Alur Pemeriksaan Persidangan
Pelimpahan perkara oleh PU
Pemeriksaan Kewenangan
Mengadili
Penunjukan Majelis Hakim
Penetapan Hari Sidang
Pemanggilan terdakwa ke persidangan Pemeriksaan
Identitas Terdakwa Pembacaan Surat
Dakwaan Keberatan dan
Putusan Sela
Pembuktian
Pembacaan Surat Tuntutan dan
Pembelaan
Putusan
Menerima putusan/ upaya
Tuntutan Pidana
Pasal 182 ayat (1) huruf a KUHAP menyebutkan,
setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan tuntutan pidana .
Yang dimaksud dengan pemeriksaan dinyatakan selesai dalam pasal tersebut, adalah:
1. Apabila semua alat bukti telah selesai diperiksa;
2. Apabila semua barang bukti telah diperlihatkan kepada terdakwa maupun saksi;
Tuntutan Pidana
Pasal 182 ayat (1) huruf a KUHAP menyebutkan,
setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan tuntutan pidana .
Tuntutan Pidana
Tuntutan pidana, pada masa HIR disebut juga dengan Rekuisitoir. Tuntutan pidana atau surat tuntutan disusun berdasarkan fakta-fakta yang
diperoleh dari pemeriksaan persidangan, sehingga dasar tuntutan pidana sesungguhnya merupakan kesimpulan yang diambil oleh penuntut umum terhadap fakta-fakta yang terungkap dalam
persidangan.
Tuntutan Pidana
Surat Tuntutan secara garis besar haruslah berisi: 1. Kepala surat;
2. Klausula UNTUK KEADILAN ; 3. Judul dan nomor;
4. Pendahuluan (berisi surat dakwaan);
5. Uraian fakta-fakta hukum (pemeriksaan alat bukti); 6. Analisa fakta hukum;
Pembelaan
Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP menyebutkan, Selanjutnya terdakwa dan atau penasihat hukum mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasihat hukum selalu mendapat giliran
terakhir .
Pasal tersebut berisi tentang pembelaan yang dapat disampaikan baik oleh terdakwa dan penasihat
Pembelaan
Pada masa HIR, pembelaan disebut juga dengan Pledoi. Tidak seperti halnya keberatan (eksepsi), dalam pembelaan tidak terdapat pembatasan
mengenai hal apa sajakah yang dapat disampaikan atau diuraikan dalam pembelaan terdakwa.
Baik tuntutan pidana maupun pembelaan terdakwa dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan
segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dan turunannya kepada pihak yang berkepentingan
Replik dan Duplik
Istilah replik dan duplik sebetulnya adalah istilah dalam pemeriksaan perkara perdata. KUHAP tidak mengenal istilah replik dan duplik, namun KUHAP mengenal proses yang menyerupai replik dan duplik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat (1)
huruf b jo huruf c KUHAP.
Di dalam KUHAP, dikenal proses jawaban atas
Replik dan Duplik
Replik adalah jawaban atas pembelaan terdakwa
atau disebut juga dengan counterplea. Karena berisi jawaban atas pembelaan terdakwa, maka replik
diajukan oleh penuntut umum.
Duplik adalah jawaban kedua, atau disebut juga dengan rejoinder. Karena berisi jawaban atas
Replik dan Duplik
Seperti halnya dalam prapenuntutan, dalam hal replik dan duplik KUHAP tidak memberikan batasan berapa kali dapat dilakukan replik (jawaban pembelaan terdakwa) maupun dilakukan duplik (jawaban atas jawaban pembelaan
terdakwa).
Pasal 182 ayat (2) KUHAP hanya menyatakan, Jika acara tersebut pada ayat (1) telah selesai, hakim ketua sidang menyatakan bahwa pemeriksaan dinyatakan ditutup,…
Alur Pemeriksaan Persidangan
Pelimpahan perkara oleh PU
Pemeriksaan Kewenangan
Mengadili
Penunjukan Majelis Hakim
Penetapan Hari Sidang
Pemanggilan terdakwa ke persidangan Pemeriksaan
Identitas Terdakwa Pembacaan Surat
Dakwaan Keberatan dan
Putusan Sela
Pembuktian
Pembacaan Surat Tuntutan dan
Pembelaan
Putusan
Menerima putusan/ upaya
Musyawarah Hakim
Setelah hakim ketua sidang menyatakan bahwa
pemeriksaan dinyatakan ditutup (setelah pembacaan tuntutan pidana, pembelaan serta replik duplik
selesai), maka hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan.
Apabila perlu musyawarah dilakukan setelah
terdakwa, saksi, penasihat hukum, penuntut umum dan hadirin meninggalkan ruang sidang.
Musyawarah Hakim
Musyawarah dalam mengambil keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 182 ayat (3) KUHAP dilakukan dengan tata cara:
1. Musyawarah didasarkan surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam persidangan (Pasal 182 ayat (4) KUHAP); 2. Hakim ketua memimpin musyawarah dengan menanyakan
pendapat hakim anggota mulai dari yang termuda sampai yang tertua (Pasal 182 ayat (5) KUHAP);
3. Musyawarah pada prinsipnya hasil mufakat, namun apabila tidak bisa, maka dapat dilakuan dengan pengambilan suara terbanyak atau pendapat hakim yang paling menguntungkan terdakwa (Pasal 182 ayat (6) KUHAP);
4. Musyawarah tersebut dicatat dalam buku himpunan
Putusan
Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa:
1. Pemidanaan; 2. Bebas; atau
3. Lepas dari segala tuntutan hukum.
Dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Putusan Pemidanaan
Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa
bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana (Pasal 193 ayat (1) KUHAP).
Putusan yang menjatuhkan hukuman pemidanaan kepada seorang terdakwa tiada lain daripada
putusan yang berisi perintah untuk menghukum terdakwa sesuai dengan ancaman pidana yang disebut dalam pasal pidana yang didakwakan.
Isi Putusan Pemidanaan
Surat putusan pemidanaan memuat (Pasal 197 ayat (1) KUHAP):
a. Klausul DEMI KEADILAN BE‘DA“A‘KAN KETUHANAN
YANG MAHA E“A ;
b. Identitas terdakwa; c. Surat dakwaan;
d. Pertimbangan hakim; e. Tuntutan pidana;
f. Pasal yang dijatuhkan kepada terdakwa disertai dengan alasan yang memperberat dan memperingan;
Isi Putusan Pemidanaan
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, terpenuhi semua unsur disertai kualifikasi pidana yang dijatuhkan; i. Ketentuan mengenai biaya perkara;
j. Keterangan mengenai surat palsu (jika ada);
k. Perintah supaya terdakwa ditahan, tetap dalam tahanan atau dibebaskan;
l. Hari dan tanggal dibacakan putusan, nama penuntut umum, hakim dan panitera;
Putusan Bebas
Putusan bebas berarti terdakwa dijatuhi putusan
bebas atau dinyatakan bebas dari tuntutan
hukum (
vrij spraak
).
Pasal 191 ayat (1) KUHAP menyebutkan
,
Jika
pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas
perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak
Syarat Putusan Bebas
Dari Pasal 191 ayat (1) KUHAP tersebut dapat
diambil beberapa hal terkait syarat dijatuhinya
putusan bebas terhadap terdakwa:
1. Dari hasil pemeriksaan persidangan;
2. Kesalahan tidak terbukti secara sah;
Syarat Putusan Bebas
1. Dari hasil pemeriksaan persidangan;
Hal ini mengandung makna, bahwa apa yang
menjadi pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusan kepada terdakwa
adalah berdasarkan apa yang telah terbukti
dari fakta-fakta yang terungkap di
Syarat Putusan Bebas
2. Kesalahan tidak terbukti secara sah;
Ada dua hal yang akan dibahas terkait syarat ini, yaitu yang pertama adalah kesalahan dan yang kedua secara sah .
Di dalam teori hukum pidana, kesalahan (schuld) adalah unsur tindak pidana yang berkaitan dengan kemampuan bertanggung jawab; hubungan batin antara orang dengan perbuatan dalam bentuk kesengajaan atau kealpaan; serta tidak adanya alasan penghapusan pertanggung jawaban pidana.
Syarat Putusan Bebas
Dengan demikian dapat diartikan, putusan bebas akan diberikan untuk terdakwa yang tidak memiliki unsur kesalahan karena:
a. Tidak dapat dipertanggungjawabkan (Pasal 44 KUHP); b. Belum cukup umur (Pasal 45 KUHP);
c. Dalam pengaruh daya paksa/ overmacht (Pasal 48 KUHP);
d. Karena ancaman (Pasal 49 KUHP);
Syarat Putusan Bebas
Kedua adalah secara sah . Kesalahan tidak terbukti secara sah dapat berarti:
a. Alat bukti yang ada tidak dapat membuktikan kesalahan terdakwa;
Syarat Putusan Bebas
3. Kesalahan tidak meyakinkan hakim telah terjadi tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa.
Terhadap alasan ketiga inipun terdapat dua hal yang akan dibahas, pertama adalah kesalahan (telah
dibahas sebelumnya) dan kedua meyakinkan hakim . Bahwa kesalahan tersebut tidak dapat meyakinkan hakim, sehingga sebagai unsur mutlak dalam
kekuatan pembuktian, maka hakim tidak dapat
Syarat Putusan Bebas
Dapat disimpulkan, putusan bebas dijatuhkan
terhadap terdakwa adalah apabila memenuhi syarat: 1. Tidak terbukti adanya kesalahan;
2. Tidak cukup alat bukti;
3. Tidak terdapat keyakinan hakim bahwa telah terjadi tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa;
Jenis Putusan Bebas
Berdasarkan yurisprudensi Mahkamah Agung tahun 1983,
ditetapkan, bahwa terdapat dua macam putusan bebas, yaitu: 1. Putusan Bebas Murni;
Putusan bebas murni adalah putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP.
2. Putusan Bebas Tidak Murni;
Putusan bebas tidak murni atau verkapte vrijspraak adalah: a. Apabila putusan didasarkan penafsiran yang keliru
terhadap penafsiran tindak pidana;
Putusan Lepas dari Segala
Tuntutan Hukum
Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan tersebut tidak merupakan suatu
tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari
segala tuntutan hukum.
Isi Putusan Bukan Pemidanaan
Surat putusan bukan pemidanaan memuat (Pasal 199 ayat (1) KUHAP):
a. Klausul DEMI KEADILAN BE‘DA“A‘KAN
KETUHANAN YANG MAHA E“A ;
b. Identitas terdakwa; c. Surat dakwaan;
d. Pertimbangan hakim;
e. Hari dan tanggal musyawarah hakim;
f. Pernyataan bahwa terdakwa diputus bebas atau
Isi Putusan Bukan Pemidanaan
g. Keterangan mengenai surat palsu (jika ada);
h. Perintah supaya terdakwa ditahan, tetap dalam tahanan atau dibebaskan;
i. Hari dan tanggal dibacakan putusan, nama penuntut umum, hakim dan panitera;
Syarat Umum Putusan
Pengadilan
Putusan pengadilan memiliki syarat umum yang harus dipenuhi, dengan konsekuensi putusan dapat dinyatakan batal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat tersebut. Syarat-syarat yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum (Pasal 195 KUHAP);
2. Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa kecuali dalam KUHAP ditentukan lain (Pasal 196 ayat (1) KUHAP;
Daftar Bacaan
1. Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, 1994; 2. Hari Sasangka et al, Penuntutan dan Teknik Membuat
Surat Dakwaan, 1996;
3. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009;
4. KUHAP
Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami