• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAP VIII Recent site activity teeffendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAP VIII Recent site activity teeffendi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Jenis-jenis Acara Pemeriksaan

Persidangan

1. Acara Pemeriksaan Biasa (Bab XVI bagian Ketiga KUHAP);

2. Acara Pemeriksaan Singkat (Bab XVI bagian Kelima KUHAP); dan

3. Acara Pemeriksaan Cepat (Bab XVI bagian Keenam KUHAP).

Dasar titik tolak perbedaan tata cara

pemeriksaan tersebut ditinjau dari segi jenis tindak pidana dan dari segi mudah atau

(5)

Acara Pemeriksaan Biasa

Acara pemeriksaan biasa umumnya

dipergunakan untuk perkara pidana dengan

acaman pidana penjara 5 tahun ke atas, dan

masalah pembuktiannya memerlukan

ketelitian.

(6)

Acara Pemeriksaan Singkat

Pada masa HIR, acara pemeriksaan ini disebut dengan pemeriksaan perkara sumir. Perkara yang diperiksa dengan acara pemeriksaan

singkat adalah perkara kejahatan atau

pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 (KUHAP) dan yang menurut

penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana.

(7)

Tidak termasuk dalam

ketentuan Pasal 205 KUHAP

Yang dimaksud dengan ketentuan Pasal 205

KUHAP adalah ketentuan mengenai

pemeriksaan acara cepat, dalam hal

pemeriksaan Tindak Pidana Ringan

(TIPIRING). Jadi acara pemeriksaan singkat

adalah acara pemeriksaan untuk kejahatan

atau pelanggaran yang tidak termasuk

(8)

Pembuktian dan penerapan hukumnya

mudah dan sifatnya sederhana

1. Pemeriksaan perkara tidak memerlukan

waktu yang lama (cukup sekali atau dua kali sidang);

2. Terdakwa telah mengakui ditambah

dengan bukti yang lengkap;

3. Untuk perkara dengan ancaman pidana

penjara tidak lebih dari 3 tahun

(9)

Acara Pemeriksaan Cepat

Pemeriksaan perkara dengan acara

pemeriksaan cepat dibagi ke dalam dua hal:

1. Acara pemeriksaan tindak pidana

ringan;

(10)

Tindak Pidana Ringan

Yang dapat digolongkan dalam tindak pidana ringan adalah perkara-perkara antara lain:

1. Tindak pidana yang diancam pidana

penjara atau kurungan paling lama 3 bulan; 2. Tindak pidana yang diancam dengan pidana

denda sebanyak-banyaknya Rp. 7.500;

3. Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHPidana)

(11)

Pelanggaran Lalu Lintas

Yang diperiksa menurut acara

pemeriksaan ini adalah perkara

tertentu terhadap peraturan

perundang-undangan lalu lintas jalan

(Undang-Undang nomor 22 tahun

(12)

Koneksitas

Selain tiga acara pemeriksaan tersebut di

atas, terdapat satu acara pemeriksaan yang

tidak berdasarkan berat atau ringannya

perkara maupun berdasarkan mudah atau

sulitnya pembuktian.

(13)

Perkara Koneksitas

Perkara koneksitas, adalah perkara yang

berkaitan dengan tindak pidana yang

dilakukan bersama-sama oleh mereka yang

termasuk lingkungan peradilan umum dan

lingkungan peradilan militer.

(14)

Prinsip Perkara Koneksitas

1. Diadili oleh lingkungan peradilan

umum, kecuali ada keputusan

Menhankam yang mengharuskan

diperiksa di peradilan militer;

(15)

Alur Pemeriksaan Persidangan

Pelimpahan perkara oleh PU

Pemeriksaan Kewenangan

Mengadili

Penunjukan Majelis Hakim

Penetapan Hari Sidang

Pemanggilan terdakwa ke persidangan Pemeriksaan

Identitas Terdakwa Pembacaan Surat

Dakwaan Keberatan dan

Putusan Sela

Pembuktian

Pembacaan Surat Tuntutan dan

Pembelaan

Putusan

Menerima putusan/ upaya

(16)

Pelimpahan Perkara dari

Penuntut Umum

1. Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan (Pasal 143 ayat (1) KUHAP);

2. Setelah pengadilan negeri menerima surat pelimpahan perkara dari penuntut umum, ketua mempelajari apakah perkara itu

(17)

Kewenangan Mengadili

1. Kewenangan absolut, berkaitan dengan

lingkungan peradilan (lingkungan

peradilan sebagai pelaksana kekuasaan

kehakiman sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 UU 48/ 2009);

2. Kewenangan relatif, berkaitan dengan

pembagian wilayah hukum setiap

(18)

Dasar menentukan kewenangan

relatif

1. Locus Delictie (persidangan dilakukan dimana tindak pidana dilakukan, Pasal 84 ayat (1) KUHAP);

2. Tempat dimana terdakwa tinggal, berdiam terakhir, di tempat ditahan apabila sebagian besar saksi yang

dipanggil berdomisili lebih dekat dengan tempat terdakwa (Pasal 84 ayat (2) KUHAP);

3. Adanya perbarengan tindak pidana di berbagai

lingkungan pengadilan negeri (Pasal 84 ayat (3) jo (4) KUHAP);

4. Penunjukan oleh Menteri Kehakiman atas usul dari

(19)

Sengketa Kewenangan

mengadili

Sengketa kewenangan mengadili terjadi

apabila:

1.

Jika dua pengadilan atau lebih

menyatakan dirinya berwenang mengadili

atas perkara yang sama;

2.

Jika dua pengadilan atau lebih

menyatakan tidak berwenang mengadili

perkara yang sama;

(20)

Kewenangan memutus sengketa

kewenangan mengadili

Kewenangan untuk memutus sengketa kewenangan mengadili dapat dilakukan oleh:

1. Pengadilan Tinggi, memutus sengketa

kewenangan antar pengadilan negeri yang berada di dalam wilayah hukumnya;

2. Mahkamah Agung, memutus sengketa

kewenangan absolut; memutus sengketa antar dua pengadilan negeri dalam pengadilan tinggi yang berbeda; dan memutus sengketa antara dua pengadilan tinggi;

(21)

Alur Pemeriksaan Persidangan

Pelimpahan perkara oleh PU

Pemeriksaan Kewenangan

Mengadili

Penunjukan Majelis Hakim

Penetapan Hari Sidang

Pemanggilan terdakwa ke persidangan Pemeriksaan

Identitas Terdakwa Pembacaan Surat

Dakwaan Keberatan dan

Putusan Sela

Pembuktian

Pembacaan Surat Tuntutan dan

Pembelaan

Putusan

Menerima putusan/ upaya

(22)

Penunjukan majelis hakim dan

penetapan hari sidang

1. Dalam hal pengadilan negeri menerima surat

pelimpahan perkara dan berpendapat bahwa perkara itu termasuk wewenangnya, ketua pengadilan

menunjuk hakim yang akan menyidangkan perkara

tersebut dan hakim yang ditunjuk itu menetapkan hari sidang;

2. Hakim dalam menetapkan hari sidang memerintahkan kepada penuntut umum supaya memanggil terdakwa dan saksi untuk hadir di sidang pengadilan.

(23)

Pemanggilan terdakwa ke

persidangan

1. Surat panggilan disampaikan kepada terdakwa di alamat tempat tinggal terdakwa atau di kediaman terakhir;

2. Apabila terdakwa tidak ada di tempat, maka surat panggilan disampaikan kepada kepala desa setempat dimana terdakwa tinggal atau terakhir tinggal;

3. Apabila terdakwa ditahan, maka surat panggilan disampaikan kepadanya melalui pejabat rutan;

4. Penerimaan surat panggilan dilakukan dengan tanda penerimaan; 5. Apabila keberadaan terdakwa tidak diketahui, maka surat

panggilan ditempelkan pada papan pengumuman gedung pengadilan yang berwenang mengadili perkaranya.

(24)

Jangka waktu pemanggilan

terdakwa dan saksi

Penuntut umum menyampaikan surat panggilan kepada terdakwa/ saksi yang

memuat tanggal, hari serta jam sidang dan untuk perkara apa ia dipanggil yang harus

(25)

Prinsip pemeriksaan persidangan

1. Pemeriksaan secara lisan dan langsung (Pasal 153 ayat (2) KUHAP);

2. Pemeriksaan terbuka untuk umum (Pasal 153 ayat (3) KUHAP);

3. Pemeriksaan dengan hadirnya terdakwa (Pasal 154 KUHAP);

4. Pemeriksaan secara bebas (Pasal 153 ayat (2) huruf b KUHAP);

(26)

Alur Pemeriksaan Persidangan

Pelimpahan perkara oleh PU

Pemeriksaan Kewenangan

Mengadili

Penunjukan Majelis Hakim

Penetapan Hari Sidang

Pemanggilan terdakwa ke persidangan Pemeriksaan

Identitas Terdakwa Pembacaan Surat

Dakwaan Keberatan dan

Putusan Sela

Pembuktian

Pembacaan Surat Tuntutan dan

Pembelaan

Putusan

Menerima putusan/ upaya

(27)

Pemeriksaan Identitas Terdakwa

Pada permulaan sidang, hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis

kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaannya serta mengingatkan

terdakwa supaya memperhatikan segala

(28)

Pembacaan Surat Dakwaan

Setelah pemeriksaan identitas terdakwa, hakim ketua sidang meminta kepada penuntut umum untuk

membacakan surat dakwaan (Lihat Pasal 155 ayat (2) huruf a KUHAP).

Pada prinsipnya, terdakwa atau penasihat hukumnya sudah menerima salinan surat dakwaan bersamaan

dengan pelimpahan perkara ke pengadilan negeri (Lihat Pasal 143 ayat (4) KUHAP), namun pembacaan ini

(29)

Keberatan atau

Eksepsi

Di dalam sistem common law keberatan atau eksepsi lebih dekat pengertiannya dengan objection, yang berarti perkara yang diajukan terhadap terdakwa mengandung tertib acara yang tidak tepat atau tidak sah.

Keberatan terhadap surat dakwaan ditujukan tidak terhadap materi pokok surat dakwaan melainkan terhadap cacat formal yang terdapat dalam surat dakwaan.

(30)

Alasan pengajuan keberatan

Pasal 156 ayat (1) KUHAP menyebutkan, bahwa terdakwa atau penasihat hukumnya dapat

mengajukan keberatan terkait dengan:

1. Pengadilan tidak berwenang mengadili;

2. Permohonan dakwaan tidak dapat diterima; 3. Permohonan dakwaan harus dibatalkan.

(31)

Putusan Sela

Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan terhadap keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukumnya. Putusan sela dapat berupa menerima

keberatan terdakwa atau menolak keberatan terdakwa. Jika keberatan diterima, maka perkara tidak dapat

dilanjutkan, namun jika keberatan ditolak, maka perkara dilanjutkan kembali (Lihat Pasal 156 ayat (2) KUHAP).

Terhadap putusan sela terdapat upaya hukum

(32)

Daftar Bacaan

1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan

Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009

2. KUHAP

(33)

Omnium rerum Principia Parva Sunt

Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami

_/|\_

Referensi

Dokumen terkait

Ketika melihat seorang laki-laki yang sedang menuju ke arahnya muncullah keinginannya untuk mengobati gundah hati si laki-laki dengan mengubah diri menjadi anjing persis seperti

Penelitian tersebut bertujuan untuk (1) memerikan proporsi kutipan tuturan langsung (KL) dan kutipan tuturan tak langsung (KTL) yang dipakai oleh reporter dalam melaporkan

Bayngkan kalian berjalan dalam kondisi apa, jalan berapi kah, atau ada ular yang mengejarmu, atau jalan yang penuh ranjau sehingga kau begitu pelan untuk berjalan dengan hati-hati

Perlakuan ang dirinci dalam Pasal ini akan di t a mbahkan d an tanpa rasangka terhadap hal-hal dimana masing - masing Pihak Be janj i mempunyai kewa ji ban untuk

[r]

Akibatnya, peserta didik akan menjadi pendengar yang lebih baik untuk berpikir peserta didik lain dan juga dengan pemikiran mereka sendiri. (Costa,

Premis 2: Sebagian yang mengulang ujian adalaipem.U;, Simpulan dari pernyataan ini adalah.... A' Sebagian mahasiswa yang pemaras

Setelah umurnya Khojan maimun lima tahun, maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun, ia