Sumber tindakan dalam hukum
acara pidana
102 KUHAP:
1. Laporan;
2. Pengaduan;
3. Tertangkap tangan;
Laporan dan Pengaduan
• Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan
oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang
tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana (Pasal 1 butir 24 KUHAP)
• Pengaduan adalah pemberitahuan disertai
permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut
Perbedaan Laporan dan
Pengaduan
No Variabel Pembeda
Laporan Pengaduan
1. Isinya 1. Pemberitahuan
2. Tentang telah, sedang atau akan terjadinya peristiwa pidana
1. Pemberitahuan disertai permintaan
2. Tentang telah terjadinya tindak pidana aduan 2. Jenis Tindak
Pidana
Semua Tindak Pidana Hanya Tindak Pidana Aduan
3. Pihak yang mengajukan
Setiap orang (Pasal 1 butir 24 jo Pasal 108 KUHAP)
Pihak yang berkepentingan (Pasal 1 butir 25 KUHAP) 4. Waktu
mengajukan
Setiap saat Ditentukan waktunya (Pasal 74 KUHPidana)
Tertangkap Tangan
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau
dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan khalayak
ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini
Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna
Proses Tindakan dalam
Penyidikan
1. Penangkapan;
2. Penahanan;
3. Penggeledahan;
4. Penyitaan;
5. Penghentian Penyidikan;
Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan
penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan
dan atau peradilan dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini
Penangkapan (lanjutan)
Syarat Penangkapan:
1.
Dilakukan terhadap seseorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti permulaan yang cukup (Pasal 17
KUHAP);
2.
Dilakukan paling lama 1 hari (Pasal 19 jo
Pasal 1 butir 31 KUHAP)
Penangkapan (lanjutan)
Bukti permulaan yang cukup adalah:
Menurut Surat Keputusan Kapolri nomor SK
Kapolri No. Pol. SKEP/ 04/ I/ 1982 menentukan,
bahwa bukti permulaan yang cukup merupakan
keterangan dan data yang terkandung dalam dua
diantara Laporan Polisi; Berita Acara Pemeriksaan
Polisi; Laporan Hasil Penyelidikan; Keterangan
Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka
atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik, atau penuntut umum atau hakim
dengan penetapannya, dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini
Penahanan (lanjutan)
Syarat Penahanan:
1.
Tersangka/ terdakwa diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup;
2.
Syarat subjektif;
3.
Syarat objektif;
4.
Dapat dilakukan oleh Penyidik, Penuntut
Umum atau Hakim
Penahanan (lanjutan)
Syarat Subjektif penahanan:
Adanya kekhawatiran tersangka/ terdakwa:
1. Akan melarikan diri;
2. Akan merusak atau menghilangkan
barang bukti;
3. Akan mengulangi tindak pidana.
Penahanan (lanjutan)
Syarat Objektif penahanan:
Penahanan dilakukan jika tersangka/ terdakwa didakwa melakukan tindak pidana:
1. Diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih; 2. Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana
penjara lima tahun atau lebih, akan tetapi tindak pidana tersebut dianggap sangat mempengaruhi kepentingan ketertiban masyarakat pada umumnya serta ancaman terhadap keselamatan badan orang pada khususnya;
Penahanan (lanjutan)
Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana penjara lima tahun atau lebih yang dapat dikenakan penahanan, antara lain:
Pasal 282 ayat (3), Pasal 296 tentang kesusilaan atau pornografi; Pasal 335 ayat (1) tentang tindak pidana paksaan dengan perbuatan tidak menyenangkan; Pasal 353 ayat (1) tentang penganiayaan; Pasal 372 tentang penggelapan; Pasal 378, Pasal 379a tentang penipuan; Pasal 453, Pasal 454, Pasal 459 tentang tindak pidana berkaitan dengan pelayaran; Pasal 480 tentang penadahan; dan Pasal 506 tentang pelanggaran terhadap perbuatan cabul sebagai mata pencaharian.
Alasan perpanjangan
penahanan khusus
Pada umumnya, batas waktu penahanan adalah maksimal 400 hari, namun dalam keadaan tertentu, batas waktu penahanan bisa sampai 700 hari.
Alasan perpanjangan penahanan khusus antara lain:
1. Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat yang dibuktikan dengan keterangan dokter;
2. perkara yang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau lebih.
