• Tidak ada hasil yang ditemukan

11 PERWIL SINKRONISASI RENCANA SPASIAL D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "11 PERWIL SINKRONISASI RENCANA SPASIAL D"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Sinkronisasi Dokumen RTRW dan Rencana Pembangunan di Kota Surabaya” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tugas ini juga merupakan alat bantu proses pembelajaran mata kuliah Perencanaan Wilayah dalam menyelaraskan subtansi antar dokumen perencanaan. Kami menyampaikan banyak terimakasih kepada dosen pengajar terkait yaitu Ibu Vely Kukinul, S.T., M.T., karena beliau telah membagikan ilmunya selama ini sehingga tugas dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas ini diharapkan dapat bermanfaaat baik bagi penyusun dalam proses pembuatannya dan bagi pembaca sebagai pengetahuan. Kami juga berharap tugas ini dapat dijadikan sebagai wacana dalam sebuah perencanaan wilayah dan kota.

Surabaya, 27 Mei 2017

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penulisan... 2

1.4. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN ... 4

2.1. UUNo 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional .... 4

2.2. UU No. 54 tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah ... 10

2.3. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ... 16

2.4. RPJPD Jawa Timur Tahun 2005-2025 ... 16

2.5. Perda No 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya Tahun 2009-2029 ... 17

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 19

3.1. Gambaran Umum Permasalahan ... 19

3.2. Analisis Fish Bone ... 21

BAB IV PENUTUP ... 25

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sinkronisasi rencana spasial dan pembangunan sangatlah penting untuk upaya penanganan tata ruang dan pembangunan nasional dan daerah. Pada UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) dan UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Penataan Pembangunan Nasional (SPPN) menghendaki adanya integrasi antara adanya dokumen rencana tata ruang dan rencana pembangunan. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) mengamanatkan bahwa semua tingkatan administrasi pemerintahan, mulai dari nasional, provinsi, kabupaten/kota diwajibkan menyusun Rencana Tata Ruang (RTR). Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Sedangkan pada RPJP Nasional 2005-2025, menyebutkan konsistensi pemanfaatan ruang dapat dicapai dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen rencana pembangunan. Pemerintah Pusat, melalui pendekatan pembangunan berbasis kewilayahan mulai pada RPJMN 2010-2014 telah mulai melakukan sinkronisasi tersebut. Produk dari integrasi kedua dokumen rencana tersebut adalah Buku III RPJMN 2010-2014 dan Buku III RPJMN 2015-2019; dan setiap tahun dijabarkan di dalam RKP. Proses sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan di Daerah perlu juga dilakukan dengan mengacu pada proses yang terjadi di Pusat.

(5)

2 Beberapa masalah ketidaksinkronan dokumen perencanaan seperti: a) Substansi yang ada dalam RTRWP belum seluruhnya terakomodir dalam RPJMD dan RKPD; b) Adanya perbedaan nomenklatur antara RTRW dan Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD dan RKPD), namun masih terlihat benang merah keterkaitannya; c) Adanya beberapa program dalam RKPD yang belum terintegrasi dengan RTRWP dan RPJMD; d) Masalah sinkronisasi muatan RTRW-RPJMD-RKPD kemudian berdampak terhadap upaya implementasi rencana yang masih sering mengalami kendala dalam pembagian kewenangan antara Provinsi dan Kab./Kota; dan lain-lain.

Salah satu permasalahan ketidak sinergisan dokumen perencanaan ada pada permasalahan pembangunan Tol Tengah Kota Surabaya. Banyaknya permasalahan yang ditimbulkan terhadap kehidupan kota dari adanya pembangunan ini, Pemerintah Kota Surabaya menolak dibangunnya Tol Tengah Kota ini, dan beranggapan ada solusi lain dalam pemecahan permasalahan kemacetan di Kota Surabaya selain Tol Tengah Kota. Sedangkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur masih bersikeras untuk membangun Tol Tengah Kota. Konflik antara kedua stakeholders ini menyebabkan tidak terintegrasinya dokumen perencanaan pada keduanya.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan pada laporan ini adalah sebagai berikut:

a) Apakah permasalahan integrasi dokumen dalam pembangunan tol tengah kota Surabaya?

b) Apakah permasalahan pembangunan tol tengah kota Surabaya?

c) Bagaimana solusi permasalahan integrasi dokumen dalam kasus pembangunan tol tengah kota Surabaya?

