• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN INSTRUCTIONAL GAMES UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME PENDIDIK ANAK USIA DINI DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN INSTRUCTIONAL GAMES UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME PENDIDIK ANAK USIA DINI DI KOTA MEDAN."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Disertasi

Oleh

NURLAILA NIM:1104513

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor Program Studi

(2)

Nurlaila, 2014

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN INSTRUCTIONAL GAMES

UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME PENDIDIK PAUD DI KOTA

MEDAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.”

Bandung, Desember 2014 Yang membuat pernyataan,

(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Cara berpikir anak usia dini berbeda dengan orang dewasa, sehingga cara

belajar anak juga berbeda. Anak belajar melalui bermain, didasarkan temuan

penelitian para ahli, sehingga banyak ahli yang mengklaim bahwa anak usia dini

belajar melalui bermain. Temuan lapangan di Kota Medan, saat ini media yang

digunakan masih tergolong belum bervariasi dan cenderung kaku, bahkan masih

ada yang menggunakan lembar kerja siswa, hal ini tentu saja bertolak belakang

dengan cara berpikir anak usia dini.

Pada masa usia dini kecerdasan berkembang pesat, untuk itu dituntut

profesionalisme yang memadai dari pendidik. Profesionalisme dipengaruhi

banyak faktor. Temuan lapangan saat ini kualifikasi pendidikan pendidik PAUD

masih kurang memadai, pendidik didominasi oleh lulusan SMA/sederajat. Tidak

matchnya latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang ditekuni, pekerjaan

sebagai pendidik dianggap hanya sebagai batu loncatan sementara dan faktor

lainnya. Pada beberapa lembaga PAUD didapati ada yang memiliki fasilitas

komputer, yang bisa dimaksimalkan kemanfaatannya. Fakta ini menjadi dasar

pemikiran perlunya pengembangan model media PAUD yang memanfaatkan

komputer.

Instructional games merupakan salah satu model multimedia; gabungan

dari beberapa media seperti audio, animasi, suara dan lainnya dikembangkan

sebagai alternatif media. Materi PAUD (Permen 58 tahun 2009) dikemas

sedemikian rupa kedalam bentuk games-games yang menarik. Dalam proses

pengembangannya peneliti dibantu oleh ahli-ahli yang kompeten dibidangnya

masing-masing. Instructional games merupakan suatu hal yang baru bagi

pendidik PAUD, agar instructional games dapat dimaksimalkan pemanfaatannya,

perlu adanya pelatihan bagi pendidik PAUD kota Medan.

Bandung, Desember 2014 Penyusun,

(5)

NIM:1104513

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

1. Manfaat Teoritis ... 15

2. Manfaat Praktis ... 16

BAB II: KERANGKA TEORI ... 17

A. ... K onsep Pelatihan Instructional Games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik PAUD ... 17

1. ... P embelajaran Dalam Pelatihan Instructional Games ... 30

a. ... T eori Andragogi ... 30

b. ... T eori Partisipatif ... 32

B.... K onsep Instructional Games ... 32

(6)

v

a. ... P

rinsip Instructional Games ... 34 b. ... F

low chart Instructional Games... 35

c. ... K

omponen Instructional Games ... 37 2. ... K

onsep Multimedia Interaktif ... 37 a. ... P

engertian Multimedia Interaktif ... 37 b. ... K

arakteristik Multimedia Interaktif ... 40 C.... K

onsep Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini ... 41 1. ... P

engertian Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini ... 41 2. ... P

rinsip Profesional ... 44 D. ... K

onsep Pendidikan Anak Usia Dini ... 45 E. ... P

enelitian yang Relevan ... 47 F. ... K

erangka Pemikiran Penelitian ... 50 G. ... H

ipotesis Penelitian ... 52

BAB III: METODE PENELITIAN ... 53

A. ... L

(7)

E. ... I

nstrumen Penelitian ... 59 F. ... P

roses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 66 1. ... U

ji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 66 2. ... H

asil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 68 G. ... T

eknik dan Alat Pengumpulan Data serta Alasan Rasionalnya ... 73 H. ... A

ondisi empiris profesionalisme pendidik PAUD dan model

pelatihan yang ada saat ini ... 80 2. ... D

esain Instructional games yang dikembangkan sebagai

alternatif media pembelajaran untuk anak usia dini ... 93 3. ... P

engembangan model konseptual pelatihan instructional

games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 105

4. ... I mplementasi model pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 125

5. ... D eskripsi efektivitas model pelatihan instructional games

untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 131

B. ... P embahasan ... 150 1. ... K

ondisi empiris profesionalisme pendidik PAUD dan

model pelatihan yang ada ... 150 2. ... D

isain Pengembangan Model Media Instructional Games

(8)

vii

3. ... M

odel konseptual pelatihan instructional games

untuk peningkatan profesionalisme pendidik ... 156

4. ... I mplementasi model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD. ... 159

5. ... E fektivitas model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 162

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN ... 166

A. ... S impulan ... 166

B... S aran ... 169

Daftar Pustaka ... 171

Daftar Lampiran ... 176

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Matrik Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 60

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data persepsi peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional games ... 61

Tabel 3.3 : Kisi-kisi instrumen pengungkap data kondisi empirik Profesionalisme pendidik PAUD Dalam Menggunakan Media saat ini ... 62

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen pengungkap Data kondisi empirik Profesionalisme Pendidik PAUD dan pelatihan Pada Lemba BP-PAUDNI & Dinas Pendidikan Kota Medan ... 63

Tabel 3.5 : Matriks Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 66

Tabel 3.6 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Konstruk Pada 10 Pendidik PAUD Di Kota Medan ... 69

Tabel 3.7 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Pendidik PAUD Hasil Ekspert Judgement ... 70

Tabel 3.8 : Pelaksanaan Ekspert Judgement ... 71

Tabel 3.9 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Isi Instrumen TesKeterampilan ... 71

Tabel 3.10 : Pelaksanaan Ekspert Judgement ... 72

Tabel 3.11 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Isi Instrumen Persepsi Peserta Terhadap Pelatihan ... 72

(9)

Tabel 4.1 : Kualifikasi Pendidik PAUD di Kota Medan ... 84

Tabel 4.2 : Kondisi Awal Pelatihan Bagi Pendidik PAUD ... 91

Tabel 4.2 : Identitas Program Instructional Games Diri Sendiri ... 92

Tabel 4.3 : Story Board Instructional Games ... 99

Tabel 4.4 : Data Peserta Pelatihan Implementasi Model ... 127

Tabel 4.5 : Struktur Materi Pelatihan Dalam Implementasi Model ... 128

Tabel 4.6 : Skor Pretest Aspek Pengetahuan Pelatihan Uji Terbatas ... 132

Tabel 4.7 : Perbandingan Skor Pretest dan posttest Pelatihan Instructional Games Uji Terbatas ... 133

Tabel 4.8 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Menggunakan Instructional Games Sebelum Pelatihan (Pretest) ... 134

Tabel 4.9 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Menggunakan Instructional Games Sebelum Pelatihan (Posttestt) ... 135

Tabel 4.10 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan & Kualitas Software ... 137

Tabel 4.11 : Skor Pretest Aspek Pengetahuan Peserta Pelatihan Instructional Games ... 141

Tabel 4.12 : Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 142

Tabel 4.13 : Penguasaan Keterampilan Pretest Pelatihan Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 144

Tabel 4.14 : Penguasaan Keterampilan Posttest Pelatihan Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 145

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Edgar Dale’s Cone of Experience ... 3

Gambar 1.2 : Kualifikasi Pendidikan Pendidik PAUD di Kota Medan ... 8

Gambar 2.1 : Gambaran Definisi Multimedia ... 29

Gambar 2.2 : Flowchart Model Instructional Games ... 36

Gambar 2.3 : Gambaran Definisi Multimedia ... 38

Gambar 2.4 : Kerangka Pemikiran Penelitian ... 51

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Penelitian ... 55

Gambar 3.2 : Adopsi Langkah-langkah Penelitian ... 55

Gambar 3.3 : Pendekatan Dalam Menjawab tujuan Penelitian ... 57

Gambar 3.4 : Komponen dalam Analisis Data Peneltian ... 77

Gambar 4.1 : Langkah-langkah Pengembangan Instructional Games ... 94

Gambar 4.2 : Flow chart Aplikasi Keseluruhan Instructional Games ... 95

Gambar 4.3 : Flow chart Games Diri Sendiri ... 96

Gambar 4.4 : Turunan Flow chart Games Diri Sendiri ... 97

Gambar 4.5 : Model Hipotetik Pelatihan ... 115

(11)

Gambar 4.7 : Model Hipotetik Pelatihan yang Direkomendasikan ... 124

Gambar 4.8 : Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Uji Coba Terbatas ... 132

Gambar 4.9 : Penguasaan Keterampilan Pretest Uji Coba Terbatas ... 135

Gambar 4.10 : Penguasaan Keterampilan Posttest Uji Coba Terbatas ... 136

Gambar 4.11 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan Uji Coba Terbatas ... 138

Gambar 4.12 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Kualitas Software Uji Coba Terbatas ... 139

Gambar 4.13 : Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Aspek Pengetahuan Pada Uji Coba Luas ... 143

Gambar 4.14 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Pretest Pada Uji Coba Luas ... 145

Gambar 4.15 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Posttest Pada Uji Coba Luas ... 146

Gambar 4.16 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan Uji Coba Luas ... 148

Gambar 4.17 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Kualitas Software Uji Coba Luas ... 149

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman wawancara pada studi pendahuluan ... 176

Lampiran 2 : Instrumen Sebelum Uji Coba dan Expert Judgement ... 181

Lampiran 3 : Instrumen Setelah Uji Coba dan Expert Judgemen ... 193

Lampiran 4 : Hasil Uji Coba dan Expert Judgement Instrumen ... 204

Lampiran 5.1 : Subjek Penelitian dan sebaran populasi Penelitian ... 214

Lampiran 5.2 : Garis Besar Program Media ... 226

Lampiran 6 : Hasil Uji Coba Terbatas ... 228

Lampiran 7 : Hasil Uji Coba Luas ... 234

Lampiran 8 : Dokumentasi Uji Terbatas ... 242

Lampiran 9 : Dokumentasi Uji Luas ... 245

Lampiran 10 : Perlengkapan Pelatihan ... 251

Lampiran 11 : Hasil Ekspert Judgement ... 256

Lampiran 12 : SK Pembimbing ... 261

Lampiran 13 : Surat Penelitian ... 264

(12)
(13)

ABSTRAK

Nurlaila (2014): Pengembangan Model Pelatihan Instructional Games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik PAUD di Kota Medan (Disertasi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung).

Penelitian ini dibutuhkan untuk meningkatkan profesionalisme pendidik di Kota Medan. Pada beberapa lembaga PAUD diketahui profesionalisme pendidik PAUD dalam menggunakan media pembelajaran tergolong belum memadai, belum bervariasi, monoton dan kaku bahkan masih ada yang menggunakan lembar kerja siswa. Ada beberapa unit komputer yang dapat dimanfaatkan pada lembaga. Kualifikasi pendidikan pendidik juga masih kurang memadai, tidak matchnya latar belakang pendidik dengan pekerjaan yang ditekuni, belum optimalnya pembinaan lembaga terkait diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Berdasarkan kajian studi pendahuluan di kota Medan, Instructional games dapat dikembangkan sebagai alternatif media anak usia dini. Instructional games merupakan hal baru, agar pemanfaatannya maksimal maka perlu diadakan pelatihan untuk pendidik. Ide tersebut mendasari penelitian ini, yang bertujuan mengembangkan model pelatihan

instructional games untuk peningkatkan profesionalisme pendidik PAUD. Penelitian

ini menerapkan metode penelitian dan pengembangan dengan tiga tahapan proses, yakni studi pendahuluan, pengembangan model, dan validasi model. Validasi dilakukan dengan uji efektivitas secara terbatas dan luas dalam bentuk The one

group pretest-posttest design. Populasi 606 orang pendidik PAUD dari 333

lembaga, sampel ditentukan dengan teknik purposif sampling, yaitu 19 orang; 5 orang pada saat uji terbatas dan 14 orang pada uji luas. Tes, angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi adalah alat yang digunakan untuk mengungkap data, kemudian dianalisis dengan dua cara yaitu analisis logis, analisis

nonparametrik. Temuan penelitian: (1) kondisi awal profesionalisme pendidik dalam

penggunaan media pembelajaran belum memadai, belum bervariasi, monoton, cenderung kaku bahkan masih ada yang menggunakan LKS, pada aspek pelatihan, belum ada pelatihan yang berorientasi meningkatkan profesionalisme pendidik melalui pelatihan instructional games, dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, (2) Instructional games dikembangkan melalui tahapan pembuatan GBPM, flowchart, storyboard, pengumpulan bahan, finishing & pemrograman, (3) model konseptual pelatihan instructional games dikembangkan melalui tahapan: identifikasi kebutuhan, desain model konseptual, validasi desain, (4) implementasi model melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi (5) penerapan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD efektif. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada BP-PAUDNI Provinsi Sumut, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kota, khususnya bagi para pendidik PAUD.

(14)
(15)

ABSTRACT

Nurlaila (2014): The Development of Training Model of instructional Games for the Increased Professionalism of Early Childhood Educators in Medan (Dissertation of non formal Education Program, Post Graduate School of Education University of Indonesia , Bandung) .

(16)
(17)
(18)

Nurlaila, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.

Peranan pendidikan sangat penting dalam kehidupan seseorang,

pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk membekali anak dengan

pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup yang diperlukan di masa depan.

Pendidikan dimulai sejak masa usia dini, pada masa ini kecerdasan berkembang

pesat. Anak yang baru lahir ke dunia awalnya mendapatkan pendidikan dari

pendidik pertama yaitu orang tua pada lingkungan keluarga (informal), berikutnya

pendidik pada lembaga PAUD (formal maupun nonformal). Pendidik pada

lembaga PAUD merupakan pendidik kedua setelah orang tua yang bertanggung

jawab dalam membantu mengembangkan kecerdasan anak melalui pembelajaran.

Pendidikan bagi anak usia dini penting karena pendidikan berupaya membantu

mengembangkan kecerdasan anak secara optimal sebagai dasar pendidikan

sebelum memasuki pendidikan selanjutnya. Gardner dalam Fadillah. M dan Khorida.

L.M (2013:48) mengatakan bahwa:

Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang pesat mencapai 80%, ketika dilahirkan ke dunia, anak manusia telah mencapai perkembangan otak 20%, sampai usia 4 tahun perkembangan mencapai 50%, dan sampai 8 tahun mencapai 80% selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun.

Dari pendapat diatas diketahui sekitar 50% kecerdasan berkembang pada

masa usia nol sampai dengan enam tahun begitu pesat, sampai usia delapan tahun

mencapai 80%. Karenanya tidak bisa dipungkiri, pendidikan anak usia dini

merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan

sumber daya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh

perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini dan dalam

pelaksanaannya diperlukan sinergitas antara pendidik, tenaga penyerta dan anak

(19)

bertujuan membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak

usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar yang

terarah dengan baik. Pendidikan yang baik bagi anak usia dini mampu

mengembangkan segala potensi diri anak. Fadillah, M dan Khorida L.M

(2013:50) mengatakan pertumbuhan lebih menekankan pada bertambahnya

ukuran fisik, sedangkan perkembangan lebih menitik beratkan pada psikis atau

kejiwaan anak. Tujuan pendidikan anak usia dini tersebut dapat diwujudkan

melalui pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu melalui

permainan yang menyenangkan sehingga dapat menarik minat anak, hal ini

didasarkan pada hasil penelitian banyak ahli yang menemukan bahwa anak

mencipta pengetahuan ketika bermain dan cara berpikir anak. Rousseou.J.J dalam

Essa L.E. (2002 :114) mengatakan bahwa:

Children’s mode of thinking and learning is different from that of adults and considered good education to be based on the stage of the development of the child, not on adult-imposed criteria. A child centerred, uncorrupted education will, eventually, result in adult who are moral and interested in this common good of society.

Dari pendapat tersebut diketahui bahwa cara anak berpikir berbeda dengan

orang dewasa yang berimplikasi pada cara belajarnya dan pendidikan yang baik

adalah didasarkan pada tahap perkembangan anak. Pada akhirnya pendidikan

yang baik akan berdampak pada moral dan ketertarikannya pada kebaikan hidup

menjadi masyarakat yang baik. Selanjutnya Froebel.F dalam Essa L.E (2002:116)

mengatakan bahwa ‘education should harmonize with the child’s inner

development, recognizing that children are in different stages at varius ages. He

saw childhood as a separate stage that was not just a transition to adulthood but

stage with great intrinsic value in its own right’. (Pendidikan harus selaras dengan

perkembangan batin anak, kenali bahwa anak-anak memiliki perbedaan tahap

usia. Froebel melihat bahwa masa kanak-kanak sebagai tahap yang terpisah yang

bukan hanya transisi ke masa dewasa, tetapi tahap perubahan pada nilai intrinsik

yang kuat dalam dirinya sendiri). Berangkat dari Pendapat Rousseou, J.J

(20)

baik adalah melalui pembelajaran yang memperhatikan tingkat perkembangan

anak dimana anak memiliki cara berpikir berbeda dengan orang dewasa yang

berimplikasi pada cara belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian ahli banyak yang

mengklaim bahwa anak mencipta pengetahuannya ketika bermain. Jadi anak

belajar melalui bermain merupakan konsep yang tepat untuk pembelajaran anak

usia dini. Setiap anak memiliki perbedaan minat dalam apa yang dipelajari, dan

tugas pendidik adalah membantu anak dalam mengembangkan kecerdasannya.

Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran PAUD dapat ditunjang dengan

berbagai media pembelajaran. Efektivitas penggunaan media pembelajaran

ditentukan oleh kesesuaian media tersebut dengan materi pelajaran yang

diajarkan. Dalam rangka memahami peranan media dalam proses mendapatkan

pengalaman belajar bagi anak, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut

yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman sebagai berikut: Dale, E dalam

Petrina, S (2007:167):

Dapat dilihat bahwa orang mampu mengingat setelah dua minggu pada

pembelajaran pasif sekitar 10% dari apa yang dibaca, sekitar 20% mengingat dari

apa yang didengar, sekitar 30% mampu mengingat dari apa yang dilihat, sekitar

50% mampu mengingat dari yang dilihat dan dengarkan. Sedangkan pada

pembelajaran aktif sekitar 70% mampu mengingat dari apa yang mereka katakan,

(21)

dan sekitar 90% mampu mengingat dari apa yang mereka katakan dan lakukan.

Rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman

melalui simbol-simbol komunikasi dari yang bersifat kongkret ke abstrak. Kerucut

tersebut berguna untuk memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode

dan bahan pembelajaran. Kerucut pengalaman yang dikemukakan itu memberikan

gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh anak didik dapat melalui

proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati,

dan mendengarkan melalui media tertentu serta proses mendengarkan melalui

bahasa. Semakin konkret anak didik mempelajari bahan pengajaran, contohnya

melalui pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang

diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak anak didik memperoleh pengalaman,

contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman

yang akan diperoleh peserta didik. Pemikiran Edgar Dale tentang kerucut

pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan

alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audio

visual. Demikian pentingnya peranan media interaktif dalam pembelajaran, sekitar 90%

anak dapat terlibat secara interaktif untuk pembelajaran anak usia dini melalui dunia yang

disenanginya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada lembaga PAUD di Kota

Medan ditemukan bahwa media yang digunakan belum bervariasi, bahkan ada yang

masih menggunakan LKS (lembar kerja siswa). Hal ini tentu bertolak belakang dengan

cara anak berpikir dan belajar anak belajar melalui bermain, ini diungkapkan oleh Dau

dalam Samuelsson, I.P dan Calsson.M.A (2008:627) „many studies today claim that children create knowladge when they play‟ (banyak studi saat ini yang

mengklaim bahwa anak mencipta pengetahuan ketika mereka bermain).

Selanjutnya Levin dalam Samuelsson, I.P dan Calsson, M.A (2008:627)

mengatakan „play is gave children opportunities to be in control of what is happening and what they know. (bermain adalah memberikan kesempatan pada

anak untuk mengontrol apa yang akan terjadi dan apa yang mereka tau). Dau dan

(22)

dan bermain yang dimaksud adalah memberikan kesempatan pada anak untuk

mengontrol apa yang akan terjadi dan yang mereka ketahui. Walaupun demikian

sudah ada lembaga PAUD yang memiliki media yang memadai bahkan ada yang sudah

menggunakan media berupa pemutaran cerita dengan memanfaatkan media televisi dan

VCD, namun karena media ini bersifat satu arah, terlihat anak cenderung merasa bosan

hal ini diduga karena anak tidak dapat menjadi bagian dari cerita yang ditayangkan

(interaktif). Kecenderungan secara umum media yang digunakan belum bervariasi, hal

ini mengindikasikan bahwa pengetahuan dan keterampilan (profesionalisme) pendidik

PAUD dalam menggunakan media masih belum memadai. Berangkat dari situasi ini

peneliti berasumsi bahwa diperlukan media yang dapat melibatkan anak secara interaktif

yang menyenangkan sehingga dapat menarik minat anak. Peneliti berinisiatif

mengembangkan software instructional games merupakan salah satu model

multimedia interaktif yang dapat digunakan untuk membelajarkan anak usia dini

dengan games-games yang menarik dapat menunjang keberhasilan pencapaian

tujuan pembelajaran anak usia dini. Hal ini didukung hasil penelitian dalam Nusir,

S et al (2012:30) mengatakan bahwa:

The usage of games and enhanced methods of education .... results showed that those methods can be effective especially for youngsters where they can be motivated by graphics and animation particularly when known cartoon characters are used in those educational games.

(hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode games dalam

pembelajaran matematika dampaknya pembelajaran menjadi lebih efektif

terutama untuk anak-anak, dimana mereka termotivasi oleh grafis dan animasi

khususnya karakter kartun terkenal yang digunakan dalam game-game

pendidikan). Selanjutnya Nusir, S et al menjelaskan bahwa meskipun fakta bahwa

hasil menunjukan perbaikan dalam pembelajaran, namun ini bukan usulan

menggantikan pendidikan tradisional. Sebaliknya belajar interaktif ditingkatkan

sehingga dapat menjadi alternatif yang sangat berguna bagi pendidikan

tradisional. Selanjutnya Margie & Liu dalam Nusir, S et al (2012:18) mengatakan

(23)

Multimedia has the potential to create high quality learning environments. With the capability of creating a more realistic learning context through its different media and allowing a learner to take control, interactive multimedia can provide an effective learning environment to different kinds of learners.

(Multimedia memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan belajar yang

berkualitas tinggi. Dengan kemampuan menciptakan konteks belajar yang lebih

realistis melalui media yang berbeda dan memungkinkan pelajar mengontrol

sendiri, multimedia interaktif dapat menyediakan lingkungan belajar yang efektif

untuk berbagai jenis peserta didik). Menurut Salen & Zimmerman dalam Nusir, S

et al (2012:22) a game is a system in which players engage in an artificial

conflict, defined by rules, that results in a quantifiable outcome’. Selanjutnya

Nusir, S et al (2012:22) mengatakan “This definition gave four major features as

comprising a game: system, rules, artificial conflict, and quantifiable outcome”.

(game adalah suatu sistem dimana pemain terlibat dalam konflik buatan, yang

didefinisikan oleh aturan, yang menghasilkan hasil yang terukur. Selanjutnya

Nusir dan kawan-kawan memberikan empat fitur utama permainan terdiri: sistem,

aturan, konflik buatan, dan hasil terukur).

Instructional games sebagai salah satu model multimedia dapat digunakan oleh

pendidik dalam pembelajaran anak usia dini untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan

keterampilan (profesionalisme) baru bagi pendidik PAUD. Karena menarik tidaknya

pembelajaran dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan pendidik sebab cerminan

keberhasilan pendidik dalam pembelajaran hakikatnya adalah kemampuan dalam

mengoptimalkan pemanfaatan semua potensi yang tersedia termasuk media. Wrightman

dalam Talajan (2012:53), „pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan pendidik sebagai pemegang peranan yang utama‟. Peranan pendidik

adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang berkaitan yang dilakukan dalam

situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan

perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut idealnya para pendidik/guru selalu

berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan

(24)

mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan kurikulum sesuai tuntutan

profesinya sebagai pendidik PAUD, sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan

perkembangan anak usia dini menjadi optimal. Pendidik PAUD harus selalu

berupaya meningkatkan profesionalismenya. Profesionalisme menurut Muhson, A

(2004:97) adalah “keahlian yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu

yang telah memberikan keprofesiannya (ilmu pengetahuan) pada masyarakat yang

membutuhkan”. Selanjutya terkait makna pengetahuan dan keterampilan dalam

kaitannya dengan pekerjaan pendidik PAUD. Pengetahuan dan keterampilan

menurut Uno, H.B. (2007:63) mengatakan:

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu, contohnya pengetahuan ahli bedah terhadap urat syaraf dalam tubuh manusia. Sedangkan keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah keterampilan programer komputer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berfikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.

Pengetahuan pendidik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi tentang

instructional games yang dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran anak

usia dini. Sedangkan keterampilan pendidik adalah kemampuan pendidik PAUD

menggunakan instructional games dan mampu merencanakan serta mengevaluasi

pembelajaran dengan bantuan instructional games untuk anak usia dini. Jadi

profesionalisme dalam penelitian ini adalah keahlian pendidik PAUD dalam

memanfaatkan instructional games yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan

sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Pendidik profesional

adalah pendidik yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas

pendidikan dan pengajaran. Oleh sebab itu berbicara tentang profesionalisme berarti

berbicara tentang kompetensi pendidik.

Menurut Hammond. D, Wise, and Klein dalam Chong, S dan Mun. C.H

(2009:5) bahwa „effective teacher education requires teachers to integrate multiple kinds of knowledge and skills as they are used in practice to forge

connections between theory and practice‟. (pendidik yang efektif dalam

(25)

jenis pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam teori dan praktik).

Sutermeister dalam Musfah, J (2011:11) mengatakan „kemampuan diperoleh dari

pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan,

pengalaman dan pelatihan, keterampilan dipengaruhi oleh bakat dan kepribadian,

sebagaimana juga oleh pendidikan, pengalaman, pelatihan dan minat‟. Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk diagram pie,

ditemukan data yang menunjukan bahwa kualifikasi pendidik PAUD di kota Medan

belum memadai. Berikut data kualifikasi pendidikan dalam bentuk diagram pie. Data

diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Medan Tahun 2011.

Gambar 1.2 Kualifikasi Pendidikan Pendidik PAUD di Kota Medan (Sumber Dinas Pendidikan, 2011)

Pada gambar terlihat pendidik anak usia dini didominasi oleh lulusan

Sekolah Menengah Umum dan sederajat yakni sekitar 53,96%. Bahkan masih ada

pendidik yang hanya lulusan Sekolah Dasar yaitu 0.33%, sekitar 3.30% Sekolah

Menengah Pertama 1.65% Diploma I, 8.09% Diploma II, dan 5.61% Diploma III.

Meskipun ada juga pendidik yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan 20.96%

Strata satu, 0.50% Strata dua, dan 0.33% Strata tiga namun jumlahnya tidak

terlalu besar. Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi anak usia dini, sementara

itu pendidikan memerlukan proses dan hasil yang harus dapat dipertanggung

jawabkan dan harus memiliki akuntabilitas dalam penyelenggaraannya.

Bagaimana mungkin produktivitas pendidikan diperoleh dengan baik jika

proses maupun hasil pendidikan itu menjadi terhambat oleh adanya sistem

0.33% 3.30%

53.96%

1.65% 8.09% 5.61%

20.96%

0.50% 0.33%

5.28% SD

SMP

SMA

DI

DII

DIII

S1

S2

(26)

penyelenggaraan yang tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan yang harus

dipenuhi. Harapannya melalui pemenuhan kriteria penyelenggaraan pendidikan

dapat menghasilkan manusia-manusia unggul yang dapat bersaing pada dunia

global. Globalisasi dipandang sebagai era pengetahuan karena pengetahuan akan

menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Era pengetahuan merupakan

suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan

spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan

lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan

teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa

dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Hadirnya

berbagai jenis komputer dan internet di dunia pendidikan memberikan banyak

tawaran dan pilihan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Keunggulan

yang ditawarkan bukan saja kecepatan untuk mendapatkan informasi, tetapi

fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual, dan

interaktif. Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme pendidik PAUD

merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan

semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi,

terutama dalam bidang pendidikan. Sebagai pendidik PAUD yang dipercaya oleh

orang tua dengan menitipkan anaknya di lembaga PAUD memang sudah

seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan tugasnya.

Aspek penting yang diperlukan agar pendidik dapat memberikan layanan

terbaiknya pada anak usia dini adalah profesionalisme pendidik dan

kemampuannya menggunakan teknologi untuk menunjang keberhasilan

pencapaian tujuan pembelajaran. Ilmu pengetahuan dan keterampilan

menggunakan teknologi diperlukan sehingga dapat memanfaatkannya pada

pembelajaran anak usia dini. Namun tidak semua teknologi dapat digunakan pada

pendidikan anak usia dini, harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak,

didukung oleh pendapat Rosen, D.B dan Jaruszewicz,C. (2009:169) mengatakan “

(27)

points and for developmentally approriate time frames and to stretch the children’s imagination, problem solving, curiosity, and independence ..”.

Tujuan pendidik harus mengenalkan teknologi dan pengalaman yang sesuai

dengan tahap perkembangan tujuannya untuk mengembangkan imaginasi,

pemecahan masalah, rasa ingin tau, dan kemadirian. Instructional games

merupakan sesuatu yang baru pada lembaga PAUD di Kota Medan, hal ini

didasarkan pada hasil observasi, dan dalam menggunakan instructional games

dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga dapat

menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran karena akan banyak

pertanyaan yang muncul. Agar instructinal games lebih familier maka dibutuhkan

pelatihan untuk mengetahui cara menginstal software instructional games,

mengetahui cara mengoperasionalkan software dan mengenali konten-konten

games. Pengetahuan dan keterampilan pendidik anak usia dini, selain melalui

pendidikan dapat juga ditingkatkan melalui pelatihan yang merupakan jenis

pendidikan nonformal. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun

2003 Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 3 disebutkan bahwa;

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lainnya yang ditujukan mengembangkan kemampuan peserta didik.

Berdasarkan Undang-undang tersebut diketahui bahwa pelatihan dan pendidikan

anak usia dini merupakan jenis pendidikan nonformal yang dapat dijadikan bahan

kajian dalam pengembangannya, salah satunya adalah menyangkut pendidiknya.

Dalam Undang-undang tersebut juga dijelaskan posisi PAUD dalam pendidikan

nonformal yaitu merupakan salah satu jenis pendidikan nonformal yang perlu

dikembangkan termasuk profesionalisme pendidik dalam menggunakan media

pembelajaran solusinya multimedia interaktif, model instructional games.

Pelatihan adalah suatu program yang terencana bertujuan untuk membangun atau

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta aspirasi yang dibutuhkan.

Pelatihan perlu dilakukan agar pendidik memperoleh pengetahuan baru tentang

(28)

objective of training is to achive a change in the behavior of those trained’. Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih.

Dalam kaitannya dengan topik yang dibahas melalui pelatihan ini dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam menggunakan multimedia interaktif

dalam pembelajaran agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Sementara itu multimedia interaktif yang dijadikan sebagai contoh dikembangkan oleh

peneliti. Pendidikan anak usia dini menurut Penwel dalam Mbugua, T. (2009:222)

early childhood education refers to the combination of physical, intelegence/cognitif, emosional, and social learning of child during the first 6 to 8

years of her life’. (Pendidikan anak usia dini mengacu pada kombinasi fisik,

intelegensi/kognitif, emosional dan pembelajaran sosial anak untuk anak usia 6

selama enam sampai delapan tahun awal hidup anak).

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui tiga

jalur pendidikan yaitu formal, nonformal, dan/atau informal. UNESCO dalam

Mbugua,T. (2009:223) „the term early childhood service refers to all typess of

formal, nonformal and informal earlrly childhood care ...’. Pendidikan anak usia

dini merujuk pada semua tipe baik formal, nonformal maupun informal. Dengan

demikian tumbuh kembang anak usia dini menjadi tanggung jawab bersama dan

menjadi sebuah tuntutan yang harus diyakini bersama bahwa bangsa indonesia

tidak akan maju bila tidak berani memandang anak dan dunianya sebagai

kekuatan besar untuk kemajuan bangsa.

Pendidik pada lembaga PAUD merupakan komponen penting, sehingga

dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang tahap tumbuh kembang

anak dan kecerdasannya. Salah satu contohnya adalah pengetahuan dan

keterampilan pendidik PAUD dalam menggunakan instructional games dalam

pembelajaran melalui pelatihan, sehingga pembelajaran anak usia dini menjadi

menarik dan menyenangkan sesuai dengan cara anak berpikir dan belajar, yaitu

belajar melalui. Pelatihan adalah suatu program yang terencana bertujuan untuk

(29)

perlu dilakukan agar pendidik memperoleh pengetahuan baru yaitu menggunakan

instructional games dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi pada BP-PAUDNI

Regional I Medan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas pendidikan

kota Medan. Wawancara yang sama juga dilakukan pada tiga lembaga PAUD yang

dilakukan pada tahun 2012 pelatihan yang diikuti pendidik diantaranya meliputi:

pelatihan Perencanaan Pembelajaran Tingkat Provinsi, Pelatihan Tingkat Dasar

PAUD Bagi Anak Kebutuhan Khusus, Pelatihan Model Pembelajaran PAUD

Berbasis Wira Usaha, dan Pelatihan Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dan

lain-lainnya. Pelatihan yang diikuti tersebut cenderung masih berorientasi pada

tugas pokok dan fungsi, dan lain-lain. Pelatihan yang berorientasi pada

peningkatan profesionalisme dalam menggunakan instructional games melalui

program pelatihan belum pernah dilakukan. Dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi saat ini tentu pelatihan seperti ini tidaklah cukup.

Salah satu kebutuhan yang mendesak terutama yang seiring dengan

perkembangan teknologi pembelajaran adalah pelatihan instructional games.

Multimedia interaktif, memiliki keunggulan peran pendidik sebagai perantara

pembelajaran tidak dominan mengikuti dan mengawasi anak selama pembelajaran

berlangsung. Karena memiliki keunggulan, guna mengantisipasi perkembangan

teknologi pembelajaran dan tuntutan agar pendidik anak usia dini menjadi kreatif

untuk itulah peneliti mengambil judul“. Pengembangan Model Pelatihan

instructional games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini

di Kota Medan”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka, permasalahan dalam penelitian

diuraikan sebagai berikut:

a. Profesionalisme pendidik PAUD yang dilihat dari aspek pengetahuan media

(30)

cenderung belum bervariasi, monoton dan kaku bahkan masih ada yang

menggunakan LKS (lembar kerja siswa), hal ini bertentangan dengan cara

berpikir dan cara anak belajar, sebab anak mencipta pengetahuan ketika

bermain, dan pendidikan yang baik bagi anak usia dini adalah pendidikan

yang memperhatikan tahap perkembangan anak yaitu anak belajar melalui

bermain. Bermain adalah kebutuhan bagi anak, melalui bermainlah anak

mengetahui segala sesuatu yang ada dunia sekitarnya.

b. Pada beberapa lembaga PAUD sudah ada yang memiliki media yang memadai

bahkan sudah ada yang menggunakan media pembelajaran berupa pemutaran cerita

dengan memanfaatkan media Televisi dan CD, namun pada saat observasi terlihat

anak cenderung bosan, diduga karena komunikasi yang terbentuk satu arah, anak

tidak menjadi bagian dari cerita yang ditayangkan (interaktif).

c. Pada beberapa lembaga PAUD juga ditemukan sudah ada yang menyediakan

fasilitas komputer, namun penggunaanya belum maksimal. Hal ini karena pendidik

hanya mengenalkan pada anak bagaimana membuka dan menutup komputer,

selebihnya anak dibiarkan mengotak atik komputer. Fungsi lainnya dari keberadaan

komputer pada lembaga PAUD adalah digunakan pendidik PAUD sebagai alat

penunjang administrasi seperti membuat surat dan catatan lainnya yang berkaitan

dengan kegiatan belajar mengajar.

d. Profesionalisme pendidik yang kurang memadai dalam menggunakan media

pembelajaran dipengaruhi berbagai faktor salah satunya kualifikasi pendidik

yang belum memenuhi standar, dan belum memiliki kesempatan mengikuti

pelatihan. Dari hasil studi dokumentasi ditemukan data pendidik didominasi

oleh lulusan Sekolah Menengah Umum dan sederajat yakni 327 atau sekitar

53,96% dari jumlah keseluruhan yaitu sekitar 606. Bahkan masih ada

pendidik yang hanya lulusan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Diploma I, Diploma II, dan Diploma III. Meskipun ada juga pendidik PAUD

yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan Strata satu, Strata dua, dan Strata

(31)

e. Tidak match nya antara pekerjaan sebagai pendidik PAUD dengan latar

belakang pendidikan pendidik juga diduga menjadi faktor lain penyebab

profesionalisme yang kurang memadai. Berdasar hasil studi dokumentasi

diketahui beberapa pendidik memiliki kualifikasi Sarjana namun tidak

relevan dengan latar belakang jurusannya, ada yang lulusan sarjana pertanian,

ekonomi dan lainnya, tentu saja hal ini mempengaruhi profesionalismenya

dalam melaksanakan tugasnya, sebab pendidik tidak memiliki ilmu

pendidikan yang dibutuhkan. Mendidik merupakan sebuah profesi yang tidak

semua orang dapat melakukannya hanya orang-orang dengan keahlian

tertentu.

f. Berangkat dari permasalahan dan potensi yang dimiliki lembaga PAUD maka

peneliti berasumsi diperlukan pengembangan model media bagi anak usia

dini yang menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian anak dengan

memaksimalkan penggunaan potensi yang ada yaitu komputer. Instructional

games menjadi salah satu pilihan untuk dikembangkan. Namun Instructional

games merupakan hal baru bagi pendidik PAUD dan anak usia dini untuk itu

diperlukan pelatihan yang dapat mensosialisasikan media ini, sehingga

penggunaannya dapat memaksimalkan fungsinya sebagai alat untuk

menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

g. Pelatihan bagi pendidik PAUD selama ini sudah ada yang melaksanakannya

guna meningkatkan kompetensi secara umum oleh berbagai lembaga

penyelenggara pelatihan terkait seperti BP-NFI Regional 1 Provinsi Sumatera

Utara, Dinas PendidikanKota Medan, HIMPAUDNI dan lembaga

penyelenggara pelatihan lainnya, namun saat ini belum ada pelatihan yang

bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme melalui model pelatihan

instructional games. Pengembangan model pelatihan diperlukan untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan.

(32)

Rumusan masalah penelitian secara umum yaitu “bagaimanakah mengembangkan

model pelatihan instructional games untuk meningkatkan profesionalisme

pendidik PAUD di Kota Medan?” Adapun rumusan masalah secara khusus

sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi empirik profesionalisme pendidik PAUD serta pelatihan

pendidik PAUD yang ada selama ini?

b. Bagaimana desain instructional games yang dikembangkan, sebagai salah

satu model media pembelajaran bagi anak usia dini?

c. Bagaimana model konseptual pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?

d. Bagaimanakah implementasi pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?

e. Bagaimanakah efektivitas model pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme Pendidik PAUD?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian secara umum

untuk “mengetahui pengembangan model pelatihan instructional games untuk

meningkatkan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan”. Maka perlu

merumuskan tujuan penelitian secara spesifik dan terukur, berikut tujuan

penelitian secara spesifik:

1. Memperoleh data tentang kondisi empirik profesionalisme pendidik PAUD

dan pelatihan pendidik PAUD yang ada selama ini

2. Mengetahui desain instructional games yang dikembangkan, sebagai salah

(33)

3. Mengetahui model konseptual pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD

4. Mengimplementasikan model pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD

5. Mengetahui efektivitas model pelatihan instructional games untuk peningkatan

profesionalisme Pendidik PAUD

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif baik

dalam tataran teoritik maupun praktis, berikut rinciannya manfaat penelitian:

1. Manfaat Teoretis, yaitu :

a. Memberikan kontribusi dalam membangun konstruk teori dan konsep

pelatihan instructional games bagi pendidikan pendidik PAUD.

b. Mengaplikasikan teori dan konsep pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD.

c. Memberikan pemahaman dan informasi bagi peneliti lain yang meneliti

bidang pendidikan anak usia dini

2. Manfaat Praktis, yaitu :

a. Sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan (stake holders), praktisi dan

akademisi dalam berbagai kegiatan pelatihan khususnya dalam berbagai

program pelatihan pendidik pada lembaga PAUD.

b. Memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan berbagai model

pelatihan untuk penyiapan tenaga pendidik PAUD dalam lingkup institusi

maupun di luar institusi.

c. Sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan dalam penyelenggaraan

pendidikan anak usia dini melalui pengembangan model media instructional

(34)
(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lembaga PAUD yang berlokasi di Kota

Medan, Sumatera Utara. Subjek penelitian adalah pendidik yang menjadi pengajar

di berbagai lembaga PAUD di Kota Medan. Jumlah pendidik PAUD yang ada di

Kota Medan adalah 606 orang, banyaknya lembaga 303. Subjek penelitian

ditentukan secara purporsif sampling sebagai salah satu jenis teknik

nonprobabilty sampling yaitu sampling diambil dengan terlebih dahulu

menentukan kriteria lembaga PAUD kemudian kriteria komputer, dan kriteria

pendidik PAUD yang diambil menjadi subjek penelitian.

Kriteria lembaga PAUD, pertama; lembaga PAUD yang memiliki fasilitas

perangkat komputer dalam kondisi baik, kedua; lembaga PAUD

direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Medan dan HIMPAUDNI

berdasarkan kepemilikian fasilitas komputer. Kriteria komputer dengan

spesifikasi; pertama, dual core; kedua, minimal pentium empat, ketiga, VGA

minimal satu giga bite, keempat, Ram minimal 1 Giga bite. Kriteria pendidik;

pertama menguasai program komputer sekurang-kurangnya program microsoft

office, kedua; memiliki laptop, CD-ROM dan Headphone yang diperlukan dalam

pelatihan; ketiga, berstatus aktif mengajar pada lembaga PAUD, keempat,

pendidik PAUD memiliki jarak tempat tinggal yang memungkinkan dapat

mengikuti pelatihan tepat waktu, kelima; bersedia mengikuti pelatihan yang

ditawarkan dan bersedia menerapkan pada lembaganya setelah mengikuti

pelatihan.

Dalam pengambilan sampel tersebut sebelumnya dilakukan wawancara

untuk mendapatkan informasi kepemilikan fasilitas komputer pada lembaga

PAUD tempat bekerja dan kepemilikan laptop serta fasilitas CD ROM yang

(36)

peneliti melakukan test untuk mendapatkan informasi penguasaan calon peserta

pelatihan dalam mengoperasikan komputer. Berdasarkan kriteria lembaga, kriteria

komputer, kriteria pendidik dan wawancara serta tes yang dilakukan tersebut

maka didapati pendidik PAUD berjumlah 14 orang, berasal dari 14 PAUD

berbeda, masing-masing PAUD mewakili satu orang (Nama PAUD terdiri dari

PAUD: Pratiwi, Serumpun Jaya, Annisa dari, Perwari Trisula, Nadine, Happy

Holly Kids, Alamanda, Cahaya, Rianda, Kasih Bunda Jaya, Sinar Surya,

Pembina Negeri 1, Lab Unimed, Wauwaudayna). (lihat lampiran 5). Sedangkan

pada uji terbatas diambil lima orang mahasiswa PLS UPI konsentrasi PAUD yang

memenuhi kriteria; mampu mengoperasikan komputer berjumlah lima orang. Uji

terbatas pada awalnya ingin dilakukan di Laboratorium UPI dengan mengambil

sampel pendidik PAUD lab UPI, namun berdasarkan wawancara dan observasi

didapatkan informasi, tidak memenuhi persyaratan seperti fasilitas komputer

dalam keadaan rusak sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan pada

laboratorium PAUD UPI.

Subjek dipilih dengan menentukan kriteria lembaga dan pendidik yang

diperlukan karena pelatihan hanya akan efektif dengan pemenuhan kriteria yang

dipersyaratkan dan setelah pelatihan peserta dapat mengimplementasikan

pengetahuan, keterampilan yang diperoleh pada lembaga masing-masing, yang

memerlukan sarana seperti komputer dan kemampuan mengoperasikan komputer

sehingga pelatihan memiliki kemanfaatan dan kontribusi terhadap kemajuan

pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini di Kota Medan.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pelatihan instructional games

untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD, menggunakan desain R&D,

sedangkan Instructional games dikembangkan dengan langkah pengembangan

media. Menurut Borg and Gall dalam Syaodih (2008:169) ada sepuluh langkah

R&D, yaitu:

(37)

kelima; main produc revision, keenam; main field testing ketujuh; operational product revision, kedelapan; operational field testing, kesembilan; final product revision, kesepuluh; dissemination and distribution.

Dalam penelitian ini dari sepuluh langkah tersebut digambarkan seperti berikut:

Sepuluh langkah penelitian R & D dapat dikelompokan pada tiga tahapan yaitu perencanaan, pengembangan dan evaluasi. Lihat gambar berikut ini:

Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa sepuluh langkah R&D menurut Borg

and Gall dikelompokan pada tiga tahapan secara garis besar yakni tahap studi

pendahuluan, kegiatan yang dilakukan adalah kajian empiris, teoritis serta

Gambar 3.2; Langkah-langkah penelitian (diadopsi dari Sugiono, 2008:316) Studi Pendahuluan

1. Kajian teoretis 2. Kajian empiris 3. Kajian kebijakan

Studi lapangan tentang profesionalisme pendidik PAUD dalampenggunaan media di Kota Medan serta

model pelatihan yang ada selama ini. Studi Literatur

Pengembangan

uji coba terbatas

Uji coba lebih luas

Evaluasi dan Perbaikan

Temuan Draft media pembelajaran dan Desain Model Pelatihan

Penyusunan Model media & model Pelatihan 1. Ekspert judgement konten dan media pada ahli 2. Ekspert judgement model pelatihan pada praktisi

dan ahli

Evaluasi dan Penyempurnaan Model Pelatihan

Model Hipotetik Model pelatihan Instructional games

Tahap Evaluasi 1.2. Tes awal (Pre Test) Implementasi model pelatihan 3. Tes Akhir (Post Test)

Model Final

Potensi & masalah

Perencanaan Desain Produk Validasi Desain

Ujicoba pemakaian Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain

Revisi Produk Produk Masal

(38)

kebijakan, berikunya tahap pengembangan model media instructional games

untuk anak usia dini dan model pelatihan instructional games untuk pendidik

PAUD, selanjutnya tahap evaluasi model pretest dan posttest. Desain analisis data

adalah quasi yaitu The one group pretest-posttest design.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode R&D sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian yaitu menghasilkan produk penelitian berupa model pelatihan untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD. Menurut Borg and Gall

(2003:569):

Research and development is an industry-based development model in which the finding of research are used to design new products and procedures, which then are syistematically field-tested, evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectivness, quality, or similar standards.

Penelitian dan pengembangan adalah sebuah penelitian yang digunakan

untuk merancang produk dan prosedur baru yang harus diuji lapangan secara

sistematik, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria efektivitas tertentu,

kualitas, atau standar yang sama. Trianto (2011:206) mengatakan “research and development adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada

agar dapat dipertanggungjawabkan”.

Dari pendapat Borg and Gall dan Trianto diatas diketahui bahwa bentuk

hasil penelitian research and development tidak hanya berupa produk yang

bersifat baru dan prosedural, akan tetapi juga bisa berupa penyempurnaan dari

model yang telah ada. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh produk berupa

model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik

PAUD di Kota Medan, untuk itu metode yang digunakan adalah metode research

and development/mpenelitian dan pengembangan.

Model pelatihan untuk pendidik anak usia dini sudah dilakukan

sebelumnya oleh beberapa lembaga pelatihan seperti BP-PAUDNI Regional I

Medan Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Kota Medan, HIMPAUDNI Kota

(39)

pendidik melalui pelatihan instructional games belum pernah dilakukan. Oleh

karena itu perlu dilakukan pengembangan model pelatihan. Pendekatan yang

digunakan untuk mewujudkan tujuan penelitian menggunakan dua pendekatan

yaitu kualitatif dan kuantitatif. untuk lebih jelas lihat gambar berikut :

Pada gambar 3.3 tampak bahwa upaya mengetahui kondisi empiris

profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan dan model pelatihan yang ada

saat ini, desain intructional games yang dikembangkan, pengembangan model

konseptual pelatihan instructional games, dilakukan dengan langkah

pengembangan media dan pengembangan model pelatihan. Implementasi

pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD

dijawab menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan untuk mengetahui

efektivitas model pelatihan yang dikembangkan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Guna mengetahui efektif tidaknya model pelatihan yang

dikembangkan maka penelitian ini menggunakan desain analisis quasi yaitu The

one group pretest-posttest design.

Keefektipan model pelatihan instructional games akan diuji dengan

memberikan sebelum mengikuti pelatihan dan setelah pelatihan. Tahapan secara

garis besar ada tiga yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap

evaluasi. Pada tahap studi pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah 1. Mengetahui kondisi empirik

profesionalisme pendidik PAUD serta pelatihan pendidik PAUD yang ada selama ini?

2. Mengetahui desain instructional

games yang dikembangkan, sebagai

salah satu model media

pembelajaran bagi anak usia dini?

3. Mengetahui model konseptual pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme

pendidik PAUD? 4. Mengimplementasikan pelatihan

instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?

5. Mengetahui efektivitas model pelatihan

instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik PAUD?

Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kualitatif

(40)

mengumpulkan data kondisi empirik pelatihan dan profesionalisme pendidik

PAUD dalam melaksanakan pekerjaanya. Pada tahap pengembangan kegiatan

yang dilakukan adalah mengembangkan model media instructional games dan

model konseptual pelatihan instructional games untuk peningkatan

profesionalisme pendidik PAUD, validasi desain model, perbaikan desain model,

uji coba model, revisi model, uji coba pemakaian dan revisi model.

Pada tahap evaluasi kegiatan yang dilakukan yaitu pengujian dengan quasi

eksperimen one group yaitu melakukan evaluasi pada tahap sebelum dan sesudah

pelatihan, berupa pre test dan posttest hasil pembelajaran berupa test tertulis dan

untuk melihat penguasaan keterampilan dengan pengamatan. Keefektipan dapat

dilihat dari fluktuasi capaian korelasi model pelatihan dengan profesionalisme

pendidik PAUD yang dilihat dari pengetahuan dan keterampilannya. Keefektipan

model pelatihan terlihat dari adanya perubahan profesionalisme pendidik PAUD

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

D. Definisi Operasional

Berdasarkan teori yang dibahas pada bab dua, berikut definisi operasional

dalam penelitian ini:

1. Pelatihan

Pelatihan adalah suatu program terencana bertujuan untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan pendidik untuk peningkatan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya. Pembelajaran dalam pelatihan menggunakan teori andragogi dan partisipatif. Model pelatihan yang dikembangkan mengacu pada model pelatihan Dubois dalam Sutisna (2010:366)

yang dikenal dengan lima tahap yaitu 1) analisis kebutuhan, 2) pengembangan

model desain pembelajaran yang memperhatikan tujuan, strategi, sasaran, dan

rencana organisasi. 3) perencanaan kurikulum, 4) perencanaan dan

pengembangan intervensi pembelajaran dan 5) evaluasi pelatihan.

2. Instructional Games

Instructional games merupakan pembelajaran yang didesain kedalam

bentuk permainan yang menyenangkan berupa software, didalamnya terdapat

(41)

dapat dikontrol secara interaktif oleh user. Jadi pelatihan instructional games

adalah pelatihan yang bertujuan untuk melatih pendidik PAUD agar memiliki

pengetahuan dan keterampilan menggunakan software model instructional

games dalam pembelajaran dalam upaya menciptakan pembelajaran yang

menarik dan menyenangkan. Produk instructional games dikembangkan oleh

peneliti dengan bantuan ahli multimedia, sebelum dikemas kedalam software

conten materi games di ekxpert pada ahli PAUD dan setelah media selesai

selanjutnya di expert pada ahli multimedia.

3. Profesionalisme pendidik PAUD

Profesionalisme adalah keahlian, mutu/kualitas seseorang mengerjakan

pekerjaan tertentu dan menjadi sumber penghasilan kehidupan serta memerlukan

pendidikan profesi agar kompeten dalam melaksanakan pekerjaannya.

profesionalisme merupakan indikator yang menunjuk pada perbuatan yang dapat

diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,

keterampilan, sikap serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.

Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian pendidik

PAUD dalam memanfaatkan instructional games sebagai alternatif media untuk

anak usia dini, dilihat dari pengetahuan dan keterampilannya.

E.Instrumen Penelitian

Dalam mengungkapkan data penelitian, diperlukan instrumen yang sesuai

untuk mengungkap data penelitian, berikut adalah instrumen yang digunakan

mencakup tujuan dan cara melakukan serta justifikasinya sehingga menggunakan

instrumen yang dimaksud. Berikut ini adalah instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini:

1) Soal Tes

Soal test digunakan untuk mengetahui pengetahuan peserta pelatihan

tentang konsep instructional games sebagai materi inti dan materi umum yang

berkaitan. Soal tes pengetahuan digunakan pada saat sebelum dilakukan pelatihan

untuk mengetahui pengetahuan awal peserta pelatihan (pretest) dan pada saat

(42)

program pelatihan (posttest). Riduwan (2008:105) tes merupakan “serangkaian

pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Soal tes cocok digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pelatihan

terhadap konsep instructional games. Dalam penelitian ini soal tes akan

digunakan untuk mengungkap data profesionalisme dari aspek pengetahuan

pendidik PAUD di kota Medan pada saat sebelum pelatihan (pretest) dan pada

saat setelah pelatihan (posttest).

2) Lembar Pengamatan

Sedangkan untuk mengetahui penguasaan keterampilan menggunakan

instructional games dilakukan tes dengan lembar observasi jenis cek list.

Lembar observasi dimaksudkan untuk mengungkap data tentang penguasaan

peserta pelatihan pada saat sebelum pelatihan (pretest) dan sesudah pelatihan

(posttest). Sedangkan materi yang di obeservasi adalah penguasaan peserta

pelatihan terhadap cara instalasi software dan operasionalisasi lima games yang

terdiri dari games diri sendiri, games kebutuhanku, games lingkunganku, games

binatang dan games tanaman. Berikut ini kisi-kisi soal tes pengetahuan dan

pengamatan penguasaan keterampilan.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Test Pengetahuan & Keterampilan untuk Pre Test dan Posttest

Variabel Indikator Deskriptor No Item Jumlah

Profesiona

1. Konsep bermain dalam PAUD

1.1 Pengertian bermain dalam PAUD 1.2 Pentingnya bermain dan Manfaat

bermain pada PAUD

1.3 Karakteristik bermain pada PAUD 1.4 Hubungan bermain dengan dimensi

perkembangan

1,2,3,4 4

2. Peran dan fungsi media pembelajaran

2.1 Peran media pembelajaran 2.2 Fungsi media pembelajaran

5,6,7,8,9 5

3. Teori dan Praktik intructional games

3.1 Pengertian multimedia interaktif 3.2 Pengertian instructional games 3.3 Karakteristik instructional games 3.4 Keunggulan instructional games

(43)

a. Instalasi software instructional games b. Operasionalisasi software instructional

games: instructional games diri sendiri, lingkunganku, kebutuhanku, binatang, tanaman

4. Pengenalan cara merencanakan & mengevaluasi media pembelajaran

4.1 Rencana pembelajaran menggunakan media

Kisi-kisi instrumen yang terdapat pada tabel 3.1 bertujuan untuk

mengungkap profesionalisme peserta pelatihan sebelum () dan sesudah mengikuti

program pelatihan (posttest) instructional games.

3) Lembaran Angket.

Lembaran angket digunakan untuk mengungkap data persepsi pendidik

PAUD terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional

games. Trianto (2011:265) mengungkapkan „bentuk lembaran angket dapat

berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari

responden tentang apa yang ia alami‟. Data yang ingin diungkap adalah

berkaitan dengan persepsi peserta pelatihan tentang penyelenggaraan pelatihan

dan kualitas software instructional games dilakukan setelah peserta mengalami

pelatihan, untuk itu lembaran angket cocok untuk digunakan sebagai alat untuk

mengungkap data yang dimaksud. Lembaran angket ini digunakan sesudah

pelatihan dilaksanakan. Berikut ini adalah kisi-kisi angket persepsi peserta

pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional

games setelah mengalami pelatihan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap persepsi peserta pelatihan terhadap model pelatihan dan kualitas software

Gambar

Gambar 1.2 Kualifikasi Pendidikan Pendidik PAUD di Kota Medan (Sumber Dinas Pendidikan, 2011)
Gambar 3.1; Langkah-langkah penelitian (Borg & Gall)
Gambar 3.3 Pendekatan dalam menjawab tujuan masalah penelitian
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Test Pengetahuan  & Keterampilan untuk Pre Test dan Posttest
+7

Referensi

Dokumen terkait

STUDI TENTANG MINTA TERHADAP PROFESI GURU GEOGRAFI PADA MAHASISWA DEPARTEMEN GEOGRAFI FPIPS UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keputusan investasi dan kebijakan dividen positif signifikan terhadap nilai perusahaan Keputusan Pendanaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Turbin aliran silang (crossflow) merupakan salah satu alat pembangkit listrik tenaga air yang mengkonversi energi potensial air menjadi energi mekanik untuk menggerakan

Dalam terminologi ekonomi dan keuangan hal ini merupakan kondisi yang tidak efisien bahkan pada periode tahun 2009, 2009 dan 2013 rasio efisiensi telah melebihi dari angka

Kemmis dan Taggart dalam tiga siklus. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 6 Kota Bandung dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-II dan dilaksanakan dalam

Penulisan Ilmiah ini membahas mengenai obat obat tradisional yang dengan mudah dapat dibuat sendiri, karena pada Aplikasi Ensiklopedia Elektronik Obat Tradisional ini memuat

Dalam hal ini,transaksi penjualan obat pada apotik endeh masih menggunakan cara manual.dengan cara ini apotik tersebut akan mengalami kesulitan dalam pendataan penjualan

[r]