• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Teori Kognitif ( 1 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Teori Kognitif ( 1 )"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Kognitif Dalam Pendidikan

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Irma Rosalina, M.Pd

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2017

Faiz

Sureena Wama

Istik Nafiatur Rosyidatuz Zulfa

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T atas selesainya makalah ini yang berjudul:”Teori Kognitif Dalam Pendidikan”. Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Selaku dosen pengampu yakni ibu Irma Rosalina,M.Pd. yang telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

2. Orang tua kami yang telah memfasilitasi kami semaksimal mungkin. 3. Petugas perpustakaan STAIN Kediri yang telah mengizinkan dan

membantu saya dalam mencari referensi guna mempertajam isi dari makalah kami.

4. Teman-teman yang telah membantu memberi ide dan saran kepada kami selaku penyusun.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi siapa saja yang mambacanya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami selaku penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini.

ii Kediri, 09 Oktober 2017

(3)

Daftar isi

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

Bab I: Pendahuluan A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan Penulisan...2

Bab II: Pembahasan A. Teori Kognitif Menurut Jean Piaget...3

B. Teori Kognitif Menurut Lev Semyonovich Vygotsky...7

C. Teori Kognitif Menurut Jerome Bruner...11

D. Implikasi Teori Kognitif Dalam Pendidikan...13

Bab III: Penutup A. Kesimpulan...14

B. Saran...14

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibangun di Indonesia. Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan. Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara dan sistem pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori kognitif menurut Piaget?

2. Bagaimana teori kognitif menurut Vygotsky?

3. Bagaimana teori kognitif menurut Bruner?

4. Apa implikasi teori kognitif dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar memahami teori kognitif menurut Piaget.

2. Agar memahami teori kognitif menurut Vygotsky.

3. Agar memahami teori kognitif menurut Bruner.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Teori Kognitif menurut Piaget

Piaget memandang pengalaman sebagai faktor yang sangat dan mendasari proses berfikir anak. Pengalaman berbeda dengan melihat yang hanya melibatkan mata, sedangkan pengamatan melibatkan seluruh indra sehingga menyimpan kesan yang lebih lama dan membekas. Pengetahuan dalam teori konstruktivistik tidak dapat ditransfer begitu saja dari guru kepada siswa, tetapi siswa sendiri harus aktif secara mental dalam membangun struktur pengetahuannya.1 Oleh karena itu, penting melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran secara nyata, serta dalam usaha meningkatkan kualitas kognitif siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaran mesti lebih ditujukan pada kegiatan pemecahan masalah.

Pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata (bentuk jamak dari skema) yang dikenal dengan struktur kognitif.2 Struktur ini membantu seseorang untuk melakukan proses adaptasi dan mengkoordinasikan informasi yang baru diketahui dari lingkungannya dengan skema yang telah dimiliki sehingga terbentuk skema dan skemata yang baru. Oleh sebab itu, skema atau struktur kognitif individu akan meningkat dan berkembang sesuai perkembangan usia individu yang bersangkutan, bergerak dari yang sederhana menuju aktivitas mental yang kompleks.

Proses pembentukan skema dilakukan oleh individu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Skemata baru hasil dari asimilasi maupun akomodasi itulah yang disebut dengan pengetahuan baru. Proses pembentukan pengetahuan baru tersebut melalui beberapa prinsip dan tahapan.

1 Harianto dan Sugiyono. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2011) hlm.108

2 Sugihartono dkk. Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY press, 2007) hlm.109

(7)

1. Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif menurut Piaget terjadi melalui serangkaian proses, yaitu proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium.

a) Asimilasi

Asimilasi merupakan proses penyatuan dan pengintregasian informasi baru kedalam struktur kognitif yang telah ada. Informasi atau pengetahuan baru tersebut akan lebih mudah diterima apabila informasi tersebut cocok dengan skema dan skemata struktur kognitif yang telah dimilikinya. Hasil dari proses asimilasi adalah berupa tanggapan informasi atau pengetahuan yang baru diterima.

b) Akomodasi

Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif (restrukturisasi) siswa pada situasi atau informasi baru yang berbeda. Proses ini akan terjadi apabila informasi atau pengetahuan baru yang diterima tidak dapat langsung diasimilasikan pada skema yang sudah ada karena adanya perbedaan pada skema. Dengan kata lain, akomodasi adalah kemampuan untuk menggunakan informasi atau pengetahuan yang telah ada dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.3

c) Ekuilibrium

Ekuilibrium terjadi pada saat anak mengalami hambatan dalam melakukan akomodasi pengetahuan dan pengalamannya untuk mengadaptasi lingkungan di sekitarnya. Untuk mengatasi masalah ini, anak akan mencoba cara yang lebih kompleks. Apabila cara ini berhasil, maka proses ekuilibrium telah terjadi pada diri anak. Selanjutnya, cara tersebut akan diperlancar oleh anak dalam memecahkan masalah yang sama di masa depan.

2. Tahapan-Tahapan Perkembangan Kognitif

3 Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012)

(8)

Menurut Piaget, setiap individu pasti akan mengalami tahapan-tahapan perkembangan kognitif sebagai berikut:

a) Tahap Sensorik Motorik (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya sempurna. Tapi yang terpenting mereka dapat mengandalkan kemampuan sensorik dan motoriknya.

Beberapa kemampuan kognitif dasar muncul pada tahap ini. Anak tersebut mengetahui bahwa sebuah perilaku tertentu akan dapat menimbulkan akibat tertentu padanya. Misalkan dengan menendang-nendang selimut, seorang anak tahu bahwa selimut itu akan bergeser darinya.

b) Tahap Pra Oporasional (2-7 tahun)

Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak untuk selalu mengandalakn diri pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa, ingatan anak pun mampu merekam banyak hal tentang lingkungannya. Namun, intelek anak akan dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari bahwa orang lain terkadang mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.

Ciri-ciri anak pada tahap Pra Operasional:

 Sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun kemampuan

berpikirnya belum secara logis.

 Anak lebih bersikap egosentris.

 Anak lebih cenderung berpikir subjektif dan tidak mampu melihat

objektivitas pandangan orang lain.

 Sukar menerima pandangan orang lain

(9)

 Tidak mampu membedakan bahwa 2 objek yang sama memiliki masa,

jumlah, atau volume yang tetap meskipun bentuknya berupbah-ubah.

 Belum mampu berpikir abstrak.

 Anak lebih mudah belajar jika guru menggunakan alat peraga berupa benda yang konkrit daripada hanya menggunakan kata-kata.

c) Tahap Konkrit (7-11 tahun)

Dalam usia 7 hingga 11 tahun anak-anak suadah mengembangkan pikiran secara logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekitarnya, mereka tiad terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari panca indra. Anak-anak sudah mampu berpikir secara konkrit dan bisa menguasai sebuah pelajaran yang penting.

Anak-anak sering kali mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang menyadari bahwa logikanya tersebut dapat berbuah kesalahan. Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memahami konsep konservasi

(concept of conservacy) yaitu meskipun benda beruabh bentuknya, namun masa, jumlah, atau volumenya adalah tetap. Anak juga mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris sebelumnya.

Kemampuan berpikir anak pada tahap ini masih berupa konkrit, mereka belum mampu berpikir abstrak, sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat konkrit. Aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman secara langsung sangat efektif dibandingkan penjelasan guru secara verbal (kata-kata). d) Tahap Operasi Formal (11 tahun ke atas)

(10)

B. Teori Kognitif menurut Vygotsky

Teori perkembangan kognitif Vygotsky berkaitan dengan kemampuan dalam merekonstruksi berbagai hasil pengalaman aktual hasil perkembangan individu dengan lingkungan di sekitarnya. Pandangan Vygotsky tentang kognitif berbeda dengan teori-teori kognitif yang lain, seperti teori kognitif yang dikembangkan oleh Piaget maupun Bruner. Sebagian besar para peneliti di bidang kognitif menekankan penelitiannya pada tujuan perkembanagn kognitif.4 Dengan demikian, masalah penelitian mereka berkisar pada masalh-masalah yang berkaitan dengan “Bagaimanakah mekanisme perkembangan kognitif sejak lahir sampai usia dewasa?”, “Bagaimana anak mentransformasi setiap tahap perkembangan kognitifnya sehingga dapat mencapai perkembangan kognitif orang dewasa?”. Vygotsky berbeda dari ahli kognitif tersebut, karena ia memandang kognitif dari sudut pandang yang lebih luas. Oleh sebab itu, penelitian yang dilakukannya tentang perkembangan kognitif bertitik tolak dari permasalahan yang berkaitan dengan proses perkembangan intelektual dari lahir sampai meninggal.atau proses perkembangan intelektual sepanjang hayat. Oleh sebab itu, pertanyaan penelitian Vygotsky adalah “Bagaimanakah manusia mengembangkan proses psikologis tingkat tinggi sejak lahir sampai meninggal?”.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif. Di dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaksi sosial yaitu antara peserta didik dengan peserta didik yang lain dan antara peserta didik dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah.

4 Marcy P. Driscoll, Psychology of Learning for Instruction. (Boston:Pearson Education, 2005)

hlm. 248

(11)

1. Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky

Dalam membahas teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky, ada beberapa aspek yang perlu ditelaah, yaitu: (a) kognitif berkembang secara alamiah, (b) interaksi sosial, (c) media budaya dan internalisasi, dan (d) zone of proximal development atau ZPD.

a) Kognitif Berkembang Secara Alamiah

Penelitian yang dilakukan oleh Vygotsky tentang perkembangan kognitif manusia dilakukannya dalam suasana yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada subjek penelitiannya untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat diobservasi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli perkembangan kognitif lainnya yang secara ketat mengendalikan prilaku subjek penelitiannya dalam kondisi yang telah dirancang sebelumnya. Dalam melaksanakan penelitiannya, Vygotsky menerapkan tiga teknik berikut:

 Teknik pertama, yaitu memberikan berbagai kendala pada subjek penelitiannya yang dapat dipecahkan dengan pemecahan masalah biasa, misalnya meminta anak yang menguasai bahasa asing untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan anak yang tidak menguasai bahasa asing.

 Teknik kedua dilakukan dengan memberikan alat yang dapat

digunakan oleh anak untuk memecahkan masalahnya. Dalam kondisi yang bervariasi, anak-anak yang berbeda usianya diharapkan dapat menggunakan alat tersebut dengan berbagai cara yang berbeda.

 Teknik ketiga dilakukan dengan jalan meminta anak untuk

(12)

b) Interaksi Sosial

Tema utama dari teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial memegang peranan utama dalam perkembangan kognitif. Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan fungsi budaya pada anak terjadi dalam dau fase berikut ini:

 Interaksi sosial yang terjadi pada lingkungan sosial di sekitar anak.

Dalam hal ini, interaksi anak dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, yang disebutnya dengan istilah interpsychological process.

 Interaksi sosial yang terjadi dalam diri anak yang disebutnya dengan istilah intrapsychological process.

Kedua proses tersebut diatas, melibatkan perhatian, berpikir logis dan formasi konsep. Oleh sebab itu, semua kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan hasil interaksi antara pengalaman pengalaman aktual antar individu dengan lingkungannya.

c) Media Budaya dan Internalisasi

Dalam meneliti hubungan antara perkembangan kognitif dan interaksi sosial, yang berfungsi sebagai perantara atau mediasi budaya pada anak, Vygotsky mengemukakan bahwa interaksi sosial yang berfungsi sebagai perantara budaya berlangsung dalam komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua atau teman sebayanya. Melalui proses ini, perkembangan mental tingkat tinggi berkembang sejalan dengan perkembangan budaya di sekitar anak. Melalui interaksi sosial tersebut, anak belajar kebiasaan-kebiasaan dan cara berpikir seperti yang diungkapkannya dalam bahasa lisan, bahasa tertulis dan simbol-simbol yang mengandung makna tertentu dalam kebudayaannya. Selanjutnya, anak akan membangun pengetahuannya yang berkaitan denagn berbagai pengalaman interaksi sosial yang dialaminya. Proses ini disebut Vygotsky dengan istilah

cultural mediation (media budaya) dan proses mental yang terjadi didalamya disebut dengan istilah internalization (internalisasi).

(13)

Internalisasi dapat dijelaskan sebagai pemahaman terhadap knowing how.

Misalnya, dengan kemampuannya sendiri anak menuangkan air ke dalam gelas dengan hati-hatiagar tidak tumpah adalah hasil dari pemahaman atau proses internalisasi tentang perilaku yang harus dilakuakan pada waktu menuangkan air ke dalam gelas. Perilaku ini merupakan hasil interaksi sosial dengan oreng-orang di sekitarnya dan dalam hal ini terjadi mediasi kultural. Contoh lain yang dapat dikemukakan tentang pemahaman anak adalah terhadap arti perkataan yang diungkapkan dengan suara lembut bererti senang dan ramah, dan perkataan yang diungkapakan dengan suara kasar berarti marah. Melalui proses internalisasi atau pemahamannya tentang suara tersebut, anak akan memberikan yang sesuai seperti tertawa atau tersenyum atau menangis karena takut dimarahi.

d) Zone of Proximal Development atau ZPD

(14)

C. Teori Kognitif menurut Bruner

Perkembangan kognitif menurut Bruner adalah adalah perkembangan kemampuan berpikir yang berlangsung secara setahap demi setahap. Perkembangan kemampuan berpikir tersebut memerlukan interaksi anak dengan lingkungannya, yang disebutnya sebagai interaksi antara kemampuan yang ada di dalam diri manusia dengan lingkungan di sekitarnya dan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena proses perkembangan kemampuan berpikir atau proses perkembangan intelegensi berlangsung sejalan dengan proses belajar. Dalam kaitannya dalam proses belajar, pendapat yang paling terkenal yang dikemukakan oleh Bruner adalah bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak di setiap tingkatan perkembangannya.

1. Perkembangan Kognitif menurut Bruner

Melalui penelitiannya tentang evolusi perkembangan manusia, Bruner menemukan tiga bentuk berpikir manusia yang membangun kemampuan seseorang dalam memahami dunia di sekitarnya. Ia mengemukakan bahwa manusia merespons dunia di sekitarnya melalui gerakan motorik, melalui imajinasi dan persepsi tentang lingkungannya, dan melalui cara yang mewakili imajinasi dan persepsinya. Ketiga sisitem berpikir manusia tersebut sebagai: (a) enactive representation, (b) iconic representation,

dan (c) symbolic representation.

a) Enactive representation

Enactive representaion berkaitan dengan cara yang digunakan anak dalam dalam membangun kemampuan kognitifnya atau kemampuan empiriknya melalui pengalaman nyata. Misalkan, anak akan mengerti nama suatu makanan apabila makanan tersebut ditunjukkan kepadanya dan disebutkan namanya. Contoh selanjutnya, anak akan mengerti posisi benda seperti di atas, di bawah, di samping kiri dan kanan, di muka dan di belakang apabila posisi benda tersebut ditujukan kepada mereka secara nyata dan disebutkan posisinya kepada anak.

(15)

Sebelum anak mengetahui letak benda tersebut, anak akan menarik tangan orang tuanya atau kakanya untuk menunjukan letak benda tersebut.

b) Iconic representation

Iconic represantion berkaitan kemampuan manusia dalam menyimpan pengalaman empirik dalam ingatannya. Anak yang telah mencapai kemampuan ini, sudah dapat menyebutkan nama benda dan peristiwa yang ditampilakan melalui gambar, atau untuk mengekspresikan pikirannya, anak dapat menggunakan gambar yang dibuatnya.

c) Symbolic representation

Symbolic representation berkaitan dengan kempuan manusia dalam memahami konsep dan peristiwa yang disajikan melalui bahasa. Pernyataaan yang diungkapakan melalui bahasa mengandung konsep dan karakteristik konsep serta makna yang berkaitan dengan konsep tersebut. Dalam fase ini, anak telah mampu berpikir abstrak.

2. Tahapan-Tahapan Proses Belajar

Menrut Bruner, dalam proses belajar peserta didik menempuh tiga tahap yaitu:

a) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)

Pada tahap ini seorang peserta didik yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari baik secara langsung dari gurunya maupun membaca dari sumber yang ada seperti buku, modul, internet, dan sebagainya.

b) Tahap transformasi (tahap pengolahan materi)

Selanjutnya pada tahap informasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisisis, diubah, atau ditransformasikan menjati bentuk lebih abstrak atau konseptual

c) Tahap evaluasi

(16)

D. Implikasi Teori Kognitif Dalam Pendidikan

Bagi para penganut aliran kognitivisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara tepat maka perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:

Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban.

Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit sebelum ke hal-hal yang abstrak.

Setiap usaha mengkonseptualisasikan materi pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar.

Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.

Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan urutan penyajian secara logis.5

5 Tim FKIP Program Studi Ilmu Pendidikan Theologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang –

NTT, dalam https://www.kompasiana.com/fkipipthukawkupang/teori-belajar-dan-implikasinya-dalam-pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db diakses pada tanggal 11 Oktober 2017 pkl. 14:35.

(17)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami berbagai pengalamannya. Teori ini meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha dari individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang melibatkan individu secara aktif. Karena melibatkan seluruh kemampuan mental secara optimal. Hal ini tercermin dari cara berfikir yang digunakan individu dalam mengahadapi sebuah situasi, dan hal itulah yang mempengaruhi cara ia belajar.

Dalam teori kognitif proses belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, berkesinambungan dan menyeluruh.

B. Saran

(18)

Daftar Pustaka

Ardy Wiyani, Novan. & Irham, Muhammad. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Driscoll, P. Marcy. 2005. Psychology of Learning for Instruction. Boston: Pearson

Education, Inc.

Harianto. & Sugiyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jamaris, Martini. 2012. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY press.

https://www.kompasiana.com/fkipipthukawkupang/teori-belajar-dan-implikasinya-dalam-pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db

Referensi

Dokumen terkait

Titanium silikon karbida telah dapat dihasilkan dari sistem Ti-SiC-C melalui teknik plasma discharge sintering (PDS) pada temperatur 1300 °C.. Ti3SiC2 baru

Analisis BI pada Fasilkom Unsri menggunakan business intelligence roadmap meliputi fase justification , planning , dan business analysis mengusulkan solusi BI

[r]

judul “ Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit Pada Badan Pengawas Keuangan

Ketidaksignifikanan pengaruh NIM terhadap CAR disebabkan meskipun selama periode triwulan I tahun 2010 sampai Triwulan II 2015 NIM telah mengalami perubahan yang

Berdasarkan Tabel 8, variabel ukuran perusahaan (size) dalam penelitian ini menggunakan rumus log = total aktiva yang digunakan untuk mengetahui besarnya kekayaan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat menyelesaikan

Sehubung dengan banyaknya inovasi yang bisa dibuat dari bahan kulit pisang, disini kami akan membatasi pembuatan hanya pada satu jajanan, yaitu ‘ Kulit Pisang jadi Serabi