1.3. Tujuan Penulisan

(6)

3 a) Dapat mengidentifikasi permasalahan integrasi dokumen dalam

pembangunan tol tengah kota

b) Dapat mengidentifikasi pemasalahan pembangunan tol tengah kota

c) Dapat merumuskan solusi permasalaha integrasi dokumen dalam kasus pembangunan tol tengah kota

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN berisi tentang kebijakan yang ada pada studi

kasus yang diangkat yaitu dokumen rencana Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur.

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN berisi analisis yang digunakan dalam penyusunan makalah yaitu analisis fishbone.

(7)

4 BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1. UUNo 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bebas, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur seperti yang termuat dalam pembukaan UUD 1945, perencanaan pembangunan di Indonesia dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar pembangunan tersebut dapat berjalan efektif, efisien, dan bersasaran. Oleh sebab itu, pemerintah pusat menyusun UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai pedoman Presiden dalam menyusun rencana pembangunan.

Menurut UU No. 25 tahun 2004, tujuan disusunnya Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah sebagai berikut :

1. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan

2. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah

3. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan

4. mengoptimalkan partisipasi masyarakat

5. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

(8)

5 mengenai masa berlaku dan hubungan antardokumen rencana tersebut dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :

Tabel 1. Ruang lingkup dan jangka waktu berlakunya dokumen rencana pembangunan JANGKA

WAKTU

NASIONAL DAERAH

Dokumen Penetapan Dokumen Penetapan

20 TAHUN Rencana

5 TAHUN Rencana Strategis Kementerian / 1 TAHUN Rencana Kerja

Pemerintah 1 TAHUN Rencana Kerja

(9)

6 Gambar 1. Keterkaitan dokumen perencanaan daerah dan masional

Sumber : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004

Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan dokumen induk yang diacu oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). RPJP merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia berupa visi, misi, dan arah pembangunan Nasional.

(10)

7 Kementerian/Lembaga (Renstra KL) dan dijabarkan kembali ke dalam rencana per satu tahunan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja KL).

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.

(11)

8 Gambar 2. Keselarasan isi dokumen perencanaan pembangunan daerah

Sumber : UU SPPN, 2004

Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan perencanaan pembangunan antara lain :

1. Penyusunan Rencana yang terdiri dari rancangan rencana pembangunan Nasional/ Daerah, rancangan rencana kerja Departemen/Lembaga SKPD, melakukan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) dan terakhir menyusun rancangan akhir rencana pembangunan

(12)

9 Tabel 2. Jadwal Penetapan Perencanaan

DOKUMEN WAKTU KETERANGAN

RPJP Nasional

Musrenbang dilaksanakan paling lambat 1 tahun sebelum RPJP

Musrenbang dilaksanakan paling lambat 2 bulan setelah presiden dilantik

RKP Musrenbang dilaksanakan paling

lambat bulan April RPJP

Daerah

Musrenbang dilaksanakan paling lambat 1 tahun sebelum RPJP berjalan berakhir

RPJM Daerah

Paling lambat 3 bulan setelah kepala daerah dilantik

Musrenbang dilaksanakan paling lambat 2 bulan setelah kepala daerah dilantik

RKPD Musrenbang dilaksanakan paling lambat bulan Maret

Renstra-KL Disesuaikan dengan RPJM Nasional

3. Pengendalian pelaksanaan rencana yang dilakukan oleh masing-masing kepala pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah dimana Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana tersebut

(13)

10 sebuah evaluasi rencana pembangunan oleh Menteri/Kepala Bappeda. Hasil evaluasi tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk menyusun rencana pembangunan Nasional/Daerah periode selanjutnya. 2.2. UU No. 54 tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor

8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

Untuk mempermudah sinkronisasi isi dokumen rencana pembangunan daerah, Kementrian Dalam Negeri mengeluarkan UU No. 54 tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

2.2.1. Bagan Alur Penyusunan RPJMD

Berikut adalah alur penyususnan RPJMD Provinsi menurut UU no. 54 tahun 2010 oleh Menteri Dalam Negeri :

(14)

11 Penyusunan dokumen RPJMD Provinsi dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan penyusunan RPJMD meliputi pembentukan tim penyusun RPJMD oleh Kepala Daerah, orientasi aturan perundang-undangan, panduan atau pedoman teknis maupun buku literatur yang digunakan dalam penyusunan RPJMD, penyusunan agenda kerja tim RPJMD, pengumpulan data dan informasi terkait wilayah rencana, penyusunan rancangan awal RPJMD meliputi pengolahan data dan informasi yang telah didapatkan, penelaahan dokumen pembangunan maupun dokumen spasial yang terlibat dalam wilayah perencanaan, analisis isu strategis, perumusan penjelasan visi-misi, tujuan, sasaran, strategis serta arahan kebijakan, dan lain sebagainya, penyusunan rancangan RPJMD meliputi penyusunan, verifikasi dan integrasi rencana strategis Satuan Kerja Pemerintah daerah, pelaksanaan musrenbang dalam rangka membahas dan menyepakati rancangan RPJMD dengan para pemangku kepentingan pembangunan daerah, perumusan rancangan akhir RPJMD berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang dan hasil konsultasu dengan Menteri/Gubernur, dan penetapan peraturan daerah mengenai RPJMD yang telah disusun.

2.2.2. Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Provinsi

RPJMD merupakan dokumen penting yang harus disusun oleh masing-masing daerah karena RPJMD akan digunakan sebagai arahan dalam penyusunan rancangan Renstra SKPD sekaligus koridor perencanaan pembangunan selama 5 tahun oleh Kepala Daerah. Perumusan Dokumen RPJMD, khususnya RPJMD Provinsi, dilakukan melalui kegiatan berikut :

1. Pengolahan data dan informasi

2. Penelaahan RTRW kabupaten/kota dan RTRW kabupaten/kota lainnya 3. Analisis gambaran umum kondisi daerah kabupaten/kota

4. Analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan 5. Perumusan permasalahan pembangunan daerah kabupaten/kota

(15)

12 7. Analisis isu-isu strategis pembangunan jangka menengah kabupaten/kota 8. Penelaahan RPJPD kabupaten/kota

9. Perumusan penjelasan visi dan misi 10. Perumusan tujuan dan sasaran

11. Perumusan strategi dan arah kebijakan

12. Perumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah kabupaten/kota

13. Penyusunan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan

14. Penetapan Indikator Kinerja Daerah

15. Pembahasan dengan SKPD kabupaten/kota 16. Pelaksanaan forum konsultasi publik

17. Pembahasan dengan DPRD untuk memperoleh masukan dan saran 18. Penyelarasan program prioritas dan kebutuhan pendanaan

Rancangan awal RPJMD disajikan dalam sistematika sekurang-kurangnya seperti berikut :

BAB I PENDAHULUAN yang berisi akan subbab latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan serta maksud dan tujuan.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH meliputi aspek gografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah pada tahap perumusan yang relevan, penting, selaras serta mendukung isu strategis, permasalahan pembangunan daerah, visi/misi kepala daerah, dan kebutuhan perumusan strategi.

(16)

13 analisis pembiayaan, serta analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS meliputi permasalahan pembangunan dan isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 tahun endatang.

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN yang mencantumkan akan visi, misi, tujuan dan sasaran, uraian visi, misi, tujuan dan sasaran, penjelasan kata kunci dari visi, misi, tujuan dan sasaran, gambaran keterkaitan elemen perencanaan.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN yang disajikan dalam bentuk tabel berikut :

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH menyajikan penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih dalam bentuk tabulasi berikut :

(17)

14 sekaligus pencapaian target indikator kerja pada akhir periode perencanaan yang bisa disajikan dalam tabel berikut :

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH merupakan bab yang berisi akan gambaran ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan yang ditunjukkan melalui akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun. Informasi tersebut dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

2.2.3. Penyusunan Rancangan RPJMD Provinsi

(18)

15 penyajian rancangan RPJMD sedikit berbeda dengan dokumen rancangan awal RPJMD, perbedaan tersebut adalah :

Bab VIII yang semula berisi akan indikasi rencana program prioritas yang disertasi kebutuhan pendanaan dihapuskan dan berubah menjadi penetapan indikator kinerja daerah.

Bab IX yang semula berisi akan penetapan indikator kinerja daerah berubah menjadi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.

2.2.4. Pelaksanaan Musrenbang RPJMD

Musyawarah RencanaPembangunan Daerah atau Musrenbang merupakan forum musyawarah yang dilakukan untuk mendapatkan masukan dan komiten para pemangku kepentingan pembangunan daerah sebagai bahan penyempurnaan rancangan RPJMD menjadi rancangan akhir RPJMD. Proses pelaksanaan Musrenbang maksimal selama 4 bulan setelah kepala daerah dan wakil kepala daerah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Daerah dimulai pada bulan Januari hingga Mei dengan wilayah pelaksanaan mulai tingkat kelurahan hingga provinsi. Hasil musrenbang dituangkan dalam lembar berita acara hasil kesepakatan yang nantinya digunakan sebagai bahan penyempurnaan dokumen rancangan RPMJD menjadi dokumen rancangan akhir RPJMD.

2.2.5. Perumusan Rancangan Akhir RPJMD Provinsi

(19)

16 RPJMD Provinsi ditetapkan maksimal selama 6 bulan setelah kepala daerah dilantik.

2.3. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan pedoman dalam penyusunan RPJP Nasional, RPJM Nasional dan pedoman dalam memanfaatkan ruang serta mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah nasional. Dalam dokumen rencana tersebut tertera pengembangan sistem jaringan transportasi Nasional meliputi transportasi darat, laut dan udara. Salah satu upaya pengembangan sistem jaringan trasnportasi darat adalah dengan mengembangan jalan tol.

Tujuan dibangunannya jalan tol menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, tekelomunikasi, energi dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

2.4. RPJPD Jawa Timur Tahun 2005-2025

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan Jawa Timur, yakni Pusat Agrobisnis terkemuka, berdaya daing global dan berkelanjutan menuju Jawa Timur Makmur dan Berakhlak, salah satu misinya adalah dengan mengembangkan infrastruktur bernilai tambah tinggi. Misi pembangunan transportasi tersebut diperjelas kembali melalui arahan kebijakan berupa :

“membangun sarana dan transportasi untuk mendukung kegiatan sosial, ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan”

Kebijakan tersebut kemudian dipertajam lagi melalui agenda pembangunan pada tahap II (tahun 2010-2014) yaitu :

(20)

17 2. Peningkatan dan pembangunan jaringan jalan dan jembatan di kawasan strategis, kawasan Selatan Jawa Timur, kawasan Kaki Jembatan Suramadu dan di daerah yang terkea bencana

3. Pemelihataan, peningkatan, pembangunan sarana-prasarana transportasi yang terintegrasi antar dan intermoda di kawasan strategis, kawasan Selatan Jawa Timur, kawasan Kaki Jembatan Suramadu dan di daerah yang terkea bencana

2.5. Perda No 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya Tahun 2009-2029 Dalam dokumen RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2029 disebutkan bahwa salah satu upaya dalam mwujudkan efektivitas penggunaan poros Utara-Selatan adalah dengan :

1. Merencanakan Outer dan Middle Ring Road kawasan Barat dan Outer dan

Middle Ring Road kawasan Timur. Ring Road ini akan diintegrasikan dengan Jalan Utama Jalur Utara antara lain dengan penggal jalan kawasan Pelabuhan Tanjung Perak ke Timur menuju Bangkalan dengan interconnection di Tambak Wedi

2. Mengoptimalkan poros Utara-Selatan untuk mendukung kegiatan fungsi

primer dan mengoptimalkan sistem jaringan jalan Barat-Timur untuk kegiatan fungsi sekunder.

Sedangkan untuk mengatasi kurang efisiennya fungsi jaringanjalan dan tidak optimalnya sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar kegiatan Kota Surabaya, maka ada dua skenario yang diusulkan untuk mengatasi kecenderungan yang terjadi :

Skenario I : Dengan asumsi bila jalan Lingkar Timur maupun Barat belum

terealisasikan, maka jl.Demak-jl.Ijenjl.Arjuno-jl.Pasar Kembang-jl.Diponegorojl.Wonokromo-jl.A.Yani tetap sebagai Arteri Primer.

Skenario II : Dengan asumsi bila jalan Lingkar Timur maupun Barat sudah

(21)

Kembang-18 jl.Diponegorojl.Wonokromo-jl.A.Yani akan berubah fungsi sebagai jalan Arteri Sekunder.

Berdasarkan kecenderungan yang terjadi serta berdasarkan keppres no.15/2002 yang membolehkan semua proyek dilanjutkan pembangunannya (termasuk pembangunan jalan Tol Tengah Kota) maka skenario II menjadi alternatif pilihan pertama. Dengan asumsi jika skenario II benar-benar terealisasi diharapkan akan mengurangi kemacetan dan kepadatan lalu lintas serta memindahkan jenis kendaraan besar (truk, bus antar kota dan sejenisnya) pada jalur seperti tersebut diatas. Berikut adalah ilustrasi rencana pembangunan Jalan Tol Tengah Kota menurut RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2029.

(22)

19 BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum Permasalahan

Dalam rencana pembangunan jalan tol tengah Kota Surabaya telah menimbulkan konflik kepada masyarakat - masyarakat sisi timur rel kereta api yang merupakan masyarakat yang terdampak langsung akibat desain rute Tol Tengah Kota Surabaya. Rute pembangunan jalan tol tersebut melewati 35 meter dari sisi timur rel kereta api. Selain menimbulkan konflik kepada masyarakat sisi timur rel, proyek pembangunan ini juga menimbulkan konflik berbagai kelompok kepentingan masyarakat seperti Tim Anti Penggusuran Masyarakat Pinggir Rel Surabaya (TAP MPRS) dan para cendekiawan atau tokoh masyarakat yang mungkin jauh dari lokasi proyek tersebut namun juga merasakan dampak negatif dari pembangunan tersebut. Kelompok kepentingan masyarakat, cendekiawan atau tokoh masyarakat yang turut memperhatikan dan peduli terhadap kebijakan pembangunan dapat berubah menjadi sikap, perilaku dan tindakan nyata yang memperlihatkan adanya kecurigaan, ketidaksetujuan, dan penolakan. Bahkan ada hal yang ekstrim dapat berupa kekerasan untuk menghalangi hingga menghentikan proyek yang sedang berlangsung pada waktu itu.

(23)

20 hal sebagai berikut yang mereka anggap dapat mendatangkan kerugian apabila pembangunan jalan tol tengah dilaksanakan:

• Tol bukan satu-satunya jalan keluar untuk memperlancar arus distribusi barang dan jasa serta solusi kemacetan di Kota Surabaya. Masih dapat dilakukan upaya lain seperti manajemen transportasi untuk memecahkan permasalahan ini.

• Lokasi pembangunan jalan tol tengah surabaya mengganggu saluran drainase, jika tetap dilaksanakan maka akan berpotensi menimbulkan banjir sehingga perlu memperbarui sistem saluran drainase.

• Apabila dibangun tol tengah surabaya yang nantinya berbentuk fly over, nilai properti yang ada dibawahnya akan turun drastis.

• Dalam rencana, jalan tol dibangun di median jalan sehingga akan mengurangi prosentase jumlah RTH di sepanjang jalan tersebut dan hal ini juga bertetangan dengan kebijakan walikota Surabaya yang mengharuskan adanya 30% RTH di Kota Surabaya.

• Keberadaan tol tengah menuntut dibangunnya pintu keluar - masuk (out-in) di beberapa jalan salah satunya berada di pertigaan Giant Margorejo

dan pintu masuk tol di Jagir hingga keluar atau turun di Jalan Adityawarman. Hal ini berpotensi menimbulkan adanya titik kemacetan akibat keluarnya kendaraan dari pintu tol.

• Proyek itu akan membutuhkan biaya yang besar untuk proses pembangunannya sebab dibutuhkan pembebasan lahan sepanjang jalan yang melewati rel kereta api Jagir hingga Gubeng. Dan biaya – biaya lain belum termasuk cost social yang harus ditanggung warga, seperti polusi akibat kendaraan yang lalu lalang melewati tol tersebut.

(24)

21 pembangunan akhirnya melatarbelakangi Pemerintah Kota Surabaya menghaspuskan proyek pembangunan jalan tol tengah ini dari RTRW Kota Surabaya. Proyek ini dinilai kurang memiliki urgensitas sebagai proyek yang harus dikerjakan oleh Kota Surabaya, selain itu proyek ini juga berpotensi menimbulkan banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila telah dilaksanakan proses pembangunan.

3.2. Analisis Fish Bone

Fishbone Diagram (diagram tulang ikan) sering juga disebut

Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa,

seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Diagram fishbone digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005).

Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara sederhana dan mudah untuk dipahami. Diagram fishbone akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

(25)

22 Gambar 1. Diagram Fishbone Studi Kasus

Sumber : Hasil Analisis, 2017

Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui bahwa penyebab atau masalah yang menjadi acuan dalam pembuatan analisis ini yaitu terkait dengan Rencana Pembangunan Jalan Tol Tengah Kota Surabaya. Sedangkan untuk akar-akar atau penyebabnya dijelaskan melalui 6 kriteria antara lain : pendanaan, birokrasi dan kebijakan, sosial, lingkungan dan lain-lain yang terkait dengan kerjasama dengan swasta.

(26)

23 pembangunan jalan tol tengah antara pemerintah provinsi Jawa Timur dan pemerintah Kota Surabaya.

(27)

24 Gambar 2. Komparasi Pelaksanaan Proyek

Sumber : Hasil Analisis, 2017

(28)

25 BAB IV

PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis fishbone dan pertimbangan melalui perbandingan kelebihan dan kelemahan dilaksanakannya proyek pembangunan Jalan Tol Tengah Kota Surabaya dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol tengah kota ini tidak layak untuk dilanjutkan. Dari sisi internal Kota Surabaya baik masyarakat setempat hingga stakeholder menyatakan bahwa kepentingan pembangunan proyek tersebut masih rendah. Disini juga tidak ditemukan persamaan persepsi antara pemerintah kota Surabaya dengan pemerintah provinsi Jawa Timur terkait kepentingan pembangunan jalan tol tengah kota tersebut. Jika dilihat kembali tujuan awal pembangunan Jalan Tol Tengah Kota Surabaya adalah untuk memecah kemacetan dan memperlancar jasa distribusi barang dan jasa di Gerbangkertasusila guna mendukung pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, strategi yang dirasa lebih sesuai adalah dengan menerapkan manajemen transportasi yang lebih efektif dan efisien seperti perbaikan dan peningkatan pelayanan sarana prasarana transportasi umum serta melakukan rekayasa lalu lintas di beberapa titik kemacetan di jalur yang akan digunakan dalam distribusi barang dan jasa di Jawa Timur.

4.2. Rekomendasi

Dari pembahasan dan analisis permasalahan yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya, dirumuskan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan yang ada sebelumnya. Rekomedasi integrasi dokumen tata ruang dan dokumen pembangunan secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Diperlukan penyusunan pedoman integrasi dokumen perencanaan

(29)

26 Walaupun pentingnya integrasi dokumen tata ruang dan pembangunan sudah sering disebutkan, akan tetapi pedoman untuk integrasi dokumen belum ada. Sehingga perlu disusun pedoman integrasi muatan/substansi, periodisasi waktu dan nomenklatur dalam upaya sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan

b)Dalam mendukung implementasi integrasi tersebut perlu dilakukan

upaya:

Peningkatan kualitas SDM yang kompeten dalam menangani upaya

sinkronisasi antara rencana tata ruang dan rencana pembangunan

Penguatan badan koordinasi penataan ruang di daerah dalam upaya

memfasilitasi kegiatan koordinasi antar SKPD terkait, maupun antara pemerintah pusat dan daerah

Berdasarkan permasalahan di studi kasus dan rekomendasi integrasi dokumen yang telah dijabarkan, dapat diambil rekomendasi untuk studi kasus yaitu, adanya koordinasi lebih lanjut anatara pemerintah pusat (Pemprov Jatim) dengan pemerintah daerah (Pemkot Surabaya) dalam penyamaan persepsi dan kepentingan yang sesuai dengan keperluan bersama, dimana ego keduanya harus dikesampingkan sehingga tidak ada pihak yang merugi. Adanya pedoman integrasi dapat digunakan dalam upaya menghindari adanya kesalahan ketidaksinkronan dokumen pada masa yang akan datang, dan sebagai pedoman untuk dilakukannya revisi dokumen yang sudah salah.

c) Penyelarasan dokumen berupa revisi rencana tata ruang provinsi Jawa

Timur yang menyesuaikan dengan rencana tata ruang Kota Surabaya

(30)
(31)

28 DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2015). Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya. MASYARAKAT Jurnal Sosiologi, 59-79.

Beritajatim.com

Kusumastuti. (2011). Keberadaan Tol Tengah Kota bagi Masyarakat Surabaya ditinjau dari RTRW Jawa Timur tahun 2009-2029. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah, (hal. 9-16).

UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

UU No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

PP No. 26tahun 2008 tentang RTRW Nasional PP No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol RPJPD Jawa Timur tahun 2005-2025

Perda No. 3 tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2029

Gambar

Tabel 1. Ruang lingkup dan jangka waktu berlakunya dokumen rencana pembangunan
Gambar 1. Keterkaitan dokumen perencanaan daerah dan masional
Gambar 2. Keselarasan isi dokumen perencanaan pembangunan daerah
Tabel 2. Jadwal Penetapan Perencanaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perkhidmatan yang diserah urus, seperti pemeriksa luar, pensyarah sambilan, pembuangan sisa terjadual dan lain-lain, UPM telah memastikan kawalan yang bersesuaian untuk

Fakat daha yakından inceleyince, eleştirel ve çok ciddi düşünceler doğuyor. Dini derinlemesine ve doğru dürüst öğrenmiş olan herkes bilir ki, en güçlü

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada materi mekanisme katup yaitu peserta didik mampu mengidentifikasi jenis-jenis mekanisme katup dengan benar.. Peserta didik

dalam filsafat dan karya-karya Murtadha Muthahhari yang berhubungan dengan penguatan yang akan diteliti dengan konsep yang lain (dalam hal ini konsep Fitrah

Skor dari Skala 2oma 6lasgow yang rendah dapat  berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang tinggi. danya darah dalam entrikel bisa

CV Ashifa Jati Indofurni tidak melakukan impor bahan baku/produk kayu, bahan baku seluruhnya berasal dari pemasok domestik. Verifier 2.1.2.(f) Rekomendasi

Pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang terus meningkat penerimaannya seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku usaha akibat pertumbuhan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan pembelajaran berbasis komputer model tutorial dibandingkan dengan media animasi slide show