Penggeledahan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
dapat melakukan penggeledahan rumah
atau penggeledahan pakaian atau
Penggeledahan (lanjutan)
Jenis-jenis Penggeledahan:
1. Dari segi objeknya, terdiri dari
penggeledahan rumah dan
penggeledahan badan;
2. Dari segi sifatnya, terdiri dari
penggeledahan biasa dan
Penggeledahan Rumah
Penggeledahan rumah adalah tindakan
penyidik untuk memasuki rumah tempat
tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk
melakukan tindakan pemeriksaan dan atau
penyitaan dan atau penangkapan dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam
KUHAP.
Penggeledahan Badan
Penggeledahan badan adalah tindakan
penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan dan atau pakaian tersangka untuk
mencari benda yang diduga keras ada
Tata cara penggeledahan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 32 KUHAP);
2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 33 ayat (1) KUHAP);
3. Memperlihatkan surat tugas penggeledahan (Pasal 33 ayat (2) KUHAP);
4. Pendamping atau saksi dalam melakukan
penggeledahan (Pasal 33 ayat (3) jo ayat (4) KUHAP); 5. Membuat berita acara penggeledahan (Pasal 33 ayat
Penggeledahan dalam keadaan
mendesak
1. Tanpa didahului dengan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri;
2. Tanpa disertai dengan surat tugas penggeledahan;
3. Objek penggeledahan lebih luas, tidak hanya pada tempat sebagaimana disebutkan dalam surat izin dan surat tugas penggeledahan dalam penggeledahan biasa; 4. Tanpa hadirnya saksi atau pendamping selama proses
penggeledahan;
Pengecualian Penggeledahan
Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penggeledahan dilarang dilakukan :
• Ruang dimana sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);
• Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan;
Penyitaan
Penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud, untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan
dan peradilan.
Benda yang dapat disita
1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5. Benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan tindak pidana yang dilakukan.
Tata Cara Penyitaan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 38 ayat (1) KUHAP); 2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 38 ayat
(1) KUHAP);
3. Memperlihatkan tanda pengenal (Pasal 128 KUHAP); 4. Memperlihatkan barang yang akan disita kepada
saksi (Pasal 129 ayat (1) KUHAP);
5. Membungkus benda sitaan (Pasal 130 KUHAP); 6. Menyimpan benda sitaan di RUPBASAN (Pasal 44
Dimulainya Penyidikan
Pada saat dimulainya penyidikan, penyidik
memberitahukan kepada penuntut umum perihal
dimulainya penyidikan tindak pidana. Hal ini
berkaitan dengan fungsi pengawasan fungsional
dalam sistem peradilan pidana oleh penuntut
umum.
Pemberitahuan ini disebut dengan Surat
Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan
kewenangan kepada penyidik untuk
menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Bukan merupakan tindak pidana;
2. Perkara tidak cukup bukti;
3. Dihentikan demi hukum (berkaitan dengan
Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan
kewenangan kepada penyidik untuk
menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Bukan merupakan tindak pidana (bandingkan
dengan Pasal 102 ayat (1), Pasal 106, Pasal
109 ayat (1) KUHAP);
2. Perkara tidak cukup bukti (bandingkan dengan
Pasal 21 ayat (1) KUHAP;
Pelimpahan Perkara
(Prapenuntutan)
Penyerahan berkas perkara dari penyidik kepada
penuntut umum dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkaranya saja kepada penuntut umum (lihat Pasal 8 ayat (3) huruf a KUHAP);
2. Tahap kedua, penyerahan tanggung jawab atas
Pelimpahan Tahap Pertama
1. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik melimpahkan berkas perkara ke penuntut
umum (Pasal 110 ayat (1) KUHAP);
2. Dalam waktu 7 hari penuntut umum harus
memberitahukan dan mengembalikan berkas perkara apabila berkas dinyatakan belum lengkap sehingga perlu dilakukan penyidikan tambahan (Pasal 138 ayat (1)
KUHAP);
Pelimpahan Tahap Kedua
1. Penyidikan dinyatakan selesai apabila dalam
waktu 14 hari Penuntut Umum tidak
mengembalikan berkas perkara atau dalam
waktu kurang dari itu dinyatakan berkas telah
lengkap (Pasal 110 ayat (4) KUHAP)
2. Setelah berkas dinyatakan lengkap,
Daftar Bacaan
1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008 2. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami