan sebagai peraturan pelaksanaanya melalui Peraturan Pemerintah No. 18

(11)

Tahun 1965. Penanganan asuransi ini oleh sebuah badan yaitu PT.Jasa Raharja (Persero) sebagai lembaga penjamin asuransi atau pertanggungan. Sebagai pertanggungan sosial, ternyata santunan dari pertanggungan sosial ini tidak mutlak diterima oleh setiap korban sebagai akibat pengoperasian kendaraan bermotar di jalan umum atau di lajalan raya. Hal yang demikian ini masih menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat pada umumnya oleh para korban pada khususnya yang mengalami kecelakaan di jalan sebagai akibat penggunaan sarana angkutan, karena permohonan santunanya ditolak atau digugurkan oleh pengelola asuransi atau pertanggungan sosial tersebut. Keresahan muncul dikalangan korban dikarenakan rumusan Pasal 4 Undang Undang No.34 Tahun 1964 Dengan rumusan :

“Setiap orang yang menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan oleh alat angkutan lau lintas jalan tersebut dalam Pasal 1, Dana akan member kerugian kepadanya atau kepada ahli warisnya sebesar jumlah yang ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah”.( garis bawah dari peneliti).

Sedangkan alat angkutan lalu lintas yang dimaksudkan adalah kendaraan bermotor.

Dalam Pasal 1 angka 7 Undang Undang No22 Tahun 2009 Kendaraan adalah “suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.”(garis bawah peneliti)

Pasal 1b. merumuskan :

“Dana ialah Dana yang terhimpun dari sumbangan wajib, yang dipungut dari para pemilik/ pengusaha alat angkutan lalu lintas jalan dan yang disediakan untuk menutup

(12)

akibat keuangan karena kecelakaan lalu lintas jalan korban/ahli waris yang bersangkutan.”

III. Rumusan Masalah :

Dari paparan permasalahan kiranga dapat diangkat suatu permasalahan yang diteliti, sehingga keresahan masyarakat yang mengalami kecelakaan sebagai akibat pengoperasian kendaraan bermotor di jalan umum tidak berlarut.Adapun permasalahan yang diteliti terpokus pada :

“bagaimana pengaturan klaim santunan pertanggungan wajib tentang dasar penolakan atau gugurnya hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi korban yang mengalami kecelakaan, sebagai akibat pengoperasian alat kendaraan bermotor sebagai sarana trasformasi di jalan raya.”Penolakan dan gugunya klaim santunan merupahan kesenjangan dalam penelitian ini.

IV. Ruang Lingkup Masalah :

Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan tujuan agar pembahasan menjadi melebar lepas dari kajian permasalahan yang diangkat. Lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada :

1. Menelususri tentang pengaturan klaim santunan pertanggungan wajib tentang dasar penolakan hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi korban yang mengalami kecelakaan, sebagai akibat pengoperasian alat kendaraan bermotor sebagai sarana trasformasi di jalan raya.”dan

2. Bagaimana pengaturan tentang gugurnya hak korban atas klaim santunan pertanggungan.

(13)

V. Tujuan Penelitian :

Adapun yang menjadi fokus tujuan dari penelitian ini adalah :

a.Untuk mengetahui serta mendalami pengaturan dalam undang undang pertanggungan wajib ini tentang alas dasar dari penolakan dan atau gugurnya pengajuan klaim oleh korban kecelakaan lalu litas atau keluarga korban atas santunan yang diajukan kepada lembaga pengelola, sehingga korban tidak dapat atau kehilangan hak untuk menikmati jaminan sosial sebagaimaba diatur dalam Undang Undang No.34 Tahun 1964 dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1965.

b.Dari hasil dari penelitian yang terfokus pada peraturan yang terkait, akan dapat memberikan penjelasan kepada mayarakat, sehingga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat yang pada akhirnya keresahan yang yang mungkin mengarah pada dugaan atau pandangan negatip dari terselenggaranya pertanggungan sosial dapat ditiadakan, atau dengan kata lain tidak terjadi. Sehingga masyarakat yang kurang memahami hak sejatinya dari korban dalam pertanggungan ini tidak terpropokasi eleh pikiran pikiran karena kesalah pemahaman atau kurang pemahaman terhadap hak korban dalam pertanggungan wajib ini.

VI. Tinjauan Pustaka

Dalam hal membahas rumusan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka disampaikan beberapa tinjauan pustaka berupa konsep1 atau bagan antara lain :

1 Sutan Muhammad Zain,tt,Kamus modern Bahasa Indonesia, Grafica,Jakarta ,h.389

(14)

1.Pengertian Asuransi atau Pertanggungan.

Asuransi adalah ,” suatu kemauan untuk menetapkan kerugian kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian kerugian besar yang belum pasti’.2 Dari rumusan ini kiranya dapat disampaikan bahwa orang bersedia membayar kerugian yang sedikit dalam kurun waktu sekarang, dengan harapan agar bisa menghadapi kerugian kerugian besar yang mungkin terjadi dikemudian hari atau

mendatang. Misalnya; seseorang mengasuransikan rumahnya (asuransi kebakaran) kepada perusahaan asuransi atau pertanggungan. Ini berarti orang mengasuransikan rumahnya tersebut membayar premi kepada perusahaan asuransi yang bersedia menerima pengalihan kerugian dalam hal kemungkinan terjadinya kebakaran rumah yang

diasuransikan. Perusahaan asuransi akan menggantikan kerugian kerugian yang disebabkan terjadinya kebakaran tersebut.3

2.Resiko.

Adapun yang dimaksudkan dengan resiko, adalah ketidak tentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (loos). Unsur ketidak tentuan ini dapat mendatangkan kerugian dalam asuransi atau pertanggungan.Setiap insan (manusia) yang hidup akan selalu menghadapi kemungkinan resiko dalam hidupnya sendiri, sebab manusia tidak dapat memahami secara pasti tentang kapan sesuatu yang tidak diharapkan (evenemen) terjadi.Banyak kejadian kejadian dengan tiba tiba muncul tanpa perkiraan sebelumnya. Tiba tiba terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang menyebabkan kerugian. Dapat dikatakan bahwa setiap manusia menghadapi resiko atas

2H.Abas Salim,1991,Asuransi Dan Manajemen Resiko, edisi ke 2, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,h.,1.

3Ibid.

(15)

hidupnya sendiri, misalnya terjadi kematian yang menimpa sanak keluarganya, kurang lebih dua jam sebelumnya keluarganya menghubungi melalui telepon, kemudian ada kabar yang bersangkutan meninggal karena kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Selain kehilangan jawa sanak saudara, tetapi kerugian juga dialami karena kendaraan yang dikemudikan juga hancur. Akibat inilah suatu resiko yang dihadapi manusia sebagai akibat perkembangan dan kemajuan dibidang alat perhubungan atau angkutan. Banyak lagi hal lain kejadian berupa resiko dalam hidup ini. Seperti rumah kebakaran dan lain lain lagi.Apakah resiko itu akan menjadi kenyataan atau tidak, hal itu merupakan sesuatu peristiwa yang tidak tertentu.

3 Tujuan Asuransi

Tujuan pertanggungan atau asuransi adalah bersifat ekonomis. Sedangkan tujuan ekonomis ini dapat lagi dibagi menjadi dua pembagian :

a.peralihan resiko (memperalihkan resiko semua atau sebagian).

b.pembagian resiko (membagi bagi resiko diantara beberapa orang.4 4.Pembagian Asuransi.

4.1.Pada pokoknya asuransi itu dapat digolongkan atas dua macam yaitu :

a. Asuransi Kerugian ( schade verzekering ) , yang digolongkan kedalam asuransi ini meliputi asuransi kebakaran, asuransi laut, asuransi pengangkutan di darat.

b. Asuransi sejumlah uang, (sommen verzekering), yang tergolong dalam asuransi ini adalah asuransi jiwa , asuransi kecelakaan.5

4Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980,Pertanggungan Wajib/Sosial,Undang Undang No.33 Dan 34 Tahun 1964,Cet ke lima , Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada ,Yogyakarta,h.4.( Selanjutnya disebut Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak I).

5Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak,1980, Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya,Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta,Cet.pertama,Yogyakarta,h.41.

(Selanjutnya disebut Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak II).

(16)

Adapun yang membedakan asuransi kerugian dan asuransi jumlah pada pokoknya, dalam asuransi kerugian penanggung berjanji akan mengganti kerugian tertentu yang diderita tertanggung. Jadi tidak ditentukan berapa jumlah penggantian kerugian yang akan diberikan kepada tertanggung, baru akan ditentukan kemudian. Sedangkan dalam asuransi sejumlah uang, sipenanggung berjanji akan membayar sejumlah uang yang sudah ditentukan besarnya tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu .

4.2.Pembagian asuransi berdasarkan persesuaian kehendak dapat dibagi atas dua antara lain ;

a. Asuransi sukarela ( Free voluntary insurance) Contoh, asuransi jiwa, kebakaran dll.

b. Ansuransi wajib ( Compulsary insurance)

Contoh asuransi yang diatur dalam UU No.33 dan 34 Th. 1964. Taspen, Asabri, Askes dll.

Ad.a.Pengertian sukarela adalah para pihak dalam mengadakan perjanjian tidak ada suatu paksaan dari pihakmanapun juga. Masing-masing pihak disatu sisi secara sukarela memikul resiko dan dipihak lain secara sukarela pula membayar premi sebagai imbalan peralihan resiko.

Ad.b. Pengertian wajib dalam asuransi wajib, karena ada salah satu pihak mewajibkan kepada pihak lain dalam mengadakan pertanggungan itu. Umumnya yang mewajibkan adalah Pemerintah melalui perundang undangan.Seperti yang diteliti dalam penelitian ini; yaitu Undang Undang No.34 Tahun 1965. Pengikatan diri seseorang ke dalam pertanggungan atau asuransi adalah karena diwajibkan oleh undang undang.

Dalam pengikatan diri ke dalam pertanggungan ada dua hal yaitu :

1.Karena kepentingan dari pemerintah ( dalam bentuk pertanggungan wajib) dan 2.Kepentingan seseorang secara bebas untuk mengikatkan diri ke dalam pertanggungan atau asuransi (dalam bentuk pertanggungan sukarela sukerela).

Pengikatan diri seseorang secara sukarela adakah karena kesadaran pribadi bahwa dalam kehidupan ini terkadang dikelilingi suatu resiko yang menakutkan. Maka dirasa perlu

(17)

untuk mengalihkan resiko itu kepada badan usaha yang siap menerima pengalihan resiko (khusus dibidang materiil atau finansiil), sudah tentu dari pengalihan ini akan terlahirkan hak dan kewajiban dari masing masing pihak. Sebagai kewajiban pihak tertanggung berupa pembayaran premi pertanggungan atau asuransi. Dalam hal terjadi evenemen maka penanggung wajib menggantikan kerugian yang diderita atau dialami tertanggung.

Misalnya dalam pengikatan diri ke dalam pertanggungan kebakaran, maka bila terjadi evenemen, maka penanggung akan menggantikan kerugian yang dialami oleh tertanggung sebagai akibat terjadinya kebakaran(evenemen) tersebut.

