• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBINAAN SISWA PESERTA PROGRAM KHUSUS PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM : Studi Kasus pada SMU Negeri 1 Cisarua yang bekeijasama dengan Yayasan Darmaloka Pemda Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBINAAN SISWA PESERTA PROGRAM KHUSUS PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM : Studi Kasus pada SMU Negeri 1 Cisarua yang bekeijasama dengan Yayasan Darmaloka Pemda Jawa Barat."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBINAAN SISWA PESERTA PROGRAM KHUSUS

PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM

( Studi Kasus pada SMU Negeri 1 Cisarua yang bekerjasama dengan Yayasan Darmaloka Pemda Jawa Barat)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

£fe

OLEH

WiWIN WINARNI NIM : 989728

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

OLEH

PEMBItfBINGI

PROF. DR. H. TB. AB1N SYAMSEDDIN MAKMUN. MA

PEMBIMBING II

PROF. DR. H. DTAM'AN SATORI. MA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

o

L E H

KETUA PROGRAM STUDI ADMINIST11ASI PENDIDIKAN

PROF. DR H. TB. ABIN SVAMSUDDIN MAKMUN. MA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

B A N D U N G

(4)

PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBINAAN SISWA PESERTA PROGRAM KHUSUS PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM

Studi Kasus pada SMU Negeri 1 Cisarua yang bekerjasama dengan

Yayasan Darmaloka Pemda Jawa Barat.

Oleh Wiwin Winarni

Abstrak

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuannya adalah

berusaha untuk mengungkapkan, mendeskripsikan dan menganalisis sistem

pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta program khusus pada SMU

Negeri 1 CisaruaKabupaten Bandung.

Teknik dan instrumen pengumpulan data dengan menggunakan observasi

partisipatif yang meliputi: teknik wawancara, dan dokumentasi. Prosedur dan

teknik yang dilakukan dalam menganalisis datanya adalah: mereduksi data,

menyajikan data, display data, menarik kesimpulan dan menarik verifikasi.

Prosedur dan tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian ini, adalah dengan

melakukan eksplorasi yang meluas dan menyeluruh dengan mengadakan

pendekatan secara terbuka kepada responden, dengan maksud untuk mengetahui

gambaran menyeluruh dari fokus permasalahan. Kemudian melakukan eksplorasi

fokus masalah, lebih lanjut mengecek dan memeriksa data.

Sebagai hasil penelitian yang ditemui di lapangan bahwa Yayasan

Darmaloka belum mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas dan tertulis dalam

mengelola siswa peserta program khusus dalam rangka mempersiapkan

sumberdaya manusia untuk mampu berkompetetif di era globalisasi.

Sistem rekmitmen dan seleksi yang dilakukan terhadap siswa peserta

program khusus, kurang berjalan dengan baik sesuai dengan konsep perekrutan

sumberdaya manusia. Sistem pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta

program khusus dapat dilakukan melalui dua komponen yaitu: Pertama; secara

akademik yang mencakup pelatihan komputer, pelatihan bahasa Arab, pelatihan

Akuntansi serta pelatihan Bahasa Inggris. Waktu yang diberikan untuk mengikuti

pelatihan akademik itu diluar jam belajar efektif yang dimulai jam 13.30 -17.00

wib. Kedm; secara non akademik yang meliputi kedisiplinan dan kerohanian/olah

raga. Aspek kedisiplinan yang diterapkan temtama disiplin dalam pemakaian

waktu dan penggunaan berbagai fasilitas. Sedang aspek kerohanian menyangkut

keagamaan, cara bersosialisasi dengan lingkungan.

Evaluasi yang dilakukan selama memberikan pembinaan kepada siswa

peserta program khusus secara akademik dilakukan setiap akhir materi pelatihan

atau setiap enam bulan yang dilakukan oleh pembina mata pelajaran secara lokal

dan secara nasional dilakukan oleh lembaga pendidikan sosial masyarakat.

Sedangkan evaluasi untuk kegiatan non akademik tidak terjadual, artinya setiap

kegiatan diberikan selalu diadakan evaluasi. Belum terdapat tindak lanjut yang

diberikan kepada siswa peserta program khusus, baik yang akan melanjutkan ke

Perguruan Tinggi maupun yang akan terjun kelapangan pekerjaan dimasyarakat.
(5)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBARAN PENGESAHAN LEMBARAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

j

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Hi

ABSTRAK

vii

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR TABEL

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah i

B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian

14

C. Tujuan Penelitian

j5

D. Manfaat Penelitian

16

E. Paradigma Penelitian

16

F. Sistimatika Tesis

20

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Sekolah Menengah Umum dalam Sistem Persekolahan 22

1. Peranan dan Fungsi Sekolah Menengah Umum

27

2. Manajemen Pendidikan Sekolah 29

a) Visi, Misi Sekolah Menengah Umum 32

b) Stategi Pencapaian Visi 40

c) Ruang Lingkup Manajemen Sekolah Menengah

Umum 42

3. Manajemen Sekolah Menengah Umum 44

a) Tuntutan Belajar Siswa Sekolah Menengah Umum

44

b) Persyaratan Sekolah Menengah Umum 46 c) Pembinaan Siswa Sekolah Menengah Umum 47

(1) Pengertian Pembinaan Siswa 47

(2) Maksud dan Tujuan Pembinaan 51

(3) Sasaran Pembinaan 56

4. Karakteristik Manajemen Peserta Program Khusus

57

B. Perencanaan Strategik Pembangunan Pendidikan di Sekolah

Menengah 59

C. Model Perencanaan Strategik di Sekolah Menengah

65

(6)

D. Upaya-upata Peningkatan Mum Sekolah Menengah Umum.... 71

1. Pengertian Mutu dalam Pendidikan 71

2. Mutu Belajar Mengajar 73

3. Mutu Gum 74

4. Mutu Fasilitas 79

5. Mutu Siswa 82

a. Perekrutan 83

b. Proses Seleksi 87

c. Faktor-faktor yang diperhitungkan dalam proses

seleksi 87

d. Tantangan dalam Proses Seleksi 87

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 91

B. Setting Penelitian

92

C. Teknik Instrumen Pengumpulan Data

94

D. Tahap Pelaksanaan Penelitian

96

E. Analisis Data 97

F. Validitas Data Penelitian 99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 103

1. Proses Penyusunan Perencanaan Strategik pada Peserta

Program Khusus 103

a. Kondisi Lingkungan Internal Peserta Program Khusus 104 b. Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang 106 1) Kekuatan Peserta Program Khusus 106

2) Faktor Kelemahan 106

3) Tantangan Masalah dan Peluang 107

4) Isu-isu Utama (Masalaha Pokok) 109

2. Visi, Misi Peserta Program Khusus 110

3. Strategi Pencapaian Visi Ill

4. Rekrutmen dan Seleksi Peserta Program Khusus \\2 a. Rekrutmen Peserta Program Khusus \\2

b. Seleksi Peserta Program Khusus 117

5. Sistem Pembinaan Peserta Program Khusus 118

a. Pembinaan Akademik 119

b. Pembinaan Non Akademik 124

6. Evaluasi Pembinaan Peserta Program Khusus 127

B. Pembahasan Hasil Penelitian 128

1. Proses Penyusunan Rencana Strategik Peserta Program

(7)

Khusus 128

a. Lingkungan Internal Peserta Program Khusus 129 b. Lingkungan Ekstemal Peserta Program Khusus 130

c. Kekuatan Peserta Program Khusus 132

d. Kelemahan Peserta Program Khusus 132 e. Peluang Pengembangan Peserta Program Khusus 134 f. Tantangan Pengembangan Peserta Program Khusus.... 135 2. Visi dan Misi serta Strategi Peserta Program Khusus 136 3. Rekruitmen dan Seleksi Peserta Program Khusus 138

