• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah pengantar ilmu komunikasi Komuni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah pengantar ilmu komunikasi Komuni"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah pengantar ilmu komunikasi

Komunikasi Verbal dan komunikasi Non-vebal

Disusun oleh:

Berliana maria purba (1401110410)

Kelas : D KOM

Jurusan : Ilmu komunikasi

Dosen : Ibu Nova Yohana S.sos, M.I.kom

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah kami diberikan kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah yang membahas tentang Komunikasi Verbal dan Non-verbal ini berulang kali mengalami penyempurnaan hingga baru kemudian dapat kami selesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi pendidikan pengantar

Komunikasi Ibu Nova Yohana S.sos,M.si yang telah membimbing dan mengajarkan kami. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca mengenai

komunikasi Verbal dan Non-verbal.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2016

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I

Latar belakang

Komunikasi merupakan hal yang sangat lazim dan menjadi keharusan bagi individu, individu adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Sejak pagi hingga malam hari dan berlanjut seterusnya waktu yang digunakan untuk aktifitas salah satunya adalah

berkomunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh David K. Berlo

mengemukakan 70% dari waktu bangun digunakan untuk berkomunikasi (Rakhmat, 2008).

Komunikasi merupakan cara individu untuk menyampaikan pesan dan informasi kepada orang lain, agar dapat berinteraksi dan memahami perasaan serta memahami keinginan orang lain (Cangara, 1998). Didalam kehidupan bermasyarakat, tidak sedikit ditemukan perbedaan dalam berpendapat, ketidaknyamanan, bahkan konflik kesalah pahaman dalam komunikasi. Kehidupan manusia ternyata sangat bergantung dengan proses komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

(4)

Bahasa juga merupakan alat pemersatu antarsesama. komunikasi nonverbal. Bahasa verbal merupakan suatu alat komunikasi yang dapat menggambarkan cara manusia hidup, berpikir, berpengetahuan,

menyusun konsep tentang dunianya, dan mengungkapkan secara lisan maupun tertulis. Bahasa nonverbal adalah bahasa yang tidak

mementingkan/tidak menggunakan kata-kata penyampaian pesan, tetapi menggunakan symbol lain.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan utama penulisan dan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :

1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi 2) Untuk memberikan penjelasan tentang Komunikasi Verbal dan Non-verbal

I.3 RUMUSAN MASALAH

Dari paparan pendahuluan diatas, untuk itu dalam pembuatan makalah ini penulis mengambil sebuah judul “KOMUNIKASI VERBAL DAN NON-VERBAL”. Maka penulis mengemukakan pokok masalah sebagai berikut :

1) Apakah yang dimaksud dengan Komunikasi Verbal dan Nonverbal? 2) Apa fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal?

3) Bagaimana karakteristik Komunikasi Verbal dan Nonverbal? 4) Apa saja tipe Komunikasi Verbal dan Nonverbal?

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.I Pengertian komunikasi Verbal

A. Komunikasi verbal ( verbal communication )

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:

 Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).

 Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).

(6)

 Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).

 Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. 1. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. 2. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. 3. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan

kata-kata.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan

kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

(7)

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Dari keseluruhan komunikasi yang kita lakukan, ternyata

komunikasi verbal hanya memiliki porsi 35%, sisanya adalah komunikasi nonverbal. Dengan porsi demikian pun, bahasa masih memiliki

keterbatasan, yaitu:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata adalah kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya.

Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Adakalanya kita sulit menamai suatu objek, misalnya mungkin kita kesulitan mencari kata yang tepat untuk derajat suhu tertentu, yang lebih panas dari hangat tapi lebih dingin dari panas.

2. kata bersifat ambigu dan kontekstual. Dikatakan bersifat ambigu karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial yang berbeda pula, sehingga terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata tersebut. Sebagai contoh, kata ”berat” bisa memiliki makna berbeda bila kita gunakan dalam kalimat yang berbeda, seperti ”batu itu berat”, ”kepala saya terasa berat”, ”ujian yang berat”, dsb.

3. Adanya percampuradukan fakta dan penafsiran.

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian),

(8)

seseorang menyatakan bahwa wanita tersebut sedang ”bersantai” (penafsiran), sementara orang lain mungkin menyatakan bahwa wanita tersebut sedang ”bekerja” (penafsiran). Pernyataan pertama bisa benar, bila wanita tersebut adalah seorang yang bekerja di bidang lain (misalnya ibu rumah tangga atau profesi lain) yang memang sedang bersantai mengisi waktu luangnya dengan cara merawat bunga. Pernyataan kedua bisa benar bila wanita itu memang bekerja dalam bisnis bunga.

Komunikasi akan efektif bila kita dapat memisahkan pernyataan fakta dengan dugaan.

B. TUJUAN KOMUNIKASI VERBAL

Komunikasi verbal melalui lisan dapat di lakukan secara langsung bertatap muka antara komunikator dan komunikan seperti berpidato dan berceramah. Selain itu komunikasi secara verbal melalui lisan juga dapat di lakukan melalui media. Contohnya seseorang yang bercakap melalui telepon. Sedangkan komuunikasi verbal melalui tulisan di lakukan dengan cara tidak lansung antara komunikator dan komunikan. Proses informasi di lakukan dengan menggunakan media berupa, surat, lukisan, gambar, grafik dll. Adapun tujuan menggunakan komunikasi verbal antara lain:

 Penyampaian, penjelasan, pemberitahuan,arahan dan lain sebagainya.  Presentasi penjualan di hadapan paraa audience.

 Penyelenggaraan rapat.

 Wawan cara dengan orang lain  Pemasaran melalui telepon, dsb.

C. Ciri-ciri komunikasi verbal Komunikasi verbal di tandai dengan:

1. Di sampaikan secara lisan/bicara atau tulisan.

2. Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah.

(9)

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN KOMUNIKASI VERBAL

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal,yaitu: 1. Faktor Inteligensi

Orang yang inteligensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam berbicara, karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Cara berbicaranya terputus-putus,bahkan antara kata yang satudengan lainnya tidak/kurang memiliki relevansi. Sebaliknya dengan yang memiliki inteligensi tinggi.Masalah komunikasi akan muncul apabila orang yang berinteligensi tinggi tidak mampu beradaptasi dengan orang yang berinteligensi rendah, misalnya dalam pemilihan pengunaan kata-kata.Contoh: Ada seseorang yang berinteligensi tinggi sehingga ia mampu menguasai banyak perbendaharaan kata-kata asing. Saat berbicara dengan orang yang berinteligensi rendah, ia menggunakan kata-kata asing tersebut sehingga sulit dipahami orang yang yang berinteligensi rendah tadi karena memang perbendaharaan kata-katanya sangat terbatas. 2. Faktor Budaya

(10)

terjadi antipati dari orang Sunda atau Jawa tersebut kepada orang Batak sehingga tidak akan terjadi jalinan komunikasi.

3. Faktor Pengetahuan

Makin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang maka makin banyak perbendaharaan kata yang dapat mendorong yang bersangkutan untuk berbicara lebih lancar. Apabila orang-orang yang berbeda pengetahuan saling berkomunikasi tanpa mengidahkan perbedaan pengetahuan di antara mereka, maka tidak akan terjadi komunikasi yang mengenakkan bagi mereka berdua. Hal ini terjadi karena ketika salah seorang berbicara sesuai dengan pengetahuannya tanpa menjelaskan dengan detil, maka seorang yang lain tidak akan paham apa yang dimaksud lawan bicaranya. Misalnya seorang insinyur sedang berbicara dengan seorang dokter.Dokter tersebut menjelaskan penyakit yang diderita si insinyur dengan menggunakan istilah-istilah kedokteran. Bila penjelasan dokter tersebut tidak detil dan runtut serta menggunakan bahasa yang lebih umum maka si insinyur tersebut pun tidak akan paham maksud si dokter.

4. Faktor Kepribadian

Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan, biasanya kurang lancar berbicara. Hal ini disebabkan ia tidak terbiasa

berkomunikasi dengan orang lain. Ia tidak memiliki pengetahuan yang luas karena kurangnya pergaulan tersebut. Pemahaman dia mengenai sesuatu hal sangat minim sehingga tidak nyambung dengan teman-temannya.

5. Faktor Biologis

Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-kelainan, seperti:  Sulit mengatakan kata desis (lipsing), karena ada kelainan pada

rahang, bibir, gigi.

 Berbicara tidak jelas (sluring), yang disebabkan oleh bibir (sumbing), rahang, lidah tidak aktif.

(11)

Makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, makin terbiasa ia menghadapi sesuatu. Orang yang sering menghadapi massa, sering berbicara di muka umum, akan lancar berbicara dalam keadaan apapun dengan siapapun.Seorang pembicara atau MC terbiasa berbicara di depan orang banyak. Namun seorang penyiar radio, belum tentu dia mampu ketika ditugaskan sebagai MC, karena pekerjaannya tidak menuntutnya harus berhadapan dengan orang banyak. Walaupun di balik peralatan audio visual dan telepon ia biasaberbicara dengan pendengar, namun ia tidak berhadapan secara langsung dengan pendengar.

2.3 HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL

Hal-hal yang dapaat menghambat komunikasi verbal, yaitu: 1. Intelegensi

Artinya, orang yang intelegensinya tinggi tentu lebih lancar berbicara karena perbendaharaan kata dan bahasanya relatif lebih banyak, bagitu sebaliknya dengan orang yang intelegasinya rendah.

2. Pengetahuan, selain intelegensi yang dapat membuat orang lancar berkomunikasi adalah luas pengetahuannya. Di samping lancar ia dapat memahami berbagai topik lawan bicaranya.

3. Kepribadian

Malu berbuat salah itu baik, namun malu bergaul justru tidak baik, karena hal ini akan menghambat komunikasi.

4. Biologis

5. Kelainan fisik, seperti bibir sumbing, kelainan pada gigi, rahang sebagai alat ucap bisa menjaddi kendala saat bebicara.

