• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION

(ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA

TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI

KOTA BANDUNG

(STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

NUNUNG SUYANTINI 1004652

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA

KEPALA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG

(STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG)

Oleh :

Nunung Suyantini

NIM. 1004652

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Dr. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001

Pembimbing II,

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd NIP. 19700524 199402 2 001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan Learning

Organization (Organisasi Pembelajar) dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja

Kepala Sekolah Dasar di Kota Bandung” ini sepenuhnya karya saya sendiri.

Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013

Yang membuat pernyataan,

Nunung Suyantini

(4)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA

SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Standar Nasional Di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung)

Kepala sekolah memegang peranan penting di sebuah lembaga pendidikan (sekolah), karena salah satu peran kepala sekolah adalah sebagai pengelola. Dengan demikian melalui kinerja, kepala sekolah dituntut untuk memikili pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mempengaruhi kinerja guru yang akan berdampak pada hasil belajar peserta didik di sekolah secara optimal.Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang learning organization, iklim kerja, dan kinerja kepala sekolah dasar, pengaruh learning organization terhadap kinerja kepala sekolah dasar, pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah, pengaruh learning

organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Sekolah

Dasar Standar Nasional Negeri dan Swasta yang berada di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Metode yang digunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif

eksplanatory survey, tehnik pengumpulan data melalui tiga cara yaitu observasi,

penyebaran angket, dan dokumentasi. Populasi dari 698 guru, namun komposisi sampel penelitian diberikan kepada 93 responden guru untuk performance 30 orang kepala sekolah dasar standar nasional yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa learning organization memperoleh skor dengan kategori sedang, iklim kerja memperoleh skor dengan kategori tinggi, dan kinerja kepala sekolah memperoleh skor termasuk kategori sedang. Besar pengaruh learning organization terhadap kinerja kepala sekolah dasar dengan besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat, pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar dari besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat, dan pengaruh learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dalam besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis penelitian (1) Learning

Organization berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti

dan dapat diterima, (2) Iklim kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti dan dapat diterima, dan learning organization dan iklim kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti dan dapat diterima. Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyarankan agar ada peneliti lain mencari faktor lain yang dapat lebih meningkatkan kinerja kepala sekolah dasar dengan meningkatkan learning organization (organisasi pembelajar) dan iklim kerja di sekolah, kelompok kerja guru (KKG), dan kelompok kerja kepala sekolah (K3S).

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Konsep Administrasi Pendidikan a. Pengertian Administrasi ... 17

b. Pengertian Administrasi Pendidikan ... 18

(6)

Pendidikan di Sekolah

a. Konsep Kepala Sekolah ... 25

b. Peran Kepala Sekolah ... 26

c. Kompetensi Kepala Sekolah ... 27

d. Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 28

3. Iklim Kerja a. Konsep Organisasi ... 37

b. Konsep Iklim Kerja ... 39

c. Dimensi Iklim Kerja ... 42

4. Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) a. Pengertian Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) .... 45

b. Dimensi Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 46

c. Fungsi Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 54

B. Penelitian Terdahulu ... 59

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Berpikir ... 60

2. Hipotesis Penelitian ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 63

2. Subjek Populasi atau Sampel Penelitian ... 63

B. Desain Penelitian ... 69

C. Metode Penelitian ... 71

D. Definisi Operasional ... 72

(7)

2. Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 74

3. Iklim Kerja ... 76

E. Instrumen Penelitian ... 77

1. Learning Organization (variable X1) ... 77

2. Iklim Kerja (variable X2) ... 80

3. Kinerja Kepala Sekolah (variable Y) ... 82

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 84

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 85

1. Uji Validitas ... 85

2. Uji Reabilitas ... 87

H. Teknik Pengumpulan Data ... 89

I. Analisis Data ... 89

1. Pengujian Secara Individual ... 92

2. Pengujian Secara Simultan ... 93

J. Hasil Uji Coba Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 94

1. Validitas Learning Organization (X1) ... 94

2. Validitas Iklim Kerja (X2) ... 96

3. Validitas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 98

4. Reliabilitas Learning Organization (X1) ... 101

5. Reliabilitas Iklim Kerja (X2) ... 102

6. Reliabilitas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 103

K. Hasil Uji Coba Normalitas ... 104

1. Hasil Uji Normalitas Variabel X1 ... 104

2. Hasil Uji Normalitas Variabel X2 ... 106

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ... 112

2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ... 122

3. Hasil Uji Hipotesis ... 125

B. Pembahasan 1. Learning Organization Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 137

2. Iklim Kerja Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 141

3. Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung .. 142

4. Pengaruh Learning Organization terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 144

5. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 147

6. Pengaruh Learning Organization (Organisasi Pembelajar) dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 162

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 65

Tabel 3.2 Jumlah Sampel ... 67

Tabel 3.3 Jumlah Sampel ... 68

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Learning Organization (X1) ... 77

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja (X2) ... 80

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 82

Tabel 3.7 Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 90

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Learning Organization (X1) ... 95

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Kerja (X2) ... 97

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 99

Tabel 4.1 Klasifikasi Skor Data Penelitian ... 105

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Learning Organization (X1) ... 107

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Iklim Kerja (X2) ... 109

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 111

Tabel 4.5 Rata-rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian ... 112

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel X1 ... 113

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel X2 ... 116

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Variabel (Y) ... 119

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 122

Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 dan Variabel Y ... 123

(10)

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ... 124

Tabel 4.13 Persamaan Regresi X1-Y ... 126

Tabel 4.14 Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 ... 127

Tabel 4.15 Korelasi antara Variabel X1 dengan Y ... 128

Tabel 4.16 Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ... 128

Tabel 4.17 Persamaaan Regresi Y atas X2 ... 129

Tabel 4.18 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2 ... 130

Tabel 4.19 Korelasi antara Variabel X2 dan Y ... 131

Tabel 4.20 Koefisien Determinasi Variabel X2 terhadap Variabel Y ... 132

Tabel 4.21 Persamaaan Regresi Y atas X1 dan X2 ... 133

Tabel 4.22 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ... 134

Tabel 4.23 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 135

Tabel 4.24 Koefisien Determinasi X1 dan X2 Terhadap Y ... 136

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 22

Gambar 2.2 Bidang Garapan Pendidikan ... 23

Gambar 2.3 Indikator Kinerja ... 33

Gambar 2.4 Model Satelite Kinerja Organisasi ... 35

Gambar 2.5 Paradigma Penelitian ... 61

Gambar 2.6 Alur Proses Kegiatan... 61

Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Rata-rata Learning Organization (X1) ... 116

