MAKALAH
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN BANK SYARIAH Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Analisis Produk Bank Syariah Dosen Pengampu : Wahyudi Sutrisno, S.H., M.H.
Disusun oleh :
Dian Ika Saputri 2012113040
JURUSAN SYARIAH ( D3 PERBANKAN SYARIAH B ) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejak penetapan regulasi Bank Indonesia yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia menganut prinsip dual banking system. Bank syariah memilikoi peran yang sama vitalnya dengan bank-bank konvensional di Indonesia. Bank syariah menawarkan produk-produk perbankan yang jauh dari prinsisp bunga atau riba, hal ini menjadi potensi pasar yang sangat menggiurkan bagi dunia perbankan Indonesia mengingat mayoritas warga Indonesia menganut ajaran agama Islam.
Penerapan prinsip-prinsip agama Islam dalam setiap produk-produk yang ditawarkan menuntut bank syariah untuk lebih selektif dalam penetapkan produk yang siap diluncurkan ke masyarakat. Begitu pula produk pembiayaan yang menjadi salah satu sumber penghasilan bank syariah selain perolehan ujroh atas jasa-jasa keuangan.
Akad merupakan suatu proses penghalalan akan kepemilikan suatu harta. Melalui akad, hubungan muamalah antar manusia dapat terjaga hak serta kewajibannya. Oleh karena itu analisis produk pembiayaan berdasarkan akad dan pembagiaannya sangat dibutuhkan untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pembiayaan?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiayaan
Sebagai lembaga intermediary yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, bank syariah menyalurkan pembiayaan dalam wujud pembiayaan. Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.1
B. Jenis-jenis Pembiayaan
1. Menurut sifat penggunaanya
Berdasarkan sifat dan tujuan penggunaannya pembiayaan dalam perbankan Islam dibagi menjadi 2 macam: pembiayaan konsumtif dan pembiayaan produktif.
a. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produktif dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
Menurut keperluannnya pembiayaan produktif dapat dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.
1) Pembiayaan Modal Kerja
Yaitu pembiyaan untuk memenuhi kebutuhan antara lain:
a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif (jumlah produksi) maupun kualitatif (kualitas mutu hasil produksi) b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place
dari suatu barang.
Bank syariah memberikan pembiayaan modal kerja buakn dengan meminjamkan uang seperti yang dipraktikkan bank konvensional, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, diamana bank bertindak sebagaia pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib). Skema pembiayaan ini disebut dengan mudharabah (trust
financing). Atau dapat juga dengan menggunakan prinsip Jual Beli (Murabahah) dimana bank syariah menjual barang-barang modal kerja yang dibutuhkan oleh nasabah.
2) Pembiayaan Investasi
Yaitu jenis pembiayaan produktif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu seperti rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru. b. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. 2. Menurut Prinsip Akad yang Digunakan
a. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
1) Pembiayaan Musyarakah
Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expetise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dari risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Akad Musyarakah dibagi menjadi 5 yaitu :
a) Syirkah I’nan
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, kedua pihak berbagi keuntungan dan kerugian sebagaimana disepakati diantara mereka.
b) Syirkah Mufawadhah
Adalah konrak kerjasama antara dua orang orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan bepartisipasi dalam kerja setiap pihak membagi keuntngan dan kerugian secara sama.
c) Syirkah A’maal
keuntungan dari pekerjaan itu. Musyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah abdan atau sanaa’i
d) Syirkah Wujuh
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis mereka membeli barang secara kredit dri suatu perussahaan dan menjualnya secara tunai.
e) Syirkah Al Mudharabah
Manfaat pembiayaan musyarakah
a) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
b) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
c) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (predent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
d) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembayaan (nasabah) dalam jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Aplikasi Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah
Pembiayaan Proyek
Musyarakah baisanya diaplikasikan untuk pembiyaan proyek di mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama dengan bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
Modal Ventura
dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap. 2) Pembiayaan Al Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya “ memukul atau berjalan” lebih tepatnya adalah proses seorang memukul kakinya dalam menjalankan usahanya.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai shahibul maal atau penyedia modal dan pihak lain sebagai pengelola.2
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,sedangkan apabila rugi maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut tidak diakibatkan kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian sipengelola maka sipengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Jenis-jenis Mudharabah. a) Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat sempit dan dibatasi jenis, waktu, dan daerah bisnisnya. Manfaat Mudharabah
Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat
Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil pada nasabah pendanaan secara tetap
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flaw atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah
Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman dll
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah
Pembiayaan Modal kerja
Diterapkan pada pembiayaan produktif penyediaan modal kerja guna peningkatan usaha baik sesara kuantitas maupun kualitas.
3) Pembiayaan Al Muzaraah (Harvest Yield Profit Sharing) Al Muzaraah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap diaman pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
Al Muzaraah seringkali diidentikkan dengan Al Mukhabarah. 4) Pembiayaan Al Musaqah (Plantation Management Fee
Based On Certain Portion of Yield)
Al Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzaroah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan , sebagai imbalan penggarap berhak atas nisbah bagi hasil tertentu dari hasil panen.
Secara etimologi ijarah berasal dari ajru yang berarti al-iwadhl penggantian. Adapun secara termilogi al-ijarah secara sederhana dapat diartikan dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu. Ijarah dalam bentuk sewa-menyewa dan upah-mengupah merupakan muamalah yang telah disyaratkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut jumhur ulama adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh syara’ berdasarkan ayat al-Qur’an, hadist-hadist Nabi dan ketetapan ijma ulama.3 Rukun dan Syarat Ijarah4
Mu’jir dan musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau upah-mengupah. Mu’jir adalah yang
Shighat ijab kabul antara mu’jir dan musta’jir, ijab kabul sewa-menyewa dan upah-mengupah.
Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun upah-mengupah.
Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah-mengupah, disyaratkan pada barang yang disewakan dengan beberapa syarat berikut ini :
Hendaklah barang yang menjadi objek dapat dimanfaatkan kegunaannya.
Hendaklah barang yang menjadi objek sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaannya (khusus sewa-menyewa).
Manfaat benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh) menurut syara’ bukan barang yang dilarang (diharamkan).
3 Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat (Jakarta : Prenada Media Group, 2010) hlm. 277
Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain (zat)-nya hingga waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.
Al-Ijarah akan menjadi batal dan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut :5
Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika ditangan penyewa.
Rusaknya barang yang disewakan seperti ambruknya rumah dan runtuhnya bangunan gedung.
Rusaknya barang yang diupahkan seperti, bahan baju yang diupahkan untu dijahitkan.
Telah terpenuhinya manfaat yang diadakan sesuai dengan masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.
Menurut hanafi salah satu pihak dari yang berakad boleh membatalkan al-ijarah jika ada kejadian-kejadian yang luar biasa seperti, terbakarnya gedung, tercurinya barang-barang dagangan dan kehabisan modal.
2) IMBT (Ijarah Muntahiya Bit Tamlik)
Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa pada akhir akad.
Aplikasi akad Sewa Menyewa pada Pembiayaan Perbankan Syariah
Pembiayaan Konsumtif Motor dengan prinsip IMBT
Pembiayaan Konsumtif Ijarah Multijasa c. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Dalam murabahah penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian ini, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga ditambah keuntungan,penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus profit.
Teknis perbankan pada pembiayaan Murabahah
Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen ditambah keuntungan (mark up). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubahselama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil)
Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan kepada nasabah,sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
2) Bai’ as-Salam
Kata salama dengan salafa artinya sama. Disebut salam karena pemesan barang menyerahkan uangnya ditempat akad. Disebut salaf karena pemesan barang menyarahkan uangnya terlebih dahulu. Penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan dengan pembayaran disegerakan.
Teknis perbankan dengan akad Ba’i As-Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai.
secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.
Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan (bridging financing). Bila bank menjual secara cicilan, maka bank dan nasabah harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Ketentuan umum Ba’i As-Salam
Pembelian hasil produksi harus diketahui secara spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.
Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad maka produsen harus bertanggung jawab dengan cara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang tidak sesuai dengan pesanan.
Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai perrsediaan, maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad slam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti bulog, pedagang pasar induk, dan rekanan.
3) Bai’ al-Istishna
Merupakan suatu jenis khusus dari ba’i salam. Biasanya jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur dan konstruksi. Dengan demikian, ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’ as –salam. Ketentuan Umum Ba’i Istishna’
Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, dan jumlah
Harga jual telah disepakati tercantum dlaam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
Aplikasi Akad Jual Beli pada Pembiayaan di Bank Syariah:
Murabahah Reguler
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai lembaga intermediary yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, bank syariah menyalurkan pembiayaan dalam wujud pembiayaan. Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”. Jakarta : Gema Insani Pers
Ghazali, Abdul Rahman, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. 2010. “Fiqh Muamalat”. Jakarta : Prenada Media Group.