PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION
(ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA
TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI
KOTA BANDUNG
(STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
NUNUNG SUYANTINI 1004652
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA
KEPALA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG
(STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG)
Oleh :
Nunung Suyantini
NIM. 1004652
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Dr. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001
Pembimbing II,
Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd NIP. 19700524 199402 2 001
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan Learning
Organization (Organisasi Pembelajar) dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja
Kepala Sekolah Dasar di Kota Bandung” ini sepenuhnya karya saya sendiri.
Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2013
Yang membuat pernyataan,
Nunung Suyantini
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA
SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG
(Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Standar Nasional Di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung)
Kepala sekolah memegang peranan penting di sebuah lembaga pendidikan (sekolah), karena salah satu peran kepala sekolah adalah sebagai pengelola. Dengan demikian melalui kinerja, kepala sekolah dituntut untuk memikili pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mempengaruhi kinerja guru yang akan berdampak pada hasil belajar peserta didik di sekolah secara optimal.Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang learning organization, iklim kerja, dan kinerja kepala sekolah dasar, pengaruh learning organization terhadap kinerja kepala sekolah dasar, pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah, pengaruh learning
organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Sekolah
Dasar Standar Nasional Negeri dan Swasta yang berada di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Metode yang digunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif
eksplanatory survey, tehnik pengumpulan data melalui tiga cara yaitu observasi,
penyebaran angket, dan dokumentasi. Populasi dari 698 guru, namun komposisi sampel penelitian diberikan kepada 93 responden guru untuk performance 30 orang kepala sekolah dasar standar nasional yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa learning organization memperoleh skor dengan kategori sedang, iklim kerja memperoleh skor dengan kategori tinggi, dan kinerja kepala sekolah memperoleh skor termasuk kategori sedang. Besar pengaruh learning organization terhadap kinerja kepala sekolah dasar dengan besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat, pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar dari besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat, dan pengaruh learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dalam besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis penelitian (1) Learning
Organization berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti
dan dapat diterima, (2) Iklim kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti dan dapat diterima, dan learning organization dan iklim kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti dan dapat diterima. Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyarankan agar ada peneliti lain mencari faktor lain yang dapat lebih meningkatkan kinerja kepala sekolah dasar dengan meningkatkan learning organization (organisasi pembelajar) dan iklim kerja di sekolah, kelompok kerja guru (KKG), dan kelompok kerja kepala sekolah (K3S).
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
E. Struktur Organisasi Tesis ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Konsep Administrasi Pendidikan a. Pengertian Administrasi ... 17
b. Pengertian Administrasi Pendidikan ... 18
Pendidikan di Sekolah
a. Konsep Kepala Sekolah ... 25
b. Peran Kepala Sekolah ... 26
c. Kompetensi Kepala Sekolah ... 27
d. Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 28
3. Iklim Kerja a. Konsep Organisasi ... 37
b. Konsep Iklim Kerja ... 39
c. Dimensi Iklim Kerja ... 42
4. Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) a. Pengertian Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) .... 45
b. Dimensi Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 46
c. Fungsi Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 54
B. Penelitian Terdahulu ... 59
C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Berpikir ... 60
2. Hipotesis Penelitian ... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 63
2. Subjek Populasi atau Sampel Penelitian ... 63
B. Desain Penelitian ... 69
C. Metode Penelitian ... 71
D. Definisi Operasional ... 72
2. Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 74
3. Iklim Kerja ... 76
E. Instrumen Penelitian ... 77
1. Learning Organization (variable X1) ... 77
2. Iklim Kerja (variable X2) ... 80
3. Kinerja Kepala Sekolah (variable Y) ... 82
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 84
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 85
1. Uji Validitas ... 85
2. Uji Reabilitas ... 87
H. Teknik Pengumpulan Data ... 89
I. Analisis Data ... 89
1. Pengujian Secara Individual ... 92
2. Pengujian Secara Simultan ... 93
J. Hasil Uji Coba Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 94
1. Validitas Learning Organization (X1) ... 94
2. Validitas Iklim Kerja (X2) ... 96
3. Validitas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 98
4. Reliabilitas Learning Organization (X1) ... 101
5. Reliabilitas Iklim Kerja (X2) ... 102
6. Reliabilitas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 103
K. Hasil Uji Coba Normalitas ... 104
1. Hasil Uji Normalitas Variabel X1 ... 104
2. Hasil Uji Normalitas Variabel X2 ... 106
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ... 112
2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ... 122
3. Hasil Uji Hipotesis ... 125
B. Pembahasan 1. Learning Organization Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 137
2. Iklim Kerja Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 141
3. Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung .. 142
4. Pengaruh Learning Organization terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 144
5. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 147
6. Pengaruh Learning Organization (Organisasi Pembelajar) dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150
B. Saran ... 153
DAFTAR PUSTAKA ... 162
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 65
Tabel 3.2 Jumlah Sampel ... 67
Tabel 3.3 Jumlah Sampel ... 68
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Learning Organization (X1) ... 77
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja (X2) ... 80
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 82
Tabel 3.7 Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 90
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Learning Organization (X1) ... 95
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Kerja (X2) ... 97
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 99
Tabel 4.1 Klasifikasi Skor Data Penelitian ... 105
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Learning Organization (X1) ... 107
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Iklim Kerja (X2) ... 109
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 111
Tabel 4.5 Rata-rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian ... 112
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel X1 ... 113
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel X2 ... 116
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Variabel (Y) ... 119
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 122
Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 dan Variabel Y ... 123
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ... 124
Tabel 4.13 Persamaan Regresi X1-Y ... 126
Tabel 4.14 Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 ... 127
Tabel 4.15 Korelasi antara Variabel X1 dengan Y ... 128
Tabel 4.16 Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ... 128
Tabel 4.17 Persamaaan Regresi Y atas X2 ... 129
Tabel 4.18 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2 ... 130
Tabel 4.19 Korelasi antara Variabel X2 dan Y ... 131
Tabel 4.20 Koefisien Determinasi Variabel X2 terhadap Variabel Y ... 132
Tabel 4.21 Persamaaan Regresi Y atas X1 dan X2 ... 133
Tabel 4.22 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ... 134
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 135
Tabel 4.24 Koefisien Determinasi X1 dan X2 Terhadap Y ... 136
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 22
Gambar 2.2 Bidang Garapan Pendidikan ... 23
Gambar 2.3 Indikator Kinerja ... 33
Gambar 2.4 Model Satelite Kinerja Organisasi ... 35
Gambar 2.5 Paradigma Penelitian ... 61
Gambar 2.6 Alur Proses Kegiatan... 61
Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Rata-rata Learning Organization (X1) ... 116
Gambar 4.2 Diagram Batang Skor Rata-rata Iklim Kerja (X2) ... 118
Gambar 4.3 Diagram Batang Skor Rata-rata Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer (Y) ... 122
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner (daftar Pernyataan Penelitian) ... 166
Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen (Validitas dan Reabilitas
Quisioner) ... 176
Lampiran 3. Frequency Learning Organization, Frequency Iklim Kerja,
Frequency Kinerja Kepala Sekolah ... 189
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan dengan
berbagai cara dan srtategi, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.
Namun keberhasilan yang ada belum optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Mutu pendidikan kita masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan
Negara-negara lainnya, misalnya untuk ditingkat Asia Tenggara Negara-negara kita masih
dibawah negara Malaysia dan Singapura. Hal ini merupakan tantangan bagi
kita untuk dapat berusaha terus dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Mutu pendidikan merupakan salah satu pilar dalam menghasilkan sumber
daya manusia yang handal. Peningkatan mutu pendidikan di Negara kita
bertujuan untuk pengembangan sumber daya manusia. Dalam kontek
pengembangan sumber daya manusia, pendidikan merupakan proses dasar
dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan
manusia seutuhnya, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Sisdiknas
Pasal 3 Bab 3 (2003:5) yang berbunyi sebagai berikut:
Mengingat pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa, maka harus dicapai baik secara makro maupun mikro.Pencapaian
pendidikan secara makro adalah pencapaian tujuan pendidikan nasional,
sedangkan pencapaian pendidikan secara mikro merupakan pencapaian tujuan
pendidikan institusional yaitu di tingkat sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya
interaksi antara pendidik dan peserta didik dan terjadinya proses pembelajaran
dengan tujuan akhir untuk pencapaian tujuan institusional dan nasional.
Berkaitan dengan hal tersebut sesuai yang dikemukakan, Syaefudin Sa’ud
(2003:242) menyatakan:
Sekolah adalah lembaga tempat penyelenggaraan pendidikan merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun horizontal.
Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu memerlukan sumber daya
manusia yang handal yaitu yang berkualitas, berpengetahuan, menguasai
teknologi dan informasi. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, sekolah
tidak dapat meningkatkan mutu secara efektif dan efisien untuk ketercapaian
tujuan, sehingga output yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Scereen Jaap (2003:6)
sebagai berikut:
Yang memiliki peran dan bertanggung jawab menghadapi
perubahan-perubahan dalam pengelolaan sekolah adalah peranan kepala sekolah. Hal ini
sejalan dengan pendapat Soelaiman sukmalana, (2007: 8) yang menyatakan
bahwa peran manajer sebagai pemimpin dalam organisasi berada pada sesuatu
kedudukan yang strategis untuk mempengaruhi dan membantu melaksanakan
berbagai macam kebijakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
dalam sebuah organisasi. Dalam membangun visi pendidikan dan
implementasinya dengan memperagakan sikap, perilaku, nilai-nilai, dan norma
diri dari seorang kepala sekolah dalam profesi kependidikan baik untuk saat ini
dan juga masa yang akan datang, serta dapat memotivasi dalam melakukan
perubahan-perubahan, yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya mutu
pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, kepala sekolah harus memiliki
srtategi yang tepat untuk memberdayakan tanaga kependidikan malalui
kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga
kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah
(Mulyasa,2006:103). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Soelaiman
Sukmalana tentang devinisi seorang manajer (2007: 8) yang berbunyi:
Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 12 ayat 1 PP nomor 28 tahun 1990,
bahwa “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggarakan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan ketenagaan pendidikan lainnya
dan pendayagunaan sarana dan prasarana”.
Sesuai dengan peran kepala sekolah sebagai pengelola dalam pemimpin
pendidikan, maka tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dalam melaksanakan
kinerjanya mengacu kepada Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah yang meliputi: usaha pengembangan
sekolah, peningkatan kualitas 8 standar nasional pendidikan (SNP), usaha
pengembangan profesionalisme dan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah yang meliputi: kualifikasi dan kompetensi.
Dari kedua permendiknas tersebut dipadukan sebagai acuan dalam kinerja
kepala sekolah dengan memiliki dan memahami 6 kompetensi dalam
implementasi pelaksanaan tupoksi yang meliputi penguasaan dan pemahaman
kompetensi: kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan, sosial dan
kepemimpinan pembelajaran. Namun sesuai dengan judul penelitian yang
dilakukan, maka kinerja Kepala Sekolah yang diteliti menyangkut kompetensi
Manajerial . Peran kepala sekolah ini ditegaskan oleh E. Mulyasa (2003:9)
yang menyatakan:
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dalam era otonomi daerah,
khususnya otonomi dalam bidang pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola sekolah, kepala sekolah
membutuhkan lingkungan budaya kerja yang dapat mendukung terhadap
pelaksanaan kinerjanya secara optimal. Budaya kerja di lingkungan sekolah
yang dapat meningkatkan kinerja kepala sekolah yakni apabila orang-orang di
dalamnya pada semua level berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
kapasitas dirinya, mentransper pengetahuan yang diperolehnya sehingga
diantara mereka terjalin kerja sama untuk belajar bersama, berani mengambil
resiko dalam menciptakan dan mencoba sesuatu yang baru, serta secara
bersama-sama mengubah perilakunya dalam merefleksikan pengetahuan dan
keterampilannya. Hal ini dikenal dengan nama Learning Organization
(Organisasi Pembelajar).
Seperti halnya yang dinyatakan oleh Senge dalam Widodo (2007:2),
bahwa pembelajaran organisasi memiliki orientasi yang kuat pada sumber daya
manusia, dengan menyatakan “people continually expand their capacity to
create the results they desire, where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning how to learn together.” (orang-orang secara terus-menerus memperbesar kapasitas mereka untuk membuat hasil yang mereka inginkan,
dimana pola yang baru dan mahal dari pemikiran yang, dimana aspirasi
bersama dibuat secara bebas dan dimana orang-orang secara terus-menerus
belajar mempelajari bagaimana belajar bersama).
Baldwin et al. (2003) menyatakan bahwa anggota organisasi dari semua
tingkatan, tidak hanya manajemen puncak, terus melakukan pengamatan
dan program yang diperlukan untuk memperoleh keuntungan dari perubahan
lingkungan, dan bekerja dengan metode, prosedur, dan teknik evaluasi yang
terus menerus diperbaiki.
Organisasi belajar melalui individu-individu yang menjadi bagian dari
organisasi. Pembelajaran individu merujuk pada perubahan keahlian, wawasan,
pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui
pengalaman, wawasan dan observasi. Dapat dikatakan bahwa pendidikan
formal merupakan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan individu dan
bahwa organisasi memperoleh dari berbagai aktivitas individu terdidik
tersebut.
Sedangkan menurut pendapat Komariah (2010: 57), Learning
Organization merupakan nilai penting dalam penciptaaan pembelajaran.
Sekolah sebagai organisasi pendidikan, setiap langkahnya harus ditujukan pada
penciptaan sekolah pembelajar, artinya setiap saat sekolah selalu belajar.
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut di atas, kinerja kepala sekolah
akan optimal jika di lingkungan sekolah terjadi budaya kerja yang tinggi yang
mengarah kepada peningkatan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan
diantara anggotanya terjadi saling membelajarkan, sehingga menjadi sebuah
fenomena dimana organisasi sekolah akan memperoleh keuntungan dari
anggota organisasinya secara otomatis.
Namun dalam faktanya masih terdapat beberapa kendala dalam
merealisasikan Learning Organization di lingkungan Kelompok Kerja Guru,
baik yang berbasis sekolah maupun yang berbasis gugus. Hal ini dikarenakan
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Siswandari, Kepala Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) dalam berita
kompas, (Ester Lince Napitupulu | Senin, 23 Juli 2012 | 19:05 WIB) yang
menyatakan: ”Kenyataannya, kompetensi kepala sekolah yang ada
memprihatinkan”. Dalam penelitian kompetensi kepala sekolah ditetapkan
batas minimal kelulusan 76. Hanya pada dimensi kompetensi kepribadian
nilainya 85, tetapi kompetensi manajerial dan wirausaha 74, supervisi 72, dan
sosial 63.
Demikian pula berdasarkan hasil penelitian yang disampaikan direktur
tenaga kependidikan (Direktorat Jendral PMPTK/Depdiknas) dalam ToT
Fasilitator calon kepala sekolah dan pengawas tanggal 6 Februari 2009
menunjukkan bahwa dari lima kompetensi kepala sekolah (kompetensi
kepribadian, manajerial, supervisi, sosial, dan kewirausahaan) ternyata
kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah masih lemah.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah adalah suasana
lingkungan kerja yang kondusif dan memiliki budaya kerja yang tinggi.
Dengan demikian terciptanya iklim kerja melalui lingkungan yang kondusif,
aman, dan nyaman, maka tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kinerja
kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya sehingga dapat
meningkatkan mutu sekolah.
Manajemen pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menjamin
efesiensi dan efektifitas dalam keterlaksanaan pelayanan pendidikan sekolah
yang bermutu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Mulyasa
bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama
sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
secara berencana dan sistematis, yang diselenggarakan di lingkungan tertentu”.
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa untuk meningkatkan
mutu sekolah tidak terlepas dari keterampilan seorang kepala sekolah dalam
memahami dan mengimplementasikan kompetensi manajerial dalam aplikasi
kepala sekolah .
Wawasan kepala sekolah dapat meningkat jika lingkungan sekolah sangat
mendukung dimana organisasi dari warga sekolah terjadi Learning
Organization dan Iklim Kerja yang kondusif sehingga proses manajemen dapat
mencapi tujuan. Hal ini ditegaskan oleh Mulyasa (2006:10) yang menyatakan:
“Proses manajemen merujuk pada upaya untuk mencapai tujuan, yang
memerlukan keterlibatan, suasana dan pendekatan sistem sesuai dengan
karakteristik organisasi, yang mempunyai visi, misi, fungsi, tujuan, dan strategi
pencapaiannya”.
Namun efektivitas dan optimalisasi kinerja kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan perlu didukung oleh sebuah wadah yang dapat
mengembangkan keprofesionalannya melalui kelompok kerja guru dan
kelompok kerja kepala sekolah yang membentuk sebuah organisasi pembelajar.
Perubahan manajemen pendidikan akan membuka peluang bagi para
manajer pendidikan untuk mengaktualisasikan kemampuannya dalam
meningkatkan kinerja sebagai pemimpin. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sekolah) dipengaruhi oleh faktor pembentuk prilaku dengan tingkat
kompleksitas dan komposisi tertentu.
