PENGGUNAAN PENDEKATAN TOTAL PHYSICAL RESPONSE UNTUK MENGATASI PROBLEMA BELAJAR BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh :
Titin Kurniatin 1104489
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCA SARJANA
PENGGUNAAN PENDEKATAN TOTAL PHYSICAL RESPONSE UNTUK MENGATASI PROBLEMA BELAJAR BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
Oleh
Titin Kurniatin
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
©Titin Kurniatin2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Penggunaan Pendekatan Total Physical Response untuk Mengatasi Problema Belajar Bahasa Inggris pada Siswa Sekolah Menegah Pertama.
ABSTRAK
(oleh: Titin Kurniatin NIM 1104489 Prodi PKKh)
Penelitian ini dilakukan berdasar kepada fakta disekolah umum bahwa dari jumlah siswa yang ada di sekolah dari setiap level kelas, ada saja beberapa siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris dengan indikator nilai-nilai ulangan yang diperoleh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menegah Pertama Negeri 1 Baleendah Kabupaten bandung di kelas VII semester dua dengan sampel yang sudah ditentukan (judgement sampling) dengan jumlah siswa 10 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektifitas pendekatan Total physical Response (TPR) pada anak yang mengalami problema belajar bahasa Inggris di SMP dalam aspek listening dan speaking. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain one group pre-test and posttest. Materi yang diberikan dalam pre-test dan posttest ada tiga ruang lingkup, diantaranya kemampuan bahasa Inggris dalam aspek mendengarkan dan berbicara, sikap siswa dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris. Untuk mengolah data penelitian yang dapat menjawab hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode statistika untuk menguji perbedaan dua buah yang berpasangan dengan pengujian Willcoxon. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan bahasa Inggris
(listening dan Speaking)siswa dengan katagori pencapaian yang tinggi setelah
siswa memperoleh pembelajaran dengan menggunakan TPR, TPR dapat merubah sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris, dan TPR dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris dapat dioptimalkan kemampuannya dengan menggunakan pendekatan TPR. Bagi pengajar bahasa Inggris sebaiknya menggunakan pendekatan, metode, atau model belajar bahasa yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan tetap berpegang pada prinsip belajar itu harus menyenangkan bagi siswa agar siswa mempunyai sikap yang positif dan moivasi belajar yang bagus terhadap pelajaran bahasa Inggris.
Kata Kunci: pendekatan Total physical Response, Problema belajar
The Use of Total Physical Response Approach to Overcome Students’ Learning Problem at Junior High School
ABSTRACT
(By : Titin Kurniatin NIM 1104489 Prodi PKKh)
This research is done based on the fact at regular school that from the amount of students at each level of classes, there are usually a few students who has problem in English learning. The indicator of English learning problem is the mark of English test is bad or under Minimal Completeness Criteria. This research is done at Baleendah Junior High School one Kabupaten bandung at grade VII semester two with the ten judgement sampling. The purpose of the research is to examine the effectiveness of Total Physical response approach (TPR) on students who has English learning problem at Junior High School in listening and speaking skills. This research uses experiment method with one group pre-test and posttest design. There are three kinds of material in pre-test and posttest that is the ability of listening and speaking, students attitude, and students motivation to English lesson. To process the research data which is able to answer the research hypothesis, the researcher uses statistics method to examine the difference of pairs data by Willcoxon test. The result of this research shows there is improvement of students’ English ability on listening and speaking skills with high category after students get TPR treatment, TPR can change students’ attitude to English lesson, and TPR can upgrade students’ motivation. Students who get English learning problem can be optimal their ability through Total Physical response approach. For English teachers, it should be better to apply approach, method, or language learning model which is able to improve students’ learning outcome that concerns to enjoyable learning for students in order to students have good attitude and learning motivation to English lesson.
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PENGESAHAN ………. i
HALAMAN PERNYATAAN ……….. ii
ABSTRAK ………. iii
ABSTRACT ………. iv
KATA PENGANTAR ……….. v
UCAPAN TERIMAKASIH ………. vi
DAFTAR ISI ………. vii
DAFTAR TABEL ………. ix
DAFTAR GAMBAR ………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……… xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……….... 1
B. Perumusan Masalah ……….. 6
C. Tujuan penelitian ……….. 7
D. Manfaat Penelitian ………. 8
E. Struktur Organisasi Tesis ………... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Problema Belajar ……… 10
B. Pendekatan TPR dalam Pembelajaran Bahasa Inggris ……….. 11
C. Pengaruh TPR terhadap Sikap dan Motivasi Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris ………. 18
D. Hubungan TPR, Sikap Siswa, Motivasi Belajar, dan Kesulitan Belajar Bahasa Inggris ……… 42
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……… 44
F. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ……… 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ………. 50
B. Populasi dan Sampel ………... 50
C. Desain dan Prosedur Eksperimen ………. 52
D. Devinisi Operasional Variabel ……….. 54
E. Instrumen Penelitian ……….. 55
F. Teknik Pengumpulan Data……….. 61
G. Teknik Analisis Data………. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 64
B. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 92
B. Saran ……….. 92
DAFTAR PUSTAKA ……….. 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran A: Data Awal Siswa dan Lembar Validasi ………. 96
Lampiran B: Instrumen Penelitian ……….. 100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Dalam era globalisasi sekarang ini bahasa
Inggris merupakan bahasa yang penting untuk dipelajari, hal ini dikarenakan
bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Fakta menunjukkan bahwa
banyak buku-buku ilmu pengetahuan, science, bahasa dan lain-lain ditulis dalam
bahasa Inggris sehingga untuk bisa memahami buku- buku tersebut tentu harus
memahami bahasa Inggris. Selain itu dalam kemajuan teknologi dan informasi,
banyak hal yang ditulis dalam bahasa Inggris, seperti prosedur penggunaan,
fitur-fitur atau hal lain seperti menggunakan e-mail, tentu sangat membutuhkan
pemahaman bahasa Inggris.
Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan
kepada siswa. Hal ini tampak jelas dalam Kurikulum Pendidikan tahun 2006
untuk SMP yang tertera dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran
bahasa Inggris untuk SMP. Pada Standar kompetensi dan kompetensi dasar
bahasa Inggris ada 4 aspek yang harus diberikan kepada siswa yaitu listening,
speaking, reading dan writing. Listening merupakan langkah awal atau sebagai
pre requisite untuk aspek-aspek yang lain sehingga sebaiknya pembelajaran
bahasa Inggris untuk berbagai kompetensi dasar sebaiknya diawali dengan tahap
listening.
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing bagi orang Indonesia pada
umumnya. Begitu pula bagi siswa di sekolah baik siswa SD, SMP, dan SMA
bahkan mahasiswa di Perguruan Tinggi. Ke-asing-an tersebut bisa dilihat dari
pengucapan, arti dari satu kata yang berbeda-beda sesuai konteks kalimat,
2
berubah-ubah sesuai waktu kejadian. Hal- hal yang disebutkan tadi akan
menimbulkan kesuliatan dalam mempelajari bahasa Inggris tersebut.
Kenyataan di lapangan, Belajar bahasa Inggris itu belum menunjukkan
hasil yang gemilang walaupun siswa telah belajar bahasa Inggris dalam kurun
waktu yang cukup lama yaitu sekitar 6 tahun. Jika para siswa diminta berbicara
bahasa Inggris pada kenyataannya mereka tidak bisa berbicara bahasa Inggris
dengan lancar karena alasannya tidak tahu kata-katanya atau dengan kata lain
kosa kata bahasa Inggris yang dimiliki oleh siswa sangat sedikit. Hal ini tidak
sesuai dengan jumlah waktu yang digunakan oleh siswa untuk belajar bahasa
inggris. Lebih konkritnya, kita bisa melihat out put siswa SMA yang sebagian
besar masih belum bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahsa Inggris baik
lisan ataupun tulis, padahal dalam tujuan pembelajaran bahasa Inggris SMP saja
tertera bahwa salah satunya adalah siswa dapat berkomunikasi baik lisan dan tulis
dengan lancar ( BSNP, 2006) tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran bahasa Inggris SMP.
Menurut pengalaman peneliti selama mengajar bahasa Inggris di SMP,
dari setiap kelas ada beberapa siswa yang nilai hasil belajarnya selalu rendah atau
dibawah kriteria ketuntasan minimal (nilai 7) jika dibandingkan dengan
teman-teman sebaya di kelasnya. Ditambah pula dengan sikap yang tak acuh terhadap
pelajaran bahasa Inggris serta motivasi belajar yang rendah dalam belajar bahasa
Inggris misalnya tidak memperhatikan ketika guru sedang menerangkan, bermain
HP ketika belajar. Motivasi yang rendah dapat terlihat dari setiap tugas yang
harusnya dikerjakan ternyata tidak dikerjakan, malas belajar dan cenderung
menyontek saja dari teman sekelasnya. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa
siswa tersebut mengalami problema belajar dalam pelajaran bahasa Inggris.
Menurut Abdurrahman, M (2012:8) problema belajar (learning problem) adalah
kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu antara lain berupa
strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (
Kondisi anak yang mengalami problema belajar bahasa Inggris dapat
dilihat ketika situasi belajar berlangsung di kelas. Sebagai contoh ketika guru
menerangkan suatu konsep bahasa Inggris , misalnya pola kalimat yang
menggunakan simple present tense Azar,B.S (2005: 53), atau lebih spesifiknya
tentang penggunaan kata kerja bentuk dasar atau bentuk ke 1 yang harus ditambah
s, es, dan tidak ditambah s ataupun es sesuai dengan subjek kalimat, maka siswa
yang mengalami problema belajar bahasa inggris harus diterangkan dua kali atau
lebih dengan kecepatan menerangkan konsep tersebut cukup pelan-pelan.
Latihan-laithan yang merupakan pemakaian konsep bahasa harus lebih banyak dan
bervariasi dan berurut dari yang mudah ke yang sulit. Jika siswa yang lain cukup
dengan latihan sepuluh nomor saja maka siswa yang mengalami problema belajar
bahasa Inggris ini lebih banyak memerlukan latihan.
Keterampilan mendengarkan merupakan prasarat awal dalam pemahaman
bahasa, siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris pada umumnya
belum bisa mengisi latihan atau tes jika hanya diperdengarkan satu kali. Siswa
tersebut baru bisa mengisi atau melengkapi latihan pada keterampilan
mendengarkan jika diperdengarkan teks atau dialog dua kali atau bahkan lebih
sedangkan teman-teman yang lain seusianya sudah bisa mengisi latihan tersebut.
Keterampilan berbicara di kelas tujuh semester genap ini, siswa yang
mengalami problema belajar bahasa Inggris ini susah sekali untuk perform di
depan kelas. Pada umumnya mereka malu dan tidak hapal dengan apa yang mau
mereka ucapkan padahal waktu yang diberikan untuk berlatih dan menghapal
dialog atau teks pendek sederhana sama dengan teman-teman yang lain di
kelasnya. Jadi sudah dimaklumi oleh guru siswa tersebut akan tampil paling
belakang diantara teman-teman di kelasnya.
Keterampilan berikutnya adalah membaca, siswa yang mengalami
problema belajar bahasa Inggrispun sama. Membaca nyaring misalnya, pada
umumnya siswa tersebut membacanya tidak baik dan pemahaman akan makna
kata atau kalimat dalam bacaan agak sulit dan memerlukan waktu yang agak lama
4
yang berdasarkan bacaan atau teks sering menjawab dengan salah atau asal
menulis saja. Juga dalam pengisian latihan yang berdasarkan bacaan, siswa yang
mengalami problema belajar bahasa Inggris ini hanya mengisi sedikit saja dari
sekian banyak pertanyaan atau latihan.
Keterampilan menulis meliputi menyusun kata, kalimat, atau membuat
teks pendek sederhana berbahasa Inggris, siswa yang mengalami problema
belajar bahasa Inggris nampaknya susah sekali mengaplikasikan kata-kata atau
penggunaan unsur-unsur bahasa kedalam tulisannya. Hasil tulisan biasanya
hanya beberpa kata saja dan tidak ada kesinambungan antara kata yang satu
dengan yang lain, apalagi kalau dilihat dari tata bahasanya tentu sangat tidak
memenuhu syarat kalimat atau teks yang baik.
Perilaku di kelas selama belajar, siswa yang mengalami problema belajar
bahasa Inggris ini nampak tidak bersemangat, sering tidak memperhatikan guru
ketika guru menerangkan, disuruh menjawab pertanyaan atau latihan tidak mau
dan tidak bisa. Jika dikelas diadakan kerja kelompok, teman-teman yang lain di
kelasnya banyak yang tidak mau sekelompok dengan siswa yang mengalami
problema belajar bahasa Inggris tersebut.
Uraian tersebut di atas merupakan penjelasan-penjelasan peneliti bahwa
siswa-siswa tersebut adalah siswa yang mengalami problema belajar bahasa
inggris. Problema belajar bahasa Inggris tentu harus dapat diatasi oleh guru
supaya semua siswa bisa memperoleh hasil belajar yang baik. Problema belajar
siswa di kelas tentu faktor penyebabnya banyak, misalnya pendekatan guru
mengajar yang tidak cocok dengan karakteristik siswa dan jenis materi yang
diberikan, materi pelajaran yang terlalu sulit, kemampuan dan kreatifitas guru
dalam mengajar, pengelolaan kelas oleh guru yang tidak baik, sikap guru dalam
mengajar dan lain-lain.
“ Think of million of instructional hours wasted worldwide because most
students not only do not achieve fluency, they end up with the damaging
conclusion, “I guess I am no good at learning foreign language.” (Asher, 2012:
yang belum menampakkan hasil yang gemilang tidak hanya terjadi di Indonesia
tetapi juga terjadi di negara lain. Kurang berhasilnya pembelajaran bahasa Inggris
pada siswa ataupun orang dewasa lainnya perlu mendapatkan perhatian khusus
karena hal ini merupakan masalah yang harus dikaji dan diteliti apa penyebab
semuanya ini terjadi agar dimasa yang akan datang kemampuan bahasa Inggris
pada pembelajar meningkat baik dalam keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, banyak faktor yang membuat
belajar bahasa Inggris tidak berhasil, seperti struktur kalimat yang rumit,
pengucapan yang sulit, sarana prasarana belajar bahasa yang kurang, lingkungan
pembelajar, motivasi belajar, sikap siswa terhadap cara guru menyampaikan
pelajaran bahasa Inggris bahkan pendekatan guru dalam mengajar bahasa Inggis
pun akan berdampak terhadap keberhasilan tujuan pelajaran.
Pendekatan guru dalam memberikan pelajaran pun sangatlah penting,
Siswa akan merasa senang belajar apabila guru yang menyampaikan pelajaran
menggunakan cara yang menyenangkan, tidak membosankan, berguna dalam
kehidupannya. Rasa senang dalam belajar tentu akan menjadi fondasi yang sangat
mendasar untuk keberhasilan pembalajaran. Teoritikus yang memperhatikan segi
humanism (Harmer, J, 2001: 74) mengatakan “the learner’s feelings are as
important as their mental or cognitive abilities”. Pernyataaan di atas
menunjukkan bahwa betapa penting perasaan siswa sangat berpengaruh dalam
pembelajaran. Pembelajaran harus menyenangkan siswa karena apapun akan
dilakukannya apabila siswa sudah menyenangi suatu pelajaran, siswa akan rela
bersusah payah belajar, mengurangi kegiatan bermain untuk belajar. Pendekatan
pembelajaran bahasa yang lain selain bahasa ibu, misalnya bahasa Inggris adalah
menggunakan pendekatan Total Physical Response. Pendekatan TPR adalah
pendekatan belajar dalam mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua yang
memadukan ujaran lisan (speech) dengan gerak tubuh (body_movement).
Pendekatan TPR dalam mempelajari bahasa Inggis merupakan pendekatan yang
6
stress, segala sesuatu yang diajarkan bisa bertahan lama untuk diingat, tidak harus
berpikir keras untuk memahami dan mengigat sesuatu . Hal-hal yang baik
tersebut diharapkan akan bisa mendongkrak peningkatan hasil belajar bahasa
Inggris siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris di SMP.
Menurut Asher (2012: tanpa halaman) “ in the 21st century, there is no excuse for
not knowing that there is a better way to acquire multiple languages for people of
all ages including adults. There is a better way that does not waste the precious
time of the instructor and the student.”
Meier, D (Astuti, R, 2002: 91) mengatakan bahwa menggabungkan gerak
fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh
besar pada pembelajaran. Gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian
otak manusia yang teribat dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di
sebelah bagian otak yang digunakan untuk berfikir dan memecahkan masalah.
Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk
berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam belajar
cenderung untuk membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya.
Magnesen (DePorter dan Reardon (1999:57) menjelaskan bahwa:
kita belajar itu ada dalam beberapa tingkatan prosentase diantatranya 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan kita lakukan.
Kutipan di atas dapat mengandung arti bahwa belajar yang menunjukkan
keberhasilan adalah yang memadukan ucapan dan melakukan nya dengan
aktivitas. Teori ini sejalan dengan TPR karena pada dasarnya TPR itu adalah cara
belajar bahasa yang lain dengan melaui suatu aktivitas. Pembelajaran
menggunakan TPR ini ada pada presentasi paling besar yaitu 90%.
Penelitian penggunaan pendekatan TPR ini dilakukan pada keterampilan
mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking) dalam materi pelajaran
Instruksi pada tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas tujuh semester dua pada
anak yang mengalami problema belajar bahasa Inggris.
B. Perumusan Masalah
Kenyataan di lapangan, pembelajaran bahasa Inggris itu sepertinya belum
menunjukkan hasil belajar yang optimal. Hal ini tentu ada berbagai faktor
penyebabnya, misalnya: kompetensi guru yang belum memadai, jumlah siswa
yang terlalu banyak, materi yang dirasakan sulit, cara guru mengajar yang tidak
sesuai dengan gaya belajar anak, sarana prasarana belajar yang tidak mendukung
dan lain-lain. Maka pada penelitian ini, peneliti memfokuskan kepada rumusan
masalah, yaitu “Apakah pendekatan Total Physical Response (TPR) efektif
terhadap peningkatan prestasi belajar pada anak yang mengalami problema
belajar bahasa Inggris dalam aspek listening dan speaking?” . Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka terdapat beberapa pertanyaan penelitian :
1. Apakah pendekatan TPR dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris
(listening dan speaking) siswa yang mengalami problema belajar bahasa
Inggris?
2. Apakah pendekatan TPR dapat merubah sikap siswa yang mengalami
problema belajar belajar bahasa Inggris terhadap pelajaran bahasa inggris?
3. Apakah pendekatan TPR dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
mengalami problema belajar bahasa Inggris terhadap pelajaran bahasa
Inggris?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Mengkaji efektifitas pendekatan Total physical Response (TPR) pada anak yang
mengalami problema belajar bahasa Inggris di SMP dalam aspek listening dan
speaking.
8
1. Mengetahui pendekatan TPR dapat meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris (listening dan speaking) siswa yang mengalami problema belajar
bahasa Inggris.
2. Mengetahui pendekatan TPR dapat meningkatkan sikap siswa yang
mengalami problema belajar belajar bahasa Inggris terhadap pelajaran
bahasa inggris.
3. Mengetahui pendekatan TPR dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
yang mengalami problema belajar bahasa Inggris terhadap pelajaran
bahasa Inggris?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru pengajar bahasa Inggris baik mulai dari tingkat dasar sampai
tingkat menengah atas, hendaknya bisa memberikan pembelajaran bahasa
yang efektif. TPR dapat menjadi masukan bagi guru bagaimana cara
menyampaikan materi pelajaran bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya
dengan melibatkan hampir semua tahapan belajar, misalnya melihat,
mendengar, membaca, berbicara, bahkan melakukan. Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan TPR dapat digunakan untuk semua siswa, tidak
terkecuali untuk siswa yang mengalami problema belajar.
2. Bagi peneliti berikutnya, hendaknya melakukan penelitian yang
menggunakan pendekatan TPR ini dikembangkan pada aspek lain
misalnya dalam hal mempelajari unsur-unsur kebahasaan, keterampilan
membaca (reading), dan dan keterampilan menulis (writing).
E. Struktur Organisasi Tesis
Dalam tesis ini, peneliti membagi dalam lima bab. Bab I merupakan
pendahuluan yang terditi dari enam bagian, yaitu: latar belakang penelitian,
struktur organisasi tesis. Bab II merupakan landasan teori yang berisi tiga
bagian yaitu pendekatan TPR dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas,
Pengaruh TPR terhadap siskap siswa dan motivasi belajar siswa dalam belajar
bahasa Inggris, dan hubungan TPR, sikap siswa, motivasi belajar dan
problema belajar bahasa Inggris.
Bab III adalah metode penelitian,yang terdiri dari tujuh bagian, yaitu: lokasi
penelitian, populasi dan sampel, desain/ prosedur eksperimen, definisi
operasional variabel, instumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan yang
didalamnya terdiri dari dua bagian yaitu data hasil penelitian dan pembahasan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode ini digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) pendekatan
Total Physical Response (TPR) terhadap peningkatan kemampuan listening,
speaking siswa pada pelajaran bahasa Inggris, pengaruh pendekatan Total
Physical Response terhadap perubahan sikap siswa terhadap pelajaran bahasa
Inggris serta pengaruh pendekatan Total physical Respone terhadap peningkatan
motivasi belajar bahasa Inggris siswa.
Beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam
penelitian yaitu pre-experimental design, true experimental design, factorial
design, dan quasi experimental design Sugiyono (2012: 110). Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan metode eksperimen dengan bentuk desain
pre-experimental design dengan jenis one group pretest-posttest design. Alasan
penggunaan desain tersebut adalah karena perilaku manusia tidak mungkin bisa
dikontrol seluruhnya dalam bentuk eksperimen. Variabel yang diukur adalah tiga
variabel, yaitu: kemampuan listening dan speaking siswa, sikap siswa terhadap
pelajaran bahasa Inggris, dan motivasi belajar bahasa Inggris siswa.
Ketiga variabel terikat di atas dikontrol dengan menggunakan pre-test dan
posttest. Dari sepuluh kelas dengan jumlah siswa sekitar 420 orang, peneliti
memilih sampel dengan jumlah 30 orang. Setelah melalui tes kemampuan bahasa
akhirnya peneliti mendapatkan sampel 10 orang yang memilik kemampuan
bahasa, sikap siswa dan motivasi belajar yang relatif sama. Dengan diberikannya
pre-test yang meliputi tiga aspek yaitu kemampuan listening dan speaking, sikap
siswa terh adap pelajaran bahasa Inggris dan motivasi belajar sebelum perlakuan
TPR dengan diberikannya posttest setalah siswa mendapat perlakuan TPR dengan
ketiga aspek yang sama yang diberikan pada pre-test maka akan dapat dilihat
terjadinya perubahan skor posttest dibandingkan dengan skor pre-test
A. Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian TPR ini, peneliti menggunakan satu sekolah
di Kabupaten Bandung yaitu SMP Negeri 1 Baleendah yang menyandang status
sekolah berstandar Nasional dan salah satu sekolah penyelenggara program
pendidikan akselerasi belajar yang sekarang lebih dikenal dengan penyelenggara
CI +BI ( cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa). Sekolah tersebut berlokasi di Jln
Adipati Agung no 29 Baleendah, Kecamatan baleendah.
Penunjukkan tempat penelitian ini dikarenakan di sekolah ini pun hasil
pembelajaran bahasa Inggrispun tidak semua siswa berhasil dengan baik. Ada
beberapa siswa dari tiap-tiap kelas yang menurut peneliti siswa-siswa mendapat
nilai hasil belajar bahasa Inggris yang rendah, misalnya hasil ulangannya
mendapat nilai dua, tiga ,empat dan nilai kurang lainnya yang tentu nilai tersebut
dibawah KKM. Keberadaan siswa-siswa seperti ini tentu harus mendapat
perhatian untuk diteliti, karena mungkin saja faktor penyebabnya adalah
faktor-faktor ekstern siswa tersebut. Siswa-siswa tersebut memerlukan pelayanan
pendidikan yang berbeda dari teman-teman lain dikelasnya.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMP Negeri Baleendah
kelas tujuh semester genap. Kelas tujuh tersebut berjumlah sepuluh kelas. Tiap
kelas berjumlah rata-rata 43 orang, sehingga jumlah populasi siswa SMP kelas
tujuh berjumlah 430 orang siswa.
Sampel yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah 10 orang
dengan penunjukkan sampel secara bertujuan (purposes sampling) yang tentu
memiliki kriteria tertentu sesuai dengan kriteria siswa yang mengalami problema
Berikut ini adalah langkah-langkah pengambilan sampel siswa yang mengalami
problema belajar bahasa Inggris:
1. Bertanya kepada guru pengajar bahasa Ingrris kelas VII tentang siswa
yang memperoleh hasil belajar yang dianggap belum baik (dibawah
KKM) dan mencatat nilai UTS siswa yang mengalami problema
belajar bahasa Inggris . Nilai UTS yang diambil adalah semester
genap.
2. Memanggil siswa-siswa yang sudah tercatat sebagai siswa yang
mengalami problema belajar bahasa Inggris dari tiap kelas rata-rata
tiga orang. Jadi jumlah siswa yang mengalami problema belajar
bahasa Inggris dari sepuluh kelas adalah 30 orang.
3. Siswa yang berjumlah 30 orang selanjutnya dikumpulkan di satu ruang
kelas setelah jam pelajaran sekolah selsesai untuk mengerjakan tes
tulis pelajaran bahasa inggris sebanyak 25 soal. Kemudian hasil tes
diperiksa bersama dengan cara menukarkan pekerjaan siswa yang
satu dengan yang lainnya.
4. Hasil tes di atas kemudian dibandingkan dan diambil sepuluh orang
siswa yang mendapatkan nilai paling buruk untuk dijadikan sampel
penelitian
5. 10 siswa sampel tersebut melakukan tes membaca nyaring teks
berbahasa Inggris sebanyak satu paragraph untuk meyakinkan bahwa
sejauh mana pengucapan bahasa Inggris yang dikuasianya.
6. Setelah melakukan tes membaca nyaring, siswa yang mengalami
problema belajar bahasa Inggris melakukan tes listening untuk menjadi
C. Desain dan Prosedur Eksperimen
Gambar 3.1
Rancangan Eksperimen Pre-test and Posttest Design
Bentuk desain ekperimen yang digunakan adalah menggunakan one group
pre-test and posttest Pre-test design. Pre-test diberikan pada kepada siswa kelas
tujuh semester genap yang mengalami problema belajar bahasa Inggris sebelum
siswa memperoleh perlakuan TPR. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan bahasa Inggris siswa, sikap dan motivasi siawa sebelum mendapat
perlakuan TPR. Materi yang diberikan pada pre-test ini meliputi tiga hal,
diantaranya kemampuan bahasa Inggris siswa pada ketrampilan mendengarkan
(listening) dan ketrampilan berbicara (speaking) dengan materi Instruksi, sikap
siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris dan motivasi siswa dalam belajar bahasa
inggris. Soal untuk menguji kemampuan bahasa Inggris siswa berjumlah 20 butir,
soal untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran bahasa inggris 10 butir dan
soal untuk mengukur motivasi siswa belajar bahasa Inggris 20 butir.
Posttest dilaksanakan pada akhir kegiatan eksperimen yaitu setalah anak
selasai mendapat perlakuan (treatment) TPR. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahi kemampuan bahasa Inggris siswa, sikap dan motivasi siawa setelah
mendapat perlakuan TPR. Materi yang diberikan pada posttest ini meliputi tiga
hal, diantaranya kemampuan bahasa Inggris siswa pada ketrampilan
mendengarkan (listening) dan ketrampilan berbicara (speaking) dengan materi
Instruksi, sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris dan motivasi siswa dalam
belajar bahasa inggris. Soal untuk menguji kemampuan bahasa Inggris siswa
berjumlah 20 butir, soal untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran bahasa
inggris 10 butir dan soal untuk mengukur motivasi siswa belajar bahasa Inggris 20
butir.
Langkah-langkah pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini adalah:
1. Melaksanakan pre-test yang berisi tiga ruang lingkup, yaitu kemampuan
bahasa inggris (listening dan speaking) dengan materi pelajaran instruksi,
sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris, dan motivasi siswa dalam
belajar bahasa Inggris. Pre-test dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap
pertama adalah siswa melakukan test kemampuan bahasa Inggris dengan
alokasi waktu 30 menit. Tahap kedua siswa menjawab
pernyataan-pernyataan tentang sikap dengan cara memberi checklist pada kolom yang
sudah disediakan. Tahap ketiga adalah siswa menjawab
pernyataan-pernyataan tentang motivasi dengan cara memberi ceklis pada kolom yang
sudah disediakan. Alokasi waktu untuk mengerjakan tes sikap dan
motivasi adalah 30 menit.
2. Pemeriksaan hasil pre-test dan menuliskan nilai yang diperoleh pada kertas
lembar jawaban siswa. Untuk nilai kemampuan bahasa Inggris
menggunakan skor, dari 20 soal listening dan speaking standar
penilaiannya adalah jumlah skor yang didapat siswa dibagi jumlah skor
maksimal yaitu 20 kali 100. Untuk pengukuran sikap siswa yaitu dengan
cara menjumlahkan skor jawaban yang ada pada tabel kuesioner. Begitu
pula dengan data nilai motivasi adalah menggunakan skala motivasi yang
dalam pengambilan skor nya adalah dengan cara menjumlahkan skor
3. Untuk mempermudah pengolahan data, maka dibuat tiga tabel yang
masing-masing tabel akan mengolah data nilai yang berbeda. Tabel
pertama akan diisi dengan data nilai kemampuan bahasa Inggris (listening
dan Speaking), tabel ke dua akan didisi dengan data nilai sikap siswa
terhadap pelajaran bahasa Inggris, dan tabel ketiga adalah diisi dengan
data nilai motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris. Data nilai yang
dimasukkan ke dalam tabel adalah nilai pre-test dan posttest.
4. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak tiga buah
untuk tiga kali pertemuan.
5. Melaksanakan pembelajaran di kelas berdasarkan RPP yang telah dibuat.
Pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali dengan durasi belajar tiap
pertemuan adalah 60 menit.
6. Melaksanakan posttest dengan alat tes yang sama ketika pre-test. Alokasi
waktu untuk pelaksanaan adalah 60 menit.
7. Memasukkan nilai posttest kedalam tabel yang sudah dibuat sebelumnya
dan selanjutnya melakukan penghitungan nilai pada table tersebut sesuai
dengan pengujian Wilcoxon.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Total Physical Response (TPR) adalah cara guru mengajarkan bahasa
Inggris kepada siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris kls
tujuh semester genap dengan cara siswa melihat contoh instruksi yang
diberikan oleh guru dan model, merespon instruksi dengan gerak tubuh, dan
memberikan instruksi berbahasa Inggris kepada teman dan temannya merespon
instruksinya dengan gerak tubuh.
2. Problema Belajar adalah nilai ulangan bahasa Ingggris siswa SMP kls
tujuh semester genap yang rendah, sikap siswa SMP kelas tujuh semester
genap yang kurang baik terhadap pelajaran bahasa Inggris, dan motivasi belajar
belajar siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris mencakup tiga
hal, yaitu:
a. Kemampuan listening dan speaking bahasa Inggris adalah nilai ulangan
listening dan speaking siswa yang mengalami problema belajar bahasa
Inggris kelas tujuh semester genap SMP 1 baleendah yang diperoleh
sebelum mendapatkan perlakuan TPR dan setelah siswa belajar dengan
mendapatkan perlakuan TPR.
b. Sikap adalah perasaan senang atau tidak senang siswa atau keberpihakkan /
ketidakberpihakkan siswa yang mengalami problema belajar bahasa
Inggris kelas tujuh semester genap SMP Baleendah 1 terhadap pelajaran
bahasa Inggris.
c. Motivasi adalah perilaku belajar siwa SMP kelas tujuh semester genap yang
mengalami problema belajar bahasa Inggris yang memperlihatkan
pemilihan tugas yang dikerjakan, usaha yang dilakukan dalam menghadapi
kesulitan, lamanya waktu belajar, dan prestasi belajar yang diperoleh siswa
dalam pelajaran bahasa Inggris.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Tes Kemampuan Bahasa Inggris (listening dan speaking)
Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bahasa Inggris siswa
dalam ketrampilan mendengarkan dan berbicara pada materi pelajaran
instruksi di kelas tujuh semester genap. Tes ini dikerjakan oleh siswa
sebelum mendapat perlakuan TPR pada proses pembelajaran. Tes kemapuan
bahasa ini pula diberikan kepada siswa setelah siswa mendapat perlakuan
pendekatan TPR dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui perubahan hasil belajar yang terjadi setelah siswa memperoleh
perlakuan TPR. Jumlah soal yang diberikan pada siswa ini berjumlah 20
listening dan 10 soal speaking yang akan menguji kemampuan anak dalam
berbicara bahasa Inggris.
Tujuan diberikannya tes adalah untuk mengukur kemampuan bahasa
inggris siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris pada awal
dan akhir penelitian sehingga akan diketahui terjadinya perubahan hasil
belajar siswa setelah mendapat perlakuan TPR.
Tes kemampuan belajar dalam ketrampilan mendengarkan dilakukan
dengan cara siswa mendengarkan instruksi lisan berbahasa Inggris dan
kemudian anak merespon dengan cara melakukan aktivitas atau gerak tubuh
sesuai dengan instruksi. Tes kemampuan bahasa Ingris pada ketrampilan
berbicara diberikan dengan cara kepada anak diperlihatkan perintah tertulis
berbahasa Indonesia dan setelah itu anak harus memberikan instruksi lisan
berbahasa Inggris kepada temannya. Berikut adalah kisi-kisi intsrumen
penelitian dalam lingkup yang pertama yaitu kemampuan bahasa:
Table 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Bahasa
Ruang Lingkup Indikator Soal/pernyataan no:
2. Skala Sikap terhadap Pelajaran Bahasa Inggris
Untuk mengukur sikap siswa yang mengalami problema belajar bahasa
Inggris terhadap pelajaran bahasa Inggris ialah dengan menggunakan skala
sikap. Untuk mendapatkan data tentang sikap siswa tersebut maka peneliti
menggunakan kuesioner. Dalam kuesioner peneliti memberi seperangkat
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pernyataan tertulis
tersebut sifatnya tertutup, yaitu siswa hanya memberikan jawaban dari
pernyataan dengan cara menceklist jawaban yang sesuai dengan
pendapatnya.
Untuk mengukur sikap peneliti menggunakan metode rating yang
dijumlahkan (method of summated ratings). Metode ini merupakan metode
penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai
dasar penentuan nilai skalanya. Pernyataan- pernyataan yang digunakan
untuk mengukur sikap siswa tersebut didasarkan atas dua asumsi, yaitu
pernyataan sikap yang yang favorable dan yang unfavorable dan jawaban
jawaban yang diberikan oleh siswa yang mempunyai sikap yang positif
harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang
diberikan oleh siswa yang mempunyai sikap negatif. Sebaliknya untuk
pernyataan yang bersifat negatif nilai atau bobot yang lebih besar diberikan
dari pada sikap yang posistif.
Jawaban respons siswa disampaikan dengan cara menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima
macam katagori jawaban, yaitu”sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju”
(TS), “entahlah” (E), “setuju” (S), “sangat setuju” (SS). Untuk menentukan
jarak antar katagori-katagori respons jawaban menggunakan skala interval.
0 1 2 3 4
STS TS E S SS
Berikut adalah kisi-kisi instrumen sikap siswa yang merupakan lingkup
Table 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Sikap
Ruang Lingkup Indikator Soal/pernyataan no:
2 Sikap
3. Skala Motivasi Belajar Bahasa Inggris
Untuk mengukur motivasi digunakan skala yang hampir sama dengan
cara mengukur sikap siswa yang mengalami problema belajar bahasa
Inggris yaitu memberikan pernyataan-pernyataan tertutup yang bisa
mewakili atau dapat mengukur hal-hal yang berhubungan dengan motivasi
yaitu berhubungan dengan pilihan tugas/ ketertarikan (choice of tasks),
Untuk dapat menyimpulkan motivasi siswa yang mengalami problema
belajar bahasa Inggris secara keseluruhan peneliti menggunakan metode
rating yang dijumlahkan (method of summated ratings) dengan
menggunakan distribusi respons.
Jawaban respons siswa disampaikan dengan cara menyatakan tingkat
frekuensi melakukan aktivitas terhadap isi pernyataan dalam lima macam
katagori jawaban, yaitu ”tidak pernah” (TP), “jarang” (JR),
“kadang-kadang” (KD), “sering” (SR), “selalu” (SL). Untuk menentukan jarak antar
katagori-katagori respons jawaban menggunakan skala interval.
0 1 2 3 4
TP JR KD SR SL
Pembuatan instrumen skala sikap dan motivasi siswa dengan
menggunakan kuisioner ini dilakukan dengan cara memberikan
pernyataan-pernyataan tertulis yang harus dijawab oleh responden. Kuisioner yang
diberikan kepada responden adalah berupa pernyataan tertutup yang harus
diisi langsung oleh responden. Pelaksanaan pengisian kuisioner ini
dibimbing langsung oleh peneliti di dalam kelas dengan tujuan agar
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat dipercaya.
Tujuan penggunaan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner
ini adalah untuk bisa mengungkap sikap dan motivasi siswa terhadap
pembelajaran bahasa Inggris lebih efektif. Penggunaan kuesioner ini
menghemat waktu dan tenaga juga biaya dalam pelaksanaan penelitian.
Selain itu melalui kuesioner diharapkan dapat menggali sikap dan motivasi
yang lebih luas yaitu mengungkap perasaan responden lebih dalam karena
responden tidak malu mengungkapkan perasaan secara tertulis dari pada
secara lisan.
Teknik penyampaian kuesioner tentang instrumen sikap dan motivasi
dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian ke satu adalah satu lembar kuesioner
berjumlah sepuluh pernyataan tentang sikap siswa yang mengalami
problematika belajar bahasa Inggris terhadap pelajaran bahasa inggris.
Bagian ke dua adalah instrumen motivasi yang terdiri dari tiga lembar yang
berisi 20 pernyataan yang berhubungan dengan indeks motivasi, diantaranya
pemilihan tugas, usaha dalam belajar, durasi belajar, dan prestasi belajar
siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris.
Pengisian instrumen ini dilakukan secara berkelompok tiga atau empat
orang. Pengisian kuesioner yang dilakukan oleh siswa berada dalam
bimbingan guru. Siswa boleh mencantumkan nama atau boleh juga tidak
demi kebebasan mengungkapkan sikapnya. Setelah siswa selesai mengisi
instrumen sikap dilanjutkan kepada pengisian instrument motivasi.
Pelaksanaan pengisian instrumen tersebut dipandu oleh peneliti agar jika
siswa menemukan kebingungan dapat dijelaskan oleh peneliti sehingga
jawaban siswa akan lebih akurat dan dapat dipercaya.
Instumen penelitian dibuat berdasarkan kisi-kisi yang mengacu
kepada ruang lingkup yang akan diteliti dan selanjutnya menuliskan
indikator-indikator yang ingin diungkap dalam penelitian. Dari indikator
dikembangkan menjadi soal-soal atau pertanyaan atau pernyataan yang
diturunkan dari konsep-konsep yang diteliti. Konsep-konsep yang diteliti
ada tiga macam, diantanya: kemampuan bahasa Inggris, sikap siswa
terhadap pembelajarn bahasa Inggris, dan motivasi siswa terhadap
pembelajaran bahasa Inggris.
Instrumen kemampuan bahasa Inggris divalidasi oleh Bapak Dr.
Wachyu Sundayana, Dosen bahasa Inggris di Universitas Pendidikan
Indonesia. Intrumen sikap dan motivasi divalidasi oleh Bapak Dr. Zaenal
Alimin, M.Ed sebagai dosen pembimbing pembuatan tesis. Berikut adalah
kisi-kisi instrumen penelitian pada lingkup ketiga yaitu motivasi belajar
Table 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Motivasi
Ruang Lingkup Indikator Soal/pernyataan no:
prestasi belajar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu
tes tindakan/lisan dan angket. Tes tindakan/lisan ini dimaksudkan untuk
menguji kemampuan bahasa Inggris siswa yang mengalami problema belajar
bahasa Inggris. Tes tindakan ini dilakukan karena aspek yang dinilai adalah
kemampuan siswa dalam merespon perintah atau instruksi berbahasa Inggris
dengan cara melakukan aktivitas sehingga tes tindakan ini sangat
menggambarkan pemahaman siswa terhadap instruksi yang diberikan . Tes
lisan dalam bahasa Inggris adalah cara yang paling tampak atau bisa dilihat
dengan mudah apakah siswa itu bisa berbicara bahasa Inggris dengan lancar
atau tidak.
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang kedua dalam penelitian
ini. Pengukuran skala sikap dan skala motivasi disajikan dalam bentuk
angket. Pernyataan pernyataan dalam angket akan lebih mendalam dalam hal
perasaan dan aktivitas yang dilakukan. Siswa tidak merasa malu dalam
mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Melalui angket pengumpulan
data akan lebih mudah, hemat waktu, hemat biaya.
G.Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian ini terbagi dalam dua tahap
pengolahan, yang pertama adalah pengolahan nilai pre-ttest dan yang kedua
adalah pengolahan skor skala sikap dan skor skala motivasi. Dari kedua
tahap tersebut meliputi tiga ruang lingkup, yaitu kemampuan bahasa Inggris
siswa (listening dan speaking), sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris,
dan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris. Ketiga ruang lingkup
tersebut adalah terkait dengan siswa yang mengalami problema belajar bahasa
Ingris.
Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengolahan data pre-test.
Data nilai pre-test terdiri dari tiga bagian, yaitu nilai listening,
speaking, sikap siswa dan motivasi belajar siswa. Pengolahan nilai
listening dan speaking yaitu dengan cara meng-entry-kan nilai yang
diperoleh siswa kedalam tabel excel. Setelah semua nilai terisi dilakukan
penjumlahan kesamping per individu dan kemudian menjumlah skor
secara kelompok.
Berikutnya pengolahan nilai sikap siswa dan motivasi belajar siswa di
hitung dengan menggunakan excel. skor sikap dan motivasi di-entry-kan
kedalam tabel yang sudah dibuat dengan patokan skor yang sudah
ditetapkan sebelumya yaitu dengan menggunakan rentang skor nol sampai
empat. Setelah skor siswa lengkap diisikan ke dalam tabel maka
selanjutnya menjumlahkan skor tiap siswa dan kemudian menjumlahkan
skor secara keseluruhan.
Pengolahan posttest meliputi tiga ligkup skor yaitu, kemampuan
bahasa Inggris, sikap siswa dan motivasi belajar siswa. Caranya sama yaitu
diolah dengan menggunakan excel seperti pada pengolahan pre-test. Skor
posttest yang sudah di-entry-kan ke dalam tabel kemudian dijumlahkan per
siswa dan kemudian dijumlahkan secara keseluruhan.
3. Untuk menguji perbedaan dua data berpasangan yaitu pre-test dan posttest
maka peneliti menggunakan pengujian Wilcoxon. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Memberi harga mutllak pada setiap selisih pasangan data (x-y). Harga
mutlak diberika dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya.
Harga mutlak terkecil diberi nomor urut ranking 1, kemudian selisih
yang berikutnya diberikan nomor urut atau ranking 2 dan seterusnya.
b. Setiap selisih pasangan (x-y) diberikan tanda positif dan negatif.
c. Hitunglah jumlah ranking yang bertanda positif dan negatif.
d. Selisih tanda ranking yang terkecil atau sesuai denganarah hipotesis,
diambil sebagai harga mutlak dan diberi huruf J. Harga mutlak yang
terkecil atau J dijadikan dasar untuk pengujian hipotesis dengan
melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris dapat
dimaksimalkan kemampuan bahasa Inggrisnya dengan menggunakan
pendekatan TPR
2. Sikap siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris dapat
dikembangkan menjadi lebih baik setelah siswa mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan TPR.
3. Motivasi belajar siswa yang mengalami problema belajar bahasa Inggris
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan
TPR dalam pembelajaran.
B. Saran
1. Kepada para guru pengajar bahasa Inggris baik mulai dari tingkat dasar
sampai tingkat menengah atas hendaknya bisa memberikan pembelajaran
bahasa yang efektif . Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif
dan efisien itu tentu pendekatan, metode, tenik atau model pembelajaran
bahasa yang digunakan haruslah tepat dan sesuai dengan bahan ajar dan
karakteristik siswa. Gunakanlah cara belajar yang bisa meliputi beberapa
aspek cara siswa belajar, misalnya belajar melalui mendengar, melihat,
membaca, mengatakan dan melakukan. TPR salah satu pendekatan belajar
yang melibatkan cara belajar siswa dalam bahasa asing yang memberikan
siswa cara belajar yang maksimal. Dalam TPR yang perlu diingat adalah
jangan memberikan bahan ajar yang terlalu banyak atau banyaknya bahan
ajar harus didesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa. Pembelajaran
buku LKS, lebih baik jika siswa itu belajar menggunakan bahasa dari
pada mempelajri ilmu bahasa.
2. Kepada peneliti yang akan menerusakan penelitian yang berkaitan dengan
pendekatan TPR hendaknya mengembangkan pada keterampilan yang lain
misalya pada keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis
(writing), ataupun pada tata bahasa (grammar) bahasa Inggris. Pada
umumnya kemampuan membaca dan menulis para siswa belum
menunjukkan hasil yang gemilang. Hal ini merupakan tantangan bagi para
pengajar mata pelajaran bahasa Inggris untuk mengekesplor
kemampuannya atau melakukan penelitain agar dapat mengatasi problema
belajar bahasa Inggris di sekolah masing-masing. Baik kiranya apabila
para guru bahasa Inggris mengkaji pendekatan, metoda, teknik, atau model
pembelajaran yang sangat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih dari itu hendaknya dipertimbangkan beberapa hal dalam
pembelajaran yaitu menyenangkan bagi siswa agar siswa tidak stress
dalam mempelajari bahasa asing. Selain itu pembelajaran diusahakan
berbasis pengalaman melakukan agar dapat diigat oleh siswa dalam waktu
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Asher , J. J. (2012). Learning Another language through Actions. USA: Sky Oaks Productions, Inc
Azar, B. S. (2005). Basic English Grammar. USA: Pearson Longman
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar dasar dan Kompetensi
dasar Bahasa Inggris SMP/MTs. Jakart
Bima, M.B. (2012). PR Bahasa Inggris. Klaten: Intan Pariwara
DePorter, B., Reardon, M dan Singer-Nourie, Sarah. (1999).
Quantum teaching. Boston: Allyn and Bacon
Djamarah, B. S. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Gerungan,W.A. (2009). Psokologi Sosial. Bandung: Refika Aditama
Hamdu, G dan Agustina, L. (2011 ). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di kelas IV SDN Tarumanagara
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. (On Line). Availabe at:
http://jurnal.upi.jdu/filj/8-Ghullam_Hamdu.pdf
Hamilton,M. (1966). California Test of Mental Maturity, the California
Achievement Test. Tesis. Asher (2012)
Hariyanto. (2011). Macam-Macam Gaya Belajar. Available at:
http://bjlajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-bjlajar/
Harmer,J. (2001). The Practice of English Language Teaching. England: Longman
Harmer,J. (2007). How to Teach English. England: Longman
Kartini,T. (2011). Mengembangkan Kemampuan Representasi Matematis dan Self Efficacy Siswa SMP melalui Model Reciprocal Teaching Model.
Krauss, D.L. (1996). Vygotsky in the Classroom. USA: Longman
Makmun, A.S. (2007). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Meier, D. (2002). (diterjemahkan oleh Rahmani Astuti) The Accelerated
Learning: Handbook. Bandung: kaifa
Pintrich, P. P dan Schunk, H. D. (2002). Motivation in Education, Theory,
Research & Applications. New Jersey: Merrill Prentice Hall
Sadewo,S dan Yufrizal, H. (2011). Sikap, Motivasi,dan Pemanfaatan Sumber
Belajar Bahasa Inggris Siswa. 5, 93-95 (On Line). Available at:
http://www.jurnal-esai.org/sosial-jurnal-20/vol-5-no-1-januari- 2011/93-sikap-motivasi-belajar-dan-pemanfaatan-sumber-belajar-bahasa-inggris-siswa-.html
Shearon, B. ( ). Total Physical Respon: A Short Introduction. Available at:
ko-ca@pref.miyagi.jp
Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian sosial. Bandung: Refika Aditama
Sobur,A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Reflika Aditama
Syah,M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wardiman, A., Jahur,M.B. dan Djusma. (2008). English in Focus. Jakarta: Pusat Perbukuan Nasioanal, Departemen Pendidikan Nasioanal