• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN GENTENG

KABUPATEN BANYUWANGI

ANALYSIS OF HOUSEHOLD SCALE TEMPE AGRO-INDUSTRY VALUE ADDED IN GENTENG SUB-DISTRICT

BANYUWANGI DISTRICT

Bambang Hermanto

1

, Teguh Hari Santosa

2

& Henik Prayuginingsih

2

1

Alumni Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, UM Jember

2

Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, UM Jember email: hbambang669@gmail.com

ABSTRAK

Tempe merupakan makanan berbahan baku kedelai yang mengalami proses fermentasi. Tujuan penelitian untuk: (1) mempelajari nilai tambah agroindustri tempe skala rumah tangga, (2) mengidentifikasi keuntungan agroindustri tempe skala rumah tangga. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan survei yang berlokasi di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi tahun 2020. Metode analisis data adalah analisis keuntungan dan nilai tambah. Hasil penelitian adalah agroindustri tempe berdasarkan skala rumah tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi menguntungkan. Keuntungan rata-rata agroindustri tempe di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp 9.518/kg kedelai. Agroindustri tempe berdasarkan skala rumah tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi memberikan nilai tambah.

Nilai tambah rata-rata agroindustri tempe Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp 12.365/kg kedelai.

Kata Kunci: Keuntungan, Nilai Tambah, Tempe.

ABSTRACT

Tempe is a food made from soybeans which undergoes a fermentation process. The research objective was to: (1) study the added value of household scale tempe agro-industry, (2) to identify the advantages of household scale tempe agro-industry. The research used descriptive and survey methods located in Genteng District, Banyuwangi Regency in 2020. The data analysis method was profit and value added analysis. The result of this research is that tempe agroindustry based on household scale in Genteng District, Banyuwangi Regency is profitable. The average profit of tempe agro-industry in Genteng District, Banyuwangi Regency is IDR 9,518 / kg of soybeans. Tempe agroindustry based on household scale in Genteng District, Banyuwangi Regency provides added value. The added value of the tempe agro-industry in Genteng District, Banyuwangi Regency is IDR 12,365 / kg of soybeans.

Keywords: Profits, Tempe, Value Added.

(2)

PENDAHULUAN

Tempe merupakan makanan berbahan baku kedelai yang mengalami proses fermentasi dan sering dikonsumsi dari berbagai kalangan masyarakat sebagai makanan pendamping nasi.

Berbagai kalangan masyarakat di Indonesia sangat menyukai tempe sebagai makanan pendamping nasi, karena tempe merupakan makanan yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi serta harga yang relatif terjangkau oleh daya beli berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala Kelompok umur (dari bayi hingga lansia),sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.

Agroindustri tempe merupakan kegiatan pengolahan kedelai dengan berbagai proses produksi, sehingga dapat menghasilkan produk berupa tempe. Agroindustri tempe dalam menjalankan usahanya harus mengetahui apakah usaha yang dijalankan memperoleh keuntungan atau tidak. Pengrajin tempe atau agroindustri tempe harus dapat menguntungkan, agar agroindustri tersebut dapat berkembang dengan baik.

Pengrajin tempe harus mengetahui besaran biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, seperti biaya total produksi. Biaya total berasal dari biaya tetap dan biaya variabel yang ada di dalam kegiatan pengolahan tempe. Selain menghitung biaya total, pengrajin tempe juga harus menghitung biaya pokok yang dikeluarkan.

Besarnya biaya pokok yang dikeluarkan berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha agroindustri tempe.

Perhitungan biaya ini sangat penting sebagai acuan dalam menetapkan harga tempe yang dijual, agar harga tidak lebih rendah dari biaya produksi yang dikeluarkan Penetapan harga tempe yang dijual dapat berpengaruh terhadap penerimaan dan pendapatan yang didapatkan oleh pengrajin tempe. Agroindustri memiliki peran penting dalam menciptakan nilai tambah.

Nilai tambah dapat berpengaruh terhadap perekonomian di daerah tersebut Tempe yang dihasilkan menciptakan nilai tambah yang akan berpengaruh terhadap pendapatan yang didapat agroindustri atau pengrajin tempe di daerah tersebut.Keberlanjutan usaha dapat dilihat dari bagaimana para pengrajin menjalankan usahanya, seperti besarnya biaya pokok yang dikeluarkan, besarnya pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh pengrajin tempe.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mempelajari nilai tambah agroindustri tempe skala rumah tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi, 2) Untuk mengidentifikasi keuntungan agroindustri tempe

skala rumah tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi.

METODOLOGI PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Method) yaitu di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi.

Lokasi ini dipilih karena Kecamatan Genteng merupakan salah satu sentra agroindustri tempe Kabupaten Banyuwangi. Agroindustri tempe yang berada di Kecamatan Genteng kurang begitu berkembang dalam proses pengolahannya.

Agroindustri tempe tersebut masih tetap berproduksi meskipun alat yang digunakan sederhana (semi manual). Cara pengolahan tempe yang sederhana dan produk yang dihasilkan masih berupa tempe mentah inilah menjadikan lokasi agroindustri tempe di Kecamatan Genteng dipilih sebagai lokasi penelitian. Agroindustri sebagai salah satu kegiatan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka untuk itu di perlukan optimalisasi peran agroindustri yang ada di Kecamatan Genteng untuk mendorong masyarakat untuk usaha terutamanya agroindustri karena dengan kondisi yang ada sekarang agroindustri belum berfungsi secara optimum.

Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan survei. Metode deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat dan faktor tertentu. metode survey merupakan cara untuk mengumpulkan data dari jumlah unit atau individu dalam jangka waktu tertentu secara bersamaan, serta melakukan wawancara secara langsung kepada responden (Santoso 2012) Jenis Sumber dan pengumpulan data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disediakan kepada pelaku agroindustri tempe di Kecamatan genteng. Data sekunder dikumpulkan dari instansi yang terkait dengan penelitian seperti data Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan lain lain.

Menurut Umar (2003), data primer

merupakan data mentah yang akan diproses untuk

tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan

yang diperoleh langsung dari sumber pertama,

misalnya dari individu. Data primer diperoleh dari

hasil wawancara. Metode wawancara merupakan

metode yang memberi pertanyaan terstruktur

kepada sampel dari populasi dan dirancang untuk

memperoleh informasi (data) dari responden

(Widayat dan Amirullah, 2002).

(3)

Menurut Umar (2003), data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif. Data sekunder yang digunakan untuk penelitian di Kabupaten Banyuwangi adalah data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi, data dari Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi dan data dari Dinas Perdagangan Kabupaten Banyuwangi untuk melengkapi data penelitian.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling agroindustri yang terdapat di Dinas Perdagangan Banyuwangi.

Metode total sampling adalah pengambilan contoh yang dilakukan pada populasi secara keseluruhan, yaitu seluruh populasi akan menjadi anggota sampel yang akan diteliti (Kusumawardani, 2010). Di Kecamatan Genteng terdapat 20 agroindustri tempe yang berada di Desa Genteng wetan, Genteng kulon, Kembiritan.

Tabel 1. Jumlah Agroindustri yang Tersebar di Kecamatan Genteng

Nama Desa Populasi Sampel

1 Genteng wetan 8 8

2 Kaligondo 8 8

3 Genteng Kulon 4 4

4 Kali Setail - -

5 Kembiritan - -

Jumlah 20 20

Sumber: Data primer diolah (2019).

Tabel 1. menunjukkan bahwa banyaknya agroindustri tempe di Kecamatan Genteng ada di tiga desa dan terdapat duapuluh agroindustri tempe. Agroindustri yang berada di desa Genteng wetan terdapat delapan agroindustri, di desa Genteng kulon tedapat empat agroindustri tempe dan di desa Kaligondo terdapat delapan agroindustri tempe.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Keuntungan

Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Secara matematis analisis keuntungan dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 2000):

π = P.Q - (TFC+TVC) Keterangan:

π = Keuntungan usaha pengolahan kedelai menjadi tempe(Rp)

TR = Total Penerimaan usaha pengolahan kedelai menjadi tempe (Rp)

TC = Biaya total usaha pengolahan kedelai menjadi tempe (Rp)

P = Harga produk tempe (Rp/kg) Q = Jumlah Produksi tempe (kg)

TVC = Total Biaya Variabel usaha pengolahan tempe (Rp)

TFC = Total Biaya Tetap usaha pengolahan tempe (Rp)

Untuk menguji hipotesis pertama bahwa agroindustri tempe menghasilkan keuntungan, maka digunakan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Apabila TR > TC, maka kegiatan pengolahan tempe di Kecamatan Genteng menguntungkan.

b. Apabila TR < TC, maka kegiatan pengolahan tempe di Kecamatan Genteng merugikan.

c. Apabila TR = TC, maka kegiatan agroindustri tempe di Kecamatan Genteng dalam kondisi impas, yaitu tidak rugi dan tidak untung.

2. Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah pada agroindustri tempe

dianalisis menggunakan analisis nilai tambah

Melalui analisis nilai tambah ini dapat diperoleh

informasi mengenai perkiraan nilai tambah,

imbalan tenaga kerja, imbalan bagi modal dan

manajemen dari setiap kilogram bahan baku yang

diolah menjadi tempe. Nilai tambah tempe dapat

dihitung menurut Hayami dalam Hidayat (2009)

dapat dilihat pada Tabel 2

(4)

Tabel 2. Proses Perhitungan Nilai Tambah Bahan Baku Tempe

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1 Hasil Produksi (kg) (1)

2 Bahan Baku (kg) (2)

3 Tenaga Kerja (3)

4 Faktor Konversi (4) = (1)/(2)

5 Koefisien Tenaga Kerja (5) = (3)/(2)

6 Harga Produksi (Rp/kg) (6)

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (7)

Keuntungan dan Nilai Tambah

8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) (8)

9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (9)

10 Nilai Produk (Rp/kg) (10) = (4)x(6)

11 a. Nilai Tambah (Rp/kg) (11a) = (10)-(9-8)

b. Rasio Nilai Tambah Terhadap Nilai Produk (%) (11b) = (11a)/(10)*100%

c. Rasio Nilai Tambah Terhadap Bahan Baku (%) (11c) = (11a)/(8)*100%

12 a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/kg) (12a) = (5)x(7)

b. Bagian Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a)/(11a)*100%

13 a. Keuntungan (Rp/kg) (13a) = (11a)-(12a)

b. Bagian Keuntungan (%) (13b) = (13a)/(11a)*100%

Balas Jasa Dari Masing-masing Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) (14) = (10)-(8)

a. Tingkat Imbalan Tenaga Kerja (%) (14a) = (12a)/(14)*100%

b. Tingkat Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9)/(14)*100%

c. Tingkat Keuntungan (%) (14c) = (13a)/(14)*100%

Sumber : Hayami dalam Hidayat (2009).

Formulasi nilai tambah komoditi adalah sebagai berikut (Hayami, 1987):

VA = TR – IC

= TR – (bahan baku + Input lain) Keterangan:

VA = Value added atau nilai tambah pada hasil olahan (Rp/kg bahan baku).

TR = Total penerimaan (Rp/Kg bahan baku).

IC = Intermediate cost yaitu biaya bahan baku dan biaya input lain yang menunjang dalam proses produksi selain biaya tenaga kerja (Rp/kg bahan baku).

Untuk menguji hipotesis ke dua bahwa agroindustry tempe memberikan nilai tambah, maka digunakan kriteria pengambilan keputusan:

a. VA > 0, proses pengolahan kedelai menjadi tempe mampu memberikan nilai tambah.

b. VA ≤ 0, proses pengolahan kedelai menjadi tempe belum mampu memberikan nilai tambah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden

Profil responden agroindustri tempe : usia pemilik agroindustri, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengalaman berwirausaha.

Profil responden pada penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.

(5)

Tabel 3. Profil Responden Agroindustri Tempe Skala Rumah Tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

No Profil Satuan Nilai

1 Umur (th) 52,10

2 Pendidikan (th) 9,30

3 Tangguangan keluarga (jiwa) 5,35

4 Pengalaman usaha (th) 12,00

Sumber: Analisis Data Primer (2020).

Tabel 3 menunjukkan bahwa umur rata- rata agroindustri tempe ialah 52,10 tahun. Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi biologis dan psikologis seseorang. Dengan umur rata-rata 52,10 merupakan umur yang baik untuk pengusaha karena pengalaman yang dimiliki seseorang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi permasalahan dan pengambilan keputusan. Semakin banyak umur semakin besar pengalaman responden sehingga usia responden mempengaruhi produktivitas dan kemampuan menjalankan setiap usaha.

Salah satu kualitas penentu sumberdaya yang dimiliki oleh manusia adalah tingkat pendidikan. Pendidikan diperlukan pada semua sektor ekonomi termasuk usaha agroindustri tempe. Responden pada penelitian ini yaitu pemilik 20 agroindustri tempe di Kecamatan Genteng memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Pendidikan rata-rata 9,3 tahun sebenarnya kurang bagus untuk melakukan usaha karena masih taraf pendidikan dasar wajib 9 tahun kondisi pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan rasionalitas dalam bekerja, walaupun pengetahuan tersebut tidak harus semata-mata diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Pada suatu usaha, pendidikan berpengaruh dalam memajukan usahanya karena dengan pendidikan akan mendapatkan banyak pengetahuan yang luas, berbagai inovasi-inovasi untuk membuat usaha berkembang lebih baik.

Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pada agroindustri rumah tangga dengan jumlah

rata-rata sebesar 5,35 sehingga agroindustri rumah tangga dalam proses produksi menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sendiri. Banyak sedikitnya jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga kerja dalam mendukung usahanya.

Pengalaman berwirausaha sesorang biasanya berkaitan dengan waktu yanng telah dihabiskan sesorang dalam melakukan sesuatu.

Semakin banyak waktu yang telah dihabiskan orang tersebut untuk melakukan suatu bidang tertentu, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut semakin berpengalaman. Pengalaman berwirausaha tempe juga dipengaruhi oleh seberapa lama orang tersebut menjalankan usaha tempe. pengetahuan seseorang tentang berwirausaha tempe juga dipengaruhi oleh pengalaman tersebut. Rata-rata pengalaman berwirausaha sebagai perajin tempe ialah 12 tahun,55 cukup lama untuk mengenal usahanya.

Analisis Keuntungan

Keuntungan usaha tempe merupakan

selisih dari penerimaan dan biaya. Agroindustri

berbahan baku kedelai ini mengeluarkan biaya

bahan baku, intermediate cost, tenaga kerja dan

penyusutan alat yang terdiri dari mesin pengupas

kedelai, dandang, timba, saringan, rak kayu dan

tungku. Intermediate cost terdiri dari, sewa

tempat, bahan penolong, bahan bakar, listrik, dan

biaya lain-lain. Biaya per kilogram kedelai yang

digunakan oleh agroindustri tempe akan disajikan

pada Tabel 4.

(6)

Tabel 4. Rata-Rata Biaya Total per kilogram Kedelai Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

No Jenis Biaya Uraian Satuan

Biaya

(Rp) %

1 Bahan Baku Kedelai (kg) 7.055 35,43

2 Intermediate Cost Bahan Penolong (Rp) 28 0,14

Bahan Bakar (Rp) 914 4,59

Biaya Lain-lain (Rp) 206 1,03

Listrik (Rp) 902 4,53

Sewa Tempat Penyusutan Alat

(Rp) (Rp)

389 7.572

1,95 38,03

3 Tenaga Kerja TK (HOK) 2.847 14,30

Total (Rp) 19.913 100,00

Sumber: Analisis Data Primer (2020).

Tabel 4. menunjukkan bahwa rata-rata biaya total/kg agroindustri tempe di Kecamatan Genteng sebesar Rp 19.913. Inter mediate cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri tempe selain bahan baku kedelai dan tenaga kerja, terdiri atas bahan penolong (ragi), bahan bakar, biaya lain-lain (pengemasan), listrik, biaya penyusutan dan biaya sewa tempat.

Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh agroindustri tempe skala rumah tangga per kg kedelai adalah: (a) biaya penyusutan alat-alat 38,03% atau rata-rata Rp 7.572 (b) bahan baku sebesar 35,43% atau rata-rata sebesar Rp 7.055, sedangkan biaya yang paling sedikit yaitu (a) bahan penolong rata-rata sebesar Rp 28 atau 0,14

%, (b) biaya lain-lain rata-rata sebesar Rp 206 atau 1,03 % dari biaya total.

Tujuan akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan agroindustri adalah memperoleh keuntungan, keuntungan tidak hanya ditentukan oleh tingginya produksi, akan tetapi juga ditentukan oleh harga jual dan besarnya biaya yang telah dikeluarkan. Semakin tinggi tingkat penerimaan yang diperoleh pengusaha, dalam artian semakin tinggi produksi dan harga jual, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh.

Keuntungan yang tinggi juga dapat diperoleh apabila pengusaha dapat menggunakan biaya secara lebih efisien.

Rata-rata tingkat keuntungan per kilogram kedelai pada agroindustri tempe di Kecamatan Genteng dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Keuntungan per kilogram Kedelai Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

No Uraian Satuan Nilai

1 Produksi (kg tempe) 2,15

2 Harga (Rp/kg tempe) 14.250

3 Penerimaan (Rp/kg) 29.431

4 Biaya (Rp/kg) 19.913

5 Keuntungan (Rp/kg kedelai) 9.518

(Rp/kg tempe) 4.425

Sumber: Analisis Data Primer (2020).

(7)

Tabel 5. menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata agroindustri tempe skala rumah tangga sebesar Rp 9.518/kg kedelai atau Rp 4.425/kg tempe. Artinya, untuk setiap satu kilogram kedelai yang digunakan oleh agroindustri tempe skala rumah tangga dapat memperoleh keuntungan rata-rata sebesar Rp 9.518. Kecilnya keuntungan disebabkan oleh produksi yang dihasilkan oleh agroindustri tempe skala rumah tangga per kg kedelai yang menghasilkan 2,15 kg tempe. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Waluyanti dkk. (2015) hasil keuntungan Rp 4.719 per kg kedelai atau Rp 1.277 per kg tempe.

Analisis Nilai Tambah

Agroindustri tempe dapat menghasilkan nilai tambah. Nilai tambah merupakan pertambahan nilai/harga bahan bahan yang diproses sehingga menjadi produk yang laku untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi.

Tujuan analisis ini adalah untuk mengukur seberapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kedelai menjadi tempe skala rumah tangga.

Analisis nilai tambah dilakukan pada satu kali proses produksi. Dasar perhitungan anaisis

nilai tambah menggunakan perhitungan per kilogram kedelai berdasarkan skala usaha (tenaga kerja) yaitu agroindustri skala rumah tangga di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi tahun 2020. Nilai tambah dari usaha tersebut dapat dinikmati oleh pengusaha berupa keuntungan, dan tenaga kerja berupa upah.

Besarnya nilai tambah dapat dihitung

menggunakan analisis nilai tambah. Analisis nilai

tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya

nilai tambah dan balas jasa terhadap faktor-faktor

produksi akibat adanya aktivitas yang terjadi

dimulai dari pengadaan bahan baku berupa

kedelai sampai dengan hasil olahan berupa tempe,

terdapat beberapa komponen yang digunakan

dalam perhitungan nilai tambah, antara lain harga

output tempe, harga bahan baku, harga berbagai

sumbangan input lain yang terdiri dari ragi, bahan

bakar, biaya lain-lain, listrik, dan biaya tetap

(sewa lahan dan alat-alat). Tabel 6 berikut adalah

hasil analisis nilai tambah per kilogram kedelai

agroindustri tempe berdasarkan skala usaha di

Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi

tahun 2020.

(8)

Tabel 6. Rata-rata Nilai Tambah per kilogram Kedelai Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

No Variabel Satuan Skala Rumah Tangga

Output, Input dan Harga

1 Hasil Produksi (kg) 2,15

2 Kedelai (kg) 1,00

3 Tenaga Kerja (HOK) 1,00

4 Faktor Konversi 2,15

5 Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg kedelai) 1,00

6 Harga Produksi (Rp/kg tempe) 14.250

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) 2.847

Keuntungan dan Nilai Tambah

8 Harga Kedelai (Rp) 7.055

9 Sumbangan Input Lain (Rp) 10.011

10 Nilai Produk (Rp) 29.431

11 a. Nilai Tambah (Rp) 12.365

b. Rasio Nilai Tambah Terhadap Nilai Produk (%) 42,01

c. Rasio Nilai Tambah Terhadap Kedelai (%) 175,27

12 a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp) 2.847

b. Bagian Tenaga Kerja (%) 23,03

13 a. Keuntungan (Rp/) 9.518

b. Bagian Keuntungan (%) 76,97

Balas Jasa dari Masing-masing Faktor Produksi

14 Margin (Rp) 22.376

a. Tingkat Imbalan Tenaga Kerja (%) 12,73

b. Tingkat Sumbangan Input Lain (%) 44,74

c. Tingkat Keuntungan (%) 42,54

Sumber: Analisis Data Primer (2020).

Rata-rata penerimaan atau nilai produk agroindustri skala rumah tangga ialah Rp 29.431/kg kedelai dengan nilai tambah sebesar Rp 12.365/kg kedelai artinya, untuk setiap satu kilogram kedelai yang digunakan dalam proses produksi dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 12.365.

Tabel 6. menunjukkan bahwa pada agroinsustri skala rumah tangga , rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 42,01%

yang berarti setiap Rp 100 nilai produk terdapat

nilai tambah sebesar Rp 4.201, sedangkan rasio

nilai tambah terhadap harga kedelai sebesar

175,27% yang berarti setiap Rp 100 harga kedelai

(9)

dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 17.527. Hasil ini lebih tinggi disbanding dengan penelitian Supriadi (2009) yang melakukan penelitian tentang “analisis nilai tambah dan titik impas agroindustri tempe di Bandar Lampung Hasil dari penelitian menyatakan bahwa nilai tambah kedelai pada industri rumah tangga tempe

yaitu berkisar antara Rp 4.359,50 – Rp 5.317,50 per kg bahan baku.

Output, Input dan Harga

Penjabaran masing-masing komponen rata-rata output, input dan harga agroindustri tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi tahun 2020, antara lain :

Tabel 7. Rata-rata Output, Input dan Harga Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

No Uraian Satuan Nilai

1 Hasil Produksi (kg) 2,15

2 Kedelai (kg) 1,00

3 Tenaga kerja (HOK) 1,00

4 Faktor konversi 2,15

5 Koefisien tenaga kerja (Rp/HOK Kedelai) 1,00

6 Harga produksi (Rp/kg tempe) 14.250

7 Upah tenaga kerja (Rp/HOK) 2.847

Sumber: Analisis Data Primer (2020).

Output yang dihasilkan berbahan baku kedelai pada penelitian ini adalah tempe. Output agroindustri tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi selama satu kali proses produksi dengan rata-rata menghasilkan 2,15 kg.

Perhitungan output didapatkan dari bahan baku yang digunakan per sekali proses produksi dikalikan dengan jumlah hari aktif produksi.

Rata-rata agroindustri tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi dapat mengolah 30 kali proses produksi selama satu bulan. Input yang digunakan dalam pengolahan ini adalah berbahan baku kedelai. Hasil analisis dengan metode Hayami, jumlah input yang digunakan agroindustri tempe rata- rata sebesar 1 kg kedelai.

Tenaga kerja yang dihitung adalah semua tenaga kerja yang berperan langsung dalam proses produksi tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Pada agroindustri tempe, rata-rata diperlukan 1 HOK/kg kedelai.

Koefisien tenaga kerja merupakan pembagian antara tenaga kerja dengan kedelai.

Dari perhitungan di peroleh sebesar 1 HOK/kg kedelai diperoleh rata-rata koefisien tenaga kerja agroindustri tempe sebesar 1 HOK/kg kedelai, artinya untuk mengolah 1 kg kedelai maka dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 1HOK.

Berdasarkan perhitungan nilai tambah pada Tabel 7, faktor konversi adalah banyaknya produk yang dapat dihasilkan satu satuan bahan baku. Dari perhitungan di peroleh nilai 2,15,artinya dari 1kg bahan baku kedelai dapat di hasilkan 2,15 kg tempe.

Harga output agroindustri tempe Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi yang dijual oleh pengrajin rata-rata sebesar

14.250/kg tempe. Upah rata-rata tenaga kerja pada agroindustri tempe sebesar Rp 2.847/HOK.

Tenaga kerja luar tidak dibedakan dalam pekerjaannya karena pengrajin menginginkan tenaga kerjanya menguasai semua pekerjaan dalam tiap tahapan proses pengolahan sehingga upah yang diterima relatif sama.

Keuntungan dan Nilai Tambah

Niai tambah diperoleh dari pengurangan nilai output dengan biaya bahan baku dan input lain (intermediate cost). Nilai rata-rata sumbangan input lain pada agroindustri tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp 10.011/kg kedelai. Komponen input lain adalah ragi, bahan bakar, biaya lain-lain, listrik dan biaya tetap.

Penjabaran masing–masing komponen

rata-rata penerimaan dan keuntungan

agroindustri tempe di Kecamatan Genteng,

Kabupaten Banyuwangi tahun 2020 terdapat

pada Tabel 8.

(10)

Tabel 8. Rata-rata Keuntungan dan Nilai Tambah Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi tahun 2020

No Uraian Satuan Nilai

1 Harga Kedelai (Rp) 7.055

2 Sumbangan Input Lain (Rp) 10.011

3 Nilai Produk (Rp) 29.431

4 a. Nilai Tambah

b. Rasio Nilai Tambah Terhadap Nilai Produk c. Rasio Nilai Tambah Terhadap Kedelai

(Rp) (%) (%)

12.365 42,01 175,27 5 a. Imbalan Tenaga Kerja

b. Bagian Tenaga Kerja

(Rp) (%)

2.847 23,03 6 a. Keuntungan

b. Bagian Keuntungan

(Rp) (%)

9.518 76,97 Sumber: Analisis Data Primer (2020).

Nilai produk didapatkan dari hasil perkalian harga produk dengan faktor konversi, rata-rata nilai produk pada agroindustri tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi yaitu sebesar Rp 29.431, artinya setiap nilai produk sama dengan penerimaan kotor pengusaha untuk setiap faktor konversi sebesar 2,15 kg tempe.

Rata-rata nilai tambah dihasilkan dari agroindustri tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi yaitu sebesar Rp 12.365/kg kedelai. Dalam penelitian ini, menunjukkan rasio nilai tambah sebesar 42,01%

artinya nilai tambah sebesar Rp 12.365/kg kedelai dari harga jual tempe sebesar Rp 29.431.

Rata-rata imbalan tenaga kerja merupakan hasil dari perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja yang diberikan pada setiap pengolahan satu kilogram kedelai yang diolah agroindustri tempe di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi adalah Rp 2.847/kg kedelai, sehingga bagian tenaga kerja dalam usaha ini sebesar 23,03%. Besarnya proposi bagian tenaga kerja ini tidak mencerminkan besarnya perolehan tenaga kerja. Angka ini hanya menggambarkan perimbangan antara besarnya bagian pendapatan (labor income)

dengan bagian pendapatan pemilik usaha.

Apabila tingkat keuntungan yang diperoleh (dalam persen) tinggi, maka agroindustri tersebut meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Apabila rasio imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah (dalam persen) tinggi, maka agroindustri berperan dalam memberikan pendapatan bagi pekerjanya, sehingga lebih berperan dalam mengatasi masalah pengangguran melalui pemerataan kesempatan kerja (Hasanah et al, 2015).

Balas Jasa dari Masing-masing Faktor Produksi

Analisis selanjutnya adalah tentang balas jasa masing- masing faktor produksi dari margin.

Margin adalah selisih antara nilai produk (penerimaan) dengan harga bahan baku kedelai.

Dari hasil perhitungan di peroleh nilai margin sebesar Rp 22.376/kg kedelai. Margin tersebut di distribusikan untuk imbalan tenaga kerja sebesar Rp 2.848 (12,73%), sumbangan input lain sebesar Rp 10.011 (44,74%) dan keuntungan sebesar Rp 9.518 (42,54%). Dari distibusi tersebut terlihat bahwa tenaga kerja menerima bagian yang paling kecil, sebagian besar margin digunakan untuk sumbangan input lain. Rata-rata balas jasa dari masing-masing faktor produksi dapat dilihat pada (Tabel 9).

Tabel 9. Rata-rata Balas Jasa dari Masing-masing Faktor Produksi Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020

No Uraian Nilai

Rp %

1. Nilai Produksi 29. 431 -

2. Harga Kedelai 7. 055 -

3. Margin

a. Imbalan Tenaga Kerja b. Sumbangan Input Lain c. Keuntungan

22.376 2.848 10.011

9.518

100%

12,73

44,74

42,54

Sumber: Analisis Data Primer (2020).

(11)

KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan pada usaha agroindustri tempe skala rumah tangga di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Agroindustri tempe skala rumah tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi memberikan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 12.365/kg kedelai atau Rp 5.749/kg tempe, 2) Agroindustri tempe skala rumah tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi menguntungkan, dengan keuntungan rata-rata sebesar Rp 9.518/kg kedelai atau Rp 4.425/kg tempe.

Saran

Oleh karena itu dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1) Agroindustri tempe skala rumah tangga di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi memiliki nilai tambah dan sudah menguntungkan secara ekonomis, untuk meningkatkan keuntungan hendaknya pemilik agroindustri rumah tangga lebih memperhatikan penggunaan biaya untuk mengeluarkan biaya seminimal mungkin, 2) Usaha agroindustri tempe skala rumah tangga harus lebih memperhatikan kualitas bahan baku, bahan penolong, biaya lain lain sehingga produk yang akan dihasilkan

berkualitas dan mempunyai harga jual tinggi, 3) Penelitian perlu dilanjutkan pada wilayah lain selain Kecamatan Genteng yang memiliki produksi tempe tinggi seperti Kecamatan Gambiran, hal ini untuk mengetahui apakah memiliki potensi dan prospek yang sama atau mungkin lebih baik, 4) Bagi pengrajin harus mempertahankan atau meningkatkan produksinya agar keuntungan yang diperoleh semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Singgih. 2012. Panduan lengkap SPSS versi 20. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M.

1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java a Perspective from a Sunda Village. CGPRT Centre.

Bogor.

Supriadi, D. 2009. Analisi Nilai Tambah dan Titik

Impas Agroindustri Tempe di Bandar

Lampung (Studi Kasus pada Industri

Rumah Tangga Tempe di Kelurahan

Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota

Bandar Lampung). Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Agroindustri yang Tersebar di Kecamatan Genteng
Tabel 2.  Proses Perhitungan Nilai Tambah Bahan Baku Tempe
Tabel  3.  Profil  Responden  Agroindustri  Tempe  Skala  Rumah  Tangga  di  Kecamatan  Genteng  Kabupaten  Banyuwangi Tahun 2020
Tabel 4. Rata-Rata Biaya Total per kilogram Kedelai Agroindustri Tempe di Kecamatan Genteng Kabupaten  Banyuwangi Tahun 2020
+5

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi Prototype Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Ditinjau dari Diameter Nozzle Terhadap Energi Listrik yang Dihasilkan.. (Fitriyani, 2017 : 70 halaman, 6 tabel,

Ketika ia diam dan keadaan sunyi, aku pun berkata kepadanya, “Aku memohon kepadamu dengan sunguh-sungguh agar Anda berkenan memberitahukan sebuah hadits (khusus) yang

Salah satu misi Diplomasi Parlemen yang dilakukan adalah berperan sebagai promotor potensi daerah untuk go international antara lain pada Sidang Umum ke-41 ASEAN Inter

Dari metode coredrill dan setelah dilakukan pengujian Marshall dan Ekstraksi dapat disimpulkan bahwa ruas jalan Ceper- Klaten mengalami kerusakan dengan kategori tinggi,

Untuk itu, guru sekolah mitra LPTK dan dosen Unsyiah serta UIN Ar Raniry Banda Aceh melakukan penelitian bersama yang berfokus pada penerapan investigasi kelompok agar dapat

13. Klik tombol Next, maka akan muncul jendela sebagai berikut :.. Pilih Permission compatible pre-Windows 2000 server operating Systems, jika anda ingin menggunakan Sistem

komentar yang diberikan oleh siswa bahwa pembelajaran yang diterapkan dan cara guru mengajar yang tidak membuat mereka merasa tegang sehingga pembelajaran menjadi

Berdasarkan hasil wa- wancara pada responden, tidak adanya hubungan pengetahuan gizi ibu dengan pemilihan makanan jajanan bisa disebabkan karena pengetahuan ibu