• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komparatif Sistem Ekonomi Islam da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Komparatif Sistem Ekonomi Islam da"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Komparatif

Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Lainnya

dalam Pengentasan Kemiskinan

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Filsafat Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :

Drs. Syafaruddin, MS

Oleh:

Yuli Afriyandi 10913162

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER STUDI ISLAM

KONSENTRASI EKONOMI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

Studi Komparatif

Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Lainnya

dalam Pengentasan Kemiskinan

I. Pendahuluan

Permasalahan kemiskinan di Indonesia masih menjadi isu nasional, karena jika di lihat dari angka kemiskinan di negeri ini masih menunjukan angka yang sangat memprihatinkan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per-September 2011 menunjukkan sebanyak 29,89 Juta orang (12,36%) masih dalam kategori miskin.1

Dari data tersebut menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan masih membutuhkan penanganan yang serius karena pengentasan kemiskinan merupakan kewajiban Negara dan tertuang dalam Undang-undang 1945 pasal 34 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar harus di pelihara oleh Negara.

Kewajiban Negara dalam menjalankan program pengentasan kemiskinan yang sudah dijalankan belum berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini terkendala pada sistem ekonomi yang menjadi acuan dalam menjalankan strategi pengentasan kemiskinan tersebut. Secara teori, sistem ekonomi merupakan sebuah kesatuan hubungan antara rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi dan rumah tangga pemerintah berdasarkan pada sebuah perencanaan ekonomi skala nasional untuk menghasilkan suatu produksi yang akan di distribusikan keseluruh keluarga secara merata dan berkeadilan. Namun pengaplikasian teori tersebut dalam hal pengentasan kemiskinan kadang menimbulkan persoalan-persoalan akibat dari ketidaksesuaian sistem ekonomi yang diterapkan.

Persoalan pengentasan kemiskinan membutuhkan semacam sistem ekonomi yang bersifat inklusif. Tidak hanya sistem yang memihak kepada pemodal (kapital) seperti sistem kapitalis. Dalam sistem kapitalis, urusan ekonomi diserahkan kepada individu secara keseluruhan dan peran negara hanya sebagai penjaga keamanan aktifitas ekonomi. Sistem ini pada umumnya banyak diterapkan di negara-negara barat sebagai pendukung kapitalisme. Negara penganut sistem ekonomi kapitalis memposisikan unit-unit produksi sebagai alat untuk memproduksi sarana-sarana kemewahan hidup dan guna memuaskan keserakahan. Sementara itu, permintaan

(3)

masyarakat miskin yang kian meningkat akan bahan-bahan pokok dan berbagai sarana untuk mempertahankan hidup terus terbengkalai.2

Saat ini sistem ekonomi kapitalis, boleh dikatakan telah gagal untuk mensejahterakan umat manusia, barang kali karena sistem ini selalu individualistik, dan menolak pertimbangan moral yang dikaitkan dengan agama, dan oleh karena itu gagal memecahkan isu-isu yang berhubungan dengan kesejahteraan umat manusia yang membutuhkan pertimbangan moral.3 Sifat individualistik dalam sistem ekonomi

kapitalis mendapat kritik tajam oleh Karl Mark yang memandang bahwa sistem ekonomi kapitalis adalah sistem yang tidak manusiawi. Oleh karena itu Karl Mark mengusulkan sebuah sistem ekonomi tanpa kelas, tanpa hak milik pribadi, tanpa kasta, tanpa kerakusan, non diskriminatif dan tidak ada yang menguasai dan tidak ada yang dikuasai. Kehidupan benar-benar sama untuk semua. Sistem inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya sistem ekonomi sosialis.

Dalam sistem ekonomi sosialis kebebasan individu dalam memanfaatkan sumber daya dibatasi oleh Negara. Sehingga menimbulkan permasalahan kecenderungan terjadinya monopoli yang berdampak pada keterbatasan hak-hak individu masyarakat. Dengan demikian apabila monopoli Negara ditujukan untuk mencapai kepuasan kebendaan yang menjadi tujuan utama dan mengesampingkan nilai-nilai moral, maka sistem ini akan menjadi lebih berbahaya daripada sistem ekonomi kapitalis.

Sistem ekonomi tidak boleh lepas dari nilai-nilai moral dan etika. Dimensi moral jika ditanamkan didalam sistem ekonomi atau sistem finansial tentu akan melahirkan keadilan. Dan ini menjadi sebuah dampak positif dalam permasalahan pengentasan kemiskinan. Lalu timbul sebuah pertanyaan, sistem ekonomi yang seperti apa yang mengedepankan aspek dimensi moral dan etika?. Tentu jawabannya adalah sistem ekonomi Islam.

Sistem ekonomi Islam lahir memiliki berbagai prinsip-prinsip terkait kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan kerja. Pertama, Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor growth).

Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan

2 Muhammad Baqir Ash Shadr, Our Economics, alih bahasa Yudi, Cet. 1 (Jakarta: Zahra, 2008), hal. 450.

(4)

mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Pada saat yang sama, Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzara’ah, dan musaqat. Dengan demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan.

Permasalahan pengentasan kemiskinan yang menjadi fokus penulis dalam makalah ini adalah mencoba mengkomparasikan ketiga sistem yakni, sistem ekonomi kapitalis, sosialis dan sistem ekonomi Islam. Makalah ini berangkat dari beberapa asumsi dasar berikut ini:

1. Kemiskinan mempunyai akar permasalahan yang komplek dan membutuhkan sebuah sistem ekonomi yang ber-etika dan mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat secara menyeluruh (inklusif).

2. Sistem ekonomi Islam lebih unggul dalam hal pengentasan kemiskinan dibanding dengan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.

II. Sistem Ekonomi

Sistem adalah sebagai kebulatan dari sejumlah unsur (nilai ide, orang, benda dan peristiwa) yang subsitem satu dengan yang lain saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan.4 Dalam kontek ini sistem sebagai kebulatan dari

sejumlah unsur-unsur yang dipakai oleh suatu negara untuk mengatur perekonomiannya dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya. Unsur-unsur dalam sistem perekonomian meliputi ideologi, pelaku ekonomi, objek yang harus diatur dalam kontek ini adalah kekayaan negara, dan peristiwa atau kejadian yaitu peristiwa-peristiwa transaksi ekonomi seperti perdagangan, pemerataan pendapatan, pemungutan kontribusi rakyat dan lain sebagainya.

Sistem adalah serangkaian unsur yang saling berhubungan dan berinteraksi, unsur-unsur tadi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sistem yang dimaksudkan disini adalah sistem ekonomi. Dapat di definisikan bahwa sistem ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan yang berdampak pada kehidupan masyarakat baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

(5)

Dari definisi diatas memiliki beberapa sifat penting yaitu; i) suatu proses, yang merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus, ii) sesuatu yang dapat merubah tingkat penghidupan masyarakat. Selain itu sistem ekonomi juga dikaitkan dengan manajemen distribusi kekayaan dalam suatu masyarakat yang cenderung menyelesaikan permasalahan-permasalahan perekonomian dari beragam kelompok dengan memungkinkan atau melarang mereka memanfaatkan sarana-sarana produksi dan kepuasan. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus harus mencakup tiga elemen utama seperti;5

1. Kepemilikan properti, komoditas, dan kekayaan 2. Pemberian kepemilikan

3. Distribusi kekayaan di antara orang-orangnya

Pendapat lain juga menegaskan bahwa sistem ekonomi adalah cara suatu bangsa atau negara dalam menjalankan perekonomianya. Chester A Bemand mengatakan bahwa : ”Sistem ekonomi adalah suatu kesatuan yang terpadu yang secara kolestik yang di dalamnya ada bagian-bagian dan masing-masing bagian itu memiliki ciri dan batas tersendiri”. Menurut M. Hatta :”Sistem ekonomi yang baik untuk diterapkan di Indonesia harus berdasarkan atas asas kekeluargaan”.

Elemen dari suatu Sistem Ekonomi mencakup beberapa hal yaitu :

a) Unit-unit ekonomi seperti: rumah tangga, perusahaan, serikat buruh, instansi pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi.

b) Pelaku-pelaku ekonomi seperti: konsumen, produsen, buruh, invstor dan pejabat-pejabat yang terkait.

c) Lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) Dan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Kapital (SDK), Sumber Daya Teknologi (SDT).

Sistem ekonomi dapat berfungsi sebagai : a) Sarana pendorong untuk melakukan produksi

b) Cara atau metode untuk mengorganisasi kegiatan individu

c) Menciptakan mekanisme tertentu agar distribusi barang dan jasa terlaksana dengan baik.

Secara umum sistem ekonomi yang banyak memperngaruhi penduduk dunia pada saat ini adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis dan sistem

(6)

ekonomi Islam. Ketiga sistem ini yang akan banyak penulis ulas di dalam makalah serta perkembangan dan dampaknya bagi pengentasan kemiskinan.

A. Sistem Ekonomi Kapitalis

Prinsip dasar sistem ekonomi kapitalis:6

a) Kebebasan memiliki harta secara perseorangan

Setiap negara mengetahui hak kebebasan individu untuk memiliki harta perseorangan. Setiap individu dapat memiliki, membeli dan menjual hartanya menurut yang dikehendaki tanpa hambatan. Individu mempunyai kuasa penuh terhadap hartanya dan bebas menggunakan sumber-sumber ekonomi menurut cara yang dikehendaki. Setiap individu berhak menikmati manfaat yang diperoleh dari produksi dan distribusi serta bebas untuk melakukan pekerjaan.

b) Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas

Setiap individu berhak untuk mendirikan, mengorganisasi dan mengelola perusahaan yang diinginkan. Individu juga berhak terjun dalam semua bidang perniagaan dan memperoleh sebanyak-banyaknya keuntungan. Negara tidak boleh campur tangan dalam semua kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk mencari keuntungan, selagi aktivitas yang dilakukan itu sah dan menurut peraturan negara tersebut.

Berdasarkan prinsip ekonomi dan tuntunannya yaitu persaingan bebas maka, untuk itu tiap individu dapat menggunakan potensi fisiknya, mental dan sumber-sumber yang tersedia untuk dimanfaatkan bagi kepentingan individu tersebut.

c) Ketimpangan ekonomi

Dalam sistem ekonomi kapitalis, modal merupakan sumber produksi dan sumber kebebasan. Individu-individu yang memiliki modal lebih besar akan menikmati hak kebebasan yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Ketidaksamaan kesempatan mewujudkan jurang perbedaan di antara golongan kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin. Kebaikan - kebaikan sistem ekonomi kapitalis:7

a) Para pendukung sistem ekonomi kapitalis menyatakan bahwa kebebasan ekonomi sangat bermanfaat untuk masyarakat. Dengan adanya penegasan

6 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, alih bahasa Soeroyo, Jilid I (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal. 2.

(7)

dalam menetapkan dasar hukum akan meningkatkan produktifitas masyarakat.

b) Persaingan bebas di antara individu akan mewujudkan tahap “produksi” dan “tingkat harga” pada tingkat yang wajar dan akan membantu mempertahankan penyesuaian yang rasional di antara kedua variabel tersebut. Persaingan akan mempertahankan tahap keuntungan dan upah pada tingkat yang sederhana dan rasional.

c) Para ekonomi kapitalis menyatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan keuntungan dan merupakan tujuan yang terbaik, sebanding dengan tujuan untuk memaksimumkan produksi.

Dengan cara tersebut kualitas dan kuantitas produksi akan diperbaiki, semua prinsip produksi yang ada akan digunakan untuk mencapai motivasi tersebut, barang-barang konsumsi akan digunakan dengan kuantitas yang besar.

Kelemahan sistem ekonomi kapitalis:8

a) Persaingan bebas yang tak terbatas mengakibatkan banyak keburukan dalam masyarakat apabila ia mengganggu kapasitas kerja dan sistem ekonomi. b) Persaingan bebas mengakibatkan munculnya semangat persaingan di antara

individu-individu untuk kepentingan individu dan kepentingan umum akan menimbulkan bahaya dan ketidak selarasan dalam masyarakat. Persaingan di antara kepentingan individu dengan masyarakat secara perlahan merupakan bagian terpenting dalam masyarakat keseluruhan, di mana hal tersebut sangat mengganggu sistem ekonomi.

c) Nilai-nilai moral yang tinggi seperti persaudaraan, kerjasama, saling membantu, kasih sayang dan bermurah hati, tidak lagi berharga dan tidak dipedulikan lagi dalam masyarakat. Nilai-nilai itu akan digantikan oleh nilai-nilai seperti sifat mementingkan diri sendiri, pendendam dan permusuhan pada sesama.

d) Perbedaan yang menyolok antara hak-hak majikan dan pekerja akan menyebabkan masyarakat terbelah menjadi dua kelompok yang bersaing yang mempunyai kepentingan-kepentingan saling menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya.

e) Memberikan seluruh manfaat produksi dan distribusi di bawah penguasaan para ahli, yang mengesampingkan masalah kesejahteraan masyarakat banyak

(8)

dan membatasi mengalirnya kekayaan hanya melalui saluran-saluran yang sangat sempit.

Ringkasnya semua analisa tadi merupakan akibat dari keinginan yang tak terbatas terhadap harta benda dan persaingan bebas. Dengan motif dan prinsip yang didominasi oleh tiga gagasan; perolehan, persaingan dan rasionalitas.9

B. Sistem Ekonomi Sosialis

Prinsip dasar sistem ekonomi sosialis:10

a) Pemilikan harta oleh negara

Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik negara atau masyarakat keseluruhan. Hak individu untuk memiliki harta atau memanfaatkan produksi tidak diperbolehkan.

b) Kesamaan ekonomi

Sistem ekonomi sosialis menyatakan bahwa hak-hak individu dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan.

c) Disiplin politik

Untuk mencapai tujuan di atas, keseluruhan negara diletakkan di bawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua aturan produksi dan distribusi.

Kebaikan-kebaikan sistem ekonomi sosialis:11

a) Setiap warga negara disediakan kebutuhan pokoknya.

b) Setiap individu mendapat pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang cacat fisik dan mentalnya berada dalam pengawasan negara.

c) Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang sempurna di antara produksi dengan penggunaannya.

d) Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh negara, dan keuntungan akan digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Kelemahan sistem ekonomi sosialis:12

a) Tawar menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak dua kali sehari.

9Abdul Mannan, Islamic Economics, Theory and Practice, alih bahasa M. Nastangin, (PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal.311.

10Afzalur Rahman, Doktrin., hal. 6.

11 Ibid., hal. 6.

(9)

b) Sistem tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri sendiri. Secara tidak langsung sistem ini terikat kepada sistem ekonomi diktator.

c) Dalam sistem ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi, sementara pendidikan moral individu diabaikan.

d) Sistem ekonomi sosialis mencoba untuk mencapai tujuan melalui larangan-larangan eksternal dan mengesampingkan pendidikan moral dan latihan individu.

Secara keseluruhan sistem ini mencoba untuk mengubah ketidaksamaan kekayaan dengan menghapuskan hak kebebasan individu dan hak terhadap pemilikan yang mengakibatkan hilangnya semangat untuk bekerja lebih giat dan berkurangnya efisiensi kerja buruh.

Ekonomi sosialis juga cenderung mengurangi resiko dan ketidakpastian yang terdapat dalam masyarakat kapitalis disebabkan oleh persaingan yang tak terkekang.13

C. Sistem Ekomi Islam

Prinsip dasar sistem ekonomi Islam:14

a) Kebasan individu

Individu mempunya hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat seuatu keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah negara Islam. b) Hak terhadap harta

Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Walaupun begitu ia memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan kepentingan masyarakat umum.

c) Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar

Islam memberikan batas-batas wajar, adil dan tidak berlebihan. d) Keamanan sosial

Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi tetapi ia mendukung dan menggalakkan kesamaan sosial.

e) Jaminan sosial

Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara Islam dan dijamin oleh negara.

f) Distribusi kekayaan secara meluas

13 Abdul Mannan, Islamic Economics., hal. 317.

(10)

Islam mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok kecil tertentu orang dan menganjurkan distribusi kekayaan pada semua lapisan masyarakat. g) Larangan menumpuk kekayaan

Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah perbuatan yang tidak baik tersebut.

h) Larangan terhadap organisasi anti sosial

Sistem ekonomi Islam melarang semua praktek yang merusak dan antisosial yang terdapat dalam masyarakat, misalnya berjudi, minum arak, riba, menumpuk harta, pasar gelap dan sebagainya.

i) Kesejahteraan individu dan masyarakat

Islam mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat yang saling melengkapi satu dengan yang lain, bukannya saling bersaing dan bertentangan antar mereka.

Pada prinsipnya di dalam sistem ekonomi Islam memuat nilai-nilai etika dan norma yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama makhluk-Nya. Norma Tuhan tersebut yang termaktub di dalam kitab suci al-Qur’an mengatur segala aspek di dalam ilmu ekonomi termasuk dalam permasalahan kemiskinan.

III. Sistem Ekonomi Dalam Pengentasan Kemiskinan

Tujuan dari sebuah sistem ekonomi pada prinsipnya ditentukan oleh pandangannya tentang dunia, yang mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana alam semesta muncul, makna dari tujuan hidup manusia, prinsip kepemilikan, dan tujuan manusia memiliki sumber-sumber daya yang ada di tangannya, serta hubungan antara sebagian manusia dengan sebagian lainnya dan lingkungan sekitarnya.15

Apabila pandangan hidup hanya untuk mementingkan kepuasan individu secara maksimum, maka hukum rimba seperti yang disebutkan oleh Chapra, “si kuat yang menang” tentu akan menjadi perilaku yang paling masuk akal. Dari sinilah bermula ketimpangan ekonomi di tengah masyarakat. Si kaya hanya sibuk dengan kekayaannya, sementara si miskin hanya bisa mengais sisa.

(11)

ketimpangan inilah yang menjadi pokok dari permasalahan kemiskinan yang penulis bahas pada bagian selanjutnya.

A. Kemiskinan dan Permasalahannya

Kemiskinan adalah keadaan ketidak terjaminnya pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, ketidak mampuan memelihara kesehatan dengan baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya prilaku anti sosial, kurangnya jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, kurang infrastuktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan terpisah.16

Pada dasarnya kemiskinan adalah sebuah keadaan kekurangan baik material, jaminan sosial, pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan, dan akses untuk memperbaiki kehidupan. Maka dengan itu upaya untuk mengentaskan kemiskinan harus berfokus pada beberapa bidang antara lain pemenuhan kebutuhan fakir miskin seperti pemenuhan sandang, pangan dan papan, pemenuhan akses kesehatan dan akses perbaikan kualtias hidup seperti beasiswa pendidikan, pelatihan kerja atau usaha,dan peminjaman modal usaha.17

Di Indonesia kemiskinan masih menjadi permasalahan nasional, karena masih tingginya angka kemiskinan yakni per-September 2012 sebesar 29,89 juta orang.18 Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan,

karena penduduk miskin adalah penduduk yang rata-rata memiliki pengeluaran per-kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Permasalahan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang harus diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.19

Kebijakan dalam pengentasan kemiskinan memerlukan sebuah sistem ekonomi yang handal agar bisa tepat sasaran. Banyak sistem ekonomi yang diterapkan di sebuah negara namun tidak berimbas pada pertumbuhan ekonomi

16 Randy dkk., Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 1997), hal.6.

17 Aris Amrullah, “Komparasi Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Lainnya dalam Pengentasan Kemiskinan”, dikutip dari http://fossei.org/index.php/articles/komparasi-sistem-ekonomi-islam/accessed 15 Juni 2012.

18 Badan Pusat Statistik, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 25 Juni 2012 (Katalog BPS 9199017), hal. 99.

(12)

yang inklusif. Pertumbuhan ekonomi mengalami ketimpangan dan akhirnya kemiskinan tetap menjadi milik kaum urban.

Program pengentasan kemiskinan memerlukan sebuah sistem ekonomi yang inklusif dan bisa menyentuh semua golongan. Sebuah sistem yang dapat memberikan nilai-nilai pemerataan kesejahteraan. Tidak seperti yang disinyalir oleh kalangan yang kontra kapitalisme. Mereka memandang bahwa kapitalisme membawa dampak negatif yang besar, meningkatkan kemiskinan, merusak budaya lokal, membentuk manusia konsumeris, dan menutup akses berkembangnya negara-negara dunia ketiga. Meningkatnya kemiskinan pada negara dunia ketiga menimbulkan banyak pengangguran, terjadinya ketimpangan ekonomi antara orang kaya dengan miskin. Kapitalisme membuat negara miskin semakin miskin karena terbelit utang IMF. Pada akhirnya, kapitalisme membuat negara miskin dan berkembang sulit bersaing dengan negara maju lainnya. Di kalangan kontra kapitalisme, menganggap kapitalisme turut bertanggung jawab atas tidak stabilnya harga uang dunia, ketika ada aksi jual saham di Amerika Serikat, Indonesia pun mengalami gejolak serupa. Hal ini terjadi karena kapitalisme mengangap bahwa capital (modal) menjadi hal yang paling utama, ketika sebuah negara memiliki modal, maka dia mampu berkuasa dan lepas dari jerat kemiskinan.

(13)

timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi, dan ekonomi di satu tangan. Hal ini tergambar dalam kisah Fir’aun, Haman, dan Qarun yang bersekutu dalam menindas rakyat Mesir di masa hidup Nabi Musa (QS 28:1-88). Kelima, kemiskinan timbul karena gejolak eksternal seperti bencana alam atau peperangan sehingga negeri yang semula kaya berubah menjadi miskin. Bencana alam yang memiskinkan ini seperti yang menimpa kaum Saba (QS 34: 14-15) atau peperangan yang menciptakan para pengungsi miskin yang terusir dari negeri-nya (QS 59:8-9).

B. Pengentasan Kemiskinan dalam Sistem Ekonomi Islam, Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sosialis.

Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di Negara-negara berkembang masalah kemiskinan ini menuntut adanya upaya pemecahan masalah secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat, upaya pemecahan kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama ini sedang di lakukan.

(14)

keuangan bapak kapitalis (AS) yang disebabkan oleh kredit macet atas perumahaan, krisis ini membawa kehancuran ekonomi Amerika Serikat , bukan hanya itu tetapi negara-negara penganut sistem ekonomi kapitalis pun mengalami gejolak ekonomi mengikuti bapak ekonomi mereka.20

Krisis keuangan yang menimpa negara AS mengguncang perekonomian global. Perusahaan-perusahaan besar banyak yang ambruk, bank-bank internasional dan pemerintahan di berbagai negara mengucurkan dana dalam jumlah besar ke pasar uang untuk meredakan guncangan krisis. Sementara ribuan orang kini terancam jadi pengangguran karena banyak perusahaan besar terancam tutup. Krisis inipun dirasakan di indonesia banyaknya perusahaan yang gulung tikar, ribuan karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja, ribuan usaha kecil mikro mengalami kelesuan dan jutaan kemiskinanpun tidak bisa di elakan lagi.

Dengan ini membuktikan bahwa kedua sistem ekonomi konvensional dunia yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis tidak bisa mengentaskan kemiskinan bahkan bagai bola salju yang terus menggelinding semakin lama semain besar, bola ini terus saja menggelinding dari awalnya membawa ribuan orang miskin, berjalan membawa ratusan ribu, terus menggelinding lagi membawa jutaan orang miskin sampai akhirnya membawa milyaran orang miskin yang biasanya di tandai oleh krisis maut. Anehnya setelah krisis maut negara-negara maju hanya mengamati, meniru dan memodifikasi (ATM) dari sistem yang jelas-jelas gagal selanjutnya hasil dari ATM munculah sistem ekonomi Neo-liberal buah ATM dari sistem ekonomi kapitalis / liberalis, sistem ekonomi kerakyatan buah ATM dari sistem ekonomi Sosialis, dan sistem ekonomi campuran atau buah ATM dari penggabungan sistem ekonomi sosialis dan kapitalis. Sistem-sistem hasil ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) ini ternyata belum mampu mengentaskan kemiskinan, serta menyangkat kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu perlu adanya sistem yang lebih canggih, dari sumber yang jelas, dan telah terbukti dapat mengentaskan kemiskinan dan menyangkat kesejahteraan rakyat, sistem tersebut adalah sistem ekonomi Islam.

Dalam teori Islam mengizinkan individu memiliki hak-hak khusus atas sumber-sumber alam dalam batas-batas yang telah digariskan oleh teori umum distribusi praproduksi. Penentuan teoritis hak-hak ini dalam teori Islam berbeda

(15)

dari penentuannya dalam teori kapitalis dan Marxis. Dalam doktrin kapitalisme, setiap orang diizinkan memiliki seluruh jenis sumber alam atas dasar prinsip kebebasan ekonomi. Individu dapat memandang setiap kekayaan yang Ia kuasai sebagai miliknya, kecuali bila hal itu mencederai kebebebasan kepimilikan orang lain.21

Seperti di dalam konsep Islam memiliki berbagai prinsip-prinsip terkait kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan kerja.22 Pertama, Islam mendorong

pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor growth).

Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Pada saat yang sama, Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzara’ah, dan musaqat. Dengan demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan.

Kedua, Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang memihak kepada kepentingan rakyat banyak (pro-poor budgeting). Dalam sejarah Islam, terdapat tiga prinsip utama dalam mencapai pro-poor budgeting yaitu: disiplin fiskal yang ketat, tata kelola pemerintahan yang baik, dan penggunaan anggaran negara sepenuhnya untuk kepentingan publik.

Tidak pernah terjadi defisit anggaran dalam pemerintahan Islam walau tekanan pengeluaran sangat tinggi, kecuali sekali pada masa pemerintahan Nabi Muhammad karena perang. Yang lebih banyak didorong adalah efisiensi dan penghematan anggaran melalui good governance. Di dalam Islam, anggaran negara adalah harta publik sehingga anggaran menjadi sangat responsif terhadap kepentingan orang miskin, seperti menyediakan makanan, membayar biaya penguburan dan utang, memberi pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial, dan beasiswa bagi yang belajar agama.

21 Muhammad Baqir Ash Shadr, Our Economics., hal. 285.

(16)

Ketiga, Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor infrastructure). Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memiliki dampak eksternalitas positif dalam rangka meningkatkan kapasitas dan efisiensi perekonomian. Nabi Muhammad SAW membagikan tanah di Madinah kepada masyarakat untuk membangun perumahan, mendirikan pemandian umum d sudut kota, membangun pasar, memperluas jaringan jalan, dan memperhatikan jasa pos. Khalifah Umar bin Khattab membangun kota Kufah dan Basrah dengan memberi perhatian besar pada infrastruktur dan tata ruang kota. Beliau juga memerintahkan Gubernur Mesir, Amr bin Ash, untuk mempergunakan sepertiga penerimaan Mesir untuk pembangunan jembatan, kanal, dan jaringan air bersih.

Keempat, Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada masyarakat luas (pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan publik yang mendapat perhatian Islam secara serius: birokrasi, pendidikan, dan kesehatan.

Di dalam Islam, birokrasi adalah amanah untuk melayani publik, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Khalifah Usman tidak mengambil gaji dari kantor-nya. Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan memecat pejabat-pejabat pubik yang korup. Selain itu, Islam juga mendorong pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sumber produktivitas untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Nabi Muhammad SAW meminta tebusan bagi tawanan perang dengan mengajarkan baca tulis kepada masyarakat. Nabi Muhammad juga menyuruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan memerintahkan agar orang sakit dikarantina hingga sembuh untuk mencegah penyebaran penyakit.

(17)

untuk keluar dari kemiskinan. Lebih jauh lagi, untuk memastikan bahwa harta tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja, Islam juga sangat mendorong orang kaya untuk memberikan qard, infak, dan wakaf.

Demikianlah Islam mendorong pengentasan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, fokus pada pengembangan sektor riil, dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dan tentunya di dalam menanggulangi kita tidak bisa menurunkan kemiskinan dengan serta merta. Kita menurunkan kemiskinan dengan cara step by step. Dan jika kita lihat, salah satu tujuan dari Millenium Development Goals yaitu mengurangi angka kemiskinan pada tahun 2015, maka kita bisa mengharapkan, melakukannya, dan mencapainya.23

IV. Kesimpulan

Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang sangat serius dihadapi oleh berbagai Negara tidak terkecuali Indonesia. Akar penyebab dari kemiskinan adalah penerapan sistem ekonomi yang salah dan tidak berimbas baik bagi masyarakat. Sistem ekonomi tersebut adalah sistem ekonomi yang tidak bisa mengakomodir kebutuhan secata inklusif dan hanya dimanfaatkan oleh sekelompok orang. Selain itu tata kelola yang mengenyampingkan norma dan etika berimbas pada sebuah aktifitas ekonomi yang hanya mementingkan kepuasan dengan motif mencari keutungan semaksimal mungkin seperti yang dipraktekkan oleh sistem ekonomi kapitalis.

Persoalan etika inilah yang menjadi fokus dari sebuah sistem Rabbani/ ekonomi Islam. Dalam realitasnya terbukti sistem ekonomi Islam lebih unggul dibandingkan dengan kapitalis dan sosialis dalam fokus pengentasan kemiskinan. Yang menjadi keunggulan dari sistem ekonomi Islam adalah pelarangan riba yang terbukti membawa dampak buruk bagi kesejahteraan masyarakat. Pelarangan riba di dalam sistem ekonomi Islam digantikan dengan sistem yang lebih adil yakni sistem bagi hasil. Tujuan dari pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Selain itu yang menjadi fokus dalam sistem ekonomi Islam ini adalah keberpihakan pada sektor riil. Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzara’ah, dan musaqat. Dengan demikian,

(18)

tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan.

V. Daftar Pustaka

Ash Shadr, M. Baqir, 2008. Our Economics. Jakarta: Zahra

Asmuni, 2011. “Etika Ekonomi Perspektif al- Maqasid”. Dalam Az-Zarqa’ III (2): 182-212. Yogyakarta

Ayub, Muhammad, 2007. Understanding Islamic Finance. Jakarta: PT. Gramedia Chapra, M. Umer, 2000. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani

Press

---, 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press

---, 2001. The Future of Economic: An Islamic Perspective. Jakarta: Gema Insani Press

Habibie, B.J, dkk. 1995. “Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Kemiskinan”. Dalam Loekman Soetrisno dan Faraz Umaya (Ed.). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor, 2007. An Introduction to Islamic Finance, Theory and Practice. Singapore: Saik Wah Press

Mannan, M. Abdul, 1995. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf

Rahman, Afzalur, 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Jilid 1. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf

Warde, Ibrahim, 2000. Islamic Finance in the Global Economy. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari laporan kerja praktik ini dapat menjadi refrensi untuk mahasiswa Desain Komunikasi Visual dimasa mendatang dan memberikan informasi maupun literature yang di

Kompetensi pedagogik berhubungan dengan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

Edisi kali ini akan banyak sekali hal-hal baru yang kalian dapat ketahui dimulai dari apa sih itu semangat, kalau di dalam bahasa Pali kita kenal sebagai Viriya,

ALOKASI WAKTU ALAT/SUMBER BAHAN PBKB 4.Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah 4.7 Menyelesaikan masalah yang

Diagnosa yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti

Sementara itu, perse- roan juga membagikan dividen sebesar Rp 58,1 miliar atau setara dengan Rp 35 per sa- ham yang akan dibagikan pada 17 Juli 2012.. Dividen ini akan dibagikan

Studi yang dilakukan oleh Schwenk dkk (1998) dengan memakai parameter BIA pada pasien sepsis mendapatkan adanya perubahan pada komposisi cairan tubuh, dimana terjadi perpindahan

Dalam pesta adat perkawinan yang dilakukan masyarakat Nias di Kota Medan, tari Maena yang disajikan pada saat pesta pernikahan menggunakan Keyboard sebagai alat