Scheerens Jaap (2003:86), mengemukakan tentang asumsi pokok dalam
perencanaan synoptic dan penafsiran birokrasi tentang paradigma rasionalitas
sebagai berikut bahwa “organisasi individual diharapkan akan diarahkan
bersama-sama kearah pencapaian tujuan organisasi.” Tentunya dalam hal ini
terjadinya budaya kerja yang tinggi dalam membangun organisasi pembelajar
di lingkungan sekolah secara terarah, terencana, dan terpadu dapat memotivasi
terhadap kinerja kepala sekolah untuk mencapai tujuan seefektif dan
semaksimal mungkin, sehingga kinerja kepala sekolah akan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan mendapatkan data bahwa sekitar
+ 80% memiliki nilai Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional (BAN)
dengan kategori A dan B, hal ini didukung oleh fakta empiris khususnya
sekolah-sekolah dasar yang berada di wilayah Kota Bandung, namun seberapa
besar keberhasilan pencapaian nilai Akreditasi tersebut yang dipengaruhi oleh
kinerja kepala sekolah berdasarkan atas pengaruh Learning Organization dan
Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional .
Selain data empirik yang diperoleh dari Badan Akreditasi Dinas Kota
Bandung, juga diperoleh data tentang kinerja kepala sekolah berdasarkan hasil
dokumen dari Dinas Pendidikan Kota Bandung sebagai berikut:
No Periode Jumlah
Kepsek
Hasil Penilaian Keterangan
1. 2010 510 60 309 141 -
2 2012 85 3 76 6 -
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Dengan demikian maka, Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) dan
Iklim Kerja merupakan alat untuk meningkatkan kompetensi para kepala
sekolah dalam mewujudkan sekolah yang bermutu, sehingga dapat
meningkatkan kinerja yang akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu di
sekolahnya masing-masing.
Untuk itulah maka peneliti ingin melihat seberapa tinggi pengaruh
penerapan Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala
Sekolah Dasar di Kota Bandung.
B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Kinerja Kepala Sekolah sebagai personil dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:
Ability (knowledge dan skill), Clarity (understanding atau role
perception), Help (organizatonal support), Incentive (motivation atau willingness), Evaluation (coaching dan ferformance feedback), Validity (valid dan legal personnel practices, Environmental (environmentel fit). Hersey et al. (Widodo, 2011: 101).
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, maka peneliti
membatasi faktor kinerja kepala sekolah dasar yang akan diteliti antara lain
Konsep pembelajaran individu menjelaskan secara implisit bahwa manusia
memiliki kemampuan untuk belajar dan berubah untuk mencapai pendewasaan
dirinya. Manusia diharapkan untuk selalu mau belajar mengenai lingkungannya
(out-side in-down), dan sekaligus mengenal dan kemudian mengaktualisasikan
dirinya (inside up-out). Diharapkan manusia mampu menempatkan dirinya
sesuai dengan kapasitas dirinya, sehingga ia dapat memberikan kontribusi
terbaik minimal untuk dirinya, dan lebih luas untuk menciptakan kesejahteraan
bagi organisasi, masyarakat atau lingkungannya. Pembelajaran kelompok atau
tim menyangkut peningkatan dalam pengetahuan, keahlian dan kompetensi
yang disatukan oleh kelompok dan di dalam kelompok. Sedangkan
pembelajaran organisasi merujuk pada peningkatan intelektual dan kapabilitas
produktif yang diperoleh melalui komitmen seluruh organisasi dan kesempatan
untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.
Melalui learning organization, maka budaya kerja akan terlaksana di
sekolah untuk membangun komitmen, membangun visi, terbentuknya
kelompok belajar, dapat mengembangkan cara berfikir sistem, dan
menanamkan model mental yang berkarakter dalam sistem nilai yang berkaitan
dengan persepsi, sikap, dan tindakan. Dalam learning organization akan
membuka wawasan dan kesadaran dalam peningkatan mutu kerja tinggi baik
secara mikro, meso dan makro bagi warga sekolah, sehingga nilai jual sekolah
meningkat.
Tujuan sekolah akan tercapai dengan melaksakan sekolah efektif menuju
sekolah bermutu melalui peningkatan kerja organisasi sekolah. Learning
mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah Dasar dalam melaksanakan tupoksinya
sehari-hari di sekolah.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja Kepala Sekolah adalah suasana
lingkungan kerja. Jika kepala sekolah merasakan suasana kondusif
disekolahnya, maka dapat diharapkan akan mencapai prestasi bagi peningkatan
mutu di sekolahnya secara optimal. Adanya lingkungan kerja yang nyaman dan
kondusif, tentunya akan sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah,
dimana seorang Kepala Sekolah dapat mengelola sekolah dengan baik.
2. Rumusan Masalah
Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah yang menarik
untuk diteliti diantaranya, Organisasi Pembelajar (Learning organization) dan
Iklim kerja, dengan menjadikan learning organization disebut X1 (1) dan Iklim
Kerja X2 (2), sebagai variabel independent (bebas), dan kinerja kepala sekolah
Dasar di Kota Bandung sebagai variabel dependent (terikat) disebut Y.
Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah tesebut, maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu ”seberapa besar Pengaruh
Penerapan Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala
Sekolah Dasar Di Kota Bandung”. Masalah penelitian tersebut dirinci, dalam
beberapa pertanyaan penelitian yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran Learning Organization Sekolah Dasar Standar
Nasional di Kota Bandung?
2. Bagaimana gambaran Iklim Kerja Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota
3. Bagaimana gambaran Kinerja Kepala Sekolah Dasar Sebagai Manajer di
Kota Bandung?
4. Seberapa besar pengaruh Learning Organization terhadap Kinerja Kepala
Sekolah Dasar di Kota Bandung?
5. Seberapa besar pengaruh Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah
Dasar di Kota Bandung?
6. Sebarapa besar pengaruh Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap
Kinerja Kepala Sekolah Dasar Sebagai Manajer di Kota Bandung?
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini untuk menganalisis data empirik, menemukan
dan mengembangkan model hasil analisis serta menguji kebermaknaan dari
pengaruh learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala
sekolah dasar di Kota Bandung.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran learning organization sekolah dasar standar nasional
di Kota Bandung
2. Mengetahui gambaran iklim kerja sekolah dasar standar nasional di Kota
Bandung.
3. Mengetahui gambaran kinerja para kepala sekolah dasar standar nasional di
4. Menganalisis pengaruh penerapan learning organization dan iklim kerja
terhadap kinerja kepala sekolah dasar standar nasional di sekolahnya
masing-masing yang berada di Kota Bandung.
D. MANFAAT PENELITIAN
Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, sebagai berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat terutama untuk:
a. mengembangkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang pendidikan, khususnya disiplin ilmu pengembangan
sumber-sumber daya manusia, ditinjau dari Learning Organization dan Iklim
Kerja yang terbentuk terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar.
b. Menberikan informasi mengenai bagaimana kinerja para Kepala
Sekolah Dasar di Kota Bandung.
c. Merupakan inovasi dalam pengembangan Learning Organization dan
Iklim Kerja di Kota Bandung.
a. Merupakan informasi dalam rangka perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan Sumber daya Manusia,
pengimplementasian bidang garapan Administrasi Pendidikan.
b. Bagi dunia pendidikan merupakan referensi untuk peningkatan mutu
menuju sekolah efektif di suatu lembaga pendidikan, selain itu juga
bagi praktisi pendidikan dapat memberikan gambaran sebagai bahan
kajian dan sumber analisis lebih lanjut guna memperbaiki konsep sesuai
dengan tujuan Pendidikan Nasional.
c. Menambah wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi
peneliti mengenai penerapan learning organization dan iklim kerja
terhadap kinerja kepala sekolah dasar di sekolah.
E. STRUKTUR ORGANISASI TESIS
Struktur organisasi dari penulisan tesis ini terdiri atas 5 (lima) Bab. Bab I
berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang
penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta struktur organisasi dalam tesis ini.
Bab II tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori dalam bidang yang dikaji,
yang meliputi Kedudukan KS dalam Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan
Di Sekolah (Konsep KS, Peran KS, Kompetensi KS, Kinerja KS sebagai
Manajer, Indikator Kinerja KS), Iklim Kerja, Organisasi Pembelajar (Learning
diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian.
Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metodologi penelitian, yang
meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode
penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan
data serta teknik analisis data.
Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan
atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi
pembahasan atau analisis temuan.
Bab V tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau
rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada
para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian.
1. Lokasi Penelitian.
Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Standar
Nasional (SDSSN) yang berada di wilayah Kota Bandung. Sekolah dasar
tersebut sudah memiliki budaya kerja sebagai organisasi pembelajar yang
mandiri dan iklim kerja yang kondusif.
2. Subjek Populasi / Sampel Penelitian.
Subyek adalah individu yang ikut serta dalam penelitian, dimana data akan
dikumpulkan (Ibnu Hadjar, 2006:133). Kelompok besar individu yang
mempunyai karakteristik umum yang sama disebut populasi (Ibnu Hadjar,
2006:133). Sedangkan Sugiyono (2010: 80) memberikan pengertian bahwa
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang populasi, maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para kepala sekolah dan guru –
guru sekolah dasar berlebel kategori Sekolah Standar Nasional (SSN) yang
Kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian
disebut sampel. Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi (Riduwan,2007: 56). Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81).
Sedangkan menurut pendapat Djam’an dan Aan memberikan pengertian
tentang konsep sampel yakni: “Sampel dalam penelitian adalah bagian kecil
dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tetentu sehingga dapat
mewakili populasinya secara representatif.”
Sutrisno Hadi dalam Beni Ahmad menegaskan bahwa”Sebagian individu
yang yang diselidiki itu disebut sampel, sampel, atau contoh (mosters),
sedangkan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh
dari sampel itu hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe.”
Dari berbagai pendapat di atas untuk menentukan sampel dalam penelitian
ini yang akan diambil yaitu dengan menggunakan teknik proportionate
stratified random sampling. Teknik ini yang digunakan karena penulis
berpendapat bahwa sampel penelitian memiliki karakteristik subyek yang
heterogen atau tidak sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2010:
82) yang mengemukakan bahwa: “Proportionate Stratified Random Sampling
digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
Populasi dalam penelitian ini adalah Guru – guru dan Kepala Sekolah
Dasar yang berada di wilayah Dinas Pendidikan kota Bandung yang terdiri dari
30 SD Negeri dan Swasta, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel. 3.1 Jumlah Populasi
Sumber : Dinas Kota Bandung
Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan sampel secara
disproportionate stratified random sampling. Sedangkan teknik pengambilan
sampel menggunakan rumus dari Ridwan dan Akdon (2006: 249) sebagai
berikut:
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d² = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
Dari jumlah sampel 87,468 dibulatkan menjadi 87. Mengingat dalam
pengambilan sampel data menggunakan metode disproporsionate stratified
random sampling, maka yang menjadi responden adalah Guru dengan kategori
strata berdasarkan masa kerja untuk kinerja kepala sekolah. Dari jumlah
sampel minimal 87 menjadi 93. Untuk mempermudah dalam penyebaran
kuesioner, maka ditentukan jumlah masing – masing secara proporsional
Dimana :
ni = jumlah sampel menurut stratum
n = jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut stratum
N = jumlah populasi seluruhnya
Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel untuk Guru sebagai
responden adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.2 Jumlah Sampel
No. Nama Sekolah Jumlah Populasi Sampel
28. Cihaur Geulis 20/698 x 87 = 2,494 3
29. SDN Suka Senang 25/698 x 87 = 3,116 3
30. SDN Lengkong Kecil 20/698 x 87 = 2,494 2
Jumlah 87
Sumber : Dinas Kota Bandung
Berdasarkan perhitungan dari jumlah sampel yang akan diambil menjadi
responden dari 87 menjadi 93, maka jumlah responden menjadi sebagai
29. SDN Suka Senang 3
30. SDN Lengkong Kecil 3
Jumlah 93
Sumber : Dinas Kota Bandung
Bentuk studi yang akan dikembangkan dan teknik pengumpulan data yang
akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) studi kepustakaan, (2) studi
lapangan yang akan dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner. Dan
angket tersebut akan disebarkan pada guru – guru sekolah dasar standar
nasional di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah eksplanatory survey, karena
penelitian ini diarahkan untuk menguji hipotesis. Sebagai konsekuensinya
maka variabel – variabel penelitian perlu dioperasionalkan ke dalam indikator
– indikator yang dapat diukur sehingga menggambarkan jenis data dan
informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Berdasarkan
karakteristik data tersebut selanjutnya dirancang model uji statistik untuk
menguji hipotesis yang dirumuskan.
B. Desain Penelitian.
Desain penelitian mengacu pada rencana dan struktur penyelidikan yang
yang digunakan untuk memperoleh bukti – bukti empiris dalam menjawab
pertanyaan penelitian McMillan dan Schumacher (Ibnu Hadjar,2006: 102).
Pemilihan desain yang tepat akan meningkatkan reliabilitas dan validitas serta
kredibilitas dan autensitas penelitian Goesz dan Le Compte (Ibnu Hadjar,
Dalam mendapatkan informasi atau data dalam menjawab permasalahan,
dengan mendesain sedemikian rupa sebuah perencanaan penelitian sehingga
data yang diperoleh cukup akurat dan relevan dengan permasalahan dalam
penelitian. Dalam penetapan desain penelitian ini adalah untuk mendapatkan
hasil penelitian yang terpercaya dan meyakinkan. “Desain berfungsi sebagai
fasilitas bagi tujuan penelitian” (Ibnu Hadjar,2006: 103).
Desain deskriptif adalah “jenis desain penelitian dimaksudkan untuk
mendapatkan deskripsi tentang suatu kenyataan atau menguji hubungan antara
kenyataan yang telah ada atau telah terjadi pada subyek” (Ibnu Hadjar,2006:
103)
Desain penelitian yang sesuai dengan penelitian yaitu desain penelitian
secara kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasional dengan sampling
proporsional. Fokus yang menjadi perhatian dari desain ini adalah pengukuran
terhadap hubungan antara dua fenomena atau lebih. Disebut “korelasional
karena dalam pelaksanannya menggunakan teknik statistik yang dinamakan
korelasi” (Ibnu Hadjar, 2006:112). Pemilihan subyek adalah guru-guru berasal
dari beberapa sekolah dasar yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota
Bandung. Teknik yang digunakan adalah teknik sampling bertingkat/strata,
atau stratified sampling dengan menggunakan prosedur melalui penyebaran
angket/kuesioner sebagai instrumen penelitian terhadap sampel.
Sesuai dengan pendapat di atas dari penelitian yang penulis lakukan,
maka desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis desain
penelitian ini adalah pengukuran terhadap hubungan antara variabel – variabel
bebas yaitu learning organization (organisasi pembelajar) sebagai X1 dan
iklim kerja sebagai X2 terhadap variabel terikat yaitu kinerja kepala sekolah
dasar sebagai Y.
C. Metode Penelitian.
“Metode penelitian adalah metode yang digunakan dalam aktivitas
penelitian” (Saebani, 2008: 43). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
metode ini adalah metode survey deskriptif korelational, dimana metode ini
digunakan untuk menemukan hubungan antar variabel bebas dengan variabel
terikat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,2010: 7).
Penelitian servey menurut Kerlinger (Akdon,2008: 91) adalah
“penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis”. Servey digunakan untuk mengumpulkan data
atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang
relatif kecil (Sukmadinata, 2012: 82). Tujuan utama dari servey adalah
berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit
kemasyarakatan,dll., tetapi sumber utamanya adalah orang.
Tujuan dari penggunaan metode-metode penelitian yang disebutkan diatas
adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan learning organization
(Organisasi Pembelajar) dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar
di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.
D. Definisi Operasional.
Devinisi operasional merupakan penjelasan dari item-item yang menjadi
variabel-variabel yang akan diteliti. Dengan kata lain devinisi operasional
merupakan petunjuk dalam pelaksanaan untuk mengukur suatu variabel sesuai
dengan judul dan fokus masalah dalam penelitian. Devinisi operasional dari
tesis ini adalah:
1. Kinerja Kepala Sekolah
Komponen kinerja meliputi: tujuan, standar, umpan balik, alat dan sarana,
kompetensi, motif, dan peluang. Dari indikator-indikator yang menjadi
komponen kinerja tersebut dalam penelitian ini berkaitan dengan kompetensi
kepala sekolah yang dijadikan acuan dalam penilaiaan kinerja sesuai dengan
Permendiknas No.28 tahum 2009. Namun kinerja yang sesuai dengan judul
penelitian yaitu kompetensi manajerial.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah (Mulyasa, 2006:105).
Sesuai dengan yang ditetapkan dalam penilaian kinerja, kepala sekolah
harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas
kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam kemampuan
menyusun program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga
kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal
(Mulyasa, 2006: 106).
Dalam paradigma baru kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya
harus mampu sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
innovator, dan motivator (EMASLIM). Pekerjaan kepala sekolah tidak hanya
sebagai EMASLIM, tetapi akan berkembang menjadi EMASLIM-FM
(fasilitator dan mediator) (Mulyasa, 2006: 98).
Berkaitan dengan kinerja kepala sekolah, secara umum tertuang dalam
gabungan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
“guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah”, yang meliputi
kompetensi kepribadian dan sosial, kepemimpinan pembelajaran,
pengembangan sekolah/madrasah, manajemen sumber daya manusia,
kewirausahaan, dan supervisi pembelajaran. Namun dalam penelitian ini
peraturan dari para ahli tersebut yang diperoleh melalui hasil angket self-
report mengenai kinerja yang diberikan kepada guru dan kepala sekolah.
2. Learning Organization (Organisasi Pembelajar)
Learning Organization (Organisasi Pembelajar) yang dimaksud dalam
penelitian ini merupakan sebuah penciptaan organisasi pembelajar di sekolah
yang akan berdampak sangat besar terhadap kinerja kepala sekolah untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagai pemimpin di lembaga (sekolah) yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Organisasi pembelajar adalah organisasi yang efektif karena misinya
selaras dengan misi sekolah efektif, yaitu terjadinya belajar secara kontinu dan
selalu mengedepankan keterlibatan seluruh personil untuk belajar dalam
berbagai tingkat.
Beberapa ahli telah mencoba mendefinisikan learning organization
(organisasi pembelajar) sesuai dengan sudut pandangnya, diantaranya Garvin
dalam Goh (2002: 15) mendefinisikan Learning Organization adalah “A learning organization is an organization skilled at creating, acquiring and transferring knowledge, and at modifiying it’s behavior to reflect new
knowledge and insigh”. Suatu organisasi pembelajar adalah organisasi yang
memiliki kecakapan dalam menciptakan, memperoleh dan mentransfer
pengetahuan, serta mengubah perilakunya merefleksikan pengetahuan dan
pengertian barunya.
continually enhancing their capacity to create things they really want to create”. Dari definisi tersebut kita dapat melihat bahwa suatu organisasi
pembelajar merupakan suatu organisasi yang mana orang-orangnya pada
semua level secara bersama-sama terus meningkatkan kapasitasnya untuk
menciptakan suatu yang benar-benar mereka ingin ciptakan.
Ahli lainnya yaitu Senge (Widodo, 2007: 44) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Learning organization (organisasi pembelajar) adalah suatu
organisai dimana setiap anggotanya secara terus menerus
meningkatkan/memperluas kemampuannya untuk menciptakan hasil yang
benar-benar mereka inginkan, dimana pola berfikir baru dalam ekspansif
ditumbuhkan, aspirasi bersama dibiarkan secara bebas, dan
anggota-anggotanya secara terus menerus belajar bagaimana belajar bersama-sama.
Dengan demikian dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Learning Organization
(Organisasi Pembelajar) adalah dimana orang-orang yang terlibat didalamnya
terus menerus berupaya menciptakan sesuatu yang benar-benar mereka
inginkan dengan cara mengubah sistem secara effektif, meningkatkan kapasitas
dirinya, mentranfer pengetahuan yang diperolehnya sehingga di antara mereka
selalu terjalin belajar bersama, berani mengambil resiko dalam menciptakan
dan mencoba sesuatu yang baru, serta secara bersama mengubah perilakunya
dalam merefleksikan pengetahuan dan pemahamamnya.
Adapun dimensi dalam learning organizaton (organisasi pembelajar)
berdasarkan pendapat Senge (Widodo, 2007: 35) dalam bukunya The Fifth
lima disiplin kunci dari pembelajaran organisasi. Menurut Senge lima disiplin
tersebut yakni system thingking, mental models, personal mastery, team
learning dan building shared vision merupakan “komponen teknologis” atau
dimensi yang sangat penting yang diperlukan dalam membangun pembelajaran
organisasi.
3. Iklim kerja
Perilaku organisasi menyoroti tingkah laku pada berbagai tingkatan (level
of analysis) yang mencakup: a. individual (karakteristik yang dibawa individu
ke dalam organisasi); b. group (proses, perkembangan, keterpaduan,
kepribadian); dan c.organizational (ukuran, iklim, kebijakan, tingkat hirarki,
sentralisasi, pusat pengambilan keputusan).
Secara konsep iklim kerja mencakup iklim organisasi yang merupakan
konsep yang luas yang diketahui anggota mengenai persepsi berbagai terhadap
sifat atau karakter tempat kerja, ini merupakan karakteristik internal yang
membedakan satu sekolah dengan sekolah yang lainnya dan mempengaruhi
orang-orang yang ada di sekolah (Hoy dan Miskel, 2008:198). Secara
operasional iklim kerja di sekolah yang kondusif dapat menciptakan suasana
yang aman, nyaman, dan tertib sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis.
Dalam mengukur iklim kerja di lingkungan sekolah diukur dengan
menggunakan rata-rata persepsi guru dalam komunitas sekolah terhadap
aspek-aspek dengan indikataor yang menjadi dimensi iklim organisasi terbagi
secara konstruktif, dapat mendengar saran dari orang lain, luwes dalam
berkomunikasi, 2) collegial (pertemanan) meliputi: berteman baik dengan
orang lain, bersemangat untuk bekerjasama, akrab dalam berdiskusi, dan 3)
intimate (keintiman) meliputi: saling mendukung, merasakan pekerjaan milik
bersama, mempunyai kesamaan dalam bekerja. (Hoy dan Miskel, 2001: 193).
E. Instrumen Penelitian.
1. Learning Organization ( variabel X1 )
Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang learning
organization berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan
menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban,
Kisi-kisi instrumen Learning Organization (X1)
No Variabel Devinisi
No Variabel Devinisi
Visition) ke masa depan (inspiring)
Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang iklim kerja
berdasarkan skala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan
menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban,
Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja (X2)
No Variabel Devinisi
(X2) sekolah sangat
3. Kinerja Kepala Sekolah ( variabel Y )
Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang kinerja
kepala sekolah berskala pengukuran interval mengingat angket yang
disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif
jawaban, sebagai berikut:
Kisi-kisi instrumen Kinerja Kepala Sekolah (Y)
No Variabel Devinisi
Operasional Sub Variabel / Indikator
No.
Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
Mampu menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
No Variabel Devinisi
Operasional Sub Variabel / Indikator
No.
Mampu mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
Mampu mengelola sumber daya sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang efektif, efisien dan akuntabel.
Pelaksanaan:
Mampu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
Mampu menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
Mampu mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas
Mampum mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
Mengelola sumber daya sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang efektif, efisien dan akuntabel.
No Variabel Devinisi
Operasional Sub Variabel / Indikator
No. rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
Kepemimpinan:
Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.
Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif
Sistim Informasi Manajemen: Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.
F. Proses Pengembangan Instrumen.
Proses pengembangan instrumen dimaksudkan agar peneliti dapat
memberikan hasil yang maksimal dengan langkah yang tepat dan
meminimalkan kekeliruan. Selain itu untuk menetapkan instrumen yang
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi ditempuh dengan beberapa cara,
yaitu (a) mendevinisikan operasional variabel penelitian, (b) menyusun
indikator variabel penelitian, (c) menyusun kisi-kisi instrumen, (d)
mengembangkan kisi-kisi instrumen, (e) melakukan uji coba instrumen; serta
melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Instrumen
organization), variabel X2 (iklim kerja), dan variabel Y (kinerja kepala
sekolah). Ketiga instrumen ini diadaptasi dan dikembangkan oleh peneliti
berdasarkan indikator-indikator dari beberapa teori yang mendukung. Dari
indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi kisi-kisi instrumen.
Dengan berdasarkan kepada ini pula maka disusun menjadi instrumen
pengukuran dalam bentuk kuesioner (angket) yang menyajikan
pernyataan-pernyataan dengan jawaban yang berbentuk skala dengan bobot nilai 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima).
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Sebelum menganalisis hasil penyebaran kuesioner, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas atas instrumen penelitian. Instrumen
penelitian yang valid dalam proses ujicoba instrumen akan digunakan kembali
dalam proses pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang tidak valid tidak
akan digunakan kembali.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian
mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas
instrumen menurut Riduwan (2010:97-118) menjelaskan bahwa validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala Likert lima point, maka
teknik yang sesuai untuk menguji validitas kuesioner dengan skala tersebut
adalah dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total
digunakan rumus Pearson Product Moment , seperti yang ditulis oleh Akdon
(2008:144) sebagai berikut :
Kaidah keputusan :
Jika r hitung > r tabel berarti valid sebaliknya
r hitung < r tabel berarti tidak valid. Sumber: Riduwan (2010:118)
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,799 : tinggi
Antara 0,400 – 0,599 : cukup
Antara 0,200 – 0,399 : rendah
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul
data yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan
atau konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok
individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Metode mencari
reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai
berikut.
a) Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:
Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item
Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi
(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan
N = Jumlah responden
b) Menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:
Keterangan : Si = Jumlah Varians semua item
S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n
c) Menghitung Varians total dengan rumus:
N N X X S
i i i
2 2 ( )
n
i S S S S
S 1 2 3...
Keterangan : St = Varians total
Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan
dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik
belah dua awal-akhir yaitu:
Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh
karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan
korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk = 0,05
atau = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat
keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika
r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.
H. Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup tiga variabel yaitu
Learning Organization (Organisasi Pembelajar), Iklim Kerja, dan Kinerja
Kepala Sekolah Sebagai Manajer. Dalam teknik pengumpulan data penulis
menggunakan tiga cara yaitu melalui observasi lapangan (untuk melihat dan
mengamati langsung ke lapangan yang menjadi obyek penelitian, untuk
menyebarkan angket kepada responden yang terpilih), dokumentasi (mencari
data melalui dokumen atau arsip-arsip yang ada yang dianggap perlu disimpan
sebagai data trianggulasi untuk pengayaan), selanjutnya penyebaran angket
atau kuesioner.
I. Analisis Data.
Selanjutnya data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis untuk
mencari rata-rata secara deskripsi maupun inferensial.Guna memperoleh
penjelasan tentang makna dari data yang telah diperoleh, maka harus dilakukan
pengolahan data. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui.
Analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment dan korelasi
ganda, namun dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui
bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan
digunakan dalam menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2 terhadap Y.
Analisis ini untuk mengetahui pengaruh aplikasi learning organization
(organisasi pembelajar) (X1) dan iklim kerja (X2) terhadap kinerja kepala
sekolah (Y) secara bersama-sama maupun secara individu. Rumus analisis
korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.
sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat
kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi
Nilai r sebagai berikut.
Tabel 3.7
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Pengaruh
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti
ingin mencari makna pengaruh variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi
PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus :
Keterangan : t hitung = Nilai t
n = Jumlah sampel
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X
terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien
determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan
100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai
sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan
menggunakan rumus:
Keterangan : KD = Nilai Koefisien Diterminan
(Pengaruh antar variabel)
r = Nilai Koefisien Korelasi.
Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y
digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.
Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun
ganda. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa
software dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions)
Windows Version 18.
1. Pengujian Secara Individual
a. Learning Organization (Organisasi Pembelajar) berpengaruh terhadap
Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer.
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
Ha : rx1y≠ 0
Ho : rx1y = 0
Hipotesis bentuk kalimat:
Ha : Learning Organisation (Organisasi Pembelajar) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja kepala sekolah Sebagai Manajer.
Ho: Learning Organisation (Organisasi Pembelajar) tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja kepala sekolah Sebagai
Manajer.
b. Iklim kerja berpengaruh terhadap kinerja kepala sekolah Sebagai Manajer.
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
Ha : rx2y ≠ 0
Ho : rx2y = 0