• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLICY BRIEF PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLICY BRIEF PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN D"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

POLICY BRIEF

PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

I.Pendahuluan

Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sebagai implementasi dari pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) yang harus dijunjung tinggi sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari penduduk, demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan penduduk saat ini dan generasi yang akan datang, maka kependudukan pada seluruh dimensinya harus menjadi titik sentral pembangunan berkelanjutan agar setiap penduduk dan generasinya mendatang dapat hidup sehat, sejahtera, produktif, dan harmonis dengan lingkungannya serta menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas bagi pembangunan. Pembangunan harus dilakukan oleh penduduk dan untuk penduduk, dan karenanya perencanaan pembangunan harus didasarkan pada kondisi atau keadaan penduduk dan pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh penduduk bukan hanya oleh sebagian atau segolongan tertentu.

(2)

mempengaruhi pola dan arah demografi semata, tetapi sasarannya jauh lebih luas, yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat baik dalam arti fisik maupun non fisik termasuk spiritual.

Dampak perubahan dinamika kependudukan akan terasa dalam jangka waktu yang lama, sehingga seringkali kepentingannya diabaikan. Luasnya cakupan masalah kependudukan menyebabkan pembangunan kependudukan harus dilakukan secara lintas sektor dan lintas bidang. Oleh karenanya dibutuhkan bentuk koordinasi dan pemahaman mengenai konsep perkembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga secara tepat. Dalam konteks perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga perlu memperoleh perhatian khusus dalam rangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Penempatan penduduk sebagai titik sentral pembangunan tidak saja merupakan program nasional namun juga komitmen hampir seluruh bangsa di dunia yanga tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Untuk melaksanakan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga diperlukan suatu lembaga yang kuat.

II. Definisi

A. Perkembangan Kependudukan (1) adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas, dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera). Perkembangan Kependudukan (2) adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. (Pasal 1 Angka 4 UU Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga).

B. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat (Pasal 1 Angka 7 UU Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga) c.Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya

(3)

mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga)

III. Eskalasi perkembangan kependudukan

Perkembangan kependudukan tergantung pada tiga parameter utama, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk.. Secara demografis, kondidi tumbuh seimbang sudah dapat di capai paling cepat tahun 2010 dan paling lambat tahun 2015.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia

Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam buah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai presentase jumlah individu dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus: P = Poekt.

(4)

untuk meningkatkan sosialisasi penyuluhan KB.Sebab itu, Presiden SBY meminta agar seluruh pejabat melibatkan diri untuk mendukung program KB agar benar-benar berhasil, sehingga masa depan masyarakat Indonesia menjadi cerah, karena berapa pun pertumbuhan ekonomi yang dicapai jika pertumbuhan penduduk terus membengkak, maka kesejahteraan rakyat tidak akan pernah berhasil.Presiden juga mengatakan, pembangunan masyarakat Indonesia perlu memprioritaskan kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan, seperti anak-anak yatim piatu, anak-anak terlantar,dan masih banyak contoh lainnya.

IV. ILMU KEPENDUDUKAN

Masalah penduduk sebenarnya sangat kompleks, banyak sekali aspek yang mencakup didalamnya, diantara aspek pangan, pemukiman, sandang, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Lalu, apa saja konsekuensi yang mesti diterima oleh negara–negara yang sedang berkembang dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian cepat itu?

Diantara beberapa konsekuensi tersebut, ada tiga hal yang perlu dicatat yaitu : 1) jumlah angkatan kerja bertambah dengan cepat seiring dengan cepatnya laju

pertumbuhan penduduk.

2) rendahnya kemampuan negara–negara yang sedang berkembang untuk menciptakan

kesempatan kerja tambahan.

3) semakin menurunnya daya dukung lingkungan terhadap kualitas kehidupan.

Masalah–masalah lanjutan yang muncul kemudian adalah angka pengangguran semakin meningkat, urbanisasi, migrasi makin menjadi–jadi, dan last but not least, angka kejahatan dengan berbagai bentuk juga meningkat.

Masalah kependudukan yang dihadapi NSB (Negara Sedang Berkembang) dewasa ini lebih rumit daripada masa sebelum perang dunia kedua. Tingkat pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi secara langsung telah menimbulkan masalh bagi NSB dalam upaya mereka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,

(5)

umur 15 tahun adalah sebesar 25-30 persen dari seluruh jumlah mereka. Sedangkan di NSB proporsi tersebut antara 40-45 persen. Keadaan tersebut diramalkan akan tetap terjadi sampai akhir abad ini.

Keadaan yang berumur antara 15-64 tahun. Di negara-negara maju proporsi mereka adalah antara 55-60 persen, sedangkan di NSB sebesar 50-55 persen.

Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu kita perhatikan, cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian digunakan sebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduak di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat.Bagi pemerintah informasi tentang kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan juga tidak kalah pentingnya. Para pengusaha industri dapat menggunakan informasi tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk indonesia adalah sebagai berikut:

1.kelahiran 2.kematian

3.perpindahan penduduk(migrasi)

(6)

a. Kelahiran (Natalitas)

Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas) Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:

 Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu.

 Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.

 Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.

 Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.

 Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.

Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar. Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:

 Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.

 Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.

 Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

 Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya sampai anak ke – 2.

 Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan. b.Kematian (Mortalitas)

Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk.

Banyaknya angka kematian sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung kematian(pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas). 1.faktor pendukung kematian(pro mortalitas)

Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah:

- Sarana kesehatan yang kurang memadai.

(7)

- Terjadinya peperangan

- Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri - Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.

2.faktor penghambat kematian(anti mortalitas)

Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:

- Lingkungan hidup sehat.

- Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.

- Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain. - Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.

- Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk

V. Ketahanan dan Kesejahteraan keluarga (dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga)

UU ini mengamanatkan agar pemerintah dan pemerintah Daerah menetapkan kebijakan pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dalam penyelenggara keluarga berencana sebagai upaya mewujudkan keluarga berkualitas. Kebijakan sebagaimana dimaksud untuk mendukung keluarga dalam melaksanakan fungsi-fungsi keluarga secara optimal. Kebijakan ini bertujuan untuk membentuk keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan fisik-materil dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagian batin.kebijakan antara lain dilaksanakan melalui:

1) Peningkatan kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan ,konseling dan pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak

(8)

6) Peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan informasi dan sumberdaya ekonomi melalui usaha mikro keluarga.

7) Pengembangan cara-cara inovatif untuk memberikan bantuan yang lebih efektif bagi keluarga miskin

8) Penyelenggaraan upaya penghapusan kemiskinan ditujukan secara khusus kepada wanita .

Definisi hak-hak dalam aspek kependudukan mencakup lima dimensi kependudukan yang telah diundangkan sebelumnya.Dalam undang-undang ini sesuai dengan pemahaman yang lebih mudah dan konsisten dengan Undang-undang Hak asasi manusia Nomor 39 tahun 1999. Penekanan keseimbangan antara hak dan kewajiban penduduk dan pemerintah menjadi ciri dalam revisi ini, misalnya penjabaran hak sebagai individu sampai dengan hak dalam aspek demografis. Namun demikian, meski tidak secara satu persatu diuraikan pada setiap dimensi penduduk, penekanan kewajiban penduduk dan Pemerintah akan sangat membantu perwujudan keluarga berkualitas. Dapat dipahami bahwa tanpa kesadaran dari setiap penduduk tentang hak dan kewajibannya, sulit kiranya untuk mencapai arah dan tujuan dalam UU ini.

VI. Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

(9)

Masalah akan timbul, apabila terdapat kesenjangan antara jumlah tenaga kerja yang besar dengan minimnya ketersedian lapangan kerja yang ada. Dengan kata lain lapangan kerja yang ada tidak mampu menampung (mempekerjakan) tenaga kerja yang ada, lebih-lebih tenaga kerja yang tidak terampil atau berpendidikan. Masalah ini akan menyebabkan semakin meningkatnya tingkat pengangguran sehingga jumlah penduduk miskin juga semakin besar dan memiliki efek-efek negatif yang lain pula.

Semua yang kita paparkan di atas tadi merupakan cerminan dari sebagian permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia yang coba kita jelaskan dipostingan kali ini. Berikut beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia.

1. Jumlah Angkatan Kerja yang Besar

Besarnya angkatan kerja yang ada di Indonesia tidak mampu diserap semuanya oleh kesempatan kerja yang ada, karena tidak berimbangnya jumlah angkatan kerja yang ada dengan ketersediaan kesempatan kerja. Hal ini merupakan pokok yang menyebabkan terhambatnya penyelenggaraan pembangunan ekonomi.

2. Kualitas tenaga Kerja Relatif Rendah

Kualitas tenaga kerja yang rendah ini disebabkan karena tingkat pendidikan penduduk yang rendah pula atau belum memadai dengan jenis pekerjaan yang tersedia. Tidak saja disebabkan banyaknya usia putus sekolah, namun juga disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan sehingga tenaga kerja tidak mampu menyerap atau menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rendahnya kualitas tenaga kerja akan berpengaruh pada tingkat prduktivitas yang ujung-ujungnya menyebabkan proses produksi yang tidak efisien. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa produk Indonesia yang tidak mampu bersaing dengan produk luar terutama barang-barang yang dihasilkan negara-negara maju. Bukan karena sedikitnya modal yang disediakan dalam proses produksi, justeru sebaliknya biaya produksi tinggi tapi hasil produksi rendah.

3. Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata

(10)

Kondisi geografis Indonesia ini mengakibatkan persebaran penduduk tidak merata. Daerah-daerah luas di Indonesia kekurangan penduduk sementara di Pulau Jawa kelebihan penduduk (padat). Banyaknya penduduk di Pulau Jawa ini dapat menigkatkan investasi di pulau tersebut. Berbagai usaha didirikan namun tetap tidak mampu untuk menekan jumlah pengangguran, malah sebaliknya semakin tinggi. Karena pulau jawa terutama kota-kota besar sudah menjadi daya tarik bagi pencari kerja dari luar Pulau Jawa. Padahal daerah di luar Pulau Jawa memiliki potensi alam yang melimpah dan belum diolah secara optimal.

4. Kesempatan Kerja Masih Terbatas

Berbagai sektor pekerjaan yang tersedia baik dibidang agraris, ekstraktif, industri, perdagangan dan jasa tidak mampu menampung besarnya jumlah angkatan kerja yang ada. Ketersediaan kesempatan kerja dibidang-bidang tersebut sangat terbatas bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang besar. Mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan sehingga tingkat kesejahteraan hidup rendah, karena mereka tidak memperoleh penghasilan.

5. Meningkatnya Pengangguran

Muara dari permasalahan ketenagakerjaan ini adalah semakin tingginya tingkat pengangguran. Apalagi tingginya tingkat pengangguran ini semakin diperparah dengan adanya PHK (pemutusan hubungan kerja) besar-besaran. PHK besar-besaran biasanya dilakukan untuk efisiensi perusahaan.

Pengangguran ini akan berakibat luas dalam perspektif pembangunan ekonomi negara. Banyaknya jumlah pengangguran merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi negara dan pemicu terganggunya kestabilitasan sosial dan politik. Berdasarkan pengamatan selama beberapa tahun belakangan ini, kebijakan ketenagakerjaan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi belum menunjukkan hasil yang signifikan. Beberapa hal yang kemungkinan besar menyebabkan hal itu adalah:

(11)

b. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi belum melakukan koordinasi yang efektifnya dengan Kementerian/Lembaga terkait lainnya dalam menyusun arah kebijakan ketenagakerjaan.

c. Masih banyak program dalam kebijakan ketenagakerjaan yang tidak dapat mencapai target dan sasaran seperti yang direncanakan.

d. Masih terdapat program ketenagakerjaan yang luput dari kebijakan ketenagakerjaan. e. Masih terdapat duplikasi program ketenagakerjaan antar satuan kerja dan atau unit

kerja.

f. Masih terdapat program ketenagakerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang tanpa perubahan yang signifikan. Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam kurun waktu 2014-2019, dan tahapan pembangunan berikutnya, kebijakan ketenagakerjaan harus:

a. Mempertimbangkan issu-issu di luar ketenagakerjaan secara ajeg, metodik, dan sistematis.

b. Ditentukan menurut evidence base dan koordinatif dengan Kementerian/Lembaga terkait.

c. Memuat program-program yang inovatif, kreatif, relevan, prioritas, dan

terukur, serta tidak duplikatif, tidak repetitif tanpa perubahan yang signifikan. Untuk itu, diperlukan suatu arah kebijakan yang memuat pemikiran dan informasi yang dapat digunakan sebagai tuntunan dalam menyusun kebijakan, strategi, dan program oleh unit kerja di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

VII.Sinkronisasi media

UNDP: Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Naik

Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia naik dikarenakan peningkatan angka harapan hidup dan angka harapan lamanya bersekolah.

(12)

yang kuat dalam setiap indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam 40 tahun terakhir. Nilai IPM Indonesia pada 2012 meningkat menjadi 0,629, menjadikannya naik tiga posisi ke peringkat 121 dari peringkat 124 pada 2011 (0,624), dari 187 negara. Menduduki peringkat yang sama dengan Indonesia adalah Afrika Selatan dan Kiribati.

Antara 1980 dan 2012, nilai IPM Indonesia meningkat dari 0,422 menjadi 0.629, atau meningkat 49 persen, dikarenakan kenaikan angka harapan hidup pada periode yang sama, dari 57,6 tahun menjadi 69,8 tahun saat ini.Tingkat ekspektasi lamanya bersekolah meningkat dari 8,3 tahun pada 1980 menjadi 12,9 tahun pada 2012, artinya, anak usia sekolah di Indonesia memiliki harapan mengenyam bangku pendidikan selama 12,9 tahun atau mencapai tingkat pertama jenjang

perguruan tinggi. Meski naik tiga peringkat, IPM Indonesia masih di bawah rata-rata dunia 0,694 atau regional 0,683. Indonesia dikategorikan sebagai “Negara Pembangunan Menengah” bersama 45 negara lainnya.

Peringkat Indonesia masih jauh di bawah beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina.

Singapura memiliki IPM tertinggi di antara negara-negara ASEAN dengan 0,895 dan peringkat 18 di seluruh dunia. Brunei memiliki IPM 0,855 dan berada di peringkat 30, sementara Malaysia memiliki IPM 0,769 dengan peringkat 64. Thailand dan Filipina masing-masing ada di peringkat 103 dan 114, dengan IPM 0,690 dan 0,654.

Negara ASEAN lain seperti Vietnam, Laos dan Kamboja ada di bawah Indonesia.

(13)

Senin, 02 Juni 2014 | 17:19

Pertama Kalinya, BPS Catat Indeks Kebahagiaan Indonesia 65,11%

Ilustrasi Warga yang hidup dibawah garis kemiskinan (sumber: Antara)

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) secara resmi merilis Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2013. Hasilnya Indeks Kebahagiaan Indonesia tercatat 65,11 persen.

"Survei indeks kebahagiaan ini dilakukan BPS untuk mengikuti perkembangan survei internasional," kata Kepala BPS Suryamin dalam "Konferensi Pers BPS" di kantornya, Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/6).

Menurut dia, sudah banyak negara di dunia yang melakukan survei indeks kebahagiaan, namun Indonesia baru bisa melakukannya pada tahun 2013.

Suryamin mengatakan, selama ini BPS sudah melakukan survei pertumbuhan ekonomi, ekspor dan impor serta kemiskinan, namun belum pernah melakukan survei untuk mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat.

Menurut dia indeks kebahagiaan diperlukan sebagai bentuk konfirmasi masyarakat terhadap kinerja pembangunan pemerintah. "Berdasarkan hasil survei, Indonesia adalah negara bahagia namun belum paling bahagia," ujar dia.

Dalam melakukan survei, ada 10 indikator yang dijadikan patokan yaitu, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikan, kesehatan, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, kondisi lingkungan dan kondisi keamanan. "Kami menggunakan 10.000 sampling rumah tangga," kata dia.

(14)

Pada tingkat pendapatan lebih dari Rp 7,2 juta per bulan indeks kebahagiaan mencapai 74,64, sementara tingkat pendapatan Rp 1,8 juta ke bawah, indeks kebahagiaannya hanya 61,80. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaannya. Penduduk dengan pendidikan yang tidak lulus SD, indeks kebahagiaan mencapai 62. Sementara penduduk dengan pendidikan semakin tinggi mempunyai indeks kebahagiaan 75,58.

Penduduk yang sudah berumur 65 tahun ke atas cenderung lebih rendah indeks kebahagiaannya yaitu 63,94.

Menurut Suryamin, penduduk yang berstatus belum kawin dan yang kawin cenderung serupa, dengan indeks kebahagiaan 65. Bagi penduduk yang berstatus cerai, indeks kebahagiaannya lebih rendah, yakni cerai hidup 60,55 dan cerai mati 63,49.

Jumlah Pengangguran Tahun 2014 Diprediksi Menurun

Okezone

JAKARTA - Pemerintah memprediksi jumlah pengangguran pada tahun 2014 diprediksikan akan menurun menjadi 7,24 juta orang (6,03%). Jumlah ini lebih rendah dibanding jumlah pengangguran terbuka saat ini yang berjumlah 7,39 juta orang (6,25%) (BPS, Sakernas Agustus 2013).

“Pemerintah optimistis tahun depan perekonomian Indonesia akan tumbuh dengan baik sehingga diperkirakan akan dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, “kata Menakertrans

Muhaimin Iskandar dalam sambutannya yang dibacakan Sekjen Kemnakertrans Muchtar Luthfi pada acara Workshop Rencana Tenaga Kerja Nasional 2014-2015, di Jakarta Rabu (18/12/2013).

Sedangkan Kesempatan kerja yang tercipta tahun depan diperkirakan sebanyak 1,87 juta orang yang disediakan oleh sembilan sektor lapangan usaha sehingga diharapkan penyerapan pengangguran semakin tinggi.

Penurunan jumlah penganggur terbuka tersebut disebabkan optimisme tumbuhnya perekonomian Indonesia dan semakin berkurangnya tambahan angkatan kerja baru. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk membuka lapangan pekerjaan di berbagai sector untuk mengimbangi adanya tambahan angkatan kerja baru yang bertambah setiap tahunnya.

(15)

baru diperkirakan semakin mengecil,“ ucapnya.

Semakin sedikitnya tambahan angkatan kerja baru, disebabkan karena semakin banyaknya anak-anak usia sekolah yang melanjutkan ke sekolah lebih tinggi baik, baik yang ke SMTP, SMTA maupun Perguruan Tinggi. Selain itu semakin sedikitnya pelajar yang droup out (DO) menyebabkan angaktan kerja baru yang memasuki pasar kerja semakin berkurang.

“Besarnya kesempatan kerja yang semakin luas tersebut diperkirakan mampu disediakan oleh 9 sektor lapangan usaha sehingga terbuka untuk menyerap pengangguran, “ terangnya.

Kesempatan kerja di sector pertanian Pertanian sebanyak 0,01 juta orang, Pertambangan 0,03 juta orang,Industri Pengolahan, 0,67 juta orang, Listrik, Gas dan Air 0,01 juta orang, dan sector Bangunan 0,35 juta orang. Sedangkan Perdagangan 0,39 juta orang, Angkutan 0,01 juta orang, Keuangan, 0,15 juta orang dan sector jasa sebanyak 0,25 juta orang. (ydh)

Armida: Jumlah Angkatan Kerja Baru Tahun 2014 Bisa Mencapai 1

Juta

Menteri PPN/Kepalas Bappenas Armida Alisjahbana (sumber: Suara Pembaruan)

Berita Satu Jakarta - Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana mengatakan, membaiknya perekonomian pada tahun ini secara tidak langsung meningkatkan jumlah angkatan kerja.

Ia memperkirakan perekonomian pada tahun ini tumbuh pada level 6%, jika perkiraan tersebut benar maka jumlah angkatan kerja baru mencapai 900.000-1 juta orang.

(16)

Armida mengatakan angkatan kerja baru ini kebanyakan akan bekerja di sektor-sektor unggulan, seperti industri pengolahan, pertanian, dan ekonomi kreatif.

Menurut dia sektor unggulan mengalami perkembangan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dia menuturkan agar angkatan kerja semakin banyak terserap maka iklim investasi harus didorong dengan memperbaiki hambatan investasi seperti pembebasan lahan dan kemudahan perizinan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah telah menyusun lima strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, salah satu dari lima strategi tersebut adalah meningkatkan iklim investasi.

Menurut Armida, jika iklim investasi terus berkembang maka menimbulan double effect

Referensi

Dokumen terkait

Dari wawancara, observasi, dan kajian pustaka, upacara seba dapat diartikan sebagai berikut: (1) kegiatan puncak dari ritual religius masyarakat Baduy, setelah

Tahap yang keempat yaitu tahap Implementasi (Implementation) yang hasilnya meliputi: 1) Uji coba LKS, yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Samigaluh. Selama proses uji

Berdasarkan penelitian tindakan yang telah dilakukan secara umum dapat disimpulkan bahwa menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 Sekolah

Karya sastra pada dasarnya mengemukakan pengetahuan negatif tentang sejumlah fenomena moral dan karakter para tokohnya, yang memberi pengajaran kepada pembaca untuk: menelaah

Standar Kompetensi Kelulusan Untuk Semua Siswa Pelajaran di Tetapkan Oleh Sekolah.. STANDAR TENAGA PENDIDIK DAN

[r]

Hasil penelitian menujukkan bahwa pembentukan perilaku ketergantungan pada judi togel merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya pemicu baik internal

Sistematika artikel hasil telaah adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar