• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori

1. Tinjauan Umum Manajemen Pembiayaan a. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen dalam kamus bahasa indonesia diartikan sebagai pengelolaan, kepengurusan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan direksi.6

Menurut Ricky W. Griffin yang dikutif Abdul Aziz dalam buku Manajemen Investasi Syariah, mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal.7

Definisi lain, manajemen merupakan suatu ilmu atau cara mengelola suatu hal pekerjaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Manajemen juga dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari orang-orang serta sumber daya perusahaan lainnya.8 b. Pengertian Pembiayaan

Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I Believe, I trust, yaitu ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Dari kata trust berarti bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus

6 Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2003), 288. 7 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010), 19.

8 Suma’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 87. 9

(2)

digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling memberikan manfaat bagi kedua belah pihak9

Pembiayaan menurut termonologi adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan merupakan pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.10

Pembiayaan secara luas berarti financing/pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan lembaga pembiayaan, seperti bank kepada nasabah.11

Sedangkan menurut Kasmir, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.12

Menurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuangan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. 13

Adapun menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan, bahwasannya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

9Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking (Sebuah Teori Konsep dan Aplikasi) (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2010), 698.

10 Veithzal dan Arvian, Islamic Banking (Sebuah Teori Konsep dan Aplikasi), 681. 11 Muhamad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta:UUP AMP YKPN,2002), 260.

12 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,2010),96. 13 M. Syafi’i Antonio. Bank syariah dan Teori praktisi (Jakarta:Gema Insani Pers,2010), 135.

(3)

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.14

Berdasakan pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pembiayaan merupakan penyediaan atau pemberian dana berupa uang atau tagihan yang nilainnya diukur dengan uang, dengan ketentuan adanya kesepakatan antara bank sebagai penyedia dana (surplus unit) dengan nasabah sebagai penerima dana (defisit unit) serta adanya kesepakatan pengembalian dana tersebut dari nasabah pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam konsep ekonomi syariah, pembiayaan merupakan aktivitas muamalah yang boleh dilakukan selama tidak mengandung unsur gharar, riba, maysir dan lain sebagainya. Mengingat hampir tiap-tiap transaksi yang ada didunia ini mengenal dengan yang namanya hutang-piutang, atau yang dalam kacamata perbankan disebut dengan pembiayaan. Kegiatan tersebut hampir sering dilakukan oleh berbagai pihak, baik itu pada transaksi kelembagaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang mengenal hutang dikarenakan kebutuhan yang lebih banyak daripada suatu pendapatan yang didapatnya. Sedangkan setiap orang dituntut untuk memenuhi kehidupan yang mau tidak mau harus dipenuhi. Dengan hadirnya transaksi pembiayaan, maka banyak orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk membantu perkembangan perekonomiannya pada taraf yang lebih baik. Untuk kondisi tersebut, sehingga Islam membolehkan adanya transaksi pembiayaan. Sebagaimana yang terangkum pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 282:

                                                     

(4)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, (QS. Al-Baqarah:282)

Dalam memahami maksud ayat diatas tersebut, penulis dapat menerangkan yang diambil dari tafsir Ibnu Katsir, bahwasannya Allah SWT telah mengajarkan supaya antara orang yang berhutang dan pemberi hutang melakukan pencatatan agar tidak terjadi kekeliruan. Bahwasannya hutang sama halnya dengan janji yang wajib untuk ditepati. Dan Allah memperingatkan agar dalam pencatatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang jujur, adil dan dapat dipercaya. Anjuran terhadap penulisan utang piutang baik besar maupun kecil akan bermanfaat sebagai bukti untuk menghilangkan keragua-keraguan bagi kedua belah pihak. Dan menghilangkan keraguan merupakan aspek yang lebih adil disisi Allah SWT.15

Adapun pendapat hukum lain tentang diperbolehkanya bermu’amalah yaitu terdapat dalam kaidah fiqh yang berbunyi:

تﻼﻣ ﺎﻌﻤﻟا ﻲﻓ ﻞﺻﻻا ﺎﮭﻤﯾ ﺮﺤﺗ ﻰﻠﻋ ﻞﯿﻟ د لوﺪﯾ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا

.

“Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

Pada kaidah fiqh tersebut dapat dijelaskan bahwa, segala bentuk mu’amalah baik itu jual beli, pembiayaan, ijarah dan sebagainya adalah halal kecuali jika terdapat dalil yang mengharamkannya. Pada hakikatnya transaksi pembiayaan adalah ta’awun (tolong menolong). Akan tetapi akad tolong menolong tersebut dipelintir menjadi suatu tambahan yang mana

15

Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, cetakan keempat, 2004), 556.

(5)

tambahan tersebut dikategorikan sebagai riba. Riba yang biasa dikenal dengan bunga, selalu dikaitkan dengan transaksi penyaluran dana. Namun untuk kondisi tersebut, kita tidak boleh salah persepsi. Bahwa pada dasarnya antara pembiayaan dan kredit adalah dua kata yang berbeda. Meskipun keduanya memiliki sedikit kesamaan yaitu sama-sama menyalurkan dana. Akan tetapi yang menjadi pembeda adalah terletak pada sistem transaksi akad yang dilakukan. Pada bank konvensional kredit dilakukan berdasarkan akad pinjaman dimana nasabah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana tersebut beserta bunganya diwaktu tertentu. Dan kelebihan atas pinjaman tersebut itulah yang akan termasuk dalam kategori riba. Yang sudah jelas Allah SWT mengharamkannya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 275:

                                                                                     

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QS. Al-Baqarah : 275)

Sedangkan pembiayaan pada bank syariah tidak dikenakan sistem bunga. Dengan istilah lain bank syariah lebih menekankan pada akad syariah seperti, murabahah, musyarakah, ijarah, mudharabah dan sebagainya. Adapun dalam proses penyalurannya, setelah pembiayaan tersebut

(6)

disalurkan bank benar-benar mengontrol dan meninjau baik dari segi kegunaan maupun jenis usahanya yang akan dijalankan nasabah, sehingga bank dapat memastikan bahwa nasabah benar-benar menjalankan suatu usaha yang halal. Selain itu, bank syariah juga lebih menguntungkan karena keuntungan yang dihasilkan sesuai dengan prosentase kesepakatan dari awal akad, sehingga tidak ada yang dirugikan diantara kedua belah pihak dan hal seperti ini yang akan mendatangkan kemaslahatan tidak hanya untuk kepentingan duniawi melainkan juga untuk kepentingan akhirat.

1. Unsur-Unsur Pembiayaan

a. Unsur-unsur pembiayaan menurut konvensional

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut:16

1. Kepercayaan, Yaitu suatu keyakinan bagi si pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan, disamping unsur percaya di dalam pembiayaan juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan si penerima pembiayaan. Kesepakatan ini diituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu, setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, menengah, dan atau jangka panjang.

4. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet dalam pemberian pembiayaan.

(7)

5. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi pembiayaan ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

b. Unsur-Unsur Pembiayaan Menurut Syariah

Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan, dengan demikian pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar harus dapat diyakini dan dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama.

Berdasarkan hal di atas unsur-unsur dalam pembiayaan menurut syariah adalah sebagai berikut:17

1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal) dan penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.

2. Adanya penyerahan berupa uang, barang dan jasa dari shahibul maal kepada mudharib.

3. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari shahibul maal maupun dilihat dari mudharibnya.

4. Adanya unsur risiko baik dari pihak shahibul maal maupun di pihak mudharib. Risiko di pihak shahibul maal adalah gagal bayar, baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidak mampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena

(8)

ketidaksediaan membayar. Risiko dipihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pembiayaan.

5. Balas jasa, merupakan keuntungan bagi suatu bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah keuntungan/ balas jasa ditentukan dengan bagi hasil. Hal ini tentu berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak.

2. Jenis-jenis Pembiayaan

Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut beberapa aspek, diantaranya:18

1) Pembiayaan Dilihat Dari Tujuan

Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi: a. Pembiayaan konsumtif

Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau pembiayaan konsumtif, dapat dijelaskan pembiayaaan konsumtif dapat dijelaskan sebagai jenis pembiayaan yag diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan.

Pembiayaan konsumtif pula bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya guna dalam memenuhi keputusan dalam konsumsi.

b. Pembiayaan produktif

Pembiayaan produktif merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

Pembiayaan produktif adalah bentuk pembiayaan yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan, dan sampai

(9)

kepada proses penjualan barang-barang yang sudah jadi.19 Pembiayaan produktif dibagi menjadi:

a) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/ bahan pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain.

Menurut syafi’i pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan seperti: 1). Peningkatan produksi, baik secara kuantitas yaitu jumlah hasil produksi maupun kualitas yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi. 2). Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place disuatu barang.

b) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada nasabah atau usaha-usaha untuk keperluan nasabah/usaha-usaha yaitu dengan memberikan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, modernisasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik. Pembiayaan investasi ini adalah untuk pembelian/pengadaan barang-barang modal seperti pembelian mesin-mesin, bangunan, tanah untuk pabrik, pembelian alat produksi baru, dan perbaikan alat-alat produksi secara besar-besaran.

2) Pembiayaan Menurut Jangka Waktu

Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:

a. Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai 1 tahun. Pembiayaan jangka pendek (short term) ialah suatu bentuk pembiayaan yang

19 Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management ( Jakarta:RAJAGRAFINDO PERSADA,2008), 9.

(10)

berjangka waktu maksimum satu tahun. Dalam pembiayaan jangka pendek termasuk pembiayaan untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun.

b. Pembiayaan jangka waktu menengah (Intermediate Term), pembiayaan yang dilakukan dengan 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

c. Pembiayaan jangka waktu panjang (Long Term), pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.

d. Demand Loan atau Call Loan adalah suatu bentuk pembiayaan yang setiap waktu dapat diminta kembali.

Sementara dalam bank Islam jenis-jenis pembiayaan dapat dibagi menjadi:20

a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan ini meliputi:

1). Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

2). Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian diantara pemiliki dana/modal untuk mencampurka dana / modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik modal/dana berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

b. Pembiayaan berdasarkan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiyaan ini meliputi:

1). Pembiayaan Murabahah

(11)

Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dan nasabah dimana bank Islam membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepda nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank islam dengan nasabah.

2). Pembiayaan Salam

Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.

3). Pembiayaan Istishna

Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jula beli dalam bentuk pemesanan dengan syarat-syarat tertentu adapun pembayaran harga dapat dilakuka diawal, tengah maupun diakhir (berangsur). c. Pembiyaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini

meliputi:

1). Pembiayaan Ijarah

Pembiayaan Ijarah adalah perjainjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.

2). Pembiayaan Ijarah Muntahiyat Biltamlik Wa iqtina

Pembiayaan Ijarah Muntahiyat Biltamlik Wa iqtina adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikian barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.

d. Qordhul Hasan

Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

(12)

3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan a. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

b.Manfaat Pembiayaan

Pembiayaan memiliki banyak manfaat, diantaranya:

1. Menambah modal yang dapat digunakan untuk membiayai usaha produksi.

2. Memperkuat usaha yang telah ada untuk membentuk usaha baru.

3. Memperoleh sarana produksi terus-menerus.

4. Meningkat tambahan pendapatan yang sudah diperoleh sebagai akibat tambahan modal dalam usaha produktifnya. 4. Prosedur Pembiayaan

Prosedur pemberian dan penilaian pembiayan/kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lainnya tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan adalah terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Adanya prosedur dalam pembiayaan adalah untuk menjelaskan ketentuan, syarat-syarat atau petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan sejak diajukannya permohonan nasabah sampai dengan lunasnya suatu pembiayaan yang diberikan oleh bank.

Prosedur pemberian pembiayaan atau kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perorangan dengan pinjaman oleh suatu

(13)

badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

Secara umum prosedur pemberian pembiayaan/kredit yang ditentukan oleh badan hukum adalah sebagai berikut:21

1. Pengajuan berkas-berkas 2. Penyelidikan berkas pinjaman 3. Wawancara I

4. On the Spot 5. Wawancara II 6. Keputusan kredit

7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya 8. Realisasi kredit

9. Penyaluran/penarikan dana

Sedangkan menurut Veithzal menjelaskan tentang prosedur pembiayaan yang diterapkan dalam proses pembiayaan adalah sebagai berikut:22

a. Permohonan Pembiayaan

Langkah pertama dalam proses pembiayaan adalah permohonan pembiayaan. Secara umum, permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis dari nasabah kepada officer bank. Namun dalam penerapannya, permohonan dapat dilakukan secara lisan terlebih dahulu, untuk kemudian ditindak lanjuti dengan permohonan tertulis jika menurut officer bank usaha dimaksud layak dibiayai. Dalam permohonan pembiayaan ini, dilampiri pula proposal yang memuat antara lain, gambaran usaha, rencana atau prospek usaha, rincian dan penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana, dan jangka waktu penggunaan dana.23

21 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, 117-118. 22 Veithzal dan Arviyan, Islamic Banking, 722. 23 Muhamad, Manajemen Bank Syariah, 266.

(14)

b. Pengumpulan Data dan Investigasi

Data yang dibutuhkan oleh officer bank didasari pada kebutuhan dan tujuan pembiayaan. Untuk pembiayaan konsumtif data yang diperlukan adalah data yang dapat menggambarkan kemampuan nasabah untuk membayar pembiayaan dari penghasilan tepatnya.

Adapun data yang diperlukannya yaitu antara lain: 1. Untuk pegawai (karyawan swasta/PNS/ABRI)

a. Kartu identitas calon nasabah dan suami/istri (KTP/Pasport) b. Kartu keluarga, surat nikah

c. Slip gaji terakhir

d. Surat referensi dari kantor tempat bekerja atau SK pengangkatan untuk pegawai negeri sipil

e. Salinan rekening bank 3 bulan terakhir f. Salinan tagihan rekening telepon dan listrik g. Data objek pembiayan

h. Data jaminan

2. Untuk pemgusaha perorangan

a. Kartu identitas calon nasabah dan istri (KTP/Pasport) b. Kartu keluarga, surat nikah

c. Surat izin usaha perdagangan (SIUP) d. Nomor pokok wajib pajak (NPWP) e. Salinan rekening bank tiga bulan terakhir

f. Salinan tagihan rekening telepon dan listrik tiga bulan terakhir

g. Data objek pembiayaan h. Data jaminan

3. Untuk professional (Dokter, pengacara, dan lain-lain) a. Kartu identitas calon nasabah dan istri (KTP/Pasport) b. Kartu keluarga, surat nikah

c. Surat izin profesi d. Surat izin praktek

(15)

e. Salinan rekening bank tiga bulan terakhir

f. Salinan tagihan rekening telepon dan listrik tiga bulan terakhir

g. Data objek pembiayaan h. Data jaminan

5. Prinsip-prinsip Pembiayaan

Sebelum suatu fasilitas pembiayaan/kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut dapat diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan harus dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.24 Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C dalam pembiayaan adalah sebagi berikut:

1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. Seperti: cara hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hidup dan jiwa sosial. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” untuk membayar.

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan

(16)

bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

3. Capital (modal sendiri)

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

4. Colleteral

Colleteral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.

Sementara menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Islamic Financial Management mengenai prinsip pembiayaan adalah dengan melakukan analisis 6C’S yaitu:25

(17)

1. Character

Character adalah penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.

2. Capacity

Capacity adalah penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembiayaan. Kemampuan dapat diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan dimasa lalu yang didukung dengan pengamatan dilapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat pabrik serta metode kegiatan.

3. Capital

Capital adalah penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yag ditujukan oleh rasio financial dan penekanan pada komposisi modalnya.

4. Collateral

Collateral adalah jaminan yang dimiliki calon pnerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuklebih meyakinkan bahwa suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.

5. Condition

Condition adalah dimana bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi dimasyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan penting dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.

6. Constrain

Constrain adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu jenis bisnis dijalankan pada tempat tertentu.

(18)

7. Syariah

Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dikerjakan benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah.

Kemudian penilaian pembiayaan dengan metode penilaian 7P adalah sebagai berikut:26

1. Personality

Personality adalah menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party

Party adalah mengklasifikasikan nasabah kedalam klasfikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarka modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke dalam golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Purpose adalah untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. 4. Prospect

Prospect adalah untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

5. Payment

Payment adalah ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dan untuk pengembalian pembiayaan.

(19)

6. Profitability

Profitability adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability di ukur dari periode ke periode apakah aka tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang jaminan asuransi.

6. Kategori Pembiayaan

Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu pembiayaan/kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia mengkategorikan kualitas pembiayaan menurut ketentuan sebagai berikut:27

a. Lancar (Pass)

Suatu pembiayaan dapat dikatakan lancar apabila:

1. Pembayaran angsuran pokok dilakukan dengan tepat waktu. 2. Memiliki mutasi rekening yang aktif.

3. Bagian dari pembiayaan/kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

b. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain: 1. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok yang belum

melampai 90 hari.

2. Kadang-kadang terjadi cerukan.

3. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. 4. Mutasi rekening reklatif aktif.

5. Didukung dengan pinjaman baru. c. Kurang Lancar (Substandar)

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Terdapat tunggakan pembayaran yang telah melampaui 90 hari

(20)

2. Sering terjadi cerukan.

3. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari.

4. Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah.

5. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. 6. Dokumen pinjaman lemah.

d. Diragukan ( Doubtful)

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya:

1. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok telah melampaui 180 hari.

2. Terjadi cerukan yang bersifat permanen. 3. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.

4. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

e. Macet

Pembiayaan dapat dikatakan macet apabila memenuhi kriteria anatara lain:

1. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melampaui 270 hari.

2. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

3. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.

c. Pokok-Pokok Penerapan Manajemen Pembiayaan

Pentingnya perbankan maupun lembaga keuangan dalam menerapkan manajemen pembiayaan adalah untuk mengelola, mengatur dan menangani segala aktivitas dalam kaitannya dengan pembiayaan, agar segala bentuk aktivitas pembiayaan dapat terorganisasi dan terarah dengan baik sehingga dapat memperkecil risiko pembiayaan yang akan terjadi.

Dalam industri perbankan, pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat rentan. Sehingga tidak jarang pembiayaan seringkali dihadapkan

(21)

pada masalah pembiayaan bermasalah. Pembiayan bermasalah tidak dapat dihindari secara mutlak, sehingga setiap bank harus tetap berusaha untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Setiap pegawai bank yang terlibat dengan kegiatan pemberian pembiayaan harus menyadari besarnya tanggung jawab untuk menekan sekecil mungkin risiko munculnya kasus pembiayaan bermasalah. Dengan kata lain, kegiatan manajemen pembiayaan dapat mengendalikan dan meminimalkan risiko terjadinya pembiayaan bermasalah. Sehingga dapat memiliki sasaran untuk mengoptimalkan pendapatan bank.

Adapun upaya penerapan manajemen pembiayaan dalam meminimalkan risiko timbulnya pembiayaan bermasalah, dapat dilaksanakan dengan jalan menerapkan asas manajemen pembiayaan yang sehat yang mencerminkan secara tegas penerapan prinsip kehati-hatian. Diantaranya: 28

1. Kebijakan Penyaluran Pembiayaan

Kebijakan mengenai penyaluran pembiayaan yang sehat oleh setiap bank harus dituangkan secara tertulis dan menjadi suatu sistem yang baku. Dengan demikian, setiap pejabat yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan, mempunyai pedoman yang dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam melaksanakan tugsanya. Kebijakan penyaluran pembiayaan harus jelas sehingga mudah dimengerti. Walaupun kebijakan dalam penyaluran pembiayaan setiap bank tidak sama dengan bank yang lain, namun ketentuan utama yang dapat menjamin kesehatan mutu pembiayaan/kredit, harus dimasukan dalam kebijaksanaan tersebut. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Organisasi pembiayaan/kredit

Agar dapat menerapkan asas manajemen kredit yang sehat, bank harus mempunyai organisasi yang sehat pula. Oleh karena itu, dalam ketentuan penyaluran pembiayaan, wajib dicantumkan

(22)

hal-hal yang bersangkutan dengan organisasi pembiayaan. Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab dari pihak perbankan yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan harus dinyatakan dengan tegas dan jelas.

b. Kebijakan persetujuan dan pencairan pembiayaan

Persetujuan pemberian pembiayaan dapat dikatakan sehat bilamana diberikan berdasarkan hasil dari penilaian total atas permintaan pembiayaan dan atas diri nasabah/debitur. Yang dimaksud dengan penilaian total adalah penilaian atas kelayakan permintaan pembiayaan yang sedang diajukan dan mutu pembiayaan yang pernah diberikan kepada calon debitur. Dengan demikian, apabila calon debitur pernah atau sedang menikmati fasilitas pembiayaan, maka fokus penelitian analisis pembiayaan tidak terbatas pada kelayakan permintaan pembiayaan yang diajukan, melainkan juga prestasi calon debitur dalam memenuhi isi perjanjian pembiayaan yang telah disepakati.

Adapun penilaiannya yang dilakukan bank dalam menganalisis pembiayaan yaitu sebagai berikut:29

1. Mengetahui watak calon debitur

Watak dari nasabah mempunyai pengaruh besar terhadap penilaian pembiayaan, dengan menganalisis watak nasabah pihak bank dapat mengetahui kesediaan mereka dalam melunasi pembiayaan dan memenuhi ketentuan perjanjian pembiayaan yang lain. Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang berwatak buruk akan berdampak besar sekali risikonya untuk berkembang menjadi kredit bermasalah. Begitupun sebaliknya, pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang berwatak baik, hal ini akan meminimalisir risiko munculnya pembiayaan bermasalah.

(23)

2. Kemampuan nasabah dalam menghasilkan pendapatan

Selain dari watak nasabah, dalam penilaian pembiayaan pihak bank juga perlu mengetahui kemampuan nasabah dalam menghasilkan pendapatan. Karena dari penghasilan ini

nasabah dapat memenuhi kewajibannya dalam

mengembalikan pembiayaan yang diberikan. Dari penilaian kemampuan nasabah dalam melunasi kewajiban inilah yang dapat menetralisir aktivitas pembiayaan sehingga bank dapat meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah.

3. Jaminan pembiayaan yang disediakan

Jaminan pembiayaan merupakan sumber dana kedua untuk melunasi pembiayaan. Apabila nasabah tidak mampu menyediakan dana untuk melunasi kewajibannya, atau terdapat pembiayaan bermasalah dari pihak nasabah, maka jaminan yang disediakan nasabah dapat dijadikan sumber dana kedua untuk melunasi hutangnya. Pada kasus ini pihak bank dapat menjual barang jaminan yang disediakan oleh nasabah, dalam artian jaminan tersebut masih memiliki nilai dan kualitas yang cukup memadai.

4. Perkembangan kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi dan bidang usaha tempat nasabah beroperasi mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan usaha dan kondisi keuangan mereka. Sehingga pihak bank dapat terus memantau keadaan atau kondisi perekonomian mereka yang dapat menentukan kemampuan nasabah dalam mengembalikan dananya kepada bank.

c. Kebijakan Batas jumlah pemberian pembiayaan

Debitur bank dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu debitur biasa dan debitur yang mempunyai kaitan khusus dengan bank.

(24)

Debitur biasa dapat dibagi menjadi debitur ukuran kecil, menengah, dan besar. Sementara debitur yang mempunyai kaitan khusus dengan bank, yaitu:

1. Mereka yang memiliki saham sebesar 10% atau lebih dari bank.

2. Para anggota dewan komisaris bank. 3. Para anggota direksi bank.

4. Keluarga dari pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi bank.

5. Pejabat bank yang bersangkutan.

Untuk menghindari terjadinya konsentrasi pembiayaan pada satu atau kelompok debitur tertentu, maka bank menetapkan batasan jumlah dalam pemberian pembiayaan.

Pembatasan jumlah maksimum pemberian pembiayaan kepada debitur harus dinyatakan dengan tertulis, tegas dan jelas dalam ketentuan pokok penyaluran pembiayaan.

d. Kriteria tentang pembiayaan berisiko tinggi.

Untuk mencegah timbulnya pembiayaan bermasalah bank harus berusaha keras untuk menghindari pembiayaan yang berisiko tinggi.

Dalam kebijakan pemberian pembiayaan, bank harus mencantumkan dengan jelas kriteia yang mereka kategorikan sebagai pembiayaan beresiko tinggi. Sebagai pedoman umum dapat diutarakan bahwa suatu pembiayaan dapat dikategorikan berisiko tinggi bilamana termasuk dalam kriteria sebagai berikut: 1. Nasabah akan menggunakan fasislitas pembiayaan untuk

tujuan spekulasi. Misalnya membeli tanah dengan harapan akan memperoleh capital gain dikemudian hari.

2. Nasabah tidak dapat memberikan data dan informasi pokok tentang perusahaan, bidang usaha dan kondisi keuangannya.

(25)

3. Nasabah akan mempergunakan pembiayaan yang diminta untuk mendanai bidang usaha atau proyek yang memerlukan keahlian khusus yang tidak dikuasai bank.

4. Nasabah akan memergunakan pembiayaan yang diminta untuk melunasi pembiayaan bermasalh pada bank lain.

2. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia

Penerapan kebijakan manajemen pembiayaan yang sehat, tidak terlepas dari peran SDM yang memadai. Penerapan manajemen pembiayaan tidak akan berhasil apabila pengetahuan dan pengalaman pihak bank yang bersangkutan dengan pembiayaan sangat minim. Untuk itu bank perlu meningkatkan mutu SDM guna mengoptimalkan dan dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, dan efektivitas kerja secara keseluruhan.

Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, perusahaan perlu menyelenggrakan program pelatihan dan pembinaan secara berkesinambungan kepada karyawan, baik yang sudah menjadi karyawan tetap maupun karyawan baru.

Pelatihan tentang manajemen pembiayaan, diberikan secara bertingkat, yaitu tingkat pengenalan dan tingkat penyegaran atau pengembangan. Pelatihan tingkat pengenalan diberikan kepada account officer baru, sedangkan pelatihan tingkat pengembangan diberikan kepada para pejabat dan staf lama yang tugasnya berkaitan dengan pembiayaan.

3. Pengawasan Pembiayaan

Tujuan utama pengawasan pembiayaan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya praktek pemberian pembiayaan yang tidak sehat. Merosotnya mutu pembiayaan yang diberikan disebabkan adanya kurang pengawasan yang ketat dari pihak bank sehingga hal ini dapat berpotensi merugikan bank. Oleh karena itu, pihak bank perlu menerapkan pengawasan yang lebih intensif baik kepada kinerja karyawan dalam memanajemen tugasnya yang berkaitan dengan

(26)

pembiayaan maupun pihak nasabah yang menggunakan fasilitas pembiayaan. Jika keduanya saling terkontrol, maka risiko terjadinya pembiayaan bermasalah pun dapat diminimalisir.

4. Dokumentasi dan Administrtasi yang Sehat

Dokumentasi dan administrasi pembiayaan merupakan salah satu bahan masukan atau tugas penting bagi bank dalam memanajemen pembiayaan. Oleh karena itu, penerapan manajemen yang baik adalah adanya ketelitian pegawai dalam membuat dokumentasi. Semua dokumen pembiayaan penting, sehingga pihak bank harus memiliki arsip dokumen pembiayaan yang absah dan lengkap, bahkan setiap portofolio harus diadministrasikan secara benar, tertib, lengkap dan akurat, sehingga disamping dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan nasabah dan pembiayaan, hal ini pula mengandung unsur pengendalian intern.

d. Tujuan Manajemen Pembiayaan30

1. Menjaga pembiayaan yang disalurkan tetap aman;

2. Mengetahui apakah pembiayaan yang disalurkan itu lancar atau tidak;

3. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah;

4. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran pembiayaan yang dilakukan telah baik atau masih disempurnakan;

5. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali;

6. Mengetahui collectability credit yang disalurkan perusahaan;

7. Meningkatkan moral dan tanggung jawab karyawan analisis kredit perusahaan.

(27)

e. Sistem Manajemen Pembiayaan

Didalam manajemen pembiayaan perlu adanya sistem pengendalian pembiayaan/kredit yang harus dilakukan oleh berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:

a. Internal Control of Credit adalah sistem pengendalian kredit yang dilakukan oleh pihak bank yang bersangkutan cakupannya meliputi pencegahan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah

b. Audit Control of Credit adalah sistem pengendalian atau penilaian masalah yang berkaitan dengan perbankan dengan pembukuan kredit. Jadi pengendalian atas masalah khusus, yaitu tentang kebenaran pembukuan kredit bank.

c. External Control of Credit adalah sistem pengendalian kredit yang dilakukan pihak luar, baik oleh pihak Bank Indonesia maupun akuntan publik.

2. Tinjauan Umum Kompetensi Karyawan a. Pengertian Kompetensi

Karyawan merupakan unsur terpenting dalam suatu perusahaan. Suatu organisasi atau perusahaan yang terdiri dari orang-orang yang berkompeten memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan.

Menurut Hasibuan karyawan merupakan setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya baik fisik maupun fikiran kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian.31

Dalam suatu perusahaan tidak terlepas dari peran karyawan yang akan terlibat dalam menjalankan seluruh aktivitas pekerjaan. Karyawan yang berintegritas tinggi dan berkompeten merupakan sumbangsih terbesar dalam kemajuan suatu perusahaan.

Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan

(28)

pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.

Menurut Spencer yang dikutip Edi Sutrisno, bahwa kompetensi merupakan suatu yang mendasari karakteristik dari suatu individu yang dihubungkan dengan hasil yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Pendapatnya yang lain Spencer juga mengemukakan kompetensi sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya.32 Berdasarkan definisi tersebut mengandung makna kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta pelaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan.

Sementara menurut Boulter yang dikutip dalam Edi Sutrisno mengemukakan kompetensi adalah suatu karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkannya memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan, peran dan situasi tertentu. Keterampilan adalah hal-hal yang orang bisa lakukan dengan baik. Pengetahuan adalah apa yang diketahui seseorang tentang suatu topik. Peran sosial adalah citra yang ditunjukan oleh seseorang dimuka publik. Peran sosial mewakili apa yang orang itu anggap penting. Peran sosial mencerminkan nilai-nilai orang tersebut.33

Peningkatan kemampuan merupakan strategi yang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan sikap tanggap dalam rangka peningkatan kinerja organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, kompetensi selalu dijadikan acuan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan.

Berdasakan pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi karyawan merupakan sikap keterampilan atau kemampuan intektual yang dimiliki karyawan dalam menekuni suatu bidang pekerjaan. Lahirnya orang-orang yang kompeten akan selalu memberikan kontribusi

32 Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Kencana,2009), 202-203. 33 Edi Sutrisno, Manajemen SDM, 203.

(29)

kerja yang berkualitas. Sehingga membantu perusahaan pada taraf keberhasilan.

b. Karakteristik Kompetensi

Karakteristik menurut Moeheriono, terdapat lima aspek, diantaranya adalah:34

1. Watak

Watak adalah karakteristik yang membuat seseorang mempunyai sikapa perilaku atau bagaimana seseorang dapat merespons terhadap situasi atau informasi dengan cara tertentu. Misalnya percaya diri, control diri, ketaatan atau daya tahan.

2. Motif

Motif adalah seuatu yang diinginkan seseorang atau secara konsisten dipikirkan dan diinginkan yang mengakibatkan suatu tindakan atau dasar dari dalam yang bersangkutan untuk melakukan suatu tindakan.

3. Konsep diri

Konsep diri adalah sikap dan nilai-nilai atau citra diri yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai tersebut dapat diukur melalui test untuk mengetahui nilai yang dimiliki.

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang atau pemahaman seseorang pada bidang tertetu dan pada area tertentu.

5. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu, baik secara fisik maupun mental.

c. Jenis Kompetensi

Menurut Spencer yang dikutip Tjutju dan Siswanto menyatakan bahwa kompetensi terbagi atas dua kategori yaitu:35

a. Kompetensi Dasar (Threshold Competencies), merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki seseorang agar dapat melaksanakan

34 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berasis Kompetensi, (Bandung: Ghalia Indonesia,2009), 13. 35 Tjutju Yuniarsih dan Suswato, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Alfabeta,2008), 25.

(30)

pekerjaannya dengan baik, akan tetapi tidak membedakan seseorang yang berkinerja tinggi dengan kinerja rata-rata (meliputi pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca dan menulis). Misalnya untuk seorang analisis kredit harus mengetahui segala bentuk prosedur tentang perkreditan dan mampu menulis untuk dokumentasi. b. Kompetensi Pembeda (Differentiating Competencies), merupakan

faktor-faktor yang dapat membedakan seseorang yang berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah. Misalnya seseorang yang memiliki orientasi motivasi biasanya yang diperhatikan penetapan sasaran yang melebihi apa yang telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan. Adapun faktor pembeda yang dimiliki seseorang tersebut adalah dapat dilihat dari motivasinya, keterampilannya, pendidikan maupun kemampuan intetektual lainnya. contohnya kompetensi seorang sales yang memiliki motivasi tinggi dapat menetapkan sasaran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pada tingkat rata-rata.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, antara lain:

a) Keyakinan dan nilai-nilai

Keyakinan seseorang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku. Apabila seseorang percaya bahwa mereka tidak kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berfikir tentang cara baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu. Untuk itu setiap orang harus berpikir positif tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan menunjukan ciri orang yang berfikir kedepan.

b) Keterampilan

Dengan memperbaiki keterampilan, individu akan meningkat kecakapannya dalam kompetensi.

c) Pengalaman

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman. Diantaranya pengalaman dalam mengorganisasi orang. Komunikasi dihadapan

(31)

kelompok, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Orang yang tidak pernah berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin mengembangkan kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh lingkungan. Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis kurang mengebangkan kompetensi dari pada mereka yang telah menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun.

d) Konsep diri/Perilaku

Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan, memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat memberikan pengaruh positif terhadap motivasi kinerja pegawai.

e) Kemampuan intelektual

Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti, pemikiran analitis dan pemikiran konseptual.

e. Manfaat Penggunaan Kompetensi

Saat ini kompetensi sudah mulai diterapkan oleh perusahaan dalam berbagai aspek mulai dari manajemen sumber daya manusia, pada bidang pelatihan dan pengembangan, rekruitmen, seleksi karyawan dan sebagainnya. Penggunaan kompetensi memiliki pengaruh besar sehingga tidak sedikit perusahaan yang mengandalkan kompetensi yang tinggi dari karyawan akan mengalami kemajuan bahkan dapat meminimalisir terjadinya kasus-kasus perusahaan yang tidak diinginkan.

Berikut ini manfaat penggunaan kompetensi bagi perusahaan, diantaranya adalah:36

1. Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai.

Dalam hal ini, perusahaan lebih menekankan pada kompetensi karyawan yang mendasari keterampilan, pengetahuan, dan karakteristik apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan, dan perilaku apa saja yang berpengaruh langsung dengan prestasi kerja. Selain itu kompentensi

(32)

karyawan akan sangat membantu dalam mengurangi pengambilan keputusan-keputusan secara subjektif dalam bidang SDM.

2. Sebagai alat seleksi karyawan

Penggunaan kompetensi standar sebagai alat seleksi dapat membantu organisasi atau perusahaan untuk memilih calon karyawan yang terbaik. 3. Memaksimalkan produktivitas

Tuntutan untuk menjadikan suatu perusahaan yang maju, perusahaan mengharuskan untuk mencari karyawan yang dapat dikembangkan secara terarah dan yang memiliki kemampuan untuk menutupi kesenjangan serta menghasilkan produktivitas yang baik.

4. Memudahkan adaptasi terhadap perubahan

Dalam era perubahan yang sangat cepat, sifat dari suatu pekerjaan sangat cepat berubah dan kebutuhan akan kemampuan baru terus meningkat. Model kompetensi memberikan sarana untuk menetapkan keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan yang selalu berubah.

5. Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi

Kompetensi memberikan manfaat untuk mempermudah

mengomunikasikan nilai-nilai dan hal-hal apa saja yang harus menjadi fokus dalam unjuk kerja karyawan.

Pada bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Kompetensi yang bagus dapat dilihat dari etika yang baik yang dimiliki, misalnya sifat amanah dan sidiq. Sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Disamping itu, karyawan pada bank Syariah harus skillfull dan profesional (fathanah), dan mampu dalam mengelola tugas dengan sistematis. Sehingga akan tercipta efisiensi dan efektivitas kerja.37

(33)

Adapun kriteria-kriteria SDM yang harus dimiliki oleh karyawan adalah sebagai berikut:38

1. Task skills, yaitu keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas rutin sesuai dengan standar di tempat kerja.

2. Task Managemen skills, yaitu keterampilan untuk mengelola serangkaian tugas yang berbeda yang muncul dalam pekerjaan.

3. Contigency management skills, yaitu keterampilan mengambil tindakan yang cepat dan tepat bila timbul suatu masalah dalam pekerjaan.

4. Job role environment skills, yaitu keterampilan untuk bekerjasama serta memelihara kenyamanan lingkungan kerja.

5. Transfer skills, yaitu keterampilan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja baru.

Beberapa kualifikasi dan standar Sumber Daya Manusia (SDM) menurut konsep Ekonomi Syariah adalah sebagai berikut:39

1. Memahami nilai-nilai moral dalam aplikasi fiqh muamalah atau ekonomi syariah.

2. Memahami konsep dan tujuan ekonomi yariah.

3. Memahami konsep dan aplikasi transaksi-transaksi (akad) dalam mu’amalah ekonomi syariah.

4. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dan interaksi lembaga-lembaga terkait dalam bisnis syariah.

3. Tinjauan Umum Kerjasama Karyawan a. Pengertian Kerjasama

Tercapainya suatu tujuan dalam perusahaan tentu tidak akan terlepas dari aspek kerjasama. Kerjasama dalam suatu perusahan baik bank maupun lembaga lainnya tentu sangat diutamakan, karena jika karyawan tidak mempunyai rasa kepedulian dan kerjasama yang baik, besar kemungkinanya

38 Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori dan Praktek, 34.

39 http://elidakusumaastuti.com/2014/03/artikel-kompetensi-sumber-daya-manusia.html, diakses pada 24 april 2014.

(34)

perusahaan akan menemukan titik kesulitan dalam menjalan setiap roda kegiatan perusahaan sehingga akan menghambat perusahaan dalam mencapai suatu tujuan atau target tertentu.

Kerjasama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja yang dapat mendorong keberhasilan perusahaan dalam mencapai suatu tujuan.

Kerjasama dapat meningkatkan komunikasi kerja pada karyawan didalam dan diantara bagian-bagian perusahaan. kerjasama dapat mengumpulkan bakat, berbagi tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama.40

Menurut Zainudin kerja sama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, saling kontribusi, menghargai dan adanya norma yang mengatur.41

Menurut Tangkilisan kerjasama diartikan sebagai semua kegiatan yang timbul diluar batas-batas organisasi/perusahaan dapat memepengaruhi keputusan serta tindakan didalam sebuah organisasi atau perusahaan yang didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing karyawan untuk mencapai suatu tujuan.42

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kerjasama karyawan merupakan serumpun kegiatan yang dikelola dan dilakukan bersama dalam suatu perusahaan yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dapat dijadikan kekuatan dalam mencapai keberhasilan usaha.

Kerjasama yang dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara individual. Hal ini terbukti bahwa kerjasama dapat mengarahkan pada efisiensi dan efektivitas kerja yang lebih baik.

Setiap karyawan yang lebih mengutamakan kerjasama akan memnghasilkan berbagai penyelesaian pekerjaan yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerjasama pada

40 Repository.usu.ac.id/bitstream, diakses 15 November 2014 41 www.etd.library.ums.ac.id

(35)

kerja tim adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang bergabung dalam kerja tim.

Selain keunggulan diatas, kerjasama juga dapat menstimulasi seseorang berkontribusi dalam kelompoknya. Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang terintergrasi untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam mencapai tujuan bersama, kerjasama memberikan manfaat yang besar bagi kerja tim. Biasanya perusahaan berbasis kerja tim memiliki struktur yang ramping. Oleh sebab itu, perusahaan akan bisa merespon dengan cepat terhadap masalah perusahaan dan kinerja karyawan menjadi lebih efektif.

Kerjasama dalam konteks syariah dikenal dengan “Syirkah” yang berarti berserikat. Didalam kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih harus saling memberikan kontribusi untuk suatu tujuan usaha dengan ketentuan segala keberhasilan dan risiko dapat ditanggung bersama. Hal ini menggambarkan bahwa dalam kerjasama, ada rasa senasib dan sepenanggungan antara pihak yang bermitra didalam melakukan pekerjaan. Obyektifnya dalam bekerjasama adalah saling mengisi dan menutupi kelemahan yang ada untuk meraih kebrhasilan dan menekan risiko yang serendah-rendahnya secara bersama.43

Menurut para ulama fiqh akad asy-syirkah diperbolehkan. Islam juga menggalakkan kerjasama dalam berbagai bentuk usaha kebajikan dan sebaliknya menolak usaha-usaha yang bisa mendatangkan kemadharatan baik untuk diri sendiri maupun orang banyak. Oleh karenanya, operasional syirkah (partnership) dalam dunia usaha dibolehkan oleh syariat Islam. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:

                   

(36)

Artinya: “ Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al-Maidah: 2)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa semua perbuatan dan sikap hidup membawa kebaikan kepada seseorang (individu) atau kelompok kepada perbuatan baik dan taqwa dengan syarat perbuatan tersebut didasari dengan niat yang ikhlas. Tolong menolong (syirkah al-ta’awun) merupakan suatu bentuk perkongsian, dan harapan bahwa semua pribadi muslim adalah sosok yang bisa berguna dan menjadi partner yang baik bagi orang lain.

Dalam Islam etika kerjasama lebih menekankan pada prinsip siddiq dan amanah. Siddiq disini berarti didalam kerjasama harus menerapkan sikap transparansi atau keterbukaan antar rekan kerja dan amanah berarti benar-benar bisa dipercaya. Disamping itu, kerjasama yang baik juga harus dilandaskan dengan rasa pertanggungjawaban yang besar dan memiliki komitmen yang tinggi.

b. Unsur-unsur Kerjasama Tim

Ada beberapa unsur kerjasama, diantaranya:44 1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah lem yang merekat kebersamaan tim. Kepercayaan juga merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tehadap kemampuan yang dimilikinya dan juga kemampuan orang lain. Saling mempercayai dengan adanya kejujuran dalam sikap, pemberian tugas dan pengakuan atas integritas yang dimiliki anggota.

2. Kekompakan

Kekompakan adalah bekerja sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan yang biasanya ditandai adanya saling ketergantungan. Kerjasama yang dibangun atas dasar kekompakan yang utuh, akan menghasilkan kekuatan hubungan antar karyawan yang satu dengan yang lain dengan merasakan adanya ketergantungan dalam

(37)

urutan tugas, ketergantungan hasil yang ingin dicapai dan komitmen yang tinggi.

3. Tanggung Jawab

Sikap peduli yang dimiliki karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tanggung jawab secara tim berarti secara bersama-sama dapat menyelesaiakan pekerjaan dengan baik. Hal ini akan membentuk suatu hubungan kerjasama yang efektif.

c. Karakteristik Kerjasama yang Sukses

Keberhasilan sebuah tim atas kerjasama merupakan akumulasi dari proses dan prestasi kerja setiap karyawan. Hal ini merupakan tugas dan hasil kolektif dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin tinggi kekuatan sinergitas diantara karyawan dan manajer semakin tinggi kekeuatan sebuah tim. Tingkat kesalahan dalam pekerjaan pun dapat ditekan sekecil mungkin.

Berikut ini kerjasama yang sukses, Sopiah membaginya kedalam enam karakteristik, diantaranya:45

1. Mempunyai komitmen terhadap tujuan bersama 2. Menegakan tujuan spesifik

3. Kepemimpinan dan struktur

4. Menghindari kemalasan sosial dan tanggung jawab 5. Evaluasi kinerja dan sistem ganjaran yang benar, dan 6. Mengembangkan kepercayaan timbal balik.

d. Proses Perkembangan Kerjasama Tim

Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan perancangan tim yang baik. Pentingnya perancangan tim yang baik diuraikan Griffin (2004) dengan membagi ke dalam 4 (empat) tahap perkembangan, yaitu:46

45http://repository.binus.ac.id, diakses 26 Januari 2015 46 Repository.usu.ac.id/bitstream, diakses 15 November 2014

(38)

1. Forming (Pembentukan)

Adalah tahapan dimana para anggota setuju untuk bergabung dalam satu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri. Konflik sangat jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu bahkan seringkali ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memiliih pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terelebih dahulu).

2. Sroming (Merebut Hati)

Pada tahap ini dimana kekacauan mulai timbul didalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi tantangan karena masalah-masalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat masing. Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi menjadi pendengar.

3. Norming ( Pengaturan Norma)

Adalah tahapan dimanan individu-individu dan sub group yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerjasama dalam menyelesaiakan berbagai tugas. Dalam hal ini semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk mengungkapkan pendapatnya tentang berbagai masalah perusahaan kepada seluruh anggota tim.

4. Performing (Melaksanakan)

Adalah tahapan merupakan titik kulminasi dimana tim sudah berhasi membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim dalam bekerjasama akan terlihat prestasi yang ditunjukan.

(39)

e. Manfaat Kerjasama/ Bekerja Dalam Tim47 1. Manfaat bagi perusahaan

a. Meningkatkan produktivitas kerja b. Meningkatkan kualitas kerja c. Meningkatkan mentalitas kerja d. Meningkatkan kemajuan perusahaan

e. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja 2. Manfaat bagi Anggota/Karyawan

a. Stres atau beban akibat pekerjaan akan berkurang b. Tanggung jawab atas pekerjaan dipikul bersama c. Memperoleh balas jasa dan penghargaan d. Sebagai media aktualisasi diri

e. Dapat menyalurkan bakat dan kemampuannya f. Tujuan Kerjasama Dalam Perusahaan

Pada dasarnya tujuan adanya kerjasama dalam suatu perusahaan didasarkan pada prinsip kesatuan tujuan, prinsip efesiensi dan prinsip efektivitas. Berikut ini urainya:

1. Kesatuan Tujuan

Prinsip kesatuan tujuan ini mencakup kesamaan visi, misi, dan sasaran program kerja tim. Apabila suatu program atau proyek harus diselesaikan selama suatu periode waktu tertentu maka pola pelaksanaan kerjasama harus disesuaikan dengan prinsip kesauan tujuan.

2. Prinsip Efesiensi

Efesiensi kerja adalah pekerjaan yang tidak menimbulkan pemborosan dan kecerobohan. Adanya kerjasama tentu memiliki pengaruh besar terhadap efisiensi kerja, sehingga memberi kepuasan kerja bagi perusahaan.

(40)

3. Prinsip efektivitas

Tujuan adanya kerjasama adalah untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerja. Kerjasama yang efektif apabila telah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tujuan yang jelas dan opersional 2. Keterampilan yang memadai 3. Komitmen

4. Saling percaya

5. Komunikasi yang baik 6. Kemampuan negosiasi 7. Kepemimpinan yang tepat.

4. Tinjauan Umum Efektivitas Penanganan Pembiayaan Bermasalah a.Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil atau seseuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.48

Menurut Suwarno, efektivitas adalah bila suatu sasaran atau tujuan yang telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.49

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Efektifitas juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Seperti yang dikemukakan Hidayat, bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Sementara Agung Kurniawan dalam bukunya Tranformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas sebagai suatu kemampuan dalam melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan atau misi) pada suatu organisasi atau

48 Ali Muhammad, Kamus Populer Bahasa Indonesia, 89.

49 Ratini, Efektivitas Analisis Pembiayaan dalam Pemberian Modal Usaha Kecil.(Cirebon: SKRIPSI, 2009) 16.

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel

Referensi

Dokumen terkait

“Accounting is the body knowledge and functions concered with systematic originating, recording, classifying, processing, summerizing, analyzing, interpreting and

Demikian pula halnya dalam kegiatan pemanenan hutan dapat menurunkan bahan organik, khususnya C dan N secara drastis akibat perubahan suhu, lengas tanah dan aerasi (Matson et al

Setelah penelitian, mutu biji kakao yang difermentasi oleh petani telah sesuai dengan SNI yang termasuk pada mutu kelas III, karena persentase biji tidak

Pengujian kronik dari sedimen terkontaminasi dan pengukuran konsentrasi logam berat dapat digunakan untuk menilai kesehatan suatu perairan. Hasil bioassay sedimen

Untuk mencapai keadaan bebas dari rasa nyeri, baik saat tindakan injeksi bahan anestesi lokal mau- pun melakukan tatalaksana tindakan perawatan rongga mulut yang memerlukan

Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Keanekaragaman Jenis Konsumsi Lauk Pauk Perminggu pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun

Pentingnya informasi rasio keuangan terhadap lembaga perbankan untuk mengetahui kesehatan bank dalam menjalankan segala aktivitas, serta teori – teori yang menjelaskan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis arthropoda pada pertanaman sagu yang termasuk serangga hama ada tiga spesies yaitu