PERAN PELINDO III DALAM MEWUJUDKAN VISI
INDONESIA MENJADI POROS MARITIM DUNIA DAN
PARIWISATA INTERNASIONAL
Iqlima Pratiwi Universitas Negeri Malang
Negara seribu pulau. Itulah salahsatu dari sekian banyak dunia menyapa Indonesia. Dengan wilayah perairan yang lebih luas dari daratan dan letak geografis yang mengapit garis khatulistiwa menjadikan indonesia sebagai surga tropis bagi para makhluk laut. Selain itu letak indonesia yang tepat berada di antara dua benua dan samudra turut menjadikan perairan
indonesia sebagai surga bagi pedagang internasional.
Seiring dengan terus berkembangnya kebutuhan di era globalisasi, dunia semakin
mengembangkan diri dengan saling meningkatkan hubungan dengan negara-negara lain. Dimulai dengan adanya akses dunia maya hingga dunia nyata. Bahkan kini perdagangan dan pertukaran delegasi antar negara pun menjadi suatu hal yang lumrah. Salah satu program yang semakin menunjang perkembangan globalisasi di dunia, khususnya kawasan asia adalah program MEA. Program integrasi perekonomian yang dibentuk oleh negara-negara di asia tenggara ini bertujuan untuk menunjang pasar asean di kancah perdagangan bebas yang semakin ketat persaingannya.
Sebagai negara maritim, indonesia telah memiliki ‘modal’ dasar untuk menjadi negara yang unggul dalam dunia perekonomian, khususnya dalam sektor kemaritiman. Peran PELINDO dalam mengoptimalkan ‘modal’ tersebut khususnya semenjak berlakunya MEA sangatlah besar. Hal ini dikarenakan perairan indonesia yang lebih besar dan strategis dibanding Singapura sehingga memiliki potensi untuk menjadi gerbang utama MEA dalam perdagangan Internasional. Ditunjang dengan terdaftarnya Indonesia sebagai anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Banyaknya kolega dari seluruh wilayah asia pasifik menjadikan Indonesia sebagai gerbang perdagangan yang memiliki jangkauan perdagangan yang luas dalam pemasaran MEA. Hal ini tentu menjadi suatu peluang yang sangat besar dalam menunjang perekonomian negara.
banyak mengembangkan fasilitas pelabuhan peti kemas demi menunjang arus perdangangan yang semakin deras. Sebagai pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, 2014 lalu Pelabuhan Tanjung Perak telah melayani bongkar muat peti kemas sebanyak 3,1 juta, dan jumlah ini akan terus meningkat seiring bertambahnya permintaan dan kebutuhan pasar. Meninjau hal tersebut, teknologi pun dikembangkan semodern mungkin demi mengoptimalkan dan meningkatkan kapasitas pelayanan. Salah satu proyek dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP2EI) yang saat ini sangat dibanggakan PELINDO III adalah Terminal Teluk Lamong. Terminal bongkar muat yang mengembangkan teknologi semi otomatis dan ramah lingkungan ini didirikan sebagai pengembangan sarana pelayanan bongkar muat peti kemas pelabuhan Tanjung Perak.
Selain meningkatkan pelayanan dalam sektor bongkar muat, PELINDO III juga
mengembangkan proyek yang juga mengoptimalkan biaya produksi sehingga dapat memberikan harga yang relatif ‘miring’. Hal ini dikarenakan Bagi indonesia, MEA layaknya pedang bermata dua. Di satu sisi, perjanjian bilateral ini merupakan tantangan dan kesempatan bagi masyarakat dan pemerintah agar dapat mengembangkan diri, yang dulu hanya dalam segi kuantitas kini harus menuju kualitas. Momen ini juga menjadi jalan bagi produk industri lokal dan nasional untuk dapat merambah ke pasar internasional. Namun di sisi lain, ketidakmampuan indonesia dalam berbenah diri justru akan menjadi senjata yang ampuh dalam melumpuhkan perekonomian negara. Mengingat hal ini, Indonesia dituntut cepat untuk dapat mengembangkan diri sehingga mampu mengimbangi negara asia.
Mengingat semakin ketatnya persaingan dagang yang diakibatkan diberlakukannya MEA, selisih biaya yang sedikit menjadi perbedaan yang signifikan dalam dunia perdagangan. Letak kawasan industri Indonesia yang terpisah dari kawasan distribusi kini menjadi suatu kendala. Hal ini dikarenakan biaya domestik yang tidak sedikit mengakibatkan perusahaan tidak dapat memberikan harga yang bersaing. Mungkin sebelum adanya MEA hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap industri Indonesia, namun kini hal ini tntu menjadi suatu kerugian bagi negara.
merupakan anak perusahaan dari PT AKR Corporindo Tbk, dan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, yang merupakan anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) ini dibangun diatas sebidang tanah yang total seluas 2.933 Ha. Dengan menggabungkan konsep hunian, industri, serta pelabuhan sebagai sarana distribusi, proyek ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan perekonomian Indonesia dalam menghadapi MEA. Kawasan industri dan distribusi yang berada dalam satu kompleks dapat menekan biaya domestik semaksimal mungkin, hal ini tentu menjadi satu poin plus bagi JIIPE karena dapat meminimalisir
pengeluaran dan memaksimalkan penjualan. Selain mengefisiensikan distribusi dan penjualan, JIIPE juga turut mengefisiensikan waktu dengan mendirikan hunian disekitar kawasan industri sehingga masyarakat ataupun pekerja tidak perlu menempuh jarak yang jauh apabila ingin menuju kawasan JIIPE.
Selain meningkatkan pelayanan bongkar muat peti kemas dan pendirian kawasan industri, hunian, dan pelabuhan dalam satu kompleks. PELINDO III juga memiliki proyek Marina Boom yang menggabungkan pelabuhan dengan komplek wahana wisata. Marina merupakan satu dari rangkaian pariwisata Boom yang mencakup wilayah pantai-pantai di wilayah PELINDO III, khususnya Banyuwangi, Pulau Bali, Pulau Lombok, dan Pulau Komodo. Proyek ini tercipta mengingat wilayah PELINDO III yang tidak haya sekedar perairan lepas pantai, namun memiliki pantai eksotika khas negara tropis. Hal ini menjadi salah satu komoditas pariwisata yang menjanjikan bagi turis lokal maupun mancanegara. Dengan menyajikan