• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT AN ANALYSIS OF JUDICIAL CONSIDERATIONS IN IMPOSING SENTENCES AGAINST PERPETRATOR OF A CRIMINAL CASE OF SELLING PROCESSED FOOD PRODUCT WITHOUT DISTRIBUTION AUTHORIZATION by Thiomas Briliyan Murol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ABSTRACT AN ANALYSIS OF JUDICIAL CONSIDERATIONS IN IMPOSING SENTENCES AGAINST PERPETRATOR OF A CRIMINAL CASE OF SELLING PROCESSED FOOD PRODUCT WITHOUT DISTRIBUTION AUTHORIZATION by Thiomas Briliyan Murol"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MENJUAL PRODUK PANGAN

OLAHAN TANPA IZIN EDAR

(Jurnal)

Oleh

THIOMAS BRILIYAN MUROL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF JUDICIAL CONSIDERATIONS IN IMPOSING SENTENCES AGAINST PERPETRATOR OF A CRIMINAL CASE OF SELLING PROCESSED FOOD PRODUCT WITHOUT

DISTRIBUTION AUTHORIZATION by

Thiomas Briliyan Murol1, Edy Rifa'i2, Budi Rizki Husin3 Email : thiomasbriliyan04@gmail.com

Based on Article 142 jo Article 91 paragraph (1) of Law Number 18/2012 on Foods, the perpetrator of a criminal case of selling processed food products without distribution authorization shall be punished with imprisonment for a maximum of 2 years or a fine of no more than Rp 4,000,000,000.00. However, on the verdict Number 1351 /Pid.B/2015/PN.TJK, the defendant was terminated with only 5 months imprisonment and a fine of Rp 2000.00. The problem of this research are to find out the judge's basic considerations on the criminal case of selling processed food product without distribution authorization and whether the judge's decision has fulfilled the sense of substantive justice. The research used normative and empirical approaches. The data collection was carried out through literature study and field study. The respondents consisted of 4 source persons, namely: a prosecutor, judges, Civil Servant Investigator of National Agency for Drugs and Foods Control (PPNS BBPOM) and a lecturer. The data were analyzed using qualitative analysis and concluded by means of inductive method. The basis of judges' consideration on verdict Number 1351/Pid.B/2015/PN.TJK, was based on juridical considerations including indictments from the Public Prosecutor, witness' statements, defendant's statements, evidences, criminal acts, article on Foods Law that was Article 142 jo Article 91 paragraph (1) of Law of the Republic of Indonesia Number 18/2012; while the non juridical considerations consisted of the incriminating circumstances that the criminal act of the defendant may damage public health and the extenuating circumtances was the fact that the defendant has never been convicted before and the defendant has dependents family. The Application of Substantive Justice in Decision Number 1351/Pid.B/2015/PN.TJK, that the judge's decision has not fulfilled the substantive justice. Therefore, the authors suggested that in deciding a case, the judges should not only put the decision merely on the determined articles, but also to examine thoroughly from the other side of the impacts caused by the actions of the defendant.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MENJUAL PRODUK PANGAN OLAHAN TANPA IZIN EDAR

oleh

Thiomas Briliyan Murol1, Edy Rifa’i2, Budi Rizki Husin3 Email : thiomasbriliyan04@gmail.com

Berdasarkan Pasal 142 jo Pasal 91 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, bahwa pelaku tindak pidana menjual produk pangan olahan tanpa izin edar dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00. Namun pada putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK terdakwa diputus dengan pidana penjara 5 bulan dan denda Rp 2000,00. Permasalahan pada skripsi ini yaitu bagaimanakah dasar pertimbangan hakim dalam perkara tindak pidana menjual produk pangan olahan tanpa izin edar dan apakah putusan hakim telah memenuhi rasa keadilan substantif. Pendekatan masalah menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. N a r a s u m b e r b e r j u m l a h 4 o r a n g y a k n i j a k s a , h a k i m , P P N S B B P O M d a n d o s e n . Analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif. Dasar pertimbangan hakim pada Putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK, hakim menggunakan dasar-dasar pertimbangan yuridis meliputi surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum, keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, tindakan pidana, pasal-pasal dalam Undang-Undang Pangan Pasal 142 jo Pasal 91 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 dan pertimbangan non yuridis yakni hal yang memberatkan adalah tindakan pidana terdakwa dapat merusak kesehatan masyarakat dan hal yang meringankan adalah terdakwa belum pernah dipidana dan terdakwa memiliki tanggungan keluarga. Penerapan Keadilan Substantif pada Putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK, keputusan hakim belum memenuhi keadilan substantif. Sehingga penulis menyarankan hendaknya hakim dalam memutus suatu perkara tidak hanya berlandaskanpada pasal yang telah ditentukan namun harus melihat secara menyeluruh yakni dari sisi lain dampak yang ditimbulkan oleh perbuatan terdakwa.

(4)

I. PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia dengan segala aktifitasnya, sehingga merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Dalam pengertian lainnya dijelaskan bahwa air minum adalah air yang dapat diminum langsung atau air yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum dapat diminum.1

Industri air minum dalam kemasan (AMDK) dalam beberapa tahun terakhir ini memperlihatkan perkembangan sangat pesat. Hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang bergerak dalam industri ini yang jumlahnya mencapai lebih dari 100 perusahaan. Semakin banyaknya merk air minum dalam kemasan maka selaku konsumen kita harus berhati-hati dalam memilih merk air minum kemasan ini karena masih banyak merk air minum di pasaran yang belum didaftarkan dan belum memiliki nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI).2

Berdasarkan Putusan Nomor: 1351/Pid.B/2015/PN.Tjk., terdakwa Parsono Bin Giran tertangkap tangan memproduksi dan memperjualbelikan Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK) tanpa izin edar dari Badan POM RI, barang bukti berupa AMDK kemasan gallon 19 L sebanyak 6 gallon dan kemasan 240 ml sebanyak 6 dus dengan merk Arquana.3 Dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada

1Asmandi, Khayan. Karsono, H.S.

2011.Teknologi Pengolahan Air minum.Gosyen Publishing. Yogyakarta. Yogyakarta, 2011,hlm. 15.

2

http://eksbis.sindonews.com/read/penyediaan-air-bersih-olehpemda-masih-bermasalah, diaksestanggal 4 September 2016.

3Putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK.hlm

3.

terdakwa yaitu dikenakan Pasal 142 jo

Pasal 91 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dengan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 8 bulan. Selanjutnya, Majelis Hakim memutuskan dakwaan yang yaitu melanggar Pasal 142 jo Pasal 91 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan bahwa Parsono Bin Giran yang dengan sengaja tidak memiliki izin edar yang dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliarrupiah).4

Dilihat dari kasus yang dilakukan terdakwa, hal tersebut dapat merusak kesehatan masyarakat karena AMDK di produksi secara masal yang belum diketahui apakah air yang diproduksi mengandung senyawa kimia berbahaya untuk kesehatan dan merupakan kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dikonsumsi setiap hari. Putusan tindak pidana dengan sengaja menjual produk pangan olahan tanpa izin edar yakni produk Air Minum Dalam Kemasan dengan merk Arquana, sebagaimana terdapat dalam putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 5 bulan. Berdasarkan data di atas terjadi kesenjangan antara ketentuan Pasal 142

jo Pasal 91 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dengan pelaksanaan di lapangan yaitu dalam Putusan Nomor Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK yakni pidana penjara yang diterima tersangka terlalu ringan jika dibandingkan dengan

(5)

ketentuan Pasal 142 jo Pasal 91 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Dengan Sengaja Menjual Produk Pangan Olahan Tanpa Izin Edar”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana menjual produk pangan olahan tanpa izin edar pada Putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK ?

b. Apakah putusan hakim dalam

putusan Nomor

1351/Pid.B/2015/PN.TJK telah memenuhi rasa keadilan substantif?

II. METODE PENELITIAN

Pendekatan masalah menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan atau kajian ilmu hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan penelitian berdasarkan realitas yang ada.

