Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara
Kewenangan Penuntutan
Penuntutan merupakan Dominus Litis, atau kewenangan mutlak dari penuntut umum, yang artinya, bahwa hanya penuntut umum
yang berwenang untuk melakukan penuntutan dalam perkara pidana.
Ruang Lingkup Penuntutan
1. Mempelajari dan meneliti berkas perkara yang diajukan oleh penyidik, apakah telah cukup bukti bahwa terdakwa telah
melakukan tindak pidana (Pasal 139 KUHAP);
2. Menyusun surat dakwaan (Pasal 140 KUHAP);
1. Mempelajari berkas
Setelah penuntut umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan yang
lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak
Penghentian Penuntutan
Seperti halnya penyidikan, dalam proses
penuntutan, suatu perkara dapat dihentikan penuntutannya dengan tiga alasan:
1. Tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana; 3. Ditutup demi kepentingan hukum
2. Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah suatu akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan
Syarat Surat Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan (Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP), jika syarat formil tidak terpenuhi, maka dakwaan dapat dimintakan untuk dibatalkan;
Syarat Formil Dakwaan
1. Berisi identitas terdakwa yang
dilengkapi dengan tanggal dibuatnya surat dakwaan dan dilengkapi dengan tanda tangan penuntut umum;
2. Identitas terdakwa berisi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
Syarat Materiil Dakwaan
1. Berisi uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan ;
2. Uraian tersebut disertai dengan waktu dan tempat terjadinya tindak pidana
(locus dan tempus delictie);
Sempurnanya Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan harus lengkap
sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP ;
2. Termasuk di dalam kategori tidak memenuhi syarat materiil dakwaan adalah:
a. Dakwaan kabur (Obscuur Libelen),
unsur dakwan tidak diuraikan dengan benar;
Cara Penyusunan Dakwaan
Surat Dakwaan dapat disusun dalam dua cara:
1. Digabung (Voeging), yaitu penggabungan berkas perkara dalam satu dakwaan
yang dilakukan dalam satu persidangan;
2. Dipisah (Splitsing), yaitu pemisahan berkas perkara dalam beberapa surat dakwaan dan dilaksanakan dalam
Penggabungan Dakwaan
Penggabungan perkara dapat dilakukan jika dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum
menerima perkara:
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama;
2. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain;
3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut tapi berhubungan.
Pemisahan Dakwaan
Beberapa tindak pidana dengan beberapa terdakwa
Syaratnya:
1. Beberapa terdakwa dan/ atau beberapa tindak pidana;
2. Kurangnya saksi yang menguatkan PU.
Bentuk-bentuk Dakwaan
Surat Dakwaan
Tunggal Alternatif Subsidair Kumulatif
Concursus Idealis Concursus Realis
Perbuatan Berlanjut
Gabungan TP Umum dan Khusus
Dakwaan Tunggal
Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak pidana yang akan didakwakan kepada
Dakwaan Subsidair
Pembuatan surat dakwaan subsidair dalam praktiknya
sering rancu dengan pembuatan surat dakwaan alternatif. Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak
Dakwaan Kumulatif
Dakwaan kumulatif disusun apabila perbuatan tersebut berkaitan dengan:
1. Concursus idealis (perbuatan yang diancam oleh lebih dari satu ancaman pidana, Pasal 63 ayat (1)
KUHPidana);
2. Concursus realis (melakukan beberapa tindak pidana, Pasal 65 KUHPidana);
3. Perbuatan berlanjut, Pasal 64 ayat (1) KUHPidana; 4. Gabungan antara tindak pidana umum dan tindak
Dakwaan Kombinasi
Dakwaan kombinasi disusun atas kompleksnya perkara yang dihadapi oleh penuntut umum. Dakwaan kombinasi dapat disusun sebagai
berikut:
Format Surat Dakwaan
1. Kepala surat;
2. Klausula ”UNTUK KEADILAN”; 3. Judul dan nomor perkara;
4. Identitas terdakwa, sesuai dengan pasal 143 KUHAP yaitu nama lengkap, tempat lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan/ kewarganegaraan, tempat tinggal, agama, pekerjaan dan ditambah dengan pendidikan terakhir; 5. Masa penahanan ;
6. Uraian dakwaan yang diajukan, berisi locus dan tempus
delictie, uraian singkat kejadian serta pasal yang didakwakan; 7. Tanggal dan tempat dibuat surat dakwaan serta tandatangan
Perubahan Dakwaan
Menurut Pasal 144 KUHAP, surat dakwaan dapat diubah dengan ketentuan:
1. Sebelum ditetapkan hari sidang; 2. Dilakukan 7 hari sebelum sidang;
3. Dilakukan hanya untuk sekali perubahan; 4. Harus dengan sepengetahuan terdakwa/
Daftar Bacaan
1. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik Membuat Surat Dakwaan, 1996
2. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan,
2008
3. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
4. KUHAP