• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG 2021"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG

LEGAL COACHING CLINIC UNTUK MENGAKSELERASI KEBUTUHAN HUKUM PEKON KILUAN NEGERI, KECAMATAN

KELUMBAYAN MENUJU DESA WISATA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

(2)

ii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ... i

Daftar Isi ... ii

Abstrak ... iii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

A. Analisis Situasi ... 1

B. Permasalahan Mitra ... 3

C. Tujuan Kegiatan ... 4

D. Manfaat Kegiatan ... 4

Bab 2. Solusi dan Target Luaran ... 5

A. Solusi ... 5

B. Target Luaran Solusi ... 6

C. Rencana Capaian Luaran... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

Bab 3. Metode Pelaksanaan ... 12

A. Metode dan Tahapan ... 12

B. Deskripsi Kegiatan ... 12

C. Prosedur Kerja ... 12

D. Pihak yang Terlibat ... 13

E. Partisipasi Mitra ... 13

F. Evaluasi Program ... 14

Bab 4. Personalia Pengusul dan Keahlian ... 15

A. Kepakaran yang Diperlukan ... 15

B. Pembagian Tugas Tim... 15

Bab 5. Rencana Anggaran Belanja dan Jadwal Pelaksanaan ... 16

A. Rencana Anggaran Belanja (RAB) ... 16

B. Jadwal Pelaksanaan ... 17

Daftar Pustaka ... 19

(3)

iii ABSTRAK

Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan merupakan desa yang memiliki potensi wisata yang besar, salah satunya yaitu Teluk Kiluan. Teluk Kiluan adalah objek wisata pantai favorite yang ada di Provinsi Lampung dengan potensi wisata bahari, dan terkenal dengan banyaknya lumba-lumba yang dapat secara langsung dilihat. Namun sayangnya besarnya potensi wisata tersebut, belum diimbangi dengan kuatnya regulasi dalam pengelolaan wisata yang sustainable. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memperkuat kelembagaan hukum tingkat desa sehingga dapat meningkatkan dan memperkuat industri pariwisata di Pekon Kiluan Negeri. Hal ini penting agar masyarakat khususnya aparatur pekon dan badan permusyawarat pekon memiliki skill dalam menghasilkan peraturan desa yang mampu mendorong kemajuan pariwisata, juga kegiatan ini mampu memenuhi kebutuhan hukum Pekon Kiluan Negeri yang saat ini masih minim. Upaya ini dilakukan agar masyarakat menjadi lebih berdaya dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan desanya. Sehingga sasaran khalayak dalam kegiatan ini adalah aparatur pekon, badan permusyaratan pekon, dan yayasan Cikal sebagai LSM yang telah lama melakukan pendampingan dalam urusan pariwisata di desa tersebut. Lokasi kegiatan akan dilaksanakan di Pekon Kiluan Negeri, Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

Metode yang akan digunakan dalam kegiatan ini yaitu melalui ceramah, diskusi, focus group discussion, dan bimbingan teknis serta pendampingan.

.

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

Desa wisata saat ini menjadi prioritas dalam pembangunan di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Provinsi Lampung. Hal ini terlebih didukung dengan diresmikannya jalan tol Lampung- Palembang pada akhir tahun 2019 lalu, yang dapat meningkatkan perkembangan Provinsi Lampung dari sektor pariwisata. Namun sisi lain, meskipun banyak desa wisata bermunculan, tetapi perkembanganya masih bersifat fluktuatif dan kualitatif. Hal ini diduga terjadi akibat masih lemahnya kelembagaan termasuk kelembagaan hukum dalam desa tersebut.

Desa wisata adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung di bawah sebuah pengelolaan dan memiliki kepedulian, serta kesadaran untuk berperan bersama sesuai keterampilan dan kemampuan masing-masing, memberdayakan potensi secara kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di wilayahnya. Desa Wisata menjadi suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.1

Menuju Desa Wisata memerlukan proses yang tidak instan, banyak faktor yang harus dilakukan dan diupayakan. Pengembangan dan penguatan desa wisata sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat. Dalam konsepnya Desa Wisata menempatkan komunitas atau masyarakat sebagai subjek atau pelaku utama dalam pembangunan kepariwisataan, kemudian memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat.

Kecamatan Kelumbayan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tangggamus. Tanggamus adalah satu dari lima belas kabupaten dan kota di Lampung yang menjadi andalan tujuan wisata. Posisinya yang menghadap langsung ke salah satu teluk terbesar yang dimiliki Lampung membuat daerah ini memiliki banyak sekali pilihan tempat wisata bahari. Salah satu tujuan wisata

1 Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3

(5)

2 yang terkenal adalah Teluk Kiluan, tempat dimana wisatawan dapat bertemu langsung dengan lumba-lumba di alam bebas.

Teluk Kiluan adalah objek wisata pantai favorite yang terletak di Pekon Kiluan Negeri, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung dengan potensi wisata bahari, dan terkenal dengan banyaknya lumba-lumba yang jumlahnya ratusan ekor, dan ikan paus disekitaran Teluk Kiluan. Teluk Kiluan juga terkenal dengan keindahan alam dan surga bagi para pemancing handal. Karena setiap tahun diadakan lomba memancing yang diikuti oleh para pemancing handal di seluruh Indonesia. Berdasarkan data, pada liburan tahun 2018 lalu, wisatawan yang berkunjung ke Teluk Kiluan mencapai 2.500 orang.2 Sehingga tidak mengherankan Teluk Kiluan masuk kedalam 7 kawasan unggulan objek wisata Provinsi Lampung. Bahwa Teluk Kiluan telah menjadi primadona pariwisata Kabupaten Tanggamus atau peringkat nomor satu objek wisata di Tanggamus

Teluk Kiluan sangat potensial untuk membuatnya menjadi tujuan wisata dunia, karena Teluk Kiluan merupakan habitat lumba-lumba terbesar di Asia, bahkan dunia.3 Namun amat disayangkan, besarnya potensi wisata di Pekon Kiluan Negeri tersebut belum diimbangi dengan legislasi yang mengakomodir dan menjadi sarana legitimasi dalam penguatan desa wisata yang sustainable.

Masih minimnya peraturan pekon dalam menunjang pengelolaan potensi wisata tersebut menjadi celah dalam pembangunan pariwisata di daerah tersebut. Selain itu, keterlibatan seluruh masyarakat baik dikawasan Teluk Kiluan maupun diluar kawasan untuk diharapkan untu dapat terlibat aktif dalam industri kepariwisataan yang terus berkembang tersebut. Produk hukum yang telah dihasilkan oleh Pekon Kiluan Negeri yang berkaitan dengan pengelolaaan Pariwisata di Teluk Kiluan Negeri baru berjumlah 2 Perdes (Peraturan Desa), yaitu: 1. Perdes Izin Produk 2.

Perdes Retribusi.4

Besarnya potensi wisata di Teluk Kiluan ini, pada tahun 2019 lalu pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

2 http://harianmomentum.com/read/5803/kunjungan-wisata-ke-tanggamus-meningkat-20- persen

3 Danawahyu.2013. Teluk Kiluan Pusat Habitat Lumba-Lumba.

4 Yuni Ratna Sari dan Dian Kagungan, Pengentasan Kemiskinan Desa Pesisir Melalui Optimasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Berbasis Kearifan Lokal Dan Penguatan Kelembagaan Desa Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Sosiologi, Vol. 18, No. 2: 63-73.

(6)

3 Indonesia Nomor 49/Kepmen-Kp/2019 Tentang Kawasan Konservasi Perairan Teluk Kiluan Dan Perairan Sekitarnya Di Provinsi Lampung. Dalam bagian menimbang dalam aturan tersebut menyebutkan bahwa “Teluk Kiluan dan Perairan Sekitarnya di Provinsi Lampung memiliki keunikan fenomena alam dan/atau keunikan budaya lokal yang alami dan berdaya tarik tinggi serta berpeluang besar untuk menunjang pengembangan wisata perairan yang berkelanjutan”. Desa wisata bukan sekedar membangun desa untuk memiliki obyek wisata, melainkan satu kesatuan dalam suatu kebijakan publik di desa secara terintegrasi dan berkelanjutan. Seluruh rangkaian tersebut harus terintegrasi dalam peraturan desa sebagai instrumen yang memiliki kekuatan hukum.

Kondisi inilah yang menjadi pertimbangan khusus untuk dilaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat melalui Legal Coaching Clinic untuk Mengakselerasi Kebutuhan Hukum Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Menuju Desa Wisata. Hal ini menjadi sebuah kebutuhan karena peraturan pekon merupakan payung hukum dalam penyelenggaraan dan pembangunan industri pariwisata di tingkat desa. Hukum dalam hal ini mempunyai kekuatan untuk mengubah keadaan. Fungsi hukum bukan hanya menjaga ketertiban, namun menjadi alat dalam melakukan perubahan sosial dalam masyarakat untuk menjadi lebih baik.

B. Permasalahan Mitra

Atas dasar kondisi sasaran yang akan dilibatkan serta kebutuhan masyarakat akan solusi dari permasalahan yang timbul, maka masalah yang menjadi ruang lingkup dalam kegiatan pengabdian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah meningkatan kapasitas aparatur pekon dalam pemenuhan kebutuhan hukum di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan menuju desa wisata yang sustainable?

2) Bagaimanakah mekanisme akselerasi pemenuhan kebutuhan hukum Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan dalam penguatan menuju Desa Wisata?

(7)

4 C. Tujuan Kegiatan

Legal Coaching Clinic untuk Mengakselerasi Kebutuhan Hukum Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Menuju Desa Wisata, bertujuan agar:

1) Meningkatkan kapasitas aparatur pekon dalam pemenuhan kebutuhan hukum di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan menuju desa wisata yang sustainable.

2) Pemenuhan akselerasi kebutuhan hukum Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan dalam penguatan menuju Desa Wisata.

D. Manfaat Kegiatan

Melalui kegiatan Legal Coaching Clinic untuk Mengakselerasi Kebutuhan Hukum Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Menuju Desa Wisata diharapkan proses pemenuhan akselerasi kebutuhan hukum dapat terealisasi sehingga Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan memiliki perangkat hukum yang dapat menjadi sarana dalam penguatan menuju desa wisata. Sehingga hal tersebut bermanfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan.

(8)

5 BAB 2

SOLUSI DAN TARGET LUARAN

A. Solusi

Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dalam peningkatan kapasitas dan pencapaian kesejahteraan sosial, salah satunya adalah dengan melakukan pelatihan, sosialisasi, diskusi dalam satu forum resmi seperti FGD.

Untuk menjawab permasalahan pertama, yakni meningkatkan kapasitas aparatur pekon dalam pemenuhan kebutuhan hukum di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan menuju desa wisata yang sustainable, maka melalui pendidikan dengan pemaparan secara normatif dan teoritis teknik pembentukan peraturan pekon yang baik.

Selanjutnya, setelah para aparatur pekon, badan permusyawaratan pekon, dan perwakilan masyarakat memahami teknik penguasaan pembentukan peraturan pekon, maka selanjutnya dilakukan terlebih dahulu pemamparan mengenai materi-materi substansi dari upaya peningkatan perekonomian masyarakat melalui desa wisata. Hal ini sebagai dasar legal drafter di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan memahami materi substansi yang akan dibentuk dalam penguatan desa wisata. Kemudian, melalui tahapan selanjutnya adalah proses pendampingan dan bimbingan terhadap inventarisasi kebutuhan hukum di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan dan pembentukan draf rancangan peraturan pekon tersebut. Sehingga pada akhirnya Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan memiliki legislasi yang kuat untuk menuju desa wisata yang sustainable.

Kegiatan desa binaan terhadap Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan ini pada dasarnya melakukan pemberdayaan masyarakat dengan menjadikan mitra tidak hanya objek namun juga subjek. Dengan demikian, meski kegiatan pengabdian telah berakhir namun masyarakat tetap berkesinambungan dengan telah mendapatkan skill baik secara materiil maupun formiil dalam pemenuhan dan pembentukan peraturan pekon yang baik, khususnya dalam konteks menuju desa wisata.

(9)

6 B. Target Luaran Solusi

Luaran atas solusi yang telah ditawarkan, antara lain yaitu:

1) Peningkatan kapasitas aparatur pekon dalam pemenuhan kebutuhan hukum di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan menuju desa wisata yang sustainable yang diukur dengan nilai hasil post test diatas 80 (delapan puluh).

2) Daftar dan draft rancangan peraturan pekon dalam pemenuhan dan penguatan Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan menuju desa wisata.

C. Rencana Capaian Luaran

Luaran yang ditargetkan dari kegiatan pengabdian ini, antara lain yaitu:

Tabel 1. Rencana Capaian Luaran

No. Jenis Luaran Indikator Capaian

Luaran Wajib

1 Publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN/Prosiding ber ISBN Terbit 2 Publikasi pada media cetak/online/repository PT Terbit 3 Peningkatan daya saing (peningkatan kualitas, kuantitas,

serta nilai tambah barang, jasa, diversifikasi produk, atau sumber daya lainnya)

Produk

4 Peningkatan penerapan iptek di masyarakat (mekanisme, IT, dan manajemen)

Penerapan

5 Perbaikan tata nilai masyarakat (seni budaya, sosial, politik, keamanan, ketentraman, pendidikan, kesehatan)

Sudah dilaksanakam

Luaran Tambahan

1 Publikasi di Jurnal Internasional Belum

2 Jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang Produk

3 Inovasi baru/TTG Belum

4 Hak Kekayaan Intelektual (Paten, Paten sederhana, Hak Cipta, Merek Dagang, Desain Produk Industri,

Perlindungan varietas tanaman, Perlindungan desain topografi sirkuit terpadu)

Draf

5 Buku ber ISBN Draf

(10)

7 D. Tinjauan Pustaka

Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang penting dan mempunyai potensi serta peluang yang besar untuk dikembangkan. Pariwisata merupakan sektor yang sangat potensial bagi penerimaan devisa negara, selain itu pengembangan sektor pariwisata juga ditunjukkan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Namun demikian pada prinsipnya pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara.

Pembangunan kepariwisataan sebagai bagian dari pembangunan nasional.

Sejalan dengan tahap-tahap pembangunan nasional, pelaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang, bertahap, dan berkesinambungan. Nampak jelas bahwa pembangunan di bidang kepariwisataan mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.5

Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan.

Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor lain meliputi industri-industri seperti industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan, dan transportasi.6 Disebutkan bahwa pariwisata sebagai industri jasa yang digolongkan sebagai industri ke tiga cukup berperan penting dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai kesempatan kerja, dengan alasan semakin mendesaknya tuntutan akan kesempatan kerja yang tetap sehubungan dengan selalu meningkatnya wisata pada masa yang akan datang.7

Pengembangan pariwisata disuatu daerah tujuan wisata sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian suatu daerah atau Negara. Pengembangan pariwisata akan selalu memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat

5Harry Waluyo (et al). 1993. Dukungan Budaya Terhadap Perkembangan Ekonomi (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 30.

6Salah Wahab. 1976. Manajemen Kepariwisataan Terjemahan Frans Gromang. Jakarta:

PT Pradnya Paramita. hlm. 5.

7James J. Spillane. 1993. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya Yogyakarta:

Kanisius. hlm. 47.

(11)

8 banyak. Terminology pengembangan kepariwisataan tersebut menurut James J.

Spillane.8 yaitu: “pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata baik secara local, regional atau ruang lingkup nasional pada suatu Negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau Negara tersebut.

Dengan perkataan lain, pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.” Perkembangan industri pariwisata memunculkan banyak pengaruh, terutama pengaruh ekonomi dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan.

Pariwisata perlu dikembangkan dengan alasan bahwa pembangunan pariwisata pada suatu daerah tertentu tergantung pada pengambil kebijakan melalui penelitian atau pengkajian terhadap semua aspek yang berkaitan dengan pariwisata tersebut. Mulai dari potensi yang dimiliki daerah tersebut, kebiasaan hidup masyarakat disekitarnya, kepercayaan yang dianut, sampai dengan tingkah laku atau kebiasaan wisatawan yang direncanakan akan ditarik untuk berkunjung kedaerah tersebut.9 Secara yuridis berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengertian Kepariwisataan merupakan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Tidak dapat dipungkir bahwa salah satu bagian penting dari pembangunan ekonomi adalah pembangunan di bidang industri. Pembangunan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan yang salah satunya melalui percepatan perekonomian mempunyai perkaitan yang sangat erat dengan hukum. De Soto dalam bukunya Mystery of Capital mengemukakan peran penting institusi hukum dalam keberhasilan ekonomi suatu negara.10

Secara holistik dan khusus, institusi hukum juga mempunyai kaitan dengan percepatan pembangunan dan kegiatan ekonomi sebagaimana hasil

8Ibid.

9Oka A. Yoeti.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

10 Hernando De Soto, Mystery of Capital, (Transworld, 2010), sebagaimana dikutip Rudy. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme Indonesia. Bandar Lampung: Indepth Publishing. hlm.87

(12)

9 penelitian para ahli ekonomi dan hukum seperti Thomas Carothers11 dan Kenneth Dam.12 Menurut Satjipto Rahardjo,13 banyak peranan-peranan positif yang dapat dimainkan oleh hukum, yaitu:

a. Penciptaan lembaga-lembaga hukum baru yang melancarkan dan mendorong pembangunan;

b. Mengamankan hasil-hasil yang diperdapat oleh kerja dan usaha;

c. pengembangan keadilan untuk pembangunan;

d. pemberian legitimasi terhadap perubahan-perubahan;

e. penggunaan hukum untuk perombakan-perombakan;

f. penyelesaian perselisihan;

g. pengaturan kekuasaan pemerintah.

Konsep Desa Wisata menjadi sinergi besar antara Kemenpar dan Kemendes PDTT. Desa wisata dikenal juga dengan istilah village tourism, rural tourism, farm tourism atau agro tourism.14 Sedangkan desa wisata di Indonesia merupakan keterpaduan dari atraksi, akomodasi, serta fasilitas pendukung yang tersaji dan menyatu dengan struktur kehidupan, tata cara, dan tradisi.15 Penetapan sebuah desa sebagai desa wisata harus memiliki daya tarik wisata (attractions), mudah dijangkau (accessibilities), dan terdapat sarana pariwisata (amenities). Keamanan dan dukungan masyarakat serta aparat desa sangat diperlukan. Desa wisata sebagai alternatif dalam pengembangan pariwisata merupakan upaya untuk mengatasi sisi negatif yang terjadi pada pengembangan kawasan wisata yang bersifat tertutup (enclave).16

Mengacu pada penelitian serta studi UNDP dan WTO, terdapat tiga pendekatan dalam pengembangan desa wisata yaitu interaksi tidak

11 Thomas Carothers (ed.). 2006. Promoting The Rule Of Law Abroad: In Search Of Knowledge. Carnegie Endowment for International Peace.

12 Kenneth Dam. 2006. The Law-Growth Nexus: The Rule Of Law And Economic Development. Brookings Institution Press.

13 Satjipto Rahardjo. 1980. Hukum dan Masyarakat. Bandung: Angkasa. Hlm. 136.

14 Leu, W. 1992. The Swiss Experience. In: Nuryanti (editor). Universal Tourism Enriching or Degrading Culture. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

15 Nuryanti, Windu. 1993. Concept, Perspective and Challenges. Naskah Lengkap Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

16 Dewa Putu Oka Prasiasa, dan Dewa Ayu Diyah Sri Widari, Desa Wisata Berbasis Pemberdayaan, Kemitraan, Dan Penguatan Kelembagaan Di Desa Terunyan, Bali. Jurnal Sosiologi USK, vol. 13 Nomor 1, Juni 2019.

(13)

10 langsung, interaksi setengah langsung, dan interaksi langsung.17 Menurut Inskeep , dalam konteks pariwisata, kelembagaan adalah komponen penting dalam menunjang keberhasilan pariwisata.18 Kelembagaan berperan dalam mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat dalam upaya peningkatan potensi pariwisata.19

Strategi peningkatan kapasitas kelembagaan di tingkat desa mendorong lembaga pekon/desa untuk memahami tugas dan fungsinya, memperkuat kelembagaan desa/pekon yang terbuka dalam arti melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan.20 Unsur penting dari kelembagaan, di antaranya adalah:

1) Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat.

2) Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima secara luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur.

3) Peraturan dan penegakan aturan/hukum .

4) Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerja sama dengan dukungan tingkah laku, hak dan kewajiban anggota.

5) Kode etik 6) Kontrak 7) Pasar

8) Hak milik (property rights atau tenure ship) 9) Organisasi

10) Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan.21

17 UNDP and World Tourism Organization. 1981. Tourism Development Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid.

18 Inskeep, E. (1991). Tourism planning: an integrated and sustainable development approach : Van Nostrand Reinhold.

19 Triambodo, S., & Damanik, J. (2015). Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Desa Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif (Studi di Desa Wisata Kerajinan Tenun Dusun Gamplong, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam Gita Ratri Prafitri, dan Maya Damayanti. 2017. Kapasitas Kelembagaan Dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus: Desa Wisata Ketenger, Banyumas). Jurnal Pengembangan Kota, Vol 4, No 1.

20 Yuni Ratna Sari dan Dian Kagungan. Op.Cit.

21 Muhammad Guntur. 2017. Kajian Kelembagaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Kiluan Provinsi Lampung Sebagai Kawasan Pariwisata. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(14)

11 Berbagai elemen di atas dapat dilihat bahwa definisi institusi atau kelembagaan didominasi oleh unsur-unsur aturan, tingkah laku atau kode etik, norma, hukum dan faktor pengikat lainnya antar anggota masyarakat yang membuat orang saling mendukung dan bisa berproduksi atau menghasilkan.

Kelembagaan dapat berkembang dengan baik apabila ada infrastruktur kelembagaan (wadah), penataan kelembagaan (struktur) dan mekanisme 11 kelembagaan (aturan). Di mana aturan disepakati bersama dan jelas tugas dan fungsinya dalam organisasi. Sumber daya manusia yang berpotensi dan kredibel serta wawasan yang luas dan mempunyai peran yang cukup penting dalam jalannya roda organisasi tersebut.22 Peran pengaturan kelembagaan dan tepatnya lagi aspek tata kelola sumber daya seringkali sebagai faktor penentu di samping aspek-aspek teknis. Di sisi lain kapasitas pengelolaan masyarakat di suatu wilayah sangat ditentukan oleh kapasitas sumber daya manusia (human capital) dan faktor modal sosial (social capital).

Menurut Syarief dalam Darsono et. al., bahwa memberdayakan masyarakat pesisir tidak seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya karena di dalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masyarakat antara lain masyarakat nelayan tangkap, nelayan pengumpul/bakul, nelayan buruh, nelayan tambak, petani, dan pelaku usaha pariwisata. Masing- masing kelompok masyarakat tersebut memerlukan pendekatan yang berbeda, sehingga program pemberdayaan masyarakat pesisir harus di design dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, antara wilayah pesisir satu dengan yang lain.23

Nurhasanah et. al., mengungkapkan pemberdayaan masyarakat merupakan solusi yang tepat dalam penanganan lingkungan yang baik dimana ketika mereka telah sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan habitat pesisir di sekeliling mereka, mereka akan merasakan sendiri manfaat lebih yang didapat mereka terima dari upaya melestarikan lingkungan pesisir tersebut.24

22 Ibid.

23 Darsono, Purwaningsih O, Kusumastuti CT, Triwahana. 2015. Desain Pengelolaan wilayah Pesisir Pantai Berbasis Masyarakat. (ID): Universitas PGRI Yogyakarta.

24 Nurhasanah IS, Alvi NN, Persada C. 2017. Perwujudan Pariwisata Berkelanjutan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Pulau Pahawang, Pesawaran Provinsi Lampung.

(ID): Jurnal Tataloka. Vol 19 No 2: 117-128.

(15)

12 BAB 3

METODE PELAKSANAAN

A. Metode dan Tahapan

Kegiatan ini akan dilakukan dalam beberapa metode, yaitu sebagai berikut:

1) Ceramah dan diskusi

2) Focus Group Discussion (FGD) 3) Bimbingan Teknis dan Pendampingan

B. Deskripsi Kegiatan

Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam rangka akselerasi kebutuhan hukum dan penguatan menuju desa wisata di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan. Mengingat besarnya potensi wisata yang ada di daerah tersebut, namun belum diimbangi dengan peraturan desa sebagai legitimasi hukum yang mampu mengoptimalkan segala potensi wisata yang ada, maka kegiatan ini menjadi jalan tengah dan solusi dalam pemberdayaan dan pendampingan memenuhi kebutuhan hukum menuju desa wisata. Melalui kegiatan ini juga menyebarluaskan hasil penelitian peneliti yang dilakukan pada tahun 2019 dengan judul, “Roadmaping Kebutuhan Hukum Daerah dalam Mendorong Pembangunan Industri Pariwisata yang Sustainable”.

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang akan dilaksanakan guna merealisasikan solusi dan penggunaan metode, adalah sebagai berikut:

1) Pemaparan materi dan diskusi mengenai:

a. Fungsi dan peran hukum dalam pembangunan.

b. Teknik pembentukan peraturan pekon yang baik dan tepat, baik dari segi formil maupun materiil.

c. Kedudukan dan fungsi peraturan pekon dalam penyelenggaraan otonomi desa.

(16)

13 d. Pembangunan Industri pariwisata dalam peningkatan perekonomian

masyarakat.

e. Inventarisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dalam mendukung Desa Wisata.

f. Studi komparatif terhadap peraturan desa yang ada di desa lain dalam upaya penguatan desa wisata.

2) FGD mengenai harmonisasi peraturan pekon yang telah ada di Pekon Kiluan Negeri, inventarisasi perencanaan peraturan pekon yang dibutuhkan dalam penguatan desa wisata yang sustainable, serta finalisasi daftar rancangan peraturan pekon dalam memajukan desa wisata;

3) Bimbingan teknis dan pendampingan pembuatan draft rancangan peraturan pekon yang dibutuhkan dan telah disepakati oleh masyarakat, pendampingan sosialisasi peraturan pekon yang telah disahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

D. Pihak yang Terlibat

Khalayak sasaran Legal Coaching Clinic untuk Mengakselerasi Kebutuhan Hukum Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Menuju Desa Wisata ini dilakukan terhadap 30 orang yang terdiri dari aparatur Pemerintah Pekon, Badan Permusyawaratan Pekon, Pokdarwis (Kelompok masyarakat sadar wisata), perwakilan masyarakat, tokoh masyarakat serta Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus.

E. Partisipasi Mitra

Partisipasi mitra dalam kegiatan pengabdian ini yaitu mitra sebagai subjek sekaligus objek dalam setiap tahapan proses akselerasi kebutuhan hukum menuju desa wisata, mulai dari perencanaan hingga tahap penerapan upaya mewujudkan desa wisata. Kontribusi mitra, mitra dalam hal menyediakan tempat saat pelaksanaan ceramah dan FGD, informasi dan data yang dibutuhkan, serta menjadi penghubung ke masyarakat Pekon Kiluan Negeri yang menjadi peserta dalam kegiatan pengabdian ini.

(17)

14 F. Evaluasi Program

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan Legal Coaching Clinic untuk Mengakselerasi Kebutuhan Hukum Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Menuju Desa Wisata ini, khalayak sasaran kegiatan perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan secara spesifik untuk mengetahui tingkat penguasaan materi dan teknik. Langkah-langkah evaluasi dilakukan sebagai berikut:

a) Evaluasi Awal: dilakukan sebelum terselenggaranya penyampaian materi melalui ceramah dan diskusi, dengan maksud untuk mengetahui tingkat penguasaan materi dan teknik pembentukan peraturan pekon. Evaluasi ini dilakukan oleh Tim Fasilitator dengan menggunakan daftar pertanyaan (pretest).

b) Evaluasi Proses: dilakukan selama proses kegiatan ceramah dan FGD, dengan cara menilai partisipasi aktif peserta melalui sejumlah pertanyaan dengan bobot pertanyaan yang diajukan.

c) Evaluasi Akhir: dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sama pada waktu pretest yang diselenggarakan pada akhir kegiatan ceramah dan FGD. Evaluasi akhir ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan penyampaian materi dan FGD dengan membandingkan penguasaan materi peserta sebelum dan sesudah kegiatan tersebut. Hasil yang dapat dicapai para peserta ditunjukkan dengan melihat perkembangan hasil evaluasi akhir (En) dikurangi hasil evaluasi awal (Ea) atau K = (En) - (Ea).

d) Evaluasi Lanjutan: dilakukan dengan memantau proses bimbingan dengan melihat tingkat peningkatan skill peserta dalam menghasilkan draft rancangan peraturan pekon.

(18)

15 BAB 4

PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN A. Kepakaran yang Diperlukan

Guna menyelesaikan permasalahan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka berikut beberapa jenis kepakaran yang dibutuhkan dalam kegiatan ini:

Tabel 2. Jenis Kepakaran yang Diperlukan

No Kepakaran Jobdesk

1 Politik Hukum dan HAM

Memaparkan arah kebijakan hukum dalam Peraturan Desa

2 Legal drafting Mendampingi dan melatih pembuatan draft peraturan pekon

3 Hukum

Pemerintahan Desa

Memaparkan optimalisasi penyelenggaraan otonomi desa melalui peraturan desa

B. Personalia dan Pembagian Tugas Tim

Berikut personalia tim pengusul beserta kepakaran dan tugasnya masing- masing:

Tabel 3. Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas

No Nama dan Gelar

Akademik Instansi Kepakaran Alokasi Waktu (jam/minggu)

Uraian Tugas

1. Dr. Candra Perbawati, S.H., M.H.

Unila Politik Hukum dan HAM

12 jam/minggu Memaparkan arah kebijakan hukum dalam Peraturan Desa

2 Anggota 1 Unila Legal

drafting

8 jam/minggu Mendampingi dan melatih pembuatan draft peraturan pekon

3 Anggota 2 Unila Hukum

Pemerintaha n Desa

8 jam/minggu Memaparkan optimalisasi penyelenggaraan otonomi desa melalui peraturan desa.

(19)

16 BAB 5

BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN

A. Rencana Anggaran Belanja (RAB)

Biaya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini diperkirakan sebesar Rp.20.000.000,- (Dua Puluh Juta Rupiah) dengan rincian:

Tabel 4. Rencana Anggaran Biaya Kegiatan

No Kegiatan Justifikasi Volume Satuan Satuan

(Rp) Jumlah (Rp)

I Pengadaan Alat & Bahan

1 Backdrop & spanduk

Nota dan

Kwitansi 2 paket

350.000 700.000

2 Konsumsi + Snack

Nota dan

Kwitansi 60 paket

40.000

2.400.000

3 Seminar kit

Nota dan

Kwitansi 30 paket 50.000 1.500.000

4 Modem

Nota dan

Kwitansi 1 buah 400.000 400.000

5 Flashdisk

Nota dan

Kwitansi 2 buah 100.000 200.000

6 Plakat

Nota dan

Kwitansi 1 buah 500.000 500.000

Sub-Total 5.700.000

II Travel Expenditure

1 Transport peserta

Nota dan

Kwitansi 30 orang

50.000

1.500.000

2

Sewa tempat Nota dan

Kwitansi 1 kali 200.000 200.000

3

Transport lokal ke Pemda Provinsi Lampung

(5 org x 1kali PP) Kwitansi 2 kali 300.000 600.000

4

Bandar Lampung ke Tanggamus

(5 org x 1kali PP) Kwitansi 3 kali 1.000.000 3.000.000

Sub-Total 5.300.000

III ATK/BHP

1 Alat tulis kantor

Nota dan

Kwitansi 6 kali

200.000

1.200.000

2 Sewa peralatan

Nota dan

Kwitansi 1 paket

500.000 500.000

3 Pulsa (5 orang) Nota dan 6 bulan 250.000 1.500.000

(20)

17 Kwitansi

4

Kuota Internet (3 orang)

Nota dan

Kwitansi 6 bulan 300.000 1.800.000

5

Hand Sanitizer

Nota dan

Kwitansi 20 Botol 25.000 500.000

6

Masker Disposable

Nota dan

Kwitansi 5 Kotak 100.000 500.000

Sub-Total 6.000.000

IV Laporan/Diseminasi/Publikasi

1

Penyusunan proposal dan laporan

Nota dan

Kwitansi 1 paket

800.000 800.000

2 Publikasi jurnal Kwitansi 1 kali

500.000 500.000 3 Publikasi media

cetak/online Kwitansi 1 kali 200.000 200.000

4

Cetak modul

Nota dan

Kwitansi 1 paket 1.500.000 1.500.000

Sub-Total 3.000.000

Total Biaya 20.000.000

Jadi total biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah Dua Puluh Juta Rupiah.

B. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan pengabdian ini rencananya akan dilaksanakan dengan lokasi dan waktu sebagai berikut:

Tempat : Pekon Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan Waktu : Bulan Mei sd Oktober 2021

Adapun tahap-tahap kegiatan dan jadwal secara spesifik dapat dilihat dalam tabel berikut:

(21)

18 Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan

No Jenis Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6

1 Pengurusan surat izin, dokumen dan MoU kerjasama dengan desa mitra tempat pelaksanaan kegiatan

2 Penyusunan dan penyesuaian jadwal seluruh tahapan proses kegiatan dengan desa mitra

3 Pembentukan tim panitia dalam pelaksanaan kegiatan yang terstruktur

4 Pengumpulan bahan hukum dan penyusunan materi kegiatan

5 Penggandaan materi dan kuisioner 6 Penyuluhan dan diskusi materi 7 FGD dan kegiatan pendampingan 8 Monitoring dan evaluasi

9 Pembuatan laporan dan publikasi

(22)

19 DAFTAR PUSTAKA

Danawahyu. 2013. Teluk Kiluan Pusat Habitat Lumba-Lumba.