Sumber dan jenis data, jenis data dilihatbdari sudut sumbernya, dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan kepustakaan. Narasumber berjumlah 4 orang yakni jaksa, hakim, PPNS BBPOM dan dosen. Setelah data terkumpul dan diolah, kegiatan

selanjutnya adalah analisis data. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif.

III. PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Putusan Negeri

Tanjung Karang Nomor

1351/Pid.B/2015/PN.TJK

Berdasarkan fakta dipersidangan baik pemeriksaan barang bukti, keterangan ahli, pemeriksaan terdakwa, dan saksi dapat disimpulkan bahwa berawal pada hari Kamis tangga l4 Juni 2015 sekitar jam 10.00 berdasarkan Surat Perintah Tugas Nomor. SPT/08/BBPOM/PPNS/VI/2015 tanggal 4 Juni 2015, petugas Balai Besar Badan POM Bandar Lampung melakukan operasi penertiban peredaran pangan di ARQUAna Jalan AMS Waysom Pekon Kota Agung Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus yakni di kediaman Parsono Bin Giran. Pada saat operasi penertiban peredaran pangan tersebut ditemukan pangan olahan dalam kemasan yakni AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) yang tidak memiliki izin edar.

(6)

kesehatan manusia. Perbuatan terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana dalam Pasal 142jo

pasal 91 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

B. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Dengan Sengaja Menjual Produk Pangan Olahan Tanpa Izin Edar

Pada Putusan Nomor

1351/Pid.B/2015/PN.TJK

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan dan mengandung kepastian hukum, di samping ini juga mengandung manfaat bagi pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung.5

Menurut Arie Apriansyah dalam wawancara yang dilakukan penulis, Konsep KUHP baru yang didasarkan pada Pasal 55 menyatakan bahwa hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada pelaku selain melihatdan mempertimbangkan kepada aspek lain yakni melihat aspek akibat, korban dan juga keluarga korban. Hal ini merupakan konsep baru yang harus diperhatikan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada pelakutindak pidana, karena perbuatan yang dilakukan selain berdampak kepada pelaku, hal ini juga berakibat kepada korban dan juga

5Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada

Pengadilan Agung, cet V (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004).hlm.140

keluarga korban. Selain itu menurut Arie Apriansyah, seorang hakim dalam melakukan pembuktian harus benar-benar memilikikecermatan dan kehati-hatian karena keputusan yang akan diambilnya berhubungandengan nasib seseorang yang didakwa melakukan tindak pidana. Jangan sampai iamengambil keputusan yang keliru karena akan menyebabkan penderitaan bagi orangyang tidak bersalah. 6

Menurut Nirmala Dewita, sebelum majelis hakim menjatuhkan putusannya, maka majelis hakim akan mempertimbangkan hal-hal yuridis dan non yuridis yang menjadi dasar pertimbangan hakim menjatuhkan putusan. Pertimbangan hakim bersifat yuridis pada putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK adalah alat bukti yang berupa keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, barang bukti serta keterangan terdakwa, dan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan. Pertimbangan hakim yang bersifat non yuridis pada putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK adalah hal yang memberatkan dan yang meringankan.7

Berdasarkan hasil penelitian/hasil riset yang telah dilakukan oleh penulis di dapatkan data bahwa pertimbangan-pertimbangan yuridis dalam putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK antara lain;

Jaksa Penuntut Umum dalam putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK terdakwa didakwa dengan dakwaan Pasal142joPasal91Ayat(1) Undang-undangRepublikIndonesiaNomor

6Hasil wawancara peneliti dengan Pak Arie

Apriansyah Jaksa Pengadilan Negeri Tanjung Karang, 09/03/2017

7Hasil wawancara peneliti dengan Ibu Nirmala

(7)

18Tahun2012tentangPangan, yang mana dengan sengaja memproduksi serta menjual Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) tanpa izin edar dari BPOM.

Hakim perlu mempertimbangkan perbuatan terdakwa putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK tanggal 16 November 2015 telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana di bidang pangan sebagai berikut:

1. Unsur “Pelaku Usaha Pangan” Yang dimaksud dengan pelaku usaha pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu atau lebih subsistem agribisnis pangan, yaitu penyedia masukan produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran, perdagangan, dan penunjang. Bahwa terdakwa mengaku air minum kemasan dan gallon merek ARQUAna adalah milik dan tanggungjawab terdakwa dan air minum kemasan dan galoon merek ARQUAna tidak ada izin edar dari Balai POM Republik Indonesia berupa registrasi MD.

Bahwa, Pelaku Usaha Pangan yang dimaksud dalam tindak pidana yang didakwakan oleh Jasa Penuntut Umum tersebut adalah Parsono Bin Giran dimana dari proses penyidikan, penuntutan maupun proses di pengadilan identitas terdakwa tidak mengalami perubahan dimana terdakwa adalah orang yang melakukan tindak pidana yang dimaksud.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut Majelis Hakim berkesimpulan unsur ini telah terpenuhi dalam perbuatan terdakwa.

2. Unsur “Dengan sengaja tidak memiliki izin edar terhadap setiap pangan olahan yang dibuat di dalam negeri atau yang di impor untuk

diperdagangkan dalam kemasan eceran”.

Berdasarkan fakta di persidangan baik pada pemeriksaan saksi, barang bukti, keterangan ahli, dan pemeriksaan terdakwa dapat disimpulkan bahwa terdakwa sudah diberi peringatan keras melalui surat tertanggal 24 Maret 2015 Nomor IN.07.06.913.03.15.592 untuk tidak memproduksi dan mengedarkan AMDK ARQUAna yang tidak memiliki izin edar dan surat tersebut telah diterima oleh terdakwa sendiri. Bahwa pada hari Kamis 4 Juni 2015 sekitar pukul 10.00 WIB bertempat di Jl. AMS Waysom Pekon Kota Agung Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus, petugas Petugas Balai Besar POM Bandar Lampung melakukan operasi penertiban peredaran pangan di pabrik air minum kemasan milik terdakwa ditemukan air minum kemasan dan gallon merek ARQUAna tidak ada izin edar dari Balai POM Republik Indonesia berupa registrasi MD. Selanjutnya Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dan tidak mencantumkan Nomor pendaftaran MD yang dikeluarkan oleh Badan POM RI yang mana harus dicantumkan dalam kemasan air minum kemasan dan gallon tersebut, dengan demikian unsure ini terpenuhi.

(8)

dari ARQUA yang tela habis masa berlakunya.

Bahwa terdakwa mengetahui pangan yang tidak memiliki izin edar tidak boleh diperdagangkan.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut Majelis Hakim berkesimpulan usur dengan sengaja tidak memiliki izin edar terhadap setiap pangan olahan yang dibuat di dalam negeri untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran telah terpenuhi dalam perbuatan terdakwa.

Majelis hakim mempertimbangkan alat bukti yang terdiri dari keterangan terdakwa, keterangan ahli, dan barang bukti:

1. Terdakwa dalam persidangan memberikan keterangan yang pada pokoknya bahwa terdakwa Parsono Bin Giran benar memproduksi dan menjual produk pangan berupa Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK) berupa kemasan gallon 19 L dan kemasan 240 ml dengan merk ARQUAna belum mempunyai atau belum mendapat izin edar dari Badan POM RI berupa registrasi MD (Makanan Dalam Negeri). 2. Keterangan saksi-saksi di bawah

sumpah dipersidangan. Saksi Arditoto dan Jazari Alfaridi, S.Si, yang menerangkan bahwa benar pada hari Kamis 4 Juni 2015 sekitar pukul 10.00 WIB bertempat di Jl. AMS Waysom Pekon Kota Agung Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus, dilakukan operasi penertiban peredaran pangan oleh Petugas Balai Besar POM Bandar Lampung tentang peredaran pangan berupa air minum kemasan dan gallon merek ARQUAna dipabrik

terdakwa dan ditemukan bahwa 6 Dus air minum kemasan plastik 240 ml dan 6 gallon kemasan plastik 19 liter merek ARQUAna tidak ada izin edar dari Balai POM Republik Indonesia berupa registrasi MD. Menurut Saksi Jazari Alfaridi, S.Si bahwa nomor registrasi MD.249108001037 yang tercantum pada barang bukti, air minum ARQUAna adalah nomor registrasi darii ARQUA yang telah habis masa berlakunya.