6. Pengalaman

Ini berkaitan dengan pengetahuan dan kepribadian semakin banyak bergaul, mengobrol semakin mudah pula dalam berkomunikasi

2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KOMUNIKASI VERBAL

(12)

1. Komunikasi dapat di sampaikan melalui lisan maupun tulisan.

2. Komunikasi verbal dapat membahas kejaddian masalalu, ide atau abstraksi.

3. Komunikasi dapat menggunakan kata-kata yang lebih mudah di kendalikan daripada menggunakan bahasa isyarat (gerakan badan/tubuh) atau ekspresi wajah.

Kekurangan

1. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi,ambiguity, dan abstraksi.

2. Adanya keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

3. Kata-kata yang mengandung bias budaya.

4. Di perlukan banyaak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal, sehingga dari segi waktu pesan verbal sangat tidak efisien.

5. Kata-kata yang di sampaikan dalam suatu percakapan hanya membawa sebagian dari pesan.

(13)

Praktek komunikasi verbal bisa di lakukan dengan cara:

a) Berbicara dan menulis

Umumnya untuk menyampaikan, orang cenderung lebih menyukai speaking daripada writing. Selain karena praktis speaking di anggap lebih mudah “menyentuh” sasaran karena langsung di dengar komunikan.

b) Mendengarkan dan membaca

Kenyataan menunjukan pelaku bisnis lebih sering mendapatkan

informasi daripada menyampaikan informasi. Pesan bisnis ini di lakukan lewat prroses listening dan reading.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita dalam bentuk lambang(verbal atau non verbal). Proses ini lazim di sebut penyandian (enconding).

2.6. PENGERTIAN KOMUNIKASI NONVERBAL

2.6.1 Komunikasi Nonverbal

(14)

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesan-pesan nonverbal ini sangat berpengaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, dapat dipelajari bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Bila kebanyakan perilaku verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif, perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan di luar kesadaran dan kendali kita. Karena itu Edward T. Hall menamai bahasa nonverbal ini dengan “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension).

Yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara.

(15)

Komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan verbal. Bila ada ketidaksejajaran antara komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal orang khususnya lebih percaya pada komunikasi nonverbal yang menyertainya. Ada 3 hal yang perlu diingat dalam komunikasi nonverbal, yaitu :

1. Karena interpretasi adalah karakteristik yang kritis dalam komunikasi nonverbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan stimulasi nonverbal tertentu dengan satu pesan verbal khusus. Didalam komunikasi nonverbal hendaklah dihindarkan melakukan generalisasi karena keseluruhan arti tidaklah dapat didesain untuk tindakan nonverbal tertentu. Hati-hatilah dalam menginterpretasikan tanda-tanda nonverbal yang diperlukan. Setiap tanda nonverbal bagi suatu kultur mungkin berbeda maksudnya dengan kultur yang lain.

2. Komunikasi nonverbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri. Tetapi lebih merupakan bagian dari sistem verbal. Komunikasi nonverbal umumnya tidaklah membawa informasi yang cukup, yang menjadikan penerima menyampaikan arti keseluruhan yang timbul dari pertukaran pesan tertentu. Sistem komunikasi nonverbal terbatas dan tidaklah memperlihatkan ketepatan bila hanya digunakan tersendiri.

3. Komunikasi nonverbal dapat dengan mudah ditafsirkan salah. Oleh karena itu adalah berbahaya membuat arti tingkah laku nonverbal tertentu, karena adanaya perbedaan dalam kebudayaan di antar sesame kita. Tanpa latar belakang yang cukup atau data verbal yang mendukung, seseorang dapat salah menafsirkan pesan. Nilai komunikasi nonverbal tidaklah terletak sebagai pengganti, pertukaran pesan tulisan tetapi sebagai satu jaringan yang menyokong.

(16)

mengerjakan tugas-tugasnya yang harus diselesaikan dengan cepat. Tiba-tiba supervisornya datang dan menyuruh dia mengerjakan pekerjaan lain dengan segera. Respons karyawan tersebut secara verbal haruslah mengatakan mau mengerjakan tugas tersebut tetapi kalau dilihat dari segi komunikasi nonverbal yang mengiringi jawaban “Ya” tersebut mungkin arti jawaban “Ya” itu bertentangan dengan tingkah laku pesan nonverbalnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang kita berkomunikasi dengan kata-kata, tetapi arti dari pesan itu bukanlah terletak pada kata tersebut. 93% dari arti pesan diterima dari komunikasi nonverbal yang melatarbelakangi komunikasi verbal dan hanya 7% dari pesan verbal. Dari hasil penelitian ini jelas bahwa komunikasi nonverbal sangat membantu dalam menginterpretasikan arti pesan verbal. Tetapi kalau pesan nonverbal saja yang dikirimkan akan sulit menginterpretasikannya dengan tepat. 2.6.2 Fungsi Komunikasi Nonverbal

Meskipun komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal berbeda dalam banyak hal namun kedua bentuk komunikasi itu seringkali bekerja sama. Atau dengan kata lain komunikasi nonverbal ini mempunyai fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utamanya adalah sebagai berikut :

1. Pengulangan

Kita sering menggunakan pengulangan terhadap apa yang telah dikatakan secara verbal. Pengulangan-pengulangan yang demikian umum terdapat pada bidang olahraga. Dalam kehidupan sehari-hari tingkah laku nonverbal seperti ini juga banyak kita jumpai.

(17)

menunjuk kea rah meja adalah merupakan pengulangan dari pesan verbal di atas meja.

2. Pelengkap

Tanda-tanda nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi, menguraikan atau memberikan penekanan terhadap pesan verbal. Banyak tingkah laku nonverbal lainnya yang berisi ilustrasi yang menemani dan mendukung kata-kata yang diucapkan.

Contohnya : Seorang karyawan pada waktu pagi masuk kantor mengucapkan selamat pagi pada teman-temannya yang sudah lebih dulu datang, diiringi senyuman yang hangat sambil memandang kepada teman-temannya. Senyuman dan kontak mata berfungsi sebagai pelengkap ucapan selamat pagi karyawan tersebut.

3. Pengganti

Kita sering menggunakan pesan nonverbal pada tempat pesan verbal. Penggantian yang demikian umum dilakukan apabila pembicara tidak memungkinkan, tidak diinginkan atau tidak tepat diucapkan. Begitu juga halnya bila seseorang malas mengemukakan perasaannya dengan verbal mereka menggunakan tanda nonverbal sebagai penggantinya.

Contohnya : Dalam suatu kelas seseorang bertanya kepada temannya di mana letak suatu barang. Temannya yang tidak tahu tentang hal itu hanya menggelengkan kepalanya sebagai kata pengganti jawaban verbal tidak tahu.

4. Memberikan Penekanan

(18)

Contohnya : Mengatakan tidak kepada seseorang dengan nada suara tinggi dan gelengan kepala yang mewakili pesan verbal benar-benar tidak mau atau tidak ingin.

5. Memperdayakan

Kadang-kadang tanda-tanda nonverbal sengaja diciptakan untuk memberikan informasi yang salah, dengan maksud memberikan pengarahan yang tidak benar atau untuk memperdayakan orang lain sehingga orang mungkin salah dalam menafsirkan pesan tersebut.

Contohnya : Kita akan berusaha mengelola tingkah laku nonverbal kita pada saat berpidato didepan umum atau pada saat mengikuti interview untuk mendapatkan pekerjaan, walaupun dalam diri kita pada saat-saat tersebut tidak tenang kita berusaha sedapat mungkin kelihatan tenang atau tidak memperlihatkan perasaan kita yang sesungguhnya kepada orang lain.

Paul Ekman (dalam Mulyana, 2001: 314) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :

1. Embelem, gerak mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol nonverbal.

2. Illustrator, pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.

3. Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidakpastian berkomunikasi.

4. Penyesuaian, kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons yang tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

5. Affect Display, pembesaran maik-mata (pupil) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.

(19)

Kita dapat belajar banyak dari orang lain dengan mengobservasi tingkah laku nonverbalnya dan orangpun juga dapat mengetahui lebih banyak mengenai kita dengan mengobservasi tingkah laku nonverbal kita. Kita akan dapat menginterpretasikan komunikasi nonverbal dengan lebih baik bila kita mengetahui karakteristik dasarnya. Kita harus mempertimbangkan bahwa interpretasi tanda-tanda nonverbal tergantung kepada konteks lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal serta komunikasi nonverbal adalah cara yang utama untuk menyatakan perasaan dan sikap kita kepada orang lain.

1. Kita Selalu Berkomunikasi

Bila ada orang lain yang terlibat kita mesti berkomunikasi. Komunikasi itu apakah berupa kontak mata, senyuman, kerutan dahi atau mencoba mengenal mereka semua. Kadang-kadang, tidak apa yang dikatakan itu yang penting, tetapi apa yang tidak dikatakan. Untuk menggambarkan bahwa kita selalu berkomunikasi, apakah secara sengaja atau tidak perhatikanlah contoh berikut ini. Ada dua orang pemuda yang mempunyai penampilan berbeda. Yang seorang selalu berdandan rapid an memakai lotion mahal. Sedangkan seorang lagi mempunyai rambut sampai kebahu dan selalu memakai pakaian yang apa adanya. Dengan hanya memandang kita tidak sesungguhnya menceritakan apa yang ingin disampaikan oleh kedua pemuda tersebut. Tetapi yang jelas mereka ingin mengkomunikasikan sesuatu tentang diri mereka melalui penampilannya.

2. Arti Tergantung Kepada Konteks

(20)

menggunakan tanda-tanda nonverbal dan verbal, biasanya melengkapi dan mendukung satu sama lain. Tanpa memahami konteks, dimana komunikasi terjadi adalah hampir tidak mungkin menceritakan arti tingkah laku nonverbal tertentu dan tidak ada jaminan bahwa salah pengertian akan terjadi bahwa bila konteks dipahami semuanya.

