Sejarah Kejaksaan
Lembaga kejaksaan yang kita kenal saat ini
memiliki sejarah panjang mulai dari masa
kolonial, penjajahan Jepang sampai dengan saat
ini. Jaksa yang kita kenal saat ini berasal dari
bahasa Sansakerta,
Adhyaksa
yang baik dahulu
maupun sekarang selalu dihubungkan dengan
bidang penegakan hukum, namun dalam
Sejarah Kejaksaan (lanjutan)
Kata Adhyaksa dapat diartikan, antara lain:
• Superintendant atau superintendance;
• pengawas dalam urusan kependetaan, baik agama Budha maupun Syiwa dan mengepalai kuil-kuil yang didirikan di
sekitar istana, disamping itu juga bertugas sebagai hakim dan berada di bawah perintah serta pengawasan mahapatih;
• Adhyaksa diartikan sebagai hakim sedangkan
Dharmaadhyaksa sebagai opperrechternya;
• Adhyaksa sebagai rechter van instructie bijde landraad yang kalau dihubungkan dalam dunia modern saat ini sama dengan jabatan sebagai hakim komisaris
Sejarah Kejaksaan (lanjutan)
Istilah Adhyaksa berganti menjadi Jaxa pada era VOC,
kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, jaksa berada di bawah Residen atau Asisten Residen dan bukan di bawah
Prosecureur General, dan pejabat jaksa ini hanya dikenal di Jawa.
Di Sulawesi Selatan dahulu tidak dikenal pejabat yang bertugas sebagai jaksa dan polisi seperti sekarang ini.
Tugas-tugas demikian dilakukan oleh para Kepala Adat dan orang yang merasa dirugikan.
Sejarah Kejaksaan (lanjutan)
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Belanda mengambil alih lembaga penuntut umum ini dari
Perancis dan memasukkannya dalam undang-undang hukum acara pidananya (1838) yang berdasarkan
Inlandsche Reglement (IR) tahun 1848 diterapkan pula di Indonesia.
Tugas Utama Kejaksaan
Tugas dan wewenang jaksa secara normatif diatur
dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004, Pasal
30. Tugas dan wewenang tersebut antara lain:
1. Di bidang pidana;
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara;
Tugas Utama Kejaksaan
(lanjutan)
1. Di bidang pidana;
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat;
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
Tugas Utama Kejaksaan
(lanjutan)
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah;
3. Di bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut serta menyelenggarakan kegiatan:
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum; c. Pengamanan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
Hubungan antara Kejaksaan
dengan POLRI
1. Memeriksa dan meneliti berkas dengan memberikan saran perbaikan (Pasal 110 KUHAP);
2. Menerima berkas perkara dari penyidik (Pasal 110 KUHAP); 3. Mengembalikan berkas perkara yang kurang lengkap
kepada penyidik (Pasal 110 ayat (2) KUHAP);
4. Memberikan petunjuk atas berkas perkara yang belum lengkap (Pasal 138 ayat (2) KUHAP)
5. Memberitahukan dihentikannya penuntutan (Pasal 140 ayat (2) KUHAP);
Hubungan antara Kejaksaan
dengan Pengadilan
1. Permohonan perpanjangan penahanan (Pasal 25 ayat (2) KUHAP);
2. Melimpahkan perkara dengan permintaan untuk diperiksa (Pasal 137 KUHAP);
3. Melaksanakan penetapan hakim (Pasal 14 huruf j KUHAP);
4. Melaksanakan putusan pengadilan yang
Hubungan antara Kejaksaan
dengan Advokat
1. Peringatan atas penyalahgunaan wewenang advokat dalam pembicaraan dengan tersangka (Pasal 70 ayat (2) KUHAP);
2. Mengawasi pembicaraan advokat dengan tersangka jika peringatan tidak dihiraukan (Pasal 70 ayat (3) KUHAP);
3. Mengikuti pembicaraan tersangka dengan
Hubungan antara Kejaksaan
dengan RUTAN
1. Menyampaikan surat penahanan terdakwa (Pasal 19 ayat (4) PP 27/ 1983);
2. Menerima tembusan dari kepala RUTAN berkaitan dengan daftar tahanan tiap bulan (Pasal 19 ayat (5) PP 27/ 1983); 3. Menerima pemberitahuan dari kepala RUTAN terkait masa
penahanan terdakwa (Pasal 19 ayat (5) PP 27/ 1983);
4. Memberikan ijin kepada terdakwa melalui kepala RUTAN untuk meninggalkan RUTAN sementara waktu (Pasal 19 ayat (8) PP 27/ 1983);
5. Memberikan ijin berkunjung bagi keluarga terdakwa
Hubungan antara Kejaksaan
dengan LP
Mengirimkan tembusan berita acara putusan pengadilan kepada kepala LAPAS (Pasal 278 KUHAP).
Khusus untuk jenis pidana mati, kejaksaan
merupakan pihak yang melakukan eksekusi namun dalam pelaksanaannya kejaksaan dibantu oleh regu tembak dari satuan BRIMOB.
Hubungan antara Kejaksaan
dengan RUPBASAN
1. Menyampaikan surat penyerahan yang sah kepada kepala RUPBASAN (Pasal 27 ayat (4) PP 27/ 1983); 2. Menyampaikan surat permintaan penggunaan
benda sitaan untuk keperluan penuntutan (Pasal 28 ayat (1) PP 27/ 1983);
Daftar Bacaan
1. Marwan Effendy, Kejaksaan RI: Kedudukan dan Fungsinya dari Perspektif Hukum, 2005;
2. Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Mengenal Lembaga Kejaksaan di Indonesia, 1987
3. KUHAP;