Gambar 4.2 Diagram Batang Skor Rata-rata Iklim Kerja (X2) ... 118

Gambar 4.3 Diagram Batang Skor Rata-rata Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer (Y) ... 122

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner (daftar Pernyataan Penelitian) ... 166

Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen (Validitas dan Reabilitas

Quisioner) ... 176

Lampiran 3. Frequency Learning Organization, Frequency Iklim Kerja,

Frequency Kinerja Kepala Sekolah ... 189

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan dengan

berbagai cara dan srtategi, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.

Namun keberhasilan yang ada belum optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Mutu pendidikan kita masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan

Negara-negara lainnya, misalnya untuk ditingkat Asia Tenggara Negara-negara kita masih

dibawah negara Malaysia dan Singapura. Hal ini merupakan tantangan bagi

kita untuk dapat berusaha terus dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Mutu pendidikan merupakan salah satu pilar dalam menghasilkan sumber

daya manusia yang handal. Peningkatan mutu pendidikan di Negara kita

bertujuan untuk pengembangan sumber daya manusia. Dalam kontek

pengembangan sumber daya manusia, pendidikan merupakan proses dasar

dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan

manusia seutuhnya, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Sisdiknas

Pasal 3 Bab 3 (2003:5) yang berbunyi sebagai berikut:

(14)

Mengingat pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa, maka harus dicapai baik secara makro maupun mikro.Pencapaian

pendidikan secara makro adalah pencapaian tujuan pendidikan nasional,

sedangkan pencapaian pendidikan secara mikro merupakan pencapaian tujuan

pendidikan institusional yaitu di tingkat sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya

interaksi antara pendidik dan peserta didik dan terjadinya proses pembelajaran

dengan tujuan akhir untuk pencapaian tujuan institusional dan nasional.

Berkaitan dengan hal tersebut sesuai yang dikemukakan, Syaefudin Sa’ud

(2003:242) menyatakan:

Sekolah adalah lembaga tempat penyelenggaraan pendidikan merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun horizontal.

Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu memerlukan sumber daya

manusia yang handal yaitu yang berkualitas, berpengetahuan, menguasai

teknologi dan informasi. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, sekolah

tidak dapat meningkatkan mutu secara efektif dan efisien untuk ketercapaian

tujuan, sehingga output yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan,

hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Scereen Jaap (2003:6)

sebagai berikut:

(15)

Yang memiliki peran dan bertanggung jawab menghadapi

perubahan-perubahan dalam pengelolaan sekolah adalah peranan kepala sekolah. Hal ini

sejalan dengan pendapat Soelaiman sukmalana, (2007: 8) yang menyatakan

bahwa peran manajer sebagai pemimpin dalam organisasi berada pada sesuatu

kedudukan yang strategis untuk mempengaruhi dan membantu melaksanakan

berbagai macam kebijakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya

dalam sebuah organisasi. Dalam membangun visi pendidikan dan

implementasinya dengan memperagakan sikap, perilaku, nilai-nilai, dan norma

diri dari seorang kepala sekolah dalam profesi kependidikan baik untuk saat ini

dan juga masa yang akan datang, serta dapat memotivasi dalam melakukan

perubahan-perubahan, yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya mutu

pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, kepala sekolah harus memiliki

srtategi yang tepat untuk memberdayakan tanaga kependidikan malalui

kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga

kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah

(Mulyasa,2006:103). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Soelaiman

Sukmalana tentang devinisi seorang manajer (2007: 8) yang berbunyi:

(16)

Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 12 ayat 1 PP nomor 28 tahun 1990,

bahwa “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggarakan kegiatan

pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan ketenagaan pendidikan lainnya

dan pendayagunaan sarana dan prasarana”.

Sesuai dengan peran kepala sekolah sebagai pengelola dalam pemimpin

pendidikan, maka tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dalam melaksanakan

kinerjanya mengacu kepada Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah yang meliputi: usaha pengembangan

sekolah, peningkatan kualitas 8 standar nasional pendidikan (SNP), usaha

pengembangan profesionalisme dan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah yang meliputi: kualifikasi dan kompetensi.

Dari kedua permendiknas tersebut dipadukan sebagai acuan dalam kinerja

kepala sekolah dengan memiliki dan memahami 6 kompetensi dalam

implementasi pelaksanaan tupoksi yang meliputi penguasaan dan pemahaman

kompetensi: kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan, sosial dan

kepemimpinan pembelajaran. Namun sesuai dengan judul penelitian yang

dilakukan, maka kinerja Kepala Sekolah yang diteliti menyangkut kompetensi

Manajerial . Peran kepala sekolah ini ditegaskan oleh E. Mulyasa (2003:9)

yang menyatakan:

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling

berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dalam era otonomi daerah,

khususnya otonomi dalam bidang pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk

(17)

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola sekolah, kepala sekolah

membutuhkan lingkungan budaya kerja yang dapat mendukung terhadap

pelaksanaan kinerjanya secara optimal. Budaya kerja di lingkungan sekolah

yang dapat meningkatkan kinerja kepala sekolah yakni apabila orang-orang di

dalamnya pada semua level berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan

kapasitas dirinya, mentransper pengetahuan yang diperolehnya sehingga

diantara mereka terjalin kerja sama untuk belajar bersama, berani mengambil

resiko dalam menciptakan dan mencoba sesuatu yang baru, serta secara

bersama-sama mengubah perilakunya dalam merefleksikan pengetahuan dan

keterampilannya. Hal ini dikenal dengan nama Learning Organization

(Organisasi Pembelajar).

Seperti halnya yang dinyatakan oleh Senge dalam Widodo (2007:2),

bahwa pembelajaran organisasi memiliki orientasi yang kuat pada sumber daya

manusia, dengan menyatakan “people continually expand their capacity to

create the results they desire, where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning how to learn together.” (orang-orang secara terus-menerus memperbesar kapasitas mereka untuk membuat hasil yang mereka inginkan,

dimana pola yang baru dan mahal dari pemikiran yang, dimana aspirasi

bersama dibuat secara bebas dan dimana orang-orang secara terus-menerus

belajar mempelajari bagaimana belajar bersama).

Baldwin et al. (2003) menyatakan bahwa anggota organisasi dari semua

tingkatan, tidak hanya manajemen puncak, terus melakukan pengamatan

(18)

dan program yang diperlukan untuk memperoleh keuntungan dari perubahan

lingkungan, dan bekerja dengan metode, prosedur, dan teknik evaluasi yang

terus menerus diperbaiki.

Organisasi belajar melalui individu-individu yang menjadi bagian dari

organisasi. Pembelajaran individu merujuk pada perubahan keahlian, wawasan,

pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui

pengalaman, wawasan dan observasi. Dapat dikatakan bahwa pendidikan

formal merupakan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan individu dan

bahwa organisasi memperoleh dari berbagai aktivitas individu terdidik

tersebut.

Sedangkan menurut pendapat Komariah (2010: 57), Learning

Organization merupakan nilai penting dalam penciptaaan pembelajaran.

Sekolah sebagai organisasi pendidikan, setiap langkahnya harus ditujukan pada

penciptaan sekolah pembelajar, artinya setiap saat sekolah selalu belajar.

Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut di atas, kinerja kepala sekolah

akan optimal jika di lingkungan sekolah terjadi budaya kerja yang tinggi yang

mengarah kepada peningkatan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan

diantara anggotanya terjadi saling membelajarkan, sehingga menjadi sebuah

fenomena dimana organisasi sekolah akan memperoleh keuntungan dari

anggota organisasinya secara otomatis.

Namun dalam faktanya masih terdapat beberapa kendala dalam

merealisasikan Learning Organization di lingkungan Kelompok Kerja Guru,

baik yang berbasis sekolah maupun yang berbasis gugus. Hal ini dikarenakan

(19)

dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Siswandari, Kepala Lembaga

Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) dalam berita

kompas, (Ester Lince Napitupulu | Senin, 23 Juli 2012 | 19:05 WIB) yang

menyatakan: ”Kenyataannya, kompetensi kepala sekolah yang ada

memprihatinkan”. Dalam penelitian kompetensi kepala sekolah ditetapkan

batas minimal kelulusan 76. Hanya pada dimensi kompetensi kepribadian

nilainya 85, tetapi kompetensi manajerial dan wirausaha 74, supervisi 72, dan

sosial 63.

Demikian pula berdasarkan hasil penelitian yang disampaikan direktur

tenaga kependidikan (Direktorat Jendral PMPTK/Depdiknas) dalam ToT

Fasilitator calon kepala sekolah dan pengawas tanggal 6 Februari 2009

menunjukkan bahwa dari lima kompetensi kepala sekolah (kompetensi

kepribadian, manajerial, supervisi, sosial, dan kewirausahaan) ternyata

kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah masih lemah.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah adalah suasana

lingkungan kerja yang kondusif dan memiliki budaya kerja yang tinggi.

Dengan demikian terciptanya iklim kerja melalui lingkungan yang kondusif,

aman, dan nyaman, maka tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kinerja

kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya sehingga dapat

meningkatkan mutu sekolah.

Manajemen pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menjamin

efesiensi dan efektifitas dalam keterlaksanaan pelayanan pendidikan sekolah

yang bermutu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Mulyasa

(20)

bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama

sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

secara berencana dan sistematis, yang diselenggarakan di lingkungan tertentu”.

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa untuk meningkatkan

mutu sekolah tidak terlepas dari keterampilan seorang kepala sekolah dalam

memahami dan mengimplementasikan kompetensi manajerial dalam aplikasi

kepala sekolah .

Wawasan kepala sekolah dapat meningkat jika lingkungan sekolah sangat

mendukung dimana organisasi dari warga sekolah terjadi Learning

Organization dan Iklim Kerja yang kondusif sehingga proses manajemen dapat

mencapi tujuan. Hal ini ditegaskan oleh Mulyasa (2006:10) yang menyatakan:

“Proses manajemen merujuk pada upaya untuk mencapai tujuan, yang

memerlukan keterlibatan, suasana dan pendekatan sistem sesuai dengan

karakteristik organisasi, yang mempunyai visi, misi, fungsi, tujuan, dan strategi

pencapaiannya”.

Namun efektivitas dan optimalisasi kinerja kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan perlu didukung oleh sebuah wadah yang dapat

mengembangkan keprofesionalannya melalui kelompok kerja guru dan

kelompok kerja kepala sekolah yang membentuk sebuah organisasi pembelajar.

Perubahan manajemen pendidikan akan membuka peluang bagi para

manajer pendidikan untuk mengaktualisasikan kemampuannya dalam

meningkatkan kinerja sebagai pemimpin. Hal ini sejalan dengan pendapat

(21)

Sekolah) dipengaruhi oleh faktor pembentuk prilaku dengan tingkat

kompleksitas dan komposisi tertentu.

Scheerens Jaap (2003:86), mengemukakan tentang asumsi pokok dalam

perencanaan synoptic dan penafsiran birokrasi tentang paradigma rasionalitas

sebagai berikut bahwa “organisasi individual diharapkan akan diarahkan

bersama-sama kearah pencapaian tujuan organisasi.” Tentunya dalam hal ini

terjadinya budaya kerja yang tinggi dalam membangun organisasi pembelajar

di lingkungan sekolah secara terarah, terencana, dan terpadu dapat memotivasi

terhadap kinerja kepala sekolah untuk mencapai tujuan seefektif dan

semaksimal mungkin, sehingga kinerja kepala sekolah akan sangat

berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan mendapatkan data bahwa sekitar

+ 80% memiliki nilai Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional (BAN)

dengan kategori A dan B, hal ini didukung oleh fakta empiris khususnya

sekolah-sekolah dasar yang berada di wilayah Kota Bandung, namun seberapa

besar keberhasilan pencapaian nilai Akreditasi tersebut yang dipengaruhi oleh

kinerja kepala sekolah berdasarkan atas pengaruh Learning Organization dan

Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional .

Selain data empirik yang diperoleh dari Badan Akreditasi Dinas Kota

Bandung, juga diperoleh data tentang kinerja kepala sekolah berdasarkan hasil

dokumen dari Dinas Pendidikan Kota Bandung sebagai berikut:

No Periode Jumlah

Kepsek

Hasil Penilaian Keterangan

(22)

1. 2010 510 60 309 141 -

2 2012 85 3 76 6 -

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Dengan demikian maka, Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) dan

Iklim Kerja merupakan alat untuk meningkatkan kompetensi para kepala

sekolah dalam mewujudkan sekolah yang bermutu, sehingga dapat

meningkatkan kinerja yang akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu di

sekolahnya masing-masing.

Untuk itulah maka peneliti ingin melihat seberapa tinggi pengaruh

penerapan Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala

Sekolah Dasar di Kota Bandung.

B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

Kinerja Kepala Sekolah sebagai personil dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:

Ability (knowledge dan skill), Clarity (understanding atau role

perception), Help (organizatonal support), Incentive (motivation atau willingness), Evaluation (coaching dan ferformance feedback), Validity (valid dan legal personnel practices, Environmental (environmentel fit). Hersey et al. (Widodo, 2011: 101).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, maka peneliti

membatasi faktor kinerja kepala sekolah dasar yang akan diteliti antara lain

(23)

Konsep pembelajaran individu menjelaskan secara implisit bahwa manusia

memiliki kemampuan untuk belajar dan berubah untuk mencapai pendewasaan

dirinya. Manusia diharapkan untuk selalu mau belajar mengenai lingkungannya

(out-side in-down), dan sekaligus mengenal dan kemudian mengaktualisasikan

dirinya (inside up-out). Diharapkan manusia mampu menempatkan dirinya

sesuai dengan kapasitas dirinya, sehingga ia dapat memberikan kontribusi

terbaik minimal untuk dirinya, dan lebih luas untuk menciptakan kesejahteraan

bagi organisasi, masyarakat atau lingkungannya. Pembelajaran kelompok atau

tim menyangkut peningkatan dalam pengetahuan, keahlian dan kompetensi

yang disatukan oleh kelompok dan di dalam kelompok. Sedangkan

pembelajaran organisasi merujuk pada peningkatan intelektual dan kapabilitas

produktif yang diperoleh melalui komitmen seluruh organisasi dan kesempatan

untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.

Melalui learning organization, maka budaya kerja akan terlaksana di

sekolah untuk membangun komitmen, membangun visi, terbentuknya

kelompok belajar, dapat mengembangkan cara berfikir sistem, dan

menanamkan model mental yang berkarakter dalam sistem nilai yang berkaitan

dengan persepsi, sikap, dan tindakan. Dalam learning organization akan

membuka wawasan dan kesadaran dalam peningkatan mutu kerja tinggi baik

secara mikro, meso dan makro bagi warga sekolah, sehingga nilai jual sekolah

meningkat.

Tujuan sekolah akan tercapai dengan melaksakan sekolah efektif menuju

sekolah bermutu melalui peningkatan kerja organisasi sekolah. Learning

(24)

mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah Dasar dalam melaksanakan tupoksinya

sehari-hari di sekolah.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja Kepala Sekolah adalah suasana

lingkungan kerja. Jika kepala sekolah merasakan suasana kondusif

disekolahnya, maka dapat diharapkan akan mencapai prestasi bagi peningkatan

mutu di sekolahnya secara optimal. Adanya lingkungan kerja yang nyaman dan

kondusif, tentunya akan sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah,

dimana seorang Kepala Sekolah dapat mengelola sekolah dengan baik.

2. Rumusan Masalah

Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah yang menarik

untuk diteliti diantaranya, Organisasi Pembelajar (Learning organization) dan

Iklim kerja, dengan menjadikan learning organization disebut X1 (1) dan Iklim

Kerja X2 (2), sebagai variabel independent (bebas), dan kinerja kepala sekolah

Dasar di Kota Bandung sebagai variabel dependent (terikat) disebut Y.

Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah tesebut, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu ”seberapa besar Pengaruh

Penerapan Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala

Sekolah Dasar Di Kota Bandung”. Masalah penelitian tersebut dirinci, dalam

beberapa pertanyaan penelitian yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana gambaran Learning Organization Sekolah Dasar Standar

Nasional di Kota Bandung?

2. Bagaimana gambaran Iklim Kerja Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota

(25)

3. Bagaimana gambaran Kinerja Kepala Sekolah Dasar Sebagai Manajer di

Kota Bandung?

4. Seberapa besar pengaruh Learning Organization terhadap Kinerja Kepala

Sekolah Dasar di Kota Bandung?

5. Seberapa besar pengaruh Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah

Dasar di Kota Bandung?

6. Sebarapa besar pengaruh Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap

Kinerja Kepala Sekolah Dasar Sebagai Manajer di Kota Bandung?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini untuk menganalisis data empirik, menemukan

dan mengembangkan model hasil analisis serta menguji kebermaknaan dari

pengaruh learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala

sekolah dasar di Kota Bandung.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui gambaran learning organization sekolah dasar standar nasional

di Kota Bandung

2. Mengetahui gambaran iklim kerja sekolah dasar standar nasional di Kota

Bandung.

3. Mengetahui gambaran kinerja para kepala sekolah dasar standar nasional di

(26)

4. Menganalisis pengaruh penerapan learning organization dan iklim kerja

terhadap kinerja kepala sekolah dasar standar nasional di sekolahnya

masing-masing yang berada di Kota Bandung.

D. MANFAAT PENELITIAN

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi

dua bagian, sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat terutama untuk:

a. mengembangkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam

bidang pendidikan, khususnya disiplin ilmu pengembangan

sumber-sumber daya manusia, ditinjau dari Learning Organization dan Iklim

Kerja yang terbentuk terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar.

b. Menberikan informasi mengenai bagaimana kinerja para Kepala

Sekolah Dasar di Kota Bandung.

c. Merupakan inovasi dalam pengembangan Learning Organization dan

Iklim Kerja di Kota Bandung.

(27)

a. Merupakan informasi dalam rangka perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan Sumber daya Manusia,

pengimplementasian bidang garapan Administrasi Pendidikan.

b. Bagi dunia pendidikan merupakan referensi untuk peningkatan mutu

menuju sekolah efektif di suatu lembaga pendidikan, selain itu juga

bagi praktisi pendidikan dapat memberikan gambaran sebagai bahan

kajian dan sumber analisis lebih lanjut guna memperbaiki konsep sesuai

dengan tujuan Pendidikan Nasional.

c. Menambah wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi

peneliti mengenai penerapan learning organization dan iklim kerja

terhadap kinerja kepala sekolah dasar di sekolah.

E. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

Struktur organisasi dari penulisan tesis ini terdiri atas 5 (lima) Bab. Bab I

berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta struktur organisasi dalam tesis ini.

Bab II tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis

penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori dalam bidang yang dikaji,

yang meliputi Kedudukan KS dalam Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan

Di Sekolah (Konsep KS, Peran KS, Kompetensi KS, Kinerja KS sebagai

Manajer, Indikator Kinerja KS), Iklim Kerja, Organisasi Pembelajar (Learning

(28)

diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam

penelitian.

Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metodologi penelitian, yang

meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode

penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya,

instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan

data serta teknik analisis data.

Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan

atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah

penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi

pembahasan atau analisis temuan.

Bab V tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau

rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada

para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian.

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Standar

Nasional (SDSSN) yang berada di wilayah Kota Bandung. Sekolah dasar

tersebut sudah memiliki budaya kerja sebagai organisasi pembelajar yang

mandiri dan iklim kerja yang kondusif.

2. Subjek Populasi / Sampel Penelitian.

Subyek adalah individu yang ikut serta dalam penelitian, dimana data akan

dikumpulkan (Ibnu Hadjar, 2006:133). Kelompok besar individu yang

mempunyai karakteristik umum yang sama disebut populasi (Ibnu Hadjar,

2006:133). Sedangkan Sugiyono (2010: 80) memberikan pengertian bahwa

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang populasi, maka yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para kepala sekolah dan guru –

guru sekolah dasar berlebel kategori Sekolah Standar Nasional (SSN) yang

(30)

Kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian

disebut sampel. Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel penelitian adalah

sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili

seluruh populasi (Riduwan,2007: 56). Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81).

Sedangkan menurut pendapat Djam’an dan Aan memberikan pengertian

tentang konsep sampel yakni: “Sampel dalam penelitian adalah bagian kecil

dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tetentu sehingga dapat

mewakili populasinya secara representatif.”

Sutrisno Hadi dalam Beni Ahmad menegaskan bahwa”Sebagian individu

yang yang diselidiki itu disebut sampel, sampel, atau contoh (mosters),

sedangkan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh

dari sampel itu hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe.

Dari berbagai pendapat di atas untuk menentukan sampel dalam penelitian

ini yang akan diambil yaitu dengan menggunakan teknik proportionate

stratified random sampling. Teknik ini yang digunakan karena penulis

berpendapat bahwa sampel penelitian memiliki karakteristik subyek yang

heterogen atau tidak sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2010:

82) yang mengemukakan bahwa: “Proportionate Stratified Random Sampling

digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

(31)

Populasi dalam penelitian ini adalah Guru – guru dan Kepala Sekolah

Dasar yang berada di wilayah Dinas Pendidikan kota Bandung yang terdiri dari

30 SD Negeri dan Swasta, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Jumlah Populasi

Sumber : Dinas Kota Bandung

(32)

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan sampel secara

disproportionate stratified random sampling. Sedangkan teknik pengambilan

sampel menggunakan rumus dari Ridwan dan Akdon (2006: 249) sebagai

berikut:

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d² = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

Dari jumlah sampel 87,468 dibulatkan menjadi 87. Mengingat dalam

pengambilan sampel data menggunakan metode disproporsionate stratified

random sampling, maka yang menjadi responden adalah Guru dengan kategori

strata berdasarkan masa kerja untuk kinerja kepala sekolah. Dari jumlah

sampel minimal 87 menjadi 93. Untuk mempermudah dalam penyebaran

kuesioner, maka ditentukan jumlah masing – masing secara proporsional

(33)

Dimana :

ni = jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum

N = jumlah populasi seluruhnya

Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel untuk Guru sebagai

responden adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.2 Jumlah Sampel

No. Nama Sekolah Jumlah Populasi Sampel

(34)

28. Cihaur Geulis 20/698 x 87 = 2,494 3

29. SDN Suka Senang 25/698 x 87 = 3,116 3

30. SDN Lengkong Kecil 20/698 x 87 = 2,494 2

Jumlah 87

Sumber : Dinas Kota Bandung

Berdasarkan perhitungan dari jumlah sampel yang akan diambil menjadi

responden dari 87 menjadi 93, maka jumlah responden menjadi sebagai

(35)

29. SDN Suka Senang 3

30. SDN Lengkong Kecil 3

Jumlah 93

Sumber : Dinas Kota Bandung

Bentuk studi yang akan dikembangkan dan teknik pengumpulan data yang

akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) studi kepustakaan, (2) studi

lapangan yang akan dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner. Dan

angket tersebut akan disebarkan pada guru – guru sekolah dasar standar

nasional di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah eksplanatory survey, karena

penelitian ini diarahkan untuk menguji hipotesis. Sebagai konsekuensinya

maka variabel – variabel penelitian perlu dioperasionalkan ke dalam indikator

– indikator yang dapat diukur sehingga menggambarkan jenis data dan

informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Berdasarkan

karakteristik data tersebut selanjutnya dirancang model uji statistik untuk

menguji hipotesis yang dirumuskan.

B. Desain Penelitian.

Desain penelitian mengacu pada rencana dan struktur penyelidikan yang

yang digunakan untuk memperoleh bukti – bukti empiris dalam menjawab

pertanyaan penelitian McMillan dan Schumacher (Ibnu Hadjar,2006: 102).

Pemilihan desain yang tepat akan meningkatkan reliabilitas dan validitas serta

kredibilitas dan autensitas penelitian Goesz dan Le Compte (Ibnu Hadjar,

(36)

Dalam mendapatkan informasi atau data dalam menjawab permasalahan,

dengan mendesain sedemikian rupa sebuah perencanaan penelitian sehingga

data yang diperoleh cukup akurat dan relevan dengan permasalahan dalam

penelitian. Dalam penetapan desain penelitian ini adalah untuk mendapatkan

hasil penelitian yang terpercaya dan meyakinkan. “Desain berfungsi sebagai

fasilitas bagi tujuan penelitian” (Ibnu Hadjar,2006: 103).

Desain deskriptif adalah “jenis desain penelitian dimaksudkan untuk

mendapatkan deskripsi tentang suatu kenyataan atau menguji hubungan antara

kenyataan yang telah ada atau telah terjadi pada subyek” (Ibnu Hadjar,2006:

103)

Desain penelitian yang sesuai dengan penelitian yaitu desain penelitian

secara kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasional dengan sampling

proporsional. Fokus yang menjadi perhatian dari desain ini adalah pengukuran

terhadap hubungan antara dua fenomena atau lebih. Disebut “korelasional

karena dalam pelaksanannya menggunakan teknik statistik yang dinamakan

korelasi” (Ibnu Hadjar, 2006:112). Pemilihan subyek adalah guru-guru berasal

dari beberapa sekolah dasar yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota

Bandung. Teknik yang digunakan adalah teknik sampling bertingkat/strata,

atau stratified sampling dengan menggunakan prosedur melalui penyebaran

angket/kuesioner sebagai instrumen penelitian terhadap sampel.

Sesuai dengan pendapat di atas dari penelitian yang penulis lakukan,

maka desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis desain

(37)

penelitian ini adalah pengukuran terhadap hubungan antara variabel – variabel

bebas yaitu learning organization (organisasi pembelajar) sebagai X1 dan

iklim kerja sebagai X2 terhadap variabel terikat yaitu kinerja kepala sekolah

dasar sebagai Y.

C. Metode Penelitian.

“Metode penelitian adalah metode yang digunakan dalam aktivitas

penelitian” (Saebani, 2008: 43). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

metode ini adalah metode survey deskriptif korelational, dimana metode ini

digunakan untuk menemukan hubungan antar variabel bebas dengan variabel

terikat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,2010: 7).

Penelitian servey menurut Kerlinger (Akdon,2008: 91) adalah

“penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel

sosiologis maupun psikologis”. Servey digunakan untuk mengumpulkan data

atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang

relatif kecil (Sukmadinata, 2012: 82). Tujuan utama dari servey adalah

(38)

berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit

kemasyarakatan,dll., tetapi sumber utamanya adalah orang.

Tujuan dari penggunaan metode-metode penelitian yang disebutkan diatas

adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan learning organization

(Organisasi Pembelajar) dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar

di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

D. Definisi Operasional.

Devinisi operasional merupakan penjelasan dari item-item yang menjadi

variabel-variabel yang akan diteliti. Dengan kata lain devinisi operasional

merupakan petunjuk dalam pelaksanaan untuk mengukur suatu variabel sesuai

dengan judul dan fokus masalah dalam penelitian. Devinisi operasional dari

tesis ini adalah:

1. Kinerja Kepala Sekolah

Komponen kinerja meliputi: tujuan, standar, umpan balik, alat dan sarana,

kompetensi, motif, dan peluang. Dari indikator-indikator yang menjadi

komponen kinerja tersebut dalam penelitian ini berkaitan dengan kompetensi

kepala sekolah yang dijadikan acuan dalam penilaiaan kinerja sesuai dengan

Permendiknas No.28 tahum 2009. Namun kinerja yang sesuai dengan judul

penelitian yaitu kompetensi manajerial.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

(39)

tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong seluruh

tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah (Mulyasa, 2006:105).

Sesuai dengan yang ditetapkan dalam penilaian kinerja, kepala sekolah

harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas

kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam kemampuan

menyusun program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga

kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal

(Mulyasa, 2006: 106).

Dalam paradigma baru kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya

harus mampu sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,

innovator, dan motivator (EMASLIM). Pekerjaan kepala sekolah tidak hanya

sebagai EMASLIM, tetapi akan berkembang menjadi EMASLIM-FM

(fasilitator dan mediator) (Mulyasa, 2006: 98).

Berkaitan dengan kinerja kepala sekolah, secara umum tertuang dalam

gabungan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009

dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

“guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah”, yang meliputi

kompetensi kepribadian dan sosial, kepemimpinan pembelajaran,

pengembangan sekolah/madrasah, manajemen sumber daya manusia,

kewirausahaan, dan supervisi pembelajaran. Namun dalam penelitian ini

(40)

peraturan dari para ahli tersebut yang diperoleh melalui hasil angket self-

report mengenai kinerja yang diberikan kepada guru dan kepala sekolah.

2. Learning Organization (Organisasi Pembelajar)

Learning Organization (Organisasi Pembelajar) yang dimaksud dalam

penelitian ini merupakan sebuah penciptaan organisasi pembelajar di sekolah

yang akan berdampak sangat besar terhadap kinerja kepala sekolah untuk

meningkatkan kapasitasnya sebagai pemimpin di lembaga (sekolah) yang

menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Organisasi pembelajar adalah organisasi yang efektif karena misinya

selaras dengan misi sekolah efektif, yaitu terjadinya belajar secara kontinu dan

selalu mengedepankan keterlibatan seluruh personil untuk belajar dalam

berbagai tingkat.

Beberapa ahli telah mencoba mendefinisikan learning organization

(organisasi pembelajar) sesuai dengan sudut pandangnya, diantaranya Garvin

dalam Goh (2002: 15) mendefinisikan Learning Organization adalah “A learning organization is an organization skilled at creating, acquiring and transferring knowledge, and at modifiying it’s behavior to reflect new

knowledge and insigh”. Suatu organisasi pembelajar adalah organisasi yang

memiliki kecakapan dalam menciptakan, memperoleh dan mentransfer

pengetahuan, serta mengubah perilakunya merefleksikan pengetahuan dan

pengertian barunya.

(41)

continually enhancing their capacity to create things they really want to create”. Dari definisi tersebut kita dapat melihat bahwa suatu organisasi

pembelajar merupakan suatu organisasi yang mana orang-orangnya pada

semua level secara bersama-sama terus meningkatkan kapasitasnya untuk

menciptakan suatu yang benar-benar mereka ingin ciptakan.

Ahli lainnya yaitu Senge (Widodo, 2007: 44) menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan Learning organization (organisasi pembelajar) adalah suatu

organisai dimana setiap anggotanya secara terus menerus

meningkatkan/memperluas kemampuannya untuk menciptakan hasil yang

benar-benar mereka inginkan, dimana pola berfikir baru dalam ekspansif

ditumbuhkan, aspirasi bersama dibiarkan secara bebas, dan

anggota-anggotanya secara terus menerus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Dengan demikian dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Learning Organization

(Organisasi Pembelajar) adalah dimana orang-orang yang terlibat didalamnya

terus menerus berupaya menciptakan sesuatu yang benar-benar mereka

inginkan dengan cara mengubah sistem secara effektif, meningkatkan kapasitas

dirinya, mentranfer pengetahuan yang diperolehnya sehingga di antara mereka

selalu terjalin belajar bersama, berani mengambil resiko dalam menciptakan

dan mencoba sesuatu yang baru, serta secara bersama mengubah perilakunya

dalam merefleksikan pengetahuan dan pemahamamnya.

Adapun dimensi dalam learning organizaton (organisasi pembelajar)

berdasarkan pendapat Senge (Widodo, 2007: 35) dalam bukunya The Fifth

(42)

lima disiplin kunci dari pembelajaran organisasi. Menurut Senge lima disiplin

tersebut yakni system thingking, mental models, personal mastery, team

learning dan building shared vision merupakan “komponen teknologis” atau

dimensi yang sangat penting yang diperlukan dalam membangun pembelajaran

organisasi.

3. Iklim kerja

Perilaku organisasi menyoroti tingkah laku pada berbagai tingkatan (level

of analysis) yang mencakup: a. individual (karakteristik yang dibawa individu

ke dalam organisasi); b. group (proses, perkembangan, keterpaduan,

kepribadian); dan c.organizational (ukuran, iklim, kebijakan, tingkat hirarki,

sentralisasi, pusat pengambilan keputusan).

Secara konsep iklim kerja mencakup iklim organisasi yang merupakan

konsep yang luas yang diketahui anggota mengenai persepsi berbagai terhadap

sifat atau karakter tempat kerja, ini merupakan karakteristik internal yang

membedakan satu sekolah dengan sekolah yang lainnya dan mempengaruhi

orang-orang yang ada di sekolah (Hoy dan Miskel, 2008:198). Secara

operasional iklim kerja di sekolah yang kondusif dapat menciptakan suasana

yang aman, nyaman, dan tertib sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis.

Dalam mengukur iklim kerja di lingkungan sekolah diukur dengan

menggunakan rata-rata persepsi guru dalam komunitas sekolah terhadap

aspek-aspek dengan indikataor yang menjadi dimensi iklim organisasi terbagi

(43)

secara konstruktif, dapat mendengar saran dari orang lain, luwes dalam

berkomunikasi, 2) collegial (pertemanan) meliputi: berteman baik dengan

orang lain, bersemangat untuk bekerjasama, akrab dalam berdiskusi, dan 3)

intimate (keintiman) meliputi: saling mendukung, merasakan pekerjaan milik

bersama, mempunyai kesamaan dalam bekerja. (Hoy dan Miskel, 2001: 193).

E. Instrumen Penelitian.

1. Learning Organization ( variabel X1 )

Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang learning

organization berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan

menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban,

Kisi-kisi instrumen Learning Organization (X1)

No Variabel Devinisi

(44)
(45)
(46)

No Variabel Devinisi

Visition) ke masa depan (inspiring)

Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang iklim kerja

berdasarkan skala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan

menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban,

Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja (X2)

(47)

No Variabel Devinisi

(X2) sekolah sangat

(48)

3. Kinerja Kepala Sekolah ( variabel Y )

Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang kinerja

kepala sekolah berskala pengukuran interval mengingat angket yang

disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif

jawaban, sebagai berikut:

Kisi-kisi instrumen Kinerja Kepala Sekolah (Y)

No Variabel Devinisi

Operasional Sub Variabel / Indikator

No.

 Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

 Mampu menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

 Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

(49)

No Variabel Devinisi

Operasional Sub Variabel / Indikator

No.

 Mampu mengelola pengembangan

kurikulum dan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

 Mampu mengelola sumber daya sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang efektif, efisien dan akuntabel.

Pelaksanaan:

 Mampu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

 Mampu menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

 Mampu mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas

 Mampum mengelola pengembangan

kurikulum dan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

 Mengelola sumber daya sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang efektif, efisien dan akuntabel.

(50)

No Variabel Devinisi

Operasional Sub Variabel / Indikator

No. rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

Kepemimpinan:

 Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.

 Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif

Sistim Informasi Manajemen:  Memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.

F. Proses Pengembangan Instrumen.

Proses pengembangan instrumen dimaksudkan agar peneliti dapat

memberikan hasil yang maksimal dengan langkah yang tepat dan

meminimalkan kekeliruan. Selain itu untuk menetapkan instrumen yang

memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi ditempuh dengan beberapa cara,

yaitu (a) mendevinisikan operasional variabel penelitian, (b) menyusun

indikator variabel penelitian, (c) menyusun kisi-kisi instrumen, (d)

mengembangkan kisi-kisi instrumen, (e) melakukan uji coba instrumen; serta

melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Instrumen

(51)

organization), variabel X2 (iklim kerja), dan variabel Y (kinerja kepala

sekolah). Ketiga instrumen ini diadaptasi dan dikembangkan oleh peneliti

berdasarkan indikator-indikator dari beberapa teori yang mendukung. Dari

indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi kisi-kisi instrumen.

Dengan berdasarkan kepada ini pula maka disusun menjadi instrumen

pengukuran dalam bentuk kuesioner (angket) yang menyajikan

pernyataan-pernyataan dengan jawaban yang berbentuk skala dengan bobot nilai 1 (satu)

sampai dengan 5 (lima).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum menganalisis hasil penyebaran kuesioner, terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas atas instrumen penelitian. Instrumen

penelitian yang valid dalam proses ujicoba instrumen akan digunakan kembali

dalam proses pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang tidak valid tidak

akan digunakan kembali.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian

mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas

instrumen menurut Riduwan (2010:97-118) menjelaskan bahwa validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan

suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala Likert lima point, maka

teknik yang sesuai untuk menguji validitas kuesioner dengan skala tersebut

adalah dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total

(52)

digunakan rumus Pearson Product Moment , seperti yang ditulis oleh Akdon

(2008:144) sebagai berikut :

Kaidah keputusan :

Jika r hitung > r tabel berarti valid sebaliknya

r hitung < r tabel berarti tidak valid. Sumber: Riduwan (2010:118)

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai

indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup

Antara 0,200 – 0,399 : rendah

(53)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul

data yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan

atau konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok

individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Metode mencari

reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai

berikut.

a) Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item

Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah responden

b) Menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan :  Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

c) Menghitung Varians total dengan rumus:

N N X X S

i i i

2 2 ( )

 

n

i S S S S

S123...

(54)

Keterangan : St = Varians total

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan

dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik

belah dua awal-akhir yaitu:

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

(55)

korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05

atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat

keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika

r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

H. Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup tiga variabel yaitu

Learning Organization (Organisasi Pembelajar), Iklim Kerja, dan Kinerja

Kepala Sekolah Sebagai Manajer. Dalam teknik pengumpulan data penulis

menggunakan tiga cara yaitu melalui observasi lapangan (untuk melihat dan

mengamati langsung ke lapangan yang menjadi obyek penelitian, untuk

menyebarkan angket kepada responden yang terpilih), dokumentasi (mencari

data melalui dokumen atau arsip-arsip yang ada yang dianggap perlu disimpan

sebagai data trianggulasi untuk pengayaan), selanjutnya penyebaran angket

atau kuesioner.

I. Analisis Data.

Selanjutnya data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis untuk

mencari rata-rata secara deskripsi maupun inferensial.Guna memperoleh

penjelasan tentang makna dari data yang telah diperoleh, maka harus dilakukan

pengolahan data. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui.

Analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment dan korelasi

ganda, namun dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui

bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service

(56)

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan

digunakan dalam menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2 terhadap Y.

Analisis ini untuk mengetahui pengaruh aplikasi learning organization

(organisasi pembelajar) (X1) dan iklim kerja (X2) terhadap kinerja kepala

sekolah (Y) secara bersama-sama maupun secara individu. Rumus analisis

korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.

sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat

kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi

Nilai r sebagai berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh

(57)

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti

ingin mencari makna pengaruh variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi

PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus :

Keterangan : t hitung = Nilai t

n = Jumlah sampel

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X

terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien

determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan

100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai

sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan

menggunakan rumus:

Keterangan : KD = Nilai Koefisien Diterminan

(Pengaruh antar variabel)

r = Nilai Koefisien Korelasi.

Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

(58)

Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun

ganda. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa

software dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions)

Windows Version 18.

1. Pengujian Secara Individual

a. Learning Organization (Organisasi Pembelajar) berpengaruh terhadap

Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

Ha : rx1y≠ 0

Ho : rx1y = 0

Hipotesis bentuk kalimat:

Ha : Learning Organisation (Organisasi Pembelajar) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja kepala sekolah Sebagai Manajer.

Ho: Learning Organisation (Organisasi Pembelajar) tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja kepala sekolah Sebagai

Manajer.

b. Iklim kerja berpengaruh terhadap kinerja kepala sekolah Sebagai Manajer.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

Ha : rx2y ≠ 0

Ho : rx2y = 0

Gambar

Tabel. 3.1
Tabel. 3.2
Tabel. 3.3
Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen Learning Organization (X1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu uji hipotesis untuk perbandingan data pretest dan posttest kelas eksperimen didapatkan bahwa harga t-tabel lebih besar dari t-hitung (19,13&gt; 2,000) dengan

Hypnobreastfeeding berpengaruh terhadap sikap Ibu hamil trimester II tentang pemberian asi eklusif dimana ibu setelah dilakukan hypnobreastfeeding memiliki sikap yang lebih

Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun teh dapat digunakan sebagai inhibitor korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B ERW dengan nilai efisiensi inhibisi korosi terhadap

Dalam penelitian ini biji ketapang (Terminalia catappa L) diekstraksi menggunakan pelarut n-heksan selama tujuh jam pada suhu 63 dan diperoleh randemen minyak

Telah dilakukan penelitian tentang analisis Gas Kromatografi-Spektrometer Massa (GC-MS) dari kemenyan sumatera dengan teknik asap cair dan esterifikasi.. Dengan membandingkan

Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel (wire line) atau tanpa kabel(wireless) sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data,

telah menghasilkan komponen senyawa kimia dari kemenyan sumatera dengan berbagai metode dan instrument yang berbeda-beda berdasarkan hidrolisa basa dari getah kemenyan dan

Jenis-jenis pertemuan yang dipilih dalam melaksanakan pendidikan orang dewasa perlu diperhatikan karena pemilihan metoda mengajar yang tidak sesuai justru akan menurunkan