PENERAPAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR
KRITIS MAHASISWA PADA MATERI REAKSI-REAKSI
SENYAWA ORGANIK
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA Kimia Sekolah Lanjutan
Disusun Oleh:
RUCHIYAT
0907894
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dengan ini saya menyatakan bahwatesis dengan judul ” Penerapan Pembelajaran
Konflik Kognitif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis
Mahasiswa pada Materi Reaksi-Reaksi Senyawa Organik” ini beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
Lembar Pengesahan
Tesis ini disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I
Dr. Hendrawan, M. Si NIP. 196310291987031001
Pembimbing II
Dr. Iqbal Musthapa, M. Si NIP. 197512232001121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi IPA SPs UPI
i
Penerapan Pembelajaran Konflik Kognitif untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Materi
Reaksi-Reaksi Senyawa Organik
ABSTRAK
Ruchiyat (0907894) PPs UPI, Agustus 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pembelajaran strategi konflik kognitif materi reaksi-reaksi senyawa organik dan menganalisis karakteristik pembelajarannya. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester III Program Studi Farmasi yang mengontrak mata kuliah kimia organik I tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 26 mahasiswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre-test and pos-test design. Teknik pengumpulan data digunakan tes penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa bentuk essay yang diberikan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, angket, wawancara, dan data observasi. Hasil tes dalam bentuk pretes dan postes dianalisis menggunakan analisis gain ternormalisasi, angket dan catatan lapangan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pada pelaksanaan pembelajaran dengan strategi konflik kognitif, konsep nukleofilisitas dan kebasaan, faktor pelarut dan faktor temperatur, menunjukkan karakter pembelajaran konflik kognitif. Sedangkan konsep mekanisme reaksi tidak menunjukkan karakter pembelajaran konflik kognitif. Setelah diterapkannya strategi pembelajaran konflik kognitif, terdapat peningkatan penguasaan konsep mahasiswa dengan gain sebesar 0,63 (kategori sedang). Adapun konsep yang diperoleh dengan nilai gain terendah pada konsep mekanisme reaksi sebesar 0,27 (kategori rendah) dan konsep yang diperoleh dengan nilai gain tertinggi pada konsep faktor temperatur sebesar 0,83 (kategori tinggi). Dari hasil analisis data kemampuan berpikir kritis mahasiswa diperoleh persentase tertinggi peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, konsep nukleofilisitas dan kebasaan, sebesar 88% pada kemampuan memberikan penjelasan dengan indikator menganalisis argumen. Persentase terendah peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada konsep mekanisme reaksi sebesar 28% pada kemampuan strategi dan taktik dengan indikator memutuskan sebuah tindakan.
Kata Kunci: Pembelajaran Konflik kognitif, penguasaan konsep, berpikir kritis,
ABSTRAK ….……….. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ………... iii
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR TABEL ……… vi
DAFTAR GAMBAR ……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ………. 6
C. Batasan Masalah ……… 6
D. Tujuan Penelitian ………... 7
E. Manfaat Penelitian ………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konflik Kognitif ………. 8
B. Keterampilan Berpikir Kritis ………. 14
C. Penguasaan Konsep ……… 17
D. Materi Reaksi-Reaksi Senyawa Organik ………... 19
B. Subyek Penelitian ………. 34
C. Definisi Operasional ………. 35
D. Instrumen Penelitian ……… 35
E. Prosedur Penelitian ……….. 37
F. Alur Penelitian ………. 46
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembelajaran Konflik Kognitif ……… 47
B. Analisa Penguasaan Konsep Mahasiswa ……….. 55
C. Analisa Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa ……….. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 66
B. Saran ………. 68
DAFTAR PUSTAKA ………. 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 73
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kegiatan perkuliahan kimia organik selalu berupaya untuk meningkatkan
dan menguatkan pemahaman konsep mahasiswa, tetapi kenyataannya sering
dihadapkan pada berbagai kendala yang ada. Menurut Anne O’Dwyer (2011)
faktor-faktor yang menjadi kendala dalam meningkatkan pemahaman kimia
organik adalah multidimensi ilmu kimia, kurikulum, bahasa, pemahaman
matematika, miskonsepsi dan tingkat kognitif. Dalam laporannya juga
disampaikan bahwa konsep-konsep kimia organik yang dianggap sulit dipahami
mahasiswa terutama pada jenis-jenis reaksi, mekanisme reaksi dan sintesis
senyawa organik.
Berdasarkan hasil studi kasus di salah satu perguruan tinggi di Garut
diperoleh bahwa masih banyak mahasiswa yang kesulitan mempelajari
konsep-konsep kimia organik. Hal ini diketahui dari nilai ujian akhir
mahasiswa-mahasiswa yang mengontrak kimia organik di tiga tahun terakhir dengan hasil
analisis sebagai berikut: (1) Pada tahun pertama studi kasus, dari 56 mahasiswa
yang memperoleh nilai A sebanyak 4%, yang memperoleh nilai B sebanyak 16%,
yang memperoleh nilai C sebanyak 56%, yang memperoleh nilai D sebanyak
20%, dan yang memperoleh nilai E (Tidak lulus) sebanyak 4%. (2) Pada tahun
kedua, dari 58 mahasiswa, yang memperoleh nilai A sebanyak 4%, yang
yang memperoleh nilai D sebanyak 22%, dan yang memperoleh nilai E (Tidak
lulus) sebanyak 7%. (3) Pada tahun ke tiga, dari 73 mahasiswa, yang memperoleh
nilai A sebanyak 12%, yang memperoleh nilai B sebanyak 14%, yang
memperoleh nilai C sebanyak 37%, yang memperoleh nilai D sebanyak 29%, dan
yang memperoleh nilai E (Tidak lulus) sebanyak 8%. Dari hasil studi kasus pada
nilai kimia organik mahasiswa tiga tahun terakhir ini memperlihatkan
kecenderungan hasil pembelajaran yang kurang optimal. Hal ini terlihat dari
banyaknya persentase nilai C dan D dari tahun ke tahun yang diperoleh
mahasiswa. Jika diambil rata-rata nilai C maka memberikan nilai sebanyak 47%
dan nilai D sebanyak 24%. Dengan banyaknya rata-rata persentase nilai C dan D
tersebut terindikasi masih banyak mahasiswa yang belum menguasai konsep
kimia organik dengan baik.
Setelah dilakukan observasi ternyata banyak kendala-kendala yang
dihadapi mahasiswa dalam memahami konsep-konsep kimia organik. Mahasiswa
memandang konsep-konsep kimia organik merupakan konsep yang abstrak
sehingga sulit dipahami. Selain terdapat beberapa konsep yang sulit, pada materi
kimia organik juga teridentifikasi adanya miskonsepsi. Beberapa miskonsepsi
yang sering terjadi dalam pembelajaran kimia organik, diantaranya;
Konsep-konsep senyawa aromatik dan reaksinya (Topal et al, 2007), laju reaksi (Kolomuc,
2011), Jenis-jenis reaksi organik dan mekanisme reaksi organik. Miskonsepsi
yang terjadi pada konsep-konsep kimia organik tersebut harus dicari cara agar
pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep tersebut menjadi benar. Akan
miskonsepsi ke pemahaman konsep yang benar, terutama dalam strategi
pembelajaran kimia organik. Dengan demikian penulis merasa perlu melakukan
kajian terhadap pembelajaran konsep-konsep kimia organik dengan menerapkan
strategi pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi perubahan dan penguatan
konsep serta melibatkan mahasiswa dalam proses perolehan konsep dapat dicapai
dengan menerapkan pembelajaran konflik kognitif (Toka, 2002), (Kang, et al,
2010). Pembelajaran konflik kognitif adalah seperangkat kegiatan pembelajaran
dengan mengkomunikasikan dua atau lebih rangsangan berupa sesuatu yang
berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar terjadi proses internal yang
intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu pengetahuan yang lebih
tinggi (Sugiyanta, 2005). Pembelajaran konflik kognitif merupakan pembelajaran
yang mengutamakan konflik dalam proses berpikir sehingga terjadi pertentangan
antara konsep baru dengan konsep lama yang didapat dari pengalaman seseorang
(Baser, 2006).
Pembelajaran konflik kognitif ini memiliki keunggulan antara lain dapat
mendorong perubahan konsepsi siswa dari konsep yang salah (miskonsepsi)
menjadi konsep yang benar (Amarlita, 2010).
Pembelajaran konflik kognitif menciptakan ketidakpuasan dalam pikiran
mahasiswa dengan konsepsi yang mereka miliki (konflik kognitif) dan selanjutnya
diikuti dengan memperkuat konsep yang diinginkan. Pembelajaran konflik
kognitif dapat meningkatkan penguasaan struktural terhadap sebagian besar siswa
adanya perubahan konsepsi siswa yang akan bermuara pada penguasaan konsep
yang lebih baik.
