Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Oleh :
Stefanus Dwi Winarno NIM : 055214010
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
THE CROSSFLOW TURBINE WITH 60
OANGLE OF BLADE
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
to Obtain the Sarjana Teknik Degree
in Mechanical Engineering
By :
Stefanus Dwi Winarno Student Number : 055214010
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini saya persembahkan untuk :
1. Ibu Mardiningsih 2. Bapak Suharno 3. Oma Hommes 4. Alm. Opa Hommes 5. Silvia Ajeng P.N.
INTISARI
Turbin aliran silang banyak digunakan untuk pembangkit listrik skala mikro. Pembuatan sudu turbin dari plat yang dilengkung sulit dilakukan oleh masyarakat. Geometri sudu turbin aliran silang sebenarnya sama dengan geometri pipa yang dibelah dengan busur tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari unjuk kerja turbin aliran silang dengan sudu dari bilah pipa yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Peralatan yang digunakan adalah sebuah turbin aliran silang. Sudu turbin dibuat dari pipa dengan diameter 1,25 inch. Diameter runner adalah 98 mm dengan lebar runner 104 mm. Besar sudut busur sudu 60o dan jumlah sudu 20 buah. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan debit, beban dan tinggi bukaan nozzle. Debit air yang digunakan adalah 10,6L/s, 9,3L/s, dan 8,3L/s. Tinggi bukaan nozzle pada 4 mm , 9 mm dan 14 mm. Untuk menghasilkan listrik turbin dihubungkan dengan generator. Pengukuran daya yang dihasilkan turbin dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus yang dihasilkan generator pada kondisi generator diberi variasi pembebanan 10 watt, 15 watt, 25 watt, 40 watt, 60 watt, 100 watt. Pada setiap pembebanan putaran turbin diukur dengan tachometer.
Hasil dari penelitian ini, daya terbesar terjadi pada debit 10,6 L/s dan tinggi bukaan nosel 9 mm yaitu 36,4 watt. Efisiensi tertinggi terjadi pada debit 10,6 L/s dan tinggi bukaan nosel 14 mm yaitu 9,08%.
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian untuk Tugas Akhir dengan judul “Turbin Aliran Silang dengan Busur Sudu 60o”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk merarih gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui penyusunan tugas akhir ini mahasiswa diharapkan mampu mempunyai daya analisa yang tajam serta membantu memperdalam ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah.
Penulis menyadari bahwa dalam proses belajar di Program Studi Teknik Mesin, sejak awal studi sampai berakhirnya studi melibatkan banyak hal. Atas segala saran, bimbingan, dukungan dan bantuan, pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Romo Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., Msc., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, Serta dosen pembimbing akademik.
3. Yosef Agung Cahyanta, S.T, M.T sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
4. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T., yang telah memberi masukan dan peminjaman alat.
5. Ir. YB. Lukiyanto, M.T., yang telah memberikan ijin dan tempat untuk melaksanakan penelitian
6. Segenap Dosen di Jurusan Teknik Mesin, yang telah membimbing selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
7. Drs. Dwi Sujoko M.T., Guru STM Pembangunan yang telah membantu dalam pengelasan runner.
8. Kepala Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin dan fasilitas yang dipergunakan serta karyawan yang telah membantu dalam penelitian ini.
9. Silvia Ajeng Putri Natalia, yang selalu memberikan dukungan dan doa.
10.Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2005 Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... vi
2.2Landasan Teori... 6
2.3 Perancangan Turbin Aliran Silang... 15
2.3.1 Segitiga Kecepatan... 15
2.3.2 Perhitungan Dimensi Turbin... 16
BAB III. METODE PENELITIAN ... 23
3.1.Diagram Alir Penelitian ... 23
3.2. Bahan Penelitian ... 24
3.3.Peralatan Penelitian... 24
3.4.Tahap Penelitian... 24
3.4.3.1 Gambar Alat Penguji... 36
3.4.3.2 Cara Kerja Turbin ... 37
3.4.3.2 Langkah Pengambilan Data ... 38
3.4.4 Analisa Data... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 40
4.1. Hasil Penelitian ... 40
4.1.1Data Penelitian ... 40
4.2. Perhitungan Data... 42
4.3. Pembahasan Data ... 47
4.3.1 Pembahasan Daya Keluaran Hasil Penelitian... 47
4.3.2 Pembahasan Efisiensi Hasil Penelitian... 52
BAB V PENUTUP ... 55
5.1 Kesimpulan ... 55
5.1 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Runner dari Cihanjuang ... 9
Gambar 2.2. Alat pengarah ... 10
Gambar 2.3. Rumah turbin... 11
Gambar 2.4. Alternator ... 12
Gambar 2.5. Aliran pergerakan air pada Turbin Aliran Silang... 14
Gambar 2.6. Defleksi pada pergerakan air Turbin Aliran Silang ... 14
Gambar 2.7. Segitiga kecepatan pada Turbin ... 15
Gambar 2.8. Gabungan segitiga kecepatan pada Turbin Aliran ... 16
Gambar 2.9. Kelengkungan sudu... 17
Gambar 2.10. Jarak antar sudu... 18
Gambar 2.11. Alur pancaran air... 19
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ... 23
Gambar 3.2. Sudu yang Sudah Dibelah ... 32
Gambar 3.3. Poros Runner... 33
Gambar 3.4. Piringan Runner ... 33
Gambar 3.5. Plat beralur ... 34
Gambar 3.6. Piringan yang dilas pada poros ... 35
Gambar 3.7. Runner Penelitian ... 35
Gambar 3.8. Alat Penguji... 37
Gambar 4.1. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator pada debit 10,6 l/s serta bukaan nozzle 9 mm ... 47
Gambar 4.2. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator
pada debit 10,6 l/s serta bukaan nozzle 14 mm ... 47 Gambar 4.3. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator
pada debit 9,3 l/s serta bukaan nozzle 9 mm ... 48 Gambar 4.4. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator
pada debit 9,3 l/s serta bukaan nozzle 14 mm ... 49 Gambar 4.5. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator
pada debit 8,3 l/s serta bukaan nozzle 9 mm ... 50 Gambar 4.6. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator
pada debit 8,3 l/s serta bukaan nozzle 14 mm ... 50 Gambar 4.7. Grafik hubungan effisiensi total dengan putaran generator
pada tinggi nozzle 9 mm ... 53 Gambar 4.8. Grafik hubungan effisiensi total dengan putaran generator
pada tinggi nozzle 14 mm ... 53
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi turbin air ... 8
Tabel 4.1. Data penelitian pada nozzle 9 mm dan debit 10,6 L/s ... 40
Tabel 4.2. Data penelitian pada nozzle 9 mm dan debit 9,3 L/s ... 41
Tabel 4.3. Data penelitian pada nozzle 9 mm dan debit 8,3 L/s ... 41
Tabel 4.4. Data penelitian pada nozzle 14 mm dan debit 10,6 L/s ... 41
Tabel 4.5. Data penelitian pada nozzle 14 mm dan debit 9,3 L/s ... 42
Tabel 4.6. Data penelitian pada nozzle 14 mm dan debit 8,3 L/s ... 42
Tabel 4.7. Hasil perhitungan pada nozzle 9 mm dan debit 10,6 L/s... 44
Tabel 4.8. Hasil perhitungan pada nozzle 9 mm dan debit 9,3 L/s... 44
Tabel 4.9. Hasil perhitungan pada nozzle 9 mm dan debit 8,3 L/s... 44
Tabel 4.10. Hasil perhitungan pada nozzle 14 mm dan debit 10,6 L/s... 46
Tabel 4.11. Hasil perhitungan pada nozzle 14 mm dan debit 9,3 L/s... 46
Tabel 4.12. Hasil perhitungan pada nozzle 14 mm dan debit 8,3 L/s... 46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada jaman sekarang sangat pesat, salah satu hasilnya adalah teknologi alat pembangkit energi. Salah satu energi utama yang dibutuhkan manusia adalah listrik. Pada umumnya pembangkit listrik tersebut menggunakan bahan bakar fosil, berupa gas bumi, minyak bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui, dan dewasa ini manusia dikhawatirkan dengan adanya krisis energi bahan bakar fosil. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk mengembangkan sumber energi alternatif khususnya sebagai penghasil energi listrik. Sumber energi alternatif tersebut dapat memanfaatkan energi yang berasal dari alam, dapat berupa surya, angin, gelombang, panas bumi, dan khususnya air.
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai massa jenis besar dan jumlahnya tidak terbatas, oleh karena itu air mempunyai potensi besar digunakan sebagai energi alternatif pengganti energi fosil. Pada umumnya selama ini air hanya digunakan untuk minum, mandi, pengairan, serta masih banyak yang lainnya. Dengan memanfaatkan energi air, manusia dapat sedikit mengurangi terjadinya krisis energi. Air juga merupakan sumber energi yang tidak menimbulkan
1
polusi, sehingga tidak berpotensi merusak lapisan ozon dan tidak mengakibatkan pemanasan global.
Di Indonesia pemanfaatan energi air hampir seluruhnya hanya energi air yang besar saja. Potensi sumber-sumber pembangkit listrik tenaga air yang kecil masih jarang dimanfaatkan. Di lain pihak banyak masyarakat dari daerah terpencil belum bisa menikmati energi listrik distribusi dari pusat, padahal daerah tersebut memiliki potensi energi listrik walaupun hanya kecil. Untuk memanfaatkan potensi tersebut dibutuhkan suatu teknologi terapan agar masyarakat terpencil dapat menyediakan listrik sendiri.
3
1.2. Perumusan Masalah
Pembuatan sudu turbin crossflow menggunakan pelat yang dilengkung sangat sulit, maka untuk mempermudah pembuatannya digunakan pipa besi yang dibelah dengan sudut busur tertentu. Informasi tentang unjuk kerja turbin crossflow dengan sudu dibuat dari pipa dibelah tidak diketahui. Pada penelitian ini akan dibuat turbin crossflow dengan sudu dari pipa yang dibelah. Turbin dibuat dari pipa berdiameter
1,25 inchi yang dibelah menjadi empat dengan besar busur sudu 600 dan jumlah sudu 20 buah.
Untuk mengetahui unjuk kerja turbin tersebut, dilakukan penelitian dengan variasi debit 10,6 l/s, 9,3 l/s, 8,3 l/s dan tinggi bukaan nozzle 4 mm, 9 mm, 14 mm.
1.3. Tujuan Penelitian
a) Mengetahui daya serta efisiensi turbin dengan busur sudu 60o dan jumlah sudu 20 buah.
b) Membuat sudu turbin crossflow dengan sudu dari pipa yang dibelah agar lebih mudah dibuat oleh masyarakat umum.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat :
b. Diterapkan di masyarakat yang berada dekat sumber air dan belum mendapat pasokan listrik sehingga dapat menyediakan energi listrik secara swadaya.
c. Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.
d. Membangunkan kepedulian masyarakat terhadap upaya konservasi air.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Unjuk kerja turbin crossflow dipengaruhi oleh banyak parameter antara lain
adalah jumlah sudu, sudut pancaran air masuk, sudut keluar, posisi pancaran air
masuk, lintasan aliran air di dalam turbin, rasio lebar dan diameter runner, rasio
diameter dalam dan diameter luar serta manufaktur runner maupun nozzle. Penelitian
tentang turbin crossflow banyak dilakukan untuk sudu yang dibuat dari plat yang
dilengkung. Turbin crossflow yang dilengkapi dengan saluran pengarah di dalam
runnernya pernah dibuat dan diuji (Olgun, 2000). Saluran pengarah dibuat dengan
tujuan untuk mengumpulkan dan mengarahkan air yang keluar dari sudu atas agar
dapat menuju sudu bawah dengan lebih baik. Tiga bentuk saluran telah dibuat dan
diuji dengan berbagai variasi posisi saluran pengarah serta variasi bukaan nozzle.
Penambahan saluran didalam runner ternyata tidak menaikkan efisiensi tetapi justru
menurunkan efisiensi turbin crossflow sebesar 5 %.
Penelitian terhadap pengaruh perbandingan diameter dalam dan diameter luar
runner juga telah dilakukan (Olgun, 1998). Dalam penelitian ini digunakan 4 buah
runner. Runner yang diuji mempunyai jumlah sudu 28 buah, diameter luar 170 mm,
dan lebar 114 mm. Perbandingan diameter dalam dan diameter luar untuk tiap runner
dibuat berbeda. Perbandingan diameter dalam dan diameter luar yang digunakan
adalah 0,75; 0,67; 0,58; dan 0,54. Sudut masuk pancaran air dipilih sebesar 16o. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa efisiensi tertinggi dicapai pada perbandingan 0,75 dan
terendah pada perbandingan 0,54 dengan perbedaan sebesar 3%. Efisiensi tertinggi
yang bisa dicapai adalah sebesar 72%.
Penelitian terhadap pengaruh sudut nozzle menunjukkan bahwa efisiensi akan
semakin besar jika sudut nozzle semakin besar (Khosrowpanah, 1988). Penelitian ini
menggunakan 3 buah runner dengan jumlah sudu 20, 15 dan 10 serta 1 buah runner
dengan diameter setengah dari diameter runner yang lain, sedangkan jumlah sudunya
20. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa efisiensi tertinggi dari tiap runner
dicapai pada kecepatan spesifik yang sama. Semakin banyak jumlah sudu akan
memberikan efisiensi yang semakin tinggi, namun jumlah sudu tersebut ada batasnya.
Untuk sudut nozzle tertentu efisiensi maksimum dicapai pada jumlah sudu tertentu.
Ada jumlah sudu optimum untuk sudut nozzle tertentu (Joshi,1995).
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Turbin Air
Turbin air adalah salah suatu mesin berputar yang mengkonversi energi dari
suatu gerakan aliran air menjadi energi mekanis. Energi mekanis ini kemudian
ditransfer melalui suatu poros untuk mengoperasikan mesin atau generator. Turbin air
digunakan pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk mengubah energi
7
akan menggerakan impeler turbin sehingga menyebabkan putaran yang cepat. Daya
mekanis ini kemudian ditransfer ke generator oleh suatu poros dan kemudian akan
menghasilkan energi listrik. Pemilihan suatu turbin tergantung pada karakteristik
lokasi, karena lokasi ini menentukan tinggi air jatuh dan kapasitas air. Selain itu
pemilihan turbin juga tergantung dari kecepatan putar yang dibutuhkan oleh
generator.
2.2.2 Jenis-jenis Turbin Air
Terdapat berbagai jenis turbin air yang digunakan untuk penyediaan
kebutuhan energi listrik. Turbin air biasanya dikelompokan berdasarkan kegunaan,
kapasitas dan tinggi air jatuh (Head). Secara umum turbin air dikelompokan menurut
tinggi air jatuh dan prinsip kerja turbin tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini turbin air
dibagi menjadi :
a. Turbin Impuls
Turbin impuls adalah turbin tekanan sama karena aliran air yang keluar dari nosel
tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi
tempat dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi
kecepatan.
b. Turbin Reaksi
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya
gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat berputar.
Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai turbin reaksi.
Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada dalam rumah
turbin.
Tabel 2.1. Klasifikasi turbin air (Pemanfaatan tenaga air)
Head tinggi Head sedang Head rendah
Turbin impuls Turbin
Pelton
Turbin Turgo
Turbin Cross-flow
Turbin Pelton
Turbin Turgo
Turbin Cross-flow
Turbin reaksi Turbin Francis Turbin
Kaplan
2.2.3 Turbin Aliran Silang
2.2.3.1 Definisi Turbin Aliran Silang
Turbin aliran silang (cross flow) dikembangkan oleh Michell
(Australia) dan Bangki (Honggaria), sehingga turbin ini disebut juga turbin
Michell-Bangki. Turbin aliran silang disebut juga turbin ossberger, yaitu arah aliran masuk air
9
silinder, pertama-tama air dari luar masuk melalui sudu-sudu silinder dan kemudian
kemudian dari dalam keluar melalui sudu-sudu. Aliran air yang melewati sudu ada
dua tingkatan. Tingkatan pertama, air masuk melalui sudu atas. Daya yang dihasilkan
lebih besar dari tingkat pertama yaitu 80 % dari tingkat kedua. Tingkat kedua, air
keluar melalui sudu bagian bawah. Daya yang dihasilkan kurang lebih 20% dari daya
yang dihasilkan pada tingkat pertama.
2.2.3.2 Bagian-bagian Turbin Aliran Silang
Pada dasarnya turbin aliran silang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
a. Roda Jalan
Roda jalan (runner) turbin aliran silang terdiri dari beberapa sudu yang dipasang
pada sepasang piringan paralel.
b. Alat Pengarah
Alat pengarah pada turbin sering disebut dengan nozel. Nozzle pada turbin aliran
silang berbentuk persegi panjang. Ukuran nosel disesuaikan dengan ukuran
runner turbin.
Gambar 2.2. Alat pengarah
c. Rumah Turbin
Rumah turbin digunakan untuk memasang turbin agar dapat berputar. Rumah
turbin dilengkapi dengan bantalan agar poros turbin dapat berputar tanpa adanya
11
Gambar 2.3. Rumah turbin
Turbin aliran silang dapat digunakan untuk mengerakan generator listrik kecil.
Untuk itu perlu adanya komponen tambahan yang disebut generator. Pada prinsipnya
generator dapat juga disebut sebagai alternator, tetapi biasanya altenator lebih
mengacu pada bentuk yang lebih kecil yang biasa digunakan pada otomotif. Altenator
adalah suatu alat elektromekanikal yang mengkonversi daya mekanis menjadi energi
elektrik. Altenator memiliki 3 bagian yang penting, yaitu :
a. Rotor
Yang dimakud dengan rotor adalah bagian yang berputar yang menjadi satu
dengan poros alternator yang terdapat magnet permanen atau lilitan induksi
magnet. Pada rotor terdapat bagian yang berfungsi sebagai kutub magnet yang
terletak pada sisi luar dari lilitan. Rotor ditumpu oleh dua buah bearing, pada
b. Stator
Stator adalah bagian yang statis pada altenator yang berupa inti besi yang
dibungkus dengan kawat tembaga. Bagian ini berupa lilitan yang berfungsi untuk
menghasilkan arus bolak-balik (AC).
c. Dioda
Dioda mengkonversi arus bolak-balik yang dihasilkan oleh pasangan rotor dan
stator menjadi arus searah.
Gambar 2.4. Altenator (Forcefield, 2003)
Besarnya arus yang dihasilkan oleh altenator tergantung pada besarnya
putaran alternator dan kekuatan medan magnet. Altenator menghasilkan listrik
dengan prinsip yang sama pada DC generator, yakni adanya arus pengumpan yang
13
dapat di ukur arus (I) dan tegangan keluaran (V) yang kemudian digunakan untuk
menentukan besarnya daya yang dihasilkan.
2.2.3.3 Pergerakan Air Turbin Aliran Silang
Pada gambar 2.5 diasumsikan bahwa pancaran air dari nosel masuk kedalam
runner pada titik A dengan sudut α yang bersinggungan dengan keliling runner. Kecepatan air sebelum memasuki runner dapat dihitung dengan persamaan :
V
C = Koefisien berdasarkan nosel
Dalam turbin berhubungan dengan komponen – komponen kecepatan yaitu:
V = Kecepatan mutlak
v = Kecepatan relatif
u = Kecepatan tangensial roda turbin.
α adalah sudut antara kecepatan absolut dengan kecepatan keliling lingkaran runner dan β adalah sudut antara kecepatan relatif dengan kecepatan keliling
lingkaran runner. Dengan indek 1 menandakan kecepatan masuk dan indek 2
Gambar 2.5. Aliran pergerakan air pada Turbin Aliran Silang (Mockmore, 2004, hal. 6)
Alur pergerakan air pada kenyataannya tidak seperti yang terdapat dalam
gambar 2.5 karena terdapat defleksi sebesar θ seperti dalam gambar 2.6.
15
2.3 Perancangan Turbin Aliran Silang
2.3.1 Segitiga Kecepatan
Sudut β
1 ditentukan oleh nilai α1,V1, dan u1.
Gambar 2.7. Segitiga kecepatan pada Turbin (Mockmore, 2004, hal. 8)
2' adalah sudut sudu keluar sisi atas pada keliling dalam runner. Dengan asumsi v1 =
v2 dan α1 = α2 untuk membuat aliran pancaran air radial maka besarnya β 2' = 90
o
Gambar 2.8. Gabungan segitiga kecepatan pada Turbin Aliran Silang (Mockmore, 2004, hal 11)
2.3.2 Perhitungan Dimensi Turbin
a. Diameter Luar runner (D
1)
D1 = 862H
½
/N (Mockmore, 2004, hal 14) ... 2.4
dengan :
H = head ketinggian (in)
N = putaran turbin (rpm)
b. Panjang Turbin (L)
L = 144QN/862 H½ Ck(2gH)½ (Mockmore, 2004, hal 15)……….. 2.5
Dengan :
17
C = Koefisien nosel = 0.98
k = Faktor koreksi = 0.087
c. Perbandingan panjang dan diameter turbin
LD1 = 210.6Q/H1/2 (Mockmore, 2004, hal 17) ... 2.6
d. Jari-jari kelengkungan sudu (ρ)
ρ = 0.3261 r1 (Mockmore, 2004, hal 15) ... 2.7
dengan :
r1 = jari-jari luar runner (in)
e. Lebar velk radial (a )
a = 0,17D1 (Mockmore, 2004, hal 12) ... 2.8
f. Jarak antar sudu (t)
Jarak antar sudu meliputi jarak antar sudu pancaran air masuk (s
1), jarak sudu
pancaran air keluar (s
2) dan jarak antar sudu (t).
s1= kD1 (Mockmore, 2004, hal 14) ... 2.9
s2 = t(r2/r1) (Mockmore, 2004, hal 11) ... 2.10
t = s1/sin β1 (Mockmore, 2004, hal 10) ... 2.11
Gambar 2.10. Jarak antar sudu (Mockmore, 2004, hal. 9)
g. Jumlah sudu (n)
19
h. Jarak pancaran dari poros (y
1)
y1= (0.1986-0.945k) D1 (Mockmore, 2004, hal 14)... 2.13
i. Jarak pancaran dari keliling dalam (y2)
y2 = (0.1314-0.945k) D1 (Mockmore, 2004, hal 14) ... 2.14
Gambar 2.11. Alur pancaran air (Mockmore, 2004, hal. 13)
j. Efisiensi maksimal turbin
jika u
1 = ½ V1cos α1
maka tan β
1= 2 tan α1
ψ = koefisien empiris yang nilainya sekitar (0,98) (Mockmore, 2004, hal 9)
k. Nosel
Nozzle pada turbin crossflow berbentuk persegi panjang. Ukuran nozzle
ditentukan dengan :
A = Q/V1 (Mockmore, 2004, hal 17) ………... 2.16
So = A / L (Mockmore, 2004, hal 17) ... 2.17
l. Sudut pusat sudu jalan (gambar 2.12)
Tan ½ δ = cosβ1/(sin β1 + r2/r1) (Mockmore, 2004, hal 15) ... 2.18
m. Perhitungan poros
Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan poros sebagai berikut ;
1. P = daya yang ditransmisikan (kW)
8. Cb = faktor Cb nilainya 1,2 sampai 2,3. Jika diperkirakan tidak terjadi
21
9. Kt = faktor Kt dipilih 1,0 jika beban dikenakan secara halus; 1,0-1,5 jika
dikenakan sedikit beban kejutan atau tumbukan; dan 1,5-3,0 jika beban
kejutan atau tumbukan besar.
10.
n. Perhitungan Daya yang tersedia (P
in)
o. Perhitungan Daya Keluaran (Pout)
Pout = V x I ... 2.24
V = Tegangan (volt)
p. Perhitungan Torsi Guna Turbin (T)
T =
n pout 55 ,
9 ... 2.25
n = Putaran
q. Perhitungan Efisiensi Total (η)
η = ×100%
in out
P P
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian
START
STUDI PUSTAKA
PERANCANGAN TURBIN ALIRAN SILANG
PEMBUATAN TURBIN ALIRAN SILANG
PENELITIAN TURBIN ALIRAN SILANG
PENGAMBILAN DATA
PENGOLAHAN DATA
SELESAI
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian
3.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Pipa hitam berdiameter 1,25 inch, panjang 1 meter.
b. Plat tebal 15 mm x 100 mm x 100 mm, 2 buah.
c. Besi poros berdiameter 30 mm x 300 mm.
3.3. Peralatan Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut :
a. Alat uji turbin
b. Tachometer
c. Multimeter
d. Peralatan kerja bangku
e. Jangka sorong dan roll meter
f. Mesin bubut, mill, bor
g. Gergaji besi
h. Las asetelin
3.4. Tahap Penelitian
3.4.1 Persiapan
Tahap awal penelitian ini adalah studi pustaka. Bahan-bahan referensi
25
sumber, dan kebanyakan referensi berasal dari internet. Referensi ini berupa hasil
penelitian dari suatu lembaga maupun perseorangan serta buku-buku acuan.
3.4.2 Pembuatan Alat
3.4.2.1 Desain Alat
Pada tahapan ini, gambar kerja dibuat. Sebelum gambar kerja dibuat, terlebih
dahulu membuat sketsa gambar.
Alat uji turbin digunakan pada pelaksanaan uji prestasi. Penelitian yang akan
dilaksanakan adalah dengan membuat runner dengan ukuran diameter dan panjang
yang sama dengan runner bawaan dari alat uji turbin. Perbedaan dengan runner
bawaan terletak pada jumlah sudu, sudut busur sudu, bahan sudu dan proses
pembuatannya.
Runner bawaan dari alat uji akan dilepas, dan digantikan dengan runner yang
dibuat oleh penulis. Untuk kompenen yang lain seperti rumah turbin, generator,
transmisi sabuk puli, panel-panel listrik serta nozzle akan tetap dipakai pada
penelitian ini.
3.4.2.2 Perancangan Runner
Untuk pembuatan runner, digunakan pipa yang dibelah sebagai sudunya.
a. Data perancangan
Debit (Q) = 8 L/s
= 0,283 ft³/s
Head (H) = 4,5 m
= 14,764 ft
Koefisien kecepatan nozzle (C) = 0,98
Faktor koreksi nozzle (k) = 0,087
Sudut masuk (α) = 16⁰
Gravitasi (g) = 32,18 ft/s2
Diameter pipa untuk sudu (d1) = 1,25 inch
b. Velocity of jet nozzle (V)
27
D1= 3,834 inch (pada penelitian ini diameter runner 3,858 inch)
e. Panjang dan diameter runner (LD1)
LD1= 1/2
f. Panjang runner (L)
L =
= 4,038 inch (pada penelitian ini panjang runner 4,095 inch)
g. Kecepatan putar runner (N)
29
= 0,671 inch (pada penelitian ini jarak sudu pada runner 0,604 inch)
j. Jumlah sudu (n)
= 18 buah (pada penelitian ini jumlah sudu 20 buah)
k. Radial rim width (a)
a = 0,17 x D1
= 0,17 x 3,843
= 0,625 inch (pada penelitian ini radial rim width 0,567 inch)
l. Diameter dalam runner (D2)
D2 = D1 – 2(a)
= 3,834 – 2(0,652)
= 2,531 inch (pada penelitian ini diameter dalam runner 2,724 inch)
31
= 13,5 mm (pada penelitian ini diameter poros 25 mm)
r. Geometri turbin
3.4.2.3 Pembuatan Runner
Setelah perancangan selesai, dilanjutkan dengan pembuatan runner. Langkah
pertama adalah pembuatan sudu. Pipa hitam dipotong dengan panjang 104 mm,
kemudian dibelah dengan sudut 60o sebanyak 20 buah. Pembelahan dapat dilakukan
dengan mesin sekrap atau gergaji.
Gambar 3.2. Sudu yang Sudah Dibelah
Pembuatan alat dilanjutkan dengan pembuatan poros. Poros dibentuk
menggunakan mesin bubut, dengan ukuran yang telah ditetapkan yaitu berdiameter
33
Gambar 3.3. Poros Runner
Langkah selanjutnya adalah membuat piringan runner, sebanyak 2 buah.
Piringan tersebut berfungsi sebagai menempelnya sudu-sudu runner. Piringan
dibentuk dengan mesin bubut juga dengan ukuran diameter 98 mm dan tebal 5 mm.
