• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012)."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Pertumbuhan dan perkembangan kehamilan menentukan derajat kesehatan ibu hamil dan output kehamilannya. Selama masa kehamilan terjadi perubahan dalam sistem tubuh yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

Setiap wanita hamil akan menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Masa ini memerlukan perhatian khusus untuk menentukan kualitas kehidupan selanjutnya. Untuk menghadapi risiko tersebut, salah satu persiapan yang perlu dilakukan yaitu dengan deteksi dini (Bartini, 2012).

Deteksi dini risiko tinggi kehamilan dan persalinan dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Melalui deteksi dini, kelainan yang mungkin timbul cepat diketahui dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh buruk yang berujung pada kematian ibu. Angka kematian ibu menggambarkan banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah masa nifas) per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012).

(2)

Angka kematian ibu di dunia masih tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Setiap hari sekitar 800 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan di dunia. Secara global pada tahun 2013, diperkirakan ada 289.000 kematian ibu selama dan setelah kehamilan dan persalinan (WHO, 2014).

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Angka tersebut menunjukkan kenaikan dari tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2013). Salah satu provinsi di Indonesia yaitu Provinsi Kalimantan Barat, tercatat AKI pada tahun 2012 masih tinggi yaitu 151 kasus per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kalbar, 2012). Data tersebut menjadikan tantangan berat bagi Indonesia untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup (Indriyani & Asmuji, 2014).

Penyebab kematian ibu di Indonesia didominasi oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Penyebab kematian ibu di Kalimantan Barat terdiri dari penyebab langsung yaitu perdarahan 39,74%, hipertensi 23,84%, infeksi 4,64%, dan lain-lain 31,79%. Penyebab tidak langsung yaitu budaya, pendidikan masyarakat, pengetahuan, lingkungan, kecukupan fasilitas kesehatan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya (Dinkes Kalbar, 2012).

Berbagai upaya penurunan AKI telah dilakukan oleh pemerintah antara lain mengatasi faktor penyebab langsung, tidak langsung, dan faktor resiko (Indriyani

& Asmuji, 2014). Upaya ini dapat memberikan hasil yang maksimal bila didukung dengan peningkatan pelayanan antenatal care, yaitu dengan

(3)

memberikan pelayanan sekurang-kurangnya empat kali selama masa kehamilan.

Kunjungan ANC minimal dilakukan satu kali pada trimester pertama (K1), satu kali pada trimester kedua (K2), dan dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) (Kemenkes RI, 2012).

Tujuan pemeriksaan ANC yaitu untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut. Melalui deteksi dini, kelainan dapat dicegah dan diatasi dengan segera sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan. Manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan untuk melakukan kunjungan ANC semenjak wanita merasa hamil (Padila, 2014).

Capaian pelayanan kesehatan ibu dapat dinilai menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun. Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun (Kemenkes RI, 2012).

Cakupan kunjungan ANC di Indonesia pada tahun 2012, yaitu K1 96,84% dan K4 90,18%, cakupan pada tahun 2013 yaitu K1 94,71% dan K4 86,85%. Cakupan ANC disalah satu Provinsi yang masih di bawah target nasional terutama pada cakupan K4 adalah Kalimantan Barat tercatat pada tahun 2012 yaitu K1 95,86%

dan K4 89,33%, sedangkan pada tahun 2013 K1 95,74% dan K4 88,93%. Target

(4)

nasional pada tahun 2015 yang harus dicapai adalah K1 95% dan K4 90 % (Kemenkes RI, 2013).

Provinsi Kalimantan Barat terdapat dua Kabupaten/Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK), yaitu kabupaten Landak dan kabupaten Sanggau. Salah satu masalah kesehatan yang tampak yaitu cakupan kunjungan kehamilan (K4) pada tahunn 2013. Cakupan kunjungan kehamilan (K4) di Kabupaten Landak lebih rendah yaitu 75,17%, bila dibandingkan Kabupaten Sanggau yang mencapai 76,22%

(Kemenkes RI, 2013).

Wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kabupaten Landak merupakan salah satu Puskesmas di Kalimantan Barat. Cakupan ANC di wilayah kerja ini pada tahun 2012 yaitu K1 96,40% dan K4 72,80%, cakupan pada tahun 2013 yaitu K1 95,60% dan K4 86,10%. Cakupan K1 sudah mencapai target, tetapi cakupan K4 belum mencapai target nasional (Laporan Puskesmas Kuala Behe, 2013).

Terkait hasil cakupan K4 tersebut, maka dilakukan studi pendahuluan kepada bidan koordinator di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe. Hasil wawancara peneliti menemukan bahwa kemungkinan besar faktor yang menyebabkan kurangnya cakupan K4 di tahun 2013 antara lain: pendidikan ibu hamil didominasi pada tingkat sekolah dasar (SD). Pada level pendidikan ini berkontribusi terhadap kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan di wilayah tersebut (Laporan Puskesmas Kuala Behe, 2013).

(5)

Dukungan keluarga ikut berperan dalam menyebabkan kurangnya cakupan K4 di wilayah ini. Beberapa ibu hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan tampak datang sendiri ke pelayanan, tanpa didampingi baik suami atau keluarga lainnya. Hal ini dikarenakan keluarga yang sibuk untuk bekerja yang rata-rata pekerjaan sebagai buruh, sehingga tidak bisa mendampingi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (Laporan Puskesmas Kuala Behe, 2013).

Sejauh ini berbagai upaya telah dilakukan oleh wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe, untuk meningkatkan cakupan ANC yang rendah. Upaya tersebut diantaranya memberikan standar pelayanan antenatal dan memiliki standard operating procedure (SOP) untuk pelayanan kebidanan, mengadakan kelas ibu

hamil, dan menyebarkan leaflet untuk promosi kesehatan. Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh bidan sendiri, namun dibantu juga oleh perawat (Laporan Puskesmas Kuala Behe, 2013).

Perawat ikut serta dalam meningkatkan pelayanan antenatal seperti, memberikan penyuluhan kesehatan, menyebarkan leaflet guna memberikan pengetahuan dan motivasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan sejak dini, melakukan kunjungan ke rumah yang memerlukan pelayanan antenatal. Selain itu perawat juga turut serta dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Sejauh ini upaya terus berjalan, namun belum berhasil untuk meningkatkan cakupan K4 khususnya pada tahun 2013 (Laporan Puskesmas Kuala Behe, 2013).

Demi mewujudkan pemberian pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas perlu melibatkan keluarga untuk berperan aktif dalam memberikan dukungan serta

(6)

membantu ibu untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Hal ini tertuang dalam program pelayanan antenatal terpadu, sehingga dukungan keluarga sangat diperlukan karena keluarga merupakan orang terdekat dan memiliki waktu yang lebih banyak bersama ibu hamil. Melalui adanya dukungan keluarga maka pengetahuan ibu bertambah dan lebih mendorong dirinya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2010).

Peran serta ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu yaitu berupa adanya pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan (Padila, 2014). Pengetahuan yang baik tentang pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan, merupakan tahap awal sebelum terbentuknya sikap yang nantinya sebagai penentu penting dalam gambaran tingkah laku. Sikap dipengaruhi oleh salah satu faktor eksternal yang sangat besar pengaruhnya yaitu pendidikan, karena ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki banyak pengetahuan, sehingga akan menunjukan sikap yang baik untuk mendekatkan dirinya ke pelayanan kesehatan demi (Indriyani & Asmuji, 2014).

Perilaku ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan akan menurunkan cakupan ANC terutama K4, serta dapat berisiko meningkatkan AKI (Kemenkes RI, 2013). Hal ini didukung dengan hasil penelitian Ekowati (2009), menyatakan bahwa ibu yang tidak pernah atau kurang dari empat kali memeriksakan kehamilaan (ANC) mempunyai resiko kematian ibu 3,5 kali dari pada ibu yang memeriksakan kehamilan lebih dari empat kali.

(7)

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan yakni faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi yakni umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, sikap, pekerjaan, pendapatan, nilai-nilai dan lain sebagainya. Faktor pemungkin yakni tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Faktor pendorong yakni sikap dan perilaku orang lain yang memberikan dukungan, seperti suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemeriksaan kehamilan. Dewi (2013), menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang ANC dengan frekuensi kunjungan ANC. Senada dengan hasil penelitian Adri (2008), menyatakan ada hubungan antara pengetahuan, sikap, tindakan terhadap pemeriksaan kehamilan. Penyataan tersebut didukung juga dengan hasil penelitian Diana (2011), menyatakan ada pengaruh antara pendidikan dan dukungan suami/keluarga dengan ibu hamil untuk melakukan pelayanan K1.

Penelitian Siswosuharjo (2004) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian Rauf (2013) menyatakan tidak ada ada hubungan antara paritas dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan dan ada hubungan antara jarak dan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian Pongsibidang (2013) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dan pekerjaan dengan kunjungan pemeriksaan

(8)

kehamilan. Hasil penelitian Sumiati (2012) menyatakan tidak ada hubungan antara umur dan pekerjaan dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

Perbedaan hasil penelitian baik yang mendukung maupun tidak mendukung teori yang sudah ada dikarenakan karakteristik responden yang berbeda, metode dan lokasi penelitian yang berbeda. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah ini adalah adakah pengaruh umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, jarak, pekerjaan, dan pendapatan sebagai prediktor terjadinya kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor prediktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat.

(9)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, jarak rumah ke pelayanan kesehatan, pekerjaan, dan pendapatan) di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat.

c. Mengetahui gambaran kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hami di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat.

d. Menganalisis faktor-faktor (umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, jarak rumah, pekerjaan, dan pendapatan) prediktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktisi

a. Bagi Ibu Hamil

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu hamil terutama dalam melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mencegah risiko kematian melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur.

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4), serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah.

(10)

c. Bagi Keluarga

Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat pemeriksaan kehamilan dalam upaya menjaga kesehatan dan pencegahan kematian ibu.

d. Bagi Puskesmas

Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan program terkait KIA, sehingga dapat meningkatkan cakupan K4 di wilayah kerja Puskesmas Kuala Behe.

1.4.2 Teoritis

a. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pustaka atau referensi dan pengetahuan bagi staf, mahasiswa, dan peneliti selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijabarkan di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pembelajaran IPS dengan

Berdasarkan sensus 2018 diketahui bahwa dari 507 satuan pendidik semua gurunya sebagian besar sudah memenuhi kualifikasi akademik S1 ataupun DIV dan hanya

Keinginan yang berlebih untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadikan seseorang berbuat apa saja yang penting harpannya dapat dipenuhi, meskipun kegiatannya menimbulkan

Mahendra, Tio Aden., 2014, Pembuatan Animasi Peta Pariwisata. Kota Solo, Salatiga : Universitas Kristen

Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting pada pengelolaan stres khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar

Penelitian ini melakukan perencanaan kapasitas sebagai analisis kebutuhan kapasitas pada fasilitas sisi darat terminal penumpang keberangkatan domestik di Bandar Udara

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini, yaitu (1) untuk memberikan gambaran yang komprehensif mengenai sensitivitas NPL perbankan baik secara agregat maupun

Pada gambar 2.1 mejelaskan proses kerja penyisipan data rahasia pada metode Spread Spectrum, proses pertama yang dilakukan adalah data rahasia direpresentasikan