Disertasi
Oleh
NURLAILA NIM:1104513
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2014
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor Program Studi
Nurlaila, 2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul
“PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN INSTRUCTIONAL GAMES
UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME PENDIDIK PAUD DI KOTA
MEDAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.”
Bandung, Desember 2014 Yang membuat pernyataan,
iii
KATA PENGANTAR
Cara berpikir anak usia dini berbeda dengan orang dewasa, sehingga cara
belajar anak juga berbeda. Anak belajar melalui bermain, didasarkan temuan
penelitian para ahli, sehingga banyak ahli yang mengklaim bahwa anak usia dini
belajar melalui bermain. Temuan lapangan di Kota Medan, saat ini media yang
digunakan masih tergolong belum bervariasi dan cenderung kaku, bahkan masih
ada yang menggunakan lembar kerja siswa, hal ini tentu saja bertolak belakang
dengan cara berpikir anak usia dini.
Pada masa usia dini kecerdasan berkembang pesat, untuk itu dituntut
profesionalisme yang memadai dari pendidik. Profesionalisme dipengaruhi
banyak faktor. Temuan lapangan saat ini kualifikasi pendidikan pendidik PAUD
masih kurang memadai, pendidik didominasi oleh lulusan SMA/sederajat. Tidak
matchnya latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang ditekuni, pekerjaan
sebagai pendidik dianggap hanya sebagai batu loncatan sementara dan faktor
lainnya. Pada beberapa lembaga PAUD didapati ada yang memiliki fasilitas
komputer, yang bisa dimaksimalkan kemanfaatannya. Fakta ini menjadi dasar
pemikiran perlunya pengembangan model media PAUD yang memanfaatkan
komputer.
Instructional games merupakan salah satu model multimedia; gabungan
dari beberapa media seperti audio, animasi, suara dan lainnya dikembangkan
sebagai alternatif media. Materi PAUD (Permen 58 tahun 2009) dikemas
sedemikian rupa kedalam bentuk games-games yang menarik. Dalam proses
pengembangannya peneliti dibantu oleh ahli-ahli yang kompeten dibidangnya
masing-masing. Instructional games merupakan suatu hal yang baru bagi
pendidik PAUD, agar instructional games dapat dimaksimalkan pemanfaatannya,
perlu adanya pelatihan bagi pendidik PAUD kota Medan.
Bandung, Desember 2014 Penyusun,
NIM:1104513
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 15
1. Manfaat Teoritis ... 15
2. Manfaat Praktis ... 16
BAB II: KERANGKA TEORI ... 17
A. ... K onsep Pelatihan Instructional Games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik PAUD ... 17
1. ... P embelajaran Dalam Pelatihan Instructional Games ... 30
a. ... T eori Andragogi ... 30
b. ... T eori Partisipatif ... 32
B.... K onsep Instructional Games ... 32
v
a. ... P
rinsip Instructional Games ... 34 b. ... F
low chart Instructional Games... 35
c. ... K
omponen Instructional Games ... 37 2. ... K
onsep Multimedia Interaktif ... 37 a. ... P
engertian Multimedia Interaktif ... 37 b. ... K
arakteristik Multimedia Interaktif ... 40 C.... K
onsep Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini ... 41 1. ... P
engertian Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini ... 41 2. ... P
rinsip Profesional ... 44 D. ... K
onsep Pendidikan Anak Usia Dini ... 45 E. ... P
enelitian yang Relevan ... 47 F. ... K
erangka Pemikiran Penelitian ... 50 G. ... H
ipotesis Penelitian ... 52
BAB III: METODE PENELITIAN ... 53
A. ... L
E. ... I
nstrumen Penelitian ... 59 F. ... P
roses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 66 1. ... U
ji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 66 2. ... H
asil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 68 G. ... T
eknik dan Alat Pengumpulan Data serta Alasan Rasionalnya ... 73 H. ... A
ondisi empiris profesionalisme pendidik PAUD dan model
pelatihan yang ada saat ini ... 80 2. ... D
esain Instructional games yang dikembangkan sebagai
alternatif media pembelajaran untuk anak usia dini ... 93 3. ... P
engembangan model konseptual pelatihan instructional
games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 105
4. ... I mplementasi model pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 125
5. ... D eskripsi efektivitas model pelatihan instructional games
untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 131
B. ... P embahasan ... 150 1. ... K
ondisi empiris profesionalisme pendidik PAUD dan
model pelatihan yang ada ... 150 2. ... D
isain Pengembangan Model Media Instructional Games
vii
3. ... M
odel konseptual pelatihan instructional games
untuk peningkatan profesionalisme pendidik ... 156
4. ... I mplementasi model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD. ... 159
5. ... E fektivitas model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 162
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN ... 166
A. ... S impulan ... 166
B... S aran ... 169
Daftar Pustaka ... 171
Daftar Lampiran ... 176
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Matrik Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 60
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data persepsi peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional games ... 61
Tabel 3.3 : Kisi-kisi instrumen pengungkap data kondisi empirik Profesionalisme pendidik PAUD Dalam Menggunakan Media saat ini ... 62
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen pengungkap Data kondisi empirik Profesionalisme Pendidik PAUD dan pelatihan Pada Lemba BP-PAUDNI & Dinas Pendidikan Kota Medan ... 63
Tabel 3.5 : Matriks Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 66
Tabel 3.6 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Konstruk Pada 10 Pendidik PAUD Di Kota Medan ... 69
Tabel 3.7 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Pendidik PAUD Hasil Ekspert Judgement ... 70
Tabel 3.8 : Pelaksanaan Ekspert Judgement ... 71
Tabel 3.9 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Isi Instrumen TesKeterampilan ... 71
Tabel 3.10 : Pelaksanaan Ekspert Judgement ... 72
Tabel 3.11 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Isi Instrumen Persepsi Peserta Terhadap Pelatihan ... 72
Tabel 4.1 : Kualifikasi Pendidik PAUD di Kota Medan ... 84
Tabel 4.2 : Kondisi Awal Pelatihan Bagi Pendidik PAUD ... 91
Tabel 4.2 : Identitas Program Instructional Games Diri Sendiri ... 92
Tabel 4.3 : Story Board Instructional Games ... 99
Tabel 4.4 : Data Peserta Pelatihan Implementasi Model ... 127
Tabel 4.5 : Struktur Materi Pelatihan Dalam Implementasi Model ... 128
Tabel 4.6 : Skor Pretest Aspek Pengetahuan Pelatihan Uji Terbatas ... 132
Tabel 4.7 : Perbandingan Skor Pretest dan posttest Pelatihan Instructional Games Uji Terbatas ... 133
Tabel 4.8 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Menggunakan Instructional Games Sebelum Pelatihan (Pretest) ... 134
Tabel 4.9 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Menggunakan Instructional Games Sebelum Pelatihan (Posttestt) ... 135
Tabel 4.10 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan & Kualitas Software ... 137
Tabel 4.11 : Skor Pretest Aspek Pengetahuan Peserta Pelatihan Instructional Games ... 141
Tabel 4.12 : Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 142
Tabel 4.13 : Penguasaan Keterampilan Pretest Pelatihan Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 144
Tabel 4.14 : Penguasaan Keterampilan Posttest Pelatihan Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 145
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Edgar Dale’s Cone of Experience ... 3
Gambar 1.2 : Kualifikasi Pendidikan Pendidik PAUD di Kota Medan ... 8
Gambar 2.1 : Gambaran Definisi Multimedia ... 29
Gambar 2.2 : Flowchart Model Instructional Games ... 36
Gambar 2.3 : Gambaran Definisi Multimedia ... 38
Gambar 2.4 : Kerangka Pemikiran Penelitian ... 51
Gambar 3.1 : Langkah-langkah Penelitian ... 55
Gambar 3.2 : Adopsi Langkah-langkah Penelitian ... 55
Gambar 3.3 : Pendekatan Dalam Menjawab tujuan Penelitian ... 57
Gambar 3.4 : Komponen dalam Analisis Data Peneltian ... 77
Gambar 4.1 : Langkah-langkah Pengembangan Instructional Games ... 94
Gambar 4.2 : Flow chart Aplikasi Keseluruhan Instructional Games ... 95
Gambar 4.3 : Flow chart Games Diri Sendiri ... 96
Gambar 4.4 : Turunan Flow chart Games Diri Sendiri ... 97
Gambar 4.5 : Model Hipotetik Pelatihan ... 115
Gambar 4.7 : Model Hipotetik Pelatihan yang Direkomendasikan ... 124
Gambar 4.8 : Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Uji Coba Terbatas ... 132
Gambar 4.9 : Penguasaan Keterampilan Pretest Uji Coba Terbatas ... 135
Gambar 4.10 : Penguasaan Keterampilan Posttest Uji Coba Terbatas ... 136
Gambar 4.11 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan Uji Coba Terbatas ... 138
Gambar 4.12 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Kualitas Software Uji Coba Terbatas ... 139
Gambar 4.13 : Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Aspek Pengetahuan Pada Uji Coba Luas ... 143
Gambar 4.14 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Pretest Pada Uji Coba Luas ... 145
Gambar 4.15 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Posttest Pada Uji Coba Luas ... 146
Gambar 4.16 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan Uji Coba Luas ... 148
Gambar 4.17 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Kualitas Software Uji Coba Luas ... 149
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman wawancara pada studi pendahuluan ... 176
Lampiran 2 : Instrumen Sebelum Uji Coba dan Expert Judgement ... 181
Lampiran 3 : Instrumen Setelah Uji Coba dan Expert Judgemen ... 193
Lampiran 4 : Hasil Uji Coba dan Expert Judgement Instrumen ... 204
Lampiran 5.1 : Subjek Penelitian dan sebaran populasi Penelitian ... 214
Lampiran 5.2 : Garis Besar Program Media ... 226
Lampiran 6 : Hasil Uji Coba Terbatas ... 228
Lampiran 7 : Hasil Uji Coba Luas ... 234
Lampiran 8 : Dokumentasi Uji Terbatas ... 242
Lampiran 9 : Dokumentasi Uji Luas ... 245
Lampiran 10 : Perlengkapan Pelatihan ... 251
Lampiran 11 : Hasil Ekspert Judgement ... 256
Lampiran 12 : SK Pembimbing ... 261
Lampiran 13 : Surat Penelitian ... 264
ABSTRAK
Nurlaila (2014): Pengembangan Model Pelatihan Instructional Games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik PAUD di Kota Medan (Disertasi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung).
Penelitian ini dibutuhkan untuk meningkatkan profesionalisme pendidik di Kota Medan. Pada beberapa lembaga PAUD diketahui profesionalisme pendidik PAUD dalam menggunakan media pembelajaran tergolong belum memadai, belum bervariasi, monoton dan kaku bahkan masih ada yang menggunakan lembar kerja siswa. Ada beberapa unit komputer yang dapat dimanfaatkan pada lembaga. Kualifikasi pendidikan pendidik juga masih kurang memadai, tidak matchnya latar belakang pendidik dengan pekerjaan yang ditekuni, belum optimalnya pembinaan lembaga terkait diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Berdasarkan kajian studi pendahuluan di kota Medan, Instructional games dapat dikembangkan sebagai alternatif media anak usia dini. Instructional games merupakan hal baru, agar pemanfaatannya maksimal maka perlu diadakan pelatihan untuk pendidik. Ide tersebut mendasari penelitian ini, yang bertujuan mengembangkan model pelatihan
instructional games untuk peningkatkan profesionalisme pendidik PAUD. Penelitian
ini menerapkan metode penelitian dan pengembangan dengan tiga tahapan proses, yakni studi pendahuluan, pengembangan model, dan validasi model. Validasi dilakukan dengan uji efektivitas secara terbatas dan luas dalam bentuk The one
group pretest-posttest design. Populasi 606 orang pendidik PAUD dari 333
lembaga, sampel ditentukan dengan teknik purposif sampling, yaitu 19 orang; 5 orang pada saat uji terbatas dan 14 orang pada uji luas. Tes, angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi adalah alat yang digunakan untuk mengungkap data, kemudian dianalisis dengan dua cara yaitu analisis logis, analisis
nonparametrik. Temuan penelitian: (1) kondisi awal profesionalisme pendidik dalam
penggunaan media pembelajaran belum memadai, belum bervariasi, monoton, cenderung kaku bahkan masih ada yang menggunakan LKS, pada aspek pelatihan, belum ada pelatihan yang berorientasi meningkatkan profesionalisme pendidik melalui pelatihan instructional games, dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, (2) Instructional games dikembangkan melalui tahapan pembuatan GBPM, flowchart, storyboard, pengumpulan bahan, finishing & pemrograman, (3) model konseptual pelatihan instructional games dikembangkan melalui tahapan: identifikasi kebutuhan, desain model konseptual, validasi desain, (4) implementasi model melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi (5) penerapan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD efektif. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada BP-PAUDNI Provinsi Sumut, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kota, khususnya bagi para pendidik PAUD.
ABSTRACT
Nurlaila (2014): The Development of Training Model of instructional Games for the Increased Professionalism of Early Childhood Educators in Medan (Dissertation of non formal Education Program, Post Graduate School of Education University of Indonesia , Bandung) .
Nurlaila, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Peranan pendidikan sangat penting dalam kehidupan seseorang,
pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk membekali anak dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup yang diperlukan di masa depan.
Pendidikan dimulai sejak masa usia dini, pada masa ini kecerdasan berkembang
pesat. Anak yang baru lahir ke dunia awalnya mendapatkan pendidikan dari
pendidik pertama yaitu orang tua pada lingkungan keluarga (informal), berikutnya
pendidik pada lembaga PAUD (formal maupun nonformal). Pendidik pada
lembaga PAUD merupakan pendidik kedua setelah orang tua yang bertanggung
jawab dalam membantu mengembangkan kecerdasan anak melalui pembelajaran.
Pendidikan bagi anak usia dini penting karena pendidikan berupaya membantu
mengembangkan kecerdasan anak secara optimal sebagai dasar pendidikan
sebelum memasuki pendidikan selanjutnya. Gardner dalam Fadillah. M dan Khorida.
L.M (2013:48) mengatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang pesat mencapai 80%, ketika dilahirkan ke dunia, anak manusia telah mencapai perkembangan otak 20%, sampai usia 4 tahun perkembangan mencapai 50%, dan sampai 8 tahun mencapai 80% selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun.
Dari pendapat diatas diketahui sekitar 50% kecerdasan berkembang pada
masa usia nol sampai dengan enam tahun begitu pesat, sampai usia delapan tahun
mencapai 80%. Karenanya tidak bisa dipungkiri, pendidikan anak usia dini
merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan
sumber daya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh
perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini dan dalam
pelaksanaannya diperlukan sinergitas antara pendidik, tenaga penyerta dan anak
bertujuan membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak
usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar yang
terarah dengan baik. Pendidikan yang baik bagi anak usia dini mampu
mengembangkan segala potensi diri anak. Fadillah, M dan Khorida L.M
(2013:50) mengatakan pertumbuhan lebih menekankan pada bertambahnya
ukuran fisik, sedangkan perkembangan lebih menitik beratkan pada psikis atau
kejiwaan anak. Tujuan pendidikan anak usia dini tersebut dapat diwujudkan
melalui pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu melalui
permainan yang menyenangkan sehingga dapat menarik minat anak, hal ini
didasarkan pada hasil penelitian banyak ahli yang menemukan bahwa anak
mencipta pengetahuan ketika bermain dan cara berpikir anak. Rousseou.J.J dalam
Essa L.E. (2002 :114) mengatakan bahwa:
Children’s mode of thinking and learning is different from that of adults and considered good education to be based on the stage of the development of the child, not on adult-imposed criteria. A child centerred, uncorrupted education will, eventually, result in adult who are moral and interested in this common good of society.
Dari pendapat tersebut diketahui bahwa cara anak berpikir berbeda dengan
orang dewasa yang berimplikasi pada cara belajarnya dan pendidikan yang baik
adalah didasarkan pada tahap perkembangan anak. Pada akhirnya pendidikan
yang baik akan berdampak pada moral dan ketertarikannya pada kebaikan hidup
menjadi masyarakat yang baik. Selanjutnya Froebel.F dalam Essa L.E (2002:116)
mengatakan bahwa ‘education should harmonize with the child’s inner
development, recognizing that children are in different stages at varius ages. He
saw childhood as a separate stage that was not just a transition to adulthood but
stage with great intrinsic value in its own right’. (Pendidikan harus selaras dengan
perkembangan batin anak, kenali bahwa anak-anak memiliki perbedaan tahap
usia. Froebel melihat bahwa masa kanak-kanak sebagai tahap yang terpisah yang
bukan hanya transisi ke masa dewasa, tetapi tahap perubahan pada nilai intrinsik
yang kuat dalam dirinya sendiri). Berangkat dari Pendapat Rousseou, J.J
baik adalah melalui pembelajaran yang memperhatikan tingkat perkembangan
anak dimana anak memiliki cara berpikir berbeda dengan orang dewasa yang
berimplikasi pada cara belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian ahli banyak yang
mengklaim bahwa anak mencipta pengetahuannya ketika bermain. Jadi anak
belajar melalui bermain merupakan konsep yang tepat untuk pembelajaran anak
usia dini. Setiap anak memiliki perbedaan minat dalam apa yang dipelajari, dan
tugas pendidik adalah membantu anak dalam mengembangkan kecerdasannya.
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran PAUD dapat ditunjang dengan
berbagai media pembelajaran. Efektivitas penggunaan media pembelajaran
ditentukan oleh kesesuaian media tersebut dengan materi pelajaran yang
diajarkan. Dalam rangka memahami peranan media dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi anak, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut
yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman sebagai berikut: Dale, E dalam
Petrina, S (2007:167):
Dapat dilihat bahwa orang mampu mengingat setelah dua minggu pada
pembelajaran pasif sekitar 10% dari apa yang dibaca, sekitar 20% mengingat dari
apa yang didengar, sekitar 30% mampu mengingat dari apa yang dilihat, sekitar
50% mampu mengingat dari yang dilihat dan dengarkan. Sedangkan pada
pembelajaran aktif sekitar 70% mampu mengingat dari apa yang mereka katakan,
dan sekitar 90% mampu mengingat dari apa yang mereka katakan dan lakukan.
Rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman
melalui simbol-simbol komunikasi dari yang bersifat kongkret ke abstrak. Kerucut
tersebut berguna untuk memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode
dan bahan pembelajaran. Kerucut pengalaman yang dikemukakan itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh anak didik dapat melalui
proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati,
dan mendengarkan melalui media tertentu serta proses mendengarkan melalui
bahasa. Semakin konkret anak didik mempelajari bahan pengajaran, contohnya
melalui pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang
diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak anak didik memperoleh pengalaman,
contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman
yang akan diperoleh peserta didik. Pemikiran Edgar Dale tentang kerucut
pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan
alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audio
visual. Demikian pentingnya peranan media interaktif dalam pembelajaran, sekitar 90%
anak dapat terlibat secara interaktif untuk pembelajaran anak usia dini melalui dunia yang
disenanginya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada lembaga PAUD di Kota
Medan ditemukan bahwa media yang digunakan belum bervariasi, bahkan ada yang
masih menggunakan LKS (lembar kerja siswa). Hal ini tentu bertolak belakang dengan
cara anak berpikir dan belajar anak belajar melalui bermain, ini diungkapkan oleh Dau
dalam Samuelsson, I.P dan Calsson.M.A (2008:627) „many studies today claim that children create knowladge when they play‟ (banyak studi saat ini yang
mengklaim bahwa anak mencipta pengetahuan ketika mereka bermain).
Selanjutnya Levin dalam Samuelsson, I.P dan Calsson, M.A (2008:627)
mengatakan „play is gave children opportunities to be in control of what is happening and what they know. (bermain adalah memberikan kesempatan pada
anak untuk mengontrol apa yang akan terjadi dan apa yang mereka tau). Dau dan
dan bermain yang dimaksud adalah memberikan kesempatan pada anak untuk
mengontrol apa yang akan terjadi dan yang mereka ketahui. Walaupun demikian
sudah ada lembaga PAUD yang memiliki media yang memadai bahkan ada yang sudah
menggunakan media berupa pemutaran cerita dengan memanfaatkan media televisi dan
VCD, namun karena media ini bersifat satu arah, terlihat anak cenderung merasa bosan
hal ini diduga karena anak tidak dapat menjadi bagian dari cerita yang ditayangkan
(interaktif). Kecenderungan secara umum media yang digunakan belum bervariasi, hal
ini mengindikasikan bahwa pengetahuan dan keterampilan (profesionalisme) pendidik
PAUD dalam menggunakan media masih belum memadai. Berangkat dari situasi ini
peneliti berasumsi bahwa diperlukan media yang dapat melibatkan anak secara interaktif
yang menyenangkan sehingga dapat menarik minat anak. Peneliti berinisiatif
mengembangkan software instructional games merupakan salah satu model
multimedia interaktif yang dapat digunakan untuk membelajarkan anak usia dini
dengan games-games yang menarik dapat menunjang keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran anak usia dini. Hal ini didukung hasil penelitian dalam Nusir,
S et al (2012:30) mengatakan bahwa:
The usage of games and enhanced methods of education .... results showed that those methods can be effective especially for youngsters where they can be motivated by graphics and animation particularly when known cartoon characters are used in those educational games.
(hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode games dalam
pembelajaran matematika dampaknya pembelajaran menjadi lebih efektif
terutama untuk anak-anak, dimana mereka termotivasi oleh grafis dan animasi
khususnya karakter kartun terkenal yang digunakan dalam game-game
pendidikan). Selanjutnya Nusir, S et al menjelaskan bahwa meskipun fakta bahwa
hasil menunjukan perbaikan dalam pembelajaran, namun ini bukan usulan
menggantikan pendidikan tradisional. Sebaliknya belajar interaktif ditingkatkan
sehingga dapat menjadi alternatif yang sangat berguna bagi pendidikan
tradisional. Selanjutnya Margie & Liu dalam Nusir, S et al (2012:18) mengatakan
Multimedia has the potential to create high quality learning environments. With the capability of creating a more realistic learning context through its different media and allowing a learner to take control, interactive multimedia can provide an effective learning environment to different kinds of learners.
(Multimedia memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan belajar yang
berkualitas tinggi. Dengan kemampuan menciptakan konteks belajar yang lebih
realistis melalui media yang berbeda dan memungkinkan pelajar mengontrol
sendiri, multimedia interaktif dapat menyediakan lingkungan belajar yang efektif
untuk berbagai jenis peserta didik). Menurut Salen & Zimmerman dalam Nusir, S
et al (2012:22) „a game is a system in which players engage in an artificial
conflict, defined by rules, that results in a quantifiable outcome’. Selanjutnya
Nusir, S et al (2012:22) mengatakan “This definition gave four major features as
comprising a game: system, rules, artificial conflict, and quantifiable outcome”.
(game adalah suatu sistem dimana pemain terlibat dalam konflik buatan, yang
didefinisikan oleh aturan, yang menghasilkan hasil yang terukur. Selanjutnya
Nusir dan kawan-kawan memberikan empat fitur utama permainan terdiri: sistem,
aturan, konflik buatan, dan hasil terukur).
Instructional games sebagai salah satu model multimedia dapat digunakan oleh
pendidik dalam pembelajaran anak usia dini untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan
keterampilan (profesionalisme) baru bagi pendidik PAUD. Karena menarik tidaknya
pembelajaran dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan pendidik sebab cerminan
keberhasilan pendidik dalam pembelajaran hakikatnya adalah kemampuan dalam
mengoptimalkan pemanfaatan semua potensi yang tersedia termasuk media. Wrightman
dalam Talajan (2012:53), „pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan pendidik sebagai pemegang peranan yang utama‟. Peranan pendidik
adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang berkaitan yang dilakukan dalam
situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut idealnya para pendidik/guru selalu
berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan kurikulum sesuai tuntutan
profesinya sebagai pendidik PAUD, sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini menjadi optimal. Pendidik PAUD harus selalu
berupaya meningkatkan profesionalismenya. Profesionalisme menurut Muhson, A
(2004:97) adalah “keahlian yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu
yang telah memberikan keprofesiannya (ilmu pengetahuan) pada masyarakat yang
membutuhkan”. Selanjutya terkait makna pengetahuan dan keterampilan dalam
kaitannya dengan pekerjaan pendidik PAUD. Pengetahuan dan keterampilan
menurut Uno, H.B. (2007:63) mengatakan:
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu, contohnya pengetahuan ahli bedah terhadap urat syaraf dalam tubuh manusia. Sedangkan keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah keterampilan programer komputer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berfikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.
Pengetahuan pendidik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi tentang
instructional games yang dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran anak
usia dini. Sedangkan keterampilan pendidik adalah kemampuan pendidik PAUD
menggunakan instructional games dan mampu merencanakan serta mengevaluasi
pembelajaran dengan bantuan instructional games untuk anak usia dini. Jadi
profesionalisme dalam penelitian ini adalah keahlian pendidik PAUD dalam
memanfaatkan instructional games yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan
sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Pendidik profesional
adalah pendidik yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Oleh sebab itu berbicara tentang profesionalisme berarti
berbicara tentang kompetensi pendidik.
Menurut Hammond. D, Wise, and Klein dalam Chong, S dan Mun. C.H
(2009:5) bahwa „effective teacher education requires teachers to integrate multiple kinds of knowledge and skills as they are used in practice to forge
connections between theory and practice‟. (pendidik yang efektif dalam
jenis pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam teori dan praktik).
Sutermeister dalam Musfah, J (2011:11) mengatakan „kemampuan diperoleh dari
pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan,
pengalaman dan pelatihan, keterampilan dipengaruhi oleh bakat dan kepribadian,
sebagaimana juga oleh pendidikan, pengalaman, pelatihan dan minat‟. Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk diagram pie,
ditemukan data yang menunjukan bahwa kualifikasi pendidik PAUD di kota Medan
belum memadai. Berikut data kualifikasi pendidikan dalam bentuk diagram pie. Data
diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Medan Tahun 2011.
Gambar 1.2 Kualifikasi Pendidikan Pendidik PAUD di Kota Medan (Sumber Dinas Pendidikan, 2011)
Pada gambar terlihat pendidik anak usia dini didominasi oleh lulusan
Sekolah Menengah Umum dan sederajat yakni sekitar 53,96%. Bahkan masih ada
pendidik yang hanya lulusan Sekolah Dasar yaitu 0.33%, sekitar 3.30% Sekolah
Menengah Pertama 1.65% Diploma I, 8.09% Diploma II, dan 5.61% Diploma III.
Meskipun ada juga pendidik yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan 20.96%
Strata satu, 0.50% Strata dua, dan 0.33% Strata tiga namun jumlahnya tidak
terlalu besar. Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi anak usia dini, sementara
itu pendidikan memerlukan proses dan hasil yang harus dapat dipertanggung
jawabkan dan harus memiliki akuntabilitas dalam penyelenggaraannya.
Bagaimana mungkin produktivitas pendidikan diperoleh dengan baik jika
proses maupun hasil pendidikan itu menjadi terhambat oleh adanya sistem
0.33% 3.30%
53.96%
1.65% 8.09% 5.61%
20.96%
0.50% 0.33%
5.28% SD
SMP
SMA
DI
DII
DIII
S1
S2
penyelenggaraan yang tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan yang harus
dipenuhi. Harapannya melalui pemenuhan kriteria penyelenggaraan pendidikan
dapat menghasilkan manusia-manusia unggul yang dapat bersaing pada dunia
global. Globalisasi dipandang sebagai era pengetahuan karena pengetahuan akan
menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Era pengetahuan merupakan
suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan
spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan
lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan
teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa
dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Hadirnya
berbagai jenis komputer dan internet di dunia pendidikan memberikan banyak
tawaran dan pilihan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Keunggulan
yang ditawarkan bukan saja kecepatan untuk mendapatkan informasi, tetapi
fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual, dan
interaktif. Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme pendidik PAUD
merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan
semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi,
terutama dalam bidang pendidikan. Sebagai pendidik PAUD yang dipercaya oleh
orang tua dengan menitipkan anaknya di lembaga PAUD memang sudah
seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan tugasnya.
Aspek penting yang diperlukan agar pendidik dapat memberikan layanan
terbaiknya pada anak usia dini adalah profesionalisme pendidik dan
kemampuannya menggunakan teknologi untuk menunjang keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Ilmu pengetahuan dan keterampilan
menggunakan teknologi diperlukan sehingga dapat memanfaatkannya pada
pembelajaran anak usia dini. Namun tidak semua teknologi dapat digunakan pada
pendidikan anak usia dini, harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak,
didukung oleh pendapat Rosen, D.B dan Jaruszewicz,C. (2009:169) mengatakan “
points and for developmentally approriate time frames and to stretch the children’s imagination, problem solving, curiosity, and independence ..”.
Tujuan pendidik harus mengenalkan teknologi dan pengalaman yang sesuai
dengan tahap perkembangan tujuannya untuk mengembangkan imaginasi,
pemecahan masalah, rasa ingin tau, dan kemadirian. Instructional games
merupakan sesuatu yang baru pada lembaga PAUD di Kota Medan, hal ini
didasarkan pada hasil observasi, dan dalam menggunakan instructional games
dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga dapat
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran karena akan banyak
pertanyaan yang muncul. Agar instructinal games lebih familier maka dibutuhkan
pelatihan untuk mengetahui cara menginstal software instructional games,
mengetahui cara mengoperasionalkan software dan mengenali konten-konten
games. Pengetahuan dan keterampilan pendidik anak usia dini, selain melalui
pendidikan dapat juga ditingkatkan melalui pelatihan yang merupakan jenis
pendidikan nonformal. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2003 Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 3 disebutkan bahwa;
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lainnya yang ditujukan mengembangkan kemampuan peserta didik.
Berdasarkan Undang-undang tersebut diketahui bahwa pelatihan dan pendidikan
anak usia dini merupakan jenis pendidikan nonformal yang dapat dijadikan bahan
kajian dalam pengembangannya, salah satunya adalah menyangkut pendidiknya.
Dalam Undang-undang tersebut juga dijelaskan posisi PAUD dalam pendidikan
nonformal yaitu merupakan salah satu jenis pendidikan nonformal yang perlu
dikembangkan termasuk profesionalisme pendidik dalam menggunakan media
pembelajaran solusinya multimedia interaktif, model instructional games.
Pelatihan adalah suatu program yang terencana bertujuan untuk membangun atau
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta aspirasi yang dibutuhkan.
Pelatihan perlu dilakukan agar pendidik memperoleh pengetahuan baru tentang
objective of training is to achive a change in the behavior of those trained’. Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih.
Dalam kaitannya dengan topik yang dibahas melalui pelatihan ini dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam menggunakan multimedia interaktif
dalam pembelajaran agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.
Sementara itu multimedia interaktif yang dijadikan sebagai contoh dikembangkan oleh
peneliti. Pendidikan anak usia dini menurut Penwel dalam Mbugua, T. (2009:222)
„early childhood education refers to the combination of physical, intelegence/cognitif, emosional, and social learning of child during the first 6 to 8
years of her life’. (Pendidikan anak usia dini mengacu pada kombinasi fisik,
intelegensi/kognitif, emosional dan pembelajaran sosial anak untuk anak usia 6
selama enam sampai delapan tahun awal hidup anak).
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui tiga
jalur pendidikan yaitu formal, nonformal, dan/atau informal. UNESCO dalam
Mbugua,T. (2009:223) „the term early childhood service refers to all typess of
formal, nonformal and informal earlrly childhood care ...’. Pendidikan anak usia
dini merujuk pada semua tipe baik formal, nonformal maupun informal. Dengan
demikian tumbuh kembang anak usia dini menjadi tanggung jawab bersama dan
menjadi sebuah tuntutan yang harus diyakini bersama bahwa bangsa indonesia
tidak akan maju bila tidak berani memandang anak dan dunianya sebagai
kekuatan besar untuk kemajuan bangsa.
Pendidik pada lembaga PAUD merupakan komponen penting, sehingga
dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang tahap tumbuh kembang
anak dan kecerdasannya. Salah satu contohnya adalah pengetahuan dan
keterampilan pendidik PAUD dalam menggunakan instructional games dalam
pembelajaran melalui pelatihan, sehingga pembelajaran anak usia dini menjadi
menarik dan menyenangkan sesuai dengan cara anak berpikir dan belajar, yaitu
belajar melalui. Pelatihan adalah suatu program yang terencana bertujuan untuk
perlu dilakukan agar pendidik memperoleh pengetahuan baru yaitu menggunakan
instructional games dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi pada BP-PAUDNI
Regional I Medan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas pendidikan
kota Medan. Wawancara yang sama juga dilakukan pada tiga lembaga PAUD yang
dilakukan pada tahun 2012 pelatihan yang diikuti pendidik diantaranya meliputi:
pelatihan Perencanaan Pembelajaran Tingkat Provinsi, Pelatihan Tingkat Dasar
PAUD Bagi Anak Kebutuhan Khusus, Pelatihan Model Pembelajaran PAUD
Berbasis Wira Usaha, dan Pelatihan Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dan
lain-lainnya. Pelatihan yang diikuti tersebut cenderung masih berorientasi pada
tugas pokok dan fungsi, dan lain-lain. Pelatihan yang berorientasi pada
peningkatan profesionalisme dalam menggunakan instructional games melalui
program pelatihan belum pernah dilakukan. Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini tentu pelatihan seperti ini tidaklah cukup.
Salah satu kebutuhan yang mendesak terutama yang seiring dengan
perkembangan teknologi pembelajaran adalah pelatihan instructional games.
Multimedia interaktif, memiliki keunggulan peran pendidik sebagai perantara
pembelajaran tidak dominan mengikuti dan mengawasi anak selama pembelajaran
berlangsung. Karena memiliki keunggulan, guna mengantisipasi perkembangan
teknologi pembelajaran dan tuntutan agar pendidik anak usia dini menjadi kreatif
untuk itulah peneliti mengambil judul“. Pengembangan Model Pelatihan
instructional games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini
di Kota Medan”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah maka, permasalahan dalam penelitian
diuraikan sebagai berikut:
a. Profesionalisme pendidik PAUD yang dilihat dari aspek pengetahuan media
cenderung belum bervariasi, monoton dan kaku bahkan masih ada yang
menggunakan LKS (lembar kerja siswa), hal ini bertentangan dengan cara
berpikir dan cara anak belajar, sebab anak mencipta pengetahuan ketika
bermain, dan pendidikan yang baik bagi anak usia dini adalah pendidikan
yang memperhatikan tahap perkembangan anak yaitu anak belajar melalui
bermain. Bermain adalah kebutuhan bagi anak, melalui bermainlah anak
mengetahui segala sesuatu yang ada dunia sekitarnya.
b. Pada beberapa lembaga PAUD sudah ada yang memiliki media yang memadai
bahkan sudah ada yang menggunakan media pembelajaran berupa pemutaran cerita
dengan memanfaatkan media Televisi dan CD, namun pada saat observasi terlihat
anak cenderung bosan, diduga karena komunikasi yang terbentuk satu arah, anak
tidak menjadi bagian dari cerita yang ditayangkan (interaktif).
c. Pada beberapa lembaga PAUD juga ditemukan sudah ada yang menyediakan
fasilitas komputer, namun penggunaanya belum maksimal. Hal ini karena pendidik
hanya mengenalkan pada anak bagaimana membuka dan menutup komputer,
selebihnya anak dibiarkan mengotak atik komputer. Fungsi lainnya dari keberadaan
komputer pada lembaga PAUD adalah digunakan pendidik PAUD sebagai alat
penunjang administrasi seperti membuat surat dan catatan lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar.
d. Profesionalisme pendidik yang kurang memadai dalam menggunakan media
pembelajaran dipengaruhi berbagai faktor salah satunya kualifikasi pendidik
yang belum memenuhi standar, dan belum memiliki kesempatan mengikuti
pelatihan. Dari hasil studi dokumentasi ditemukan data pendidik didominasi
oleh lulusan Sekolah Menengah Umum dan sederajat yakni 327 atau sekitar
53,96% dari jumlah keseluruhan yaitu sekitar 606. Bahkan masih ada
pendidik yang hanya lulusan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Diploma I, Diploma II, dan Diploma III. Meskipun ada juga pendidik PAUD
yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan Strata satu, Strata dua, dan Strata
e. Tidak match nya antara pekerjaan sebagai pendidik PAUD dengan latar
belakang pendidikan pendidik juga diduga menjadi faktor lain penyebab
profesionalisme yang kurang memadai. Berdasar hasil studi dokumentasi
diketahui beberapa pendidik memiliki kualifikasi Sarjana namun tidak
relevan dengan latar belakang jurusannya, ada yang lulusan sarjana pertanian,
ekonomi dan lainnya, tentu saja hal ini mempengaruhi profesionalismenya
dalam melaksanakan tugasnya, sebab pendidik tidak memiliki ilmu
pendidikan yang dibutuhkan. Mendidik merupakan sebuah profesi yang tidak
semua orang dapat melakukannya hanya orang-orang dengan keahlian
tertentu.
f. Berangkat dari permasalahan dan potensi yang dimiliki lembaga PAUD maka
peneliti berasumsi diperlukan pengembangan model media bagi anak usia
dini yang menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian anak dengan
memaksimalkan penggunaan potensi yang ada yaitu komputer. Instructional
games menjadi salah satu pilihan untuk dikembangkan. Namun Instructional
games merupakan hal baru bagi pendidik PAUD dan anak usia dini untuk itu
diperlukan pelatihan yang dapat mensosialisasikan media ini, sehingga
penggunaannya dapat memaksimalkan fungsinya sebagai alat untuk
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
g. Pelatihan bagi pendidik PAUD selama ini sudah ada yang melaksanakannya
guna meningkatkan kompetensi secara umum oleh berbagai lembaga
penyelenggara pelatihan terkait seperti BP-NFI Regional 1 Provinsi Sumatera
Utara, Dinas PendidikanKota Medan, HIMPAUDNI dan lembaga
penyelenggara pelatihan lainnya, namun saat ini belum ada pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme melalui model pelatihan
instructional games. Pengembangan model pelatihan diperlukan untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan.
Rumusan masalah penelitian secara umum yaitu “bagaimanakah mengembangkan
model pelatihan instructional games untuk meningkatkan profesionalisme
pendidik PAUD di Kota Medan?” Adapun rumusan masalah secara khusus
sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi empirik profesionalisme pendidik PAUD serta pelatihan
pendidik PAUD yang ada selama ini?
b. Bagaimana desain instructional games yang dikembangkan, sebagai salah
satu model media pembelajaran bagi anak usia dini?
c. Bagaimana model konseptual pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?
d. Bagaimanakah implementasi pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?
e. Bagaimanakah efektivitas model pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme Pendidik PAUD?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian secara umum
untuk “mengetahui pengembangan model pelatihan instructional games untuk
meningkatkan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan”. Maka perlu
merumuskan tujuan penelitian secara spesifik dan terukur, berikut tujuan
penelitian secara spesifik:
1. Memperoleh data tentang kondisi empirik profesionalisme pendidik PAUD
dan pelatihan pendidik PAUD yang ada selama ini
2. Mengetahui desain instructional games yang dikembangkan, sebagai salah
3. Mengetahui model konseptual pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD
4. Mengimplementasikan model pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD
5. Mengetahui efektivitas model pelatihan instructional games untuk peningkatan
profesionalisme Pendidik PAUD
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif baik
dalam tataran teoritik maupun praktis, berikut rinciannya manfaat penelitian:
1. Manfaat Teoretis, yaitu :
a. Memberikan kontribusi dalam membangun konstruk teori dan konsep
pelatihan instructional games bagi pendidikan pendidik PAUD.
b. Mengaplikasikan teori dan konsep pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD.
c. Memberikan pemahaman dan informasi bagi peneliti lain yang meneliti
bidang pendidikan anak usia dini
2. Manfaat Praktis, yaitu :
a. Sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan (stake holders), praktisi dan
akademisi dalam berbagai kegiatan pelatihan khususnya dalam berbagai
program pelatihan pendidik pada lembaga PAUD.
b. Memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan berbagai model
pelatihan untuk penyiapan tenaga pendidik PAUD dalam lingkup institusi
maupun di luar institusi.
c. Sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini melalui pengembangan model media instructional
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada lembaga PAUD yang berlokasi di Kota
Medan, Sumatera Utara. Subjek penelitian adalah pendidik yang menjadi pengajar
di berbagai lembaga PAUD di Kota Medan. Jumlah pendidik PAUD yang ada di
Kota Medan adalah 606 orang, banyaknya lembaga 303. Subjek penelitian
ditentukan secara purporsif sampling sebagai salah satu jenis teknik
nonprobabilty sampling yaitu sampling diambil dengan terlebih dahulu
menentukan kriteria lembaga PAUD kemudian kriteria komputer, dan kriteria
pendidik PAUD yang diambil menjadi subjek penelitian.
Kriteria lembaga PAUD, pertama; lembaga PAUD yang memiliki fasilitas
perangkat komputer dalam kondisi baik, kedua; lembaga PAUD
direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Medan dan HIMPAUDNI
berdasarkan kepemilikian fasilitas komputer. Kriteria komputer dengan
spesifikasi; pertama, dual core; kedua, minimal pentium empat, ketiga, VGA
minimal satu giga bite, keempat, Ram minimal 1 Giga bite. Kriteria pendidik;
pertama menguasai program komputer sekurang-kurangnya program microsoft
office, kedua; memiliki laptop, CD-ROM dan Headphone yang diperlukan dalam
pelatihan; ketiga, berstatus aktif mengajar pada lembaga PAUD, keempat,
pendidik PAUD memiliki jarak tempat tinggal yang memungkinkan dapat
mengikuti pelatihan tepat waktu, kelima; bersedia mengikuti pelatihan yang
ditawarkan dan bersedia menerapkan pada lembaganya setelah mengikuti
pelatihan.
Dalam pengambilan sampel tersebut sebelumnya dilakukan wawancara
untuk mendapatkan informasi kepemilikan fasilitas komputer pada lembaga
PAUD tempat bekerja dan kepemilikan laptop serta fasilitas CD ROM yang
peneliti melakukan test untuk mendapatkan informasi penguasaan calon peserta
pelatihan dalam mengoperasikan komputer. Berdasarkan kriteria lembaga, kriteria
komputer, kriteria pendidik dan wawancara serta tes yang dilakukan tersebut
maka didapati pendidik PAUD berjumlah 14 orang, berasal dari 14 PAUD
berbeda, masing-masing PAUD mewakili satu orang (Nama PAUD terdiri dari
PAUD: Pratiwi, Serumpun Jaya, Annisa dari, Perwari Trisula, Nadine, Happy
Holly Kids, Alamanda, Cahaya, Rianda, Kasih Bunda Jaya, Sinar Surya,
Pembina Negeri 1, Lab Unimed, Wauwaudayna). (lihat lampiran 5). Sedangkan
pada uji terbatas diambil lima orang mahasiswa PLS UPI konsentrasi PAUD yang
memenuhi kriteria; mampu mengoperasikan komputer berjumlah lima orang. Uji
terbatas pada awalnya ingin dilakukan di Laboratorium UPI dengan mengambil
sampel pendidik PAUD lab UPI, namun berdasarkan wawancara dan observasi
didapatkan informasi, tidak memenuhi persyaratan seperti fasilitas komputer
dalam keadaan rusak sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan pada
laboratorium PAUD UPI.
Subjek dipilih dengan menentukan kriteria lembaga dan pendidik yang
diperlukan karena pelatihan hanya akan efektif dengan pemenuhan kriteria yang
dipersyaratkan dan setelah pelatihan peserta dapat mengimplementasikan
pengetahuan, keterampilan yang diperoleh pada lembaga masing-masing, yang
memerlukan sarana seperti komputer dan kemampuan mengoperasikan komputer
sehingga pelatihan memiliki kemanfaatan dan kontribusi terhadap kemajuan
pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini di Kota Medan.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pelatihan instructional games
untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD, menggunakan desain R&D,
sedangkan Instructional games dikembangkan dengan langkah pengembangan
media. Menurut Borg and Gall dalam Syaodih (2008:169) ada sepuluh langkah
R&D, yaitu:
kelima; main produc revision, keenam; main field testing ketujuh; operational product revision, kedelapan; operational field testing, kesembilan; final product revision, kesepuluh; dissemination and distribution.
Dalam penelitian ini dari sepuluh langkah tersebut digambarkan seperti berikut:
Sepuluh langkah penelitian R & D dapat dikelompokan pada tiga tahapan yaitu perencanaan, pengembangan dan evaluasi. Lihat gambar berikut ini:
Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa sepuluh langkah R&D menurut Borg
and Gall dikelompokan pada tiga tahapan secara garis besar yakni tahap studi
pendahuluan, kegiatan yang dilakukan adalah kajian empiris, teoritis serta
Gambar 3.2; Langkah-langkah penelitian (diadopsi dari Sugiono, 2008:316) Studi Pendahuluan
1. Kajian teoretis 2. Kajian empiris 3. Kajian kebijakan
Studi lapangan tentang profesionalisme pendidik PAUD dalampenggunaan media di Kota Medan serta
model pelatihan yang ada selama ini. Studi Literatur
Pengembangan
uji coba terbatas
Uji coba lebih luas
Evaluasi dan Perbaikan
Temuan Draft media pembelajaran dan Desain Model Pelatihan
Penyusunan Model media & model Pelatihan 1. Ekspert judgement konten dan media pada ahli 2. Ekspert judgement model pelatihan pada praktisi
dan ahli
Evaluasi dan Penyempurnaan Model Pelatihan
Model Hipotetik Model pelatihan Instructional games
Tahap Evaluasi 1.2. Tes awal (Pre Test) Implementasi model pelatihan 3. Tes Akhir (Post Test)
Model Final
Potensi & masalah
Perencanaan Desain Produk Validasi Desain
Ujicoba pemakaian Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain
Revisi Produk Produk Masal
kebijakan, berikunya tahap pengembangan model media instructional games
untuk anak usia dini dan model pelatihan instructional games untuk pendidik
PAUD, selanjutnya tahap evaluasi model pretest dan posttest. Desain analisis data
adalah quasi yaitu The one group pretest-posttest design.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode R&D sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian yaitu menghasilkan produk penelitian berupa model pelatihan untuk
peningkatan profesionalisme pendidik PAUD. Menurut Borg and Gall
(2003:569):
Research and development is an industry-based development model in which the finding of research are used to design new products and procedures, which then are syistematically field-tested, evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectivness, quality, or similar standards.
Penelitian dan pengembangan adalah sebuah penelitian yang digunakan
untuk merancang produk dan prosedur baru yang harus diuji lapangan secara
sistematik, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria efektivitas tertentu,
kualitas, atau standar yang sama. Trianto (2011:206) mengatakan “research and development adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada
agar dapat dipertanggungjawabkan”.
Dari pendapat Borg and Gall dan Trianto diatas diketahui bahwa bentuk
hasil penelitian research and development tidak hanya berupa produk yang
bersifat baru dan prosedural, akan tetapi juga bisa berupa penyempurnaan dari
model yang telah ada. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh produk berupa
model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik
PAUD di Kota Medan, untuk itu metode yang digunakan adalah metode research
and development/mpenelitian dan pengembangan.
Model pelatihan untuk pendidik anak usia dini sudah dilakukan
sebelumnya oleh beberapa lembaga pelatihan seperti BP-PAUDNI Regional I
Medan Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Kota Medan, HIMPAUDNI Kota
pendidik melalui pelatihan instructional games belum pernah dilakukan. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengembangan model pelatihan. Pendekatan yang
digunakan untuk mewujudkan tujuan penelitian menggunakan dua pendekatan
yaitu kualitatif dan kuantitatif. untuk lebih jelas lihat gambar berikut :
Pada gambar 3.3 tampak bahwa upaya mengetahui kondisi empiris
profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan dan model pelatihan yang ada
saat ini, desain intructional games yang dikembangkan, pengembangan model
konseptual pelatihan instructional games, dilakukan dengan langkah
pengembangan media dan pengembangan model pelatihan. Implementasi
pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD
dijawab menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan untuk mengetahui
efektivitas model pelatihan yang dikembangkan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Guna mengetahui efektif tidaknya model pelatihan yang
dikembangkan maka penelitian ini menggunakan desain analisis quasi yaitu The
one group pretest-posttest design.
Keefektipan model pelatihan instructional games akan diuji dengan
memberikan sebelum mengikuti pelatihan dan setelah pelatihan. Tahapan secara
garis besar ada tiga yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap
evaluasi. Pada tahap studi pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah 1. Mengetahui kondisi empirik
profesionalisme pendidik PAUD serta pelatihan pendidik PAUD yang ada selama ini?
2. Mengetahui desain instructional
games yang dikembangkan, sebagai
salah satu model media
pembelajaran bagi anak usia dini?
3. Mengetahui model konseptual pelatihan instructional games untuk
peningkatan profesionalisme
pendidik PAUD? 4. Mengimplementasikan pelatihan
instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?
5. Mengetahui efektivitas model pelatihan
instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik PAUD?
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kualitatif
mengumpulkan data kondisi empirik pelatihan dan profesionalisme pendidik
PAUD dalam melaksanakan pekerjaanya. Pada tahap pengembangan kegiatan
yang dilakukan adalah mengembangkan model media instructional games dan
model konseptual pelatihan instructional games untuk peningkatan
profesionalisme pendidik PAUD, validasi desain model, perbaikan desain model,
uji coba model, revisi model, uji coba pemakaian dan revisi model.
Pada tahap evaluasi kegiatan yang dilakukan yaitu pengujian dengan quasi
eksperimen one group yaitu melakukan evaluasi pada tahap sebelum dan sesudah
pelatihan, berupa pre test dan posttest hasil pembelajaran berupa test tertulis dan
untuk melihat penguasaan keterampilan dengan pengamatan. Keefektipan dapat
dilihat dari fluktuasi capaian korelasi model pelatihan dengan profesionalisme
pendidik PAUD yang dilihat dari pengetahuan dan keterampilannya. Keefektipan
model pelatihan terlihat dari adanya perubahan profesionalisme pendidik PAUD
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
D. Definisi Operasional
Berdasarkan teori yang dibahas pada bab dua, berikut definisi operasional
dalam penelitian ini:
1. Pelatihan
Pelatihan adalah suatu program terencana bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan pendidik untuk peningkatan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya. Pembelajaran dalam pelatihan menggunakan teori andragogi dan partisipatif. Model pelatihan yang dikembangkan mengacu pada model pelatihan Dubois dalam Sutisna (2010:366)
yang dikenal dengan lima tahap yaitu 1) analisis kebutuhan, 2) pengembangan
model desain pembelajaran yang memperhatikan tujuan, strategi, sasaran, dan
rencana organisasi. 3) perencanaan kurikulum, 4) perencanaan dan
pengembangan intervensi pembelajaran dan 5) evaluasi pelatihan.
2. Instructional Games
Instructional games merupakan pembelajaran yang didesain kedalam
bentuk permainan yang menyenangkan berupa software, didalamnya terdapat
dapat dikontrol secara interaktif oleh user. Jadi pelatihan instructional games
adalah pelatihan yang bertujuan untuk melatih pendidik PAUD agar memiliki
pengetahuan dan keterampilan menggunakan software model instructional
games dalam pembelajaran dalam upaya menciptakan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan. Produk instructional games dikembangkan oleh
peneliti dengan bantuan ahli multimedia, sebelum dikemas kedalam software
conten materi games di ekxpert pada ahli PAUD dan setelah media selesai
selanjutnya di expert pada ahli multimedia.
3. Profesionalisme pendidik PAUD
Profesionalisme adalah keahlian, mutu/kualitas seseorang mengerjakan
pekerjaan tertentu dan menjadi sumber penghasilan kehidupan serta memerlukan
pendidikan profesi agar kompeten dalam melaksanakan pekerjaannya.
profesionalisme merupakan indikator yang menunjuk pada perbuatan yang dapat
diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.
Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian pendidik
PAUD dalam memanfaatkan instructional games sebagai alternatif media untuk
anak usia dini, dilihat dari pengetahuan dan keterampilannya.
E.Instrumen Penelitian
Dalam mengungkapkan data penelitian, diperlukan instrumen yang sesuai
untuk mengungkap data penelitian, berikut adalah instrumen yang digunakan
mencakup tujuan dan cara melakukan serta justifikasinya sehingga menggunakan
instrumen yang dimaksud. Berikut ini adalah instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini:
1) Soal Tes
Soal test digunakan untuk mengetahui pengetahuan peserta pelatihan
tentang konsep instructional games sebagai materi inti dan materi umum yang
berkaitan. Soal tes pengetahuan digunakan pada saat sebelum dilakukan pelatihan
untuk mengetahui pengetahuan awal peserta pelatihan (pretest) dan pada saat
program pelatihan (posttest). Riduwan (2008:105) tes merupakan “serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Soal tes cocok digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pelatihan
terhadap konsep instructional games. Dalam penelitian ini soal tes akan
digunakan untuk mengungkap data profesionalisme dari aspek pengetahuan
pendidik PAUD di kota Medan pada saat sebelum pelatihan (pretest) dan pada
saat setelah pelatihan (posttest).
2) Lembar Pengamatan
Sedangkan untuk mengetahui penguasaan keterampilan menggunakan
instructional games dilakukan tes dengan lembar observasi jenis cek list.
Lembar observasi dimaksudkan untuk mengungkap data tentang penguasaan
peserta pelatihan pada saat sebelum pelatihan (pretest) dan sesudah pelatihan
(posttest). Sedangkan materi yang di obeservasi adalah penguasaan peserta
pelatihan terhadap cara instalasi software dan operasionalisasi lima games yang
terdiri dari games diri sendiri, games kebutuhanku, games lingkunganku, games
binatang dan games tanaman. Berikut ini kisi-kisi soal tes pengetahuan dan
pengamatan penguasaan keterampilan.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Test Pengetahuan & Keterampilan untuk Pre Test dan Posttest
Variabel Indikator Deskriptor No Item Jumlah
Profesiona
1. Konsep bermain dalam PAUD
1.1 Pengertian bermain dalam PAUD 1.2 Pentingnya bermain dan Manfaat
bermain pada PAUD
1.3 Karakteristik bermain pada PAUD 1.4 Hubungan bermain dengan dimensi
perkembangan
1,2,3,4 4
2. Peran dan fungsi media pembelajaran
2.1 Peran media pembelajaran 2.2 Fungsi media pembelajaran
5,6,7,8,9 5
3. Teori dan Praktik intructional games
3.1 Pengertian multimedia interaktif 3.2 Pengertian instructional games 3.3 Karakteristik instructional games 3.4 Keunggulan instructional games
a. Instalasi software instructional games b. Operasionalisasi software instructional
games: instructional games diri sendiri, lingkunganku, kebutuhanku, binatang, tanaman
4. Pengenalan cara merencanakan & mengevaluasi media pembelajaran
4.1 Rencana pembelajaran menggunakan media
Kisi-kisi instrumen yang terdapat pada tabel 3.1 bertujuan untuk
mengungkap profesionalisme peserta pelatihan sebelum () dan sesudah mengikuti
program pelatihan (posttest) instructional games.
3) Lembaran Angket.
Lembaran angket digunakan untuk mengungkap data persepsi pendidik
PAUD terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional
games. Trianto (2011:265) mengungkapkan „bentuk lembaran angket dapat
berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari
responden tentang apa yang ia alami‟. Data yang ingin diungkap adalah
berkaitan dengan persepsi peserta pelatihan tentang penyelenggaraan pelatihan
dan kualitas software instructional games dilakukan setelah peserta mengalami
pelatihan, untuk itu lembaran angket cocok untuk digunakan sebagai alat untuk
mengungkap data yang dimaksud. Lembaran angket ini digunakan sesudah
pelatihan dilaksanakan. Berikut ini adalah kisi-kisi angket persepsi peserta
pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional
games setelah mengalami pelatihan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap persepsi peserta pelatihan terhadap model pelatihan dan kualitas software