3. Komunikasi Nonverbal Lebih Dapat Dipercaya

Kebanyakan kita cenderung lebih mempercayai komunikasi nonverbal, bahkan bila hal itu bertentangan dengan pesan verbal yang menyertainya. Misalnya seorang mahasiswa yang berusaha membujuk dosennya bahwa ia mempunyai alasan yang tepat tidak menyerahkan makalah tepat pada waktu yang ditentukan. Dia menjelaskan bahwa makalah tersebut sudah lama dikerjakannya tetapi pada saat hamper siap mengetiknya, tiba-tiba mesin tiknya rusak tidak dapat digunakan sehingga tidak selesai mengetik pada waktunya. Melalui percakapan mahasiswa tersebut kelihatan bahwa ia berbicara agak gugup, tidak berani mengadakan kontak mata dengan dosennya dan tersenyum pada saat yang tidak tepat. Berdasarkan tingkah laku nonverbalnya dosen tersebut berkesimpulan bahwa dia berbohong dan menolak untuk menerima makalahnya. Pada contoh ini dosen lebih percaya pada pesan nonverbalnya dari pada pesan verbalnya.

4. Cara yang Utama dalam Menyatakan Perasaan dan Sikap

(21)

disitu. Dari contoh tersebut kelihatan bahwa gadis tersebut bicara melalui tindakannya, apabila disengaja atau tidak disengaja.

Menurut Joseph A. Devito (1997: 178) ada enam ciri umum dari pesan-pesan nonverbal, yaitu :

1. Pesan nonverbal bersifat komunikatif, artinya perilaku nonverbal dalam suatu situasi interaksi selalu mengkomunikasikan sesuatu. Dalam hal ini seringkali kita temukan orang yang memiliki kesamaan perilaku (behavioral synchrony). Umumnya kesamaan perilaku ini merupakan indeks dari rasa saling menyukai atau faktor ikatan psikologis. Pada sisi yang lain tidak berarti bahwa komunikasi nonverbal harus dalam bentuk perilaku. Banyak pesan nonverbal dikomunikasikan melalui cara berpakaian dan artifak-artifak lain.

2. Kontekstual. Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi nonverbal terjadi dalam suatu konteks (situasi atau lingkungan). Konteks ini membantu untuk menentukan makna dari setiap perilaku nonverbal. Perilaku nonverbal yang sama mungkin mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda.

3. Paket. Perilaku nonverbal, apakah menggunakan tangan, mata atau tubuh lainnya, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”. Seringkali perilaku seperti itu saling memperkuat, masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna yang sama. Ada kalanya perilaku ini bertentangan satu sama lainnya. Oleh karena itu, bila perilaku nonverbal bertentangan dengan perilaku verbal, tampaknya sangat beralasan untuk mempertanyakan kemungkinan komunikatornya dapat dipercaya.

(22)

Albert Mehrabian (dalam Devito, 1997: 181) adalah bahwa pembohong menggunakan lebih sedikit kata-kata, terutama dalam menjawab pertanyaan dan jarang sekali jawabannya medalam dari segi isi.

5. Dikendalikan oleh aturan. Komunikasi nonverbal, seperti halnya komunikasi verbal, dikendalikan oleh aturan (rulegoverned) Kita belajar kaidah-kaidah kepatutan sebagian besar melalui pengamatan lingkungan sosial kita.

6. Komunikasi nonverbal bersifat metakomunikasi. Setiap perilaku, verbal maupun nonverbal, yang mengacu pada komunikasi bersifat metakomunikasi.

2.6.4 Tipe Komunikasi Nonverbal

1. Vokalik

Yang dimaksud vokalik adalah tingkah laku nonverbal yang berupa suara, tetaoi tidak berupa kata-kata. Atau dapat juga dikatakan tanda-tanda yang diciptakan dalam proses mengucapkan pesan, selain dari kata-kata itu sendiri. Termasuk kedalam vokalik hal-hal seperti berikut ini :

a. Kualitas suara, yang berkenaan dengan control vokal, turun naik suara, pengontrolan nada suara pengucapan kata dengan jelas, gema suara dan kecepatan berbicara.

b. Karakteristik vokal, seperti tertawa, menangis, berbisik, keluh kesah, menguap.

c. Pemberi sifat vokal, intensitas, tinggi suara dan luas suara. d. Pemisahan vokal dan perbedaan diam dan gangguan suara.

(23)

membuat banyak pertimbangan mengenai apa yang dikatakan orang, apa yang orang ucapkan, dan tingkat dipercayanya suatu pesan.

2. Bahasa Badan

Yang termasuk kategori bahasa badan ini adalah ekspresi muka, pandangan mata, gerakan isyarat dengan menggunakan tangan, bahu, kepala dan kaki, sentuhan dan sikap badan.

a. Ekspresi Muka

Ekspresi muka dapat merupakan sumber informasi yang menggambarkan keadaan emosional seseorang seperti perasaan takut, marah, jijik, muak, sedih, gembira, dan minat. Para peneliti percaya bahwa peranan muka berhubungan dengan perasaan adalah sudah umum bagi manusia. Hanya saja keadaan-keadaan tertentu dan kejadian yang mencetuskan emosi seseorang berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Kita sebenarnya dapat mengontrol ekspresi muka kita kalau kita menyadarinya tetapi kadang-kadang muncul tanpa disadari.

Pengembangan Facial Affect Scoring oleh Ekman menjadikan peneliti dapat mengidentifikasi 6 macam perasaan, yaitu : gembira, marah, terkejut, sedih, muak, dan takut dengan mengobservasi 3 area di muka, yaitu alis dan dahi, area mata dan hidung, dan area muka bagian bawah seperti pipi, dagu, hidung, mulut, dan rahang. Knapp (1978) mengemukakan hasil penelitian dengan menggunakan alat ukur FAST di atas seperti berikut :

1) Prediktor yang terbaik bagi perasaan gembira adalah pada area muka bagian bawah dan mata.

2) Mata bannyak mengatakan kesedihan.

3) Area mata dan muka bagian bawah menceritakan kepada kita perasaan terkejut.

(24)

5) Area muka bagian bawah paling baik memprediksi rasa muak atau jijik. 6) Perasaan takut paling banyak dapat dikenal dari area mata.

Penelitian lain yang berkenaan dengan ekspresi muka dilakukan oleh Tomkins dan Mc Carter (1964). Mereka mengembangkan 8 kategori perasaan menurut ekspresi wajah yang kelihatan.

1) Minat dan kegembiraan, ekspresi muka yang kelihatan alis mata turun, mata mengikuti memandang dan mendengar.

2) Kesukaan atau suka, ekspresi tersenyum, bibir dilemparkan keluar, dengan senyuman.

3) Terkejut atau merasa ngeri, alis mata naik, mata berkedip.

4) Susah dan sedih, ekspresi menangis, alis mata melengkung, mulut turun, pedih, terisak-isak.

5) Takut dan merasa terancam, mata terbuka lebar, muka pucat, dingin, menggigil, rambut berdiri.

6) Malu dan merasa terhina, mata turun.

7) Jijik dan muak, bibir atas naik, senyum menyeringai. 8) Marah, muka merah, rahang dikatupkan.

Dengan memperhatikan isyarat-isyarat atau tanda pada muka tersebut orang dapat memprediksikan bagaimana perasaan kita pada saat tersebut. Interpretasi ini akan menjadi kuat bila diiringi pesan verbal yang sejalan, maksudnya dengan pesan yang dapat dibaca pada muka.

b. Pandangan Mata

Elemen muka yang memberikan pengaruh kuat dalam berkomunikasi adalah mata. Dari pandangan mata dapat diketahui bagaimana sikap seseorang apakah dia siap untuk berinteraksi apakah berminat atau memperhatikan pesan yang disampaikan atau tidak.

(25)

nonverbal dibaca sebagai ekspresi minat dari sebagai suatu keinginan dan kemauan terhadap janji verbal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi utama dari mata adalah untuk mengatur interaksi. Kontak mata merupakan suatu tanda siap untuk berinteraksi dan apabila kontak mata tidak ada disengaja atau tidak, akan mengurangi kemungkinan adanya interaksi. Umumnya pembicaraan dirasa lebih positif apabila individu mengikuti pembicaraan kita dengan kontak mata yang lebih banyak. Barangkali dengan alasan ini, kita sering menduga bahwa orang yang melihat cara kita adalah menarik bagi kita.

Dalam kebanyakan kebudayaan saling kontak mata adalah satu bentuk komunikasi yang paling segera diterima. Bila mata bertemu, kita jadi sadar terhadap orang lain, dan kesadaran ini dirasakan oleh orang lain. Kontak mata mempunyai fungsi dalam komunikasi interpersonal yaitu pada fase permulaan, fase pertukaran, dan fase mengakhiri interaksi.

Mc Croskey dan kawan-kawannya (1971) mengatakan bahwa : 1) Kontak mata perlu dilakukan dalam keadaan:

a) Bila orang mencari balikan yang berkenaan dengan reaksi orang lain. b) Bila kita ingin member isyarat bahwa saluran komunikasi terbuka. c) Bila ingin menyampaikan kebutuhan berafiliasi atau mau terlibat

dengan suatu pembicaraan.

2) Kelihatannya wanita lebih banyak terlibat kontak mata dalam berbagai situasi daripada laki-laki.

3) Kontak mata tampaknya bertambah sesuai dengan bertambahnya jarak orang yang berbicara.

4) Kontak mata juga berguna untuk menimbulkan kecemasan pada orang lain.

5) Kontak mata biasanya dilakukan dalam situasi:

(26)

b) Dalam situasi persaingan, bila ada perasaan tidak suka atau ketegangan atau bila ada kecurangan yang baru saja dilakukan.

c) Bila dua kelompok sangat dekat satu sama lain secara fisik.

d) Bila si pembicara mulai penguraian yang panjang atau bila pendengar sudah bosan.

e) Bila seorang individu ingin menghindari kontak sosial.

c. Gestur atau Gerakan Isyarat

Yang dimaksud dengan gerakan isyarat adalah gerakan badan, kepala, tangan, dan kaki yang dimaksud untuk menyampaikan pesan tertentu. Gerakan isyarat mempunyai peranan penting dalam komunikasi karena dapat merupakan pengganti, dan pelengkap bahasa verbal.

Diantara bermacam-macam tipe dari gerakan isyarat tersebut adalah sebagai berikut :

1) Tanda yang Mengarahkan

Salah satu tipe dari gerakan isyarat adalah menggunakan tanda-tanda yang digarisbawahi atau menekankan pada poin tertentu dari pesan verbal. Misalnya dari gerakan ini adalah gerakan kepalan tangan atau tinju, gerakan jari telunjuk dan tangan. Contoh dari gerakan ini misalnya menggunakan jari telunjuk untuk memberi isyarat pada orang lain.

2) Tanda-Tanda Ya dan Tidak

(27)

dapat juga dengan menggunakan tangan dan jari tetapi itu hanya mungkin berlaku bagi kebudayaan tertentu.

3) Tanda Salam Pertemuan

Salam adalah sebagai bentuk gerakan isyarat yang lain. Bentuk yang paling dikenal sebagai sambutan/salam adalah berjabatan tangan, berciuman atau berpelukan sebagai tanda senang akan kedatangan seseorang. Bentuk salam yang digunakan biasanya mencerminkan hubungan individu.

4) Tanda Ikatan

Gerakan isyarat juga menunjukkan ikatan atau hubungan satu sama lain. Misalnya orang berjalan bergandengan, berpegangan tangan, duduk dan berjalan dekat-dekat secara fisik dan selalu berbagi objek apa saja, ini menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka mempunyai ikatan tertentu.

5) Tanda Isolasi

Ada tanda isyarat lain seperti menyilangkan tangan dan kaki, untuk menyembunyikan atau menahan bagian badan dari pandangan. Tanda ini dinamakan tanda isolasi. Isyarat isolasi mungkin merupakan pesan nonverbal yang disengaja, walaupun seringkali tidak bertujuan.

d. Sentuhan

Sebagai salah satu cara berhubungan dengan orang lain yang masih bersifat primitif adalah sentuhan. Sentuhan mempunyai aspek yang kritis dalam berkomunikasi. Sentuhan juga memainkan peranan yang penting dalam memberikan dorongan, pernyataan kehalusan budi, sokongan emosional dan bahkan lebih mempunyai kekuasaan daripada kata-kata.

(28)

luasdari satu kebudayaan kepada kebudayaan lainnya. Sentuhan dapat mengkomunikasikan banyak pesan di antaranya menunjukkan rasa sosial dan sopan seperti bersalaman dengan orang yang baru dikenal.

Walaupun sentuhan ini dapat mengkomunikasikan bermacam-macam pesan tetapi mungkin menimbulkan kesalahan dalam menginterpretasikannya karena adanya faktor-faktor yang ikut menentukan. Bentuk sentuhan yang sama mungkin mempunyai arti yang berbeda bagi kelompok bangsa yang lain.

e. Sikap Tubuh

Sikap tubuh juga merupakan satu tanda nonverbal dalam komunikasi. Pesan yang disampaikan dengan sikap tubuh yang sebenarnya tidak dapat kita amati tetapi menurut ahli psikolog sikap tubuh merupakan kunci perasaan rileks dalam situasi yang tidak ada ancaman dan bebas dari ancaman.

Hasil penelitian dari Knap (1978) menunjukkan bahwa sikap tubuh memberikan informasi tentang sikap, status, emosi, dan kehangatan. Menurut Mehrabian orang akan bersikap lebih rileks bila berkomunikasi denganorang yang lebih rendah statusnya atau dengan teman sebaya. Tetapi orang aka kurang rileks bila berhadapan dengan orang yang mempunyai status yang lebih tinggi, atau dengan orang-orang yang tidak disukainya.

3. Pengguanaan Ruangan atau Jarak

(29)

a. Jarak yang Menunjukkan Keintiman

Menurut Hall jarak keintiman ini mulai dari kontak kulit sampai jarak 18 inci. Kebanyakan dapat dilihat bahwa kontak bagi jarak intim ini adalah untuk interaksi dengan orang-orang yang kita rasa dekat secara emosional dan untuk situasi yang lebih bersifat pribadi.Jarak intim juga mungkin terjadi dalam keadaan yang kurang intim seperti mengunjungi dokter gigi atau piñata rambut.

b. Jarak Pribadi atau Personal

Jarak pribadi atau jarak personal yang berkisar dari 45 cm sampai 135 cm. Bila suatu pasangan berada di tempat pesta dan tiba-tiba datang seorang teman yang berlainan jenis kelaminnya mendekati salah seorang mereka, maka partenrnya yang lain mungkin merasa tidak senang.

c. Jarak Sosial

Daerah hubungan sosial yang berkisar antara 135 cm sampai 4 m. Dalam jarak ini bermacam-macam komunikasi dapat terjadi seperti komunikasi dalam bisnis.

d. Jarak Umum

Jarak yang paling jauh dalam komunikasi dinamakan jarak umum lebih dari 4 m. Jarak umum yang terdekat biasanya digunakan guru dimuka kelas. Dalam beberapa hal adalah penting menggunakan jarak umum seperti melakukan pembicaraan terhadap kelompok yang agak banyak dan dalam keadaan lain jaraj umum ini digunakan apabila orang tidak tertarik untuk mengadakan dialog.

