• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN ID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN ID"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN

IDENTIFIKASI KEHIDUPAN SOSIAL PETANI KOPI

DI DUSUN SUMBERSARI DESA KARANG PLOSO

Oleh :

Angga Wahyu Prasetyo 145040200111001 Ari Yulianto Pratomo 145040200111008 Prasetyo Dwi Adiputra 145040201111130 Frinnata Robi Ilma 145040201111142 Fitra Marchella Putri 145040201111145 Bentari Gilang Pratiwi 145040201111147 Arimula Erisya Putra 145040201111287

Ayunda P 165040200111016

Nahdia Nur Aslamiah 165040200111025 Teguh Fajar Prasetya 165040200111026

Kelompok: B1 Kelas: B

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

MALANG

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN IDENTIFIKASI KEHIDUPAN SOSIAL PETANI KOPI DI DUSUN

SUMBERSARI DESA KARANG PLOSO

Disetujui, Dosen Tutorial,

ABCDEFGHIJKL NIK. 123456789101111

Asisten Praktikum,

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Sosiologi Pertanian ini.

Adapun Laporan Sosiologi Pertanian ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.

Tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari Laporan Sosiologi Pertanian ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 27 Mei 2017

(4)

iii

2.5 Kebudayaan dan Gender dalam Pertanian...10

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

(8)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum lapang di Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi petani kopi di Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso b. Mengetahui interaksi dan proses sosial yang terjadi di masyarakat Dusun

Sumbersari Desa Karang Ploso

c. Mengetahui tentang Komunitas Desa Pertanian di Dusun Sumbersari Desa Karang ploso

d. Mengetahui aset komunitas yang dimiliki masyarakat pertanian di Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso

e. Mengetahui peran kebudayaan dan gender dalam kegiatan pertanian di Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso

f. Mengetahui tentang pelapisan sosial pada masyarakat Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso

g. Mengetahui tentang kelompok dan organisasi sosial pertanian yang ada di Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso

h. Mengetahui tentang lembaga atau pranata sosial di Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso

i. Mengetahui tentang perubahan sosial petani di Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum lapang yang dilakukan di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso adalah sebagai berikut.

a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi petani kopi di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo.

b. Mahasiswa dapat menjelaskan interaksi dan proses sosial yang terjadi di masyarakat Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo.

c. Mahasiswa dapat menjelaskan Komunitas Desa Pertanian di Dusun Sumbersari Desa Tawangargo.

d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan aset komunitas yang dimiliki masyarakat pertanian di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo. e. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan peran kebudayaan dan

gender dalam kegiatan pertanian di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo. f. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan mengenai pelapisan

(9)

g. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan mengenai kelompok dan organisasi sosial pertanian yang ada di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo. h. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan mengenai lembaga atau

pranata sosial di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo.

(10)

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Identifikasi Petani

Petani yang kami wawancarai adalah Pak Muhammad Kasil, ia menganut agama islam. Pak Kasil tinggal di Desa Tawang Argo, Dusun Sumbersari, RT 56 RW 14, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Pak Kasil saat ini lahir pada tanggal 24 agustus 1969 dan berusia 48 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh Pak Kasil adalah SD. Pak Kasil sudah memiliki seorang istri yang bernama Khomsiatun yang berumur 47 tahun yang pendidikan terakhirnya SD dan bekerja sebagai petani di Kebun Arjuno. Pak Kasil dan Bu Khomsiatun memiliki kedua anak yang bernama Muhammad Khomarudin yang berusia 26 tahun yang bekerja sebagai petani di Kebun Arjuno , pendidikan terakhirnya SMP dan Adam Prabowo yang berusia 13 tahun.

Pekerjaan yang dilakukan oleh pak Kasil adalah sebagai kepala kelompok tani di desa Sumberari, selain itu ia bekerja sebagai petani. Pak Kasil berprofesi sebagai petani di desa Sumbersari sejak 15 tahun yang lalu, dengan kata lain dia memulai pekerjaannya sebagai petani sejak tahun 2002. Pak Kasil memulai profesinya sebagai petani dengan menanam tanaman wortel yang didapat dari petani lain di lahan seluas 2500 m2 . Pada saat itu pak Kasil merupakan salah satu petani golongan petani gurem, hal tersebut berdasarkan pernyataan dari Soesastro (2005) yang menyatakan bahwa petani yang mengusahakan kurang dari 0,5 hektar tanah termasuk golongan petani gurem, kelas petani menengah mengusahakan 0,5-1 hektar tanah, sedangkan kelas ‘petani luas’ mengusahakan lebih dari 1 hektar tanah.

(11)

Setiap 4 bulan Pak Kasil mendapatkan keuntungan 7 juta dari penjualan tanaman yang ia tanam.

(12)

2.2. Interaksi dan Proses Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain, yaitu melalui interaksi untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Soekanto (2012), Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antarindividu, antarkelompok manusia, serta antara orang perorangan dan kelompok manusia. Proses sosial merupakan hubungan timbal balik antar berbagai bidang kehidupan bersama. interaksi sosial dapat dibagi menjadi 2 yaitu asosiatif dan disosiatif. Interaksi sosial asosiatif adalah suatu hubungan manusia yang mempunyai akibat yang positif, seperti kerja sama, asimilasi, akulturasi dan akomodasi. Sedangkan interaksi sosial disosiatif sendiri adalah suatu hubungan manusia yang mempunyai akibat cenderung negatif, seperti persaingan dan pertikaian. Pada dasarnya interaksi sosial yang diharapkan menimbulkan akibat yang positif, yang dapat membawa masyarakat ke dalam suatu keadaan yang saling menguntungkan. Hakikat hidup bermasyarakat sendiri sebenarnya adalah relasi-relasi yang mempertemukan mereka dalam usaha-usaha bersama dalam aksi dan tindakan yang berbalas-balasan. Dalam bidang pertanian, tentu sangat diperlukan adanya interaksi antarmasyarakat guna tercapainya keuntungan dalam kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan.

(13)

UB merupakan pihak yang berperan sebagai pemilik lahan pertanian. Dalam hal ini, masyarakat Dusun Sumbersari Desa Karang Ploso menggunakan lahan UB untuk tempat tinggal dan bercocok tanam. Petani setempat menanam tanaman tahunan berupa tanaman kopi di sela-sela pohon pinus. Hasil budidaya kopi dijual ke pihak UB dengan harga yang telah Sosiologi Pertanian. Berdasarkan uraian tersebut terlihat adanya kerja sama dalam bentuk kooptasi. Menurut Maryati (2001), kooptasi adalah proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam organisasi demi kestabilan organisasi yang bersangkutan. Masyarakat Dusun Sumbersari berperan sebagai penggarap lahan yang patuh pada kebijakan UB. Selain itu, masyarakat juga dapat menanam tanaman semusim, seperti tanaman yang dibudidayakan oleh Bapak M. Kasil yaitu labu siam, wortel, dan buncis merah. Hasil produksi tanaman semusim dapat dijual pada tengkulak. Ketika tiba waktu panen, petani setempat akan memberikan informasi kepada kerabat ataupun teman mengenai produk pertanian yang yang sedang dipanen. Dengan adanya informasi tersebut, para tengkulak akan berdatangan ke Dusun Sumbersari untuk melakukan tawar-menawar secara langsung dengan petani setempat. Berdasarkan pengakuan Bapak M. kasil, biasanya petani dalam menjual hasil panennya mempertimbangkan nilai kejujuran dan hubungan kekerabatan dengan tengkulak.

(14)

yang digunakan dalam mengolah hasil produksi kopi merupakan alat milik Pos Daya yang merupakan bantuan pihak desa.

2.3. Komunitas Desa Pertanian

2.4. Aset Komunitas

Pada intinya pemberdayaan masyarakat itu berbicara mengenai cara bagaimana masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat tersebut. Apabila kita melihat proses pemberdayaan masyarakat, maka tidak hanya berbicara mengenai peningkatan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat tersebut. Tetapi dalam hal ini penting juga melihat aset-aset yang ada di masyarakat. Aset- aset yang ada di masyarakat juga penting untuk dikembangkan atau dimaksimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adi (2008:285-313) menjelaskan tentang aset komunitas sebagai aset yang melekat dalam setiap masyarakat, yang kadangkala dapat menjadi kelebihan suatu masyarakat. Tetapi disisi lain dapat merupakan kekurangan dari suatu masyarakat yang harus diperbaiki ataupun dikembangkan. Dari sisi ini, berbagai bentuk modal dalam masyarakat dapat dilihat sebagai suatu potensi dalam masyarakat dan di sisi lain dapat pula diidentifikasi sebagai aspek yang menjadi kelemahan masyarakat tersebut. Dalam suatu komunitas pasti mempunyai aset yang merupakan kekayaan dari komunitas tersebut. Aset komunitas yang melekat dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Modal Manusia (Human Capital)

(15)

2. Modal Fisik (Physical Capital)

Modal ini mewakili unsur bangunan (seperti : perumahan, pasar, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya) dan infrastruktur dasar (seperti: jalan, jembatan, jaringan air minum, jaringan telefon, dan sebagainya) yang merupakan sarana yang membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Modal Finansial (Financial Capital)

Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada di masyarakat (seperti penghasilan, tabungan, pendanaan reguler, pinjaman modal usaha, sertifikat surat berharga, saham, dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang derajat kehidupan masyarakat.

4. Modal Teknologi (Technological Capital)

Modal ini mewakili sistem atau peranti lunak (software) yang melengkapi modal fisik (seperti teknologi pengairan sawah, teknologi penyaringan air, teknologi pangan, teknologi cetak jarak jauh dan berbagai teknologi lainnya) yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Modal Lingkungan (Environmental Capital)

(16)

6. Modal Sosial (Social Capital)

Modal ini mewakili sumber daya sosial (seperti jaringan sosial, kepercayaan masyarakat, ikatan sosial, dan sebagainya) yang bermanfaat untuk membantu masyarakat memunuhi kebutuhan hidupnya.

Selain itu, aset juga dijelaskan dalam meningkatkan sumber penghidupan (livelihoods) masyarakat. Dalam hal ini, United Kingdom Departement for International Development (DFID) mengidentifikasikan adanya 5 (lima) aset dalam sumber penghidupan (livelihoods) (dalam Carney et.al, 1999), yaitu:

1. Aset Manusia

Keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-strategi dalam sumber penghidupan yang berbeda.

2. Aset Fisik

(17)

3. Aset Sosial

Sumber daya sosial (jaringan sosial, anggota kelompok, hubungan dan kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi sosial) untuk dapat meningkatkan sumber penghidupan mereka.

4. Aset Finansial

Sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat (seperti tabungan, pinjaman atau kredit, pengiriman uang, atau dana pensiun) untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.

5. Aset Natural

Persediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air, biodiversifikasi, sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat digunakan dalam sumber penghidupan masyarakat.

Unsur dalam modal sosial

(18)

komunitas sendiri/ kelompok maupun di luar komunitas/kelompok dalam berbagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Hasbullah (2006) dalam Inayah mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu:

1. Participation in a network. Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok atau anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.

2. Reciprocity. Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi. 3. Trust. Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993). Tindakan kolektif yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

(19)

biasanya ter-institusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial.

5. Values. Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai merupakan hal yang penting dalam kebudaya-an, biasanya ia tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural.

(20)

Bila diliihat dari berbagai sumber maka unsur modal sosial dapat digambarkan seperti berikut. Formulasi unsur modal sosial Sugihantono (2013) :

2.5. Kebudayaan dan Gender dalam Pertanian

(21)

itu, menurut Arif (2015), menyatakan bahwa dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya :

1. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida.

2. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem air .Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil.

3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan.

Bapak Kasil pun menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kurang baik namun penggunaan input kimia tersebut dirasa lebih cepat hasilnya bila dibandingkan dengan menggunakan cara lainnya. Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang selalu dilakukan Bapak Kasil selama proses produksi sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai budaya yang terus-menerus dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Inrevolzon (2009), yang menyatakan bahwa culture atau budaya berasal dari kata Latin colere yang berarti mengelola, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani dengan kebudayaan. Sehingga berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengelolah dan mengubah alam.

(22)

1960-an dimana sebelum periode tersebut, kedudukan dan posisi laki-laki dan perempuan kurang lebih setara baik menyangkut kedudukan, peran, serta hak dan kewajibannya. Namun seiring dengan diperkenalkannya penggunaan teknologi maju di bidang pertanian memunculkannya terjadi diversifikasi kerja yang cukup tajam antara laki-laki dan perempuan yang kemudian memicu timbulnya perubahan kedudukan, peran, serta hak dan kewajibannya. Perubahan inilah yang justru menimbulkan kesenjangan antara laki-laki dan peremuan. Beban kerja perempuan hanya sedikit lebih ringan daripada laki-laki namun akses dan haknya jauh berada dibawah laki-laki-laki-laki.

2.6. Pelapisan Sosial

(23)

Walaupun tidak mutlak benar, faktor kepandaian atau kecerdasan (intellegentsia) pada umumnya masih dipakai sebagai tolok ukur untuk membedakan orang dengan orang lainnya, dikatakan tidak mutlak benar, karena dalam penelitian modern ternyata faktor kecerdasan ini tidak sekedar hanya bisa dibangkitkan, dikembangkan bahkan juga bisa ditingkatkan yaitu dengan melalui latihan-latihan tertentu sehingga kedua belah bagian otak kiri dan kanan terangsang untuk berfikir, kreatif secara benar. Faktor kepandaian atau kecerdasan (Intellegentsia) seolah-olah memilah kelompok sekurangnya menjadi dua, yaitu orang-orang yang dianggap mempunyai kepandaian yang lebih dan orang-orang yang berkepandaian kurang. Kepandaian disini harus dibedakan dengan keterampilan, ada orang pandai tetapi tidak terampil, ada orang yang terampil tetapi tidak pandai, ada orang yang tidak pandai tetapi tidak terampil dan yang paling baik adalah orang yang pandai tetapi juga terampil. (Moeis, 2008).

(24)

sehingga ada keseimbangan antara laki-laki dan perempuan. Di Dusun Sumbersari terdapat kelompok tani yang bernama Sumber Makmur. Dimana kelompok tani ini diketuai oleh pak Kasil kemudian wakil ketua ada bapak Agus, dibendaharai oleh bapak Ramaji dan di sekertarisi bapak Sumehi. Sehingga untuk pelapisan sosial yang ada disana hanya berdasarkan golongan petani sedang saja.

2.7. Kelompok dan Organisasi Sosial

Desa Sumbersari merupakan salah satu desa yang dijadikan sebagai objek pengamatan untuk memperoleh informasi terkait kelompok dan organisasi sosial yang ada di desa ini. Kelembagaan pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan pertanian berlanjut. Untuk lebih mengenal kelembagaan yang terkait dalam bidang pertanian dilakukanlah suatu studi kasus di desa Sumbersari kabupaten malang. Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang memiliki hubungan timbal balik antar anggota petani yang saling mempengaruhi serta adanya rasa kesatuan yang sama untuk saling tolong menolong dan peduli demi mencapai tujuan yang sama. Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan yang sama.

(25)

lain seperti penanggung jawab UB Forest untuk menjalin suatu kerja sama yang saling menguntungkan. Kegiatan yang dilakukan kelompokan tani ini seperti melihat-lihat lahan anggota dari kelompok untuk mengetahui kondisi lahan, jika terdapat kerusakan lahan oleh hama maka akan dirundingkan untuk mencari solusinya sekaligus dilakukan sharing pengetahuan maupun tentang budidaya tanaman masing-masing anggota. Menurut Swastika dan Hermanto (2011) , sebagai organisasi sosial masyarakat, kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar-mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani dengan produktivitas yang meningkat, pendapatan yang bertambah, dan kehidupan lebih sejahtera. Selain itu, kelompok tani juga berfungsi sebagai wahana kerja sama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani, serta dengan pihak lain. Melalui kerja sama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.

Pak Kasil saat ini termasuk ketua dan anggota yang aktif karena responden lebih aktif dalam melihat lahan kopi dan pinus yang ada di UB forest meskipun beliau juga memiliki tanaman pekarangan yaitu sayuran-sayuran yang ditanam disekitar pekaranga rumahnya, namun beliau tetap memberikan perhatian yang sama antar kedua lahan yang berbeda tersebut sebagai beban tanggung jawab yang dimilikinya. Beliau mengatakan manfaat dari kelompok sosial tersebut menambah wawasan tentang pertanian.

(26)

mengatasi masalah bersama dalam usahatani serta menguatkan posisi tawar petani, baik dalam pasar sarana maupun pasar produk pertanian. Kelompok tani inilah pada dasarnya sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di perdesaan. Dalam hal ini keberadaan kelompok tani dapat memainkan peran tunggal atau ganda, seperti penyediaan input usahatani (misalnya pupuk), penyediaan modal (misalnya simpan pinjam), penyediaan air irigasi (kerja sama dengan P3A), penyediaan informasi (penyuluhan melalui kelompok tani), serta pemasaran hasil secara kolektif.

Dari penjelasan diatas dan hasil wawancara yang telah dilakukan kelompok tani di desa ini termasuk kedalam organisasi sosial karena kumpulan petani ini dibentuk oleh petani itu sendiri dan untuk petani itu sendiri pula meskipun tidak memiliki badan hukum. Menurut Stephen Robbins (dalam Sobirin, 2007:5), organisasi sosial dapat diartikan sebagai perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sehingga kelompok tani termasuk kedalam organisasi sosial masyarakat dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat itu sendiri terutama petani. Sesuai dengan Pasal 298 ayat 5, UU Pemerintahan Daerah, belanja hibah dapat diberikan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, badan usaha milik negara, atau BUMD dan atau badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia. Maka Kelompok Tani dan Gapoktan termasuk dalam kategori ormas dan wajib untuk berbadan hukum (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2015).

2.8. Lembaga / Pranata Sosial

(27)

sosial yang berinteraksi. Pada dasarnya setiap individu hidup di dalam suatu lingkungan yang dikelilingi oleh lembaga-lembaga, yang berarti setiap tindakan dan perilakunya senantiasa akan diatur menurut cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama (Santosa, 2009). Menurut Murdiyanto (2008) kelembagaan yang terbentuk di masyarakat meruapakan salah satu cara dalam memahami masyarakat secara utuh.

Lembaga sosial yang terbentuk di masyarakat memiliki pengertian suatu sistem hubungan sosial yang terorganisir, meliputi nilai-nilai dan tata cara yang dihayati bersama dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok (Murdiyanto, 2008). Pendapat lain juga dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (2000) dalam Murdiyanto (2008) menjelaskan bahwa lembaga sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam masyarakat. Pendapat-pendapat tersebut memunculkan suatu prmahamaman bahwa lembaga sosial adalah suatu sistem hubungan sosial yang terdapat himpunan norma baik nilai-nilai dan tata cara yang ada didalamnya yang dihayati bersama dalam memenuhi kebutuhan pokok di dalam masyarakat.

(28)

pengawasan sosial dan pengawasan masyarakat. Kelembagaan petani adalah salah satu lembaga yang ada di pedesaan. Kelembagaan petani memiliki titik strategis dalam menggerakkan sistem agribisnis yang ada di pedesaan atau wilayah mereka, sehingga segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani) (Parma, 2014).

(29)

2.9. Perubahan Sosial Petani

Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan dengan Bapak Muhammad Kasil didapatkan informasi mengenai kehidupan sosial masyarakat Dusun Sumbersari. Sumbersari merupakan sebuah Dusun yang terletak di kaki gunung Arjuno yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Petani di daerah ini lebih banyak melakukkan pertanian dengan pola tanaman tumpangsari dimana tanaman utama seperti pinus, kopi akan ditumbang sarikan dengan berbagai komoditas hortikultura seperti wortel dan bunga kol. Sistem pertanian di sumbersari merupakan sistem bagi hasil, dimana lahan yang digarap oleh warga merupakan milik perhutani sebelum tahun 2016. Sistem ini mengharuskan petani menjual hasil tanaman utama seperti hasil getah pinus kepada perhutani dengan harga yang ditentukan oleh pihak perhutani dan hanya memperbolehkan petani menjual komoditas hortikultura yang meraka tanaman dibawah tanaman pinus ataupun kopi. Kerja sama antara warga dan perhutani hanya sebatas penjualan hasil kebun saja. Menurut Bapak Muhammad Kasil,”Kerja sama yang dilakukan warga dan perhutani tidak ada manfaat yang dirasakan oleh para warga Sumbersari”. Selama 15 tahun Bapak Muhammad Kasil berkerja sama dengan perhutani tidak sekalipun perhutani memberikan informasi atau penyuluhan kepada petani mengenai hal-hal yang menyangkut pertanian.

(30)

anggota, masyarakat mendapatkan informasi dari pihak Universitas Brawijaya yang rutin dating menemui warga. Banyaknyanya mahasiswa Universitas Brawijaya yang sering belajar disana juga menambhan informasi bagi masyarakat desa. Kerjasma ini juga akan memberikan informasi ataupun penyuluhan kepada petani kedepannya. Dalam kerja sama ini petani juga dapat memanfaatkan hasil kopi tersebut untuk kebutuhan warga. Salah satu contoh pemanfaatan hasil kopi ini yaitu diukanya warung kopi yang dikelola oleh akarang taruna desa untuk pemanfaatan hasil kopi. manfaat lain dri kerja sama ini yaitu lebih dikenalnya produk kopi dari gunung Arjuno khususnya kopi Sumbersari secara luas.

Mulai diambil alihnya kepengelolaan lahan kerja sama ini mengakibatkan perubahan sosial yang terjadi di Sumbersari. Perubahan sosial ialah perubahan dalam pola organisasi sosial, dari bagian-bagian kelompok didalam suatu masyarakat, atau dari masyarakat keseluruhan (Syafari dan Kandung, 2011). Perubahan dalam masyarakat merupakan salah satu ciri dinamisasi dalam masyarakat tersebut. Perubahan secara fisik relatif lebih mudah dipahami dan dilihat secara nyata, namun tidak demikian halnya dengan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu perubahan dalam sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Sistem sosial dalam masyarakat senantiasa akan berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakatnya. Menurut Murdiyanto (2008) perubahan sosial memiliki 2 dimensi, yaitu perubahan dalam :

1. Pola Budaya

(31)

dapat menambah pengetahuan dari masyarakat tentang bagaimana cara yang baik mengelola pertanian mereka.

2. Struktur Sosial

(32)

3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah didapat di lapang dan pembahasan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut :

1) Petani di Dusun Sumbersari berdasarkan wawancara dengan narasumber Bapak Kasil memiliki permasalahan pada harga yang tidak stabil, hasil panen dijual dengan harga murah dan harga jual hasil panen yang mahal. 2) Interaksi dan proses sosial yang terjadi adalah kerja sama antara

kelompok tani Sumber Makmur dengan Universitas Brawijaya.

3) Kelompok tani Sumber Makmur memiliki aset sosial berupa modal manusia yang meliputi pengetahuan serta keterampilan dalam berbudidaya, modal fisik berupa unsur bangunan dan infrastruktur, modal finansial berupa biaya modal yang dibutuhkan dalam berbudidaya, modal teknologi, modal lingkungan, dan modal sosial.

4) Budaya yang ada di Dusun Sumbersari adalah masih adanya proses budidaya secara monokultur serta peran seorang wanita yang membantu dalam bertani.

5) Di Dusun Sumbersari laki-laki bertugas dalam hal yang cukup berat seperti pengolahan lahan, sedangkan perempuan membantu dalam kegiatan yang lebih ringan dibandingkan dengan tugas laki-laki contohnya dalam hal pemanenan.

6) Terjadi perubahan sosial petani di Dusun Sumbersari semenjak bekerja sama bersama Universitas Brawijaya dan masyarakat merasakan manfaatnya secara langsung.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sobirin. 2007. Budidaya Organisasi (Pengertian, makna dan aplikasinya dalam kehidupan Organisasi). Yogyakarta : UPP,STIM YKPN.

Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas : Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

https://acakadul.wordpress.com/2010/04/23/pemberdayaan-masyarakat-berbasis-aset/. Diakses 26 Maret 2017.

Arif, Adiba. 2015. Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Penggunaan Pestisida Lingkungan. JF FIK UINAM. Vol.3, No.4. Hal 134 – 143.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. 2015. Artikel Bidang BinaUsaha dan Penyuluhan Pertanian. http://pertanian.malangkota.go.id/2015/11/19/uu- no-23-tahun-2014-tentang-pemerintah-daerah-juga-mengatur-tentang- kewajuban-memiliki-badan-hukum-bagi-ormas-penerima-bantuan-hibah-dari-pemerintah/. Diakses tanggal 26 Mei 2017.

Hasbullah, J. 2006. Sosial Capital : Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. Jakarta : MR-Unired Press.

https://www.academia.edu/11227636/modal_sosial_petani_dalam_kelompo k.

Diakses 26 Maret 2017 .

Inrevolzon. 2009. Kebudayaan Dan Peradaban. Publisher. Hal 25 - 34.

Maryati, K. dan Suryawati, J. 2001. Sosiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Moeis, Syarief. 2008. Struktur Sosial : Stratifikasi Sosial. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Murdiyanto, Eko. 2008. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : UPN Veteran Yogyakarta Press.

(34)

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Rajawali Pers.

Soesastro, Hadi. 2005. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir. Yogyakarta : Kanisius.

Suwardi. 2002. Prospek Pemanfaatan Mineral Zeolit di Bidang Pertanian. J. ZEOLIT INDONESIA Vol.1, No.1. Hal 5 – 12.

Swastika dan Hermanto. 2011. Penguatan Kelompok Tani : Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Syafari, Agus dan Kandung, S. N. 2011. Perubahan Sosial Sebuah Bunga Rampai. FISIP Untirta : Banten.

Tim PSG STAIN. 2010. Peran Perempuan Di Sektor Pertanian (Studi Perempuan

Petani Tebu Kec. Sragi Pekalongan). J. MUZAWAH. Vol. 2, No. 1. Hal 215

(35)

Referensi

Dokumen terkait

suatu record, simpanan data, yang merupakan special marker message, yang berfungsi untuk membantu pemrosesan algoritma snapshot di proses yang mengirimkan

Kegiatan pendampingan reguler Bagi Kelompok- Kelompok Tani Masyarakat Peduli Hutan (MPH) oleh NGO di Dusun Bina Desa, Dusun Buring ( Desa Muara Merang ) dan Desa Kepayang,

248 Pasal 1 ke 1.. secara tradisional dan diwariskan turun temurun, dengan menggunakan peralatan tradisional serta memanfaatkan bahan yang diperoleh dari lingkungan alam dan

Noto Presindo, maka selanjutnya analisis dilakukan untuk mencari faktor penyebab tingginya turnover intention dan diduga tingginya turnover intention terjadi karena tingkat

Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara koordinatif dengan petani, ketua kelompok tani, penyuluh, aparat pertanian tingkat kecamatan dan tokoh masyarakat. Tingkat akurasi

Ternyata dakwah yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz tersebut berbuat positif, puluhan ribu masyarakat dengan suka rela berbondong-bondong masuk agama Islam, seperti yang di Khurasan,

Menurut ketua kelompok tani KUSUMA I yaitu bapak Misnan di desa Poncokusumo, perkebunan apel yang berada di desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten

Jawab : Iya tentu saja, berbagai kendala yang kami hadapi saat proses implementasi selalu kami konsultasikan kepada pihak Badan Kepegawaian Negara, misalnya