5.Asuransi Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Pihak yang diwajibkan oleh undang undang dalam pertanggungan wajib atau sosial sebagaimana tertuang dalam Undang Undang No 34 Tahun 1964 adalah sebagaimana tertuang dalam rumusan Pasal 2 ayat(1) Undang Undang No. 34 Tahun 1964 ditetapkan :

”Pengusaha/pemilik alat angkutan lalu lintas jalan diharuskan memberikan sumbangan wajib setiap tahun kepada Dana yang dimaksud kan dalam Pasal 1”. (nb UU No.34 Th.

1964).

Sumbangan wajib ini dapat dikatakan kedudukannya sebagai premi dalam pertanggungan wajib ini. Dengan demikian kewajiban untuk membayar premi tersebut adalah pengusaha atau pemilik dari alat angkutan laulintas jalan, seperti kendaraan bermotor roda dua, empat termasuk angkutan kereta api serta angkutan di laut.

(18)

6. Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Kecelakaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecelakaan sebagai akibat dari pengoperasian kendaraan bermotor di jalan umum atau jalan raya. Dengan demikian kecelakaan seperti ini disebut kecelakaan lalu lintas jalan.

Undang-Undang No,22 Tahun 2009(selanjutnya disingkat UU No.22 Tahun 2009) Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, dalam Pasal 1 angka 12 ditegaskan bahwa ”jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.”

Untuk lebih formalnya tentang pengertian kecelakaan lalu lintas jalan, maka dalam Pasal 1 angka 24 UU No.22 Tahun 2009 dengan tegas dinyatakan” suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda”.

Demikian juga dalam Pasal 1 dari UU No.22 Tahun 2009 ditegaskan tentang :

”pengguna jalan”dimaksudkan adalah orang yang mempergunakan jalan untuk berlalu lintas”.(angka 27), ”Lalu lintas” itu sendiri dimaksudkan adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan”.(angka 2).

Kecelakaan lalu lintas yang disingkat laka lantas adalah merupakan suatu peristiwa yang diakibatkan penggunaan kendaraan bermotor di jalan umum, yang dapat merugikan materian ataupun kondisi fisik seorang atau nyawa. Dengan demikian kasus kecelakaan

(19)

ini terjadi melibatkan kendaraan lain atau tanpa melibatkan kendaraan lain atau pemakai jalan lain, misalnya laka lantas tanpa pengguna

jalan lain yaitu karena selip kemudian terjerumus atau menabrak pohon, menabrak rambu lalu lintas dan lain-lain. Dari kasus ini mengakibatkan korban atau kerugian material. Dari rumusan Pasal 1 ayat (24), kiranya dapat ditarik suatu unsur dalam kecelakaan ini yaitu :

a. adanya peristiwa yang tidak dapat diduga, terjadinya tidak disengaja,

b. terjadinga kecelakaan sebagai akibat tabrakan antar kendaraan atau tidak melibatkan pengguna jalan lain

c. dari peristiwa itu menimbulkan kerugian material dan d. korban menusia (korban fisik atau korban jiwa).

Adapun yang dimaksudkan dengan pengguna jalan adalah orang yang mengunakan jalan untuk berlalu lintas ( UU No.22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (27).

7.Klaim Asuransi

Tuntutan hak pemegang polis ini adalah berupa klaim pertanggungan.6 Dengan demikian klaim pertanggungan dimohonkan oleh tertanggung dalam hal terjadi evenemen pertanggungan, yaitu suatu kejadian yang sama sekali tidak diharapkan terjadi (kemudian dengan terjadinya kejadian itu mernimbulkan akibat kerugikan tertanggung). Peristiwa yang tidak diharapkan itu yang menimbulkan kerugian dialihkan kepada badan yang siap menerima pengalihan itu. Badan itu adalah Badan Usaha Perasuransian atau

6Dewan Asuransi Indonesia,1991,Kamus Asuransi Jiwa, h.13.

(20)

pertanggungan sebagai penaggung; sedangkan pihak yang mengalihkan adalah sebagai tertanggung.

8.Penolakan dan Atau Gugur Klaim Asuransi.

Penolakan ditinjau dari kata dasarnya yaitu tolak. Dengan demikian menolak artinya tidak mengabulkan.Menolak permohonan artinya tidak mengabulkan permohonan

tersebut atau tidak menerima permohonan yang disampaikan.7 Sedangkan kata gugur dalam padanan kata sehari hari dapat diartikan meninggal, maksudnya tidak memiliki nyawa atau tidak berjiwa. Gugurnya klaim pertanggungan berarti tidak bernyawanya klaim yang disampaikan atau klaim yang diajukan telah mati(gugur).Dapat pula diartikan terkait dengan pengajuan permohonan, permohonan tersebut sudah tidak berlaku lagi atau sudah kehilangan jiwanya dari permohonan yang diajukan.

VII. Metode Penelitian.

1.Jenis penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian ilmu hukum yang beraspek normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder. Penelitian ini dikenal pula dengan doktrinal8 Dalam penelitian ini penelitian hukum ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap permasalahan hukum yang ada.Sehubungan dengan penelitian ini pula yang ingin diungkapkan adalah pengaturan dalam perturan perundang- undangan yang ada pada

7Sutan Muhammad Zain,op.cit ,h 857.

8Roni Hanitijo Soemitro,1983,Metodologi Penelitian Hukum, Galia Indonesia,Jakarta,24.

(21)

khususnya mengenai pengaturan klaim santunan pertanggungan wajib khusus tentang dasar penolakan atau gugurnya hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi korban yang mengalami kecelakaan, sebagai akibat pengoperasian alat kendaraan bermotor sebagai sarana trasformasi di jalan raya.”

2.Jenis pendekatan .

Pembahasan dalam penelitian ini untuk membedah permasalahan yang terjadi adalah melalui pendekatan peraturan perundang undangan yang berlaku khususnya terkait dengan permasalahan yang diangkat, tentang kecelakaan sebagai akibat penggunaan alat angkutan bermotor di jalan raya. Adapun peraturan perundang undangan yang menjadi pokok kajian , khusus yang mengatur kecelakaan dijalan raya dan perundang undangan yang berhubungan pemberian jaminan sosial atas kecelakaan yang terjadi sebagai akibat penggunaan teknologi trasportasi yang menimpa awak alat angkutan umum.

3.Sumber bahan hukum.

Sumber bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber bahan hukum primer dan sumber bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat seperti perturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa UU No 22 Tahun 2009, UU No.34 Tahun 1964, PP No 17 Tahun 1965, PP No.18 Tahun 1964. sedangkan bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum berasal dari doktrin-doktrin yang ada dari buku-buku, jurnal hukum, dan internet yang tidak mengikat tetapi

(22)

menjelaskan bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar hukum yang khusus memberikan petunjuk arah penelitian. Adapun yang dimaksud dengan bahan hukum sekunder yaitu hasil karya ilmiah para sarjana, hasil-hasil penelitian yang tersangkut dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

4.Teknik analisis bahan hukum

Dengan telah terkumpulnya bahan hukum baik yang berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder kemudian diolah dan dianalisa secara kualitatif.Pada tahap pengolahan bahan hukum yang telah terkumpul, dikatagorikan dan dikualifikasikan berdasarkan permasalahan penelitian, kemudian disusun secara sistimatis sesuai dengan kerangka yang telah disiapkan. Pada tahapan analisis bahan hukum yang telah dikatagorikan dan dikualifikasikan dianalisis dengan mengkaitkan bahan hukum yang satu dengan bahan hukum yang lainnya.Kemudian dilaksakan penafsiran dari bahan hukum tersebut untuk dapat ditarik simpulan tentang permasalahan yang dibahas atau diangkat. Keseluruhan hasil analisis disajikan secara diskriptif yaitu dengan memaparkan secara lengkap segala permasalahan terkait dengan yang diteliti disertai ulasan-ulasan dinana perlu secara kritis.

VIII. Jadwal Pelaksanaan

Penelitian berlangsung selamatiga bulan (Agustus- Oktober) dengan alokasi waktu sebagai berikut dengan tahapan :

1.Persiapan : 1). Agustus 2016

2.Pengumpulan data : 2). (satu) bulan (September 2016)

(23)

3.Pengolahan dan analisis dan

Penulisan laporan : 3).Oktober 2016.

Jumlah total waktu : 3(tiga ) bulan.

IX. Personalia Penelitian

1.a.Ketua peneliti : Anak Agung Ketut Sukranatha,SH.MH.

b.Pangkat (golongan), NIP. : Pembina (IV/a), 195706051986011002 c.Jabatan fungsional : Lektor Kepala

d.Jabatan struktural : Sekretaris Program Ekstensi/Non Reguler e.Fakultas : Hukum

f.Perguruan tinggi : Universitas Udayana g.Waktu untuk penelitian : 14 jam dalam seminggu X. Perkiraan Biaya Penelitian : Biaya Mandiri

(24)

1.Komitmen Pemerintah.

Riset tentang kecelakaan lalu lintas dan cara pencegahannya terus berlanjut untuk mengurangi jumlah kecelakaan, namun kebijakan yang bersifat kuratif juga diperlukan sebagai contingency plan. Tatkala safety berkendaraan dan trasfortasi belum sampai pada yang diharapkan, maka program yang dapat membantu meringankan beban finansial yang diderita oleh para korban kecelakaan lalu lintas dan keluarganya seharusnya tersedia. Penerapan prinsip prinsip asuransi merupakan salah satu mekanisme alternatif untuk menanggulang resiko dalam melaksanakan manajemen risiko.

Pemerintah sudah jauh sebelumnya telah menyadari hal tersebut. Dengan pembuktian diberlakukannya Undang Undang No.33 Tahun 1964 tentang Dana pertanggungan Wajib kecelakaan penumpang dan Undang Undang No.34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Memperhatikan pembentukan ke dua undang-undang tersebut sangaterat terkait dengan banyaknya korban kecelakaan yang diakbatkan penggunaan alat trasfortasi modern pada waktu itu. Dengan banyak terjadinya kecelakaan maka Pemerintah menganggap perlu membentuk Undang-Undang N0.33 ataupun No.34 Tahun 1964 tersebut. Khusus pembentukan Undang Undang No.34 adalah dirancang untuk memberikan perlindungan kepada pihak ketiga yang berada di luar kendaraan bermotor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Misalnya para pejalan kaki termasuk dalam skema perlindungan ini.Kedua jenis asuransi atau pertanggungan ini termasuk asuransi sosial yang implikasinya program tersebut sifatnya wajib.9

16

9Kun Wahyu Wardana, op.cit.,h.3-5.

(25)

2.Tanggung Jawab Hukum

Dengan terjadinya perkembangan industri otomotif, jumlah kendaraan semakin banyak yang beredar di jalan, maka dengan sendirinya jumlah korban kecelakaan semakin meningkat. Tidak pelak pemerintah melihat bahwa penggunaan kendaraan bermotor sangat berpotensi menyebabkan pengguna jalan lainnya yang tidak bersalah menjadi korban. Kecelakaan itu terjadi bisa karena adanya unsur kelalaian atau kesalahan dari sipengemudi dalam mengendarai kendaraannya. Karena itu Pasal 191 Undang Undang No.22 Tahun 2009Merumuskan ,”Perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan pengangkutan”. Walaupun demikian tidaklah serta merta perusahaan angkutan bertanggung jawab, tetapi jika tidak adanya unsur kesalahan yang dilakukan oleh para pekerja angkutan dalam proses pengangkutan.

Dalam kontek hukum pidana, terkait dengan permasalahan ini dikenal adanya alasan pembenar dan alasan pemaaf yaitu hal yang dapat dianggap sebagai suatu alasan yang dianggap dapat menghapus sifat melawan hukum perbuatan itu. Implikasi yuridisnya, perbuatan tersebut tidak dikwalifikasikan sebagai suatu peristiwa pidana.

Meski perbuatan itu sesuai dengan yang dilarang oleh undang undang. Kreteria yang dapat dijadikan alasan pemaaf bagi bagi perusahaaan antara lain :

- Adanya keadaan memaksa yang sama sekali tidak dapat dielakkan atau diluar kemampuan

- Disebabkan oleh prilaku korban sendiri atau pihak ketiga

(26)

- Disebabkan gerakan orang dan atau hewan walaupun telah diambil tidakan pencegahan.10

3Keamanan Dalam berlalu Lintas.

Menelusuri penegasan Pasal 3 Undang Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa sasaran bertranfortasi antara lain :

a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman selamat, tertib, lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,memajukan kesejahteraan umum,memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. (cetak miring dari peneliti)

Dari tujuan pengangkutan huruf a., dalam pelayanan angkutan sedapat mungkin terjamin keselamatan bagi semua pihak akibat dioperasikannya sarana angkutan maksudnya adalah pengoperasian kendaraan bermotor. Menurut rumusan Pasal 1 angka 3 UU No.22 Tahun 2009 dan diulang lagi dalam Pasal 1 ayat (1) PP No.74 Tahun bawa

”angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan”. Tentang pengertian kendaraan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UU No.22 Tahun 2009 adalah ”suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan tidak bermotor.” Dengan pengoperasian sarana angkut ini tidaklah dapat dipungkiri akan bahaya yang ditimbulkan, disebabkan berbagai faktor. Dengan terjadinya peristiwa kecelakaan tetunya dapat

10 Kun Wahyu Wardana, op.cit.,h.22.

(27)

membuat seseorang mengalami cidera bahkan kematian. Hal inilah diupayakan seminimal mungkin terjadinya kecelakaan.

Dari konsideran menimbang huruf b Undang Undang No.22 Tahun 2009, dapat pula dipahami akan ketegasan untuk terjaminnya keselamatan dalam berlalulintas :

”Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem trasnportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan”.

Dari tujuan tersebut jelas sekali keselamatan berlalu lintas merupakan tujuan.

Menyikapi penyampaian Kapolri bahwa ketidak selamatan akibat dari kecelakaan pengguna jalan tiada lain faktor utamanya adalah:

a. kelalaian manusia.

b.faktor lain adalah kondisi dari kendaraan bermotor angkutan umum yang tidak layak jalan. Ketidak layakan kendaraan yang dioperasikan juga ikut mendominasi.

Jika dilihat dari fakta yang ada, maka faktor kondisi jalan merupakan faktor pula dalam terjadinya kecelakaan pengguna jalan. Dalam Tahun 2011 dari data Kepolisian RI tercatat kecelakaan lalulintas 109.776 kecelakaan dan dari kasus kecelakaan tersebut korban meninggal mencapai 31.185 jiwa, dalam tahun 2012 jumlah kasus kecelakaan 109.038 dengan jumlah korban meninggal 27.441 jiwa.11

Untuk daerah Bali angka kecelakaan lalu lintas ( lakalantas) dalan setiap tahunnya rata-rata mencapai 1.500 kasus dengan korban meninggal mencapai 550 korban jiwa.

11 Ibid.

(28)

Dari angka ini menunjukkan rata-rata hampir (2) dua jiwa melayang setiap harinya akibat lakalantas.

Adapun penyebab lakalantas ini pada umumnya menurut penjelasan dari Direktur Lalu Lintas Polisi Daerah Bali (Polda), Kombes Pol.Beno Leohennapessy ada beberapa faktor : 1. Karena kelalaian manusia, 2. Kondisi jalan dan 3. Kelaikan kendaraan.12 Faktor kelalaian manusia, tertuju pada sopir atau pengendara ngantuk atau sedang mengendarai kendaraan bermotor dalam kondisi dipengaruhi alkohol (mabuk) serta melanggar batas kecepatan.

Selain faktor tersebut diatas masih banyak faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan di jalan raya yang berakibat fatal( luka-luka, cidera berat, meninggal). Hal ini tiada lain juga disebabkan kurang beretika dalam berlalu lintas, kebut kebutan, ugal-ugalan. Hal ini menunjukkan belum adanya etika serta budaya baik dalam berlalu lintas bagi pengendari.

4.Perlindungan Terhadap Korban Lakalantas.

Dari rumusan Pasal 1 b Undang Undang No 34 Tahun 1964 dapat dipahami bahwa sumbangan wajib yang dipungut dari para pemilik atau pengusaha alat angkutan lalu lintas jalan, terhimpun berupa Dana, kemudian Dana ini dimanfaatkan untuk menutup akibat keuangan karena kecelakaan lalu lintas jalan bagi korban atau bagi ahli waris dari korban yang meninggal dunia. Sumbangan wajib ini harus disetorkankan setiap tahun ( Pasal 2 ayat (1). Dalam praktek dilapangan penyetoran sumbangan wajib

12 Bali Post, 23 Agustus, kolom 1,2 dan 3, h.,3.

(29)

ini dilaksanakan pada saat perpanjangan surat tanda nomor kendaraan setiap tahun. Dari Dana ini ( Perusahaan ) akan memberikan santunan kepada setiap orang yang menjadi korban mati, cacat tetap karena kecelakaan lalu lintas jalan ( Pasal 4 Undang Undang No. 34 Tahun 1964.Perushaan yang dimaksudkan adalah PT Jasa Raharja (Persero).

