No. 228/S/PPB/2014
PROFIL PENERIMAAN DIRI REMAJA AWAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KORELASINYA DENGAN CAPAIAN PRESTASI
BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING
(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium
Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
oleh
Mayang Wulan Sari NIM. 1001610
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PROFIL PENERIMAAN DIRI REMAJA AWAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KORELASINYA DENGAN CAPAIAN PRESTASI
BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING
(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium
Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh
Mayang Wulan Sari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Mayang Wulan Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Nopember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari
MAYANG WULAN SARI
PROFIL PENERIMAAN DIRI REMAJA AWAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KORELASINYA DENGAN
CAPAIAN PRESTASI BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING
(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A NIP. 19620208 198601 1 002
Pembimbing II
Dr. Ipah Saripah, M.Pd NIP. 19771014 200112 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK
Mayang Wulan Sari (2014). Profil Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Jenis Kelamin dan Korelasinya dengan Capaian Prestasi Belajar serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015).
Penelitian dilatarbelakangi oleh fenomena terkait adanya penolakan diri pada remaja awal serta rendahnya prestasi belajar peserta didik yang menolak diri. Tujuan penelitian adalah memberikan gambaran empirik terkait profil penerimaan diri remaja awal serta korelasinya dengan prestasi belajar peserta didik. Pendekatan yang digunakan untuk meneliti penerimaan diri peserta didik adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah 62 peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum tingkat penerimaan diri remaja awal Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI berada pada kategori netral dengan nilai rata-rata 151.7 yang menunjukkan bahwa penerimaan diri telah menuju arah menerima namun masih memerlukan bimbingan dari konselor. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat penerimaan diri setiap indikator pada peserta didik laki-laki berada pada kategori menerima. Tingkat penerimaan diri setiap indikator pada peserta didik perempuan mayoritas berada pada kategori netral mendekati menerima. Berdasarkan perbedaan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan rata-rata antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Selain itu penerimaan diri memiliki korelasi searah dengan capaian prestasi belajar. Korelasi searah berarti jika penerimaan diri seseorang baik, maka prestasi belajarnya pun akan baik.
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRACT
Mayang Wulan Sari. Early Adolescent Self Acceptance Profile Based on Sex and Correlation of Outcomes Learning Achievement and Implications of Guidance and Counseling (Descriptive Study of Sixth Grade Students UPI Laboratory Elementary School Year 2014/2015).
The research was motivated by the phenomenon of self rejection and a lower academic achievement in early adolescence who are in transition between childhood and adolescence. The aim is to provide an overview of empirical research related to early adolescent self-acceptance and the correlation with academic achievment. The approach used to examine the students' self-acceptance is a quantitative approach with descriptive methods. The study population was 62 sixth grade students UPI Laboratory Elementary School Year 2014/2015. Techniques used in the sampling is done with a total sample. Results showed that the overall level of self-acceptance early adolescent at sixth grade students UPI Laboratory Elementary School Year 2014/2015 is the neutral category with an average value of 151.7 which indicates that self-acceptance has been toward receiving but still require the guidance of a counselor. Based on sex, male students in the receive category and woman students in the neutral category. Based on the difference between the sexes, there is no difference in the average value of self-acceptance among men students and woman students. Other than that, self-acceptance has a direct correlation with learning achievement. Direct correlation it means if someone has a good self-acceptance, it would be a good learning performance.
viii
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KONSEP PENERIMAAN DIRI REMAJA ... 11
2.1 Karakteristik Remaja ... 11
2.2 Penerimaan Diri ... 14
2.2.1Pengertian Penerimaan Diri ... 14
2.2.2 Karakteristik Penerimaan Diri... 16
2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Penerimaan Diri ... 24
2.2.4 Perkembangan Penerimaan Diri pada Remaja ... 26
2.2.5 Penerimaan Diri Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin ... 28
2.3 Prestasi Belajar ... 29
2.3.1Pengertian Prestasi Belajar ... 29
2.3.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar ... 30
2.4 Hubungan Penerimaan Diri dengan Capaian Prestasi Belajar ... 31
2.5 Penelitian Terdahulu ... 32
ix
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN... 35
3.1 Lokasi, Populasi Penelitian ... 35
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 35
3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
3.2 Desain Penelitian ... 36
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 37
3.4 Proses Pengembangan Instrumen ... 39
3.4.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 39
3.4.2 Uji Kelayakan Instrumen ... 40
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.6 Teknik Analisis Data ... 45
3.6.1 Verifikasi Data ... 45
3.6.2 Penyekoran Data ... 46
3.6.3 Pengelompokan Data ... 47
3.7 Uji Perbedaan Rata-rata Penerimaan Diri Peserta Didik Laki-laki dan Peserta Didik Perempuan ... 48
3.8 Uji Korelasi Penerimaan Diri dengan Capaian prestasi Belajar ... 49
3.9 Prosedur Penelitian... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Hasil Penelitian ... 52
4.1.1 Tingkat Penerimaan Diri Remaja Awal di SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi ... 52
4.1.1.1Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Memiliki Keyakinan terhadap Kapasitas Diri untuk Mengatasi Lingkungan ... 54
x
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.1.1.3 Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Menganggap Diri
Sendiri Wajar serta Memiliki Ekspektasi Bahwa Orang Lain
akan Menerimanya ... 56
4.1.1.4Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Malu dan Sadar Diri
... 57
4.1.1.5Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Bertanggung jawab Atas
Setiap Perilakunya ... 58
4.1.1.6Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Berpendirian ... 59
4.1.1.7 Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kritik dan
Pujian dengan Objektif ... 60
4.1.1.8 Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kelebihan dan
Kekurangan yang Dimiliki ... 61
4.1.1.9Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Menyalahkan Diri
Sendiri atau Mengingkari Perasaan-perasaan yang Muncul ... 62
4.1.2 Profil Penerimaan Diri Remaja Awal di SD Laboratorium Percontohan
UPI Bumi Siliwangi ... 63
4.1.3 Perbedaan Penerimaan Diri Peserta Didik Laki-laki dan Perempuan . 64
4.1.4 Hubungan Penerimaan Diri Remaja Awal dengan Capaian Prestasi
Belajar Peserta Didik... 65
4.2 Pembahasan ... 66
4.2.1 Tingkat Penerimaan Diri Penerimaan Diri Remaja Awal di SD
Laboratorium Percontohan UPI ... 67
4.2.2 Profil Penerimaan Diri Remaja Awal ... 74
4.2.3 Perbedaan Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Perbedaan Jenis
Kelamin ... 80
4.2.4 Hubungan Penerimaan Diri Remaja Awal Terhadap Capaian Prestasi
Belajar Peserta Didik... 82
xi
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 86
5.4 Rekomendasi ... 86
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Deskripsi Perilaku Penerimaan Diri Remaja Awal ... 23
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 40
Tabel 3.2 Hasil Penimbangan Instrumen Penerimaan Diri ... 41
Tabel 3.3 Hasil Validitas ... 43
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri (Setelah Uji Kelayakan Instrumen) ... 43
Tabel 3.5 Kategori Intrepretasi Reliabilitas ... 44
Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen Penerimaan Diri ... 45
Tabel 3.7 Pola Skor Pilihan Alternatif Respon ... 46
Tabel 3.8 Kategorisasi Penerimaan Diri ... 47
Tabel 3.9 Kategorisasi Penerimaan Diri Per Indikator ... 47
Tabel 3.10 Kriteria Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 50
Tabel 4.1 Kategorisasi Penerimaan Diri ... 52
Tabel 4.2 Distribusi Umum Penerimaan Diri Remaja Awal pada Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI ... 52
xii
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.4 Distribusi Penerimaan Diri Indikator Memiliki Keyakinan terhadap Kapasitas
Diri untuk Mengatasi Lingkungan ... 54
Tabel 4.5 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menganggap Dirinya Sejajar
dengan Orang Lain ... 55
Tabel 4.6 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menganggap Diri Sendiri
Wajar serta Memiliki Ekspektasi Bahwa Orang Lain akan
Menerimanya ... 56
Tabel 4.7 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Malu dan Sadar Diri .. 57
Tabel 4.8 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Bertanggungjawab Atas Setiap
Perilakunya ... 58
Tabel 4.9 Distribusi Penerimaan pada Diri Indikator Berpendirian ... 59
Tabel 4.10 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kritik dan Pujian
dengan Objektif ... 60
Tabel 4.11 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kelebihan dan
Kekurangan yang Dimiliki ... 61
Tabel 4. 12 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Menyalahkan Diri
Sendiri atau Mengingkari Perasaan-perasaan yang Muncul ... 62
Tabel 4.13 Hasil Uji Mann Whitney U Penerimaan Diri Peserta Didik Laki-laki dan
Peserta Didik Perempuan ... 65
Tabel 4.14 Hasil Korelasi Spearman Rho Penerimaan Diri Peserta Didik Remaja
xiii
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Profil Penerimaan Diri Remaja Awal SD Laborarorium Pervontohan UPI
Bumi Siliwangi ... 63
Grafik 4.2 Penerimaan Diri Peserta Didik pada Awal Remaja Berdasarkan Perbedaan
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang
kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja
hingga dewasa. Setiap fase memiliki keunikan dan tingkat perkembangan
tersendiri. Pada usia kanak-kanak, salah satu perkembangan yang sangat terlihat
adalah pertumbuhan fisik yang cepat dan berlangsung hingga fase remaja awal.
Fase transisi antara fase anak-anak dan remaja ini juga sering disebut sebagai
masa pubertas yang terjadi pada individu. Masa puber secara umum diawali pada
usia 09 tahun hingga usia 16 tahun, yaitu suatu tahap dalam perkembangan ketika
terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, saat
kriteria kematangan seksual muncul dan ciri-ciri seks sekunder terus berkembang
dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks (Hurlock, 1978. hlm. 191).
Perubahan yang terjadi pada masa pubertas berlangsung selama kurang lebih
tiga sampai empat tahun. Kira-kira setengah dari masa ini masih tumpang tindih
antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada umumnya pubertas dialami oleh
anak-anak yang memasuki fase usia awal remaja, oleh karena itu pubertas pada
anak perempuan berkisar antara usia 9-16 tahun dan anak laki-laki pada usia
13-15 tahun. Selama masa puber ini, seluruh tubuh mengalami perubahan, baik di
bagian luar maupun di bagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun
dalam fungsinya. Menurut penelitian, perempuan pada usia 7 tahun mengalami
perkembangan payudara sebanyak 10,4% pada gadis berkulit putih, 23,4% orang
kulit hitam dan 14,9% anak perempuan Hispanik (Ellyzar, 2010).
Penelitian lain menunjukkan sekitar 30% siswa-siswi kelas empat sekolah
dasar telah mengalami menstruasi dan mimpi basah. Penelitian yang dilakukan
pada tahun 2005 terhadap 1.674 orang peserta didik SD se-Jabodetabek yang
terdiri dari 897 peserta didik perempuan dan 777 peserta didik laki-laki
2
menstruasi. Angka ini terus meningkat di kelas lima SD yang mencapai 48% dan
kelas enam SD sebanyak 59%. Sementara untuk peserta didik laki-laki di kelas
empat sebanyak 38% telah mengalami mimpi basah, kelas lima sebanyak 47%
dan kelas enam sebanyak 52% (Risman, 2005).
Berbagai perubahan fisik yang terjadi secara signifikan pada anak yang mulai
mengalami pubertas atau masa remaja awal. Beberapa contoh perubahan tersebut
adalah pada perempuan bentuk panggul yang mulai membesar, mulai terjadi
siklus menstruasi, perubahan payudara, dan produksi keringat yang semakin
banyak. Pada laki-laki terjadi perubahan yaitu mulai membesarnya testis, produksi
keringat yang lebih banyak dan mulai berubahnya suara. Karena bebagai
perubahan tersebut anak seringkali menemukan ketidakpuasan di dalam dirinya.
Sebagai contoh, anak perempuan merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya
yang membuat ia merasa malu karena pakaian yang sering dipakai menjadi
sempit. Sakit perut ketika menstruasi juga dirasakan oleh anak perempuan
sehingga membuat anak tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah dan
pekerjaan rumah juga tidak dapat diselesaikan dengan baik. Beberapa perubahan
fisik tersebut belum tentu dapat mereka terima begitu saja. Perlu adanya
penyesuaian dan pemahaman terkait dengan perubahan yang dialami oleh anak.
Selain itu, anak juga tidak mengalami masa pubertas secara serempak.
Anak-anak yang mengalami proses perubahan bentuk tubuh lebih awal dibandingkan
dengan teman sebayanya dari jenis kelamin yang sama, disebut sebagai anak-anak
yang lebih awal matang dan yang lambat dinamakan lambat matang (Hurlock,
1978. hlm. 125). Ketidakseragaman ini membuat anak semakin merasa berbeda
dengan teman-teman disekitarnya. Karakteristik lain yang muncul pada anak
puber atau anak yang berada pada masa remaja awal antara lain merasa diri sudah
dewasa sehingga anak sering membantah atau menentang, emosi tidak stabil
sehingga anak puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, mengatur
dirinya sendiri sehingga terkesan egois, dan sangat mengutamakan kepentingan
kelompok atau gank sehingga mudah terpengaruh oleh teman sekelompoknya.
