viii A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 12
B. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 17
C. Pembelajaran Matematika ... 20
D. Perangkat Lunak (software) WinGeom ... 22
E. Pembelajaran Matematika Berbantuan WinGeom ... 23
F. Dimensi Tiga ... 25
G. Sikap Siswa ... 25
H. Penelitian yang Relevan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 28
B. Subjek Penelitian ... 29
C. Variabel Penelitian ... 29
D. Instrumen Penelitian ... 30
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
1. Analisis Hasil Pretes ... 52
a. Uji Normalitas Pretes ... 53
b. Uji Perbedaan Rata-rata Pretes ... 53
2. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... ... 55
a. Uji Normalitas Gain ... 56
b. Uji Homogenitas Gain ... 57
c. Uji Perbedaan Rataan Gain ... 57
d. ANOVA Gain Kemampuan Berpikir Kreatif ... 59
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik... 64
a. Uji Normalitas Gain ... 65
b. Uji Homogenitas Gain ... 66
c. Uji Perbedaan Rataan Gain ... 67
d. ANOVA Gain Kemampuan Komunikasi ... 69
4. Analisis Sikap Siswa... ... ... 73
5. Hasil Observasi dan Wawancara ... 81
B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
1. Temuan Selama Pelaksanaan Penelitian ... 83
2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85
a. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematik ... 85
b. Sikap Siswa ... 90
C. Keterbatasan ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 33
3.2 Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 33
3.3 Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 33
3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 35
3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 36
3.6 Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 37
3.7 Daya Pembeda Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 37
3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 38
3.9 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 39
3.10 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 39
3.11 Rekapitulasi Analisis Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik .... 40
3.12 Rekapitulasi Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 40
3.13 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi (g) ... 46
3.14 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 49
4.1 Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 51
4.2 Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 51
4.3 Uji Normalitas Skor Pretes ... 53
4.4 Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes ... 54
4.5 Rataan dan Kualifikasi Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik 55
4.6 Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 56
4.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 57
4.8 Hasil Uji Perbedaan Rataan Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 59
4.9 Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa ... 60
4.10 Analisis Varian Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa ... 62
4.11 Perbedaan Rataan Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa ... 63
xi
4.13 Uji Normalitas Data Gain TernormalisasiKemampuan
Komunikasi Matematik ... 66
4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematik ... 67
4.15 Hasil Uji Perbedaan Rataan Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematik ... 68
4.16 Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa ... 69
4.17 Analisis Varian Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa ... 71
4.18 Perbedaan Rataan Kemampuan Komunikasi Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa ... 72
4.19 Distribusi Sikap Siswa pada Indikator 1.1 ... 76
4.20 Distribusi Sikap Siswa pada Indikator 1.2 ... 76
4.21 Distribusi Sikap Siswa pada Indikator 2.1 ... 77
4.22 Distribusi Sikap Siswa pada Indikator 2.2 ... 78
4.23 Distribusi Sikap Siswa pada Indikator 2.3 ... 79
4.24 Distribusi Sikap Siswa pada Indikator 3.1 ... 80
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 101
Modul Penggunaan Software WinGeom ... 120
Lembar Kegiatan Siswa ... 127
Lembar Kerja Siswa ... 143
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematik ... 146
Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan komunikasi Matematik ... 154
Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan komunikasi Matematik ... 157
Kisi-kisi Skala Sikap ... 159
Angket Skala Sikap ... 160
Pedoman Wawancara ... 162
Lembar Observasi ... 164
Pedoman Penskoran Tes kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematik ... 167
Daftar Skor Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematik ... 169
Perhitungan Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kreatif dan komunikasi Matematik dengan Program Anates 4.0 ... 171
Kategori Kemampuan Siswa ... 182
Data Hasil Pretes ... 183
Data Hasil Postes ... 187
Data Gain Ternormalisasi ... 191
Perhitungan Data dan Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 195
Perhitungan Data dan Uji Statistik Kemampuan Komunikasi Matematik ... 199
Skor Baku Skala Sikap Siswa ... 203
Analisis Skala Sikap Siswa ... 204
Tampilan software WinGeom ... 206
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu negara dan kesejahteraan rakyatnya tidak dapat
terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan
pendidikan yang meningkat dapat dilihat dari besarnya kesempatan dan
terdapatnya kemudahan bagi setiap warga negara untuk menikmati
pendidikan, tidak hanya pendidikan dasar tetapi juga pendidikan tinggi.
Sedangkan kualitas pendidikan yang baik dapat dilihat dari tersedianya
fasilitas pendukung di setiap jenjang pendidikan, kompetensi guru yang cukup
tinggi, lingkungan belajar yang kondusif, output yang berkualitas yang dapat
bersaing di negara sendiri maupun di kancah internasional, dan pemanfaatan
teknologi secara optimal. Dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi,
maka akses terhadap informasi serta ilmu pengetahuan akan semakin besar,
yang akan mendorong peningkatan kesejahteraan penduduk ke arah yang lebih
tinggi juga.
Namun demikian, untuk mencapai kualitas pendidikan seperti yang
diharapkan dalam suatu negara tidaklah mudah. Berbagai cara dilakukan
untuk mencapai kualitas pendidikan yang ideal, seperti pengembangan
kurikulum, pemanfaatan alat-alat peraga dan media elektronik, penyediaan
pelatihan dan pendidikan untuk peningkatan profesionalisme guru,
penggunaan model-model pembelajaran, dan lain sebagainya.
Pembelajaran matematika sebagai bagian dari Pendidikan Nasional
tidak luput dari upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini
dikarenakan rata-rata kualitas pencapaian matematika siswa di Indonesia
masih tertinggal jauh. Seperti terlihat dari survei Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007 yang menunjukan skor
rata-rata pencapaian matematika siswa di Indonesia sebesar 397 yang berada
di bawah skor rata-rata pencapaian matematika yang ditentukan oleh TIMSS
yaitu sebesar 500. Padahal soal-soal yang diujikan dalam TIMSS merupakan
topik-topik yang ada dalam kurikulum sekolah seperti aljabar, geometri,
aritmetika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitiannya Ansari (2003) mengungkapkan bahwa
kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat tetapi tidak signifikan
karena siswa mengalami hambatan ketika berhadapan dengan materi dimensi
tiga yang objek-objeknya lebih abstrak. Siswa menghadapi kesulitan saat
berhadapan dengan masalah-masalah matematika yang memerlukan gambar
untuk membantu menyelesaikannya. Beberapa siswa mungkin akan
menggambarkan sesuatu tetapi terkadang gambar yang dihasilkan tidak
mewakili apa yang dimaksud dalam masalah-masalah tersebut.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 12
Tahun 2007 tentang Standar Isi menyatakan bahwa mata pelajaran
3
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah. Tujuan ini memperjelas pentingnya
kemampuan komunikasi matematik siswa dalam membantu siswa
menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran matematika.
Seringkali siswa tidak menggunakan kemampuan-kemampuan yang
mereka miliki dalam menghadapi persoalan matematika yang tidak biasa.
Siswa tidak berusaha untuk memikirkan ide-ide baru atau cara-cara yang
berbeda yang mungkin muncul karena kemampuan awal yang telah mereka
miliki untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin. Mereka kurang
kreatif dan daya juang mereka pun rendah dalam menghadapi masalah
terutama saat menghadapi masalah-masalah yang lebih sulit, kompleks, dan
tidak umum. Keadaan ini diungkapkan Rohaeti (2008) dalam penelitiannya
bahwa pada saat menyelesaikan soal-soal berpikir kreatif matematik para
siswa umumnya kesulitan mengajukan pertanyaan berdasarkan situasi yang
diberikan, kurang mampu menjelaskan ide-ide yang dikemukakannya dan
sering tidak didukung oleh perhitungan matematis yang memadai, kesulitan
dalam mengemukakan lebih dari satu cara penyelesaian suatu masalah, kurang
mampu mengaitkan ide-ide yang dikemukakan dengan konsep yang sudah
dipelajarinya. Padahal kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu
unsur dalam tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Salah satu materi yang diberikan di sekolah pada pembelajaran
matematika adalah geometri. Seringkali siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari geometri karena harus mempelajari objek yang bersifat abstrak,
seperti pemahaman ruang dan bentuk dalam materi dimensi tiga. Kesulitan
yang seringkali dihadapi siswa adalah saat harus menggambar bangun ruang
dengan benar, menghubungkan salah satu titik ke titik, titik ke garis atau titik
ke bidang dalam bangun ruang atau saat harus memahami gambar yang telah
disediakan dan menangkap ide terkandung di dalamnya serta menjelaskannya
ke dalam bentuk lisan atau tulisan. Banyak siswa mengabaikan
masalah-masalah matematika yang berkaitan dengan dimensi tiga tanpa berusaha untuk
mencoba menggambarkannya atau melakukan pendekatan berbeda terlebih
dahulu untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, perlu disediakan
kesempatan dan peralatan agar siswa dapat mengobservasi, mengeksplorasi,
mencoba dan menemukan konsep-konsep yang dapat membantu mereka
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi dimensi tiga tersebut.
Pemanfaatan teknologi komputer yang di dalamnya terdapat software
seperti WinGeom dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu cara
memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif mengembangkan
kemampuan matematik mereka. Amily dan Yasir (2004) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa elemen multimedia dapat menarik minat para siswa dan
meningkatkan performa mereka dalam pembelajaran matematika. Siswa tidak
lagi terpaku hanya pada cara menggambar bangun ruang secara manual saat
5
dapat memanfaatkan waktunya untuk memahami gambar yang telah dibuat
dan memikirkan ide-ide baru bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
Kreativitas siswa akan tumbuh apabila dilatih melakukan eksplorasi,
inkuiri, penemuan dan memecahkan masalah (Ruseffendi 2006, 239).
Komputer dengan berbagai software yang banyak tersedia saat ini merupakan
media yang dapat membantu memudahkan siswa bereksplorasi, dan melatih
siswa menemukan berbagai jawaban dalam menyelesaikan masalah dengan
memanfaatkan teknologi tersebut. Hal ini didukung pula pendapat Alagic dan
Palenz (2004) bahwa sebagai sebuah alat kognitif, dynamics geometry
software memungkinkan pengguna membuat konstruksi yang cepat dan akurat
yang melibatkan siswa dalam interaksi dengan sajian visual beraneka ragam
dari konsep matematik yang menawarkan kesempatan baru yang
menyenangkan bagi pembelajaran aktif tentang geometri.
Banyak software atau perangkat lunak pembelajaran yang dapat
diunduh dengan mudah melalui internet. Hal ini dipermudah lagi dengan
disediakannya fasilitas komputer dan hotspot di sekolah. Salah satu perangkat
lunak tersebut adalah WinGeom. Perangkat lunak WinGeom ini dapat
digunakan untuk menggambarkan bangun-bangun dalam geometri baik berupa
bangun-bangun dimensi dua seperti segitiga, segiempat, lingkaran, dan
sebagainya maupun berupa bangun-bangun dimensi tiga seperti kubus, prisma,
limas, bola dan sebagainya. Perangkat lunak ini memungkinkan pula untuk
menentukan jarak dari titik ke titik lain, titik ke garis, atau titik ke bidang
Beberapa penelitian yang memanfaatkan software seperti Geometer’s
Sketchpad, Cabri Geometry II, WinGeom menunjukan peningkatan
kemampuan matematik siswa, seperti Rusmini (2008) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan berbantuan program Cabri Geometry II
mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Begitu pula Harmiati dan Rahayu
(2008) di Yogyakarta yang penelitiannya menggunakan software WinGeom
menunjukkan peningkatan pemahaman keruangan dan motivasi siswa.
Pemanfaatan software sebagai alat bantu dalam pembelajaran
matematika juga diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap
pembelajaran matematika. Siswa mendapat pengalaman berbeda yang
menyenangkan dan dapat merasa bebas bereksplorasi sehingga meningkatkan
performa mereka dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan hal-hal yang dinyatakan sebelumya maka penulis
berusaha mengadakan penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif dan komunikasi matematik siswa sekolah menengah atas
melalui pembelajaran matematika berbantuan WinGeom.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
7
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang
mendapat pembelajaran matematika berbantuan WinGeom lebih baik
daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah
yang mendapatkan pembelajaran matematika berbantuan WinGeom?
3. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika berbantuan WinGeom lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematik antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah
yang mendapatkan pembelajaran matematika berbantuan WinGeom?
5. Bagaimana sikap siswa terhadap matematika dan pembelajaran
matematika berbantuan WinGeom?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diungkapkan, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika berbantuan WinGeom dan siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional;
2. mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik
antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang
3. menelaah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika berbantuan WinGeom dan siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional;
4. mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik
antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang
mendapatkan pembelajaran matematika berbantuan WinGeom;
5. mengetahui sikap siswa terhadap matematika dan pembelajaran
matematika berbantuan WinGeom.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan
secara teoritis akan bermanfaat bagi penelitian dan keilmuan. Adapun rincian
manfaat penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Siswa, agar lebih termotivasi dalam mempelajari matematika dan berusaha
untuk selalu bereksplorasi dengan memanfaaatkan perangkat-perangkat
lunak lain sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
matematik mereka.
2. Guru, sebagai informasi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di
Sekolah Menengah Atas dengan memanfaatkan perangkat lunak komputer
sebagai media pembelajaran sebagai alternatif lain dalam bidang
pembelajaran.
3. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan/referensi
9
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematik yang dimaksud adalah
kemampuan secara tertulis yang akan diukur dengan soal tes kemampuan
berpikir kreatif matematik yang meliputi kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), keterampilan merinci (elaboration), dan keaslian (originality)
dalam menyelesaikan masalah.
2. Kemampuan komunikasi matematik yang dimaksud adalah kemampuan
mengkomunikasikan secara tertulis yang diukur dengan soal tes
kemampuan komunikasi matematik yang meliputi kemampuan siswa (1)
menyatakan situasi atau ide matematik dengan menggambarkannya secara
visual; (2) menyatakan ide atau situasi dari suatu gambar, ke dalam bahasa
matematika secara tertulis; (3) Menggunakan kosa kata, notasi, dan
struktur matematik untuk menyajikan kembali ide-ide dan memodelkan
situasi.
3. WinGeom adalah perangkat lunak (software) matematika yang dirancang
untuk mendukung pembelajaran geometri, baik dimensi dua maupun
dimensi tiga yang dapat digunakan untuk menggambar atau
mengkonstruksi bangun datar maupun bangun ruang. Dalam penelitian ini
aplikasi yang digunakan adalah aplikasi untuk mengkonstruksi bangun
bangun ruang dan menentukan besar sudut pada bangun ruang. Program
WinGeom yang digunakan dalam penelitian ini adalah versi compile 4
April 2008 yang dapat diunduh secara gratis dari internet.
4. Sikap siswa dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap matematika
dan pembelajaran matematika berbantuan WinGeom yaitu sikap yang
menunjukkan rasa sukanya terhadap matematika dan pembelajaran
matematika, kesungguhannya dalam pembelajaran matematika, dan
apresiasinya terhadap soal-soal kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi
matematik siswa.
5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran sehari-hari yang umumnya berpusat
pada guru. Pembelajarannya bersifat informatif di mana guru memberi dan
menjelaskan materi pelajaran dengan cara ceramah, siswa mendengarkan
dan mencatat penjelasan yang disampaikan guru, siswa belajar
sendiri-sendiri, kemudian siswa mengerjakan latihan, dan siswa dipersilahkan
untuk bertanya apabila tidak mengerti selama pembelajaran berlangsung.
6. Peningkatan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir
kreatif dan komunikasi matematik siswa, yang ditinjau berdasarkan gain
ternormalkan dari perolehan skor pretes dan postes siswa. Rumus gain
ternormalkan (ternormalisasi) adalah sebagai berikut:
Gain ternormalisasi (g) = –
7. Kategori kemampuan awal matematika siswa di kelas eksperimen terdiri
11
didasarkan pada kemampuan matematika sebelumnya yaitu dengan
terlebih dahulu menentukan rata-rata dan deviasi standar dari skor ulangan
harian siswa. Kelompok tinggi adalah semua siswa yang mempunyai skor
lebih dari atau sama dengan rata-rata skor ditambah deviasi standar.
Kelompok sedang adalah semua siswa yang mempunyai skor antara – 1
deviasi standar dan +1 deviasi standar. Sedangkan kelompok rendah
adalah semua siswa yang mempunyai skor – 1 deviasi standar dan yang
kurang dari itu (Arikunto, 2003).
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang
memperoleh pembelajaran Matematika berbantuan WinGeom lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik
antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang
mendapatkan pembelajaran matematika berbantuan WinGeom.
3. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang
memperoleh pembelajaran Matematika berbantuan WinGeom lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
4. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik
antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai
peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematik siswa
yang mendapat pembelajaran matematika berbantuan WinGeom dapat ditarik
simpulan sebagai berikut:
1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang mendapat
pembelajaran matematika berbantuan WinGeom lebih baik daripada siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional.
2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik
antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang
mendapat pembelajaran matematika berbantuan WinGeom. Peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa kategori kemampuan tinggi
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan sedang dan rendah.
3) Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat
pembelajaran matematika berbantuan WinGeom lebih baik daripada siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional.
4) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik
antara siswa kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang
94
kemampuan komunikasi matematik siswa kategori kemampuan tinggi
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan sedang dan rendah.
5) Pada umumnya sikap siswa terhadap pembelajaran matematika berbantuan
WinGeom adalah positif. Sikap positif ini menjadi salah satu modal untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematik
siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk guru bidang studi matematika, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika berbantuan WinGeom dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematik
siswa, sehingga dapat menjadi alternatif pendekatan pembelajaran
matematika. Guru sebagai fasilitator disarankan untuk selalu mendorong
siswa untuk mencoba hal yang baru berkaitan dengan penggunaan
software pada saat pembelajaran dan mengantisipasi kendala-kendala yang
dihadapi siswa. Guru juga diharapkan memotivasi siswa untuk
meningkatkan semangat belajar dan memberikan kesempatan pada siswa
agar mengeksplorasi potensi diri sehingga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa terutama pada aspek fluency
dan elaboration serta kemampuan komunikasi matematik siswa dalam
menggunakan kosa kata, notasi dan struktur matematik untuk menyajikan
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan
komunikasi siswa tidak hanya pada pelajaran matematika, tetapi juga pada
pelajaran atau bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keberhasilan proses pembelajaran dapat terwujud jika setiap pihak yang
terkait dalam proses pembelajaran memainkan perannya dengan maksimal.
Pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sebaiknya berusaha
untuk melengkapi fasilitas sekolah dengan sarana pendukung yang dapat
memanfaatkan software penunjang pembelajaran.
3. Penggunaan lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa untuk
mengkonstruksi pemahamannya, sehingga seyogyanya penyusunan lembar
kegiatan siswa memperhatikan pula kemampuan-kemampuan matematik
apa saja yang ingin ditingkatkan dan dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan matematiknya.
4. Pembelajaran matematika berbantuan WinGeom tidak menutup
kemungkinan dapat membantu meningkatkan kemampuan matematik
lainnya. Sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, baik di jenjang
96
DAFTAR PUSTAKA
Afgani, J. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama melalui Pendekatan Open-Ended. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Alagic & Palenz. (2004). Cognitive Tools for Exploring Linear and Exponential Growth. [online]. Tersedia: http://rfdz.ph-noe.ac.at/fileadmin/Mathematik_ Uploads/ACDCA/TIME2004/time_contribs/Alagic/alagic.pdf [15 Februari 2011]
Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi matematik Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) Melalui Strategi Think Talk Write. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Baker, M., Rudd, R., & Pomeroy, C. (2001). Relationships between Critical and Creative Thinking. [online]. Tersedia: http://www.jsaer.org/pdf/Vol51/51-00-173.pdf. [19 Januari 2011}
Bills, T., & Genasi, C. (2003). Creative Business – Achieving your goals through creative thinking and action. Palgrave Macmillan.
Cai, J., Lane, S., & Jakabcsin, M. S. (1996). The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics: Assesing Student’s Mathematical Reasoning and Communication in Mathematics. Dalam P. C. Elliot dan M. J Kenney (Eds). Yearbook Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston, VA. The National Council of Teachers of Mathematics.
Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). “How to Design and Evaluate Research in Education”. Singapore: Mc. Graw Hill.
Greenes, C. & Schulman, L. (1996). Communication Prosesses in Mathematical Explorations and Investigations. In P.C Elliot and M. J Kerney (Ed.). 1996. Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond.
Haris, R. (1998). Introduction to Creative Thinking. [online]. Tersedia: http://www.virtualsalt.com. [12 Januari 2011].
Harmiati, E., & Rahayu, A. (2008). Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Keruangan Siswa melalui Pembelajaran Geometri Berbantuan Program Komputer. [online] Tersedia: http://ernistyk. blogspot.com/2008/05/penelitian-tindakan-kelas.html. [31 Januari 2011].
Harsanto, R. (2005). Melatih Anak Berpikir Analisis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan DIri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Jiang, Z. (2008). Explorations and Reasoning in the Dynamic Geometry Environment. [Online]. Tersedia: http://atcm.mathandtech.org/. (12 Oktober 2010).
Krismiati, A. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Geometri Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Cabri Geometry II. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Kusumah, Y.S & Suherman, E. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Mann, E.L. (2005). Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Connecticut: University of Connecticut.
McFadzean, E. (1998). Enhancing creative thinking within organizations.[online]. Tersedia: http://people.westminstercollege.edu/faculty/kwessel/MBA%20 660%20Session%202%20Folder/660%20article%20001.pdf
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., & Foy, P. (2008). TIMSS 2007 International Mathematics Report: Findings from IEA’s Trends in International Mathematics and Science Study at the Fourth and Eighth Grades. Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College. [online]. Tersedia: http://timss.bc.edu/TIMSS2007/math report.html. [15 Februari 2011].
98
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School mathematics. Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics. INC.
National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. [online]. Tersedia: http://www.nctm.org/ standards/overview.htm. [17 Januari 2011].
Nuthpaturahman. (2008). Minat Belajar Siswa dalam Mata PelajaranMatematika pada Madrasah Thanawiyah Ismailikambat Selatan Kecamatan
Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
http://idb4.wikispaces.com/file/view/jj4006.4.PDF. [7 Juli 2011]
Pierce, R., Stacey, K. & Barkatsas, A. (2007). A Scale for Monitoring Students Attitude to learning Mathematics with Technology. [online]. Tersedia: http://clint.sharedwing.net/research/equity/attitudes%20wrt%20learning% 20with%20technology.pdf. [15 Februari 2011]
Rahman, R. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan GeoGebra Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Concept tentang Matematika. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Rohaeti, E. E. (2008). Pembelajaran dengan Pembelajaran Eksplorasi untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Rudhito, M. A. (2008). Geometri dengan WinGeom Panduan dan Ide Belajar Geometri dengan Komputer. [online]. Tersedia: http://downloads. ziddu.com/downloadfile/2715752/Bab0Depan.pdf.html. [25 januari 2011]
Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Rusmini. (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Program Cabri Geometry II. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Setiawan, A. (2008) Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Simanjuntak, L., dkk. (1993). Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta.
Siregar, N. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Madrasah Tsanawiyah pada Kelas yang Belajar Geometri berbantuan Geometer’s Sketchpad dengan Siswa yang Belajar tanpa Geometer’s Sketchpad. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Soliman, S. H. A. (2005). System and Creative thinking. Cairo: Center for Advancement of Postgraduate Studies and Research Engineering Sciences, faculty of Engineering – cairo University (CAPSCU).
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
100
Sumarmo, U. (2010). Pembelajaran Keterampilan Membaca matematika pada Siswa Sekolah Menengah. [online]. Tersedia:
http://math.sps.upi.edu/wp-content/uploads/2010/02/MKLH-KETBACA-MAT-NOV-06-new.pdf.
Sunawan, A. (2008). Pengaruh Pembelajaran Model Missouri Mathematics Project Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik SMP Ditinjau dari Intelligence Quotient (IQ). Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Torrance, E. P. (1966). The Torrance Tests of Creative Thinking-Norms-Technical Manual Research Edition-Verbal Tests, Forms A and B-Figural Tests, Forms A and B. Princeton, NJ: Personnel Press.
Widhiarso, W. (2007). Uji Hipotesis Komparatif. Online: http://widhiarso. staff.ugm.ac.id/files/membaca_t-tes.pdf