Sejarah POLRI
Istilah polisi berasal dari kata Politea yang berarti negara kota. Pada zaman Yunani kuno manusia
hidup secara berkelompok, kelompok tersebut
kemudian membentukan suatu himpunan, himpunan dari kelompok ini menjadi sebuah kota (polis).
Agar kehidupan masyarakat di kota tersebut dapat tertata, maka dibuatlah norma,
norma-norma tersebut ditegakkan melalui suatu kekuatan, kekuatan inilah yang disebut dengan kepolisian.
Sejarah POLRI (lanjutan)
Pada tanggal 21 agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai pasukan Polisi
Republik Indonesia dipimpin oleh inspektur kelas I (Letnan Satu) polisi Mochammad Jassin di Surabaya.
Sejak tanggal 1 April 1999, melalui Instruksi Presiden nomor 2 tahun 1999 tentang Langkah-Langkah Kebijakan Dalam
Rangka Pemisahan Kepolisian Negara Republik Indonesia dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, disusun rencana
Sejarah POLRI (lanjutan)
Pemisahan Polri dari TNI disahkan melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) nomor VI/
MPR/ 2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. TAP MPR
tersebut dilanjutkan dengan TAP MPR nomor VII/ MPR/ 2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Polri menjadi lembaga yang mandiri, tidak berada dalam subordinasi ABRI, melainkan sebagai lembaga non
Tugas utama POLRI
Tugas utama Polri adalah untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat yang diwujudkan dengan penegakan hukum dengan menitikberatkan pada
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Penegakan hukum tidak dilakukan dengan cara yang semena-mena, melakukan penindasan terhadap
masyarakat, akan tetapi dengan cara pelayanan kepada masyarakat.
Tugas utama POLRI (lanjutan)
Kepolisian adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya kemanan dalam negeri.
Hubungan antara POLRI dengan
komponen lain dalam SPP Indonesia
Sebagai satu kesatuan dalam sistem peradilan pidana Indonesia, POLRI berkaitan dengan
lembaga-lembaga lain diantaranya adalah
Kejaksaan, Kehakiman, Advokat, RUTAN (Rumah Tahanan) bahkan dengan lembaga RUPBASAN
Hubungan POLRI dan Kejaksaan
1. Terkait dengan SPDP (Pasal 109 ayat (1) KUHAP);
2. Permohonan Perpanjangan Penahanan (Pasal 24 ayat (2) KUHAP);
3. Pemberitahuan dihentikannya penyidikan (Pasal 109 ayat (2) KUHAP);
4. Prapenuntutan (Pasal 110 ayat (1) KUHAP); 5. Pelimpahan perkara (Pasal 110 KUHAP);
Hubungan antara POLRI dan
Pengadilan
1.
Permohonan perpanjangan penahanan
(Pasal 29 KUHAP);
2.
Permohonan ijin penggeledahan rumah
(Pasal 33 KUHAP);
3.
Permohonan ijin penyitaan (Pasal 38
KUHAP);
Hubungan antara POLRI dan
Advokat
1. Peringatan atas penyalahgunaan wewenang advokat dalam pembicaraan dengan
tersangka (Pasal 70 ayat (2) KUHAP);
2. Mengawasi pembicaraan advokat dengan tersangka jika peringatan tidak dihiraukan (Pasal 70 ayat (3) KUHAP);
3. Mengikuti pembicaraan tersangka dengan
Hubungan antara POLRI dan
RUTAN
1. Menyampaikan surat penahanan tersangka (Pasal 19 ayat (4) PP 27/ 1983);
2. Menerima tembusan dari kepala RUTAN berkaitan dengan daftar tahanan tiap bulan (Pasal 19 ayat (5) PP 27/ 1983); 3. Menerima pemberitahuan dari kepala RUTAN terkait masa
penahanan tersangka (Pasal 19 ayat (5) PP 27/ 1983); 4. Memberikan ijin kepada tersangka melalui kepala RUTAN
untuk meninggalkan RUTAN sementara waktu (Pasal 19 ayat (8) PP 27/ 1983);
Hubungan antara POLRI dan
RUPBASAN
1. Menyampaikan surat penyerahan yang sah kepada kepala RUPBASAN (Pasal 27 ayat (4) PP 27/ 1983);
2. Menyampaikan surat permintaan penggunaan benda sitaan untuk keperluan penyidikan
(Pasal 28 ayat (1) PP 27/ 1983);
Daftar Bacaan
1. Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, 2004
2. KUHAP;