Anak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan budaya baru yang sering
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
besar pada hal-hal baru yang mengakibatkan perilaku coba-coba tanpa didasari
dengan informasi yang benar dan jelas.
Perasaan malu sering dirasakan oleh anak perempuan kepada teman-teman
dan orangtuanya pada saat mengalami menstruasi pertama. Anak laki-laki
merasakan kulitnya berubah menjadi kasar, timbulnya jerawat membuat anak
merasa malu, canggung dan tidak percaya diri terutama kepada anak perempuan.
Keringat yang banyak membuat anak sering menjauh dari temannya karena
merasa keringatnya menyebabkan bau badan. Rambut di kepala yang mudah
berminyak membuat anak gatal-gatal dan tidak nyaman sehingga konsentrasi
belajar menjadi terganggu.
Kondisi anak yang mudah terpengaruh berhubungan erat dengan proses
penerimaan diri terhadap perubahan yang dialaminya. Hal tersebut dapat menjadi
salah satu faktor yang membuat anak tidak dapat menerima diri. Penerimaan diri
merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada fase
remaja awal atau masa pubertas. Tugas perkembangan yang harus dikuasai anak
pada masa pubertas menurut Hurlock (1993, hlm. 10) yaitu menerima keadaan
fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Perubahan fisik pada masa puber
memengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal, sehingga juga
memengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja (Hurlock,1978. hlm. 189).
Individu juga akan mengalami krisis di setiap tahap perkembangannya. Ketika
anak tidak dapat menerima dirinya dengan positif untuk kemudian
mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, maka ia mengalami
krisis yang tidak terselesaikan dengan baik. Erikson (Monks, 2001. hlm. 196)
mengemukakan jika individu gagal menyelesaikan krisis dalam tahap
perkembangannya, maka dapat menyebabkan masalah dalam diri termasuk di
dalamnya krisis terkait penerimaan diri. Penerimaan diri penting dimiliki anak
sebagai langkah awal agar anak dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya
sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Keadaan fisik dan psikologis yang
dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang dialami remaja dapat
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan mengelola kondisi tersebut. Akibatnya, tugas perkembangan yang seharusnya
tercapai menjadi tidak dikuasai dengan baik.
Individu yang mengalami krisis dan tidak dapat menerima diri dengan positif
pada masa awal remajanya akan mengalami kesulitan pula dalam meraih prestasi
serta mengembangkan potensi yang dimiliki. Penerimaan diri memengaruhi
prestasi belajar karena jika peserta didik tidak dapat menerima dirinya ia akan
cenderung menunjukkan perilaku-perilaku negatif yang dapat menghambat
potensi untuk meraih prestasi. Perilaku yang ditunjukkan peserta didik yang tidak
dapat menerima dirinya diantaranya rendah diri dan kurangnya kepercayaan diri
untuk mengambil keputusan serta adanya perasaan takut untuk mengambil resiko
dari setiap tantangan belajar yang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fahrurrozi (2007) kepada mahasiswa Program Studi Ilmu
Komunikasi angkatan 2006 yang diterima melalui jalur SPMB yang berjumlah
109 orang menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan memiliki konsep
diri positif dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Simpulan ini dihasilkan
dengan dimilikinya citra diri, penerimaan diri, dan harga diri yang tinggi, serta
nilai kognitif dan afektif yang tinggi. Penerimaan diri positif mencerminkan
persepsi positif mahasiswa terhadap pemahaman diri, harapan-harapan diri,
kebebasan secara sosisal, dan perilaku sosial yang menyenangkan. Dengan
demikian, diketahui bahwa penerimaan diri memiliki korelasi positif dengan
prestasi belajar individu.
Pendapat lain yang menunjukkan korelasi antara penerimaan diri dengan
prestasi individu diungkapkan oleh Tan (1984) dalam Eriany (1987) yang
mengatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan anak di sekolah sering ditentukan
oleh rasa percaya diri dan penghargaan mereka terhadap diri sendiri. Selain itu,
Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa prestasi yang jelek dapat berasal dari
sikap yang tidak menyenangkan terhadap dirinya.
Penerimaan diri (self acceptance) merupakan sikap yang pada dasarnya
merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri dan
pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan diri (Chaplin,2004; Rostini,2010).
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
positif dengan menunjukkan rasa nyaman, peduli dan sadar akan karakteristiknya.
Penerimaan diri penting karena tidak hanya berperan pada aspek diri sendiri akan
tetapi juga dalam interaksi atau hubungan dengan orang lain (Flett, G.,Ricard &
Hewiit, 2003; Mancinnes, 2006; Wiryo, 2012).
Penerimaan diri juga merupakan salah satu kompetensi kemandirian peserta
didik yang harus dikuasai menurut ABKIN (2008, hlm. 253). Dimulai dengan
tahap pengenalan yaitu mengenal kemampuan dan keinginan diri. Tahap
akomodasi yaitu menerima keadaan diri secara positif dan tahap tindakan dengan
menampilkan perilaku yang merefleksikan keragaman diri dalam lingkungannya.
Selain itu, penerimaan diri juga termasuk dalam sebelas tugas perkembangan
remaja yaitu menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif yang
juga dapat memengaruhi tugas perkembangan yang lainnya.
Penerimaan diri individu tidak hanya dipengaruhi oleh diri sendiri yang
menghasilkan pandangan-pandangan tentang diri. Lingkungan dan orang-orang
sekitar individu juga dapat memengaruhi penerimaan diri individu terutama
remaja. Hal ini dikarenakan sifat remaja yang sangat memperhatikan pendapat
orang lain dan mudah terpengaruh. Faktor lain yang juga memengaruhi
penerimaan diri adalah prestasi remaja baik dalam hal akademik maupun non
akademik. Sebagai contoh, remaja dengan prestasi yang baik akan mendapat
pujian serta respon positif yang lebih banyak dari lingkungan sehingga persepsi
mereka terhadap kondisi diri akan lebih positif. Sebaliknya, remaja yang jarang
atau bahkan tidak pernah mendapatkan prestasi cenderung memandang dirinya
negatif sehingga tidak dapat menerima diri dengan positif.
Hasil studi pendahuluan di SMA Laboratorium UM Malang menggunakan
expressed acceptance of self and otherscale secara acak terhadap 40 peserta didik
menunjukkan data 17 peserta didik atau 42,5% peserta didik terkatagori
penerimaan diri rendah 10 peserta didik atau 25% peserta didik terkategori sedang
dan 13 peserta didik atau 32,5% peserta didik terkatagori tinggi (Wiryo, 2012).
Studi lain yang dilakukan Nadya (2013) terhadap 143 orang peserta didik kelas X
SMA Pasundan 2 Bandung secara umum menunjukkan penerimaan diri fisik
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23 orang (16,09%) berada pada kategori sedang. Artinya, peserta didik pada
kategori tinggi telah mencapai tingkat penerimaan diri fisik yang optimal pada
setiap aspeknya, yaitu kemampuan yang terampil akan menerima diri secara fisik
yang diwujudkan dalam memiliki perasaan sederajat, percaya akan kemampuan
diri, bertanggungjawab, mempunyai orientasi keluar diri, berpendirian, menyadari
keterbatasan dan mampu menerima sifat kemanusiaan.
Hasil analisis berdasarkan inventori tugas perkembangan yang disebar di
Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015
menunjukkan peserta didik berada pada kategori rendah dalam aspek penerimaan
diri dan pengembangannya. Ini berarti peserta didik cenderung memiliki
hambatan dalam penerimaan diri. Selain itu, berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling SD Laboratorium Percontohan
UPI Bumi Siliwangi, perubahan yang terjadi karena mulai memasuki masa remaja
telah terjadi pada peserta didik yang berada di Kelas VI walaupun belum dialami
oleh semua peserta didik. Perubahan fisik dan psikologis pada awal masa remaja
ini juga tidak hanya dialami oleh peserta didik perempuan namun juga peserta
didik laki-laki. Respon peserta didik perempuan dan peserta didik laki-laki
terhadap masa transisi yang dialami ini cenderung beragam. Sebagian peserta
didik ada yang berani mengungkapkan perubahan-perubahan fisik yang dialami,
namun ada juga yang tidak bersedia mengungkapkannya.
Keengganan peserta didik menceritakan perubahan-perubahan yang terjadi
pada dirinya menjadi salah satu aspek yang perlu diketahui guru bimbingan dan
konseling ataupun guru kelas agar dapat memberikan bimbingan yang tepat dan
berimbang bagi perkembangan peserta didik. Guru bimbingan dan konseling juga
tidak hanya melakukan layanan ketika sebuah masalah muncul pada peserta didik,
keterampilan proaktif dibutuhkan agar bimbingan kepada individu dapat lebih
optimal dan menjadi upaya pencegahan bukan hanya upaya perbaikan.
Masa transisi antara kanak-kanak dan remaja merupakan suatu periode
perkembangan yang sering dikaitkan dengan hubungan sosial karena mereka
mulai melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perubahan baik fisik maupun psikologis yang diakibatkan oleh dimulainya masa
pubertas pada anak. Permasalahan lain terkait perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa awal pubertas bagi anak juga terjadi dan dapat berakibat pada tumbuh
kembang anak yang kurang optimal. Tumbuh kembang anak yang kurang optimal
tentu tidak diharapkan. Guna menghindari hal-hal yang mengarah negatif, maka
pemahaman terkait permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa pubertas
sangat diperlukan.
Pengetahuan terkait permasalahan-permasalahan ini juga dapat membantu
konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah ketika melakukan
bimbingan kepada peserta didik. Hal ini karena salah satu fungsi bimbingan dan
konseling adalah fungsi pemahaman yaitu membantu peserta diidk agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Berdasarkan
pemahaman ini pesrta didik diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara
optimal dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap
profil penerimaan diri peserta didik saat memasuki masa remaja awal di sekolah
dasar guna menggali permasalahan-permasalahan yang terjadi pada periode
perkembangan tersebut serta hubungannya dengan capaian prestasi belajar. Upaya
ini merupakan awal untuk menemukan metode terbaik bagi pengembangan
potensi peserta didik yang mengalami awal pubertas dan implikasinya bagi
bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
dengan judul “Profil Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Jenis Kelamin dan Korelasinya dengan Capaian Prestasi Belajar serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling”.
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Masa kanak-kanak merupakan suatu periode perkembangan yang sering
dikaitkan dengan hubungan sosial karena mereka mulai melakukan interaksi sosial
dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat terganggu ketika anak belum dapat
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
psikologis yang diakibatkan oleh dimulainya masa pubertas pada anak.
Permasalahan lain terkait perubahan-perubahan yang terjadi pada masa awal
pubertas bagi anak juga dapat berakibat pada tumbuh kembang anak yang kurang
optimal. Oleh karena itu, pemahaman terhadap penerimaan diri peserta didik yang
mengalami pubertas di sekolah dasar menjadi salah satu upaya mencegah
permasalahan yang dapat berdampak negatif bagi peserta didik yang mengalami
pubertas.
Berdasarkan identifikasi di atas, pertanyaan umum sebagai arah perumusan
masalahnya adalah “Bagaimana Profil Penerimaan Diri (Self Acceptance) Peserta
Didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi
Tahun Ajaran 2014/2015?”
Pertanyaan umum tersebut kemudian diturunkan ke dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana tingkat penerimaan diri peserta didk Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?
1.2.2 Bagaimana profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?
1.2.3 Bagaimana rata-rata penerimaan diri peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan
UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?
1.2.4 Bagaimana hubungan penerimaan diri peserta didik Kelas VI dengan capaian prestasi belajar yang dimiliki di Sekolah Dasar Laboratorium
Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah memperoleh gambaran empirik mengenai
profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI Sekolah Dasar. Adapun tujuan
khusus penelitian adalah memperoleh data empirik tentang:
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.3.2 profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;
1.3.3 perbedaan rata-rata penerimaan diri peserta didik Kelas VI berdasarkan jenis kelamin di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi
Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;
1.3.4 hubungan penerimaan diri peserta didik Kelas VI dengan capaian prestasi belajar yang dimiliki di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI
Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan bimbingan dan konseling terhadap bimbingan di tingkat
sekolah dasar yang diberikan kepada peserta didik. Secara khusus hasil penelitian
dapat memberikan referensi layanan bimbingan konseling bagi peserta didik yang
memasuki masa pubertas dan mengalami perubahan fisik maupun psikis agar
mereka dapat menerima diri dengan positif dan pada akhirnya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengembangkan diri sesuai dengan
potensi dan minat yang dimiliki.
1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Guru BK
Guru BK dapat mengetahui dan memahami berbagai permasalahan yang
muncul pada peserta didik yang berada pada masa transisi dari masa
kanak-kanak menuju masa remaja di sekolah dasar dan dapat menyusun
metode atau strategi bimbingan yang sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi oleh peserta didik. Terutama permasalahan yang terkait dengan
penerimaan diri yang dapat berpengaruh terhadap penyesuaian sosial
peserta didik juga peningkatan prestasi peserta didik.
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperdalam pengetahuan
terhadap kondisi beragam yang dialami oleh peserta didik di sekolah dan
alternatif cara untuk menanganinya.
1.5Struktur Organisasi Skripsi
Penelitian ini ditulis dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai
berikut.
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.
Bab II Kajian teori yang memaparkan konsep-konsep teori terkait variabel
penelitian yang sedang dikaji yaitu penerimaan diri pada remaja awal dan
prestasi belajar.
Bab III Metode penelitian yang didalamnya menyampaikan informasi
tentang metode penelitian yang digunakan, informasi terkait sampel, instrument
penelitian yang digunakan dan prosedur penelitian.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan
tentang pengolahan data, serta pembahasan yang menjelaskan hasil dari
pengolahan data tersebut.
Bab V merupakan Penutup yang terdiri dari kesimpulan, keterbatasan
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi, Populasi Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi
Siliwangi yang berlokasi di dalam kampus Universitas Pendidikan Indonesia jalan
Setiabudi No. 229 Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dengan guru Bimbingan dan
Konseling, pengamatan langsung atau observasi perilaku peserta didik serta
analisis tugas perkembangan dari inventori tugas yang diberikan kepada peserta
didik. Hasil analisis berdasarkan inventori tugas perkembangan yang disebar di
Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015
menunjukkan peserta didik berada pada kategori rendah dalam aspek penerimaan
diri dan pengembangannya. Ini berarti peserta didik cenderung memiliki
hambatan dalam penerimaan diri. Selain itu, berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling SD Laboratorium Percontohan
UPI Bumi Siliwangi, perubahan yang terjadi karena mulai memasuki masa remaja
telah terjadi pada peserta didik yang berada di Kelas VI walaupun belum dialami
oleh semua peserta didik. Perubahan fisik dan psikologis pada awal masa remaja
ini juga tidak hanya dialami oleh peserta didik perempuan namun juga peserta
didik laki-laki. Respon peserta didik perempuan dan peserta didik laki-laki
terhadap pubertas ini cenderung beragam. Hasil studi pendahuluan tersebut
menunjukkan bahwa penerimaan diri peserta didik pada awal remaja penting
untuk diteliti karena dapat memengaruhi perkembangan individu selanjutnya.
3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik Kelas VI di SD
Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi. Pertimbangan dalam menentukan
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12-13 tahun yang berarti telah memasuki masa remaja awal. Selain itu pada masa
remaja awal individu mulai dihadapkan pada permasalahan terkait perubahan
secara fisik yang juga memengaruhi respon psikologis mereka terhadap diri
maupun lingkungan. Jumlah peserta didik di Kelas VI adalah 62 orang. Oleh
karena itu data yang digunakan dalam penelitian merupakan keseluruhan populasi
yang merupakan sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2001, hlm. 61) sampel jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
3.2Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif yaitu suatu
bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,
manipulasi atau pengubahan variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu
kondisi apa adanya. Langkah-langkah yang dilakukan pada metode penelitian
deskriptif adalah sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi dan membatasi masalah yang akan diteliti agar penelitian
yang dilakukan dapat lebih fokus dan terarah.
2) Merumuskan masalah yang dinyatakan dalam kalimat pertanyaan
penelitian.
3) Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
4) Menyiapkan instrumen penelitian.
5) Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrument penelitian.
6) Melakukan pengumpulan data.
7) Menganalisis data yang telah terkumpul untuk menjawab rumusan masalah
penelitian dengan menggunakan statistik.
8) Menyusun pembahasan terhadap hasil penelitian yang merupakan
penjelasan rasional dan mendalam serta intrepretasi terhdap data-data yang
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9) Menyimpulkan hasil penelitian yang berisi jawaban singkat terhadap setiap
rumusan masalah berdasarkan data yang terkumpul.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Menurut
Creswell (2012, hlm. 1-2) penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian
tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujiannya dari sebuah teori yang
terdiri dari variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur secara
statistik untuk menentukan kebenaran generalisasi prediktif teori. Data hasil
penelitian ini berupa skor dan akan diproses melalui pengolahan statistik,
selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran penerimaan diri.
3.3Definisi Operasional Variabel
Penerimaan diri penting dimiliki peserta didik sebagai langkah awal dalam
melakukan penyesuaian diri, baik penyesuaian diri terhadap dirinya sendiri
maupun penyesuaian diri dengan lingkungannya. Penerimaan diri menjadi ciri
khas dari tugas perkembangan pada masa remaja awal. Hal ini dikarenakan
penerimaan diri berkaitan erat dengan sikap terhadap perubahan yang terjadi
dalam diri remaja. Penerimaan diri juga menjadi salah satu tugas perkembangan
remaja yang diungkapkan Havighurst (1978, hlm. 10) yaitu menerima keadaan
fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian penerimaan diri. Penerimaan
diri (self acceptance) merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan
diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan
keterbatasan-keterbatasan diri (Chaplin, 2004; Rostini, 2010). Menurut Ryff
(Florentina, 2008) penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang
memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai
aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, merasa positif dengan kehidupan
yang dijalani.
Panes (Hurlock, 1978, hlm. 434) mendefinisikan penerimaan diri sebagai
berikut “Self-acceptance is the degree to which an individual, having considered
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersebut menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan taraf kemampuan dan
keinginan individu untuk menerima keadaan dirinya dengan segala karakteristik
kepribadiannya dan kemampuan untuk hidup dengan karakteristik tersebut.
Definisi operasional penerimaan diri dalam penelitian ini adalah
kecenderungan pikiran dan perasaan peserta didik pada masa remaja awal di kelas
VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015
untuk menerima atau menolak dirinya sebagaimana tercermin dari respon yang
ditunjukkan terhadap pernyataan-pernyataan tertulis yang menggambarkan
indikator-indikator yang dikemukakan oleh Shereer (Cronbach, 1963, hlm. 562)
sebagai berikut.
1) Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk mengatasi lingkungan.
Peserta didik memiliki keyakinan akan kemampuan diri yang baik untuk
menyelesaikan atau menghadapi berbagai tantangan yang muncul dalam
kehidupannya, mampu bersikap positif dan menunjukkan perilaku
bersahabat.
2) Menganggap dirinya sejajar dengan orang lain.
Peserta didik mempertimbangkan bahwa dirinya sama berharganya dengan
orang lain, tidak merasa rendah diri dan mampu melakukan segala sesuatu
yang dapat dilakukan oleh orang lain. Individu cenderung memiliki
perilaku optimis.
3) Menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain
akan menerimanya.
Pesrta didik tidak menganggap dirinya sendiri aneh atau abnormal,
berpenampilan wajar dan memiliki keyakinan bahwa orang lain dapat
menerima dirinya dengan baik
4) Tidak malu atau sadar diri.
Peserta didik memiliki kepercayaan diri yang tinggi atas setiap tindakan
yang ia ambil, memiliki ide, aspirasi serta penghargaan diri yang dijadikan
standar dalam melaksanakan tindakan-tindakannya.
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Peserta didik berani memikul tanggung jawab atas perilaku yang
dimilikinya. Sikap tanggung jawab ini menunjukkan bahwa inidividu
mampu menjaga diri sendiri, mampu mengembangkan dan memanfaatkan
kelebihan-kelebihan serta mengerti resiko yang diambil dari setiap tindakan
yang ia lakukan.
6) Berpendirian.
Peserta didik lebih mengikuti standar dirinya sendiri dibandingkan dengan
standar diri dari lingkungan diluar dirinya. Tidak mudah terpengaruh dan
memiliki prinsip yang kuat.
7) Menerima kritik dan pujian dengan objektif.
Peserta didik mampu menerima pujian dengan objektif sehingga tidak
bersikap berlebihan dan menjadi besar kepala. Kemudian, pesrta didik juga
tidak menolak kritik yang ditujukan kepadanya dan dapat menyikapinya
sebagai masukan agar menjadi diri yang lebih baik.
8) Menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Peserta didik tidak menyalahkan diri sendiri akan keterbatasan yang ia
miliki dan tidak pula mengingkari kelebihan yang ia miliki. Peserta didik
cenderung memiliki penilaian yang realistik akan kekurangan dan
kelebihannya yang dimilikinya.
9) Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang
muncul.
Peserta didik tidak menolak atau mengingkari berbagai perasaan yang ia
rasakan. Dengan tidak mengingkari dan menutupinya, maka peserta didik
mampu mengelola berbagai perasaan tersebut dan dapat menyelesaikan
berbagai permasalahan dengan baik.
Respon-respon yang berujung pada penerimaan diri remaja di masa puber
berdampak pada kebahagiaannya dalam menjalani masa remaja. Menurut Hurlock
(1980, hlm. 201) yang penting dalam kebahagiaan adalah penerimaan, baik
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kecenderungan pikiran dan perilaku tentang penerimaan diri dikorelasikan dengan
prestasi akademik peserta didik.
3.4 Proses Pengembangan Instrumen 3.4.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan karakteristik penerimaan diri
dikembangkan dari definisi operasinal variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen
dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan instrumen agar tetap sesuai
dengan tujuan penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket mengenai
penerimaan diri yang diturunkan dari sembilan karakteristik penerimaaan diri
menurut Shareer yaitu memiliki keyakinan terhadap kapasitas diri untuk
mengatasi lingkungan, menganggap dirinya sejajar dengan orang lain,
menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan
menerimanya, tidak malu atau sadar diri, bertanggung jawab atas setiap
perilakunya, berpendirian, menerima kritik dan pujian secara objektif, menerima
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki serta tidak menyalahkan diri sendiri atau
mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.
Berikut ini dijabarkan lebih rinci kisi-kisi instrumen yaitu dalam bentuk
angket yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No Indikator No Item Jumlah
Positif Negatif 1
Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk
mengatasi lingkungan.
1,5,41 12,18,24 6
2 Menganggap dirinya sejajar
dengan orang lain. 31,11 6,42 4
3 Menganggap diri sendiri
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4 Tidak malu menampilkan diri
atau sadar diri. 35,27,44 40,8,14 6
5 Bertanggung jawab atas
setiap perilakunya. 39,33,29,21 20,16 6
6 Berpendirian. 37,46 10,30,4 5
7 Menerima kritik dan pujian
dengan objektif. 3,9 32,36,47 5
8 Menerima kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki. 7,13,19,48 34,38 6
9
Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.
25,15,50 37,22,49 6
Jumlah 25 25 50
3.4.2 Uji Kelayakan Instrumen 3.4.2.1Uji Validitas Rasional
Uji kelayakan instrumen ditempuh melalui uji validitas rasional yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa,
konstruk dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh dosen
ahli di Departemen Psikologi pendidikan dan Bimbingan. Uji rasional validitas
dilakukan dosen ahli dengan memberikan penilaian pada setiap item pernyataan
dengan kualifikasi memadai (M) dan tidak memadai (TM). Item dengan kualifikas
M menandakan bahwa item pernyataan dapat digunakan, sedangkan item
pernyataan dengan kualifikasi TM memiliki dua kemungkinan yaitu item
pernyataan tersebut tidak dapat digunakan atau dapat digunakan dengan revisi
terlebih dahulu.
Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga dosen ahli dari Departemen
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Berdasarkan penimbangan yang dilakukan
terhadap instrumen penelitian tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.2
Hasil Penimbangan Instrumen Penerimaan Diri
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Dosen Ahli
Dipakai 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,14,15,17,18,19, 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32, 33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,
45,46,47,48,49,50
45
Direvisi 9, 12, 13,16,20 5
Dibuang -
-Hasil penimbangan menunjukkan terdapat 45 item yang dapat langsung
digunakan serta 5 item yang bahasanya nya memerlukan revisi serta tidak terdapat
item yang harus dibuang atau tidak dapat digunakan. Pernyataan-pernyataan yang
termasuk pada kelompok kurang memadai (perlu direvisi) karena kalimat
pernyataan yang kurang jelas serta isi pernyataan kurang spesifik.
3.4.2.2Uji Keterbacaan Item
Sebelum uji validitas statistik dilakukan pada instrumen, dilakukan
terlebih dahulu uji keterbacaan yerhadap butir item yang dimaksudkan untuk
mengukur sejauh mana setiap pernyataan yang terdapat di dalam instrumen dapat
dipahami oleh responden. Uji keterbacaan ini dilaksanakan pada tanggal 20
Agustus 2014 kepada 34 peserta didik kelas VI SD Negeri Isola. Setelah uji
keterbacaan, terdapt beberapa kata yang kurang dipahami oleh responden. Oleh
karena itu, kata-kata tersebut direvisi menjadi lebih sederhana sehingga dapat
dipahami oleh responden.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, secara umum responden dapat
memahami dengan baik seluruh item pernyataan baik dari segi bahasa maupun
makna yang terkandung di dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan dapat digunakan dan mudah
dimengerti oleh peserta didik pada tingkat kelas VI sekolah dasar.
3.4.2.3Uji Validitas Butir Item
Pengujian validitas alat pengumpul data dilakukan melalui pengujian
butir-butir item pernyataan yang disesuaikan dengan kisi-kisi untuk
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat
digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2004, hlm. 267).
Semakin tinggi nilai validasi soal menunjukan semakin valid instrumen yang
digunakan.
Pengolahan data untuk menguji validitas item dilakukan pada tanggal 21
Agustus 2014. Setelah pada tanggal 20 Agustus 2014 instrumen diujicobakan
kepada 34 peserta didik kelas VI SD Negeri Isola. Pemilihan item dilakukan
dengan uji validitas item menggunakan Pearson Product Moment dengan bantuan
software SPSS 18.0 dengan rumus sebagai berikut.
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
(Siegel, 1994, hlm. 245)
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi Pearson x = skor per item
y = skor total
Berdasarkan penghitungan validitas butir pernyataan tersebut terdapat 8
[image:30.595.138.483.563.657.2]pernyataan yang tidak valid dan 42 pernyataan dinyatakan valid.
Tabel 3.3 Hasil Validitas
Kategori Data Item
Valid 1,2,3,5,6,7,8,9,11,1012,13,14,
15,16,17,18,20,21,22,25,26, 28,29,30,32,33,34,35,36,37,39,
40,41,42,43,44,46,47,48,49,50
Tidak Valid 4,23,24,25,27,31,38,40,45
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat
pada Tabel 3.4 berikut.
[image:31.595.136.490.156.542.2]Tabel 3.4
Tabel Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
No Indikator No Item Jumlah
Positif Negatif 1
Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk mengatasi lingkungan.
1,5,44 12,18 5
2 Menganggap dirinya sejajar
dengan orang lain. 11 6,28 3
3
Menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan menerimanya.
17 2,43,47 4
4 Tidak malu dan sadar diri 35,40,46 8,14 5
5 Bertanggung jawab atas setiap
perilakunya. 39,33,29,21 20,16 6
6 Berpendirian. 37,48 30 3
7 Menerima kritik dan pujian
dengan objektif. 3,9 32,36,49 5
8 Menerima kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki. 7,13,19,50 34 5
9
Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.
10,15,42 26,22,41 6
Jumlah 23 19 42
3.4.2.4Uji Reliabilitas Instrumen
Uji realibilitas dilakukan untuk menguji keterandalan instrumen
penerimaan diri peserta didik. Reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat
kepercayaan instrumen. Menurut Arikunto (2010, hlm. 221) reliabilitas berarti
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kategori intrepretasi nilai reliabilitas dijelaskan oleh Sugiyono (2010, hlm. 257)
[image:32.595.139.484.183.273.2]dalam tabel berikut.
Tabel 3.5
Kategori Intrepretasi Nilai Reliabilitas
Nilai r Intrepretasi
0.800 – 1.000 Sangat Tinggi
0.600 – 0.799 Tinggi
0.400 – 0.599 Cukup
0.200 – 0.399 Rendah
0.000 – 0.199 Sangat rendah (Tidak Berkorelasi)
Perhitungan Reliabilitas instrumen penerimaan diri dengan metode
statistika menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 18.0. Rumus yang
digunakan dalam uji reliabilitas adalah rumus Alpha berikut.
( ) ∑
(Arikunto, 2010, hlm. 239)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
= banyaknya item pernyataan atau banyaknya soal
∑ = jumlah varians item = varians total
Dengan demikian, hasil uji reliabitias instrumen penerimaan diri adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.6
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Cronbach's
Alpha N of Items
.922 42
Berdasarkan perhitungan tersebut nilai reliabilitas instrumen adalah 0,922
termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas
menggunakan SPSS 18,0. Tingkat korelasi dan derajat keterandalan yang berada
pada kategori sangat tinggi untuk instrumen penerimaan diri berarti bahwa
instrumen yang dibuat reliabel dan dapat digunakan sebagai instren penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah berupa angket yakni
sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengungkap karakteristik
penerimaan diri peserta didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi
Siliwangi. Angket yang digunakan merupakan pengembangan dari kisi-kisi
instrumen yang dibuat berdasarkan karakteristik penerimaan diri yang
diungkapkan oleh Shereer (Cronbach, 1978, hlm. 562-563). Angket yang
digunakan terdiri atas pernyataan-pernyataan tertutup dengan lima pilihan
jawaban yang disediakan dan diujikan secara langsung kepada responden.
Kemudian data yang terkumpul dianalisis sehingga dapat menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan.
3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan dengan memeriksa semua angket yang akan
diolah agar dalam proses pengolahan tidak menemukan kesulitan. Tahap
verifikasi data yang dilakukan adalah melakukan pengecekan terhadap jumlah
instrumen yang terkumpul, memeriksa kelengkapan identitas peserta didik
sehingga diketahui mana istrumen yang dapat digunakan ataupun tidak dapat
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3.6.2 Penyekoran Data
Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang menyediakan
lima alternatif jawaban. Penggunaan angket ini terdiri dari 42 pernyataan yang
terdiri dari 23 pernyataan positif dan 19 pernyataan negatif dengan lima alternatif
pilihan kemungkinan kesesuaian dengan peserta didik yaitu,
1) SS : Sangat Sesuai
2) S : Sesuai
3) KS : Kurang Sesuai
4) TS : Tidak Sesuai
5) STS : Sangat Tidak Sesuai
Setiap alternatif pilihan jawaban mengandung arti dan nilai seperti yang
[image:34.595.147.482.382.436.2]tertera di tabel berikut ini.
Tabel 3.7
Pola Skor Pilihan Alternatif Respon
Pernyataan Skor Lima Pilihan Alternatif Respon SS S KS TS STS
Favorable (+) 5 4 3 2 1
Unfavorable (-) 1 2 3 4 5
Untuk setiap pernyataan positif (favorable), peserta didik diberi skor 5
apabila memilih pilihan respon sangat sesuai, skor 4 apabila memilih pilihan
respon sesuai, skor 3 apabila memilih pilihan respon kurang sesuai, skor 2 apabila
memilih pilihan respon tidak sesuai, dan skor 1 apabila memilih pilihan respon
sangat tidak sesuai. Sedangkan untuk pertanyaan negatif (unfavorable) peserta
didik diberi skor 1 apabila memilih pilihan respon sangat sesuai, skor 2 apabila
memilih pilihan respon sesuai, skor 3 apabila memilih pilihan respon kurang
sesuai, skor 4 apabila memilih pilihan respon tidak sesuai dan pilihan 5 apabila
memilih pilihan respon sangat tidak sesuai.
Hasil penghimpunan data penelitian terlampir.
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen berupa angket
penerimaan diri kemudian diolah dengan menetapkan tiga kategori penerimaan
diri peserta didik yaitu kategori dapat menerima diri, netral dan kategori menolak
diri. Penentuan kelompok peserta didik dengan kategori menerima , netral dan
menolak dalam penelitian dilakukan dengan menentukan nilai skor maksimal dan
skor minimal.
Skor maksimal : 5 x 42 = 210
Skor minimal : 1 x 42 = 42
Rentang : = = = 56
Oleh karena itu pengelompokan data berdasarkan tiga kategori penerimaan
diri yaitu kategori penerimaan diri tinggi dan rendah dapat dilihat pada tabel
[image:35.595.128.519.374.440.2]berikut.
Tabel 3.8
Kategorisasi Penerimaan Diri
Interval Kategori
155 – 210 Menerima
99 – 154 Netral
42 – 98 Menolak
Dengan menggunakan prosedur yang sama maka kriteria per indikator
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.9
Kategorisasi Penerimaan Diri Per Indikator
No Indikator Kategori
Menerima Netral Menolak 1
Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk mengatasi lingkungan.
19 – 25 12 – 18 5 – 11
2 Menganggap dirinya sejajar dengan
orang lain. 12 – 15 8 – 11 3 – 7
3
Menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan menerimanya.
15 – 20 10 – 14 4 – 9
[image:35.595.115.517.559.701.2]Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5 Bertanggung jawab atas setiap
perilakunya. 23 – 31 15 – 22 6 – 14
6 Berpendirian. 12 – 15 8 – 11 3 – 7
7 Menerima kritik dan pujian dengan
objektif. 19 – 25 12 – 18 5 – 11
8 Menerima kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki. 19 – 25 12 – 18 5 – 11
9
Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.
23 – 31 15 – 22 6 – 14
3.7 Uji Perbedaan Penerimaan Diri antara Peserta Didik Laki-laki dan Peserta Didik Perempuan
Guna mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan penerimaan diri antara
peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan, dilakukan pengujian
menggunakan uji beda dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik
nonparametrik karena tidak memenuhi asumsi uji statistik parametrik yaitu
penerimaan diri peserta didik laki-laki dan data penerimaan diri peserta didik
perempuan berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu uji beda dua rata-rata
menggunakan uji Mann-Whitney. Langkah-langkah perhitungan uji beda dua
rata-rata adalah sebagai berikut.
1) Mengajukan Hipotesis
a. H0 : µpeserta didik laki-laki = µpeserta didik perempuan
Tidak terdapat perbedaan rata-rata penerimaan diri remaja antara peserta
didik berjenis kelamin laki-laki dan peserta didik berjenis kelamin
perempuan.
b. H1: µpeserta didik laki-laki ≠ µpeserta didik perempuan
Terdapat perbedaan rata-rata penerimaan diri remaja antara peserta didik
berjenis kelamin laki-laki dan peserta didik berjenis kelamin perempuan.
2) Menentukan Dasar Pengambilan Keputusan
Guna menentukan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
ditentukan dasar pengambilan keputusan dengan melihat Asymtop
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kriteria pengujian Mann-Whitney adalah sebagai berikut.
a. H0 diterima jika sig. > α (0,05)
b. H1diterima jika sig < α (0,05)
(Pidekso dalam Irmayanti,2011, hlm. 93) 3) Melakukan Uji Beda Dua Rata-rata
Uji beda dua rata-rata penelitian menggunakan Uji Mann-Whitney atau
yang lebih dikenal dengan U-test. Uji Mann-Whitney ini digunakan sebagai
alternatif lain dari uji t parametrik bila anggapan yang diperlukan bagi uji t
tidak terpenuhi. Rumus-rumus yang digunakan dalam Uji Mann-Whitney
adalah sebagai berikut.
∑
∑
Arikunto (2010, hlm. 153)
Keterangan :
= Statistik uji U1
= Statistik uji U2
∑ = Jumlah peringkat sampel 1
∑ = Jumlah peringkat sampel 2
= Jumlah anggota sampel 1
= Jumlah anggota sampel 2
Uji beda dua rata-rata pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunkan Uji Mann-Whitney U pada software SPSS 18.0.
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Uji korelasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel dalam penelitian, yaitu variabel penerimaan diri dan variabel capaian
prestasi belajar. Karena kesimpulan hasil penelitian menggambarkan populasi
dimana sampel diambil, maka uji koefisien korelasi menggunakan statistika
inferensial. Koefisien korelasi yang digunakan untuk melihat besaran hubungan
antara penerimaan diri dan capaian prestasi belajar yaitu menggunakan koefisien
korelasi spearman rho karena data hasil penelitian termasuk ke dalam statistika
nonparametrik. Penentuan statistika nonparametrik ditentukan setelah melakukan
uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang diuji diketahui tidak memiliki
homogenitas atau sebaran datanya tidak sama. Oleh karena itu perhitungan
korelasi menggunakan korelasi Spearman Rho. Koefisien korelasi spearman rho
dihitung dengan menggunakan nilai skor total mentah setiap sampel pada setiap
[image:38.595.128.516.405.513.2]variabel. Berikut kriteria klasifikasi koefisien korelasi spearman rho.
Tabel 3.10
Kriteria Klasifikasi Koefisien Korelasi
Interval Nilai Kekuatan Hubungan
KK = 0,0 Tidak ada
0,00<KK≤0,20 Sangat rendah atau lemah
0,20<KK≤0,40 Rendah atau lemah tapi pasti
0,40<KK≤0,70 Cukup berarti atau sedang
0,70<KK≤0,90 Tinggi atau kuat
0.90<KK≤1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali
KK=10,0 Sempurna
Hasan, Iqbal (2009, hlm.44)
Rumus korelasi Spearman Rank adalah sebagai berikut.
∑
Keterangan :
∑
Mayang Wulan Sari,2014
Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan cap