• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA MASALAH HUKUM SEPUTAR HAK MILIK INTELEKTUAL DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BEBERAPA MASALAH HUKUM SEPUTAR HAK MILIK INTELEKTUAL DI INDONESIA"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA MASALAH HUKUM SEPUTAR

HAK MILIK INTELEKTUAL DI INDONESIA

Oleh:

H. Syafrinaldi,Prof., Dr., MCL., SH Guru Besar Dalam Bidang Hukum Milik Intelektual Pada Fakultas Hukum dan Direktur Program Pascasarjana

UIR.

Abstract

The intellectual property rights has become a world wide issue and core products in the development of economy and prosperity of human being in the world. It is a powerful tool of economic development in the era of globalization. Since the acceptance of TRIPS Agreement in 1994 the member State shall take the responsibility so as to enact the laws which must be in compliance with the TRIPS Agreement. The law should be administered by the state on the basis of equality before the law. The legal enforcement should be focused to achieve the economic growth and legal certainty.

(2)

PENDAHULUAN itu berasal dari negara-negara barat (Eropa dan Amerika khususnya) yang kemudian ditularkan ke negara-negara lain di seantero jagad raya melalui dunia perdagangan, seni budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. dunia ketiga tidak dapat menghindar dari globalisasi1. Arus masuk berupa ilmu pengetahuan dan teknologi ke negara Indonesia bukanlah

(3)

menimbulkan kerugian moril penyelesaian secara tepat dan berkepastian hukum. Tulisan ini mencoba untuk menelaah persoalan hukum yang terjadi dibidang hak milik intelektual di tengah-tengah kehidupan yang ampuh untuk mendorong

pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi suatu bangsa (a powerful tool for economic development)4. Data menunjukkan bahwa umumnya ekspor negara-negara berkembang dalam bentuk dasil-hasil dan kekayaan alam tidak dapat dibanggakan lagi. Kemerosotan prosentase ekspor tersebut mencapai 70% pada tahun 1990 turun hingga 20%

pada akhir abad ke 205. Data tersebut menunjukkan bahwasumber kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu bangsa pada kenyataannya tidak dapat membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Tetapi, dengan mengandalkan hak milik intelektual banyak sudah negara-negara menjadi negara sejahtera (welfare state). Karya intelektual manusia merupakan potensi ekonomi yang tidak habis-habisnya dan akan terus mengalami perkembangan dan kemajuan.

Karya intelektual mengandung nilai ekonomi dan moral yang sangat tinggi nilainya. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap hak milik intelektual harus dilaksanakan secara maksima,

karena

pelanggaran-pelanggaran terhadap tidak hanya menimbulkan kerugian bagi pencipta tetapi juga masyarakat luas dan negara.

(4)

Teknologi tidak lahir dengan sendirinya, seperti halnya manusia yang lahir dari kandungan ibunya. Sebuah teknologi dihasilkan karena adanya daya kreasi inteleketual manusia yang diwujudkan sederhana maupun high tech, merupakan hasil invensi manusia yang dipatenkan dan dengan demikian dilindungi oleh hukum, baik hukum internasional maupun hukup nasional suatu negara. Dalam memberikan perlindungan tersebut hukum tidak hanya melindungi hak moral saja tetapi juga hakekonomi atau hak komersial (commercial right)6yang besar jumlahnya.

Menurut pengertian ini dapat dikatakan bahwa hukum memainkan peran penting dan

menentukan dalam

pembangunan ekonomi suatu masyarakat baik lokal, nasional maupun internasional. Apalagi

di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hukum tidak hanya dirasakan oleh masyarakat awam dan si pencari keadilan dalam berpekara di pengadilan saja, tetapi pelaku bisnis, ekonom, petani dan teknokrat juga membutuhkan hukum yang tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan dalam bidang dan profesinya masing-masing. Apabila hukum diterapkan berdasarkan prinsip equality before the law, maka keadilan itu akan dapat menyentuh masyarakat luas, tidak hanya segelintir orang saja. Dan dengan demikian kepastian hukum (legal

certainty) akan dapat

diwujudkan dan dirasakan oleh masyarakat.

PERMASALAHAN HAK MILIK INTELEKTUAL DI INDONESIA

(5)

keseluruhan. Artinya, suatu ketentuan hukum yang baru diberlakukan harus dilakukan oleh pemerintah agar supaya ketentuan hukum tersebut dapat diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat luas dan semua pihak. Idealnya diseminasi tersebut sudah harus dimulai pada saat rancangan undang-undang tersebut dibicaakan di parlemen.

Berkenaan denganhak milik intelektual di Indonesia, ketentuan hukum yang tata letak sirkuit terpadu

7 dengan baik dan menyeluruh. Hal ini merupakan salah satu titik lemah dari pelaksanaan hukum dalam bidang hak kekayaan intelektual di Indonesia. Masih sangat banyak pelaku bisnis menengah ke bawah yang belum memahami dengan baik tentang hak milik pada tingkat pusat maupun daerah, dalam bidang hak milik intelektual. Kondisi ini ditambah lagi dengan kurangnya alokasi dana untuk kegiatan diseminasi hak milik intelektual baik utnuk dirasakan sangat kurang sekali. Disamping itu yang lebih tragis lagi adalah para akademisi baik pada tingkat sekolah menengah

13

(6)

umum maupun pendidikan tinggi masih banyak yang belum memahami hak milik intektual dengan baik. Padahal, kampus merupakan salah satu sumber yang sangat potensial dalam mencetuskan ide-ide suatu penelitian sebagai cikal bakal lahirnya invensi. Ini merupakan salah satu tahapan untuk menghasilkan suatu teknologi baru yang termasuk dalam ruang lingkup paten.

(7)

satu sebab kenapa Indonesia dimasukkan ke dalam daftar “watchlist country” oleh Amerika Serikat, disamping jumlah paten domestik yang masih kurang dari 10%.

Di mata internasioanl Indonesia telah mendapat predikat sebagai bangsa pembajak karya cipta milik orang lain dan bangsa lain. enforcement ini sudah barang tentu akan sangat berpengaruh trerhadap minat investor utnuk mau menanamkan modalnya di tanah air. Karena lemahnya oenegakkan hukum memiliki korelasi yang secara langsung terhadap tingkat kepastian hukum. Hukum harus diajdikan sebagai alat pembangunan ekonomi untuk mencapai cita-cita negara sejahtera (welfare state16).

16

Untuk melihat hubungan hukum dan ekonomi dalam bidang hak milik intelektual, lihat Tanya Aplin dan Jennifer Davis,Intellectual Property Law: Text, Cases and Materials, Oxford University Press, New York,

(8)
(9)

Rights Agreement

pengetahuan dan teknologi di tanah air. Berbagai kegiatan riset oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, sert apihak swasta tidak berorientasi pada perolehan paten. Tabel berikut ini memperlihatkan jumlah paten dan paten sederhana di Indonesia sejak tahun 1992 hingga 2010.

Tabel 1 : Jumlah Paten di Indonesia

Tahun

1992-2000 76 5.979 171 242 6286

2001 9 1.325 40 24 1.398

2002 21 2.471 51 14 2.557

2003 16 2.828 61 6 2.911

2004 33 2.610 78 21 2.742

2005 24 1.634 60 13 1.731

2006 33 1.728 61 12 1.834

2007 70 1.741 79 20 1.910

2008 219 1.944 69 204 2.436

2009 202 2.282 81 25 2.490

2010 115 2.278 74 10 2.477

TOTAL 616 24.356 744 566 26.282

(10)
(11)

HAKMILIK

INTELEKTUAL DI

NEGARA-NEGARA ASEAN Dibandingkan dengan negara-negara di kawasan lain seperti Eropa, dan Amerika, negara-negara ASEAN pada umumnya tertinggal dalam bidang hak kekayaan intelektual. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia merupakan negara yang kecil jumlah patennya.

Sejak disetujuinya Perjanjian mengenai Hak Kekayaan Intelektual oleh negara-negara ASEAN pada tahun 1995 di Bangkok17, hingga tahun 2004 ini belum terlihat langkah maju

17

Lihat Syafrinaldi,Kesepakatan ASEAN 1995 Dan Hak Milik

(12)
(13)

yang konkrit yang ditunjukkan ASEAN yang sangat berbeda satu sama lainnya.

Krisis ekonomi dan politik yang melanda beberapa negara ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand pada akhir tahun 1997 merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sulit terlaksananya isi perjanjian hak kekayaan intelektual tersebut. Indonesia juga misalnya, hingga kini krisis yang telah berlangsung sejak akhir1997 tersebut semakin melilit kehidupan bangsa dan negara baik dalam bidang ekonomi dan moneter, politik, budaya dan moral.

Kerjasama ASEAN yang ditandatangani di Bangkok tanggal 15 Desember

(14)
(15)

berbagai karya intelektual manusia.

Persoalan supremasi hukum (rule of law) dan penegakkan hak asasi manusia (human rights) harus menjadi political will pemerintah untuk menempuh dan menjelang era baru dalam berbangsa dan bernegara. Penegakkan hukum harus dilaksanakan secara maksimal dan konsekuen.

Kerjasama regional antar bangsa-bangsa di ASEAN dalam bidang hak kekayaan intelektual harus terus ditingkatkan. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang di antara Negara-negara ASEAN harus dijadikan modal dan perekat untuk memajukan perekonomian regional di Asia Tenggara.

(16)

Warner Menski,Comperative Law in a Global Context, Scond Edition Cambridge University Press, Cambridge, 2006, hal.3

Syafrinaldi, Hukum, Hak Milik Intelektual dan Pembangunan, UIR Press, 2003, hal.1 dstnya. 4 Lihat Syafrinaldi, Sistem Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Makalah disampaikan pada 5. Lihat National Knowledge Resources Matter, dalam Message of Director General of WIPO; lebih

jauh lihat

www.wipo.int/about.wipo

Penataran Dosen-Dosen Kopertis Wilayah X di Padang pada tanggal 22 dan 23 Juni 2004 di Padang. 6. Hak ini juga dengan economic rights atau immaterielles recht, lihat Syafrinaldi, Der Schutz des

geistigen Eigentums in der Verfassung der Bundesrepublik Deutschland un der Rechtsordnung der Republik Indonesien, Disertasi Doktor pada Universitaet der Bundeswehr

---,Hukum, Hak Milik Intelektual Dan Pembangunan, UIR Press, 2003.

---,Der Schutz des geistigen Eigentums in der Verfassung der Bundesrepublik Deutschland und der Rechtsordnung der Republik Indonesien, Muenchen, Germany, Juni 2000.

---,Kesepakatan ASEAN 1995 Dan Hak Milik Intelektual, Mahkamah, April 2003

(17)

Tanya Aplin dan Jennifer Davis,Intellectual Property Law: Text, Cases And Materials, Oxford University Press, New York, 2009.

Werner Menski, Comperative Law in a Global Context, Scond Edition, Cambridge University Press, Cambridge, 2006.

EFEKTIVITAS PEMILUKADA LANGSUNG

TERHADAP KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

YANG EFEKTIF*

Oleh : Chaidir.,M.M., drh

Dosen Luar Biasa Fisipol-Universitas Islam Riau, Serta Praktisi Pemerintahan di Riau

Abstract

(18)

Keywords :Direct Local Elections, Democration.

DINAMIKA PEMILUKADA

Pada prakteknya, Pemilukada langsung yang sebenarnya merupakan implementasi demokrasi partisipatoris, menimbulkan banyak ekses. Nilai-nilai objektivitas keterbukaan, kebebasan, kesetaraan, persaudaraan, keadilan dan kejujuran yang menjadi nilai-nilai dasar demokrasi, dan menjadi parameter keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan yang diwujudkan melalui azas-azas langsung: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil masih belum keluar dari wilayah formalitas dan prosedural.

Pencalonan dalam pemilukada langsung tetap saja ditentukan oleh pengurus pusat partai politik. Pengurus partai politik tingkat daerah tidak memiliki otonomi dalam penentuan calon. Di samping itu, banyak pemilukada langsung berakhir dengan konflik bahkan juga tindak kekerasan dianatara para pendukung. Rakyat pemilih di tingkat lokal belum siap dan belum dewasa menerima jika calonnya kalah. Fragmentasi di tengah masyarakat merupakan ekses yang tak terhindarkan. Praktek money politics berlangsung secara kasat mata. Kepentingan sempit dan penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan APBD, pengerahan birokrasi secara berlebihan, ujungnya adalah korupsi dan implikasinya adalah menurunnya kualitas dan efektivitas kebijakan publik yang dampaknya jauh lebih luas dan lebih besar daripada nilai uang imbalan tadi. Praktek money politics dan penggunaan kekuasaan secara berlebihan telah merusak moral masyarakat.

(19)

Apung Widadi (peneliti Divisi Korupsi Politik ICW), menyebut “Konsekuensi pemilukada yang korup hanya menghasilkan pemimpin yang korup. Beberapa kepala daerah adalah anak dan istri.” (Tribun Pekanbaru, 21 Des 2010 hal 12).

“Contohnya di Jepara, Kudus dan Pantura, ada pengusaha besar yang meminjamkan dan pinjaman Rp 10 Miliar. Kalau menang pinjaman dibayar Rp 20 Miliar, tapi kalau kalah cukup Rp 5 Miliar. Uang tidak diberikan gelontoran ke calon, tapi ada broker yang mengelolanya untuk serangan fajar. “Beberapa hasil penelitian Apung Widadi dikutip oleh Tribun Pekanbaru, 21 Des 2010 sebagai berikut:

- Dari 244 Pemilukada langsung pada 2010, terjadi 1.517 modus pelanggaran yang terindikasi korupsi.

- Modus yang dilakukan calon adalah berupa pembagian uang secara langsung, sembako, hand tractor, kain/jilbab. Tabung gas, tanah urug, payung, pupuk, perbaikan jalan. - Penyalahgunaan fasilitas jabatan, terbanyak kasus

pelibatan jabatan dan KPUD disusul penggunaan program populis APBD-APBN.

Adanya 1.517 pelanggaran tersebut membuktikan bahwa penyelenggara belum bekerja baik. Sementara itu, gugatan hasil pemilukada ke MK tentang pelanggaran pemilukada justru banyak yang ditolak.

(20)

Koran Tribun Pekanbaru 21 Desember juga mengungkapkan betapa lemahnya regulasi pemilukada. Ketika walikota atau bupati tidak bisa lagi mencalonkan diri karena sudah dua periode, sesuai dengan UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka instrinyalah yang mencalonkan diri. Sri Suryawidati (Ida), istri Bupati Bantul DIY, Idham Samawi; Titik, istri Bupati Sukoharjo, Jawa Tengah, Bambang Riyanto; dan Widya Kandi Susanti, istri Hendy Boedoro, Bupati Kendal, Jateng, dan lain-lain. Diberitakan juga, 10 kepala daerah yang terlibat korupsi tetap dilantik.

- Bupati Rembang Mochamad Salim - Bupati Kep Aru Theddy Tengko - Bupati Lampung Timur Satono - Wabup Bangka Selatan Jamro H Jalil - Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin - Walikota Blitar Samanhudi Anwar - Bupati Jember Djalal

- Bupati Boven Digul Yusak Yaluwo - Walikota Tumohon Jeferson Rumanjar

Diungkapkan juga, sepanjang 2010, ada sembilan calon bupati menang karena mendompleng anggota keluarganya yang juga pernah dan tengah menjabat kepala daerah.

- Bupati Kendal Widya Kandi Susanti (istri mantan Bupati/koruptor)

- Bupati Kukar Rita Widyasari (anak mantan Bupati Syaukani HR)

- Bupati Lampung Selatan Ryeko Menoza (anak gubernur) - Bupati Tabanan Bali Ni Putu Eka Waryasakti (anak

bupati)

- Bupati Kediri Haryanti Sutrisno (istri bupati) - Walikota Cilegon Imam Ariyadi (anak walikota)

- Bupati Bantul DIY Sri Suryawidati (istri bupati sebelumnya)

(21)

- Bupati Pesawangan Lampung Aries Sandi Dharma Putra (anak bupati Tulang Bawang).

Ada pula modus lain yang lucu dan “konyol” yaitu bertukar jabatan. Kepala daerah incumbent memilih “turun takhta” ke posisi wakil agar bisa “naik ring” lagi. Misalnya apa yang dilakukan Walikota Surabaya Bambang DH turun menjadi wakil walikota. Di Jembrana, Bali, Bupati Gede Winasa yang sudah menjabat dua periode dikabarkan akan menduduki wakil bupati mendampingi anaknya, Patriana Krisna.

(22)

Carut marut politik dinasti di pemilukada langsung semakin menggelikan. Contoh mutakhir adalah kasus di Bone Bolango, Gorontalo, Bupati Ismet Mile (incumbent) yang bertarung kembali untuk periode kedua justru ditantang istri pertamanya, Ruwaida Mile. Pertarungan ini terpicu persoalan dalam rumah tangga.

Paradigma politik dinasti dalam jagad perpolitikan di daerah menunjukkan kaderisasi parpol telah gagal. Yang paling memprihatinkan, tujuan awal demokratisasi telah melenceng. Sebab demokrasi dimaksudkan adanya pembagian kekuasaan dan kekuasaan tidak di tangan satu orang atau satu keluarga. Dengan demikian kekuasaan tidak disalahgunakan. Namun sekarang ini apa yang terjadi? Mari kita lihat sekelumit peristiwa sejarah.

Di abad 18 ada dua revolusi besar yang terjadi berdekatan waktu, yaitu Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Perancis (1789). Revolusi Amerika, berkat kesadaran kolektif dan komitmen yang kuat dari para elit bangsa untuk segera meletakkan sendi-sendi dasar negara, menghasilkan suatu demokrasi muda yang penuh vitalitas. Revolusi Perancis, karena para elitnya hanyut dalam euforia revolusi, memberi Perancis Napoleon Bonaparte.

Kalau politik dinasti terus terjadi, maka cepat atau lambat di setiap daerah negeri ini akan muncul dinasti-dinasti kecil pemegang kekuasaan absolut yang dibungkus oleh demokrasi. Dan kalau hal ini benar-benar terjadi maka sungguh cukup memprihatinkan karena cita-cita padafounding father bangsa dan negara ini seperti terukir dalam Pembukaan UUD ’45 tidak akan tercapai, yaitu negara yang adil dan makmur.

(23)

beralasan bahwa pemilukada langsung lebih banyak mudharat (kekurangannya) daripada manfaatnya. Menurut Hasyim, Pilkada langsung justru menumbuhkan konflik, persaingan tidak sehat, tumbuhnya broker-broker amatiran, serta ganasnyamoney politics (politik uang) di kalangan masyaraka tluas. Selain menimbulkan konflik horizontal antar apendukung di daerah, pemilukada langsung juga hanya menghamburkan uang. Ratusan milyar rupiah harus dihabiskan dalam satu kali pemilihan gubernur secara langsung. Seperti contoh pemilukada langsung Jawa Barat menghabiskan dana 400 Milyar rupiah, pemilukada langsung Jawa Tengaj 480 Milyar rupaiah, dan Jawa Timur 425 milyar rupiah.

MAL-FUNGSI DEMOKRASI

Banyaknya pelanggaran, money politics, politik dinasti, disebabkan karena realitas politk menunjukkan bahwa sebagian besar partai politk tidak menjalankan fungsinya secara optimal. Partai politik masih menerapkan paragmatisme politik semata ketimbang mengimplementasikan fungsi-fungsi yang dimilikinya, uji terakhir dari suatu sistem politik, termasuk demokrasi, adalah apakah ia dapat memberikan manfaat berupa peningkatan kesejahteraan dan keadilan pada rakyat. Demokrasi yang disfungsional atau tidak berjalan, pasti tidak memberikan manfaat bagi rakyat dan sering diikuti oleh timbulnya delegitimasi atau hilangnya kepercayaan rakyat terhadap sistem itu.

(24)

fungsi-fungsi dari partai politik. Keempat, sebagian partai politik masih cenderung memiliki pemikiran politik yang kurang dewasa, terutama menempatkan pemilu sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan semata. Pemilu hanya dilihat sebagai alat untuk mendapatkan jatah kursi di legislatif.

Fenomena lain penyebab mal-fungsi demokrasi adalah politisasi yang berlebihan terhadap birokrat (PNS). Birokrasi harus tunduk kepada keputusan politik. Tetapi di dalam birokrasi itu sendiri prosesnya harusnya bersifat administratif, profesional, teknis dan obyektif. Birokrat tidak boleh main politik dalam melaksanakan tugansya. Dan sebaliknya, politisi jangan pula menyeret-nyeret birokrat ke kancah politik. Interaksi yang tidak sehat antara birokrasi dan politik mempunyai akibat sistemik yang serius, yaitu birokrasi yang berkinerja rendah dan korup. Apabila mesin penggerak utama pemerintahan tidak berjalan baik, kita tidak bisa mengharapkan pemerintahan dan sistem politik yang menghasilkan manfaat bagi rakyat.

Sebenarnya kita sudah berada di jalan yang benar, yakni di jalan demokrasi, kendati perjalanan ini begitu panjang dan beresiko. Risiko mendasar adalah bagaimana menjaga eksistensi dan keutuhan bangsa sepanjang perjalanan transformasi tersebut. Risiko kedua adalah tingkat kemakmuran ekonomi masih rendah dan ini bisa mendorong kegagalan demokrasi. Dan risiko ketiga adalah kegagalan kelompok pembaharu atau para intelektual, akademisi, dalam melakukan pencerahan. Kalau sampai hal ini terjadi, maka transformasi akan berhenti di tengah-tengah jalan atau berbelok arah.

(25)

Demokrasi semarak, tetapi ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang hilang itu adalah tidak adanya komitmen bersama yang solid untuk membuat sitem itu semakin mantap dan berlanjut. Kebanyakan ingin langsung bertarung di arena demokrasi, tapo sedikit yang menyisihkan waktu dan memberikan komitmen untuk menata sendi-sendi dasar demokrasi itu sendiri.

Namun demikian tidak semua pemilukada gagal, sekurang-kurangnya Anas Urbaningrum berpendapat, penyelenggaraan pemilukada langsung, memang ada kekurangan, tapi tidak bisa disebut salah semua. Pemilukada langsung di beberapa daerah menurut Anas banyak yang berjalan secara baik, damai dan tidak menghamburkan uang. Anas mengingatkan, adalah sangat terburu-buru untuk memvonis pemilukada langsung tidak efektif dan hanya menghambur-hamburkan uang. Perjuangan menegakkan demokrasi dan mengharapkan partisipasi politkk rakyat memang memerlukan biaya dan proses yang lama.

NILAI-NILAI DEMOKRASI

(26)

Sebenarnya, prinsip demokrasi telah terakomodasi dalam konstitusi NKRI. Almadudi menyebut, prinsip-prinsip demokrasi adalah:

 Kedaulatan rakyat;

 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;

 Kekuasaan mayoritas;

 Hak-hak minoritas;

 Jaminan hak asasi manusia;

 Pemilihan yanng bebas dan jujur;

 Persamaan di depan hukum;

 Proses hukum yang wajar;

 Pembatasan pemerintah secara konstitusional;

 Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;

 Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat.

Amien Rais menyebut, ada dua jenis politik, yakni politik kualitas tinggi (high politics) dan politik kualitas rendah (low politics). High politics ciri-cirinya, setiap jabatan politik hakikatnya merupakan amanah dari rakyat, yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Setiap jabatan politik mengandung pertanggungjawaban. Dan kegitan politik dikaitkan secara ketat dengan prinsip ukhuwah, yakni persamaan diantara umat manusia. Sedangkan low politics, menurut Amien Rais, pendekatannya selalu dalam perspektif Machiavelis. Dengan demikian politik ditandai dengan mengedepankan kekerasan dan penaklukan total atas musuh politik. Dalam menjalankan politik penguasa harus menjadi binatang buas. Demi tercapainya tujuan politik, segala cara dihalalkan.

(27)

semua sistem politik termasuk sistem demokrasi, cepat atau lambat akan menghadapi krisis, dan etika politik yang tertanam dengan kuatlah yang akan menolong negara-negara demokrasi melewati krisis tersebut. Dengan kata lain, Etika Politik adalah sarana yang diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis antar pelaku dan antar kekuatan sosial politik serta antar kelompok kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besar kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi dan golongan.

Namun demikian, pengertian politik sebagai usaha mencapai suatu masyarakat yang lebih baik, atau yang disebut Peter Merkl: “Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan (Politics, at its best is a noble quest for a good prder and justice)” – betapa samar-samar pun – tetap hadir sebagai latar belakang serta tujuan kegiatan politik.