4. Pembinaan Peserta Program Khusus 142

a. Pembinaan Akademik 142

b. Pembinaan Non Akademik 143

5. Evaluasi Pembinaan Peserta Program Khusus 144

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Hasil Penelitian 146

B. Implikasi Hasil Penelitian 149

C. Rekomendasi Hasil Penelitian 150

DAFTAR PUSTAKA 153

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar No. Hal

1. Struktur Organisasi Pembinaan Peserta Program Khusus 14

2. Paradigma Penelitian 19

3. Mekanisme Rekruitmen Peserta Program Khusus 113 4. Mekanisme Pembinaan Terhadap Peserta Program Khusus 118

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel No. Hal

1. Rekapitulasi Jumlah Siswa Peserta Program Khusus Tiap Kabupaten dan Kotamadia tahun pelajaran 1995/1996-2000/2001

(angkatan I sd. IV) 114

2. Rekapitulasi perolehan NEM tahun Pelajaran

1995/1995-200/2001 (angkatan I sd. IV) 116

3. Jadual Pelatihan Bahasa Inggris 120

4. Jadual Pelatihan Akuntasi Dasar 121

5. Jadual Pelatihan Bahasa Arab 122

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

2. SK Kerjasama antara pihak Yayasan Darmaloka dan pihak Kanwil Depdikbud Jawa Barat

3. Surat Izin Penelitian dari Direktur PPS UPI Bandung 4. Surat Izin Penelitian dari Yayasan Darmaloka

5. Riwayat Hidup

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara filosofi manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah

dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan. Potensi ini adalah anugerah

yang diberikan kepada manusia dan hams dimanfaatkan. Manusia secara fitrahnya

memiliki persamaan potensi dalam sifat dan karakteristik, namun potensi tersebut

memiliki tingkat dan jenis yang berbeda. Dalam keadaan seperti ini ada sebagian

golongan yang memiliki potensi yang lebih tinggi tingkatannya dengan golongan umum. Untuk mengembangkan potensi itu maka lahirlah apa yang dinamakan

sebagai sekolah unggul.

A.W. Praktinya (1993; 5) memberikan pengertian sekolah unggul yaitu :

Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikan. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input/intake, misalnya gum dan

tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan dan sarana

penunjangnya) serta proses pendidikan diarahkan untuk menunjang

tercapainya tujuan tersebut.

Sekolah unggul senantiasa didasari visi bahwa upaya untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang bermuara kepada tujuan pembangunan bangsa, memerlukan usaha-usaha

sistimatik, terarah dan intensional dalam menggali dan mengembangkan potensi

(12)

damai dengan berdasarkan Pancasila serta dihormati oleh bangsa-bangsa lain

dalam percaturan global.

Bedasarkan hal tersebut di atas maka sekolah unggul merupakan salah satu jawaban untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya

manusia Indonesia sebagai subjek dan wahana untuk mencapai tujuan

pembangunan bangsa.

Sebagaimana yang digariskan oleh maksud sekolah unggul di atas maka,

salah satu jawabannya adalah SMU Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung yang

difokuskan pada peserta program khusus.

SMU Negeri 1 Cisarua berdiri pada tahun 1987 dengan nama SMA

Negeri 1 Cisarua pada awalnya merupakan kelas jauh dari SMU Negeri 1 Lembang dengan lokasi di desa Parongpong. Dengan mendapatkan SK. 0260/0/1994 tanggal 5 Oktober 1994, tahun 1994 SMA Negeri 1 Cisarua mulai mandiri dan diresmikan sekaligus lokasi sudah beralih ke Kampung Pameungpeuk desa Jambudipa Kecamatan Cisarua. Di dalam perjalanan sejarahnya pada tahun pelajaran 1995/1996 didasari rasa kepedulian Bapak Gubemur Propinsi Jawa Barat dengan maksud untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada

anak-anak usia sekolah menengah lanjutan atas, yatim-piatu serta kurang mampu

(13)

Kebudayaan Nomor: 421.3/07/HUK/1997 tanggal 3 Maret 1997. Semenjak itulah

SMU Negeri 1 Cisarua dikenal dimasyarakat sebagai SMU Negeri Plus.

Dengan berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, akhimya

SMU Negeri 1 Cisarua dibangun di atas tanah seluas 75.000 m2 dengan fasilitas

17 rungan belajar,l ruang makan, 4 ruang asrama, ruang kantor dan ruang lab IPA

dan Bahasa. SMU Negeri 1 Cisarua ini dibina oleh tenaga pendidik dengan

kependidikan lainnya yaitu gum mata pelajaran berjumlah 43 orang, gum pembimbing 3 orang yang berstatus gum tetap, dan 6 orang tenaga tata usaha tetap dan 3 orang tenaga tata usaha tidak tetap. Pada saat ini keadaan siswa SMU Negeri 1 Cisarua khususnya peserta program khusus berjumlah 255 orang yang yang tersebar dari 26 Kabupaten dan Kota dengan rincian : tahun 95/96 = 40 orang, tahun 96/96 = 38 orang, tahun 97/98 = 73 orang, tahun 98/99 = 17 orang,

tahun 99/00 = 54 orang, dan tahun 00/01 = 33 orang. Lulusan SMU Negeri 1

Cisarua 6 tahun terakhir berjumlah 166 orang dengan melanjutkan keperguruan

tinggi negeri sebanyak 130 orang, keperguruan tinggi swasta sebanyak 15 orang dan selebihnya lagi diprediksi kembali kemasyarakat/dunia kerja.

Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas

(14)

berorientasi kualitas dan tuntutan dunia kerja yang diharapkan oleh stakeholder

maupun costumer. Sesungguhnya penataan pendidikan yang optimal akan

diimplementasikan melalui empat strategi yaitu: (1) pemerataan kesempatan, (2)

peningkatan relevansi, (3) peningkatan kualitas dan (4) peningkatan efisiensi.

Pertama, sehubungan dengan pemerataan kesempatan pendidikan yang

didalamnya terkandung makna setiap warga negara memiliki peluang yang sama

untuk memperoleh pendidikan, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 pasal 31

ayat 1 yang berbunyi tiap-tiap warga negara mendapatkan pengajaran, begitu pula

dalam undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pasal

9 ayat (2) dinyatakan "warganegara yang memiliki kemampuan kecerdasan luar

biasa berhak memperoleh perhatian khusus", serta tidak dibedakan menumt jenis

kelamin, status sosial ekonomi, agama dan lokasi geografis.

Ditinjau dari latar belakang keluarga dan status ekonomi tidak semua warga negara memiliki kemampuan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Seperti yang diamanatkan UUD 1945 pasal 34 fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Namun ditinjau dari prestasi akademik temyata

siswa-siswa tersebut memiliki potensi dasar yang tinggi, berdasarkan data nilai

ebtanas murni yang diperoleh di SLTP atau madrasah Tsanawiyah, oleh karena itu

(15)

Dilihat sasaran dari sekolah unggul di atas maka Notosusanto (1985; 50)

menjelaskan bahwa:

" bangsa yang sedang membangun sangat memerlukan bakat-bakat

yang istimewa, karena itu anak yang mempunyai bakat istimewa itu dipupuk agar mereka bias berkembang tanpa hambatan. Kita memerlukan

mereka itu agar nanti dapat menjadi pimpinan intelektual maupun pimpinan dibidang lain..."

Kedua, dalam aspek relevan terkandung makna link and match yang

menekankan bahwa pembangunan pendidikan hams ditingkatkan keterkaitan dan keterpautannya dengan tuntutan kebutuhan pembangunan masa kini maupun masa yang akan datang (Suatu pemikiran awal SMA Plus di Jawa Barat 1995). Dengan demikian untuk mewujudkan makna link and match tersebut kepala daerah tingkat I propinsi Jawa Barat, mengadakan kerja sama dengan perusahaan Texmaco. Dalam kerjasama tersebut pemerintah daerah tingkat I menyediakan lokasi (bempa sebidang tanah dengan luas kurang 1500 m2) untuk membangun work shop beserta fasilitasnya antara lain, mesin bubut, mesin tekstil, mesin peralatan, mesin spare part mobil dan CNC machine. Begitu pula menyediakan instruktur, dana untuk biaya operasional dan memberikan kesempatan kepada siswa yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau menyalurkan

tenaga kerja sesuai kebutuhan PT. Texmaco.

Ketiga, dalam aspek kualitas pendidikan mencakup kualitas proses dan

produk proses belajar mengajar secara efektif dan siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna ditunjang oleh sumber daya optimal. Dengan demikian proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk yang

(16)

Pada kesempatan ini, tenaga pendidik yang profesional dalam upaya

meningkatkan profesional gum, maka pihak kantor wilayah Departemen

Pendidikan Nasional Dinas Pendidikan Pemda Jawa Barat memberdayakan gum-gum tersebut guna mendukung kegiatan belajar mengajar siswa program khusus

melalui kegiatan penataran dan pelatihan khusus yang dilaksanakan di tingkat

kabupaten, propinsi maupun tingkat nasional. Diharapkan gum-gum tersebut

memiliki kemampuan intelektual tinggi, keunggulan aspek moral, keimanan,

ketakwaan, disiplin, tanggungjawab dan keluasan wawasan kependidikannya

dalam mengelola kegiatan proses belajar mengajar.

Bagi siswa yang berprestasi diangkat sebagai anak asuh untuk dapat

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Disamping itu siswa dibekali

keterampilan untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat, sesuai

dengan tuntutan pembangunan pada masa kini dan masa yang akan datang.

Sehingga mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat. Bahkan mereka menjadi

sumber daya yang diperlukan oleh masyarakat.

Keempat, dari segi efektifitas penggunaan sumber daya mempunyai nilai

strategis dalam memacu keterlibatan semua lapisan masyarakat dan dunia swasta

untuk berperan aktif dalam pembangunan pendidikan.

Suatu kebijakan yang telah berhasil diselesaikan pemerintah melalui

jajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka meningkatkan

kualitas lulusan adalah menata sekolah, yang dimulai dari penetapan visi, misi

melalui perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana, kurikulum hingga

(17)

pendidikan. Lebih dari itu, Nanang Fattah (2000; 1) menyatakan kegiatan inti

organisasi sekolah adalah mengelola sumberdaya manusia (SDM) mengharapkan

menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan

masyarakat, serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada pembangunan bangsa. Sebagai salah satu upaya peningkatan

kualitas sumberdaya manusia serta peningkatan derajat sosial masyarakat, sekolah

sebagai institusi pendidikan perlu dikelola diatur, ditata dan diberdayakan agar

sekolah dapat menghasilkan produk secara optimal. Optimalisasi

sumber-sumberdaya berkenaan dengan pemberdayaan sekolah merupakan alternatif yag

paling tepat untuk mewujudkan suatu sekolah yang mandiri dan memiliki

keunggulan yang tinggi.

Pengelolaan pendidikan di SMU Plus Pemda Tingkat I propinsi Jawa

Barat ini menggunakan "Cooperative Education System " yaitu kerja sama dengan

berbagai sektor diantaranya; Kanwil Depdiknas (koordinator), Kanwil Depnaker,

Kanwil Depkop, Dinas Perikanan, Dinas Perkebunan, Dinas pertanian, Dinas

kehutanan, Dinas Perindustrian, dan Dinas Pariwisata, Sektor Badan Usaha Milik Negara, Sektor privat dan swasta.

Keunggulan-keungulan yang dimiliki oleh SMU Negeri 1 Cisarua adalah

Kegiatan ekstra kurikuler yang terdiri dari pelatihan bahasa Inggeris yang diberikan pada hari Senin sampai dengan Jum'at dengan waktu pelaksanaan jam 13.00- 14.15, dan jam 14.15-15.30 dengan berbagai level kelas. Kegiatan latihan

bahasa arab diberikan hari Rabu sampai dengan Jum'at pada jam 04.45-05.45.

(18)

13.30-14.30. Untuk menunjang kegiatan kurikuler yang diberikan kepada^peierta "*>

program khusus adalah 20 unit komputer.

Adapun acuan dasar dari tujuan umum sekolah unggul atau sekolah plus

adalah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam

GBHN dan UUSPN, yaitu:

1. mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan pendidikan nasional yang bermuara pada tujuan pembangunan nasional.

2. meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

3. meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.

4. Meningkatkan kualiatas sumber daya manusia dan meningkatkan kemampuan anak agar dapat menolong diri sendiri dan membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

5. Memupuk dan mengembangkan peserta didik yang memiliki bakat, potensi tinggi sehingga menghasilkan peserta didik unggul yang siap

membangun bangsanya.

6. Menjadikan SMU Plus Negeri 1 Cisarua sebagai sebuah "model pembangunan SMU selanjutnya"

7. Menghasilkan keluarga pendidik yang memiliki keunggulan dalam hal : (a) Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) Nasionalisme dan patriotisme yang tinggi; (c) Wawasan IPTEK yang mendalam dan luas ; (d) Motivasi dan yang tinggi untuk

mencapai prestasi dan keunggulan; (e) Kepekaan sosial dan

kepemimpinan; dan (f) Disiplin tinggi ditunjang oleh kondisi fisik yang prima dan pendekatan psikologis, tujuan pendidikan diatas meliputi pengembangan bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik

Melihat dari karakteristik dari SMU Negeri 1 Cisarua untuk program

(19)

1. Siswa

(a) Latar belakang keluarga, siswa tersebut anak yatim, atau yatim piatu, dibuktikan dengan kartu keluarga; (b) Latar belakang keluarga tidak mampu, dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan setempat; (c)

Nilai EBTANAS Mumi minimal 40,00 (empat puluh koma nol nol); (d) Rata-rata

STTB yang dimaksud di atas minimal 7,00 (rujuh koma nol nol); (e) Lulus psikotest (tes intelegansi dan kreativitas); (f) Lulus tes fisik/ kesehatan; (g) Diutamakan dari panti asuhan; dan (h) Berdomisili dalam wilayah Propinsi Jawa

Barat.

2. Ketenagaan

a. Tenaga struktural yang meliputi: (1) Seorang kepala Tata Usaha dengan

eselon VA;(2) Anggota/Staf Urusan Tata Usaha.

b. Tenaga fungsional terdiri dari: (1) Seorang Kepala Sekolah; (2) Gum Mata Pelajaran; (3) Gum Bimbingan Karier; (4) Gum Laboratorium; (5) Pustakawan; (6) Pengembang Kurikulum; (7) Peneliti dan Pengembang. c. Tenaga Instruktur terdiri dari: (1) Instruktur Komputer; (2) Instruktur Bahasa

Inggris; (3) Instruktur Akuntansi; (4) Instruktur Pertanian, Petemakan, dan Perikanan; dan (5). Instrukturdari PT Texmaco (elekto-nika dan otomotif).

3. Kurikulum

(20)

sistematis linier, dan konvergen, integrasi antara kepentingan kebutuhan

dan tuntunan kebutuhan masa depan, serta kondisi spesifik daerah Propi

Barat.

Kurikulum dimaksud adalah kurikulum yang dapat memberi bekal kepada

siswa untuk memperoleh pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan IPTEK dan kesenian. Juga kurikulum yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitamya. Sehingga dapat menumbuhkan minat dan daya tarik yang besar sehubungan dengan pengembangan pengetahuan ataupun kegunaan yang bersifat praktis dalam

kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian kurikulum peserta program khusus pada SMU Negeri 1 Cisarua di bagi dua bagian yaitu kurikulum nasional dan tambahan (Plus) Kurikulum nasional sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 061/u/1993.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa peserta program khusus pada

(21)

11

Bahkan pada saat liburan atau pada hari Sabtu setelah proses belajar dan Minggu, siswa disebarkan ke penduduk yang ada disekitar asrama untuk dapat

merasakan kehidupan keluarga dan menyesuaikan diri dengan masyarakat

setempat. Sehubungan latar belakang SMU Plus adalah siswa yatim, piatu, atau

yatim piatu dan tidak mampu dan berasal dari panti asuhan.

Kurikulum tambahan (Plus) sesuai dengan kurikulum pendidikan

masyarakat dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan yang menopang

tuntutan tenaga kerja di berbagai bidang. Misalnya bidang elektonika, otomotif,

pariwisata, jasa boga, tekstil dan mekanikal. Kurikulum tambahan ini diharapkan dapat meningkatkan semangat wiraswasta, daya juang, etos kerja dan tanggung jawab.

Selain itu dikembangkan pula ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan

kegiatan kurikuler. Diantaranya pramuka, palang merah remaja, beladiri,

kesenian, kesetiakawanan sosial, kerohanian, dan pasukan keamanan sekolah.

Kegiatan ekstra kurikuler bertujuan diantaranya; untuk meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa, mengembangkan bakat minat, kemampuan dan

keterampilan dalam upaya pembinaan pribadi dan mengenal hubungan antara

mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

4. Fasilitas

(22)

12

mengembangkan fasilitas ini berbagai upaya Pemerintah Tingkat I telah

dilaksanakan.

Pertama, kerja sama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat dalam hal ini

sarana dan prasarana, misalnya: asrama, dan fasilitas lain penunjang proses belajar

mengajar. Pengelolaannya dilimpahkan kepada Yayasan Dharmaloka Propinsi

Jawa Barat. Depdiknas berperan serta dalam menyediakan tenaga Fungsional,

Strukrural dan Instruktur serta ruang kelas yang bersumber dari dana APBN.

Kedua kerjasama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat dengan instalasi

pemerintah lain yaitu Kantor Wilayah Pendidikan Nasional dan Kantor Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan yang ada diwilayah Propinsi Jawa Barat. Pemda

Tingkat I menyediakan tanah sedangkan instalasi menyediakan sarana, instruktur

dan biaya operasional.

Ketiga, kerjasama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat dengan pihak

swasta telah dirintis kerjasama dengan Texmaco. Dalam kerjasama tersebut

Pemerintah Daerah Tingkat I menyediakan lokasi (berupa sebidang tanah dengan

luas +1500M2) untuk pembangunan "Work Shop" sedangkan pihak PT Texmaco

menyediakan dana investasi untuk pembangunan "Work Shop" beserta

fasilitasnya diantaranya: mesin bubut, mesin tekstil, mesin peralatan mesin spare

part mobil dan CNC machine. Begitu pula menyediakan instruktur, dana untuk

operasional dan memberikan kesempatan kepada siswa berprestasi untuk

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau menyalurkan tenaga kerja sesuai

(23)

13

Keempat, kerjasama Pemda Tingkat I Jawa Barat dengan beberapa Pemda

Tingkat II di Jawa Barat Pemerintah telah mengupayakan perwakilan siswa dan

dana selama siswa tersebut memperoleh pendidikan di SMU Negeri 1 Cisama

sesuai dengan kemampuan dan pendapatan daerahnya.

Berdasarkan

pada

kebijakan

pendidikan

nasional,

program

pengembangan SMU unggul sebagaimana dijelaskan diatas pelaksanaan

pengelolaan pendidikan yang optimal merupakan kegiatan yang penting sebagai

pendukung utama dalam upaya mengembangkan mutupendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan termasuk SMU dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Salah satu cara atau tindakan yang strategis untuk meningkatkan

kualitas hasil (produktivitas) dari suatu sistem antara lain dengan melalui

manajemen dan pengendalian.

Berkaitan dengan manajemen Terry dalam Malayu S.P. Hasibuan (1996; 2) manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan

untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
(24)

14

Namun menurut pengamatan sementara peneliti (pra survey) di lapangan

masdih terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang bertumpu pada

masalah pengelolaan siswa peserta program khusus pada SMU Negeri 1 Cisama

masih dianggap belum efektif.

Keberadaan masalah efektivitas terlihat adanya beberapa masalah yang

dihadapi antara lain koordinasi, mutu dan status profesionalisme tenaga gum yang

belum ditingkatkan sebab bagaimanapun juga faktor gum tumt menentukan akan

keberhasilan siswa didiknya, kedisiplinan peserta program khusus yang masih

hams terns dibina, kesenjangan antara kurikulum tambahan (plus) dan

pelaksanaannya belum optimal dilaksanakan, seperti keterampilan-keterampilan

bidang kegiatan elektronika, otomotif, pariwisata, jasa boga, teknik dan mekanikal

yang semua itu bisa menopang tuntutan kerja diberbagai bidang dan diharapkan

dapat meningkatkan semangat wiraswasta, daya juang, etos kerja dan tanggung

jawab.

Dari temuan-temuan sementara tersebut peneliti berkeyakinan ada hal-hal yang belum dilaksanakan secara optimal atau belum diciptakan suatu kondisi manajemen yang dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan program

peserta khusus di SMU Negeri 1 Cisama.

B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian

(25)

15

Sistem Pengelolaan Pembinaan Siswa Peserta Program Khusus pada SMU

Negeri I Cisarua?"

Dari fokus masalah di atas dapat dikemukakan rumusan-rumusan masalah

yang dianalisis sebagai berikut:

1. bagaimanakah proses perencanaan strategik pada peserta program

khusus?.

2. Bagaimanakah visi dan misi dalam penyelenggaraan pembinaan

peserta progran khusus padaSMU Negeri I Cisama?

3. Bagaimanakah Strategi untuk mewujudkan visi dan misi peserta

program khusus pada SMU Negeri I Cisarua?

4. Bagaimanakah Rekrutmen dan Seleksi peserta program khusus pada

SMU Negeri I Cisama?

5. Bagaimanakah pembinaan yang diberikan kepada peserta program

khusus pada SMU Negeri I Cisama?

6. Bagaimanakah evaluasi pembinaan peserta program khusus pada

SMU Negeri 1Cisama ?

C. Tujuan Penelitian.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

penyelenggaraan pembinaan peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama,

dilihat dari efektifitas pengelolaan kesiswaan. Sedangkan tujuan khusus adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis visi dan misi pengelolaan siswa peserta

(26)

16

2. Mendeskripsikan dan menganalisis strategi untuk mewujudkan visi dan

misi peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis dengan pendekatan Swot sistem

rekrutmen dan seleksi siswa peserta program khusus pada SMU Negeri I

Cisarua.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis pembinaan yang dilakukan terhadap

siswa peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama.

5. Mendeskripsikan dan menganalisis evaluasi pembinaan peserta program

khusus pada SMU Negeri 1Cisama.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan

diantaranya sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola maupun pihak-pihak

yang terkait untuk menentukan tindakan-tindakan guna meningkatkan

efektifitas pengelolaan pembinaan siswa peserta program khusus melalui

pendayagunaan sumber daya manusia dan dalam rangka meningkatkan

produktifitas pengelolaan.

2. Sebagai bahan alternatif model dalam mengembangkan pembinaan siswa

peserta program khusus pada proses pembelajaran yang lebih efektif.

E. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan alur pikir sebuah karya ilmiah yang akan dilalui.

(27)

17

suatu perencanaan disusun terlebih dahulu menetapkan visi dan misi suatu

organisasi/lembaga. Sebab visi itu merupakan suatu citra masa depan yang

diimpikan. Visi ini juga akan menunjukkan kemana arah organisasi akan pergi

pada masa yang akan datang. Sedangkan misi dimaksudkan mengapa suatu

organisasi/lembaga perlu dibentuk. Maka visi dan misi ini mempunyai hubungan

yang erat sekali dengan tujuan (goals).

Untuk mencapai tujuan suatu organisasi/lembaga, maka faktor bahan mentah (input) akan mempunyai pengaruh. Maka yang menjadi input dalam paradigma penelitian ini adalah calon siswa yang akan direkrut berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan. Kesalahan dalam merekrut siswa akan berpengamh

terhadap proses dan bermasalah dalam produk/lulusan.

Setelah calonsiswadidapatkan maka langkah berikut yang perlu dilakukan

adalah seleksi. Seleksi dilakukan dengan tujuan untuk memilih calon siswa yang

sesuai dengan persyaratan atau kualifikasi tertentu. Kegiatan seleksi dapat

dilakukan dengan berbagai macam metoda. Maka siswa yang lolos dalam seleksi akan diterima sebagai siswa peserta program khusus pada SMU Negeri 1 Cisama.
(28)

18

akademik aspek yang dibina adalah kerohanian, disiplin secara umum, bergaul

dengan lingkungan.

Pembinaan yang dilakukan terhadap siswa baik secara akademik maupun non akademik disebut sebagai proses terhadap input yang telah diterima

berdasarkan rekruitmen dan seleksi. Proses merupakan faktor yang sangat

menentukan keberhasilan/produk suatu organisasi/lembaga. Input yang kurang

memadai diproses dengan baik besar kemungkinan akan menghasilkan kualitas

tinggi. Input yang baik dan diproses dengan cuma-cuma akan menghasilkan

kualitas yang tidak memadai. Dalam proses ini siswa diberikan dua pelayanan dalam rentang waktu yang berbeda pula yaitu program umum yang berlaku untuk semua siswa dan program khusus yang berlaku untuk siswa peserta program

khusus.

Evaluasi merupakan pemantauan, monitoring dan penilaian terhadap proses yang dilakukan baik terhadap program umum (reguler) maupun terhadap program khusus yang diberikan kepada siswa peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama. Evaluasi ini akan sangat berguna sebagai bahan informasi untuk menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan. Sebab tindak lanjut itu merupakan solusi yang dianggap paling tepat setelah melihat hasil-hasil yang didapati selama proses dilakukan. Dari evaluasi ini juga akan memberikan umpan balik kepada seleksi yang telah dilakukan terhadap calon siswa sebagai input.

(29)

19

Berbagai hal yang hams diperhitungkan dalam menentukan langkah tindakan

yang strategis adalah kondisi ekstem maupun intern organisasi baik yang

mempakan kekuatan , yang mendukung maupun yang menghambat tindakan strategis yang akan dilaksanakan.

Secara skematik paradigma penelitian ini dapat dilihat dalam gambar

sebagai berikut:

Gambar 2.

Manajemen Pembinaan Kesiswaan

(30)

-4-20

F. Sistimatika Tesis

Tesis yang berjudul "Pengembangan Model Manajemen Pembinaan Siswa Peserta Program Khusus pada Sekolah Menengah Umiari" ini disusun dalam lima

bab. Setiap babnya secara garis besar berisikan sebagai berikut:

Bab pertama; mengungkapkan hal-hal yang menjadi dasar penelitian ini

dilakukan. Uraian tersebut mencakup Latar Belakang Masalah, Permasalahan dan

Pertanyaan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Paradigma Penelitian serta

Sistimatika Tesis.

Bab kedua; menguraikan tentang tinjauan kepustakaan yang berisikan

Sekolah Menengah Umum dalam sistem Persekolahan yang terdiri dari (a) peranan dan fungsi SMU, (b) manajemen pendidikan/sekolah, yang mebicarakan visi, misi serta strategi SMU, Ruang Lingkup manajemen SMU, dan selanjutnya manajemen Siswa SMU juga memuat: Tuntutan belajar siswa SMU, persyaratan

lain SMU, dan pembinaan siswa SMU. Proses Pembinaan Staregik, Model

Pembinaan Strategik. Upaya peningkatan mutu SMU terdiri dari beberapa

komponen yaitu: mutu belajar mengajar. Mutu gum, mutu fasilitas dan mutu

siswa.

Bab ketiga; Mengungkapkan metodologi penelitian yang digunakan.

Uraian ini terdiri dari proses penelitian yang mencakup metode penelitian, sampel

penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, pelaksanaan peneltian,

analisis hasil penelitian dan keabsahan hasil penelitian.

Bab keempat; mengemukakan hasil penelitian yang mencakup visi dan

misi yang dianut siswa peserta program khusus, strategi dalam mewujudkan visi

dan misi, sistem rekmtmen dan seleksi yang dilakukan, serta sistem pembinaan

(31)

akademik maupun non akademik, sistem evaluasi yang dilakukan daf\ tirrtSgk-. ,"•£? lanjut yang diberikan kepada alumni siswa peserta program khusus.

Bab kelima; mempakan bab penutup yang berisikan kesimpulan, implikasi

(32)
(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis

tentang model pengembangan peserta program khusus dalam menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar di SMU Negeri Cisarua. Metode yang

digunakan yaitu metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif.

Maksud penelitian deskriptif ini berusaha mendeskripsikan suatu

fenomena, kejadian atau peristiwa yang terjadi pada saat ini, dimana peneliti

berusaha memotret model pengembangan dan pembinaan peserta program khusus

yang menjadi pusat perhatian yang dilanjutkan atau digambarkan sebagai mana

adanya. Oleh karena itu penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri diantaranya: (1)

penelitian ini obyeknya latar alamiah, (2) teknik sebagai alat pengumpul data

utama, (3) menggunakan metode kualitatif, (4) teori dasar, (5) penelitian ini

dibatasi oleh fokus atau pertanyaan penelitian, (6) desain penelitian bersipat sementara yang dapat bembah sesuai dengan fokus penelitian, (7) mementingkan

proses dari pada hasil, (8) analisis data secara induktif, (9) keabsahan data diuji

dengan validitas data penelitian berdasarkan validitas internal dan ekstemal, (10)

hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama, (11) laporan berisikan

kutipan atau kata-kata. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Nasution (1988:

9-10) ciri-ciri penelitian kualitatif-naturalistik yaitu: (1) sumber data adalah situasi

yang wajar atau natural setting, (2) peneliti sebagai intmmen penelitian, (3) sangat

deskriptif, (4) mementingkan proses maupun produk, (5) mencari makna

(34)

92

dibelakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah satu situasi, (6) mengutamakan data langsung atau firtshand, (7) triangulasi, (8) menonjolkan rincian kontekstual, (9) subyek yang diteliti dipandang

berkedudukan sama dengan peneliti, (10) mengutamakan perspektif, artinya

mementingkan pandangan responden, (11) verifikasi, (12) sampling yang purvosive, (13) menggunakan audit trail, (14) partisipasi tanpa mengganggu, (15) mengadakan analisis sejak penelitian awal, dan (16) disain penelitian tampil dalam proses penelitian.

B. Setting Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMU Negeri I Cisama Jin. Temsan

Kol. Masturi No. Tip. (022) 2700050, Kabupaten Bandung. Pertimbangan

memilih lokasi tersebut diatas karena faktor wilayah kerja, waktu, biaya dan selain itu juga karena mudah dijangkau, pelaku-pelaku mudah didekati, dan situasi sosialnya mudah diamati, sehingga memperlancar proses penelitian. Kemudian yang menjadi pertimbangan lebih khusus karena karakteristik kelayakan obyek yang sangat memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang akan menunjang

tercapainya tujuan penelitian.

Suharsimi Arikunto (1993; 102) mengatakan bahwa, populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak

(35)

93

dan sampel pada dasarnya mengacu pada totalitas semua nilai yang mungkin,

hasil pengukuran atau perhitungan, kuantitaif maupun kualitatif dari pada

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Adapun sebagian populasi

yang diambil, dinamakan sampel atau contoh (Sudjana, 198: 10). Sampel adalah

sebagian dari populasi yang benar-benar diamati. Sebagaimana yang dikatakan

oleh Nasution (1991; 118), sampel adalah sebagian individu yang diamati.

Sedangkan menumt Moleong (2000; 165) sampel yang dimaksud dalam

penelitian bersifat informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian .

Dengan demikian populasi dan sampel dalam penelitian ini terdiri dari

semua personil yang memberikan informasi demi untuk kelengkapan data yang

diperlukan. Untuk pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian kualitatif

menumt Nasution (198: 11) ialah sebagai berikut: "Penelitian kualitatif tidak

menggunakan sampel yang acak dan juga tidak menggunakan populasi dan

sampel yang banyak. Dalam penelitian kualitatif ini biasanya menggunakan

sampel sedikit dan sampel dipilih menumt tujuan penelitian". Oleh karena itu sesuai dengan kebutuhan data dan tujuan penelitian, serta pertimbangan yang berdasarkan akuntabilitas dan kelayakannya dalam memberikan pemahaman

makna terhadap masalah yang diteliti, tidak ditentukan berapa jumlahnya, maka

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah semua unsur yang terlibat

(36)

94

Sampel yang disebutkan di atas akan tems berkembang bergantung pada ajuan dan pertimbangan kelengkapan informasi sesuai dengan data yang diperlukan. Dalam hal ini Nasution (1988; 32-33) menjelaskan bahwa untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat ditemskan sampai pada taraf

"redudancy", ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan

responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi bam yang berarti. Dengan kata lain sampel dianggap memadai apabila sudah

ditemukan pola tertentu dari informasi yang dikumpulkan pada saat itu.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1.Teknik Pengumpulan Data

Mengingat instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (1988: 55-56) tentang

ciri-ciri manusia sebagai instrumen penelitian, yaitu: (1) Peneliti sebagai alat peka

dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang hams

diperkirakan bermakna, (2) peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus, (3) tiap situasi mempakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen bempa angket

atau tes yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia (4) suatu

situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan

(37)

95

dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk

memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, dan penolakan. Agar proses

pengumpulan data dapat dilakukan secara lebih terarah, oleh karena itu peneliti

menggunakan teknik pengumpul data diantaranya adalah studi dokumentasi,

wawancara, dan observasi. Ketiga teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang saling melengkapi dan menunjang tentang model pengembangan dan

pembinaan peserta program khusus di SMU Negeri I Cisama. Adapun sebagai

rincian teknik pengumpul data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Observasi: yaitu melakukan pengamatan baik langsung maupun tidak langsung tentang manajemen pembinaan siswa peserta program khusus pada SMUNegeri I Cisarua yangdilakukan oleh pihak pengelola.

b. Wawancara: yaitu melakukan tanya jawab tatap muka atau

mengkonfirmasikan kepada sampel penelitian dengan mempedomani

materi wawancara yang telah disusun. Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari sampel penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan terdahulu.

c. Dokumentasi bertujuan untuk melengkapi data yang bersumber bukan dari manusiayang dapat mencek kesesuaian data secara triangulasi.

(38)

96

2. Instrumen Pengumpul Data

Instrumen pengumpul data yang paling tepat digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah manusia, karena perilaku manusia paling tepat direkam dengan alat manusia juga. Instrumen dalam penelitian ini penulis mencoba membuat sendiri seperangkat alat observasi, pedoman wawancara yang digunakan sebagai panduan umum dalam proses pencatatan data.

D. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap seperti yang dikemukakan

oleh Nasution (1992: 33) yaitu

(1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, (3) tahap member check

Tahap orientasi mempakan penelitian awal untuk memperoleh gambaran

permasalahan yang lebih lengkap guna memantapkan fokus penelitian. Setelah

berkonsultasi dengan pembimbing dan disain penelitian telah disetujui, penulis mengadakan studi pendahuluan dengan melakukan serangkaian wawancara secara informal, observasi tidak langsung dan menyebarkan angket bila diperlukan.

Tahap eksplorasi dilakukan penelitian sebenarnya, yakni pengumpulan data yang berkenaan dengan fokus dan tujuan penelitian. Setelah segala persyaratan perizinan terpenuhi.

(39)

97

wawancara juga sedapat mungkin menarik kesimpulan bersama-sama dengan

responden. Hal ini dimaksudkan mengurai kesalah fahaman dalam menafsirkan

informasi yang disampaikan. Selain itu catatan lapangan yang ditik dalam kesempatan lain, hasilnya diminta koreksi dari nara sumber yang bersangkutan. Sebagai tindak lanjut dilakukan observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi

kepada responden maupun nara sumber lain yang berkompeten. Waktu

pelaksanaan member check dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.

E. Analisis Data Penelitian

Nasution (1992: 126) mengatakan analisis data adalah proses penyusunan

data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola,

tema atau katagori. Tanpa katagori atau klasifikasi akan terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna pada analisis, menjelaskan pola atau

katagori,

dan

mencari

hubungan

antara

berbagai

konsep.

Interpretasi

menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Kebenaran

hasil penelitian dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain.

Generalisasi lebih bersifat hipotesis kerja yang senantiasa hams diuji lagi kebenarannya dalam situasi lain.
(40)

98

Interprestasi berarti menyusun dan merakit unsur-unsur yang ada dengan cara yang bam, memmuskan hubungan bam dengan yang lama, mengadakan

proyeksi dari apa yang ada. Dalam penelitian kualitatif biasanya banyak

dilakukan dengan cara konvergen, yang kreatif dan mengundang resiko serta spekulasi.

Interprestasi dapat dilakukan sepanjang penelitian dengan mencoba memahami data yang diperoleh. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian

ini adalah:

1. Reduksi Data.

Reduksi data adalah mencatat atau mengetik kembali dalam bentuk

uraian atau laporan yang terinci. Reduksi data sangat membantu analisis data sejak awal penelitian dilakukan. Laporan lapangan yang direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis supaya mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Data Display (mempertunjukan data)

(41)

99

3. Verification.

Adalah upaya untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Untuk itu

peneliti mencari pola, thema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul,

hipotesis dan sebagainya. Memang penelitian pertama lebih kabur dan kesimpulan

lebih bersifat tentatif, tetapi setelah data bertambah dan analisis dilakukan secara tems menems, kesimpulan dari makna data akan lebih "grounded". Untuk

memantapkan kesimpulan tersebut agar lebih grounded maka verifikasi perlu

dilakukan selama pelaksanaan penelitian dan selama analisis data.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan kriteria-kriteria efektivitas dan efisiensi tertentu yang telah dipilih sebagai dasar dan pedoman dalam

melakukan analisis.

F. Validitas Data Penelitian

Menumt Lincoln dan Guba (1981), Nasution (1988: 114-124), dan

Muhadjir (1990: 150-159), menyatakan bahwa tingkat kepercayaan diri hasil

penelitian kualitatifditentukan oleh 4 kriteria yaitu

1. Kredibilitas (validitas internal)

2. Transferabilitas (validitas ekstemal)

3. Dependabilitas (reliabilitas)

4. Confirmabilitas (obyektivitas).

Dalam penelitian ini diusahakan supaya hasil penelitian dapat memenuhi

persyaratan atau kriteria-kriteria di atas.

/. Kredibilitas

Kredibiltas hasil-hasil penemuan menunjukan seberapa jauh kebenaran

(42)

100

konsep validitas internal pada penelitian non kualitatif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden. Untuk mencapai kredibilitas yang diharapkan dapat dilakukan dengan (a) triangulasi> yaitu proses mencek kebenaran data yang diperoleh dari sumber lain tentang hal

yang sama, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu berlainan, dan

dengan menggunakan metode yang berlainan (Nasution, 1988:115; Miles dan

Huberman (terjemahan), 1992: 434-437). (b) Peer debriefing, (pembicaraan

dengan kolega) yaitu kegiatan untuk membahas dan membicarakan hasil

penelitian di lapangan dengan teman atau kolega, dengan tujuan untuk memperoleh pandangan-pandangan yang netral dan obyektif, serta masukan-masukan baik bempa kritik atau pertanyaan-pertanyaan yang akan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan dari hasil penelitian. (c) Penggunakan bahan

referensi. Penggunaan bahan referensi dalam penelitian ini dapat dilakukan

dengan menggunakan hasil rekaman tape recorder dan kamera foto. (d)

Mengadakan member ChecK Kegiatan member check ini dilakukan dengan

mengkonfirmasikan hasil penelitian baik yang diperoleh dari wawancara,

observasi, maupun studi dokumentasi dengan responden untuk dinilai kesusiannya

dengan informasi yang diberikannya dan keadaan yang sebenamya.

2. Transferabilitas

(43)

101

konteks. Dalam hal ini peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data

deskriptif untuk membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk itu

peneliti memverifikasi hasil-hasil penelitian. Sehubungan dengan ini Nasution

(1988: 118) mengemukakan:

Bagi peneliti naturalistik trasnferability bergantung pada sipemakai, yakni

hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks

dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin "validitas

ekstemal" ini. Ia hanya melihat trasnferbility sebagai suatu kemungkinan. Ia telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia mencapai hasil

penelitiannya itu. Apakah hasil penelitiannya itu dapat diterapkan,

diserahkan kepada pembaca dan pemakai. Bila pemakai melihat ada dalam

penelitian itu yang serasi bagi situasi yang dihadapinya maka disitu

tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua

situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menumt keadaan

masing-masing.

Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam Bab I bahwa tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pengelolaan

pembinaan siswa peserta program khusus pada SMU 1 Negeri, maka

trasnferabilitas dari hasil penelitian ini adalah kemungkinan dapatnya diterapkan hasil temuan tentang efektivitas dan efesiensi pengelolaan sekolah menengah

umum yang dijadikan obyek penelitian diatas pada situasi lain dengan

mengadakan penyesuaian tanpa mengabaikan asumsi-asumsi yang mendasarinya.

3. Dependebilitas

Dependabilitas (kebergantungan), yaitu melihat sejauh mana hasil

penelitian bergantung pada keandalan. Dalam penelitian non kualitatif disebut

reliabiliti yaitu hasil pengulangan sama karena kondisi dan esensi sama. Namun

konsep dependability lebih luas karena meninjau dari segi kekonsistenan dalam

(44)

102

membuat tafsiran dan mengambil kesimpulan (Nasution, 1988: 151).

Dependabilitas ini dapat diusahakan dengan melakukan "audit trail" yaitu dengan

mempelajari laporan-laporan lapangan, dan laporan-laporan selanjutnya, sampai

laporan penelitian selesai untuk mengetahui kekonsistenan peneliti dalam setiap

aspek penelitian.

4. Konfirmabilitas

(45)
(46)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab V mempakan bab terakhir dari laporan hasil penelitian ini, yang

uraiannya menyajikan tiga masalah pokok, yaitu kesimpulan hasil penelitian,

implikasi hasil penelitian dan rekomendasi hasil penelitian.

A. Kesimpulan Hasil Penelitian.

Sesuai dengan fokus permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu

(1) Bagaimanakah visi dan misi Yayasan Darmaloka dalam memberikan

pembinaan kepada siswa peserta program khusus?; (2) Bagaimanakah strategi

untuk mewujudkan visi dan misi siswa peserta program khusus pada Yayasan

Darmaloka?; (3) Bagaimanakah rekmitmen dan seleksi siswa peserta program

khusus pada Yayasan Darmaloka?; (4) Bagaimanakah pembinaan yang diberikan

kepada siswa peserta program khusus di Yayasan Darmaloka?; (5) Aspek-aspek

apa sajakah yang dibina terhadap siswa peserta program khusus?; dan (6)

Pihak-pihak manakah yang terlibat dalam memberikan pembinaan siswa peserta

program khusus pada Yayasan Darmaloka?.

Untuk lebih mempertajam kesimpulan hasil penelitian ini, akan

dikembangkan menjadi beberapa buah kesimpulan yaitu sebagai berikut:

Kesatu, Belum terdapat model perencanaan strategi yang dipedomani oleh

yayasan Darmaloka yang memberikan pembinaan kepada siswa peserta program

khusus, sehingga didalam memberikan pembinaan Yayasan Darmaloka tidak

mempunyai strategi dan sasaran yang jelas.

(47)

147

Kedua, Belum terdapat visi dan misi tertulis yang jelas pada Yayasan

Darmaloka dalam mengelola siswa peserta program khusus dalam upaya

membentuk sumberdaya manusia yang unggul dan yang mampu berkompetitif di

era globalisasi. Bila visi dan misi belum terencana dengan jelas, maka Yayasan

Darmaloka juga tidak mempunyai strategi untuk mewujudkan visi tersebut. Untuk

mencapai manusia yang unggul temyata dibutuhkan visi, misi dan strategi yang

jelas dari sebuah organisasi

Ketiga, Sistem rekmitmen dan seleksi yang dikembangkan dalam penarikan

calon siswa peserta program khusus adalah sistem yang dikembangkan oleh tim

yang dibentuk oleh Yayasan Darmaloka. Langkah-langkah yang dilakukan adalah

(a) pemberian informasi kepada seluruh SLTP yang ada di Jawa Barat temtama

daerah sulit terpencil dengan rentang waktu ditentukan terlebih dahulu serta

persyaratan tertentu pula; (b) menerima pendaftaran; (c) menyeleksi kelengkapan

pendaftaran secara administratif; (d) mengadakan wawancara yang mempakan

bagian dari seleksi; (e) pengumuman siswa yang diterima sebagai peserta program

khusus; dan (f) penetapan siswa ditempatkan di asrama sebagai siswa peserta

program khusus. Sistim informasi yang dilalui ini terlalu panjang, sehingga

sasaran sering terlambat menerima informasi. Banyak masyarakat yang

membutuhkan bantuan pendidikan tetapi tidak mendapatkan kesempatan.

Keempat, Sistem pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta program

khusus temyata dengan menggunakan waktu belajar diluar jam belajar efektif,

dengan memanfaatkan waktu siang sampai sore dengan memakai fasilitas

(48)

148

Kelima, Aspek-aspek siswa yang dibina bersifat akademik melalui berbagai

pelatihan temyata belumlah cukup untuk membekali siswa hidup mandiri. Karena

dalam pelaksanakan pelatihan, fasilitas yang dimiliki sangatiah terbatas serta

program yang diberikan selalu usang, sehingga program-program yang di kuasai

siswa selalu tertinggal dengan perkembangan teknologi. Pembinaan yang

diberikan melalui non akademik, mempakan program unggulan Yayasan Darmaloka dalam membentuk siswa sebagai makhluk sosial yang mampu

bersosialisasi dengan lingkungannya dengan baik. Pembinaan kedisiplinan dan

kerohanian lebih diutamakan karena dari kedua aspek ini akan membentuk

kepribadian siswalebihbaik.

Keenam, Didalam memberikan pembinaan kepada siswa peserta program

khusus temyata banyak melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak yang terlibat

secara langsung dengan pembinaan ini seperti semua unsur manusia yang ada

diasrama Yayasan Darmaloka, kepala SMU Negeri 1 Cisarua beserta gum dan

staf. Pihak-pihak yang terlibat secara tidak langsung dalam memberikan

pembinaan kepada siswa peserta program khusus adalah unsur Pemda Tingkat I

Jawa Barat, orangtua siswa, masyarakat yang berada di sekitar asrama dan

berbagai lembaga pelatihan yang adadi Jawa Barat.

Ketujuh; Bila pembinaan yang dilakukan terhadap siswa peserta program

khusus dilakukan secara profesional dan didukung oleh berbagai fasilitas akan

memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya

(49)

149

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan beberapa kesimpulan hasil penelitian seperti yang telah

diuraikan di atas, maka secara umum dapat disebutkan bahwa dalam berbagai

aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini perlu disempurnakan kembali.

Karena akan memiliki implikasi yang penting dalam pengembangan Yayasan

Darmaloka Pemda Tingkat I Jawa Barat dimasa depan yaitu: Dapat lebih

terjamin terealisasinya visi Yayasan Darmaloka sebagai sebuah Yayasan yang

sesuai dengan kebutuhan visi pembangunan di Jawa Barat. Dengan dapat

terealisasi visi Yayasan Dannaloka untuk masa depan ini, jelas akan

memposisikan keberadaan Yayasan Darmaloka mempunyai nilai unggul

dibandingkan dengan yayasan-yayasan lain yang ada di Jawa Barat.

Demikian juga kalau Yayasan Darmaloka mampu mengemban misi yang

telah ditetapkan, serta tujuan yang sesuai dengan visi pembangunan daerah Jawa

Barat, juga akan menjadikan Yayasan Darmaloka sebuah yayasan yang berperan

sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia dalam arti yang luas.

Berkaitan dengan strategi yang akan dipergunakan dalam upaya

merealisasikan visi, mengemban misi maupun dalam pencapaian tujuan, Yayasan

Darmaloka dimasa depan hendaknya secara jelas dapat menetapkan strateginya.

Implikasi lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah masalah kebijakan

yang diambil oleh Yayasan Darmaloka. Kebijakan-kebijakan yang diputuskan

untuk mengembangkan Yayasan Darmaloka dimasa depan itu supaya relevan

(50)

150

juga dalam rangka merealisasikan visi, mengemban misi maupun dalam rangka

mencapai tujuan yayasan secara efektif.

Dengan demikian lebih ringkas dapat disebutkan bahwa apabila berbagai

kelemahan dan kekurangan yang diungkapkan di dalam kesimpulan di atas dapat

disempumakan akan membawa implikasi yang sangat besar, yaitu akan dapat

menjamin pengembangan Yayasan Darmaloka dimasa depan menjadi suatu

yayasan yang besar dan unggul sebagai pusat pengembangan pembinaan dalam

arti yang luas, memiliki keunikan yaitu program pelatihan maupun

program-program andalan.

C. Rekomendasi Hasil Penelitian.

Berdasarkan pada beberapa kesimpulan dan implikasi hasil penelitian

seperti yang telah disebutkan di atas, maka dibawah ini disajikan beberapa

rekomendasi yang ditujukan kepada Yayasan Darmaloka Pemda Tingkat I Jawa

Barat.

Kesatu, Dalam mengelola suatu organisasi hendaknya mempunyai tujuan yang

jelas, yang tergambar dalam visi, misi serta strategi yang bisa dilihat dan diamati

oleh semua orang. Kemudian tujuan yang tergambar dalam visi tersebut juga

dapat dipantau sejauh mana sudah terlaksana dan kendala yang ditemui dalam

pelaksanaannya.

Kedua, Sistem informasi yang dilakukan dalam perekmtan siswa hendaknya

jangan terlalu panjang, sehingga sasaran informasi dapat diterima tepat pada

(51)

151

tidak diterima. Karena Yayasan Darmaloka bempaya membentuk sumberdaya

manusia yang unggul hendaknya lebih mengutamakan kualitas dengan sedikit

mengabaikan kuantitas.

Ketiga, Pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta program khusus

secara akademik, hendaknya jangan terlalu usang, sehingga siswa bila tidak

mampu melanjutkan keperguruan tinggi dapat mengimplementasikannya

pengalamannya di lapangan pekerjaan dengan teknologi mutakhir. Justm itu

hendaknya instruktur selalu mempunyai wawasan luas dan memprediksi

kebutuhan pasar kerja untuk beberapa tahun yang akan datang, sehingg siswa

yang telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihannya melalui Yayasan

Darmaloka dapat hidup mandiri dimasyarakat global.

Keempat, Dalam memberikan keterampilan kepada siswa peserta program

khusus, tidaklah cukup mengandalkan kemampuan semata, tanpa hams diiringi

dengan fasilitas yang memadai. Untuk itu diharapkan kepada Yayasan Darmaloka

Pemda Tingkat I Jawa Barat dapat berkerjasama dengan berbagai instansi dalam

rangka melengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam pelatihan.

Kelima, Hal yang paling dibutuhkan adalah adanya kerja sama antara pihak

Yayasan Darmaloka dengan berbagai lembaga, temtama industri yang bisa

menampung siswa yang telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan, karena

terkesan siswa yang dibina melalui Yayasan Darmaloka mempunyai keunggulan

tersendiri bila dibandingkan dengan siswa reguler. Inilah yang akan membuat

reputasi Yayasan Darmaloka lebih unggul dari Yayasan lainnya.

Keenam; Dalam melakukan perekmtan calon siswa peserta program khusus

(52)

152

yang dimiliki, melainkan hams ada indikator yang lainnya seperti ketekunan

dalam belajar, memiliki akhlak yang baik, keuletan dalam bekerja dan kegiatan

ekstrakurikuler lainnya, hal ini dapat dilihat dari prestasi akademik semasa di

SLTP sebelumnya.

Ketujuh; Dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas

Yayasan Darmaloka memang mempakan suatu wadah yang di harapkan oleh

semua pihak, namun akan mempunyai manfaat yang sangat minimal jika Yayasan

Darmaloka tersebut masih tetap bertahan dengan model pembinaan yang

tradisional. Karena itu sebaiknya Yayasan Darmaloka selalu mengikuti

perkembangan dan menciptakan pelatihan yang ada relevansinya dengan

kehidupan masyarakat temtama yang ada didaerah pedesaan, hal ini disarankan

untuk memberikan pelatihan pertanian, petemakan, perkebunan serta perikanan

(53)

Referensi

Dokumen terkait

1) Menghimpun data yang bersumber dari bagian akademik dan admisi untuk mahasiswa jenjang D3 dan S1, selanjutnya diintegrasikan untuk dilakukan data cleaning. 2) Menentukan

Skripsi dengan judul “ Penerapan Strategi PAILKEM untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Materi Dimensi Tiga Siswa Kelas X di MA At-Thohiriyah Ngantru Tahun

It is correctly reported that "Islam started atypical and unique and will again become as atypical and unique as it started." 15 It is mentioned in al Nil and

Sedangkan untuk kandungan karbohidrat tanaman duku pada saat akhir trubus tidak berbeda nyata untuk semua umur namun ada kecenderungan bahwa tanaman duku yang berumur

Pola hubungan pengaruh implementasi kebijakan restrukturisasi terhadap efektivitas organisasi di Sekretariat Daerah Kota Manado tersebut adalah sangat berarti/nyata atau

Dalam kegiatan belajar kebiasaan belajar sangat berperan penting untuk mempertahankan nilai yang baik sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh bagaimana pola

Barasak berdarah adalah suatu peristiwa yang pernah terjadi pada zaman dahulu di suatu desa yang sekarang disebut Barasak. Desa ini terletak di antara desa Lagon

Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik yang dilakukan terhadap 62 kasus nodul tiroid yang terdiri dari 18 kasus karsinoma papiler,13 kasus nodul folikular jinak