Pemberian santunan ini merupakan program yang sejatinya merupakan pertanggungan kendaraan bermotor yang memberikan jaminan tanggung jawab hukum pemilik kendaraan bermotor kepada pihak ketiga yang menderita kerugian sebagai akibat penggunaan kendaraan tersebut. Santunan diberikan terbatas pada cidera, cacat tetap atau meninggalnya seseorang13.

Pemilik atau pengusaha kendaraan bermotor yang diwajibkan membayar sumbangan wajib di dalam Undang Undang No. 34 Tahun 1964, berarti tidak lain dari pada mempertanggungkan tanggung jawabnya atas kerugian yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang dimilikinya. Sebab pemilik kendaraan tersebut bagaimanapun juga harus bertanggung jawab atas segala akibat akibat cacat atau kematian yang diderita orang lain di luar kendaraan itu yang menyebabkan peristiwa tabrakan atau kecelakaan dari alat kendaraan bermotor yang bersangkutan.14

Santunan ini tergolong pertanggungan yang tidak sesungguhnya”sommen verzekering,” karena menyangkut jiwa dan biaya.15Sedangkan untuk besar kecilnya

13 Kun Wahyu Wardana,, op.cit., h.71

14Ny Emmy Pangaribuan Simanjuntak I, op.cit.,h.23.

15Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980, Hukum Pertanggungan, (selanjutnya disebut Emmy Pangaribuan Simanjuntak II), Seksi Hukum Dagang, Fak. Hukum Universitas Gajahmada,Yogjakarta., h.,91.

(30)

santunan diatur melalui Peraturan Pemerintah ( PP No.18 Tahun 1965). Jaminan bagi korban atau ahli waris korban laka lantas ditegaskan dalam rumusan Pasal 10 Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1965 yaitu :

1) korban lakalantas berada diluar alat angkutan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan;

2) pemberian santunan dalam hal korban :

- meninggal dunia dalam kurun waktu 365 hari setelah laka lantas sebagai akibat langsung dari lakalantas yang bersangkutan(berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.36/PMK.010/2008 maksimal Rp.25.000.000,-

3)mengalami cacat tetap dalam kurun 365 hari sejak laka lantas;( berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.36/PMK.010/2008 maksimal Rp.25.000.000,-) pemberian santunan terhadap cacat tetap ditentukan pula berdasarkan tabel yang telah ditegaskan dalam rumusan Pasal 10 PP No.18 Tahun 1965;

4)biaya pengobatan dari perawatan korban selama 365 hari sejak laka lantas (berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.36/PMK.010/2008 maksimal Rp.10.000.000,-)

5)dalam hal koban meninggal dunia tanpa ahli waris, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.36/PMK.010/2008 maksimal Rp.2.000.000,-

5.Mekanisme Pengajuan Klaim Asuransi Atau Pertanggungan.

Dalam hal terjadi kecelakaan yang dijamin asuransi kecelakaan lalu lintas jalan, maka pihak korban atau ahli warisnya berhak atas santunan dengan mengikuti prosedur yang

(31)

diatur secara tegas ditentukan dalam Pasal 17 UU No.34 Tahun 1964yaitu : a. Menghubungi kantor PT Jasa Raharja (Persero) terdekat.

b. Mengisi formulir pengajuan santunan Yang telah disediakan oleh PT Jasa Raharja (Persero)

c. Berdasarkan formulir pengajuan santunan tersebut, selanjutnya PT Jasa Raharja (Perseo) mengisi keterangan singkat kejadian kecelakaan.

d. Menyerahkan formulir keterangan kesehatan korban yang telah diisi oleh pihak rumah sakit/puskesmas/dokter tempat korban dirawat.( Formulir dapat diperoleh di kantor Jasa Raharja dengan Cuma-Cuma).

e. Dalam hal korban meninggal dunia, maka ahli waris korban harus menyerahkan formulir keterangan ahli waris yang telah diisi dan ditanda tangani oleh Kepala Desa/Lurah. (Tersedia di kantor Jasa Raharja dapat diperoleh dengan cuma- cuma).

Kelengkapan lain selain hal tersebut di atas, pihak korban atau ahli warisnya harus pula menyampaikan dokumrn yang diisyaratkan berdasarkan sifat cideranya korban, antara lain :

a. Dalam hal korban mengalami luka luka

a.1.fotocopy laporan polisi dari Polres tempat kejadian kecelakaan(tkp),(Pasal 17 ayat (2) UU No.34 Th.1964)

a.2.kwitassi asli biaya perawatan dari rumah sakit/puskesmas, pembelian obat resep dokter di apotik,

(32)

a.3.fotocopy identitas korban (KTP/aktekelahiran/identitas lain yang masih berlaku),

b. Dalam hal korban cacat tetap

Keterangan cacat tetap dari dokter yang merawat korban c. Dalam hal korban meninggal dunia

c.1.foto kopy surat kematian,

c.2.foto kopy akte nikah/akte kelahiran atas nama korban,

c.3.fotokopy identitas ahli waris korban (KTP/aktekelahiran/identitas lain yang masih berlaku).

d.Dalam hal korban meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan.

Ahli waris korban harus menyerahkan dukumen yang sebagai dimaksud butir c.1 dan 3.

Jikakalau diperlukan maka korban atau ahli waris korban dapat melengkapi persyaratan tambahan berupa :

1. Surat kuasa di atas kertas bermeterai, dari pembiaya rawatan kepada korban atau sebaliknya, bila perawatan dibiayai oleh pihak lain.

2. Surat keterangan beda nama dari kepala desa/lurah, bila terdapat perbedaan nama korban atau ahli waris dalam salah satu persyaratan utama.16

16Kun Wahyu Wardana, op.cit.,h 104-105.

(33)

6.Penolakan Klaim Santunan.Walaupun Pemerintah telah mencanangkan jaminan sosial berupa santunan kepada korban kecelakaan sebagai akibat penggunaan kendaraan bermotor, tetapi tidak secara

otomatis santunan itu diperoleh, menjadi hak korban untuk mengklaim santunan sebagai tertuang dalam rumusan Pasal 10 PP. No.18 Tahun 1965. Hal ini secara tegas diatur dalam Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1964 yang ditegaskan dalam rumusan Pasal 13;

1. jika korban telah memperoleh jaminan atau santunan berdasarkan UU No.33 Tahun 1964 bagi korban sebagai penumpang angkutan penumpang umum;

2. kecelakaan terjadi karena kesengajaan baik oleh korban atau ahli waris korban, bunuh diri atau pecobaab bunuh diri;

3. kecelakaan terjadi saat korban :

a.dalam keadaan mabuk atau tidak sadar b. melakukan perbuatan kejahatan

c.korban memiliki cacat badan atau keadaan badaniah/rohaniah luar biasa lain 4. saat korban mengalami kecelakaan kendaraa tersebut tidak difungsikan sebagai

mana mestinya misalnya :

a.kendaraan tersebut sedang dipergunakan untuk lomba kecakapan atau kecepatan;

b.kecelakaan terjadi akibat peristiwa alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, gejala geologi atau meteorologoi;

(34)

c. kecelakaan yang berhubungan dengan perang baik langsung maupun tidak, pemberontakan, huru hara, pemogokan, perbuatan teror, kerusuhan karena berhubungan dengan politik atau bersifat lain;

d.sebagai akibat reksi atom.

Jadi jelas sekali bahwa pemberian santunan kepada korban selain didasarkan atas kesalahan, tetapi juga bawa korban kecelakaan sebagai akibat tidak dipergunakan sarana angkutan tersebut yang tidak sesuai dengan peruntukannya, tidak ada jaminanya dengan bencana alam terkait dengan proses pengangkutan, misalnya pohon tumbang yang menimpa pengendara atau penumpang.Dengan demikian kejadian kecelakaan telah dibatasi sehingga hak korban terhadap santunan sebagai wujud perlindungan dan atau jaminan sosial juga tegas pembatasannya dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965, bagi kecelakaan lalu lintas jalan (lakalantas).

7.Gugurnya Hak Korban Atas Santunan

Walaupun kejadian yang mencelakakan masyarakat sehubungan penggunaan kendaraan bermotor di jalan raya merupakan bentuk lakalantas sebagaimana yang telah diatur melalui perundang undangan dan diperjelas kembali dalam peraturan pelaksanaannya, tetapi ada faktor waktu yang mengakibatkan gugurnya hak korban lakalantas atas jaminan sosial berupa santunan kecelakaan lalu lintas.Tentang gugurnya hak korban lakalantas dirumuskan dalam Pasal 18 PP No.18 Tahun 1965.:

1).Pasal 18 ayat (1) huruf a.jikalau klaim tidak diajukan dalam enam bulan terhitung saat terjadinya lakalantas;

(35)

2).Pasal 18 ayat (1) huruf b, jika pihak penjamin digugat ke pengadilan perdata yang berwenang dalam waktu enam bulan setelah klaim ditolak secara tertulis oleh penjamin;

3).Pasal 18 ayat (1) huruf c, jika klaim dipenuhi tetapi tidak direalisasi oleh yang berhak dalam waktu tiga bulan setelah hak tersebut disahkan;

4).Pasal 18 ayat (2) jikalau tidak mengindahkan penunjukan dokter untuk pemeriksaan korban atau mengadakan pemeriksaan terhadap mayat korban ( penunjukan terhadap dokter tertentu bila dipandang perlu untuk pemeriksaan korban adalah hak penjamin dan wajib untuk dipatuhi oleh korban atau ahli warisnya Pasal 10 ayat (5dan 6) PP No 18 Tahun 1965).

8. Hak Korban Atas Batuan Laka Lantas Dalam UU No.22 Tahun 2009.

Jikalau hak korban itu tidak dibatalkan atau digugurkan maka hah hak korban dapat dipahami dari ketentuan Undang Undang Lalu Litas Jalan.Sebagai mana terumuskan dalam Pasal 191 Undang Undang Lalu Lintas Jalan Undang Undang No 22 Tahun 2009 yang merumuskan :

”Perusahaan Angkutan Umum Bertanggung Jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan”.

Dari rumusan pasal ini dapat diarik suatu pengertian bahwa akibat kelalaian si pengemudi atau kecerobohannya mengakibatkan terjadinya tabrakan dan mencelakan pihak lain, perusahaan bertangung jawab atas tindakan si pengemudi. Hal ini dipertegas kembali dalam Pasal 234 ,”Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor dan/atau perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan/

(36)

atau pemilik barang dan / atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi.” Lebih lanjut tentang hak korban, Pasal 235 ,” Jika korban meninggal dunia akibat lakalantas sebagaimana dimaksud Pasal 229 pengemudi, pemilik atau perusahaan angkutan umum wajib memberi bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan / biaya penguburan dengan tidak mengurangi tuntutan pidana. Jikalau hal ini dihubungkan dengan Pasal 236 undang undang ini, dengan rumusan ” Pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan Pengadilan. Sumusan Pasal 229 adalah menentukan berat ringannya kecelakaan.Dalam pasal ini mengklasifikasikan berat ringannya kecelakaan atas kecelakaan ringan, sedang dan kecelakaan berat.

Katagorikan kecelakaan ringan adalah kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan pada kendaraan dan atau barang. Kecelakaan desang adalah laka lantas yang mengakibatkan luka ringan ,kerusakan pada kendaraan dan atau barang.Sedangkan lakalantas berat adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Kecelakaan kecelakaan ini tidak semata mata kecerobohan atau kelalaian pengguna jalan semata mata tetapi juga dapat diakibatkan oleh ketidaklaikan kendaraan yang dioperasikan, demikian juga ketidaklaikan jalan dan atau lingkungan.