Tidak dapat disangkal, dalam pelaksanaanya, kegiatan politi, di samping segi-segi yang baik, juga mencakup segi-segi yang negatif. Hal ini disebabkan karena politik mencerminkan tabiat manusia, baik nalurinya yang baik maupun nalurinya yang buruk. Perasaan manusia beraneka ragam sifatnya, seperti rasa cinta, benci, stia, bangga, malu, marah, sehingga kita seing berhadapan dengan hal-hal yang tak terpuji. Perter Merkl menyebut: “Politik dalam bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri (Politics at its worst is a selfish, grab for power, glory and riches)”. Singkatnya, dalam wajah yang paling buruk, politik adalah perebutan kuasa, takhta dan harta.

Peran serta masyarakat dalam politik bisa dilihat dari terciptanya masyarakat politik yang “Kritis Partisipatif” dengan ciri-ciri:

(28)

b. Adanya partisipasi rakyat dalam mendukung atau menolak suatu kebijakan politik;

c. Meningkatnya partisipasi rakyat dalam berbagai kegiatan organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok penekan.

KEPEMIMPINAN DAERAH YANG EFEKTIF

Peran kepala daerah sangat dominan dalam pembangunan daerah dan menunjukkan daerah pada umumnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kepala daerah dengan kepemimpinan pemerintahan yang efektif perlu ada ketentuan-ketentuan pemilukada langsung yang jelas dan tegas, tanpa mengabaikan aspek keadilan. Disamping aturan yang jelas dan tegas, praktek pemilukada sangat perlu mengedepankan keteladanan etika politik. Jika persyaratan dan aturan main yang longgar seperti sekarang tetap dipertahankan dikhawatirkan oada gilirannya daerah akan dipimpin oleh pemimpin yang memiliki popularitas namun miskin moralitas. Pemimpin daerah yang demikin tidak akan mampu mengelola pemerintahan secara efektif sehingga tujuan otonomi daerah hanya menjadi utopia belaka dan ujung-ujungnya rakyat juga yang menjadi korban.

Kepemimpinan Daerah itu seni. Berarti, bagaimana seorang pemimpin pemerintahan dengan keahliannya mampu menyelenggarakan pemerintahan daerah secara efektif, efisien dan indah. Seperti misalnya, bagaimana membuat keputusan yang berpengaruh dengan mengedepankan kehalusan budi bahasa dan retorika yang menggugah sehingga tujuan otonomi daerah tercapai secara berdayaguna dan berhasil guna.

Beberapa teori kesifatan kepemimpinan (Traits Theory) agakny aperlu disosialisasikan kepada seluruh stakeholder pemilukada, antara lain disebutkan:

1. Pengetahuan umum yang luas;

(29)

4. Kapasitas integratif;

5. Keterampilan berkomunikasi secara efektif; 6. Rasionalitas;

7. Objektivitas;

8. Kemampuan menentukan skala prioritas;

9. Kemampuan menentukan mana yang urgent dan mana yang penting;

10. Cohesiveness; 11. Keteladanan;

12. Pendengar yang baik; 13. Adaptabilitas;

14. Ketegasan; 15. Keberanian;

16. Orientasi masa depan; 17. Antisipatif.

Otonomi Daerah bukanlah tujuan, tapi instrumen yang harus dipergunakan secaea arif oleh Kepala Daerah melalui kepemimpinannya yang efektif dan efisien, menjunjung tinggi etika politik, bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap untuk mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral kebijaknnya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini, 2004: “Pemimoin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal itu?” Rajawali Press, Jakarta.

Siagian, Sondang P., 2003: “Teori dan Praktek Kepemimpinan”, Rineka Cipta, Jakarta.

(30)

Edwin A. Locke @ Associates 1997: “Esensi Kepemimpinan”, Rineka Cipta, Jakarta.

Syafi’ie, Inu Kencana, 2003: “Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia:, Refika Aditama, Bandung.

Alfian, M Alfan, 2009: “Menjadi Pemimpin Politik”, Gramedia, Jakarta.

Sutarto, 2006: “Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi”, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Winardi, 2000: “Kepemimpinan Dalam Manajemen”, Rineka Cipta, Jakarta

Rivai, Veithzal. 2003: “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, Edisi Kedua, Rajawali Press, Jakarta.

Sanusi, Ahmad, Sutikno, Sobry, 2009: “Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan”, Prospect, Bandung.

Safaria, Triantono, 2004: “Kepemimpinan”, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Kaloh, 2009: “Kepemimpinan Kepala Daerah”, Sinar Grafika, Jakarta.

Koto, Alaidin, 2009: “Islam, Indonesia dan Kepemimpinan Nasional”, Ciputat Press, Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin, 2008: “Retorika Modern Pendekatan Praktis”, Rosda, Bandung.

(31)

Analisis Suksesi Kepala Daerah

(Memilih Pemimpin Ideal atau Abnormal)

Oleh :

H. Rahyunir Rauf, M.Si., Drs. Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan,

(32)

Abstract

Post-Implementation of Regional Head Electioncauseof politicalpromisesthat are inconsistent withwhat has beenofferedbycandidates forelectedregional heads frequently. Commitmentsaredeliveredat the time ofelectioncampaignsare inapplicable frequently withits executionafteranelectedregional

headsarein office. Indonesia's political dark

sidelikethisoftencreatesa sense ofdeep disappointmentto society as awhole.

This local democraticpartyis likely tobeceremonial, glamorous, andlavish, should have beenoriented to thequality ofregional headswho will leadourregionin five years ahead, society musthaveskillin determiningtheir choicesso as notto be disaffection.

Along witha darkimage oflocalpolitics, the RiauProvinceinthe year 2011will holdlocal electionsin sevendistricts/cities, so the localpeopleshould reallychoosea qualified candidate for headregionsobjectively, so thatthe elected headregionisappropriate and proper forusto callwith the title"Regent or Mayor", andnot justsymbolicallyin the form ofsimplypinning the"eagle in the jengkol mark" intheir pocketsafariclothes.

Keywords :Regional Head Election Latar Belakang

(33)

“apa yang akan kita peroleh dengan Kepala daerah yang sudah didukung habis-habisan ?” dan siapa diantara kita yang akan duduk pada jabatan-jabatan yang strategis ? serta siapa orang-orang yang akan dibuang dari jabatan-jabatan tersebut ?

Gambaran di atas merupakan salah satu sisi gelap dari kehidupan politik lokal (daerah) di Indonesia pasca reformasi saat ini, kondisi ini tentu dapat menimbulkan pemerintahan daerah yang kurang kondusif, janji-janji politik kepada masyarakat selama masa kampanye secara berangsur-angsur mulai terlupa dan dilupakan oleh Kepala Daerah yang baru, karena pada umumnya Kepala Daerah yang baru terpilih akan cenderung melalui fase-fase sebagai berikut :

- Tahun Pertama, program perkenalan dengan seluruh masyarakat, dan internal lembaga pemerintah.

- Tahun Kedua, menyusun kebijakan dan program-program kegiatan yang akan dilaksanakan.

- Tahun Ketiga,melaksanakan program

- Tahun Keempat, mulai pasang kuda-kuda untuk melakukan persiapan menghadapi pemilihan Kepala daerah periode berikutnya, bahkan wakil KDH cenderung mulai ditinggalkan, dan bahkan tidak lagi difungsikan, karena wakil KDH cenderung juga maju sebagai KDH pada suksesi berikutnya, karena di Indonresia hanya 6 % KDH yang maju berpasangan kembali dengan Wakil KDH, sedangkan 93 % memilih “bercerai politik”.(Sadu Wasistiono;2010)

- Tahun Kelima, sudah sibuk dengan kegiatan sosialiasi sebagai calon incumbent dengan kedok “kunjungan lapangan, safari ramadhan, pemberian bantuan, dan bentuk-bentuk kampanye terselubung lainnya. Sehingga berakibat kurang dan bahkan cenderung tidak lagi memikirkan program-program pemerintahan daerah secara utuh.

(34)

atau tidak suka, mau atau tidak mau harus sudah kita tinggalkan untuk mengahadapi masa depan kehidupan masyarakat daerah yang lebih jauh lebih baik, Sadu Wasistiono (2003:120-121) menyatakan bahwa : Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dalam praktek ternyata menimbulkan berbagai masalah baru yang cukup berat bagi kemajuan bangsa. Beberapa diantaranya :

- Terjadi politik uang di dalam proses pemilihan kepala daerah,

- Mengutamakan aspek dukungan politik (akseptabilitias), seringkali mengabaikan aspekkapabilitas,

- Lebih berorientasi ke atas dan mengejar jabatan bukan keahlian,

- Kurang legawa menerima kekalahan, sehinga dapat menganggu stabilitas pemerintahan.

Kedepan kita hendaknya tidak lagi terjerumus kepada maraknya pesta demokrasi lokal ini yang cenderung bersifat serimonial, glamour, dan hura-hura, tapi harus sudah berorientasi pada kualitas kepala daerah yang akan memimpin daerah kita ini lima tahun ke depan, jangan sampai kita dan masyarakat daerah kecewa dua kali, hanya karena persoalan “apa yang didapat pada saat pemilihan umum kepala daerah”, apakah uang, bingkisan, baju, jaket, rompi, topi, bantuan pembangunan, janji-janji manis, atau sekardus indomie?

Seiring dengan gambaran politik local yang kelam tersebut, maka Provinsi Riau dalam tahun 2011 ini akan mengadakan pemilihan kepala daerah di tujuh kabupaten/kota, oleh karena itu masyarakat daerah harus benar-benar memilih calon kepala daerah yang berkualitas secara objektif, sehingga calon kepala daerah tersebut memang pantas dan patut untuk kita panggil dengan sebutan “Bupati atau Walikota”, dan bukan hanya simbolis dalam bentuk sekedar menyematkan “tanda jengkol bergambar burung garuda” disaku baju safari mereka.

(35)

karena di dalamnya memiliki filosofis, semangat dan tanggungjawab yang besar terhadap masyarakat, pemerintah dan Negara Republik Indonesia.

Oleh karena itu sudah saatnya kita semua komponen masyarakat daerah untuk berupaya sesegera mungkin merubah pola pikir dalam pesta demokrasi rakyat daerah tersebut kalau kita menginginkan kehidupan yang lebih pada masa yang akan datang, ataukah kita akan terus terjerumus dalam lembaran sejarah politik lokal yang hitam, kelam dan nista ini ?

Pembahasan

Dalam Sistem Pemerintahan Daerah model Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ini, memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat daerah untuk memilih Kepala Daerah sebagai pemimpin daerahnya sendiri. Sebagai suatu lembaga pemerintahan maka seorang kepala daerah dalam hal ini Bupati/Walikota pada hakekatnya memiliki dua fungsi dan tanggungjawab sekaligus, yakni sebagai pimpinan organisasi (Kepala pemerintahan daerah) dan pemimpin sosial (sebagai pemimpin masyarakat daerah), sehingga seorang kepala daerah sebagai pemimpin lembaga pemerintahan tidak sama dengan pimpinan organisasi-organisasi lainnya yang hanya sebagai kepala dari organisasi tersebut.

(36)

Sebagai pemimpin organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi pemerintah tentu membutuhkan orang-orang atau figure-figur yang memahami betul tentang masalah-masalah pemerintahan, karena masalah utama dalam penyelenggaraan pemerintahan pada saat ini adalah “bagaimana cara mengerjakannya? seperti yang dinyatakan oleh David Orborne dan Teed Gaebler (1992) bahwa : masalah utama yang dihadapi pemerintah dewasa ini bukan terletak pada “apa yang dikerjakan”melainkan “bagaimana cara mengerjakannya”.

Kalau “apa yang akan dikerjakan” pada saat ini secara realita sudah cukup jelas dan nyata, karena sudah diatur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Strategis (Renstra), dan Rencana Kerja Tahunan, sehingga siapa saja bisa mengerjakannya. Sedangkan bagaimana cara mengerjakannya tentu tidak semua orang bisa mengelolanya, tentu membutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan manajemen pemerintahan yang cukup, apalagi mengingat daerah-daerah yang ada di Provinsi Riau ini memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah untuk dikelola dengan maksimal dan sumber daya manusia yang cukup potensial, sehingga daerah-daerah di Provinsi Riau ini tidak lagi menjadi daerah-daerah-daerah-daerah yang tertinggal atau terkebelakang dibandingkan daerah-daerah lainnya, seperti sering terngiang di telinga kita dengan semboyan “Riau merupakan daerah kaya tapi miskin”

Seorang ahli manajemen pemerintahan Peter F. Drucker (1999) menyebutkan bahwa: “Tidak ada negara terkebelakang (Underdeveloped Country)yang ada adalah negara tidak dikelola dengan baik (Undermanaged Country).” Oleh karena itu Indonesia pada dasarnya bukanlah negara terkebelakang seperti yang sering dengar selama ini, akan tetapi negara yang belum dikelola dengan baik.

(37)

tapi realitanya masih banyak daerah-daerah di Riau yang masih tertinggal, sehingga yang keliru tentu cara mengerjakan atau mengelola sumber daya alam yang dimiliki.

Oleh karena itu sebagai pimpinan organisasi pemerintahan ke depan sudah saatnya kita untuk mengedepankan intelektual pemimpin sebagai indikator utama dalam menetapkan pilihan, agar sumber daya alam yang dimiliki tersebut dapat di kelola dengan maksimal dan dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat daerah, seperti yang dinyatakan Sadu Wasistiono (2003) bahwa: Kemajuan suatu daerah tidak hanya tergantung pada modal uang (Money Capital) saja, melainkan perpaduan dengan Modal intelektual (intellectual Capital) dan Modal Sosial (Social Capital).

Secara konsep seorang Kepala Daerah tidak hanya sebagai pimpinan organisasi (pimpinan pemerintah daerah) akan tetapi juga sebagai pimpinan sosial atau pimpinan masyarakat daerah, sehingga dalam bahasa sederhana dapat disebut sebagai orang yang dituakan di daerah yang bersangkutan (bapak dari masyarakat).

Dalam kapasitas sebagai pimpinan sosial seorang kepala daerah tentu harus memihak dan bertanggungjawab dengan seluruh masyarakat di daerahnya, seperti masalah keamanan, ketentraman, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat, bukan memihak kepada kepentingan pribadi, kelompok, atau partai politik yang mengusungnya sebagai calon kepala daerah.

(38)

Bahkan lebih jauh lagi banyak kebijakan-kebijakan yang diambil dengan pertimbangan emosional melalui pamer kekuatan, menonjolkan individualisme, mengiklankan diri, memasang foto-foto disetiap persimpangan jalan, seperti dinyatakan oleh Kartini Kartono (1982) bahwa ; dalam masyarakat moderen yang banyak menonjolkan individualisme sekarang banyak terdapat orang yang sangat ambisius, bahkan paling ambisius untuk muncul menjadi pemimpin demi interest-interest pribadi. Orang teramat suka menonjolkan dan mengiklkankan diri, yang dengan segala upaya licik ingin menjabat kursi kepemimpinan, biasanya adalah tipe orang yang sakit atau abnormal. Maka dapat dinyatakan, bahwa banyaknya pemimpin abnormal (yang korup, patologis, egoistis, tidak bertanggungjawab, kriminil, sadis, dan lain-lain) itu jelas mencerminkan adanya masyarakat yang sakit. Dengan kata lain, masyarakat sakit akan memprodusir pemimpin-pemimpin yang sakit atau abnormal pula. dan sebaliknya pemimpin-pemimpin yang sakit atau abnormal akan memunculkan masyarakat yang sakit, yang dipenuhi banyak konflik, disorganisasi, dan disfungsi sosial.

Pada masa mendatang tentu kita tidak ingin lagi melihat adanya masyarakat dan pemimpin yang sakit atau abnormal, salah satu indikator kuncinya adalah kemampuan kita dalam memilih kepala daerah yang dalam hal ini adalah Bupati dan Walikota yang pada tahun 2011 akan dilaksanakan pada tujuh kabupaten/kota di Provinsi Riau.