2.6.5 Perbedaan Komunikasi Nonverbal dan Komunikasi Verbal

(30)

1. Lambang-lambang nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir didunia ini, sedangkan setelah tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita, barulah bahasa verbal kita pelajari.

2. Bahasa verbal dinilai kurang universal dibandingkan dengan bahasa nonverbal, sebab bila kita pergi keluar negeri misalnya dan kita tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh masyarakat dinegara tersebut, kita bisa menggunakan isyarat-isyarat nonverbal dengan orang asing yang kita ajak berkomunikasi.

3. Bahasa verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual disbanding dengan bahasa nonverbal yang merupakan aktivitas emosional. Artinya, dengan bahasa verbal, sesungguhnya kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang abstrak, sementara melalui bahasa nonverbal, kita menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.

Bila kita membedakan verbal dari nonverbal dan vokal dari nonvokal, maka kita mempunyai 4 kategori atau jenis komunikasi. Komunikasi verbal/vokal merujuk pada komunikasi melalui kata yang diucapkan. Misalnya, Dicky dan ayahnya mendiskusikan mobil baru yang akan dibeli oleh Dicky, dan berencana untuk mengumpulkan uang untuk membelinya. Bila Dicky menulis surat kepada ayahnya mengenai mobil, komunikasinya verbal tapi nonvokal. Bila Dicky berbicara tentang rencana membeli mobil dengan meminjam uang ayahnya dan ayahnya menggerutu; gerutuan atau vokalisasi, ini bentuk dari komunikasi nonverbal/vokal.

(31)

Don Stack, dkk. (dalam Sendjaja, 2002: 65) menjelaskan 3 perbedaan utama di antara komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan tersebut didasarkan pada beberapa hal, yaitu :

1. Kesengajaan pesan (intensionality of the message). Suatu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah presepsi mengenai niat. Niat ini menjadi penting ketika membicarakan bahasa verbal. Sedangkan komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. Presepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal.

2. Tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act or message). Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang dimediasi. Dalam arti kata, kita mengambil makna dari kata dan pilihan kata, yang sudah disepakati maknanya. Sebaliknya komunikasi nonverbal lebih alami, ia beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Tegasnya komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah. Sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.

3. Pemerosesan mekanisme (processing mechanism). Pesan-pesan verbal lebih terstruktur dan nonverbal tidak terstruktur. Tidak seperti bahasa verbal, bahasa nonverbal tidak mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mensyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks dimana interaksi itu terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut.

(32)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Nonverbal itu lebih tua dan lebih dulu munculnya dari pada komunikasi verbal. komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Komunikasi Nonverbal memiliki fungsi pengulangan, pelengkap, pengganti, memberikan

(33)

dipisahkan, karena kedua bahasa tersebut berkerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna.

Dalam berkomunikasi yang efektif perlu di timbangkan banyak aspek, seperti bahasa, intonasi, kecepatan berbicara, maupun dari segi subjeknya sendiri yaitu komunikator maupun komunikan haruslah saling mendukung antara satu sama lain.

Bahasa harus mudah di mengerti, intonasi yang baik dan perhatian kepada lawan bicara/lawan berkomunikasi, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat dalam berbicara. Semua itu harus di usahakan sebaik mungkin agar mudah di pahami oleh lawan bicara.

DAFTAR PUSTAKA

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya. Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Yasir. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Riau: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau.

Cangara, Hafied, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/IP-TM4_KOMUNIKASI_VERBAL.pdf

(34)

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan dalam metode TOPSIS adalah menggambarkan alternatif dan kriteria ke dalam sebuah matriks, membuat matriks keputusan ternormalisasi, membuat pembobotan

Buku pedoman Asuhan Antenatal Terintegrasi tidak terpisahkan dengan pedoman lain yang telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan seperti ; Pedoman

Si selaku dekan Fakultas Psikologi dan selaku pembimbing I Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

gangguan metabolik lik karbohi'rat, %rotein ' karbohi'rat, %rotein 'an lemak 'an % an lemak 'an %erkembangan kom%lik erkembangan kom%likasi asi se9ara mi9roaskuler,

Teori yang kedua adalah adanya defek intrinsik pada kulit (stratum korneum) yang mengarah pada disfungsi sawar kulit, sehingga suatu alergen mudah berpenetrasi dan

Raya Babat – Jombang KM 11, Desa Dradahblumbang

Mencermati bentuk masing-masing produk pemikiran hukum Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa tantangan utama yang dihadapi dalam penerapannya adalah tidak

Dengan demikian akta jual beli, terutama dalam jual beli balik nama hak atas tanah dan bangunan merupakan suatu surat tertulis yang harus dibuat