43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Ruang Dahlia & Ruang Bougenville Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang merupakan rumah sakit swasta Yayasan Kristen Untuk Umum (YAKKUM) dan terletak di Jalan Ahmad Yani No. 1, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Motto dari Rumah Sakit ini yaitu tepat, cepat dan memuaskan dengan visi Rumah Sakit yang memberikan pelayanan prima berdasarkan kasih serta misinya yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas secara holistik, terpadu dan professional. Kemudian, pada Rumah Sakit ini juga dilakukan beberapa metode keselamatan pasien seperti: peningkatan ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medication), peningkatan ketepatan lokasi, prosedur dan pasien operasi, peningkatan pencegahan resiko infeksi serta peningkatan pencegahan risiko jatuh.
44 terdiri dari 1 ruang bedah berisi 6 buah tempat tidur, 2 ruang khusus masing-masing berisi 2 buah tempat tidur, 1 ruang penyakit dalam berisi 10 buah tempat tidur dan 1 ruang kana berisi 5 buah tempat tidur. Kemudian Ruang Bougenville merupakan ruang kelas II yang terdiri dari 10 ruang dengan masing-masing 2 buah tempat tidur.
4.2 Gambaran Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dan pasien yang sedang rawat inap di Ruang Dahlia dan Ruang Bougenville Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, dengan jumlah responden 30 perawat dan 40 pasien rawat inap. Peneliti mengambil responden pasien dan perawat sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang sudah ditentukan.
4.3 Pelaksanaan Penelitian
45 dengan cara melakukan penelitian survei kepada responden perawat dan pasien yang ada di Ruang Dahlia dan Bougenville. Sesuai dengan etika penelitian, peneliti menjelaskan tentang informed consentkepada perawat dan pasien yang dijadikan responden penelitian. Setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari responden yang dibuktikan dengan tanda tangan pada tempat yang disediakan, maka peneliti menyerahkan lembar kuesioner dan alat tulis pada responden.
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Frekuensi Perawat Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 4 13% Perempuan 26 87%
Total 30 100%
Pada tabel 4.1 menjelaskan bahwa jumlah responden perawat sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 26 orang dengan persentase 87% dan jumlah perawat laki-laki sebanyak 4 orang dengan persentase 13%.
4.4.2 Frekuensi Perawat Menurut Pendidikan Terakhir
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Pendidikan
Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase
D3 Keperawatan 30 100% S1 Keperawatan 0 0%
46 Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa semua pendidikan terakhir perawat di Ruang Dahlia dan Ruang Bougenville Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta adalah D3 Keperawatan yang berjumlah 30 perawat dengan persentase 100%, sedangkan perawat yang menyelesaikan pendidikan terakhir di S1 belum ada dengan presentase 0%.
4.4.3 Frekuensi Perawat Menurut Lama Bekerja
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Lama
Bekerja
Lama Bekerja Frekuensi Presentase
1 - 12 bulan 5 16,5% 1 - 3 tahun 8 27% 3 - 5 tahun 5 16,5% 5 - 7 tahun 1 3% 7 - 10 tahun 3 10%
> 10 tahun 8 27%
Total 30 100%
47 terakhir perawat yang bekerja selama 5 - 7 tahun sebanyak 1 orang dengan presentase 3%.
4.4.4 Frekuensi Perawat Menurut Komunikasi Terapeutik
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Komunikasi
Terapeutik
Komunikasi Terapeutik Frekuensi Presentase
Baik 29 97% perawat yang dikategorikan dapat melakukan fase komunikasi terapeutik dengan baik sebanyak 29 orang dengan persentase 97%, komunikasi terapeutik kategori cukup baik hanya 1 orang dengan persentase 3%, komunikasi terapeutik kategori kurang baik dan tidak baik tidak ada dengan presentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki komunikasi terapeutik kategori baik.
4.4.5 Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 17 42% Perempuan 23 58%
48 Pada tabel 4.5 menjelaskan bahwa pasien rawat inap dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dengan jumlah 23 orang (85%) daripada pasien jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 17 orang (42%).
4.4.6 Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut Usia
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut Usia
Usia Frekuensi Presentase
( 14 – 25 tahun ) 12 30% ( 26 – 45 tahun ) 17 42% ( > 46 tahun ) 11 28%
Total 40 100%
Pada tabel 4.6 menjelaskan bahwa responden pasien sebagian besar berusia dewasa dengan jumlah 17 orang dengan presentase 42%, kemudian berusia remaja 12 orang dengan presentase 30% dan lanjut usia berjumlah 11 orang dengan presentase 28%.
4.4.7 Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut Pendidikan
Terakhir
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase
49 Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden pasien pendidikan terakhir SD dan STM masing-masing sebanyak 3 orang dengan presentase 7,5%, menurut pendidikan terakhir SMP sebanyak 16 orang dengan presentase 40%, menurut pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 9 orang dengan presentase 22%, menurut pendidikan terakhir D3 sebanyak 5 orang dengan 13% kemudian pasien rawat inap yang berpendidikan S1 sebanyak 4 orang dengan presentase 10%. Dengan demikian, sebagian besar pasien rawat inap adalah berpendidikan terakhir SMP.
4.4.8 Frekuensi Pasien Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pasien Rawat Inap Berdasarkan
Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
PNS 1 2%
Swasta 30 75% Buruh Tani 3 8% Mahasiswa 5 13%
Pelajar 1 2%
Total 40 100%
50 orang dengan presentase 8% kemudian pasien rawat inap yang masih mahasiwa sebanyak 5 orang dengan presentase 13%. Dengan demikian, sebagian besar pasien rawat inap di Ruang Dahlia dan Ruang Bougenville Rumah Sakit Panti Waluyo adalah swasta selama peneliti melakukan penelitian.
4.4.9 Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut Respon
Kepuasan Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pasien Rawat Inap Menurut
Respon Kepuasan Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat
Respon Kepuasan Frekuensi Presentase
Puas 34 85%
Cukup puas 6 15% Kurang puas 0 0%
Tidak puas 0 0%
Total 40 100%
51
4.5 Analisa Data
4.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini adalah dengan Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini merupakan uji normalitas menggunakan program SPSS windows 17.0. Pada hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan > 0,05. Uji normalitas variabel independen dalam penelitian ini, yaitu komunikasi terapeutik perawat didapatkan 0,063 dan uji normalitas varibel dependen, kepuasan pasien rawat inap didapatkan 0,471. Dapat dilihat pada Lampiran 10.
4.5.2 Uji Linearitas
52 antara kedua variabel yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai linearitas 0,124 > 0,05. Dapat dilihat pada Lampiran 11.
4.5.3 AnalisisKorelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Hasil analisis menggunakan SPSS windows 17.0 korelasi Spearman Rank, komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap didapatkan nilai signifikan 0,013 < 0,05 yang menunjukkan bahwa H1 diterima, sehingga
dinyatakan ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Kemudian, didapatkan pula koefisien korelasi (rs) yaitu 0,947 yang menunjukkan
bahwa kekuatan hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta memiliki kategori hubungan sangat kuat dengan interval koefisien korelasi (rs) 0,80 –
53
4.6 Pembahasan
4.6.1 Komunikasi Terapeutik Perawat
54 dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Selain itu, Rumah Sakit yang berstatus swasta biasanya akan mengedepankan pelayanan terhadap pasien sebagai kelangsungan rumah sakit kedepannya, karena kepuasan pasien merupakan hal yang penting agar masyarakat tetap menggunakan fasilitas rumah sakit sehingga menyebabkan tenaga kesehatan yang bekerja dalam hal ini termasuk perawat merasa perlu untuk menerapkan hal-hal yang baik seperti berkomunikasi terhadap penerima layanan (pasien dan keluarga) agar meyakinkan bahwa pelayanan yang diberikan benar-benar berkualitas.
55 pengalaman dalam berkomunikasi serta memiliki sikap yang baik terhadap pasien dan keluarga.
4.6.2 Kepuasan Pasien
Dari 40 responden pasien menunjukkan bahwa 34 orang dengan presentase 85% berkategori puas dan 6 orang dengan presentase 15% berkategori cukup puas terhadap komunikasi yang dilakukan perawat. Dari hasil penelitian survei respon kepuasan pasien ini dapat disimpulkan memiliki respon sebagian besar kategori puas terhadap komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat.Hal ini menyatakan bahwa pelayanan perawat dalam hal berkomunikasi sudah memenuhi kepuasan pasien akan pelayanan prima berdasarkan kasih sesuai dengan visi Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dari sisi kejelasan informasi serta kesediaan perawat mendengarkan keluhan dan membantu permasalahan pasien sehingga membantu mewujudkan motto Rumah
Sakit Panti Waluyo yaitu “cepat, tepat dan memuaskan”.
56 Meskipun 34 dari 40 responden menilai puas terhadap komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat, tetapi masih terdapat 6 dari 40 yang menilai cukup puas. Hal ini dikarenakan kesan pertama pertemuan antara perawat dan pasien yang kurangmenunjukkan sikap saling terbuka, terutama sikap penerimaan perawat terhadap kedatangan pasien diruangan perawatan. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pasien menjawab sebagian besar perawat tidak memperkenalkan diri saat melakukan tindakan, tidak menyepakati kontrak waktu, perawat tidak berjabat tangan dan pasien tidak mengerti fungsi tindakan maupun fungsi obat yang diberikan.Oleh karena itu, perawat harus memperhatikan dan menerapkan pendekatan komunikasi yang lebih baik lagi.
57 (2014), menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah akan merasa lebih puas. Sama halnya dengan penelitian oleh Lestari, Sunarto & Kuntaro (2009), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan cenderung membantunya untuk membentuk suatu pengetahuan sikap dan perilakunya terhadap sesuatu serta memiliki kemampuan yang kritis untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek yang ditentukan.
58 yang bekerja. Hal tersebut terjadi karena mereka menganggap bahwa kepuasan berbanding lurus dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan yang baikpula sehingga kecenderungan mereka akan tidak puas ketika pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan.
4.6.3 Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan
Kepuasan Pasien
Korelasi yang diperoleh antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien ini adalah sangat kuat. Hal ini menerangkan bahwa bila komunikasi terapeutik diterapkan secara optimal oleh perawat didalam memberikan pelayanan keperawatan maka akan berdampak pada pencapaian kepuasan pasien akan pelayanan tersebut sehingga masyarakat tetap menggunakan pelayanan rumah sakit Panti Waluyo Surakarta.
59 kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan serta dapat meningkatkan mutu rumah sakit agar pasien maupun masyarakat tetap mau menggunakan fasilitas di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
60 antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien danhubungan ini berada pada derajat yang kuat.
4.7 Keterbatasan Penelitian