Selain membuat piringan runner, penulis juga membuat plat yang mempunyai
alur sudu, yaitu berjumlah 20 buah dan membentuk busur sudu 60o. Plat ini berfungsi
untuk memudahkan dalam pengelasan dan menjaga saat pengelasan sudu tetap lurus.
Plat ini dibuat dengan menggunakan mesin CNC dan mempunyai ukuran sama
dengan piringan runner. Plat tersebut berjumlah 2 buah.
Gambar 3.5. Plat beralur
Setelah semua selesai dibentuk, 1 piringan dilas pada poros. Sudu-sudu dari
pipa dilas pada plat alur, kemudian dilas pada poros dan piringan tersebut. Piringan
35
Gambar 3.6. Piringan yang dilas pada poros
Setelah semua telah dilas menjadi bentuk runner, dengan mesin bubut
dilakukan pengerjaan akhir. Dengan menggunakan mesin bubut jugas, dilakukan
balancing geometri pada runner tersebut.
Gambar 3.7. Runner Penelitian
3.4.3 Uji Prestasi
Runner kemudian dipasangkan pada alat uji turbin. Setelah selesai dipasang
ke rumah turbin kemudian poros dipasang kopling transmisi sabuk dan puli.
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data untuk mengetahui unjuk kerja
turbin tersebut. Dalam penelitian ini ada beberapa variable yang di variasikan dan
variable yang dihitung, antara lain :
1. Variabel yang divariasikan :
a. Debit air : 10,6 L/s, 9,3 L/s, 8,3 L/s
b. Beban generator : 10 watt, 15 watt, 25 watt, 40 watt, 60 watt, 100 watt
c. Lebar nozzle : 4 mm, 9 mm, 14 mm
2. Varibel yang diukur :
a. Tekanan air
b. Tegangan yang dihasilkan generator
c. Arus yang dihasilkan generator
d. Putaran generator
37
Gambar 3.8. Alat penguji
3.4.3.2Cara Kerja Turbin
Turbin aliaran silang akan bekerja jika ada aliran air yang memiliki ketinggian
head seperti aliran sungai atau air terjun. Pada penelitian ini, aliran sungai akan
diganti dengan pompa listrik yang berkapisitas 10 L/s dan head 22 m. pompa yang
Turbin aliran silang yang digunakan dalam penelitian menggunakan sistem
aliran tertutup. Air yang melewati turbin akan digunakan kembali dalam proses
selanjutnya. Pompa akan megalirkan air yang ditampung pada sebuah bak dengan
kapasitas 240 liter. Air akan dipompa menuju ke nozzle melalui pipa penstock
berdiameter 2 inchi. Untuk mengatur debit dipasang dua buah kran pada sisi buang
dan sisi masuk nozzle. Sedangkan untuk mengatur nozzle menggunakan control yang
terdapat pada rumah turbin.
Air yang masuk ke nozzle akan menyembur mengenai sudu-sudu turbin. Air
akan memutar turbin dan akan kembali dalam bak penampungan. Turbin yang
berputar akan menggerakan pulley turbin dan selanjutnya akan menggerakan pulley
generator dan memutar generator. Generator yang berputar akan menyebabkan
terjadinya perbedaan medan magnet sehingga menghasilkan listrik. Arus listrik akan
disalurkan menuju PHB (Panel hubung Bagi). Dari PHB arus akan dialirkan menuju
beban. Beban akan bekerja jika tegangan yang dihasilkan mencukupi.
3.4.3.3Langkah Pengambilan Data
a. Pasang runner pada alat uji
b. Isi bak penampungan air
c. Atur nozzle pada bukaan pertama yaitu 4 mm, dengan cara memutar lengan
pengatur di samping atas rumah turbin.
39
e. Atur debit air pada bukaan penuh yaitu 10,6 L/s, dengan mengatur kran pada
pipa buangan.
f. Ukur dan catat tekanan air
g. Ukur tegangan, arus dan putaran yang dihasilkan generator saat beban 10
watt.
h. Ulangi langkah e-g untuk beban : 15 watt, 25 watt, 40 watt, 60 watt, 100 watt.
i. Ulangi langkah e-h untuk debit : 9,3 L/s dan 8,3 L/s.
j. Ulangi langkah c-I untik bukaan nozzle : 9 mm dan 14 mm.
k. Setelah semua selesai, matikan pompa 1 dan pompa 2.
3.4.4 Analisa Data
a. Hitung potensi daya air dengan persamaan 2.23 untuk setiap variasi debit.
b. Hitung daya yang dihasilkan generator dengan persamaan 2.24 untuk setiap
variasi debit, bukaan nozzle dan beban generator.
c. Hitung efisiensi total dengan persamaan 2.26 untuk setiap variasi debit,
bukaan nozzle dan beban generator.
d. Analisis dilakukan dengan membuat grafik hubungan antara daya yang
dihasilkan generator dengan putaran generator dan putaran generator dengan
4.1 Hasil Penelitian
Data diambil dari runner yang dibuat sendiri dengan jumlah sudu 20 buah dan
busur sudu 60o. Data yang diperoleh dari sarana penelitian adalah variasi tinggi
bukaan nozzle dan debit.
4.1.1 Data Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian dengan variasi debit dan bukaan nozzle
sebagai berikut :
1. Data dengan tinggi bukaan nozzle 4 mm
Pada tinggi bukaan nozzle 4 mm, tidak didapatkan data dari setiap
variasi debit.
2. Data dengan tinggi bukaan nozzle 9 mm
41
Tabel 4.2. Data penelitian pada nozzle 9 mm dan debit 9,3 L/s Tekanan = 8,2 psi
Tabel 4.3. Data penelitian pada nozzle 9 mm dan debit 8,3 L/s Tekanan = 7 psi
3. Data dengan tinggi bukaan nozzle 14 mm
Tabel 4.5. Data penelitian pada nozzle 14 mm dan debit 9,3 L/s
Tabel 4.6. Data penelitian pada nozzle 14 mm dan debit 8,3 L/s Tekanan = 4 psi
4.2Perhitungan Data
Berdasarkan data hasil penelitian, maka pengolahan data yang dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Perhitungan data tinggi bukaan nozzle 9 mm
Contoh perhitungan untuk debit 10 L/s, tinggi bukaan nozzle 9 mm dengan
beban 10 watt.
a. Daya yang tersedia (Pin)
43
Tegangan terukur (V) = 165 Volt
Daya total (Pout) = V x I
= 165 x 0,12
= 19,8 Watt
c. Perhitungan effisiensi total
Effisiensi total (η) = ×100%
Tabel 4.7. Hasil perhitungan pada nozzle 9 mm dan debit 10,6 L/s
Tabel 4.8. Hasil perhitungan pada nozzle 9 mm dan debit 9,3 L/s
Arus Pout Pin Effisiensi Total
Tabel 4.9. Hasil perhitungan pada nozzle 9 mm dan debit 8,3 L/s
Arus Pout Pin Effisiensi Total
2. Perhitungan data tinggi bukaan nozzle 14 mm
Contoh perhitungan untuk debit 10 L/s, tinggi bukaan nozzle 14 mm
45
Tegangan terukur (V) = 165 Volt
Daya total (Pout) = V x I
= 170 x 0,12
= 20,4 Watt
c. Perhitungan effisiensi total
= 5,366 %
Hasil perhitungan untuk beban yang lain dituliskan dalam tabel berikut:
Tabel 4.10. Hasil perhitungan pada nozzle 14 mm dan debit 10,6 L/s
Arus Pout Pin Effisiensi Total
Tabel 4.11. Hasil perhitungan pada nozzle 14 mm dan debit 9,3 L/s
Arus Pout Pin Effisiensi Total
Tabel 4.12. Hasil perhitungan pada nozzle 14 mm dan debit 8,3 L/s
47
4.3. Pembahasan Data
4.3.1Pembahasan Daya Keluaran Hasil Penelitian
a.Debit 10,6 l/s
Gambar 4.1. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator pada debit 10,6 l/s serta tinggi nozzle 9 mm
Pada penelitian dengan variasi debit 10,6 l/s, daya keluaran total
paling tinggi yang dihasilkan bukaan nozzle 9 mm terjadi pada putaran
800,2 rpm dan beban 40 watt yaitu sebesar 36,40 watt. Untuk bukaan nozzle
14 mm daya keluaran total tertinggi terjadi pada putaran 808,9 rpm dan
beban 60 watt yaitu sebesar 34,32 watt.
b. Debit 9,3 l/s
49
Gambar 4.4. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator pada debit 9,3 l/s serta tinggi nozzle 14 mm
Pada penelitian dengan variasi debit 9,3 l/s, daya keluaran total
paling tinggi yang dihasilkan bukaan nozzle 9 mm terjadi pada putaran
791,6 rpm dan beban 40 watt yaitu sebesar 15,84 watt. Untuk bukaan nozzle
14 mm daya keluaran total tertinggi terjadi pada putaran 796,0 rpm dan
beban 60 watt yaitu sebesar 28,80 watt.
Gambar 4.5. Grafik hubungan daya keluaran total dengan putaran generator pada debit 8,3 l/s serta tinggi nozzle 9 mm
51
Pada penelitian dengan variasi debit 8,3 l/s, daya keluaran total
paling tinggi yang dihasilkan bukaan nozzle 9 mm terjadi pada putaran
775,7 rpm dan beban 25 watt yaitu sebesar 10,00 watt. Untuk bukaan nozzle
14 mm daya keluaran total tertinggi terjadi pada putaran 753,3 rpm dan
beban 25 watt yaitu sebesar 10,40 watt.
Pembahasan untuk daya keluaran total
Penelitian pada tinggi bukaan nozzle 4 mm tidak dapat mengambil data
tegangan dan arus untuk semua variasi debit. Hal ini disebabkan tegangan yang
dihasilkan lebih kecil dibanding tegangan yang dibutuhkan PHB untu bekerja,
sehingga daya keluaran tidak dapat dihitung.
Penelitian pada semua variasi bukaan nozzle, daya keluaran paling tinggi
dihasilkan pada bukaan tinggi nozzle 9 mm yaitu 36,40 watt pada putaran 800,2 rpm,
beban 40 watt dan debit 10,6 l/s, sedangkan untuk tinggi bukaan nozzle 14 mm daya
yang dihasilkan sebesar 34,32 watt pada putaran 808,9 rpm, beban 60 watt dan debit
10,6 l/s. Beban pada generator berupa lampu berfungsi hanya untuk mencari daya
maksimum yang dihasilkan turbin.
Hal ini dikarenakan semakin kecil sudut nosel maka daya yang dihasilkan
dengan baik mempunyai batas. Pada penelitian ini, batas terkecil dari sudut nosel
yaitu pada ketinggian 4 mm.
Semakin besar putaran poros, maka daya yang terjadi akan makin kecil. Hal
ini disebabkan arus yang dihasilkan semakin besar dan terjadi penurunan tegangan
karena bertambahnya beban. Setelah tercapai daya maksimum maka daya akan turun.
Kenaikan dan penurunan daya seperti dasar teori (Mock More, hal 20).
Debit air yang dipakai dalam penelitian ini tidak memenuhi kriteria daerah
penggunaan yang baik turbin crossflow ini. Debit yang baik adalah 0,02 m3/detik
sampai 7 m3/detik (Fritz Dietzel, 1996, hal 38), sedangkan yang dipakai dalam
penelitian debit maksimum hanya 0,0106 m3/detik.
4.3.2Pembahasan Efisiensi Hasil Penelitian
53
Gambar 4.7. Grafik hubungan effisiensi total dengan putaran generator pada tinggi nozzle 9 mm
b. Tinggi nozzle 14 mm
Penelitian pada variasi tinggi bukaan nozzle 9 mm dan 14 mm, effisiensi total
paling tinggi dihasilkan pada bukaan tinggi nozzle 14 mm yaitu 9,03% pada putaran
808,9 rpm dan debit 10,6 l/s, sedangkan untuk tinggi bukaan nozzle 9 mm daya yang
dihasilkan sebesar 5,53% pada putaran 800,2 rpm dan debit 10,6 l/s.
Pada penelitian ini daya keluaran total tertinggi dihasilkan pada bukaan nozzle
9 mm sedangkan effisiensi total tertinggi dihasilkan pada bukaan nozzle 14 mm.
Seharusnya effisiensi total tertinggi terjadi pada saat daya keluaran total tertinggi
juga. Hal ini disebabkan dalam perhitungan besar daya pompa, debit yang digunakan
kurang akurat. Debit yang seharusnya digunakan lebih kecil, karena semakin tinggi
head maka debit pompa akan semakin kecil. Sehingga dalam perhitungan effisiensi
terjadi penurunan. Untuk mengatasi masalah ini seharusnya dalam pengukuran debit
digunakan alat yaitu flowmeter.
Efisiensi yang terjadi pada turbin memiliki batas maksimum. Setelah tercapai
effisiensi maksimum maka effisiensi akan turun. Kenaikan dan penurunan efisiensi
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengambilan data penelitian turbin aliran silang dengan variasi debit, tinggi bukaan nozzle dan beban, maka dapat disimpulkan :
1. Turbin aliran silang dengan busur sudu 60o dan jumlah sudu 20 buah, menghasilkan daya paling tinggi sebesar 36,40 watt. Daya paling besar terjadi pada saat debit sebesar 10,6 L/s dan bukaan tinggi nozzle 9 mm.
2. Turbin aliran silang dengan busur sudu 60o dan jumlah sudu 20 buah, menghasilkan efisiensi paling tinggi 9,03%. Efisiensi paling tinggi terjadi pada saat debit sebesar 10,6 L/s dan bukaan tinggi nozzle 14 mm.
3. Turbin penelitian dengan busur sudu 60o dan jumlah sudu 20 buah untuk saat ini belum bisa diterapkan dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena daya keluaran total dan efisiensi total masih kecil.
5.2. Saran
Beberapa saran yang penting untuk penelitian pada bidang sejenis dengan penelitian ini atau yang ingin mengembangkan penelitian ini:
1. Runner hendaknya dibuat sangat rapi dan presisi agar dalam berputar runner bisa stabil.
2. Konstruksi alat uji turbin sebaiknya dibuat efektif, yaitu dengan cara dikurangi belokan pipa saluran agar tidak terjadi rugi-rugi yang besar.
3. Dalam melakukan pengerjaan akhir dan menyeimbangkan runner harus sangat hati-hati.
4. Untuk menghindari gesekan yang besar, dalam pembuatan rumah turbin atau runner dibuat sangat hati-hati. Ukuran-ukuran harus benar-benar tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Dietzel, Fritz , 1996, Turbin Pompa dan Kompresor, cetakan ke-5, Penerbit Erlangga, Jakarta
Joshi, C. B., Seshadri, V., Singh, S. N., Parametric Study on Performance of Cross-Flow , Journal of Energy Engineering, Vol. 121, No. 1, April 1995, pp. 28-45
Khosrowpanah, S, Fiuzat, A. A., Albertson, M., L., Experimental Study of Cross-Flow Turbine, Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 114, No. 3, March 1988,
pp. 299-314
Mockmore, CA., 1949, The Banki Water Turbine, Oregon State College.
Olgun, H , 1998, Investigation of the performance of a cross-flow turbine, International Journal of Energy Research, Volume 22 Issue 11 , Pages 935 – 964
Olgun , H, 2000, Effect of interior guide tubes in cross-flow turbine runner on turbine performance, International Journal of Energy Research, Volume 24 Issue 11 , September 2000, Pages 935 – 964
Lampiran 1
Data Penelitian Turbin dengan Busur Sudu 60
odan Sudu 20 buah
Tekanan = 12 psi
Lampiran 3
Lampiran 5
Data Penelitian Turbin dengan Busur Sudu 74
odan Sudu 28 buah
1. Tinggi bukaan nozzle 4 mm dengan variasi debit 10,6 L/s, 9,3 L/s, 8,3 L/s a. Debit 10,6 L/s
Tekanan =14,6 psi
Beban Tegangan Arus Putaran Poros No,
Tekanan =13,6 Psi
(Watt) (Volt) (Ampere) (rpm)
2. Tinggi bukaan nozzle 9 mm dengan variasi debit 10,6 L/s, 9,3 L/s, 8,3 L/s a. Debit 10,6 L/s
Tekanan = 9,6 psi
Beban Tegangan Arus Putaran Poros No,
Lampiran 7
c. Debit 8,3 L/s
Tekanan = 7,2 psi
Beban Tegangan Arus Putaran Poros No,
3. Tinggi bukaan nozzle 14 mm dengan variasi debit 10,6 L/s, 9,3 L/s, 8,3 L/s a. Debit 10,6 L/s
Tekanan = 5 psi
Beban Tegangan Arus Putaran Poros No,
Tekanan : 3,5 Psi
Beban Tegangan Arus Putaran Poros No,
(Watt) (Volt) (Ampere) (rpm)
Keterangan
1, 10 150 0,08 806,8 Kuat
2, 15 148 0,12 791,3 Kuat
3, 25 142 0,16 782,6 Kuat
4, 40 135 0,18 780,1 Kuat
5, 60 120 0,24 793,2 Tidak kuat
Lampiran 9
Kurva Daya Turbin Banki Untuk Head Dibawah 16 ft
Kurva Efisiensi Turbin Banki Untuk Head Dibawah 16 ft
Lampiran 11