• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan dengan Gambar Berseri di Kelas III SDN Kedungkencana III Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan dengan Gambar Berseri di Kelas III SDN Kedungkencana III Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SDN KEDUNGKENCANA III KECAMATAN LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar

Oleh

EKA KURNIA

0905143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG

(2)

SDN KEDUNGKENCANA III KECAMATAN LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh Eka Kurnia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Keguruan Dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Eka Kurnia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

BERSERI PADA SISWA KELAS III SDN KEDUNGKENCANA III KECAMATAN LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD Negeri Kedungkencana III Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr.Prana Dwija Iswara, M.Pd.

NIP. 197212262005011002

Pembimbing II

H. Atep Sujana, M.Pd.

NIP. 197221262006041001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si.

(4)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DENGAN GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS III SDN KEDUNGKENCANA III KECAMATAN

LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh

EKA KURNIA

NIM 0905143

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI: Penguji I Penguji IIPenguji III

Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd Drs.H. Ali Sudin, M.Pd Dr. Herman Subarjah ,M.Si NIP1972212262005011002 NIP.195703021980031006 NIP.196009181986031003

Mengetahui

Ketua Program PGSD Kelas

Riana Irawati, M.Si.

NIP. 198011252005012002 Penguji

Dr.Prana Dwija Iswara M,Pd NIP1972212262005011002

Penguji II

Drs.H. Ali Sudin, M.PdNIP.195703021980031

006

Penguji III

(5)

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 7

1. Perumusan Masalah... 7

2. Pemecahan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 9

1. Bagi Penulis ... 9

(6)

1. Kooperatif tipe Jigsaw ... 10

2. Kemampuanmenuliskarangandengangambarberseri ... 10

F. Hipotesis Tindakan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. KarakteristikSiswaSekolahDasar ... 12

B. Model PembelajaranKooperatifTipe Jigsaw ... 15

1. PengertianTipe Jigsaw ... 15

2. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran KooperatifTipeJigsaw ... 17

C. Hakikat Menulis di SekolahDasar ... 26

1. PengertianMenulis ... 26

2. Tujuan Menulis ... 27

3. ManfaatMenulis ... 29

4. TahapanMenulis ... 31

5. Ciri-ciriMenulis yang Baik ... 34

6. Macam-macam Menulis di SekolahDasar ... 36

D. MenulisKarangan ... 36

1. PengertianKarangan ... 36

2. Jenis jenis karangan di SekolahDasar ... 37

(7)

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 46

4. Gambar sebagai Bagian dari Media Pembelajaran ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

A. PendekatanPenelitianTindakanKelas ... 56

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 56

2. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 59

3. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 59

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 63 5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 65

B. Rencana dan Prosedur Penelitian ... 65

1. Rencana Penelitian ... 65

2. Metode dan Desain Penelitian... 66

3. Prosedur Penelitian Tindakan ... 67

C. Instrumen Penelitian ... 71

1. Pedoman Observasi ... 71

2. Pedoman Wawancara ... 73

3. Tes ... 73

4. Catatan Lapangan... 73

D. Teknik Pengolahan danAnalisisData ... 74

(8)

F. Jadwal Penelitian ... 80

BAB IVPAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Paparan Data Awal ... 81

B. Paparan Data Tindakan ... 84

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 84

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 93

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 103

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 111

1. PaparanPendapatSiswa ... 111

2. PaparanPendapat Guru ... 112

D.Pembahasan ... 113

BAB V PENUTUP ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

Tabel Uraian Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal Menulis Karangan ... 75

Tabel 3.2 JadwalPenelitian ... 80

Tabel 4.1 Hasil Data AwalSebelumDiberikanTindakan ... 83

Tabel 4.2 Data HasilBelajarSiswaMengenaiMenuliskarangan ... 90

Tabel 4.3 Data HasilBelajar (Data IndividuSiklus II) ... 99

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Mengenai Menulis karangan ... 100

Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Kelas III tentang Menulis karangan (Data Individu Siklus III) ... 109

Tabel 4.6 Data HasilBelajarSiswaMengenaiMenuliskarangan ... 110

Tabel 4.7 Rekapitulasi Tingkat KeberhasilanBelajar (Data Individu) ... 118

Tabel 4.8 Persentasebanyaknyasiswa yang memperolehnilaiantara 1  5 danSiswa yang memperolehnilai 6  10 darisiklus I, II dan III (Data individu) ... 118

(10)

Gambar Uraian Halaman Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc. Taggart .... 67 Gambar 4.1 Grafik Data HasilPemahamanSiswaTerhadapMenulis

karangan(Data Kelompok) ... 89 Gambar 4.2 GrafikPresentasePemahamanSiswaTerhadapMenuliskarangan91 Gambar 4.3 Grafik Data HasilPemahamanSiswaTerhadapMenulis

Karangan(Data Kelompok) ... 98 Gambar 4.4 Grafik Data HasilBelajarSiswaMengenaiMenulisKarangan ... 101 Gambar 4.5 Grafik Data HasilPemahamanSiswaTerhadapMenulis

Karangan (Data Kelompok) ... 108 Gambar 4.6 Grafik Data HasilBelajarSiswaMengenaiMenulisKarangan ... 111 Gambar 4.7 GrafikPerolehannilai 6  10 daritesawalsampaisiklus III ... 119 Gambar 4.8 Rekapitulasi Rata-rata Tingkat Keberhasilan Hasil Belajar Siswa

(11)

LAMPIRAN A

Instrumen Penelitian:

Lembar Observasi Perencanaan Pembelajaran Lembar Observasi Pelaksanaan Kinerja Guru Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar Kerja Individu Siswa Lembar Kerja Kelompok Siswa Lembar Hasil akhir Siswa Lembar Quisioner Guru Lembar Quisioner Siswa

LAMPIRAN B

Pra Siklus :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pra Siklus

Hasil Observasi Perencanaan Pembelajaran Pra Siklus Hasil Observasi Pelaksanaan Kinerja Guru Pra Siklus Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pra Sikus

Hasil Kerja Individu Siswa Pra Siklus Hasil akhir Siswa Prasiklus

Hasil Quisioner Guru Pra Siklus Hasil Quisioner Siswa Pra Siklus

LAMPIRAN C

Siklus I :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

(12)

Hasil Akhir Siswa Siklus I Hasil Quisioner Guru Siklus I Hasil Quisioner Siswa Siklus I Catatan Lapangan

Dokementasi siklus I

LAMPIRAN D

Siklus II :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Hasil Observasi Perencanaan Pembelajaran Siklus II Hasil Observasi Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus II Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II

Hasil Kerja Individu Siswa Siklus II Hasl Kerja Kelompok Siswa Siklus II Hasil Akhir Siswa Siklus II

Hasil Quisioner Guru Siklus II Hasil Quisioner Siswa Siklus II Catatn Lapangan Siklus II Dokumentasi Siklus II

LAMPIRAN E

Siklus III :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

(13)

Hasik Akhir Siswa Siklus III Hasil Quisioner Guru Siklus III Hasil Quisioner Siswa Siklus III Catatan Lapangan Siklus III Dokumentasi Siklus III

LAMPIRAN F

Surat – Surat :

Surat Keputusan Pembimbing Surat Izin Penelitian

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia sangat erat dengan pendidikan yaitu bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan. Bahasa Indonesia juga merupakan bidang studi yang wajib diajarkan dan dipelajari dari mulai Sekolah Dasar sampai Pendidikan Tinggi. Belajar bahasa Indonesia untuk siswa SD pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali mereka dengan kemampuan berkomunikasi.

Mengingat pentingnya fungsi dan kedudukan bahasa dalam kehidupan, pelajaran bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan tujuan pelajaran bahasa Indonesia yaitu menjadikan siswanya terampil berbahasa lisan maupun tulis . (Tarigan, 1993: 63)

Dalam PP No 22 Tahun 2006 tentangStandar Isi untuksatuanPendidikanDasardanMenengah, terutama standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis.

(15)

antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Dari ke 4 aspek tersebut, menulis merupakan salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian mendalam karena kemampuan siswa dalam menulis masih kurang optimal, daripada aspek mendengar, berbicara dan membaca. Aspek menulis karangan terutama memiliki kesulitan tersendiri yang dialami oleh siswa. Karena menulis memerlukan daya nalar, kreativitas dan olah kata dalam mempraktekannya.

Pembelajaran menulis karangan dengan gambar berseri di sekolah dasar masih ditemukan berbagai hambatan. Penulis menemukan beberapa permasalahan yang timbul dari guru dan murid. Hai ini diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan dan wawancara dengan guru dan siswa kelas III SDN Kedungkencana III yang dilaksanakan pada hari kamis 4 oktober 2012. Mendapatkan data awal dari guru dan dari siswa.

(16)

Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru ceramah dan penugasan, pemberian materi menulis karangan yang dilakukan guru tidak bervariasi dan monoton, sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan guru selama ini. Selain itu peneliti juga memperoleh data hasil standar kompetensi dan kompetensi dasar tentang menulis karangan yang dilakukan penilaian dengan observasi dan evaluasi belajar siswa didapatkan.

Tindakan guru yang dilakukan berimbas pada siswa, antara lain pemahaman siswa terhadap keterampilan menulis masih kurang, siswa kurang bisa membedakan antara menulis biasa dengan menulis karangan, siswa tidak senang dengan pembelajaran menulis karangan yang monoton dan membosankan, tebatasnya kemampuan siswa dalam menyesuaikan antara judul dengan isi karangan, penggunaan kosa kata yang belum maksimal ,penggunaan ejaan dan tanda baca yang masih salah tebatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan atau ide menjadi suatu bentuk karangan, terbatasnya kemampuan siswa dalam berimajinasi dan memberi kesan hidup pada objek karangan. Selain itu, siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan.

Keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya pembelajaran menulis di kelas. Agar dapat menulis siswa perlu dipacu dengan bahan ajar yang menarik. Untuk itu, guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa tertarik agar siswa dapat menulis dengan baik.

(17)

keterampilan yang lebih baik dalam berbahasa. Guru diharapkan dapat mengelola kelas agar kegiatan proses belajar mengajar dapat tercapai sesuai tujuan .Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru dapat memanfaatkan bahan ajar dan media yang tepat. Kegunaan media yang tepat untuk pembelajaran Bahasa Indonesia akan merangsang anak-anak untuk lebih bersemangat dan lebih menyenangi pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia yang sedang berlangsung. Dengan demikian, materi yang sedang diajarkan akan lebih mudah ditangkap para siswa.

Menulis karangan yang monoton dan membosankan, penggunaan kosakata yang belum maksimal, penggunaan ejaan dan tanda baca yang masih salah, terbatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan atauide menjadi suatu bentuk karangan, terbatasnya imajinasi dan memberi kesan hidup pada objek karangan. Selain itu, siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan.

Hasil pra siklus dari oservasi dan evaluasi belajar yang dilakukan yakni, hasil observasi pada pembelajaran menunjukan hasil yang belum mencapai KKM secara tuntas yakni 8 siswa (40%) mencapai KKM dan 12 siswa (60%) belum mencapai KKM. (dataterlampir). Sedangkan hasil evaluasi hasil karangan menunjukan bahwa 7 siswa (35%) mencapai KKM dan 13 siswa (65%) belum mecapai KKM. (Dataterlampir).

(18)

Penggunaan media gambar ini digunakan sebagai alternatif pembelajaran menulis karangan, sehingga diharapkan dengan media in isi siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, tenang, dan santai sehingga mengurangi kejenuhan pembelajaran menulis selama ini.

Pembelajaran menulis karangan dengan media gambar berseri ini merupakan langkah yang dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk dapat menggunakan sebuah gambar sebagai media dalam proses mengajar di kelas. Penyajian gambar digunakan untuk memfasilita sisiswa dalam menulis paragraf deskripsi. Siswa diminta untuk membuat paragraf berdasarkan gambar tersebut. Dengan demikian, ide dan gagasan siswa akan lebih mudah dituangkan secara jelas, konkrit, dan lengkap.

Pembelajaran menulis karangan dengan gambar berseri tersebut guru hanya memberikan gambar berseri kepada siswa dan menugaskan kepada mereka untuk mengarang sesuai dengan gambar, sedangkan siswa merasa tegang dan merasa kesulitan merangkai kata-kata mereka sesuai dengan gambar berseri, Hal ini disebabkan para siswa melakukan tugas mengarang tersebut secara individu.

(19)

Pemilihan model pembelajaran Jigsaw karena dengan kerjasama dengan siswa lain diharapkan ide-ide dan gagasan para siswa akan berkembang serta menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menarik. Bekerja sama atau berkolaborasi dalam pembelajaran akan mengembangkan ide-ide dan gagasan siswa. Dengan bekerjasama ide dari satu siswa digabungkan dengan ide dari siswa lain menghasilkan ide-ide yang beragam serta menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

Model pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman, 2008:203).

Berdasarkan hasil penelitian Lie (1993: 15) penggunaan tipe Jigsaw ini di anggap tepat Karena menunjukan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling mengharga iperbedaan pendapat orang lain.

Berlandaskan kenyataan di lapangan dan gambaran di atas, maka judul penelitian, adalah: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

(20)

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan pada 4 oktober 2012 penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III?

c. Peningkatan hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III yang meliputi : - Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan dengan

pikiran sendiri sesuai gambar?

- Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima huruf capital diawal kalimat?

- Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima tanda titik diakhir kalimat?

(21)

Melihat permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan. Salah satunya yaitu dengan menggunakan pembelajaran yang bersifat aktif dan inovatif. Metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran menulis karangan, karena dengan metode pembelajaran yang inovatif akan mempermudah dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan model pembelajaran yang aktif dan inovatif siswa akan lebih cepat memiliki kemampuan menulis karangan dari pikiran sendiri karena dengan menggunakan bantuan ini dapat merangsang imajinasi yang berdasarkan gambar karena dalam proses pembelajaran ini siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Rusman (2011:132) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran menulis karangan dengan media gambar dengan menggunakan model Kooperatif Learning Tipe Jigsawsebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa. b. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda

c. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan d. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian

sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.

e. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

(22)

h. Penutup

Pelaksanaan model pembelajaran tipe Jigsaw ini dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan peneltia ntindakan kelas. Digunakan pendekatan tindakan kelas ini Karena hal tersebu tmerupakan masalah dalam proses pembelajaran, terutama di dalam kelas. Sehingga dapat proses dapat meningkatkan tujuan pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perencanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III.

3. Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan menulis karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III yang meliputi aspek-aspek:

(23)

- Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima huruf capital diawal kalimat.

- Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima tanda titik diakhir kalimat.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran menulis karangan dengan gambar berseri serta dapat mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan model ini.

2. Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini diharapkan guru akan termotivasi untuk meningkatkan pembelajaran menulis karangan dengan gambar berseri di masa yang akan datang sehingga guru dapat menentukan suatu pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga mampu menarik perhatian siswa.

3. Bagi Siswa

(24)

E. BatasanIstilah

1. Kooperatif tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw adalahsebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsawmerupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

2. Kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik tadi (Lado dalam Tarigan, 1993)

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

(25)

F. Hipotesis Tindakan

Peneliti dapat mengemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dengan gambar berseri dapa tmeningkatkan keterampilan menulis karangan siswakelas III SDN Kedungkencana III Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka.

BAB I

PENDAHULUAN

G. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia sangat erat dengan pendidikan yaitu bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan. Bahasa Indonesia juga merupakan bidang studi yang wajib diajarkan dan dipelajari dari mulai Sekolah Dasar sampai Pendidikan Tinggi. Belajar bahasa Indonesia untuk siswa SD pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali mereka dengan kemampuan berkomunikasi.

(26)

Dalam PP No 22 Tahun 2006 tentangStandar Isi untuksatuanPendidikanDasardanMenengah, terutama standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis.

Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan demikian, untuk melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia perlu adanya keseimbangan dan keterpaduan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Dari ke 4 aspek tersebut, menulis merupakan salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian mendalam karena kemampuan siswa dalam menulis masih kurang optimal, daripada aspek mendengar, berbicara dan membaca. Aspek menulis karangan terutama memiliki kesulitan tersendiri yang dialami oleh siswa. Karena menulis memerlukan daya nalar, kreativitas dan olah kata dalam mempraktekannya.

Pembelajaran menulis karangan dengan gambar berseri di sekolah dasar masih ditemukan berbagai hambatan. Penulis menemukan beberapa permasalahan yang timbul dari guru dan murid. Hai ini diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan dan wawancara dengan guru dan siswa kelas III SDN Kedungkencana III yang dilaksanakan pada hari kamis 4 oktober 2012. Mendapatkan data awal dari guru dan dari siswa.

(27)

Beberapa hambatan dari guru, guru kurang memberikan motivasi kepada siswa dalam menulis karangan, jarang memberikan pembelajaran menulis karangan karena membutuhkan waktu yang banyak, kurangnya alokasi waktu dalam pembelajaran menulis karangan. Dalam kegiatan pembelajaran guru kurang mengeola kelas dengan baik, guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional dan montoton, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Padahal media pembelajaran yang tepat akan merangsang siswa lebih bersemangat dan lebih menyenangi pembelajaran bahasa Indonesia yang sedang berlangsung dengan demikian, materi yang sedang diajarkan lebih mudah ditangkap oleh siswa.

Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru ceramah dan penugasan, pemberian materi menulis karangan yang dilakukan guru tidak bervariasi dan monoton, sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan guru selama ini. Selain itu peneliti juga memperoleh data hasil standar kompetensi dan kompetensi dasar tentang menulis karangan yang dilakukan penilaian dengan observasi dan evaluasi belajar siswa didapatkan.

(28)

,penggunaan ejaan dan tanda baca yang masih salah tebatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan atau ide menjadi suatu bentuk karangan, terbatasnya kemampuan siswa dalam berimajinasi dan memberi kesan hidup pada objek karangan. Selain itu, siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan.

Keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya pembelajaran menulis di kelas. Agar dapat menulis siswa perlu dipacu dengan bahan ajar yang menarik. Untuk itu, guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa tertarik agar siswa dapat menulis dengan baik.

Seorang guru dalam memberikan pembelajaran dituntut memiliki keterampilan yang lebih baik dalam berbahasa. Guru diharapkan dapat mengelola kelas agar kegiatan proses belajar mengajar dapat tercapai sesuai tujuan .Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru dapat memanfaatkan bahan ajar dan media yang tepat. Kegunaan media yang tepat untuk pembelajaran Bahasa Indonesia akan merangsang anak-anak untuk lebih bersemangat dan lebih menyenangi pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia yang sedang berlangsung. Dengan demikian, materi yang sedang diajarkan akan lebih mudah ditangkap para siswa.

(29)

memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan.

Hasil pra siklus dari oservasi dan evaluasi belajar yang dilakukan yakni, hasil observasi pada pembelajaran menunjukan hasil yang belum mencapai KKM secara tuntas yakni 8 siswa (40%) mencapai KKM dan 12 siswa (60%) belum mencapai KKM. (dataterlampir). Sedangkan hasil evaluasi hasil karangan menunjukan bahwa 7 siswa (35%) mencapai KKM dan 13 siswa (65%) belum mecapai KKM. (Dataterlampir).

Untuk mengatasi hal ini guru harus pandai memilih media pembelajaran dan strategi pembelajaran. Salah satu jenis media yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah media gambar berseri. Penggunaan media gambar ini digunakan sebagai alternatif pembelajaran menulis karangan, sehingga diharapkan dengan media in isi siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, tenang, dan santai sehingga mengurangi kejenuhan pembelajaran menulis selama ini.

(30)

Pembelajaran menulis karangan dengan gambar berseri tersebut guru hanya memberikan gambar berseri kepada siswa dan menugaskan kepada mereka untuk mengarang sesuai dengan gambar, sedangkan siswa merasa tegang dan merasa kesulitan merangkai kata-kata mereka sesuai dengan gambar berseri, Hal ini disebabkan para siswa melakukan tugas mengarang tersebut secara individu.

Melihat permasalahan tersebut diatas, peneliti mempunyai ide untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran tersebut dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pemilihan model pembelajaran Jigsaw karena dengan kerjasama dengan siswa lain diharapkan ide-ide dan gagasan para siswa akan berkembang serta menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menarik. Bekerja sama atau berkolaborasi dalam pembelajaran akan mengembangkan ide-ide dan gagasan siswa. Dengan bekerjasama ide dari satu siswa digabungkan dengan ide dari siswa lain menghasilkan ide-ide yang beragam serta menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

Model pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman, 2008:203).

(31)

lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling mengharga iperbedaan pendapat orang lain.

Berlandaskan kenyataan di lapangan dan gambaran di atas, maka judul penelitian, adalah: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan dengan Gambar Berseri di Kelas III SDN Kedungkencana III Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka.”

H. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan pada 4 oktober 2012 penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

d. Bagaimana perencanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III?

(32)

f. Peningkatan hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III yang meliputi : - Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan dengan

pikiran sendiri sesuai gambar?

- Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima huruf capital diawal kalimat?

- Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima tanda titik diakhir kalimat?

4. Pemecahan Masalah

Melihat permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan. Salah satunya yaitu dengan menggunakan pembelajaran yang bersifat aktif dan inovatif. Metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran menulis karangan, karena dengan metode pembelajaran yang inovatif akan mempermudah dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

(33)

kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Rusman (2011:132) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran menulis karangan dengan media gambar dengan menggunakan model Kooperatif Learning Tipe Jigsawsebagai berikut:

i. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa. j. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda

k. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan l. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian

sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.

m. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

n. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. o. Guru memberi evaluasi.

p. Penutup

Pelaksanaan model pembelajaran tipe Jigsaw ini dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan peneltia ntindakan kelas. Digunakan pendekatan tindakan kelas ini Karena hal tersebu tmerupakan masalah dalam proses pembelajaran, terutama di dalam kelas. Sehingga dapat proses dapat meningkatkan tujuan pembelajaran.

I. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut.

(34)

menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III.

5. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III.

6. Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan menulis karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III yang meliputi aspek-aspek:

- Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan dengan pikiran sendiri sesuai gambar.

- Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima huruf capital diawal kalimat.

- Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan lima tanda titik diakhir kalimat.

J. Manfaat Hasil Penelitian

4. Bagi Penulis

(35)

5. Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini diharapkan guru akan termotivasi untuk meningkatkan pembelajaran menulis karangan dengan gambar berseri di masa yang akan datang sehingga guru dapat menentukan suatu pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga mampu menarik perhatian siswa.

6. Bagi Siswa

Di harapkan siswa akan memiliki kemampuan menulis karangan dengan baik dan mempunyai gagasan yang berkembang.

K. BatasanIstilah

3. Kooperatif tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw adalahsebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsawmerupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

(36)

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik tadi (Lado dalam Tarigan, 1993)

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

Media gambar berseri adalah cerita atau daya upaya dalam menyusun atau menulis karangan dangan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) kedalam wujud atau bentuk bahasa lain.

L. Hipotesis Tindakan

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PendekatanPenelitianTindakanKelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pertama kali PTK diperkenaklan psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. inti gagasan Levin yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stphen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbut dan sebagainya. Menurut Elliot (1982) (dalam Aqib, 2006:87) PTK adalah kajian tentang “sistuasi

sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan didalamnya.”

Sudah lebih dari sepuluh tahun Penelitian Tindakan Kelas dikenal ramai dalam dunia pendidikan. Dalam bahasa Inggris PTK diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Seperti yang dikemukakan oleh Aqib (2007 :12), bahwa ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, di antaranya :

a. Penelitian yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan, yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian iniberbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama pula dari seseorang guru.

(38)

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

c. Merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat secara signifikan

Suharsimi (2005:21) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap

kata tersebut adalah sebagai berikut.

“ Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan

menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.”

Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut. a. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses

(39)

semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.

b. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya. c. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau

menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.

d. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.

(40)

f. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.

g. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.

2. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Wijaya & Dwitagama (2009: 13) berpendapat tentang hakikat sebuah PTK, antara lain :

1) Menurut Carr dan Kemmis adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflective) yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran seperti :

 Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri  Pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, dan

 Situasi-situasi di mana paktik-praktik tersebut dilaksanakan 2) Menurut Mc Niff adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang

dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. Kemudian PTK merupakan penelitian tentang, untuk dan oleh masyarakat/ kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok sasaran.

3. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(41)

a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar

b. Metode pengumpulan data dan tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya

e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tatakrama organisasi

f. Masalah tidak hanya terfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu adanya kerja sama antara kepala sekolah dan pengawas)

(42)

tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana lazimnya dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.

Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang

cukup merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru. Guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerja ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional guru untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.

Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut

waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman data yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup bermakna.

Keempat,metodologiyang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan.

(43)

peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.

Keenam;peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata

krama penelitianserta rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.

Ketujuh; kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang

berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung

(44)

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.

Wijaya (2009 :14), menjelaskan dua manfaat PTK yaitu, sebagai berikut :

a. Manfaat Umum PTK di antaranya :

 Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran  Meningkatkan profesionalitas guru

 Meningkatkan rasa percaya diri guru

 Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

b. Manfaat Khusus PTK

 Menumbuhkan kebiasaan menulis  Menumbuhkan budaya meneliti  Menggali ide baru

 Melatih pemikiran ilmiah  Mengembangkan keterampilan

 Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas

Berdasarkan penjelasan tujuan dan manfaat PTK di atas. Jadi manfaat dari penelitiain tindakan kelas, yaitu:

(45)

kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.

b. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik.

c. Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

d. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.

e. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

(46)

5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Keunggulan PTK yang dilaksanakan di sekolah seperti yang dikemukakan oleh Kusumah (2009 :17), di antaranya :

1) Praktis dan langsung relevan untuk untuk situasi yang aktual 2) Kerangka kerjanya teratur

3) Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif 4) Fleksibel dan adaptif

5) Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran

6) Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas

7) Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru

B. Rencana dan Prosedur Penelitian

1. Rencana Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SDN Kedungkencana III di Desa Kedungkencana Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka.Sekolah ini terletak di bagian ujung Kabupaten Majalengka dan berbatasan dengan kabupaten Indramayu dan kabupaten Cirebon.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Kedungkencana III yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

c. Waktu Penelitian

(47)

2. Metode dan Desain Penelitian a. Metode Penelitian

Metode yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif, dasar pertimbangan peniliti melakukan metode kualitatif dikarenakan memiliki sifat naturalistik. Istilah naturalistik menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, dan menekankan pada pada deskripsi secara alami.

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilaan sampel sumber data yang dilakukan secara purposive dan snowbaal teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”Sugiyono (2010 :15)

b. Desain Penelitian

(48)

ini dilakukan ketika menemukan permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas.

Model yang bisa digunakan dalam penelitian ini, model yang dikemukakan Kemmis dan Mc.Taggart, dengan system spiral refleksi diri, proses pelaksanaan model ini menghendaki adanya siklus belajar yang terdiri dari empat kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi terus perencanaan kembali. Demikian seterusnya kegiatan ini dilaksanakan pada setiap siklus pembelajaran, sampai peneliti dapat mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan. Seperti nampak pada gambar berikut model yang dikemukakan Kemmis dan Mc.Taggart (Wiraatmadja,2008: 66 )

Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc. Taggart (Wiraatmadja 2008 :66)

3. Prosedur Penelitian Tindakan

(49)

bertagantung pada tingkat keberhasilan dari target yang akan dipelajari dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertamuan. Prosedur yang dipilih yaitu dengan model Spiral Kemmis & Mc. Taggart, prosedur pelaksanaan model ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Tahapan perencanaan tindakan, peneliti menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus diamati, kemudian mendapat instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Cara ini dikatakan ideal karena upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat secara mutu kecermatan dalam melakukan pengamatan.

Tahapan ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

(50)

menerapkanpembelajaran Jigsaw, adapun langkah-langkah perencanaannya antara lain:

1) Meminta izin kepada kepala sekolah.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) Merumuskan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis.

4) Memilih prosedur evaluasi penelitian. 5) Melaksanakan tindakan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, yaitu mengimplementasikan atau penerapan isi perencanaan yang akan digunakan dalam tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ini pelaksanaan guru harus ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam perencanaan tetapi harus pula berlaku wajar.

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat antara lain; tahap awal pembelajaran, tahap inti pembelajarandan tahap akhir pembelajaran.

(51)

c. Observasi

Tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlansung. Observer bertugas mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar obsrvasi.

Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktifitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran bahasaIndonesia mengenai menuliskarangandari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

d. Analisis dan Refleksi

Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi oleh peneliti, temansejawat dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada diajdikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.

(52)

kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi mengenai menulis karangan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan.

2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain.

3) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan berdasarkan pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II - siklus III.

C. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Observasi

(53)

sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku siswa dalam memperbaiki pembelajaran.

Selain obervasi pada siswa, peneliti juga mengobsevasi kinerja guru dan lingkungan SDN Kedungkencana III sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis karangan di kelas III.

Obervasi yang dilakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis karangan yaitu bertujuan untuk memperoleh data dari kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis karangan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, sehingga kekurangan-kekurangan kinerja guru dapat diperbaiki dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti berikutnya yaitu tempat pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis karangan di kelas III . Adapun tempat observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu SDN Kedungkencana III. SD ini memiliki 6 ruang belajar dan salah satu ruangan yang dipakai peneliti yaitu ruang kelas III .

2. Pedoman Wawancara

(54)

konfirmasi dari siswa dan guru mengenai penyebab kesulitan siswa dalam memahami menulis karangan dikelas III SDN Kedungkencana III . 3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami menulis karangan . Tes yang dilakukan dlam penelitian ini ada dua yaitu tes tulis dan tes unuk kerja. Tes tulis bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai menulis karangan berupa soal-soal yang harus dijawab. Tes yang kedua yaitu tes unjuk kerja yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami menulis karangan yaitu berupa penilaian unjuk kerja.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah alat yang digunakan oleh para pengamat untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang muncul tak terduga sebelumnya yang tidal direncanakan. Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini adalah catatan lapangan (field note) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan penelitian yang melakukan pengamatan atau observasi.

Beberapa kategori yang membedakan dalam membuat catatan lapangan seperti yang telah dikemukakan oleh Goetz dan LeCompte (1984:160), yaitu :

(55)

atau kata demi kata dari setiap pembicaraan, perilaku dan kegiatan. Kategori kedua adalah catatan yang menggunakan descriptor inferensial tinggi, yaitu catatan yang dibuat berdasarkan kombinasi skema analisis yang sudah disepakati termasuk komentar-komentar yang diucapkan (Rochiyati Wiriatmadja, 2008 :125).

Agar data yang diperlukan utuh, sebaiknya kejadian-kejadian itu dicatat ketika sedang berlangsung jangan dilalaikan atau ditunda-tunda.

D. Teknik Pengolahan danAnalisisData

1. TeknikPengolahan Data

Teknik pengolahan data pada dasarnya dilakukan sepanjang penelitian secara terus menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan tindakan kelas. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini di antaranya meliputi pengumpulan, kodifikasi data, dan validasi data. Dimana pada tahap pengumpulan, kodifikasi data, data mentah yang diperoleh dari data instrument yang digunakan oleh peneliti di antaranya : observasi, wawancara dan catatan lapangan diolah secara kualitatif dengan rata-rata hasil belajar siswa.

(56)

wawancara, dan catatan lapangan diolah secara kualitatif dengan rata-rata hasil belajar siswa.

Pengelolaan hasil evaluasi siswa, peneliti menggunakan Kriteria Kentutasan Minimal (KKM) sebagai kriteria tuntas dan tidak tuntas bagi siswa kelas III SD Negeri Kedungkencana III dalam pembelajaran menuliskarangan. Adapun klasifikasi daripada KKM tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

Jika siswa mendapat nilai ≥ 65 dikatakan tuntas Jika siswa mendapat nilai <65 dikatakan tidak tuntas

(57)

 Menjelaskansingkatmaknam

KKM menulis karangan berdasarkan pengalaman 65

Deskriptor KKM: 1). Kompleksitas

Kompleksitas adalah kesulitan dan kerumitan setiap kompetensi dasar dan indikator harus dicapai oleh siswa, tingkat kompleksitas tinggi juga pelaksanaan menuntut sumber daya manusia, waktu dan kecermatan peserta didik yang tinggi.

2) Intake Siswa

Intake siswa adalah tingkak rata-rata kemampuan siswa (nilai) yang diperoleh pada tingkat KKM siswa pada semester atau kelas sebelumnya.

3) Daya Dukung

Daya dukung yaitu ketersediaam tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, biaya, menejemen sekolah, komite sekolah dan kepedulian stakeholders sekolah.

(58)

c) Intake siswa : - tinggi = 81-100

- sedang = 65-80

- rendah = 50-64.

6. Analisis Data

Analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, dan menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Untuk memepermudah cara mengikuti uraian pengolahan data, peneliti akan menyajikan dengan menggunakan sistematika yang relevan. Maka dari itu Suharsimi Arikunto (2006 :238) mengemukakan ada empat jenis problematika atau permasalahan yang telah diajukan, antara lain :

1) Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena.

2) Problema komparasi, yaitu problema yang bertujuan untuk membandingkan dua fenomena atau lebih.

3) Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena yang kedudukannya sejajar (bukan merupakan sebab akibat)

4) Problema untuk melihat pengarruh sesuatu treatment atau ingin melihat hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. Menganalisis terhadap data, perlu diingat bahwa data yang diperoleh hanya menambah keterangan terhadap masalah yang ingin dipecahkan. Data tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut, sehingga analisis yang diberikan dapat pula berjenis-jenis. Informasi yang diperoleh dapat menjawab sebagian atau semua masalah, dapat menjawab secara sangat spesifik, dapat pula bersifat sangat umum.

(59)

:360)mengemukakan ada tiga jenis hubungan yang perlu diketahui oleh peneliti dalam menganalisis masalah.

1) Hubungan simetris dapat terjadi jika :

 Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama.  Kedua variabel merupakan indikator dari sebuah konsep yang

sama.

 Hubungan yang terjadi disebabkan oleh kebetulan saja.

2) Hubungan timbal balik dapat terjadi jika ada dua buah variabel X dan Y yang berhubungan dan bersifat saling mempengaruhi satu sama lain.

3) Hubungan asimetris dapat terjadi hubungan antara dua variabel dan memiliki jenis, antara lain :

 Hubungan antara cara dan tujuan.  Hubungan antara stimulus dan respons.  Hubungan antara prasyarat dengan akibat.

 Hubungan antara ciri dengan tingkah laku atau watak.  Hubungan yang tetap ada dua variabel.

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam proses dan dikerjakan secara intensif. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, melalui penyajian dan referensi. Pada tahap reduksi data penelitian, menyeleksi memfokuskan, menyederhanakan kemudian memformulasikan data untuk siap disajikan secara utuh.

(60)

mendiskusikan tugas yang diberikan guru, tentunya guru memberikan arahan terlebih dahulu. Setelah itu, siswa secara berkelompok serta dibantu oleh guru untuk mengujicobakan hasil rancangan siswa dan percobaan sedehana itu dapat menghasilkan penemuan yang sangat signifikan.

E. Validasi Data

Validasi data yang dipilih peneliti ini merujuk pada pendapat Hopkins (Rochiati Wiraatmadja, 2008 :168-170)

1. Member Check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber (kepala sekolah, teman sejawat, guru, siswa dan lain-lain).

Untuk validasi member check, setelah melakukan wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis karangan dikelas III . Peneliti memeriksa hasil wawancara dan obsevasi, apakah sudah tercatat sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau ada beberapa yang belum tercatat.

2. Triangulasi, memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti yaitu guru secara kolaboratif.

Dalam melakukan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. Peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru kelas III pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis karangan secara kolaboratif.

3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing. Dalam validasi audit trail, peneliti mengecek kebenaran dan metode pengumpulan data berdasarkan hasil di lapangan mengenai menulis karangan dengan cara mendiskusikan dengan kawan sejawat peneliti yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

4. Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap keabsahan temuan peneliti kepada pakar profesioanal, dalam hal ini penuls mengkomprimasikan temuan kepada dosen pembimbing.

(61)

terhadap masalah-masalah penelitian yang dilakukan mengenai menulis karangan di kelas III.

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebanyak tiga siklus, pembelajaran mengenai menulis karangan dengan menggunakan tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa secara signifikan. Dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi : Mempersiapkan RPP, lembar soal., mempersiapkan pengelolaan kelas, mempersiapkan gambar berseri dan bahan wawancara, mempersiapkan format kinerja guru dan aktivitas siswa, instrument pengumpulan data, menyiapkan hasil pencapaian indicator, menyiapkan aspek-aspek penilaian..

(63)

3. HasilTindakan yang diperoleh

a. Pada prasiklus bahwa jumlah siswa yang mampu menjawab batas lulus 7 orang siswa dari 20 orang siswa atau 35 %, sedangkan 13 orang siswa atau 65 % belum mencapai batas lulus. Hasil yang diperoleh siswa hanya mencapai rata-rata 61,1.

(64)

Nilai terendah pada suklus ini ditempati oleh Putri Tari. Ia hanya hanya menggunakan satu huruf capital, hanya menggunakan 2 tanda titik pada akhir kalimat dan hanya ada satu kalimat yang sesuai dengan gambar sehingga, ia hanya mendapatkan nilai 44.44.

b. Siklus I dapat diketahui terdapat 15 siswa atau 75 % yang mendapat nilai di atas antara 6 sampai dengan 10, pada siklus I ini terdapat peningkatan rata kelas menjadi 7,5 jika dibandingkan dengan rata-rata tes awal yaitu 6,5 maka peningkatan hasil rata-rata-rata-rata yang diperoleh pada pemberian tindakan siklus I ini adalah 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai antara 6 sampai dengan 10 pun mendapat peningkatan sebesar 10 % siswa jika dibandingkan dengan tes awal sebelum diberi tindakan yaitu 35%.

(65)

setiap awal kalimat sehingga ia mendapatkan nilai 2 pada indicator penggunaan huruf capital , dan ia menggunakan tanda titik pada setiap akhir kalimat sehingga ia mendapatkan nilai 3 untuk indicator ini dan seluruh isi karangannya sesuai dengan gambar ia mendapatkan nilai 3 untuk indicator ini sehingga ia mendapatkan nilai akhir 88.9.

Sedangkan yang mendapatkan nilai terendah ditempati oleh Elsa oktaviani ia hanya menggunakan 1 huruf capital pada awal kalimat, ia hanya menggunakan 3 tanda titik pada akhir kalimat dan ia pada hasil karangannya hanya ada satu kalimat saja yang sesuai dengan gambar sehngga ia mendapatkan nilai 33.33.

c. Siklus II dapat diketahui terdapat 17 siswa atau 85 % yang mendapat nilai di atas antara 6 sampai dengan 10, pada siklus II ini terdapat peningkatan rata-rata kelas menjadi 8,8. Pada siklus II ini terlihat peningkatan 10 %. Jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai di atas 5 dengan tindakan yang diberikan pada siklus I yaitu sebesar 72 %.

(66)

mendapatkan nilai 3, untuk nilai 2 ada 15 siswa dan untuk nilai 1 ada 1 orang siswa.

Pada siklus II yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu Faqih Muwahid ia menggunakan 5 huruf capital pada awal kalimat , ia juga menggunakan 5 tanda titik pada akhir kalimat dan seluruh karangan yang ia tulis relevan dengan gambar. Sedangkan yang mendapatkan nilai terendah ditempati oleh ikron ia hanya menggunakan 1 huruf capital diawal kalimat dan hanya ada 2 kalimat yang sesuai dengan gambar sehingga ia mendapatkan nilai 55.6.

d. Siklus III dapat diketahui terdapat 20 siswa atau 100 % yang dapat dinyatakan lulus dan terdapat peningkatan rata-rata yang diperoleh dari siklus III ini menjadi 82. Pada sklus ini terlihat peningkatan 10 % siswa yang mendapat nilai di atas antara 6 sampai dengan 10, bila dibandingkan dengan tindakan yang diberikan pada siklus II yaitu sebesar 72 % dan juga peningkatannya rata-rata pada siklus III ini adalah 10 apabila dibandingkan perolehan rata-rata pada siklus II yaitu 7,20.

(67)

dengan gambar yang mendapatkan nilai 3 ada 10 siswa sedangkan, yang mendapatkan nilai 2 ada 10 siswa dan nilai 1 tidak ada.

Pada siklus III ini yang menempati nilai tertinggi salah satunya adalah Abdul Holis ia menggunakan 5 huruf capital diawal kalimat dan menggunakan 5 tanda titik pada akhir kalimat ia juga menulis karangan dengan isi sesuai dengan gambar selulhnya sehingga ia mendapatkan nilai 100.

Sedangkan yang menempati urtan terendah ditempati oleh Dendi R ia hanya menggunakan 2 huruf capital diawal kalimat dan ia hanya menggunakan 2 tanda titik diakhir kalimat sedangkan pada relevansi karangan ia hanya menulis 2 kalimat saja yang sesuai dengan gambar.

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran bagi sekolah, guru dan peneliti lain.

1. Sekolah

a. Bisa dijadikan gambaran tentang cara penyusunan, perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi yang tepat dalam pembelajaran, khususnya Pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Menjadi masukan bagi lembaga tentang hasil pembelajaran yang dicapai siswa sehingga menjadi dasar untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal Menulis Karangan  ......................
Gambar 4.2   GrafikPresentasePemahamanSiswaTerhadapMenuliskarangan91
gambar berseri dikelas III SDN Kedungkencana III yang meliputi :
gambar karena dalam proses pembelajaran ini siswa harus aktif melakukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang

1 Unit Layanan Pengadaan Barang/ Jasa Pemetrintah Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2017, telah melakukan Evaluasi Kualifikasi dan Evaluasi Teknis Kualifikasi untuk

Konsep ini merupakan pengganti dari konsep reability dalam penelitian kuantitatif, reability tercapai bila alat ukur yang digunakan secara berulang-ulang dan

Besi yang dililiti kawat email yang dialiri listrik DC ini akan memperkuat medan magnet dari kawat, maka dari itu besi paku ini bisa menjadi magnet, arus listrik disimpan dalam

30 Berdasarkan hasil rekapitulasi data AMI program studi jenjang S1 tahun 2019 pada tabel di atas, dari 87 program studi sarjana dan diploma yang diaudit nilai

Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini meliputi Data tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Data

Berdasarkan kondisi yang terjadi pada mahasiswa Fakultas Dakwah yang sedang me- laksanakan praktek dakwah maka dapat di- kemukakan bahwa permasalahannya adalah adanya

Perencanaan program perkuliahan berdasarkan pada silabus perkuliahan yang mendapat pengembangan pada tatanan operasional dan eksperiensial dengan ”Bottom up Planning”