Dalam Pasal 240 huruf b, juga ditegaskan kembali ”Ganti rugi dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan dan 249 c, ”santunan kecelakaan lalu lintas dari Perusahaan Asuransi. Dari rumusan Pasal 240 dapat disimpulkan gati rugi yang dialami korban mendapat bantuan dari dua sumber yaitu dari pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan dari pihak asuransi. Pihak asuransi yang

(37)

dimaksud adalah lakalantas berdasarkan Undang Undang No.34 Tahun 1964 yaitu dari pihak Jasa Raharja.

9.Kesimpulan :

9.1. Mengenai hak korban untuk memperleh jaminan sosial berupa santunan sebagai wujud perlindungan bagi pihak ketiga yang mengalami kecelakaan sebagai akibat dari penggunaan angkutan lalu lintas jalan antara lain pengguaannya harus sesuai dengan peruntukannya sebagaimana fungsi yang seharusnya, sifat kejadian, adanya batas waktu baik dalam pengajuan klaim santunan dan realisasi hak yang telah mendapat persetujuan dari perusahaan, serta telah memperoleh santunan dari jaminan dari santunan kecelakaan penumpang, yang berakibat pada penolakan dan gugurnya hak atas santunan.

9.2. Mekanisme pengajuan klaim atas santunan lakalantas, formulir permohonan telah disiapkan oleh perusahaan yang berisi identitas diri yang berhak atau ahli waisnya, bukti prosesverbal dari polisi lalu lintas atau lembaga yang berwenang, dilengkapi dengan keadaan korban, cacat tetap atau meninggal (bukti keabsahan sebagai ahli waris), dari dokter yang berwenang, diajukan kepada PT Jasa Rahaja ( Persero) dalam -batas yang telah ditentukan.

10.Saran-Saran.

10.1.Walau undang undang tentangjaminan sosial ini tertogolong sudah renta dari segi usia, peraturannya masih relevan dengan perkembangan jaman, kiranya pihak

(38)

berwajib sebaiknya selalu mencari momen yang tepat untuk mensosilisasikan aturan ini agar selalu terngiang ditelinga para pengguna jalan. Dengan demikia tujuan untuk menekan angka kecelakaan dapat diminimalisir.

10.2.Sosialisasi secara terpadu dengan pihak terkait ke semua lini, seperti organisasi organisasi sosial, sekolah sekolah, dalam kegiatan ilmiah,bisnis, keagamaan dan lain lain, mengemas sedemikian materi sosialisasi agar manarik, harapan menjadikan

karakter tertib berlalu lintas, lancar, keamana terjamin, sejahtera masyarakat.

(39)

Buku :

Abas Salim A,2000, Asuransi Dan Manajemen Resiko, Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Abdulkadir Muhammad,1978, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni Bandung.

Jasa Raharja, Tt., Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Dan Penumpang Umum.

Dewan Asuransi Indonesia, Tt.,Kamus Asuransi Jiwa

Emmy Pangaribuan Simanjuntak,1980, Hukum Pertanggungan, Seksi Hukum Dagang Fak. Hukum Universitas Gajahmada,Yogjakarta.

______,1980,Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya, Seksi Hukum Dagang Fak. Hukum Universitas Gajahmada,Yogjakarta.

______, 1980, Hukum Pertanggungan Wajib/Sosial, Seksi Hukum Dagang Fak.

Hukum Universitas Gajahmada,Yogjakarta.

Kun Wahyu Wardana,2002,Hukum Asuransi Proteksi Kecelakaan Transportasi,Bandar Maju ,Bandung.

Roni Hanitijo Soemitro,1983,Metodologi Penelitian Hukum, Galia Indonesia,Jakarta.

Suharsimi Harikunto, Ny.1989, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Bina Akasara, Jakartsa, h.89.

Sutan Muhammad Zain,tt,Kamus moderen Bahasa Indonesia,Grafikca,Jakarta.

Peraturan Perundang - Undangan :

Indonesia, Unadang Undang Tentang Pertanggungan Wajib/Sosial, Undang Undang No.34 Tahun 1964, Lembaran Negara Tahun 1964 No.138, Tambahan LN No.2721.

Indonesia, Unadang Undang Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ,Undang Undang No.22 Tahun 2009, Lembaran Negara RI Tahun 2009 No.96,Tambahan LN RI No.5025.

Indonesia,Peraturan Pemerintah Tentang Ketentuan Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas, Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1965, Lembaran Negara Tahun1965 No.29.

30

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian sinyal yang berasal dari pemberian paket penyuluhan dan senam hamil tersebut sesudah mencapai Korteks untuk proses kognisi, saat diproyeksikan ke

Bagi perusahaan pajak merupakan beban yang wajib dibayarkan oleh perusahaan kepada negara yang berdampak pada penurunan laba bersih yang dihasilkan selama satu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal berdampak positif terhadap kinerja fiskal ditandai dengan tingginya nilai elastisitas, hal ini

Diharapkan orang tua untuk lebih bersikap selektif sebelum memberikan makanan jajan kepada anak agar tidak mengalami karies gigi dengan cara mengurangi frekuensi

Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis memperlihatkan bagaimana penggunaaan bahasa, baik dalam lisan maupun tulisan sebagai bentuk praktik sosial. 18

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang antara variabel makroekonomi yaitu : GDP, Inflasi, nilai tukar rupiah (Kurs), suku

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar

Penyesuaian Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan Pendatang PT Pelabuhan Samudera Palaran Samarinda ” ini digunakan untuk memenuhi syarat mendapat gelar