Darsono, Purwaningsih O, Kusumastuti CT, Triwahana. 2015. Desain Pengelolaan wilayah Pesisir Pantai Berbasis Masyarakat. (ID):

Universitas PGRI Yogyakarta.

Dewa Putu Oka Prasiasa, dan Dewa Ayu Diyah Sri Widari, Desa Wisata Berbasis Pemberdayaan, Kemitraan, Dan Penguatan Kelembagaan Di Desa Terunyan, Bali. Jurnal Sosiologi USK, vol. 13 Nomor 1, Juni 2019.

Gita Ratri Prafitri, dan Maya Damayanti. 2017. Kapasitas Kelembagaan Dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus: Desa Wisata Ketenger, Banyumas). Jurnal Pengembangan Kota, Vol 4, No 1.

Harry Waluyo (et al). 1993. Dukungan Budaya Terhadap Perkembangan Ekonomi (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hernando De Soto, Mystery of Capital, (Transworld, 2010)

Inskeep, E. (1991). Tourism planning: an integrated and sustainable development approach : Van Nostrand Reinhold.

James J. Spillane. 1993. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya Yogyakarta: Kanisius.

Kenneth Dam. 2006. The Law-Growth Nexus: The Rule Of Law And Economic Development. Brookings Institution Press.

Leu, W. 1992. The Swiss Experience. In: Nuryanti (editor). Universal Tourism Enriching or Degrading Culture. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muhammad Guntur. 2017. Kajian Kelembagaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Kiluan Provinsi Lampung Sebagai Kawasan Pariwisata. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurhasanah IS, Alvi NN, Persada C. 2017. Perwujudan Pariwisata Berkelanjutan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Pulau Pahawang, Pesawaran Provinsi Lampung. (ID): Jurnal Tataloka. Vol 19 No 2: 117- 128.

Nuryanti, Windu. 1993. Concept, Perspective and Challenges. Naskah Lengkap Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Oka A. Yoeti.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Rudy. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme Indonesia. Bandar Lampung: Indepth Publishing.

Salah Wahab. 1976. Manajemen Kepariwisataan Terjemahan Frans Gromang.

Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Satjipto Rahardjo. 1980. Hukum dan Masyarakat. Bandung: Angkasa.

Thomas Carothers (ed.). 2006. Promoting The Rule Of Law Abroad: In Search Of Knowledge. Carnegie Endowment for International Peace.

Triambodo, S., & Damanik, J. (2015). Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Desa Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif (Studi di Desa Wisata Kerajinan Tenun Dusun Gamplong, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

UNDP and World Tourism Organization. 1981. Tourism Development Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid.

(23)

20 Yuni Ratna Sari dan Dian Kagungan, Pengentasan Kemiskinan Desa Pesisir Melalui Optimasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Berbasis Kearifan Lokal Dan Penguatan Kelembagaan Desa Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Sosiologi, Vol.

18, No. 2: 63-73.

Gambar

Tabel 1. Rencana Capaian Luaran
Tabel 2. Jenis Kepakaran yang Diperlukan
Tabel 4. Rencana Anggaran Biaya Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri.. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini

Институт за стандардизацију Србије (у даљем тексту: Институт) је једино национално тело за стандардизацију у Републици Србији.. Оснивач Института је Република

Berdasarkan hasil tes kompetensi yang dilaksanakan oleh PT United Tractor Samarinda pada siswa yang melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin), diperoleh hasil

Dengan banyak pelayan tersebut waktu yang dibutuhkan untuk melayani nasabah menggunakan sistem fuzzy logic Sugeno lebih cepat dari pada menggunakan sistem bank konvesional sehingga

Dengan panjang jalan 325 meter dan jarak antar tiang 35 meter,maka jumlah titik lampu yang dibutuhkan untuk Penerangan Jalan Umum (PJU) di Komplek Kantor

Irwan Setyawan menyatakan bahwa pada umumnya masyarakat dan juga korban salah tangkap itu sendiri tidak mengetahui adanya ganti kerugian dari negara apabila dikenakan

1) Pelaksanaan audit lebih sederhana. 2) Auditor yang memiliki pengetahuan minimal di bidang komputer dapat dilatih dengan mudah untuk melaksanakan audit.. Kelemahannya adalah

Principal tersebut adalah perusahaan yang telah terdaftar pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan memiliki referensi Bank setempat. Surat Jaminan yang