PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBINAAN SISWA PESERTA PROGRAM KHUSUS
PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM
( Studi Kasus pada SMU Negeri 1 Cisarua yang bekerjasama dengan Yayasan Darmaloka Pemda Jawa Barat)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
£fe
OLEH
WiWIN WINARNI NIM : 989728
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISETUJUI DAN DISAHKAN
OLEH
PEMBItfBINGI
PROF. DR. H. TB. AB1N SYAMSEDDIN MAKMUN. MA
PEMBIMBING II
PROF. DR. H. DTAM'AN SATORI. MA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISETUJUI DAN DISAHKAN
o
L E H
KETUA PROGRAM STUDI ADMINIST11ASI PENDIDIKAN
PROF. DR H. TB. ABIN SVAMSUDDIN MAKMUN. MA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
B A N D U N G
PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBINAAN SISWA PESERTA PROGRAM KHUSUS PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM
Studi Kasus pada SMU Negeri 1 Cisarua yang bekerjasama dengan
Yayasan Darmaloka Pemda Jawa Barat.Oleh Wiwin Winarni
Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuannya adalah
berusaha untuk mengungkapkan, mendeskripsikan dan menganalisis sistem
pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta program khusus pada SMU
Negeri 1 CisaruaKabupaten Bandung.Teknik dan instrumen pengumpulan data dengan menggunakan observasi
partisipatif yang meliputi: teknik wawancara, dan dokumentasi. Prosedur danteknik yang dilakukan dalam menganalisis datanya adalah: mereduksi data,
menyajikan data, display data, menarik kesimpulan dan menarik verifikasi.Prosedur dan tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian ini, adalah dengan
melakukan eksplorasi yang meluas dan menyeluruh dengan mengadakan
pendekatan secara terbuka kepada responden, dengan maksud untuk mengetahui
gambaran menyeluruh dari fokus permasalahan. Kemudian melakukan eksplorasi
fokus masalah, lebih lanjut mengecek dan memeriksa data.Sebagai hasil penelitian yang ditemui di lapangan bahwa Yayasan
Darmaloka belum mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas dan tertulis dalammengelola siswa peserta program khusus dalam rangka mempersiapkan
sumberdaya manusia untuk mampu berkompetetif di era globalisasi.Sistem rekmitmen dan seleksi yang dilakukan terhadap siswa peserta
program khusus, kurang berjalan dengan baik sesuai dengan konsep perekrutan
sumberdaya manusia. Sistem pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta
program khusus dapat dilakukan melalui dua komponen yaitu: Pertama; secara
akademik yang mencakup pelatihan komputer, pelatihan bahasa Arab, pelatihan
Akuntansi serta pelatihan Bahasa Inggris. Waktu yang diberikan untuk mengikuti
pelatihan akademik itu diluar jam belajar efektif yang dimulai jam 13.30 -17.00
wib. Kedm; secara non akademik yang meliputi kedisiplinan dan kerohanian/olahraga. Aspek kedisiplinan yang diterapkan temtama disiplin dalam pemakaian
waktu dan penggunaan berbagai fasilitas. Sedang aspek kerohanian menyangkut
keagamaan, cara bersosialisasi dengan lingkungan.Evaluasi yang dilakukan selama memberikan pembinaan kepada siswa
peserta program khusus secara akademik dilakukan setiap akhir materi pelatihanatau setiap enam bulan yang dilakukan oleh pembina mata pelajaran secara lokal
dan secara nasional dilakukan oleh lembaga pendidikan sosial masyarakat.
Sedangkan evaluasi untuk kegiatan non akademik tidak terjadual, artinya setiap
kegiatan diberikan selalu diadakan evaluasi. Belum terdapat tindak lanjut yang
diberikan kepada siswa peserta program khusus, baik yang akan melanjutkan ke
Perguruan Tinggi maupun yang akan terjun kelapangan pekerjaan dimasyarakat.DAFTAR ISI
Hal
LEMBARAN PENGESAHAN LEMBARAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
j
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Hi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah i
B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
14
C. Tujuan Penelitian
j5
D. Manfaat Penelitian
16
E. Paradigma Penelitian
16
F. Sistimatika Tesis
20
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. Sekolah Menengah Umum dalam Sistem Persekolahan 22
1. Peranan dan Fungsi Sekolah Menengah Umum
27
2. Manajemen Pendidikan Sekolah 29
a) Visi, Misi Sekolah Menengah Umum 32
b) Stategi Pencapaian Visi 40
c) Ruang Lingkup Manajemen Sekolah Menengah
Umum 42
3. Manajemen Sekolah Menengah Umum 44
a) Tuntutan Belajar Siswa Sekolah Menengah Umum
44
b) Persyaratan Sekolah Menengah Umum 46 c) Pembinaan Siswa Sekolah Menengah Umum 47(1) Pengertian Pembinaan Siswa 47
(2) Maksud dan Tujuan Pembinaan 51
(3) Sasaran Pembinaan 56
4. Karakteristik Manajemen Peserta Program Khusus
57
B. Perencanaan Strategik Pembangunan Pendidikan di SekolahMenengah 59
C. Model Perencanaan Strategik di Sekolah Menengah
65
D. Upaya-upata Peningkatan Mum Sekolah Menengah Umum.... 71
1. Pengertian Mutu dalam Pendidikan 71
2. Mutu Belajar Mengajar 73
3. Mutu Gum 74
4. Mutu Fasilitas 79
5. Mutu Siswa 82
a. Perekrutan 83
b. Proses Seleksi 87
c. Faktor-faktor yang diperhitungkan dalam proses
seleksi 87
d. Tantangan dalam Proses Seleksi 87
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 88
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 91
B. Setting Penelitian
92
C. Teknik Instrumen Pengumpulan Data
94
D. Tahap Pelaksanaan Penelitian
96
E. Analisis Data 97
F. Validitas Data Penelitian 99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 103
1. Proses Penyusunan Perencanaan Strategik pada Peserta
Program Khusus 103
a. Kondisi Lingkungan Internal Peserta Program Khusus 104 b. Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang 106 1) Kekuatan Peserta Program Khusus 106
2) Faktor Kelemahan 106
3) Tantangan Masalah dan Peluang 107
4) Isu-isu Utama (Masalaha Pokok) 109
2. Visi, Misi Peserta Program Khusus 110
3. Strategi Pencapaian Visi Ill
4. Rekrutmen dan Seleksi Peserta Program Khusus \\2 a. Rekrutmen Peserta Program Khusus \\2
b. Seleksi Peserta Program Khusus 117
5. Sistem Pembinaan Peserta Program Khusus 118
a. Pembinaan Akademik 119
b. Pembinaan Non Akademik 124
6. Evaluasi Pembinaan Peserta Program Khusus 127
B. Pembahasan Hasil Penelitian 128
1. Proses Penyusunan Rencana Strategik Peserta Program
Khusus 128
a. Lingkungan Internal Peserta Program Khusus 129 b. Lingkungan Ekstemal Peserta Program Khusus 130
c. Kekuatan Peserta Program Khusus 132
d. Kelemahan Peserta Program Khusus 132 e. Peluang Pengembangan Peserta Program Khusus 134 f. Tantangan Pengembangan Peserta Program Khusus.... 135 2. Visi dan Misi serta Strategi Peserta Program Khusus 136 3. Rekruitmen dan Seleksi Peserta Program Khusus 138
4. Pembinaan Peserta Program Khusus 142
a. Pembinaan Akademik 142
b. Pembinaan Non Akademik 143
5. Evaluasi Pembinaan Peserta Program Khusus 144
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Penelitian 146
B. Implikasi Hasil Penelitian 149
C. Rekomendasi Hasil Penelitian 150
DAFTAR PUSTAKA 153
DAFTAR GAMBAR
Gambar No. Hal
1. Struktur Organisasi Pembinaan Peserta Program Khusus 14
2. Paradigma Penelitian 19
3. Mekanisme Rekruitmen Peserta Program Khusus 113 4. Mekanisme Pembinaan Terhadap Peserta Program Khusus 118
DAFTAR TABEL
Tabel No. Hal
1. Rekapitulasi Jumlah Siswa Peserta Program Khusus Tiap Kabupaten dan Kotamadia tahun pelajaran 1995/1996-2000/2001
(angkatan I sd. IV) 114
2. Rekapitulasi perolehan NEM tahun Pelajaran
1995/1995-200/2001 (angkatan I sd. IV) 116
3. Jadual Pelatihan Bahasa Inggris 120
4. Jadual Pelatihan Akuntasi Dasar 121
5. Jadual Pelatihan Bahasa Arab 122
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian
2. SK Kerjasama antara pihak Yayasan Darmaloka dan pihak Kanwil Depdikbud Jawa Barat
3. Surat Izin Penelitian dari Direktur PPS UPI Bandung 4. Surat Izin Penelitian dari Yayasan Darmaloka
5. Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara filosofi manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah
dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan. Potensi ini adalah anugerah
yang diberikan kepada manusia dan hams dimanfaatkan. Manusia secara fitrahnya
memiliki persamaan potensi dalam sifat dan karakteristik, namun potensi tersebut
memiliki tingkat dan jenis yang berbeda. Dalam keadaan seperti ini ada sebagian
golongan yang memiliki potensi yang lebih tinggi tingkatannya dengan golongan umum. Untuk mengembangkan potensi itu maka lahirlah apa yang dinamakan
sebagai sekolah unggul.
A.W. Praktinya (1993; 5) memberikan pengertian sekolah unggul yaitu :
Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikan. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input/intake, misalnya gum dan
tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan dan sarana
penunjangnya) serta proses pendidikan diarahkan untuk menunjang
tercapainya tujuan tersebut.
Sekolah unggul senantiasa didasari visi bahwa upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang bermuara kepada tujuan pembangunan bangsa, memerlukan usaha-usaha
sistimatik, terarah dan intensional dalam menggali dan mengembangkan potensi
damai dengan berdasarkan Pancasila serta dihormati oleh bangsa-bangsa lain
dalam percaturan global.
Bedasarkan hal tersebut di atas maka sekolah unggul merupakan salah satu jawaban untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya
manusia Indonesia sebagai subjek dan wahana untuk mencapai tujuan
pembangunan bangsa.
Sebagaimana yang digariskan oleh maksud sekolah unggul di atas maka,
salah satu jawabannya adalah SMU Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung yang
difokuskan pada peserta program khusus.
SMU Negeri 1 Cisarua berdiri pada tahun 1987 dengan nama SMA
Negeri 1 Cisarua pada awalnya merupakan kelas jauh dari SMU Negeri 1 Lembang dengan lokasi di desa Parongpong. Dengan mendapatkan SK. 0260/0/1994 tanggal 5 Oktober 1994, tahun 1994 SMA Negeri 1 Cisarua mulai mandiri dan diresmikan sekaligus lokasi sudah beralih ke Kampung Pameungpeuk desa Jambudipa Kecamatan Cisarua. Di dalam perjalanan sejarahnya pada tahun pelajaran 1995/1996 didasari rasa kepedulian Bapak Gubemur Propinsi Jawa Barat dengan maksud untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada
anak-anak usia sekolah menengah lanjutan atas, yatim-piatu serta kurang mampu
Kebudayaan Nomor: 421.3/07/HUK/1997 tanggal 3 Maret 1997. Semenjak itulah
SMU Negeri 1 Cisarua dikenal dimasyarakat sebagai SMU Negeri Plus.
Dengan berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, akhimya
SMU Negeri 1 Cisarua dibangun di atas tanah seluas 75.000 m2 dengan fasilitas
17 rungan belajar,l ruang makan, 4 ruang asrama, ruang kantor dan ruang lab IPA
dan Bahasa. SMU Negeri 1 Cisarua ini dibina oleh tenaga pendidik dengan
kependidikan lainnya yaitu gum mata pelajaran berjumlah 43 orang, gum pembimbing 3 orang yang berstatus gum tetap, dan 6 orang tenaga tata usaha tetap dan 3 orang tenaga tata usaha tidak tetap. Pada saat ini keadaan siswa SMU Negeri 1 Cisarua khususnya peserta program khusus berjumlah 255 orang yang yang tersebar dari 26 Kabupaten dan Kota dengan rincian : tahun 95/96 = 40 orang, tahun 96/96 = 38 orang, tahun 97/98 = 73 orang, tahun 98/99 = 17 orang,
tahun 99/00 = 54 orang, dan tahun 00/01 = 33 orang. Lulusan SMU Negeri 1
Cisarua 6 tahun terakhir berjumlah 166 orang dengan melanjutkan keperguruan
tinggi negeri sebanyak 130 orang, keperguruan tinggi swasta sebanyak 15 orang dan selebihnya lagi diprediksi kembali kemasyarakat/dunia kerja.
Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
berorientasi kualitas dan tuntutan dunia kerja yang diharapkan oleh stakeholder
maupun costumer. Sesungguhnya penataan pendidikan yang optimal akan
diimplementasikan melalui empat strategi yaitu: (1) pemerataan kesempatan, (2)
peningkatan relevansi, (3) peningkatan kualitas dan (4) peningkatan efisiensi.
Pertama, sehubungan dengan pemerataan kesempatan pendidikan yang
didalamnya terkandung makna setiap warga negara memiliki peluang yang sama
untuk memperoleh pendidikan, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 pasal 31
ayat 1 yang berbunyi tiap-tiap warga negara mendapatkan pengajaran, begitu pula
dalam undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pasal
9 ayat (2) dinyatakan "warganegara yang memiliki kemampuan kecerdasan luar
biasa berhak memperoleh perhatian khusus", serta tidak dibedakan menumt jenis
kelamin, status sosial ekonomi, agama dan lokasi geografis.
Ditinjau dari latar belakang keluarga dan status ekonomi tidak semua warga negara memiliki kemampuan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Seperti yang diamanatkan UUD 1945 pasal 34 fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Namun ditinjau dari prestasi akademik temyata
siswa-siswa tersebut memiliki potensi dasar yang tinggi, berdasarkan data nilai
ebtanas murni yang diperoleh di SLTP atau madrasah Tsanawiyah, oleh karena itu
Dilihat sasaran dari sekolah unggul di atas maka Notosusanto (1985; 50)
menjelaskan bahwa:
" bangsa yang sedang membangun sangat memerlukan bakat-bakat
yang istimewa, karena itu anak yang mempunyai bakat istimewa itu dipupuk agar mereka bias berkembang tanpa hambatan. Kita memerlukan
mereka itu agar nanti dapat menjadi pimpinan intelektual maupun pimpinan dibidang lain..."
Kedua, dalam aspek relevan terkandung makna link and match yang
menekankan bahwa pembangunan pendidikan hams ditingkatkan keterkaitan dan keterpautannya dengan tuntutan kebutuhan pembangunan masa kini maupun masa yang akan datang (Suatu pemikiran awal SMA Plus di Jawa Barat 1995). Dengan demikian untuk mewujudkan makna link and match tersebut kepala daerah tingkat I propinsi Jawa Barat, mengadakan kerja sama dengan perusahaan Texmaco. Dalam kerjasama tersebut pemerintah daerah tingkat I menyediakan lokasi (bempa sebidang tanah dengan luas kurang 1500 m2) untuk membangun work shop beserta fasilitasnya antara lain, mesin bubut, mesin tekstil, mesin peralatan, mesin spare part mobil dan CNC machine. Begitu pula menyediakan instruktur, dana untuk biaya operasional dan memberikan kesempatan kepada siswa yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau menyalurkan
tenaga kerja sesuai kebutuhan PT. Texmaco.
Ketiga, dalam aspek kualitas pendidikan mencakup kualitas proses dan
produk proses belajar mengajar secara efektif dan siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna ditunjang oleh sumber daya optimal. Dengan demikian proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk yang
Pada kesempatan ini, tenaga pendidik yang profesional dalam upaya
meningkatkan profesional gum, maka pihak kantor wilayah Departemen
Pendidikan Nasional Dinas Pendidikan Pemda Jawa Barat memberdayakan gum-gum tersebut guna mendukung kegiatan belajar mengajar siswa program khusus
melalui kegiatan penataran dan pelatihan khusus yang dilaksanakan di tingkat
kabupaten, propinsi maupun tingkat nasional. Diharapkan gum-gum tersebut
memiliki kemampuan intelektual tinggi, keunggulan aspek moral, keimanan,
ketakwaan, disiplin, tanggungjawab dan keluasan wawasan kependidikannya
dalam mengelola kegiatan proses belajar mengajar.
Bagi siswa yang berprestasi diangkat sebagai anak asuh untuk dapat
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Disamping itu siswa dibekali
keterampilan untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat, sesuai
dengan tuntutan pembangunan pada masa kini dan masa yang akan datang.
Sehingga mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat. Bahkan mereka menjadi
sumber daya yang diperlukan oleh masyarakat.
Keempat, dari segi efektifitas penggunaan sumber daya mempunyai nilai
strategis dalam memacu keterlibatan semua lapisan masyarakat dan dunia swasta
untuk berperan aktif dalam pembangunan pendidikan.
Suatu kebijakan yang telah berhasil diselesaikan pemerintah melalui
jajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka meningkatkan
kualitas lulusan adalah menata sekolah, yang dimulai dari penetapan visi, misi
melalui perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana, kurikulum hingga
pendidikan. Lebih dari itu, Nanang Fattah (2000; 1) menyatakan kegiatan inti
organisasi sekolah adalah mengelola sumberdaya manusia (SDM) mengharapkan
menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan
kontribusi kepada pembangunan bangsa. Sebagai salah satu upaya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia serta peningkatan derajat sosial masyarakat, sekolah
sebagai institusi pendidikan perlu dikelola diatur, ditata dan diberdayakan agar
sekolah dapat menghasilkan produk secara optimal. Optimalisasi
sumber-sumberdaya berkenaan dengan pemberdayaan sekolah merupakan alternatif yag
paling tepat untuk mewujudkan suatu sekolah yang mandiri dan memiliki
keunggulan yang tinggi.
Pengelolaan pendidikan di SMU Plus Pemda Tingkat I propinsi Jawa
Barat ini menggunakan "Cooperative Education System " yaitu kerja sama dengan
berbagai sektor diantaranya; Kanwil Depdiknas (koordinator), Kanwil Depnaker,
Kanwil Depkop, Dinas Perikanan, Dinas Perkebunan, Dinas pertanian, Dinas
kehutanan, Dinas Perindustrian, dan Dinas Pariwisata, Sektor Badan Usaha Milik Negara, Sektor privat dan swasta.
Keunggulan-keungulan yang dimiliki oleh SMU Negeri 1 Cisarua adalah
Kegiatan ekstra kurikuler yang terdiri dari pelatihan bahasa Inggeris yang diberikan pada hari Senin sampai dengan Jum'at dengan waktu pelaksanaan jam 13.00- 14.15, dan jam 14.15-15.30 dengan berbagai level kelas. Kegiatan latihan
bahasa arab diberikan hari Rabu sampai dengan Jum'at pada jam 04.45-05.45.
13.30-14.30. Untuk menunjang kegiatan kurikuler yang diberikan kepada^peierta "*>
program khusus adalah 20 unit komputer.
Adapun acuan dasar dari tujuan umum sekolah unggul atau sekolah plus
adalah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
GBHN dan UUSPN, yaitu:
1. mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan pendidikan nasional yang bermuara pada tujuan pembangunan nasional.
2. meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3. meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.
4. Meningkatkan kualiatas sumber daya manusia dan meningkatkan kemampuan anak agar dapat menolong diri sendiri dan membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
5. Memupuk dan mengembangkan peserta didik yang memiliki bakat, potensi tinggi sehingga menghasilkan peserta didik unggul yang siap
membangun bangsanya.
6. Menjadikan SMU Plus Negeri 1 Cisarua sebagai sebuah "model pembangunan SMU selanjutnya"
7. Menghasilkan keluarga pendidik yang memiliki keunggulan dalam hal : (a) Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) Nasionalisme dan patriotisme yang tinggi; (c) Wawasan IPTEK yang mendalam dan luas ; (d) Motivasi dan yang tinggi untuk
mencapai prestasi dan keunggulan; (e) Kepekaan sosial dan
kepemimpinan; dan (f) Disiplin tinggi ditunjang oleh kondisi fisik yang prima dan pendekatan psikologis, tujuan pendidikan diatas meliputi pengembangan bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik
Melihat dari karakteristik dari SMU Negeri 1 Cisarua untuk program
1. Siswa
(a) Latar belakang keluarga, siswa tersebut anak yatim, atau yatim piatu, dibuktikan dengan kartu keluarga; (b) Latar belakang keluarga tidak mampu, dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan setempat; (c)
Nilai EBTANAS Mumi minimal 40,00 (empat puluh koma nol nol); (d) Rata-rata
STTB yang dimaksud di atas minimal 7,00 (rujuh koma nol nol); (e) Lulus psikotest (tes intelegansi dan kreativitas); (f) Lulus tes fisik/ kesehatan; (g) Diutamakan dari panti asuhan; dan (h) Berdomisili dalam wilayah Propinsi Jawa
Barat.
2. Ketenagaan
a. Tenaga struktural yang meliputi: (1) Seorang kepala Tata Usaha dengan
eselon VA;(2) Anggota/Staf Urusan Tata Usaha.
b. Tenaga fungsional terdiri dari: (1) Seorang Kepala Sekolah; (2) Gum Mata Pelajaran; (3) Gum Bimbingan Karier; (4) Gum Laboratorium; (5) Pustakawan; (6) Pengembang Kurikulum; (7) Peneliti dan Pengembang. c. Tenaga Instruktur terdiri dari: (1) Instruktur Komputer; (2) Instruktur Bahasa
Inggris; (3) Instruktur Akuntansi; (4) Instruktur Pertanian, Petemakan, dan Perikanan; dan (5). Instrukturdari PT Texmaco (elekto-nika dan otomotif).
3. Kurikulum
sistematis linier, dan konvergen, integrasi antara kepentingan kebutuhan
dan tuntunan kebutuhan masa depan, serta kondisi spesifik daerah Propi
Barat.
Kurikulum dimaksud adalah kurikulum yang dapat memberi bekal kepada
siswa untuk memperoleh pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan IPTEK dan kesenian. Juga kurikulum yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitamya. Sehingga dapat menumbuhkan minat dan daya tarik yang besar sehubungan dengan pengembangan pengetahuan ataupun kegunaan yang bersifat praktis dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian kurikulum peserta program khusus pada SMU Negeri 1 Cisarua di bagi dua bagian yaitu kurikulum nasional dan tambahan (Plus) Kurikulum nasional sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 061/u/1993.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa peserta program khusus pada
11
Bahkan pada saat liburan atau pada hari Sabtu setelah proses belajar dan Minggu, siswa disebarkan ke penduduk yang ada disekitar asrama untuk dapat
merasakan kehidupan keluarga dan menyesuaikan diri dengan masyarakat
setempat. Sehubungan latar belakang SMU Plus adalah siswa yatim, piatu, atau
yatim piatu dan tidak mampu dan berasal dari panti asuhan.
Kurikulum tambahan (Plus) sesuai dengan kurikulum pendidikan
masyarakat dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan yang menopang
tuntutan tenaga kerja di berbagai bidang. Misalnya bidang elektonika, otomotif,
pariwisata, jasa boga, tekstil dan mekanikal. Kurikulum tambahan ini diharapkan dapat meningkatkan semangat wiraswasta, daya juang, etos kerja dan tanggung jawab.
Selain itu dikembangkan pula ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan
kegiatan kurikuler. Diantaranya pramuka, palang merah remaja, beladiri,
kesenian, kesetiakawanan sosial, kerohanian, dan pasukan keamanan sekolah.
Kegiatan ekstra kurikuler bertujuan diantaranya; untuk meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa, mengembangkan bakat minat, kemampuan dan
keterampilan dalam upaya pembinaan pribadi dan mengenal hubungan antara
mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
4. Fasilitas
12
mengembangkan fasilitas ini berbagai upaya Pemerintah Tingkat I telah
dilaksanakan.
Pertama, kerja sama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat dalam hal ini
sarana dan prasarana, misalnya: asrama, dan fasilitas lain penunjang proses belajar
mengajar. Pengelolaannya dilimpahkan kepada Yayasan Dharmaloka Propinsi
Jawa Barat. Depdiknas berperan serta dalam menyediakan tenaga Fungsional,
Strukrural dan Instruktur serta ruang kelas yang bersumber dari dana APBN.
Kedua kerjasama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat dengan instalasi
pemerintah lain yaitu Kantor Wilayah Pendidikan Nasional dan Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan yang ada diwilayah Propinsi Jawa Barat. Pemda
Tingkat I menyediakan tanah sedangkan instalasi menyediakan sarana, instruktur
dan biaya operasional.
Ketiga, kerjasama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat dengan pihak
swasta telah dirintis kerjasama dengan Texmaco. Dalam kerjasama tersebut
Pemerintah Daerah Tingkat I menyediakan lokasi (berupa sebidang tanah dengan
luas +1500M2) untuk pembangunan "Work Shop" sedangkan pihak PT Texmaco
menyediakan dana investasi untuk pembangunan "Work Shop" beserta
fasilitasnya diantaranya: mesin bubut, mesin tekstil, mesin peralatan mesin spare
part mobil dan CNC machine. Begitu pula menyediakan instruktur, dana untuk
operasional dan memberikan kesempatan kepada siswa berprestasi untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau menyalurkan tenaga kerja sesuai
13
Keempat, kerjasama Pemda Tingkat I Jawa Barat dengan beberapa Pemda
Tingkat II di Jawa Barat Pemerintah telah mengupayakan perwakilan siswa dan
dana selama siswa tersebut memperoleh pendidikan di SMU Negeri 1 Cisama
sesuai dengan kemampuan dan pendapatan daerahnya.Berdasarkan
pada
kebijakan
pendidikan
nasional,
program
pengembangan SMU unggul sebagaimana dijelaskan diatas pelaksanaan
pengelolaan pendidikan yang optimal merupakan kegiatan yang penting sebagai
pendukung utama dalam upaya mengembangkan mutupendidikan.Peningkatan mutu pendidikan termasuk SMU dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satu cara atau tindakan yang strategis untuk meningkatkan
kualitas hasil (produktivitas) dari suatu sistem antara lain dengan melalui
manajemen dan pengendalian.
Berkaitan dengan manajemen Terry dalam Malayu S.P. Hasibuan (1996; 2) manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.14
Namun menurut pengamatan sementara peneliti (pra survey) di lapangan
masdih terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang bertumpu pada
masalah pengelolaan siswa peserta program khusus pada SMU Negeri 1 Cisamamasih dianggap belum efektif.
Keberadaan masalah efektivitas terlihat adanya beberapa masalah yang
dihadapi antara lain koordinasi, mutu dan status profesionalisme tenaga gum yang
belum ditingkatkan sebab bagaimanapun juga faktor gum tumt menentukan akankeberhasilan siswa didiknya, kedisiplinan peserta program khusus yang masih
hams terns dibina, kesenjangan antara kurikulum tambahan (plus) dan
pelaksanaannya belum optimal dilaksanakan, seperti keterampilan-keterampilan
bidang kegiatan elektronika, otomotif, pariwisata, jasa boga, teknik dan mekanikalyang semua itu bisa menopang tuntutan kerja diberbagai bidang dan diharapkan
dapat meningkatkan semangat wiraswasta, daya juang, etos kerja dan tanggung
jawab.
Dari temuan-temuan sementara tersebut peneliti berkeyakinan ada hal-hal yang belum dilaksanakan secara optimal atau belum diciptakan suatu kondisi manajemen yang dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan program
peserta khusus di SMU Negeri 1 Cisama.
B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
15
Sistem Pengelolaan Pembinaan Siswa Peserta Program Khusus pada SMU
Negeri I Cisarua?"
Dari fokus masalah di atas dapat dikemukakan rumusan-rumusan masalah
yang dianalisis sebagai berikut:
1. bagaimanakah proses perencanaan strategik pada peserta program
khusus?.
2. Bagaimanakah visi dan misi dalam penyelenggaraan pembinaan
peserta progran khusus padaSMU Negeri I Cisama?
3. Bagaimanakah Strategi untuk mewujudkan visi dan misi peserta
program khusus pada SMU Negeri I Cisarua?
4. Bagaimanakah Rekrutmen dan Seleksi peserta program khusus pada
SMU Negeri I Cisama?
5. Bagaimanakah pembinaan yang diberikan kepada peserta program
khusus pada SMU Negeri I Cisama?
6. Bagaimanakah evaluasi pembinaan peserta program khusus pada
SMU Negeri 1Cisama ?
C. Tujuan Penelitian.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
penyelenggaraan pembinaan peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama,
dilihat dari efektifitas pengelolaan kesiswaan. Sedangkan tujuan khusus adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis visi dan misi pengelolaan siswa peserta
16
2. Mendeskripsikan dan menganalisis strategi untuk mewujudkan visi dan
misi peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis dengan pendekatan Swot sistem
rekrutmen dan seleksi siswa peserta program khusus pada SMU Negeri I
Cisarua.
4. Mendeskripsikan dan menganalisis pembinaan yang dilakukan terhadap
siswa peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama.
5. Mendeskripsikan dan menganalisis evaluasi pembinaan peserta program
khusus pada SMU Negeri 1Cisama.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan
diantaranya sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola maupun pihak-pihak
yang terkait untuk menentukan tindakan-tindakan guna meningkatkan
efektifitas pengelolaan pembinaan siswa peserta program khusus melalui
pendayagunaan sumber daya manusia dan dalam rangka meningkatkan
produktifitas pengelolaan.
2. Sebagai bahan alternatif model dalam mengembangkan pembinaan siswa
peserta program khusus pada proses pembelajaran yang lebih efektif.
E. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan alur pikir sebuah karya ilmiah yang akan dilalui.
17
suatu perencanaan disusun terlebih dahulu menetapkan visi dan misi suatu
organisasi/lembaga. Sebab visi itu merupakan suatu citra masa depan yang
diimpikan. Visi ini juga akan menunjukkan kemana arah organisasi akan pergi
pada masa yang akan datang. Sedangkan misi dimaksudkan mengapa suatu
organisasi/lembaga perlu dibentuk. Maka visi dan misi ini mempunyai hubungan
yang erat sekali dengan tujuan (goals).
Untuk mencapai tujuan suatu organisasi/lembaga, maka faktor bahan mentah (input) akan mempunyai pengaruh. Maka yang menjadi input dalam paradigma penelitian ini adalah calon siswa yang akan direkrut berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan. Kesalahan dalam merekrut siswa akan berpengamh
terhadap proses dan bermasalah dalam produk/lulusan.Setelah calonsiswadidapatkan maka langkah berikut yang perlu dilakukan
adalah seleksi. Seleksi dilakukan dengan tujuan untuk memilih calon siswa yang
sesuai dengan persyaratan atau kualifikasi tertentu. Kegiatan seleksi dapat
dilakukan dengan berbagai macam metoda. Maka siswa yang lolos dalam seleksi akan diterima sebagai siswa peserta program khusus pada SMU Negeri 1 Cisama.18
akademik aspek yang dibina adalah kerohanian, disiplin secara umum, bergaul
dengan lingkungan.
Pembinaan yang dilakukan terhadap siswa baik secara akademik maupun non akademik disebut sebagai proses terhadap input yang telah diterima
berdasarkan rekruitmen dan seleksi. Proses merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan/produk suatu organisasi/lembaga. Input yang kurang
memadai diproses dengan baik besar kemungkinan akan menghasilkan kualitastinggi. Input yang baik dan diproses dengan cuma-cuma akan menghasilkan
kualitas yang tidak memadai. Dalam proses ini siswa diberikan dua pelayanan dalam rentang waktu yang berbeda pula yaitu program umum yang berlaku untuk semua siswa dan program khusus yang berlaku untuk siswa peserta programkhusus.
Evaluasi merupakan pemantauan, monitoring dan penilaian terhadap proses yang dilakukan baik terhadap program umum (reguler) maupun terhadap program khusus yang diberikan kepada siswa peserta program khusus pada SMU Negeri I Cisama. Evaluasi ini akan sangat berguna sebagai bahan informasi untuk menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan. Sebab tindak lanjut itu merupakan solusi yang dianggap paling tepat setelah melihat hasil-hasil yang didapati selama proses dilakukan. Dari evaluasi ini juga akan memberikan umpan balik kepada seleksi yang telah dilakukan terhadap calon siswa sebagai input.
19
Berbagai hal yang hams diperhitungkan dalam menentukan langkah tindakan
yang strategis adalah kondisi ekstem maupun intern organisasi baik yang
mempakan kekuatan , yang mendukung maupun yang menghambat tindakan strategis yang akan dilaksanakan.Secara skematik paradigma penelitian ini dapat dilihat dalam gambar
sebagai berikut:Gambar 2.
Manajemen Pembinaan Kesiswaan
-4-20
F. Sistimatika Tesis
Tesis yang berjudul "Pengembangan Model Manajemen Pembinaan Siswa Peserta Program Khusus pada Sekolah Menengah Umiari" ini disusun dalam lima
bab. Setiap babnya secara garis besar berisikan sebagai berikut:
Bab pertama; mengungkapkan hal-hal yang menjadi dasar penelitian ini
dilakukan. Uraian tersebut mencakup Latar Belakang Masalah, Permasalahan dan
Pertanyaan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Paradigma Penelitian serta
Sistimatika Tesis.
Bab kedua; menguraikan tentang tinjauan kepustakaan yang berisikan
Sekolah Menengah Umum dalam sistem Persekolahan yang terdiri dari (a) peranan dan fungsi SMU, (b) manajemen pendidikan/sekolah, yang mebicarakan visi, misi serta strategi SMU, Ruang Lingkup manajemen SMU, dan selanjutnya manajemen Siswa SMU juga memuat: Tuntutan belajar siswa SMU, persyaratan
lain SMU, dan pembinaan siswa SMU. Proses Pembinaan Staregik, Model
Pembinaan Strategik. Upaya peningkatan mutu SMU terdiri dari beberapa
komponen yaitu: mutu belajar mengajar. Mutu gum, mutu fasilitas dan mutu
siswa.
Bab ketiga; Mengungkapkan metodologi penelitian yang digunakan.
Uraian ini terdiri dari proses penelitian yang mencakup metode penelitian, sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, pelaksanaan peneltian,
analisis hasil penelitian dan keabsahan hasil penelitian.
Bab keempat; mengemukakan hasil penelitian yang mencakup visi dan
misi yang dianut siswa peserta program khusus, strategi dalam mewujudkan visi
dan misi, sistem rekmtmen dan seleksi yang dilakukan, serta sistem pembinaan
akademik maupun non akademik, sistem evaluasi yang dilakukan daf\ tirrtSgk-. ,"•£? lanjut yang diberikan kepada alumni siswa peserta program khusus.
Bab kelima; mempakan bab penutup yang berisikan kesimpulan, implikasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis
tentang model pengembangan peserta program khusus dalam menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar di SMU Negeri Cisarua. Metode yang
digunakan yaitu metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif.
Maksud penelitian deskriptif ini berusaha mendeskripsikan suatu
fenomena, kejadian atau peristiwa yang terjadi pada saat ini, dimana peneliti
berusaha memotret model pengembangan dan pembinaan peserta program khusus
yang menjadi pusat perhatian yang dilanjutkan atau digambarkan sebagai mana
adanya. Oleh karena itu penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri diantaranya: (1)
penelitian ini obyeknya latar alamiah, (2) teknik sebagai alat pengumpul data
utama, (3) menggunakan metode kualitatif, (4) teori dasar, (5) penelitian ini
dibatasi oleh fokus atau pertanyaan penelitian, (6) desain penelitian bersipat sementara yang dapat bembah sesuai dengan fokus penelitian, (7) mementingkan
proses dari pada hasil, (8) analisis data secara induktif, (9) keabsahan data diuji
dengan validitas data penelitian berdasarkan validitas internal dan ekstemal, (10)
hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama, (11) laporan berisikan
kutipan atau kata-kata. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Nasution (1988:
9-10) ciri-ciri penelitian kualitatif-naturalistik yaitu: (1) sumber data adalah situasi
yang wajar atau natural setting, (2) peneliti sebagai intmmen penelitian, (3) sangat
deskriptif, (4) mementingkan proses maupun produk, (5) mencari makna
92
dibelakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah satu situasi, (6) mengutamakan data langsung atau firtshand, (7) triangulasi, (8) menonjolkan rincian kontekstual, (9) subyek yang diteliti dipandang
berkedudukan sama dengan peneliti, (10) mengutamakan perspektif, artinya
mementingkan pandangan responden, (11) verifikasi, (12) sampling yang purvosive, (13) menggunakan audit trail, (14) partisipasi tanpa mengganggu, (15) mengadakan analisis sejak penelitian awal, dan (16) disain penelitian tampil dalam proses penelitian.
B. Setting Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMU Negeri I Cisama Jin. Temsan
Kol. Masturi No. Tip. (022) 2700050, Kabupaten Bandung. Pertimbangan
memilih lokasi tersebut diatas karena faktor wilayah kerja, waktu, biaya dan selain itu juga karena mudah dijangkau, pelaku-pelaku mudah didekati, dan situasi sosialnya mudah diamati, sehingga memperlancar proses penelitian. Kemudian yang menjadi pertimbangan lebih khusus karena karakteristik kelayakan obyek yang sangat memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang akan menunjang
tercapainya tujuan penelitian.
Suharsimi Arikunto (1993; 102) mengatakan bahwa, populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak
93
dan sampel pada dasarnya mengacu pada totalitas semua nilai yang mungkin,
hasil pengukuran atau perhitungan, kuantitaif maupun kualitatif dari pada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang
ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Adapun sebagian populasi
yang diambil, dinamakan sampel atau contoh (Sudjana, 198: 10). Sampel adalah
sebagian dari populasi yang benar-benar diamati. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Nasution (1991; 118), sampel adalah sebagian individu yang diamati.Sedangkan menumt Moleong (2000; 165) sampel yang dimaksud dalam
penelitian bersifat informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian .Dengan demikian populasi dan sampel dalam penelitian ini terdiri dari
semua personil yang memberikan informasi demi untuk kelengkapan data yang
diperlukan. Untuk pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian kualitatif
menumt Nasution (198: 11) ialah sebagai berikut: "Penelitian kualitatif tidak
menggunakan sampel yang acak dan juga tidak menggunakan populasi dan
sampel yang banyak. Dalam penelitian kualitatif ini biasanya menggunakan
sampel sedikit dan sampel dipilih menumt tujuan penelitian". Oleh karena itu sesuai dengan kebutuhan data dan tujuan penelitian, serta pertimbangan yang berdasarkan akuntabilitas dan kelayakannya dalam memberikan pemahamanmakna terhadap masalah yang diteliti, tidak ditentukan berapa jumlahnya, maka
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah semua unsur yang terlibat
94
Sampel yang disebutkan di atas akan tems berkembang bergantung pada ajuan dan pertimbangan kelengkapan informasi sesuai dengan data yang diperlukan. Dalam hal ini Nasution (1988; 32-33) menjelaskan bahwa untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat ditemskan sampai pada taraf
"redudancy", ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan
responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi bam yang berarti. Dengan kata lain sampel dianggap memadai apabila sudah
ditemukan pola tertentu dari informasi yang dikumpulkan pada saat itu.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1.Teknik Pengumpulan Data
Mengingat instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (1988: 55-56) tentang
ciri-ciri manusia sebagai instrumen penelitian, yaitu: (1) Peneliti sebagai alat peka
dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang hams
diperkirakan bermakna, (2) peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus, (3) tiap situasi mempakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen bempa angket
atau tes yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia (4) suatu
situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
95
dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, dan penolakan. Agar prosespengumpulan data dapat dilakukan secara lebih terarah, oleh karena itu peneliti
menggunakan teknik pengumpul data diantaranya adalah studi dokumentasi,
wawancara, dan observasi. Ketiga teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang saling melengkapi dan menunjang tentang model pengembangan danpembinaan peserta program khusus di SMU Negeri I Cisama. Adapun sebagai
rincian teknik pengumpul data yang dimaksud adalah sebagai berikut:a. Observasi: yaitu melakukan pengamatan baik langsung maupun tidak langsung tentang manajemen pembinaan siswa peserta program khusus pada SMUNegeri I Cisarua yangdilakukan oleh pihak pengelola.
b. Wawancara: yaitu melakukan tanya jawab tatap muka atau
mengkonfirmasikan kepada sampel penelitian dengan mempedomani
materi wawancara yang telah disusun. Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari sampel penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan terdahulu.c. Dokumentasi bertujuan untuk melengkapi data yang bersumber bukan dari manusiayang dapat mencek kesesuaian data secara triangulasi.
96
2. Instrumen Pengumpul Data
Instrumen pengumpul data yang paling tepat digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah manusia, karena perilaku manusia paling tepat direkam dengan alat manusia juga. Instrumen dalam penelitian ini penulis mencoba membuat sendiri seperangkat alat observasi, pedoman wawancara yang digunakan sebagai panduan umum dalam proses pencatatan data.
D. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap seperti yang dikemukakan
oleh Nasution (1992: 33) yaitu
(1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, (3) tahap member check
Tahap orientasi mempakan penelitian awal untuk memperoleh gambaran
permasalahan yang lebih lengkap guna memantapkan fokus penelitian. Setelah
berkonsultasi dengan pembimbing dan disain penelitian telah disetujui, penulis mengadakan studi pendahuluan dengan melakukan serangkaian wawancara secara informal, observasi tidak langsung dan menyebarkan angket bila diperlukan.Tahap eksplorasi dilakukan penelitian sebenarnya, yakni pengumpulan data yang berkenaan dengan fokus dan tujuan penelitian. Setelah segala persyaratan perizinan terpenuhi.
97
wawancara juga sedapat mungkin menarik kesimpulan bersama-sama dengan
responden. Hal ini dimaksudkan mengurai kesalah fahaman dalam menafsirkan
informasi yang disampaikan. Selain itu catatan lapangan yang ditik dalam kesempatan lain, hasilnya diminta koreksi dari nara sumber yang bersangkutan. Sebagai tindak lanjut dilakukan observasi dan studi dokumentasi serta triangulasikepada responden maupun nara sumber lain yang berkompeten. Waktu
pelaksanaan member check dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.E. Analisis Data Penelitian
Nasution (1992: 126) mengatakan analisis data adalah proses penyusunan
data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola,
tema atau katagori. Tanpa katagori atau klasifikasi akan terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna pada analisis, menjelaskan pola ataukatagori,
dan
mencari
hubungan
antara
berbagai
konsep.
Interpretasi
menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Kebenaranhasil penelitian dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain.
Generalisasi lebih bersifat hipotesis kerja yang senantiasa hams diuji lagi kebenarannya dalam situasi lain.98
Interprestasi berarti menyusun dan merakit unsur-unsur yang ada dengan cara yang bam, memmuskan hubungan bam dengan yang lama, mengadakan
proyeksi dari apa yang ada. Dalam penelitian kualitatif biasanya banyak
dilakukan dengan cara konvergen, yang kreatif dan mengundang resiko serta spekulasi.Interprestasi dapat dilakukan sepanjang penelitian dengan mencoba memahami data yang diperoleh. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian
ini adalah:
1. Reduksi Data.
Reduksi data adalah mencatat atau mengetik kembali dalam bentuk
uraian atau laporan yang terinci. Reduksi data sangat membantu analisis data sejak awal penelitian dilakukan. Laporan lapangan yang direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis supaya mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.
2. Data Display (mempertunjukan data)
99
3. Verification.
Adalah upaya untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Untuk itu
peneliti mencari pola, thema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul,
hipotesis dan sebagainya. Memang penelitian pertama lebih kabur dan kesimpulan
lebih bersifat tentatif, tetapi setelah data bertambah dan analisis dilakukan secara tems menems, kesimpulan dari makna data akan lebih "grounded". Untukmemantapkan kesimpulan tersebut agar lebih grounded maka verifikasi perlu
dilakukan selama pelaksanaan penelitian dan selama analisis data.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan kriteria-kriteria efektivitas dan efisiensi tertentu yang telah dipilih sebagai dasar dan pedoman dalam
melakukan analisis.
F. Validitas Data Penelitian
Menumt Lincoln dan Guba (1981), Nasution (1988: 114-124), dan
Muhadjir (1990: 150-159), menyatakan bahwa tingkat kepercayaan diri hasil
penelitian kualitatifditentukan oleh 4 kriteria yaitu1. Kredibilitas (validitas internal)
2. Transferabilitas (validitas ekstemal)
3. Dependabilitas (reliabilitas)
4. Confirmabilitas (obyektivitas).
Dalam penelitian ini diusahakan supaya hasil penelitian dapat memenuhi
persyaratan atau kriteria-kriteria di atas./. Kredibilitas
Kredibiltas hasil-hasil penemuan menunjukan seberapa jauh kebenaran
100
konsep validitas internal pada penelitian non kualitatif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden. Untuk mencapai kredibilitas yang diharapkan dapat dilakukan dengan (a) triangulasi> yaitu proses mencek kebenaran data yang diperoleh dari sumber lain tentang hal
yang sama, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu berlainan, dan
dengan menggunakan metode yang berlainan (Nasution, 1988:115; Miles dan
Huberman (terjemahan), 1992: 434-437). (b) Peer debriefing, (pembicaraan
dengan kolega) yaitu kegiatan untuk membahas dan membicarakan hasil
penelitian di lapangan dengan teman atau kolega, dengan tujuan untuk memperoleh pandangan-pandangan yang netral dan obyektif, serta masukan-masukan baik bempa kritik atau pertanyaan-pertanyaan yang akan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan dari hasil penelitian. (c) Penggunakan bahan
referensi. Penggunaan bahan referensi dalam penelitian ini dapat dilakukan
dengan menggunakan hasil rekaman tape recorder dan kamera foto. (d)
Mengadakan member ChecK Kegiatan member check ini dilakukan dengan
mengkonfirmasikan hasil penelitian baik yang diperoleh dari wawancara,
observasi, maupun studi dokumentasi dengan responden untuk dinilai kesusiannya
dengan informasi yang diberikannya dan keadaan yang sebenamya.
2. Transferabilitas
101
konteks. Dalam hal ini peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data
deskriptif untuk membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk itu
peneliti memverifikasi hasil-hasil penelitian. Sehubungan dengan ini Nasution
(1988: 118) mengemukakan:
Bagi peneliti naturalistik trasnferability bergantung pada sipemakai, yakni
hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks
dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin "validitas
ekstemal" ini. Ia hanya melihat trasnferbility sebagai suatu kemungkinan. Ia telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia mencapai hasil
penelitiannya itu. Apakah hasil penelitiannya itu dapat diterapkan,
diserahkan kepada pembaca dan pemakai. Bila pemakai melihat ada dalampenelitian itu yang serasi bagi situasi yang dihadapinya maka disitu
tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua
situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menumt keadaanmasing-masing.
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam Bab I bahwa tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pengelolaan
pembinaan siswa peserta program khusus pada SMU 1 Negeri, maka
trasnferabilitas dari hasil penelitian ini adalah kemungkinan dapatnya diterapkan hasil temuan tentang efektivitas dan efesiensi pengelolaan sekolah menengah
umum yang dijadikan obyek penelitian diatas pada situasi lain dengan
mengadakan penyesuaian tanpa mengabaikan asumsi-asumsi yang mendasarinya.
3. Dependebilitas
Dependabilitas (kebergantungan), yaitu melihat sejauh mana hasil
penelitian bergantung pada keandalan. Dalam penelitian non kualitatif disebut
reliabiliti yaitu hasil pengulangan sama karena kondisi dan esensi sama. Namun
konsep dependability lebih luas karena meninjau dari segi kekonsistenan dalam
102
membuat tafsiran dan mengambil kesimpulan (Nasution, 1988: 151).
Dependabilitas ini dapat diusahakan dengan melakukan "audit trail" yaitu dengan
mempelajari laporan-laporan lapangan, dan laporan-laporan selanjutnya, sampai
laporan penelitian selesai untuk mengetahui kekonsistenan peneliti dalam setiap
aspek penelitian.4. Konfirmabilitas
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab V mempakan bab terakhir dari laporan hasil penelitian ini, yang
uraiannya menyajikan tiga masalah pokok, yaitu kesimpulan hasil penelitian,
implikasi hasil penelitian dan rekomendasi hasil penelitian.
A. Kesimpulan Hasil Penelitian.
Sesuai dengan fokus permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu
(1) Bagaimanakah visi dan misi Yayasan Darmaloka dalam memberikan
pembinaan kepada siswa peserta program khusus?; (2) Bagaimanakah strategi
untuk mewujudkan visi dan misi siswa peserta program khusus pada Yayasan
Darmaloka?; (3) Bagaimanakah rekmitmen dan seleksi siswa peserta program
khusus pada Yayasan Darmaloka?; (4) Bagaimanakah pembinaan yang diberikan
kepada siswa peserta program khusus di Yayasan Darmaloka?; (5) Aspek-aspek
apa sajakah yang dibina terhadap siswa peserta program khusus?; dan (6)
Pihak-pihak manakah yang terlibat dalam memberikan pembinaan siswa peserta
program khusus pada Yayasan Darmaloka?.
Untuk lebih mempertajam kesimpulan hasil penelitian ini, akan
dikembangkan menjadi beberapa buah kesimpulan yaitu sebagai berikut:
Kesatu, Belum terdapat model perencanaan strategi yang dipedomani oleh
yayasan Darmaloka yang memberikan pembinaan kepada siswa peserta program
khusus, sehingga didalam memberikan pembinaan Yayasan Darmaloka tidak
mempunyai strategi dan sasaran yang jelas.
147
Kedua, Belum terdapat visi dan misi tertulis yang jelas pada Yayasan
Darmaloka dalam mengelola siswa peserta program khusus dalam upaya
membentuk sumberdaya manusia yang unggul dan yang mampu berkompetitif di
era globalisasi. Bila visi dan misi belum terencana dengan jelas, maka Yayasan
Darmaloka juga tidak mempunyai strategi untuk mewujudkan visi tersebut. Untuk
mencapai manusia yang unggul temyata dibutuhkan visi, misi dan strategi yang
jelas dari sebuah organisasi
Ketiga, Sistem rekmitmen dan seleksi yang dikembangkan dalam penarikan
calon siswa peserta program khusus adalah sistem yang dikembangkan oleh tim
yang dibentuk oleh Yayasan Darmaloka. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
(a) pemberian informasi kepada seluruh SLTP yang ada di Jawa Barat temtama
daerah sulit terpencil dengan rentang waktu ditentukan terlebih dahulu serta
persyaratan tertentu pula; (b) menerima pendaftaran; (c) menyeleksi kelengkapan
pendaftaran secara administratif; (d) mengadakan wawancara yang mempakan
bagian dari seleksi; (e) pengumuman siswa yang diterima sebagai peserta program
khusus; dan (f) penetapan siswa ditempatkan di asrama sebagai siswa peserta
program khusus. Sistim informasi yang dilalui ini terlalu panjang, sehingga
sasaran sering terlambat menerima informasi. Banyak masyarakat yang
membutuhkan bantuan pendidikan tetapi tidak mendapatkan kesempatan.
Keempat, Sistem pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta program
khusus temyata dengan menggunakan waktu belajar diluar jam belajar efektif,
dengan memanfaatkan waktu siang sampai sore dengan memakai fasilitas
148
Kelima, Aspek-aspek siswa yang dibina bersifat akademik melalui berbagai
pelatihan temyata belumlah cukup untuk membekali siswa hidup mandiri. Karena
dalam pelaksanakan pelatihan, fasilitas yang dimiliki sangatiah terbatas serta
program yang diberikan selalu usang, sehingga program-program yang di kuasai
siswa selalu tertinggal dengan perkembangan teknologi. Pembinaan yang
diberikan melalui non akademik, mempakan program unggulan Yayasan Darmaloka dalam membentuk siswa sebagai makhluk sosial yang mampu
bersosialisasi dengan lingkungannya dengan baik. Pembinaan kedisiplinan dan
kerohanian lebih diutamakan karena dari kedua aspek ini akan membentuk
kepribadian siswalebihbaik.
Keenam, Didalam memberikan pembinaan kepada siswa peserta program
khusus temyata banyak melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak yang terlibat
secara langsung dengan pembinaan ini seperti semua unsur manusia yang ada
diasrama Yayasan Darmaloka, kepala SMU Negeri 1 Cisarua beserta gum dan
staf. Pihak-pihak yang terlibat secara tidak langsung dalam memberikan
pembinaan kepada siswa peserta program khusus adalah unsur Pemda Tingkat I
Jawa Barat, orangtua siswa, masyarakat yang berada di sekitar asrama dan
berbagai lembaga pelatihan yang adadi Jawa Barat.
Ketujuh; Bila pembinaan yang dilakukan terhadap siswa peserta program
khusus dilakukan secara profesional dan didukung oleh berbagai fasilitas akan
memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya
149
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan beberapa kesimpulan hasil penelitian seperti yang telah
diuraikan di atas, maka secara umum dapat disebutkan bahwa dalam berbagai
aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini perlu disempurnakan kembali.
Karena akan memiliki implikasi yang penting dalam pengembangan Yayasan
Darmaloka Pemda Tingkat I Jawa Barat dimasa depan yaitu: Dapat lebih
terjamin terealisasinya visi Yayasan Darmaloka sebagai sebuah Yayasan yang
sesuai dengan kebutuhan visi pembangunan di Jawa Barat. Dengan dapat
terealisasi visi Yayasan Dannaloka untuk masa depan ini, jelas akan
memposisikan keberadaan Yayasan Darmaloka mempunyai nilai unggul
dibandingkan dengan yayasan-yayasan lain yang ada di Jawa Barat.
Demikian juga kalau Yayasan Darmaloka mampu mengemban misi yang
telah ditetapkan, serta tujuan yang sesuai dengan visi pembangunan daerah Jawa
Barat, juga akan menjadikan Yayasan Darmaloka sebuah yayasan yang berperan
sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia dalam arti yang luas.
Berkaitan dengan strategi yang akan dipergunakan dalam upaya
merealisasikan visi, mengemban misi maupun dalam pencapaian tujuan, Yayasan
Darmaloka dimasa depan hendaknya secara jelas dapat menetapkan strateginya.
Implikasi lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah masalah kebijakan
yang diambil oleh Yayasan Darmaloka. Kebijakan-kebijakan yang diputuskan
untuk mengembangkan Yayasan Darmaloka dimasa depan itu supaya relevan
150
juga dalam rangka merealisasikan visi, mengemban misi maupun dalam rangka
mencapai tujuan yayasan secara efektif.
Dengan demikian lebih ringkas dapat disebutkan bahwa apabila berbagai
kelemahan dan kekurangan yang diungkapkan di dalam kesimpulan di atas dapat
disempumakan akan membawa implikasi yang sangat besar, yaitu akan dapat
menjamin pengembangan Yayasan Darmaloka dimasa depan menjadi suatu
yayasan yang besar dan unggul sebagai pusat pengembangan pembinaan dalam
arti yang luas, memiliki keunikan yaitu program pelatihan maupun
program-program andalan.
C. Rekomendasi Hasil Penelitian.
Berdasarkan pada beberapa kesimpulan dan implikasi hasil penelitian
seperti yang telah disebutkan di atas, maka dibawah ini disajikan beberapa
rekomendasi yang ditujukan kepada Yayasan Darmaloka Pemda Tingkat I Jawa
Barat.
Kesatu, Dalam mengelola suatu organisasi hendaknya mempunyai tujuan yang
jelas, yang tergambar dalam visi, misi serta strategi yang bisa dilihat dan diamati
oleh semua orang. Kemudian tujuan yang tergambar dalam visi tersebut juga
dapat dipantau sejauh mana sudah terlaksana dan kendala yang ditemui dalam
pelaksanaannya.
Kedua, Sistem informasi yang dilakukan dalam perekmtan siswa hendaknya
jangan terlalu panjang, sehingga sasaran informasi dapat diterima tepat pada
151
tidak diterima. Karena Yayasan Darmaloka bempaya membentuk sumberdaya
manusia yang unggul hendaknya lebih mengutamakan kualitas dengan sedikit
mengabaikan kuantitas.
Ketiga, Pembinaan yang diberikan kepada siswa peserta program khusus
secara akademik, hendaknya jangan terlalu usang, sehingga siswa bila tidak
mampu melanjutkan keperguruan tinggi dapat mengimplementasikannya
pengalamannya di lapangan pekerjaan dengan teknologi mutakhir. Justm itu
hendaknya instruktur selalu mempunyai wawasan luas dan memprediksi
kebutuhan pasar kerja untuk beberapa tahun yang akan datang, sehingg siswa
yang telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihannya melalui Yayasan
Darmaloka dapat hidup mandiri dimasyarakat global.
Keempat, Dalam memberikan keterampilan kepada siswa peserta program
khusus, tidaklah cukup mengandalkan kemampuan semata, tanpa hams diiringi
dengan fasilitas yang memadai. Untuk itu diharapkan kepada Yayasan Darmaloka
Pemda Tingkat I Jawa Barat dapat berkerjasama dengan berbagai instansi dalam
rangka melengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam pelatihan.
Kelima, Hal yang paling dibutuhkan adalah adanya kerja sama antara pihak
Yayasan Darmaloka dengan berbagai lembaga, temtama industri yang bisa
menampung siswa yang telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan, karena
terkesan siswa yang dibina melalui Yayasan Darmaloka mempunyai keunggulan
tersendiri bila dibandingkan dengan siswa reguler. Inilah yang akan membuat
reputasi Yayasan Darmaloka lebih unggul dari Yayasan lainnya.
Keenam; Dalam melakukan perekmtan calon siswa peserta program khusus
152
yang dimiliki, melainkan hams ada indikator yang lainnya seperti ketekunan
dalam belajar, memiliki akhlak yang baik, keuletan dalam bekerja dan kegiatan
ekstrakurikuler lainnya, hal ini dapat dilihat dari prestasi akademik semasa di
SLTP sebelumnya.
Ketujuh; Dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas
Yayasan Darmaloka memang mempakan suatu wadah yang di harapkan oleh
semua pihak, namun akan mempunyai manfaat yang sangat minimal jika Yayasan
Darmaloka tersebut masih tetap bertahan dengan model pembinaan yang
tradisional. Karena itu sebaiknya Yayasan Darmaloka selalu mengikuti
perkembangan dan menciptakan pelatihan yang ada relevansinya dengan
kehidupan masyarakat temtama yang ada didaerah pedesaan, hal ini disarankan
untuk memberikan pelatihan pertanian, petemakan, perkebunan serta perikanan