Keterangan saksi Yulita dan Lina Rupia bahwa terdakwa sebelumnya sudah diberi peringatan keras melalui surat tertanggal 24 Maret 2015 Nomor IN.07.06.913.03.15.592 untuk tidak memproduksi dan mengedarkan produk AMDK ARQUAna yang tidak memiliki izin edar dan surat tersebut telah diterima oleh terdakwa sendiri. 3. Keterangan Ahli Elfita Yeni

memberikan keterangan yang pada pokoknya menerangkan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan di dalam negeri untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam/ atau pada kemasan pangan. Bahwa pabrik hanya diperbolehkan

(9)

dihadapkan kepada ahli adalah pangan yang tidak mempunyai izin edar, adapun nomor registrasi atau pendaftaran di produk ARQUAna merupakan nomor pendaftaran fiktif.

Bukti-bukti berupa keterangan para saksi, keterangan terdakwa serta barang bukti yang diajukan dipersidangan sebagaimana dikemukakan merupakan pertimbangan hakim yang berifat yuridis dan bukti-bukti tersebut dinyatakan cukup untuk menyatakan perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsur dari surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang diajukan pada majelis hakim.

Selain pertimbangan hakim yang bersifat yuridis, majelis hakim sebelum menjauhkan putusannya terlebih dahulu mempertimbangkan hal yang memberatkan dan hal yang meringankan dari sifat-sifat pribadi terdakwa yang merupakan suatu pertimbangan non yuridis:

1. Hal-hal yang memberatkan terdakwa dalam persidangan:

Perbuatan terdakwa dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat selaku konsumen. 2. Hal-hal yang meringankan terdakwa

dalam persidangan:

a.Terdakwa belum pernah dipidana b. Terdakwa mempunyai tanggungan

keluarga.

Menurut Nirmala Dewita, S.H., M.H. hukuman terhadap terdakwa Parsono Bin Giran didakwa dengan Pasal 142

joPasal 91 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dijatuhi pidana penjara 5 (lima) bulan denda sebesar Rp2000,00 (dua ribu rupiah). Berdasarkan pemaparan di atas

penetapan dan putusan tersebut memuat pertimbangan hakim yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar. Pidana penjara dan denda tersebut merupakan konsekuensi dari perbuatan terdakwa yang menurut Majelis Hakim telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Menjual Produk Pangan Olahan Tanpa Izin Edar” yang terdapat dalam putusan Pengadilan Negeri Tanjung

Karang Nomor

1351/Pid.B/2015/PN.Tjk. tanggal 16 November 2016.8

Menurut penulis dasar pertimbangan hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung

Karang Nomor

1351/Pid.B/2015/PN.Tjk telah mengikuti segala aturan dalam menjatuhkan pidana terhadap suatu kasus. Dalam hal ini hakim telah melihat segala alat bukti yang sah, putusan hakim merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan terhadap segala unsur tindak pidana, dan membuktikan segala alat bukti yang diajukan oleh saksi-saksi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sanusi Husin, bahwa Putusan hakim merupakan puncak dari suatu perkara yang diperiksa dan diadili oleh hakim tersebut. Oleh karena itu, hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek di dalamnya, mulai dari tidak dapat dilakukan ketidakcermatan, baik yang bersifat formal maupun meteriil sampai dengan adanya kecakapan teknik membuatnya. Jika hal negatif tersebut tidak terjadi maka diharapkan dalam diri hakim tumbuh adanya sikap atau sifat kepuasaan moral jika putusan yang dibuatnya itu dapat menjadi tolok ukur untuk perkara yang sama, atau dapat menjadi bahan

8Hasil wawancara peneliti dengan Ibu Nirmala

(10)

referensi bagi kalangan teoretisi maupun praktisi hukum serta kepuasan nurani tersendiri jika putusannya dikuatkan dan tidak dibatalkan pengadilan yang lebih tinggi.9

C.Penerapan Keadilan Substantif dalam Putusan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Menjual Produk Pangan Olahan Tanpa Izin Edar Pada Putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK

Menurut Sanusi Husin, Putusan hakim dalam memutus suatu perkara harus memenuhi rasa keadilan prosedural dan keadilan substantif. Menurut konsep keadilan prosedural, sesuatu dianggap adil apabila pelaksanaan dan putusan hakim selalu mengikuti bunyi pasal-pasal di dalam undang-undang. Jika hakim memutus di luar ketentuan undang-undang bisa dianggap tidak adil karena melanggar kepastian-kepastian yang sudah ditentukan oleh UU. Yang dikatakan adil di dalam keadilan prosedural itu adalah apabila putusan hakim diletakkan pada aturan-aturan resmi yang ada sebelumnya. Ini diperlukan agar ada kepastian bagi orang-orang yang akan melakukan sesuatu sehingga bisa memprediksi apa akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu. Sebenarnya, kalau ditilik dari latar belakangnya, baik keadilan substantif maupun keadilan prosedural sama-sama berangkat dari esensi kebaikan hukum yang sama.10 Hakim semestinya menjadi seorang interpretator yang mampu menangkap semangat keadilan dalam masyarakat dan tidak terbelenggu oleh kekakuan

9Hasil wawancara peneliti dengan Pak Sanusi

Husin Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, 10/05/2017

10Hasil wawancara peneliti dengan Pak Sanusi

Husin Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, 10/05/2017

normatif-prosedural yang ada dalam peraturan perundang-undangan, karena hakim bukan lagi sekedar pelaksana undang-undang. Artinya, hakim dituntut untuk memiliki keberanian mengambil keputusan yang berbeda dengan ketentuan normatif undang-undang, sehingga keadilan substansial selalu saja sulit diwujudkan melalui putusan hakim pengadilan, karena hakim dan lembaga pengadilan hanya akan memberikan keadilan formal.11

Menurut Tri Martana, Agar pangan yang aman tersedia secara memadai, perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat yang mengonsumsi pangan sehingga pangan yang diedarkan dan/atau diperdagangkan tidak merugikan serta aman bagi kesehatan jiwa manusia. Dengan perkataan lain harus memenuhi persyaratan keamanan pangan. Produk pangan yang dikonsumsi masyarakat pada dasarnya melalui suatu mata rantai proses yang meliputi produksi, penyimpanan, pengangkutan, peredaran hingga tiba di tangan konsumen. Agar keseluruhan mata rantai tersebut memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan, maka perlu diwujudkan suatu system pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif dibidang keamanan, mutu dan gizi pangan.12

Hal ini dipertegas oleh pendapat Sanusi Husin bahwa putusan hakim tidak sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa karena hakim tidak melihat kasus ini secara menyeluruh. Seharusnya hakim tidak hanya melihat

11Ata Ujan, Andre.2009.Filsafat

Hukum.Kanisius.Yogyakarta. hlm 34.

12Hasil wawancara peneliti dengan Pak Tri

Martana Seksi Penyidikan BPOM Bandar Lampung,

(11)

sisi yang memberatkan hanya dari dampak AMDK yang diproduksi terhadap kesehatan masyarakat namun harus dilihat pula dari sisi lainnya. Misalnya berapa banyak keuntungan yang di dapat dari kegiatan produksi AMDK tersebut, jika dengan keuntungan yang besar terdakwa dapat merusak kesehatan masyarakat secara luas, dapat merugikan perekonomian negara dan melanggar kewibawaan pemerintah. Selain itu menurut beliau, terdakwa seharusnya tidak hanya dihukum pidana penjara namun juga dibebankan dengan denda yang dilakukan dengan perhitungan yang layak sesuai dengan keuntungan yang di dapatkan dari produksi AMDK tanpa izin edar tersebut.13

Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku dalam perkara ini sudah benar didasarkan pada pertimbangan yuridis. Namun Penulis berpendapat bahwa penjatuhan sanksi oleh Hakim pidana penjara selama 5 bulan kepada terdakwa belum cukup untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Menurut penulis penjatuhan sanksi pidana kepada terdakwa Parsono sangat ringan dan tidak memenuhi aspek keadilan substantif karena dengan alasan yang dipaparkan dari keterangan Tri Martana untuk mendapat izin edar AMDK terbukti bahwa terdakwa melanggar 3 persyaratan yakni tidak memiliki sertifikat SNI AMDK sedangkan sertifikat SNI AMDK tersebut “WAJIB” dimiliki oleh setiap pelaku usaha AMDK, terdakwa tidak memiliki surat izin pengeboran air, selain itu pelaku tidak mendaftarkan AMDK tersebut ke Balai Besar POM.

13Hasil wawancara peneliti dengan Pak Sanusi

Husin Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, 10/05/2017

Selain itu menurut kesaksian Yulita dan Lina Rupia bahwa terdakwa telah mendapat peringatan keras dari BPOM Bandar Lampung untuk tidak memproduksi dan mengedarkan produk AMDK ARQUAna yang tidak memiliki izin edar terlebih peringatan tersebut telah didapatkan terdakwa sebanyak 3 kali, adapun nomor registrasi yang tertera pada AMDK ARQUAna merupakan hasil kejahatan dimana nomor registrasi tersebut adalah nomor registrasi untuk merek AMDK ARGUA yang sudah habis masa berlakunya.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam rumusan masalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dasar pertimbangan hakim pada

Putusan Nomor

(12)

dipidana dan terdakwa memiliki tanggungan keluarga.

2. Penerapan Keadilan Substantif pada Putusan Nomor 1351/Pid.B/2015/PN.TJK, hakim menjatuhi terdakwa dengan pidana penjara 5 (lima) bulan denda sebesar Rp2000,00 (dua ribu rupiah). Hal tersebut belum memenuhi keadilan substantif karena hakim memutus perkara ini tidak secara menyeluruh dan hanya mengacu pada Undang- Undang Pangan yang digunakan. Selain itu hakim tidak mempertimbangkan bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak hanya memproduksi AMDK tanpa izin edar namun melakukan tindak kejahatan dengan menggunakan izin edar merk AMDK lain yang telah habis masa berlakunya.

B.Saran

1. Hendaknya hakim dalam memutus suatu perkara tidak hanya berlandaskan

pada pasal yang telah ditentukan namun harus melihat secara menyeluruh yakni dari sisi lain dampak yang ditimbulkan oleh perbuatan terdakwa.

2. Perlunya pengawasan lebih oleh aparat hukum maupun instansi terkait terhadap kegiatan produksi dan pengedaran pangan olahan khususnya Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang tidak memiliki izin edar yang cenderung masih banyak beredar dimasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Asmandi, Khayan. Karsono, H.S. 2011.

Teknologi Pengolahan Air minum.Gosyen Publishing. Yogyakarta. Yogyakarta, 2011,hlm. 15.

Ata Ujan, Andre.2009.Filsafat Hukum.Kanisius.Yogyakarta. hlm 34.

http://eksbis.sindonews.com/read/penye diaan-air-bersih-olehpemda-masih-bermasalah,

diaksestanggal 4 September 2016.

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agung, cet V (Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2004).hlm.140

Putusan Nomor

1351/Pid.B/2015/PN.TJK

Referensi

Dokumen terkait

W dniach 17-21 kwietnia 1917 roku w Kijowie odbył się kongres mający na celu utwo- rzenie organu o szerszym zakresie kompetencji niż Rada.. Przewodniczył

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Rasio

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah : (1) Untuk dimensi percaya diri berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah (1) Mengetahui Desain Busana Pengantin Muslimah (2) Mengetahui Proses Pembuatan Busana pengantin muslimah dengan hiasan teknik melekatkan

Bagi sekolah, memberikan masukan dalam upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan siswa sehingga dapat

ABSTRAK :Hidrolisis garam merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) materi hidrolisis garam yang

Satuan tugas pengamanan barang milik daerah selanjutnya disebut Satgas adalah pejabat dan staf yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu pelaksanaan tugas pengamanan

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap