147
Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD BK Peana Kec.Pipikoro
Kristianto Apriono
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Permasalahan utama pada penelitian ini rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD BK Peana pada mata pelajaran IPA. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model Sains Teknologi Masyarakat pada siswa kelas V SD BK Peana. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart. Adapun rancangan penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 17 orang siswa. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 55% berada pada kategori cukup, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 90% berada dalam kategori sangat baik. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I memperoleh nilai rata 46,7%, berada dalam kategori kurang, pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 91,1%, berada dalam kategori sangat baik. Hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal 64,70%. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal 94,12%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai minimal 85%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD BK Peana.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Sains Teknologi Masyarakat.
I. PENDAHULUAN
Data hasil belajar IPA kelas V SD BK Peana tahun ajaran 2012/2013
menunjukkan 40% siswa yang tidak tuntas. Dapat dikatakan bahwa pemahaman
konsep esensial IPA yang dibahas dalam pembelajaran IPA tidak memuaskan karena
guru menyajikan materi berdasarkan pada buku sumber yang terbatas dan kurang
dikembangkan oleh guru. Ketergantungan proses belajar siswa kepada guru sangat
tinggi. Selain itu guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional, dalam
metode konvensional ini ceramah adalah cara yang sangat dominan digunakan guru
dalam mengajar yang belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut
disebabkan karena guru kurang mengkaitkan konsep-konsep IPA yang diajarkan
148 kesulitan untuk memahami pelajaran IPA yang mengakibatkan rendahnya minat dan
kreatifitas siswa dalam mempelajari IPA.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman, minat, kreatifitas dan
prestasi belajar siswa diperlukan suatu model yang diharapkan penyajian materi
menjadi lebih menyenangkan karena siswa melihat langsung fenomena-fenomena
yang terdapat dalam teori yang mereka pelajari dengan kenyataan yang ada di
lingkungan dan masyarakat sekitarnya (Yager, 1992). Bertolak dari permasalahan di
atas Model Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan salah satu alternatif
model pembelajaran yang cukup menjanjikan untuk memenuhi harapan dan tuntutan
tersebut.
Model STM adalah belajar dan mengajarkan sains dan teknologi dalam
konteks pengalaman manusia. Model STM dianggap cocok untuk mengintegrasikan
domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan, dan
keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan model sains. Oleh karena itu,
pembelajaran sains yang menggunakan model STM melibatkan masalah/isu aktual
yang dihadapi oleh siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga
relevan dengan kehidupan siswa (Eddy M. Hidayat,1992) .
Penerapan model STM dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara
kemajuan Iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan
nilai-nilai Iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari serta dampaknya bagi
lingkungan. Selain itu, melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa memiliki
landasan untuk menilai pemanfaatan teknologi baru dan implikasinya terhadap
lingkungan dan budaya di tengah derasnya arus pembangunan pada era industrialisasi.
Siswa dibiasakan peduli akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan
dengan Iptek.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mencari alternatif metode pembelajaran
yang tepat pada pembelajaran IPA dengan menekankan pada metode pembelajaran
model STM dengan mengoptimalkan sumber belajar yang ada di lingkungan belajar
149 II. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian mengacu pada desain penelitian tindakan kelas yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Suharsimi, 2002:84) yaitu meliputi 4
tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan tindakan (iii) observasi, dan (iv) refleksi.
Setting penelitian dilaksanakan di kelas IV SD BK Peana dengan jumlah siswa 17
orang. Keseluruhan siswa dijadikan sebagai sasaran atau target penelitian tindakan
kelas. Penelitian Tindakan kelas menggunakan model pembelajaran sains teknologi
masyarakat yang dilaksanakan secara bersiklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai
kompetensi yang dicapai. Jenis data dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil
tes yang diberikan kepada siswa. Kedua jenis data tersebut diperoleh melalui
pengamatan observer dan hasil evaluasi belajar siswa. Teknik analisis data dalam
penelitian, yaitu: teknik analisis data kuantitatif, dan teknik analisis data kualitatif.
Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk menghitung data pengukuran
ketercapaian hasil evaluasi belajar siswa, sedangkan teknik analisis data kualitatif
digunakan untuk menganalisis data hasil penilaian aktivitas guru dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil analisis penelitian pada setiap siklus yang dicapai pada penerapan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA diklasifikasikan atas
tiga bagian yaitu: analisis hasil pengamatan aktivitas guru, analisis hasil pengamatan
aktivitas siswa, dan analisis hasil belajar siswa. Hasil penelitian siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Hasil Penelitian
Siklus Ketuntasan Belajar Klasikal (%)
Aktivitas Guru (%) Aktivitas Siswa (%)
I 64,70% 55% Cukup 46,7% Kurang
II 94,12% 90% Sangat Baik 91,1% Sangat
Baik
150 Berdasarkan tabel hasil penelitian, bahwa model pembelajaran sains teknologi
masyarakat pada pembelajaran IPA sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar
klasikal, aktivitas siswa, dan aktivitas guru. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan
ketuntasan belajar klasikal sebesar 29,42%, aktivitas guru sebesar 45% dan aktivitas
siswa sebesar 44,4%. Hasil penilaian tersebut sesuai dengan hasil pengamatan pada
siklus I dan siklus II. Siklus I, berdasarkan 8 aspek penilaian aktivitas mengajar guru
yang diamati diperoleh nilai persentase 55% dengan kriteria taraf keberhasilan
tindakan yaitu cukup. Siklus II, nilai persentase observasi aktivitas guru menjadi 90%
dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu sangat baik. Hasil penilaian aktivitas
siswa siklus I, berdasarkan 8 aspek penilaian diperoleh persentase sebesar 46,7%
dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu kurang. Siklus II, hasil penilaian
aktivitas siswa meningkat menjadi 91,1%. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada
siklus I sebesar 64,70%, terdapat 11 orang siswa yang dinyatakan tuntas dan 6 orang
siswa dinyatakan belum tuntas. Siklus II, ketuntasan belajar klasikal siswa mengalami
peningkatan, siswa yang tuntas berjumlah 16 orang dan yang belum tuntas berjumlah
1 orang, persentase ketuntasan klasikal 94,12%. Peningkatan persentase aktivitas
mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan ketuntasan belajar klasikal terjadi karena
kelemahan-kelamahan yang terdapat pada siklus I dapat diperbaiki.
Pembahasan
Penerapan model pembelajaran STM dalam pembelajaran, bagi siswa yang
baru melaksanakannya memerlukan waktu untuk beradaptasi. Keadaan ini terlihat
dalam pelaksanaan tindakan siklus I dimana para siswa terlihat kaku dalam menerima
pelajaran dan belajar kelompok sehingga aktivitas belajar kelompok kurang berjalan
sesuai yang diharapkan karena dipengaruhi oleh perilaku dan sikap dari setiap siswa.
Perilaku yang ditampilkan oleh siswa, siswa tersebut bukan sikap yang dibuat-buat
tetapi belum terbiasanya belajar dengan model pembelajaran STM, hal ini sesuai
dengan hasil observasi pada siklus I yang persentase nilai rata-rata aktivitas siswa
adalah 46,7% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 55%.
Pelaksanaan tindakan siklus II diskusi kelompok dimulai dengan lebih
memperhatikan siswa yang berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan berdasarkan
pertimbangan karakter dari masing-masing kelompok agar komunikasi dalam
151 antar kelompok pada siklus II telah terlihat adanya kemajuan hal ini sesuai dengan
hasil observasi siklus II yaitu persentase nilai rata-rata perolehan aktivitas siswa
adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 90%. Pada siklus ini
terlihat mulai terbiasanya siswa menghargai pendapat orang lain dan saling
memberikan motivasi.
Dalam pelaksanaan interaksi antar kelompok pada siklus II telah terlihat
adanya kemajuan hal ini sesuai dengan hasil obsrvasi siklus II yaitu persentase nilai
rata-rata perolehan aktivitas siswa adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata aktivitas
guru adalah 90%. Pada siklus ini terlihat mulai terbiasanya siswa menghargai
pendapat orang lain dan saling memberikan motivasi. Keadaan lain yang yang terjadi
dari diskusi antar kelompok adalah adanya peningkatan pemahaman materi dari
hampir semua siswa. Ini terjadi karena adanya perhatian siswa dalam menyimak
tanggapan dari kelompok lain. Dari jawaban yang diberikan dari kelompok penyaji
maupun oleh kelompok yang memberikan tanggapan, secara tidak langsung
melibatkan semua siswa untuk memikirkan jawaban yang benar.
Berdasarkan analisis tes siklus I dapat memberikan gambaran bahwa siswa
yang memperoleh ketuntasan belajar secara individual berjumlah 11 orang, sedangkan
yang belum tuntas berjumlah 6 orang dengan persentase nilai daya serap klasikal
69,41% dan persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 64,70%. Hasil tersebut bila
dibandingkan nilai ketuntasan belajar klasikal sebelum tindakan yaitu sebesar 35,29%.
Pada siklus I ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%
sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Rendahnya ketuntasan belajar
klasikal pada siklus I disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran masih kurang, sehingga proses
pembelajaran masih didominasi oleh guru.
2. Siswa kurang percaya diri dan malu untuk tampil melakukan diskusi kelompok.
3. Siswa kurang aktif mengaitkan model pembelajaran STM dengan kegiatan
belajar, karena tidak terbiasa melakukanya.
4. Peneliti kurang memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk bertanya.
Pada siklus II hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dari hasil pada siklus
I. Dari analisis hasil belajar siswa pada siklus II, diketahui bahwa dari 17 orang jumlah
152 belum tuntas atau dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 94,12%.
Siswa yang belum tuntas tersebut akan mendapatkan bimbingan khusus untuk lebih
meningkatkan dan mempertahankan hasil belajarnya. Dari analisis hasil belajar pada
siklus II tersebut menunjukan pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar dan
sudah memenuhi indikator kinerja yang ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa penerapan model
pembelajaran STM dalam pembelajaran, merupakan salah satu alternatif dalam upaya
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Siswa
mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan dan membantu dalam
mengembangkan potensi siswa. Hal ini membuktikan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran STM dalam pembelajaran IPA, maka masalah dan kesulitan siswa
dalam meningkatkan hasil belajarnya dapat diatasi.
Berdasarkan hasil nilai rata-rata daya serap klasikal siswa dan ketuntasan
belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka perbaikan pembelajaran
ini dianggap berhasil. Dengan demikian perbaikan pembelajaran melalui penerapan
model pembelajaran STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran STM, hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SD BK
Peana akan meningkat.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa penerapan model
Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas V SD BK Peana Kec.Pipikoro. berdasarkan hasil
pada sisklus II ketuntasan belajar klasikal 94,12%, aktivitas guru 94,12%, dan
aktivitas siswa 91,1%, memenuhi indikator
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan yaitu
dalam pembelajaran IPA di SD, siswa diharapkan lebih aktif utamanya memahami
konsep yang dipelajari. Guru hendaknya lebih aktif memberi dan menemukan ide-ide
baru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga siswa mudah
153 DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian suatu Model Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Hidayat, M. Eddy (1992). Science-Technology-Society: Pendidikan Sains untuk Tahun 2000. Edisi Khusus Jurnal Pendidikan IPA. Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia
Yager, Robert. E (1992). The STS Aproach Parallels Constructivist Practices. Science Education International, Vol. 3, No. 2.