Lee et al. (2003) menyatakan terdapat tiga fase dalam proses pembelajaran
konflik kognitif, yaitu fase permulaan (preliminary stage), fase konflik (conflict
stage), dan fase penyelesaian (resolution stage). Pembelajaran ini dapat dilakukan
dengan menggunakan metode praktikum, demonstrasi maupun ceramah dengan
menggunakan contoh-contoh terbalik (counterexamples).
Penelitian-penelitian terkait pembelajaran konflik kognitif diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Mustafa Baser. Penelitian Baser diperoleh hasil
bahwa pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan penguasaan siswa
mengenai konsep-konsep suhu dan kalor (Baser, 2006). Penelitian yang dilakukan
Lee et al. diperoleh kesimpulan bahwa siswa dengan tingkat konflik kognitif yang
tinggi menunjukkan tingkat perubahan konseptual yang lebih tinggi dibandingkan
siswa dengan tingkat konflik kognitif rendah (Lee et al, 2003). Penelitian Fraser
diperoleh hasil bahwa pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan
penguasaan struktural terhadap sebagian besar siswa tetapi tidak efektif bagi siswa
yang lemah (Fraser, 2007).
Pembelajaran dengan strategi konflik kognitif terindikasi dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran dengan strategi konflik
kognitif memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Diantara proses berfikir
tingkat tinggi di atas salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem
konseptual pendidikan sains adalah berfikir kritis. Zoller (2007) menyatakan
mempunyai hubungan yang kuat dengan kemampuan kognitif tingkat tinggi
mahasiswa dalam perkuliahan kimia organik. Hubungan yang kuat berpikir kritis
dengan kemampuan kognitif tingkat tinggi sering diwujudkan melalui pertanyaan
dalam bertanya serta dalam membuat keputusan. Berdasarkan prosesnya berpikir
dapat dikelompokkan dalam berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berfikir
kompleks yang disebut proses berpikir tingkat tinggi terdiri dari empat macam,
yaitu pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berfikir kritis dan berfikir
kreatif (Costa, 1985).
Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri mahasiswa
karena melalui keterampilan berpikir kritis, mahasiswa dapat lebih mudah
memahami konsep, peka akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami
dan menyelesaikan masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi
yang berbeda. Pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam proses
pembelajaran memerlukan keahlian guru dalam memilih media yang tepat, karena
ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan
keterampilan berpikir kritis siswa (Arifin et al, 2000).
Pemaparan di atas menjadi suatu dasar pemikiran bahwa penerapan
strategi pembelajaran konflik kognitif diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep kimia organik dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
Untuk itu, dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis mahasiswa perlu dilakukan studi untuk mengembangkan penelitian
Konflik Kognitif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis
Mahasiswa Pada Materi Reaksi-reaksi Senyawa Organik.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah karakteristik pembelajaran strategi konflik kognitif pada
materi reaksi-reaksi senyawa organik?
b. Bagaimanakah pembelajaran strategi konflik kognitif dapat meningkatkan
penguasaan konsep mahasiswa pada materi reaksi-reaksi senyawa
organik?
c. Bagaimanakah pembelajaran strategi konflik kognitif dapat meningkatkan
kemampuan memberikan penjelasan serta strategi dan taktik pada
kemampuan berfikir kritis mahasiswa?
C.Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Pada penelitian ini materi reaksi-reaksi senyawa organik dibatasi hanya
pada konsep faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi substitusi dan
eliminasi serta mekanisme reaksi.
2. Kemampuan berpikir kritis dibatasi hanya pada kemampuan memberikan
penjelasan dengan indikator menganalisis argumen serta kemampuan
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum
penelitian ini yaitu untuk memberikan alternatif suatu model pembelajaran
beserta assesmennya yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
Sehubungan dengan tujuan umum tersebut di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan khusus sebagai berikut:
a. Menganalisis peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa pada pembelajaran yang menggunakan strategi konflik
kognitif pada materi reaksi-reaksi senyawa organik.
b. Menganalisis karakteristik pembelajaran strategi konflik kognitif serta
tanggapan mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran yang menggunakan
strategi konflik kognitif.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain dapat memberikan
sumbangan alternatif strategi pembelajaran dalam perkuliahan kimia organik.
Penelitian pembelajaran dengan menggunakan strategi konflik kognitif
diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan bagi mahasiswa
dalam hal peningkatan penguasaan konsep-konsep kimia organik. Hasil
penelitian pembelajaran dengan mengunakan strategi konflik kognitif
diharapkan menjadi masukan untuk para peneliti dalam penelitian-penelitian
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pre-Eksperimental. Metode pre-eksperimental merupakan bagian dari metode
eksperimen yang termasuk dalam desain satu variabel bebas. Metode
pre-eksperimen dapat dibagi menjadi tiga bagian desain penelitian, diantaranya desain
studi kasus sekali tes (one shot case study), desain pretes dan postes sebuah
kelompok (one group pretest-posttest design), dan perbandingan kelompok
statistik (statistic group comparison). Alasan penggunaan metode ini karena
keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua
variabel yang relevan, sehingga masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat, dimana hasil eksperimen yang
merupakan variabel terikat bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas
(Ruseffendi, 2003).
Penelitian dilakukan pada sekelompok mahasiswa yaitu satu kelas
mahasiswa peserta mata kuliah kimia organik. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif, sedangkan variabel
terikatnya adalah peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group
keunggulan dibandingkan dengan desain penelitian lain dalam pre-eksperimental.
Keunggulannya adalah adanya pretest sebelum perlakuan, sehingga dapat
membandingkan skor posttest dengan skor pretest (Ruseffendi, 2003). Tidak ada
kelas pembanding (kontrol), mahasiswa diberikan tes awal penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis sebelum perlakuan serta tes akhir penguasaan
konsep dan kemampuan berpikir kritis setelah perlakuan. Desain penelitian ini
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1 Desain penelitian one group pre test and post test design
O1 X O2
Keterangan:
O1 = tes awal sebelum perlakuan (pre test)
X = perlakuan dengan pembelajaran konflik kognitif
O2 = tes akhir setelah perlakuan (post test)
Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui peningkatan penguasaan
konsep dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah pembelajaran konflik
kognitif pada sampel penelitian. Selama proses pembelajaran peneliti bertindak
sebagai pengajar dan dosen kimia organik yang lain sebagai observer. Agar
observasi terhadap proses pembelajaran berjalan objektif, beberapa mahasiswa
semester akhir dilibatkan pula sebagai observer kedua dan ketiga.
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa semester III Program Studi
Farmasi di salah satu Perguruan Tinggi di Garut yang mengontrak mata kuliah
kimia organik I tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 26 mahasiswa.
C.Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki definisi operasional untuk menjelaskan istilah
antara lain:
a. Pembelajaran konflik kognitif adalah seperangkat kegiatan pembelajaran
dengan mengkomunikaskan dua atau lebih rangsangan berupa sesuatu
yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar terjadi proses
internal yang intensif.
b. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor tes
penguasaan konsep mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran pada
materi reaksi-reaksi senyawa organik.
c. Kemampuan berpikir kritis adalah skor tes berpikir kritis mahasiswa pada
tes berpikir kritis yang merujuk pada fungsi berpikir kritis Inch, et al,
(2006) kemudian dikembangkan menjadi indikator: merumuskan
pertanyaan, merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran,
menjawab pertanyaan dari permasalahan berdasarkan data, fakta hasil
observasi dan pengalaman, mendefinisikan istilah, menerapkan
prinsip-prinsip.
D. Instrumen Penelitian
Soal tes digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh suatu individu atau
kelompok yang berisi pertanyaan atau latihan (Arikunto, 2002). Jenis tes
yang digunakan pada penelitian ini adalah tes berbentuk esei. Butir-butir
soal yang bertujuan untuk mengukur konsepsi dan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa tentang konsep-konsep reaksi-reaksi senyawa organik
sebelum maupun sesudah pembelajaran.
b. Angket
Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang
tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran dengan metode konflik
kognitif. Bentuk angket berupa pertanyaan dengan pilihan berganda yang
dapat merefleksikan pendapat mahasiswa. Tanggapan mahasiswa ini
dijaring dengan lembar angket dan wawancara lisan sebagai refleksi
mahasiswa melakukan pembelajaran konflik kognitif.
c. Lembar observasi
Observasi yang dilakukan yaitu observasi sistematis yang
dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Lembar
observasi ini merupakan lembar yang berisi daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
Tabel 3.2. Instrumen Penelitian
Target Metode
Penilaian Instrumen Subjek Waktu
Penguasaan
Tanggapan Angket Lembar
Angket
Secara garis besar, tahapan penelitian dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
Tahapan-tahapan penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Studi pendahuluan meliputi kajian materi subjek dan studi literatur
metodologi pembelajaran. Hasil studi pendahuluan berupa pokok
bahasan untuk pembelajaran dan variabel penelitian
Perumusan masalah, berdasarkan variabel-variabel penelitian yang
ada, masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan dan
diuraikan dalam pertanyaan penelitian
Analisis konsep pada pokok bahasan yang telah ditetapkan. Langkah
ini menghasilkan suatu analisis konsep dan urutan sub pokok
bahasan
Analisis indikator kemampuan berpikir kritis. Analisis dikaitkan
dengan karakteristik materi subjek dan jenis tes untuk evaluasi
kegiatan pembelajaran Rencana Program Kegiatan Pembelajaran
Semester (RPKPS)
Membuat instrument penelitian
Instrument penelitian ini berupa tes tertulis dan lembar observasi
yang berkaitan dengan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir
kritis yang akan diteliti.
Melakukan uji validitas instrument penelitian
Mengadakan uji coba instrument penelitian ke mahasiswa jurusan
farmasi semester lima di salah satu perguruan tinggi di Garut yang
sudah mengontrak mata kuliah kimia organik untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda,dan tingkat kesukaran.
Revisi instrumen untuk mendapatkan instrumen yang baik
Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian
Analisis instrumen berupa soal berbentuk uraian yang berjumlah 4 butir soal
meliputi hal-hal berikut.
a. Tingkat kesukaran soal, dimana ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesulitan dan kemudahan soal yang digunakan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah :
N B TK
Keterangan :
TK = Tingkat kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
N = Jumlah seluruh siswa peserta tes ( Arikunto, 2002 )
Tabel 3.3. Kategori Interpretasi Indeks Kesukaran
Batasan Kategori
TK ≤ 0,00 Terlalu sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah
TK ≤ 1,00 Terlalu mudah
(Arikunto, 2002)
Hasil uji coba instrumen pada penelitian ini untuk tingkat
kesukaran diperoleh hasil seperti diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3.4. Hasil Uji Coba Instrumen pada Tingkat Kesukaran
Butir Soal Nilai Kategori
1 0,4219 sedang
2 0,4010 sedang
3 0,5625 sedang
4 0,3844 sedang
b.Daya pembeda, dimana ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tiap-tiap butir soal mampu membedakan antara pebelajar yang sudah atau
belum memahami konsep, yang kemudian akan terklasifikasi sebagai
kelompok atas dan kelompok bawah. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut (Arikunto, 2002).
N
1/2
B
-B
DP
A BKeterangan :
DP = Daya pembeda
BA = Jumlah siswa pada kelompok atas
BB = Jumlah siswa pada kelompok bawah
N = Jumlah seluruh siswa
Tabel 3.5. Kategori Interpretasi Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 < DP ≤ 0,20 Kurang
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
(Arikunto, 2002)
Hasil uji coba instrumen pada penelitian ini untuk daya pembeda
diperoleh hasil seperti diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6. Hasil Uji Coba Instrumen pada Daya Pembeda
Butir Soal Nilai Kategori
1 0,3438 Cukup
2 0,1771 Kurang
3 0,1250 Kurang
4 0,4813 Baik
c. Uji validitas, dilakukan untuk mengetahui kesahihan suatu instrument
sehingga mampu megukur apa yang hendak diukur. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002).
∑ ∑ ∑
Validitas soal-soal ini ditentukan dengan membandingkan harga r yang
diperoleh terhadap harga r tabel, dengan ketentuan rhitung > rtabel maka butir
soal tersebut valid.
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
n = Jumlah peserta tes
x = skor siswa pada tiap butir soal
y = skor total
Tabel 3.7 Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2002)
Hasil uji coba instrumen pada penelitian ini untuk korelasi
diperoleh hasil seperti diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3.8. Hasil Uji Coba Instrumen untuk Validitas Soal
Butir Soal Nilai Kategori
1 0,764 Tinggi
2 0,588 Cukup
3 0,317 Rendah
d.Uji reliabilitas, dilakukan untuk menguji tingkat keajegan instrument
yang digunakan. Dihitung berdasarkan rumus Spearman-Brown berikut
(Arikunto, 2002).
r 11= korelasi skor-skor setiap belahan tes
= jumlah variansi skor tiap-tiap item
= variansi skor total setiap item
n = banyaknya butir soal
Tabel 3.9 Kategori Reliabilitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,90 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi (baik)
0,40 < r11≤ 0,70 Cukup (sedang)
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah (kurang)
r11≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
(Arikunto, 2002)
Hasil uji coba instrumen pada penelitian ini untuk reliabilitas
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan penerapan pembelajaran konflik
kognitif yang sudah dikembangkan. Dalam pelaksanaanya, peneliti
bertindak sebagai pengajar yang dibantu oleh dua orang dosen kimia
organik sebagai observer. Adapun perencanaan pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
Pretes penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis sebelum
pembelajaran
Pembelajaran di kelas dengan menerapkan strategi konflik kognitif
pada mata kuliah kimia organik dengan sub pokok bahasan
reaksi-reaksi senyawa organik
Diskusi
Melakukan tes tertulis
3. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian terdiri dari tiga kegiatan yaitu:
Mengolah data hasil penelitian
Menganalisis dan membahas hasil penelitian
Menarik kesimpulan
Analisis Data
Hasil tes dalam bentuk pretes dan postes dianalisis menggunakan analisis
gain ternormalisasi.
%
Smaks = Skor maksimum(Hake, 1998)
dengan kategori perolehan N – gain, rendah g <0,30; sedang 0,30≤ g ≤0,70;
dan tinggi g> 0,70.
Angket dan catatan lapangan dianalisis dengan analisis deskriptif dengan
kegiatan yang meliputi:
a. Pengolahan data pretes dan postes
b. Pengolahan data angket mahasiswa
F. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur penelitian Temuan dan Pembahasan
Kesimpulan
Peyusunan, Uji coba, Revisi dan pengesahan Instrumen
Pretest
Implementasi Pembelajaran Strategi Konflik Kognitif
Postest
Analisis Data
Observasi dan angket sikap siswa Pembuatan rancangan pembelajaran dengan Strategi
Konflik Kognitif Studi pendahuluan
Perumusan Masalah
Penentuan dan analisis konsep Pengkajian dan penetapan indikator
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa pada
mata kuliah kimia organik di salah satu perguruan tinggi di Garut dalam
menerapkan strategi pembelajaran konflik kognitif untuk meningkatkan
penguasaan konsep dan berpikir kritis mahasiswa, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan strategi konflik kognitif dihasilkan
karakteristik pembelajaran, dalam pembelajaran konsep nukleofilisitas dan
kebasaan terdapat dua contoh reaksi bertentangan, yaitu reaksi asam basa dan
reaksi substitusi. Mahasiswa memperhatikan contoh-contoh bertentangan dan
mulai berpikir ketika ditanya konsep nukleofilisitas dan kebasaan. Mahasiswa
menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada pembelajaran konsep faktor
pelarut, terdapat dua contoh reaksi dengan substrat sama tapi pelarut berbeda.
Mahasiswa memperhatikan contoh-contoh bertentangan dan mulai berpikir
ketika ditanya salah satu pelarut yang dapat mensolvasi pereaksi. Mahasiswa
menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada pembelajaran konsep faktor
temperatur, terdapat dua contoh reaksi bertentangan, reaksi dengan substrat
dan pereaksi sama tapi temperatur berbeda. Mahasiswa memperhatikan
contoh-contoh bertentangan dan mulai berpikir ketika ditanya pengaruh
diberikan. Pada pembelajaran konsep mekanisme reaksi, terdapat dua contoh
reaksi bertentangan. Mahasiswa tidak tertarik dengan contoh-contoh reaksi
yang diberikan dengan tidak merespon pertanyaan. Mahasiswa tidak
menjawab pertanyaan yang diberikan. Dari pelaksanaan pembelajaran dengan
strategi konflik kognitif, konsep nukleofilisitas dan kebasaan, faktor pelarut
dan faktor temperatur, menunjukkan karakter pembelajaran konflik kognitif.
Sedangkan konsep mekanisme reaksi tidak menunjukkan karakter
pembelajaran konflik kognitif.
2. Setelah diterapkannya strategi pembelajaran konflik kognitif, terdapat
peningkatan penguasaan konsep mahasiswa yang terlihat dari gain sebesar
0,63 (kategori sedang). Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep
mahasiswa mengalami peningkatan. Adapun konsep yang diperoleh dengan
nilai gain terendah pada konsep mekanisme reaksi sebesar 0,27 (kategori
rendah) dan konsep yang diperoleh dengan nilai gain tertinggi pada konsep
faktor temperatur sebesar 0,83 (kategori tinggi).
3. Dari hasil analisis data kemampuan berpikir kritis mahasiswa diperoleh
persentase tertinggi peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, yaitu
pada konsep nukleofilisitas dan kebasaan, sebesar 88% pada kemampuan
memberikan penjelasan dengan indikator menganalisis argumen. Persentase
terendah peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada konsep
mekanisme reaksi substitusi dan reaksi eliminasi sebesar 28% pada
kemampuan strategi dan taktik dengan indikator memutuskan sebuah
B. Saran
Adapun rekomendasi yang diberikan terkait penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Sintaks pembelajaran konflik kognitif harus lebih dipersiapkan sebelum
dilakukan kegiatan pembelajaran yaitu dilakukan terlebih dahulu validasi,
agar kegiatan pembelajaran konflik kognitif dapat berjalan sesuai rencana.
2. Perlu dikembangkan terhadap konsep-konsep kimia organik lain agar lebih
memperkaya model pembelajaran kimia organik.
3. Perlu dikembangkan model evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Amarlita, Dhamas Mega. (2010). Identifikasi Kesalahan Konsep Materi Laju
Reaksi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pagak dan Perbaikannya
dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif. Tesis, Program Studi
Pendidikan Kimia. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang:
Tidak diterbitkan.
Anderson, et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman, Inc.
Arifin, et al. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baser, M (2006). Fostering Conceptual Change by Cognitive Conflict Based
Instruction On Students Understanding of Heat and Temperature
Concepts. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology
Education Vol 2 (2)
Costa, A.L. (1985). Glossary of Thinking Skills. In A. L. Costa (ed)
Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking,
Alexandria: ASCD.
Ennis, R. H. (1985). “Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In A. L. Costa (ed) Developing Minds: A Resource Book for Teaching
Thinking, Alexandria: ASCD
Fessenden, R.J. dan Fessenden J.S. (1997). Kimia Organik, Edisi kedua, Alih
bahasa A.H. Pudjaatmaka, Erlangga, Surabaya.
Firdaus. (2009). Kimia Organik Fisis I. Program Studi Kimia. Jurusan Kimia,
FMIPA, Universitas Hasanuddin.
Kang, et al. (2010). Cognitive conflict and situational interest as factors
influencing conceptual change. International Journal of Environmental
& Science Education. Vol 5 (4)
Kolomuc. (2011). Chemistry Teachers’ Misconceptions Concerning Concept of Chemical Reaction Rate. Eurasian J. Phys. Chem. Educ. Vol 3 (2)
Lee, et al. (2003). Development of an Instrument for Measuring Cognitive
conflict In Scondary Level Science Classes. Research In Science
Teaching Vol 40 (6)
Mulyati Arifin., dkk. (2003). Common Textbook (Edisi Revisi) Strategi
Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia.
O’Dwyer, Anne. (2010). Second Level Irish pupils’ and teachers’ view of
difficulties in Organic Chemistry. University of Limerick, Ireland.
Partono. (2001). Pengaruh Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran
Fisika terhadap penguasaan Siswa tentang Gerak dan Gaya. Tesis
Ruseffendi, E. T. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Semarang: Unnes Press.
Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung:
Alfabeta.
Sela, et al. (2007). Resolving Cognitive Conflict with Peers–Is There A Difference between Two and Four? Israel Institute of Technology.
Sujana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyanta. (2005). Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika.
Widyaiswara LPMP DIY
Suparno, P, Dr. (1997). Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Toka. (2002). The Effect of Cognitive Conflict and Conceptual Change Text
on Students’ Achievment Related to First Degree Equations With One
Unknown. Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi 23
Topal, et al. (2007). University and Secondary School Students’ Misconceptions about the Concept Of “Aromaticity” in Organic Chemistry. International Journal of Environmental & Science
Zoller dan Pushkin. (2007). Matching Higher-Order Cognitive Skills (HOCS)
promotion goals with problem-based laboratory practice in a
freshman organic chemistry course. Chemistry Education Research