Dengan kapasitas sebagai pemimpin sosial, seorang kepala daerah membutuhkan kemampuan berkomunikasi dan mengakomodir kepentingan masyarakat dengan rasa tanggungjawab yang besar, untuk itu kepedepan sebagai pemimpin sosial kita membutuhkan Bupati/Walikota yang ;

- demokratis dalam mengambil keputusan - mementingkan kepentingan masyarakat

(39)

- memiliki track record kemampuan dan perilaku yang baik (Kapabelitas)

- dapat diterima oleh seluruh kelompok masyarakat (Akseptabilitas)

- memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap daerahnya dan masyarakatnya.

- Bersih diri dari bau-bau korupsi (bukan koruptor)

Disamping hal di atas, karena Bupati/Walikota merupakan pemimpin yang berada di wilayah negara Indonesia, maka kita tentu masih ingat dengan falsafah kepemimpinan di Indonesia yakni ;

- Hing ngarsa sung tulada(di depan memberikan teladan) - Hing Madya Mangun Karsa (ditengah membangun

motivasi)

- Tut Wuri Handayani(dibelakang memberikan kekuatan)

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tipe ideal Bupati dan Walikota kedepan adalah;

- Sebagai pimpinan organisasi (Kepala Pemerintahan), seorang Bupati/Walikota harus memiliki; pemahaman dan kemampuan dibidang pemerintahan, memiliki kemampuan intelektual yang memadai, dan memiliki kemampuan manajerial yang baik.

- Sebagai Pimpinan sosial (pemimpin masyarakat) seorang Bupati/Walikota harus memiliki; kemampuan pengambilan keputusan secara demokratis, mementingkan kepentingan masyarakat, Kapabelitas, Kompabilitas, Aksepbilitas, dan memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap daerah dan masyarakatnya, serta bersih diri dari bau-bau korupsi (bukan koruptor)

(40)

Hing ngarsa sung tulada, Hing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.

Apabila seorang kepala daerah memiliki dan menjalankan hal-hal di atas, maka baru layak rasanya kita memanggil kepala daerah tersebut dengan istilah Bupati/Walikota, kalau tidak maka kita akan dipimpin oleh pemimpin Abnormal. Selamat memilih saudara-saudaraku! memilih “pemimpin ideal” atau memilih “pemimpin abnormal”.

DAFTAR PUSTAKA

Drucker Peter, F, Management Chalenged for the 21 Th Century, 1999.

Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Rajawali Pers, Jakarta, 1991.

Osborne, D. and Tedd Gaebler, Reinventing Government: How the Entrepreneurial spirit is transforming the public sector. Reading, MA,; Addison-Wesley, 1992.

Rauf, Rahyunir, Pemerintahan Daerah (Lokal), Materi Perkuliahan Pascasarjana Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau, 2010.

Wasistiono, Sadu, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan, Fokusmedia, Bandung, 2003.

______________, Pemerintahan Daerah (Lokal), Materi Perkuliahan Pascasarjana Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau, 2010, Pekanbaru.

(41)

ANALISIS TINJAUAN PERBANDINGAN

AKUNTANSI PERPAJAKAN

DENGANAKUNTANSI KOMERSIAL DALAM

PELAPORAN SURAT

PEMBERITAHUANTAHUNAN PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU

SENAPELAN

Oleh :

La Ode Syarfan M.Si., SE.,Ak Dosen Prodi Ilmu Administrasi Niaga,

Fisipol Universitas Islam Riau, Pekanbaru

Abstract

Every business entity will always be associated with tax issues then an accountant needs to know the concepts, methods, and method of reporting for taxation, so that taxation has a major influence on business decisions that will be undertaken by a business entity.

The purpose of this study to investigate how the differences found on the taxation accounting with commercial accounting in preparing the financial statements. From the results of research there are differences in the recognition of costs between commercial calculation with fiscal calculation. In addition, the calculation of earnings developed by the company based on commercial accounting is not always equals as the calculation of Tax Accounting. It’s caused by the transaction revenue and expense recognized in the accounting but not included in the calculation of income tax or vice versa.

(42)

running year, thus affecting the financial statements of the company's profits for the year.

Keywords: Commercial Accounting, Tax Accounting and Financial Statements

Latar Belakang

Menurut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumber pendapatan terbesar diperoleh dari sektor perpajakan, minyak dan gas bumi serta bantuan luar negeri. Untuk sektor pajak masih tetap mengalami kenaikan dari tahun ketahun, sebaliknya penerimaan Negara dari sektor non migas dan bantuan luar negeri cenderung mengalami penurunan. Penerimaan Negara dari sektor pajak dapat dinaikkan dengan usaha ektensifikasi dan intensifikasi. Ektensifikasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan cara meningkatkan jumlah pajak dan objek pajak baru sedangkan intensifikasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak. Dengan banyaknya perusahaan baru yang bermunculan atau yang sudah lama serta instansi pemerintah diharapkan pemasukan dari pajak penghasilan yang digunakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional nantinya.

Dalam peraturan perpajakan seseorang atau badan usaha harus menghitung ,membayar dan melaporkan pajaknya sendiri (self assessment). Artinya adalah penentuan besarnya pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Melalui self assessment secara tidak langsung membawa konsekwensi bahwa wajib pajak harus mengetahui apa yang menjadi kewajibannya.

(43)

oleh perusahaan, (2) Akuntansi Nirlaba digunakan oleh pemerintah , rumah sakit, lembaga pendidikan dan organisasi nirlaba lainnya (Lembaga Swadaya Masyarakat, Partai Politik) dan lain sebagainya. Laporan akuntansi yang digunakan untuk suatu badan usaha berbeda dengan tujuan perpajakan. Pada akuntansi perpajakan perbedaan disebabkan oleh perbedaan konseptransaksi keuangan dan kejadian keuangan, metode pengukuan dan cara pelaporan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pada laporan akuntansi komersial yang ditujukan untuk badan usaha atau organisasi menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Setiap badan usaha akan selalu dihadapkan pada masalah pajak, oleh karena itu seorang akuntan harus mengetahui metode, konsep dan cara pelaporan untuk perpajakan. Pajak mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan usaha yang dilakukan suatu badan usaha. Seorang akuntan mempunyai peran penting dalam hal perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan administrasi perpajakan, bagi badan usaha dalam perencanaan pajak digunakan untuk meminimalisir pengaruh pajak bila secara hukum memungkinkan.

Fungsi utama akuntansi adalah memberikan informasi keuangan melalui laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang terdiri atas Laporan Rugi laba, Laporan Perubahan Modal, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang berguna memberikan informasi bagi pemakai baik pihak internal maupun ekternal selain juga berguna sebagai alat pengambil keputusan ekonomi dan bisnis. Dalam prakteknya perbedaan dalam menggunakan system dan metode menyebabkan perbedaan besarnya biaya yang diakui dan besarnya laba yang diperoleh antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan dalam menyusun laporan keuangan.

(44)

Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan “

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah Perbandingan Perhitungan Antara Akuntansi Komersial Dengan Akuntansi Perpajakan Dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan

Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan perhitungan antara Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Perpajakan Dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimanakah perbedaan yang terdapat pada Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Perpajakan dalam penyajian laporan keuangan. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah bagi perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun laporan keuangan dan bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan sosialisasi terhadap wajib pajak (WP)

Studi Kepustakaan

(45)

kesatuan ekonomi untuk membantu pengambilan keputusan yang diarahkan pada alokasi sumber daya ekonomi. Secara umum akuntansi adalah menghitung atau mempertanggungjawabkn. Menurut Yadiati dan Wahyudi (2008;8) kelompok yang berkepentingan terhadap akuntansi ada dua kelompok utama yaitu:

1. Pemakai Internal yaitu pihak yang melakukan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actualling), dan pengendalian (controlling) organisasi seperti manajer pemasaran, kepala bagian produksi dan direktur keuangan.

2. Pemakai Eksternal yaitu pihak yang berkepentingan dengan suatu usaha atau perusahaan misalnya investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Akuntansi sebagai suatu system informasi mengenai ekonomi dan keuangan dari sudut unit dalam proses pengukuran aktiva, pasiva dan laba rugi harus dapat menyajikan data ekonomi yang tepat dalam menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) agar laporan keuangan tersebut dapat dijamin keandalan datanya. Selanjutnya pengertian akuntansi menurut Harahap (2001;2) adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang, dan modal suatu bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau pada periode tertentu. Pendapat Indra Bastian (2006;43) akuntansi adalah mekanisme peringkasan, pencatatan dan pelaporan transaksi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu pada suatu entitas.

(46)

rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Markus dan Yujana pajak adalah harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang-undang sebagian wajib diberikan oleh rakyat kepada Negara tanpa mendapat kontraprestasi yang diterima rakyat secara individual dan langsung dari yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan Negara dan sisanya jika ada digunakan untuk pembangunan sosial ekonomi masyarakat.

Menurut Prof. Dr. P.J. Andriani dalam buku karangan Agoes dan Trisnawati definisi pajak adalah iuran rakyat kepada Negara (yang dapat dipaksakan )yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dngan tidak mendapat presatsi kembali yang langsung apat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Dari perspektif hukum pengetian pajak menurut Soemitro merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga Negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada Negara,Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hokum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun sebagai pembayar pajak.

(47)

undang-digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Dari definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kewajiban yang harus dibayar oleh rakyat kepada Negara. Dilihat dari sudut bernegara pajak merupakan sumber pendapatan yang berasal dari rakyat dan digunakan untuk kepentingan rakyat yaitu untuk membiayai pembangunan serta penyelenggaraan pemerintah.

PengertianAkuntansi Perpajakan dan Akuntansi Komersial Akuntansi Perpajakan dan Akuntansi Komersial

Akuntansi Pajak adalah akuntansi yang diterapkan dengan tujuan untuk menetapkan besarnya pajak terutang. Siklus akuntansi pajak adalah siklus akuntansi keuangan yang telah ditetapkan dengan undang-undang dan aturan perpajakan yang berlaku. Fungsi akuntansi pajak adalah mengolah data kuantitatif yang akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat perhitungan perpajakan (Muljono, 2006 : 5)

Akuntansi Komersial adalah proses pencatatan yang dimulai dari bukti transaksi sampai pada pelaporan keuangan yang dilakukan setiap badan usaha setiap bulan atau setiap tahun dalam laporan keuangan bulanan atau tahunan. Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

(48)

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Laporan Rugi Laba, Laporan Perubahan Modal, Neraca, Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi kepada para pemakai baik pihak intern maupun ektern. Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) nomor I dalam buku Kiesso (2002 : 6) menyatakan bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Yang berguna bagi investor dan kreditur saat ini dan pemakai lainnya.

2. Membantu investor dan kreditur lainnya saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah penerimaan, waktu dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari deviden atau bunga dari hasil penjualan penebusan atau jatuh tempo dari sekuritas atau pinjaman.

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan laporan posisi keuagan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang diterima umum, sedangkan tujuan khusus laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan.

(49)

Kemudian tujuan laporan keuangan menurut perpajakan UU No.6 tahun 1983 perubahan terakhir tahun UU No. 28 tahun 2007 tercantum dalam pasal I (25) tentang ketentuan dan tata cara perpajakan menyatakan bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan pernyataan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir.

Syarat pembukuan menurut ketentuan perpajakan adalah pembukuan yang dapat menyajikan keterangan sehingga cukup untuk penghitungan jumlah pajak terutang. Tujuan diselenggarakan pembukuan dan pencatatan adalah untuk mempermudah Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), Penghitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP), Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM), Untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Berkenaan dengan pajak penghasilan pemerintah telah mengeluarkan undang-undang No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah dirubah dengan undang-undang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan dalam pasal I mendefinisikan pajak penghasilan adalah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak

(50)

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Perbedaan Perhitungan Laba Rugi menurut SAK No 46 dengan Undang-undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000 antara lain (1) Didalam undang-undang pajak penghasilan saat pengukuran penghasilan dan biaya tidak selalu sama dengan saat pengukuran penghasilan dan biaya didalam akuntansi,(2)Dalam undang-undang pajak penghasilan pencatatan besarnya penghasilan dan biaya harus berdasarkan harga pasar yang wajar.

Perbedaan antara prinsip akuntansi dan prinsip pajak dalam laporan keuangan dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu perbedaan tetap dan perbedaan waktu. Perbedaan tetap adalah perbedaan yang disebabkan adanya pengakuan beban dan pendapatan antara laporan komersial dan fiscal. Pendapatan dan beban diakui pada SPT namun tidak diakui pada laporan keuangan atau sebaliknya.

Metode Penelitian Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pekanbaru.

Jenis dan SumberData

Data primer, yaitu cara penyusunan laporan keuangan, penerapan ketentuan akuntansi pajak yang digunakan oleh perusahaan sedangkanData sekunder,seperti Laporan Rugi laba dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

(51)

pengumpulan data dari berbagai referensi yang ada hubungannya dengan topik yang dibahas. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu data yang telah terkumpul dianalisis dengan menghubungkan antara penerapan akuntansi pajak di perusahaan dengan ketentuan umum perpajakan yang berlaku.

Hasil dan Pembahasan

Dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai dasar dalam menyajikan laporan keuangannya. Setelah perusahaan membuat laporan keuangan dan mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) perusahaan memenuhi kewajiban perpajakannya dengan cara melaporkan laporan keuangan yang sudah diisi ke kantor pelayanan pajak. Kantor pelayanan pajak menerima dan meneliti berkas SPT dari perusahaan tersebut. Bila ada koreksi maka kantor pelayanan pajak akan mengirimkan surat pemberitahuan pembetulan SPT. Dalam penelitian ini penulis mengambil contoh Surat Pemberitahuan Tahunan PT. Envi Reksatama Engineering Pekanbaru sebagai bahan untuk diteliti.

(52)

b. Biaya-Biaya Usaha

(Rp. 1.196.556.118,-) c. Laba Usaha Sebelum PajakRp.

306.618.882,-d. Laba Usaha sebelum Pajak yang diperoleh PT. Envi Reksatama Engineering Pekanbaru sebesar Rp.308.618.882,- maka perhitungan menurut perusahaan (komersial) atas pajak penghasilan badan yang berjalan adalah sebagai berikut :

e. Laba Usaha Sebelum Pajak Rp. 306.618.882,-f. PPh Terutang :

10 % x Rp 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-15 % x Rp 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-30 % x Rp.208.618.000,- = Rp. 62.585.400 g. Jumlah PPh Terutang =Rp. 75.085.400 Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui besarnya pajak terutang menurut perhitungan laporan komersial adalah sebesar Rp.

75.085.400,-Perhitungan Laba Rugi Menurut Undang-Undang Perpajakan

(53)

Dari hasil analisis terdapat perbedaan pengakuan biaya antara perhitungan secara komersial dengan perhitungan fiscal. Adapun perbedaan tersebut dikategorikan sebagai perbedaan tetap antara lain adalah biaya entertainment sebesar Rp 68.249.100, biaya sumbangan sebesar Rp 2.915.000, biaya administrasi bank sebesar Rp 1.142.302 dan biaya administrasi pajak sebesar Rp.537.178.

Selanjutnya penulis menjelaskan perhitungan koreksi fiscal sebagai berikut:

a. Laba Menurut Akuntansi Komersial Rp.308.618.882 b. Ditambah Koreksi Fiscal Positif :

- Biaya entertainment Rp.68.249.100

- Biaya sumbangan Rp. 2.915.000

- Biaya administrsi bank Rp. 1.142.302

- Biaya adminstrasi pajak Rp. 537.178 Total Koreksi Fiscal Positif (Rp. 72.843.580)

Rp.381.462.462 c. Dikurangi Koreksi Fiscal Negatif :

- Laba kena pajak fiscal Rp.381.462.462 - 10% x Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000

- 15%x Rp. 50.000.000 Rp. 7.500.000 - 30%x Rp. 281.462.000 Rp.84.438.739 + d.Taksiran Pajak Menurut Fiscal Rp.96.938.739

Penyajian Laba Rugi Periode Berjalan Dalam Neraca

Sebelum adanya koreksi fiscal laba usaha sebelum pajak sebesar Rp.308.618.882 yang seharusnya disajikan perusahaan dalam neraca. Tetapi dalam neraca perusahaan menyajikan jumlah laba usaha setelah pajak sebesar Rp.234.850.502 dengan rincian sebagai berikut :

a. Laba Usaha Sebelum Pajak Rp. 308.618.882

b. PPh Terutang (Rp. 75.085.400)

(54)

Setelah dilakukan koreksi fiscal maka terdapat peningkatan antara laba menurut akuntansi dengan laba menurut pajak (fiscal) dari Rp. 308.618.882 menjadi Rp 383.144.337 . Peningkatan laba ini akan menambah jumlah pajak penghasilan sebesar Rp 22.357.901. Sehingga laba usaha setelah pajak berubah menjadi Rp.284.523.723 dengan rincian sebagai berikut :

a. Laba usaha sebelum pajak Rp. 383.144.337

b. PPh Terutang (Rp. 96.938.739)

c. Laba Usaha Setelah Pajak Rp. 284.523.723 Berdasarkan pembahasan tersebut maka perusahaan seharusnya menyajikan jumlah laba rugi tahun bejalan sebesar Rp 284.523.723 dalam neraca agar para pemakai laporan keuangan mengetahui dengan jelas laba yang diperoleh perusahaan pada tahun tersebut. Jika perlu diberikan catatan terhadap Laba Rugi tahun berjalan setalah pajak termasuk pendapatan neto dari usaha Pendapatan Jasa Giro sebesar Rp. 1.317.020.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan perhitungan antara akuntansi komersial dengan akuntansi perpajakan.

Kesimpulan

1. Adanya perbedaan pedoman antara Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Perpajakan adalah Akuntansi Komersial berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Akuntansi Perpajakan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan yang berlaku.

(55)

3. Adanya penyesuaian laporan fiscal mengakibatkan perbedaan dalam penyajian jumlah laba rugi tahun berjalan , sehingga mempengaruhi laporan keuangan dalam bagian perolehan laba perusahaan pada tahun tersebut.

Saran

1. Bagian Accounting PT. Envi Reksatama Engineering Pekanbaru seharusnya mempunyai pemahaman dan pengetahuan tentang akuntansi perpajakan dalam membuat laporan keuangan untuk dapat memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak ada lima komponen yang perlu diperhatikan yaitu (1) Penghasilan yang menjadi objek, (2)Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak, (3) Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final,(4) Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, (5) Biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto

DAFTAR PUSTAKA

Andi, 2004, Sistem Informsi Akuntansi, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta

Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Pendidikan , Penerbit Erlangga, Jakarta

BPKP, Pelatihan Dasar Akuntansi On Line, www,bpkp.go.id/unit / sakd/mdlplthndda.pdf

(56)

Harahap, Sofyan., 2004, Analisis Kinerja atas Laporan Keuangan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta

Harahap, Sofyan., 2004, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. Grafindo Perkasa, Jakarta

---., 2007, Teori Akuntansi, Edisi Revisi 9, Penerbit PT. Grafindo Perkasa, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta

Info sekitar Akuntansi Online, Pengertian Pajak, http:// www.seputar akuntansi. Info 2009/2010/pengertian pajak.html

Kepuusan Mentei Keuangan Nomor 446/KMK.04/2000 Tentang Penyediaan Makanan dan Minuman bagi Seluruh Pegawai dan Penggantian atau Seluruh Imbalan Sehubungan Dengan Pekerjaan atau Jasa yang Diberikan Dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan di Daerah Tertentu

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001 Tentang Pemotongan Pajak Pnghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Edisi Refisi 2008, Penerbit Andi Offset Jakarta

Markus, Muda dan Yujana, Lalu Hendri., 2002, Petujik Umum Perpajakan Bulanan dan Tahunan Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

(57)

Purba, Marisi P dan Andreas, 2005, Akuntansi Pajak Penghasilan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta

Suandy Erly,2008, Perencaaan Pajak, Edisi 4, Penerbit Salemba empat , Jakarta

Sukrisno, Agoes., dan Trisnawati, Estralita., 2007, Akuntansi Perpajakan Perbit Salemba Empat Jakarta

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang No.7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Undang – Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

PENGARUH BERMAIN TERHADAP

PERKEMBANGAN KECERDASAN

ANAK PADA USIA DINI

(Kajian dari sejumlah buku Pendidikan

Anak Usia Dini)

Oleh:

R.A.Anggraeni Notosrijoedono, M.Si., Dra Dosen Tetap Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

FISIP-Universitas Indonesia Jakarta

(58)

The role of play towards intelligence development of young children (0-6 years) is very big. By reason through playing, it can be seen what intelligence young children have. There are verbal-linguistic intelligence mathematical-logical intelligence, visual-spatial intelligence, bodily-kinesthetic intelligence, musical intelligence, interpersonal lintelligence, intrapersonal intelligence and naturalis intelligence and spiritual intelligence. From these nine intelligences, it is not every child majors in each of them. However it can be observed, what intelligence had by every child while the child plays either plays either indoor or outdoor.

Play is an activity conducted by children based on enjoy and without considering the final result. The activity of play is an activity conducted by children’s willingness without any force from anyone. However by playing, it helps in growth and development of children in future. Play gives contribution towards the cognitive, physical, emotional and social development of children. In addition through playing, the children will gain knowledge and experience which help their development to prepare themselves in their next life steps.

During the children play, for example they are interesting to playing object of lego, music, nature, et cetera, just give it to them. From various plays they like, it can be directed for their future, whether they will be expert in mathematic, music, natural lover, Social Worker, et cetera.

Thus, in children self they will have more than one tendency and it will influence their life, for example becomes a physician however has hobby to sing, becomes an engineering however has hobby to hiking a mount, becomes Social Worker how ever has hobby to farming, conducting whole-world traveling, et cetera.

(59)

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari manapun. Bagi anak-anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan karena ingin, bukan karena harus memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Anak juga memandang bermain sebagai kegiatan yang tidak memiliki target. Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan bermain kapan pun mereka mau. Dengan demikian, bermain sangat penting bagi anak karena membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak pada usia dini mempunyai energi yang berlebih dan mendorong anak untuk melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan. Demikian pula dalam bermain anak belajar merespon dan belajar peran-peran tertentu dalam kehidupan, seperti: peran dokter, tentara, pedagang, petugas kebersihan, penyanyi, pembaca sajak, kolektor perangko dan bekerjasama dengan kelompok.

Bermain bagi anak usia dini memberikan kontribusi tunggal pada semua as pek perkembangan anak. Hal ini dibuktikan oleh tokoh -tokoh p e n d i d i k a n s e p e r t i M i l l e n , F r o b e l , M o n t e s s o r i d a n H i l l , m e r e k a mengembangkan semua komponen aktivitas anak melalui bermain. Selanjutnya D e b o r a h B u r n e t t S t r o t h e r b e r p e n d a p a t b a h w a b e r m a i n s e b a g a i a l a t t r a n s f o r m a s i , p e m a n d u p e n g a l a m a n d a n p e m a h a m a n . B a g i s e m u a a n a k bermain adalah jalan untuk asimilasi pengetahuan dan pemahaman terhadap dunia serta bermain merupakan kebutuhan esensial bagi anak, juga bermain adalah sebuah aktivitas bawaan yang krusial untuk pertumbuhan.

Gambar

Tabel 1 : Jumlah Paten di Indonesia
Tabel 1.1 dibawah ini merupakan data tentang angkatan
tabel frekuensi, kemudian untuk mengetahui hubungan antara
Tabel 1.1Jumlah Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di

Referensi

Dokumen terkait

Hanya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang berpengaruh positif, sedangkan kecerdasan intelektual berpengaruh negatif dan secara keseluruhan tidak

Karena keterbatasan slot parkir di lokasi BSF 2015, maka karyawan yang datang menggunakan kendaran pribadi (motor/mobil) dihimbau untuk parkir di Binus School Simprug, Kampus JWC,

Dengan penanaman Al- Qur’an sejak dini maka diharapkan akan mendapatkan nilai keimanan dari Al- Qur’an sampai anak tersebut menjadi dewasa. Dengan adanya tujuan yang harus

Panjang gelombang analisis untuk triprolidin hidroklorida dalam campurannya dengan pseudoefedrin hidroklorida adalah 227,6 nm pada kurva serapan derivat

rah lain yang tidak dikuasai Raja Bugis untuk membantu kita. mengusir Raja Bugis dan pasukannya dari

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : NAUFAL MAFAZI NIM : 13410024 Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Judul Skripsi : PENGARUH STRATEGI COPING DAN HARGA

Penelitian kedua dilakukan oleh Agustinus Primananda 2010 tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli rumah Studi Kasus di Perumahan Bukit Semarang Baru,

 Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mengidentifikasi ciri-ciri teks untuk menyatakan dan menanyakan sifat orang, binatang, benda (fungsi sosial, struktur teks, dan