• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPEKTROSKOPI FLAVONOID GOLONGAN AURON YANG DIISOLASI DARI BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SPEKTROSKOPI FLAVONOID GOLONGAN AURON YANG DIISOLASI DARI BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SPEKTROSKOPI FLAVONOID GOLONGAN AURON YANG

DIISOLASI DARI BIJI ALPUKAT (

Persea americana

Mill)

Vera Astuti

1

1

Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang

Korespondensi: vera_2104@yahoo.com

Abstrak

Latar Belakang. Biji alpukat yang tergolong limbah dan tidak dimanfaatkan ternyata dapat berkhasiat sebagai obat antara lain sebagai obat sakit gigi dan antidiabetes. Biji alpukat hampir tidak mengandung pati, sedikit mengandung gula buah tetapi berlimpah serat selulosa. Faktor ini menjadikan alpukat dianjurkan sebagai bagian dari menu untuk mengendalikan penyakit diabetes. Menurut hasil penelitian Zuhrotun (2007), kandungan yang terdapat di dalam biji alpukat adalah senyawa flavonoida, terpenoid, kuinon, dan tanin. Salah satu senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antidiabetes adalah flavonoid.

Tujuan. Mengisolasi dan mengidentifikasi flavonoid yang terkandung pada biji alpukat (Persea americana

Mill) yang diduga memiliki afek antidiabetes.

Metode. Penelitian deskriptif analitik dengan objek penelitian biji alpukat (Perseaamericana Mill) berbentuk lonjong dan berwarna hijau. Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi dan fraksinasi. Identifikasi dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri UV-Vis.

Hasil. Senyawa flavonoid hasil isolasi dari biji alpukat adalah golongan Auron dengan dugaan substitusi 6 OH dengan oksigenasi pada 4’, 4’ dan/ 6’ OH,dan o-di OH pada cincin A (6,7 atau 7,8) . Nilai titik leleh fraksi N-heksan 150–168 ºC.

Kesimpulan. Terdapat senyawa flafonoid golongan Auron pada biji alpukat (Persea americana Mill).

Kata Kunci : Biji alpukat, flavonoid, antidiabetes, auron, spektroskopi.

Abstract

Background. Avocado seeds are classified as waste and not used but it can be efficacious as a drug, among others, as a toothache medicine and antidiabetic. Avocado seeds barely contain starch, contain little fruit sugar but are abundant in cellulosic fibers. This factor makes avocados recommended as part of the menu to control diabetic. According to research results Zuhrotun (2007), the content contained in the avocado seed is a compound flavonoida, terpenoids, quinones, and tannins. One of the supposedly efficacious antidiabetic compounds is flavonoids.

Objective. Was to isolate and identify flavonoids contained in avocado seeds (Persea americana Mill) suspected of having antidiabetic affects.

Methods. A descriptive analytic research with avocado seed (Persea americana Mill) as an object of research. Isolation is done by extraction and fractionation. Identification was done by Thin Layer Chromatography (TLC) and UV-Vis Spectrophotometry.

Results. The results showed that the isolated flavonoid compound from avocado seeds is Auron group with a 6 OH substitution suspension with oxygenation at 4 ', 4' and / 6 'OH, and o-in OH on ring A (6.7 or 7.8). The value of the melting point of the N-hexane fraction is 150-168 ºC.

Conclusion. There is an Auron flavonoid compound in avocado seed (Persea americana Mill).

Keywords : Avocado seeds, flavonoids, antidiabetic, auron, spectroscopy.

1.

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negeri ini. Sebagian besar sudah dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuh-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional. Popularitas dan perkembangan obat tradisional semakin meningkat seiring

dengan slogan “kembali ke alam” yang kian

(2)

keamanannya sehingga dosis dan khasiatnya dapat diukur.2

Alpukat (Persea americana Mill) merupakan salah satu jenis buah yang banyak diminati oleh masyarakat karena daging buahnya yang empuk. Buah alpukat disamping memiliki rasa yang enak juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kebanyakan masyarakat mengonsumsi daging buah alpukat karena rasa dan nutrisinya yang luar biasa, namun biji alpukat dibuang begitu saja setelah diambil buahnya sehingga biji alpukat tergolong limbah yang tidak dimanfaatkan. Padahal alpukat disamping buahnya memiliki kandungan gizi yang tinggi, bijinya juga dapat digunakan untuk pembibitan dan berkhasiat sebagai obat.3

Biji alpukat hampir tidak mengandung pati, sedikit mengandung gula buah tetapi berlimpah serat selulosa. Faktor ini menjadikan alpukat dianjurkan sebagai bagian dari menu untuk mengendalikan penyakit diabetes. Pemanfaatan biji alpukat untuk mengobati penyakit diabetes dapat dilakukan dengan cara tradisional, yaitu biji dipanggang diatas api lalu dipotong kecil-kecil, kemudian direbus dengan air bersih sampai airnya menjadi coklat. Kemudian larutan yang terbentuk disaring dan diminum setelah dingin.3 Senyawa antioksidan yang dihasilkan dari tumbuhan, golongan fenol terutama polifenol dan flavonoid diketahui berpotensi mengurangi risiko penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes mellitus, penuaan dini dan lain-lain.4 Menurut hasil penelitian,5 biji alpukat mengandung senyawa flavonoida, terpenoid, kuinon, dan tanin. Jadi diduga salah satu senyawa yang berfungsi sebagai antidiabetes pada biji alpukat adalah flavonoid.

Karena belum pernah dilakukannya penelitian mengenai isolasi dan identifikasi flavonoid pada biji alpukat (Persea americana Mill), maka peneliti melakukan penelitian untuk mengisolasi dan mengidentifikasi flavonoid biji alpukat (Perseaamericana Mill).

2.

Metode

Jenis penelitian ini adalah Penelitian deskriptif analitik dengan objek penelitian biji alpukat (Persea americana Mill) berbentuk lonjong dan berwarna hijau. Pembuatan ekstrak dan fraksi biji alpukat dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang. Identifikasi secara spektroskopi

dilakukan di Laboratorium Fisika Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang pada bulan Agustus - Desember 2015.

Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi. Biji alpukat (Persea americana Mill) yang telah dirajang dan dikeringanginkan sebanyak 1 kg dimasukkan kedalam botol maserasi berwarna coklat kemudian tambahkan metanol hasil destilasi hingga seluruh sampel terendam, lalu botol ditutup rapat. Simpan ditempat gelap yang terlindung dari cahaya matahari, diamkan selama lima hari sambil sesekali dikocok. Maserasi dilakukan selama sepuluh hari dengan penggantian pelarut sebanyak dua kali. Penggantian pelarut dilakukan setiap lima hari sekali setelah dilakukan penyaringan.

Ekstrak metanol yang didapat dipekatkan dengan destilasi vakum. Setelah didapatkan ekstrak kental dilakukan uji pendahuluan fitokimia.

Selanjutnya ekstrak metanol diencerkan dengan aquadest secukupnya lalu difraksinasi dengan N-heksan 3 x 150 ml, dicuci dengan NaCl jenuh 3 x 100 ml dan dipekatkan dengan destilasi vakum (fraksi III). Fraksi air diekstraksi cair-cair dengan etil asetat 3 x 150 ml, dicuci dengan NaCl jenuh 3 x 100 ml lalu dipekatkan dengan destilasi vakum (fraksi II). Dan sisa fraksi air yang masih ada dipekatkan kembali dengan destilasi vakum (fraksi I).

Masing-masing fraksi direaksikan dengan penambahan 5 ml metanol panas, selanjutnya disaring, filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu ditambahkan logam Mg, bila timbul warna merah tua menandakan adanya flavonoid. Fraksi yang menunjukkan hasil positif mengandung flavonoid diisolasi dengan KLT dengan eluen N -heksana : Etil Asetat (1:1).

(3)

UV Vis, setelah terlebih dahulu ekstraknya dibentuk dengan proses kristalisasi.

Identifikasi dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri UV-Vis. Pengukuran spektrum UV-Vis dilakukan pada panjang gelombang 230-500 nm. Hasil kerokan isolat flavonoid dilarutkan dengan 12 ml metanol (larutan persediaan), disaring kemudian diukur nilai spektrum maksimumnya. Nilai spektrum maksimum yang sama seperti nilai spektrum maksimum golongan flavonod pada literatur selanjutnya ditambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan untuk mengetahui kedudukan gugus hidroksi pada inti flavanoid. Pereaksi geser yang digunakan adalah Natrium Hidroksida, Natrium Asetat, Natrium Asetat dan Asam Borat.

Untuk melakukan pereaksian kimia maka dilakukan kembali isolasi pada fraksi N-Heksan pada kondisi yang sama dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Bercak yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur pada saat identifikasi spektrofotometri UV Vis kemudian dikerok dan di larutkan dengan metanol secukupnya. Setelah itu tambahkan HCl pekat beberapa tetes dan Logam Mg. Bila timbul warna merah tua menandakan adanya flavonoid.

Pemeriksaan titik leleh juga dilakukan dengan alat Malting Point Appratus. Sampel yang menunjukkan adanya noda yang terbentuk pada KLT dan telah di identifikasi dengan Spektrofotometri UV Vis dan pereaksi kimia dilakukan proses pengkristalan. Ekstrak kental fraksi dilarutkan dengan pelarutnya kemudian dipanaskan sampai mendidih. Ekstrak tersebut kemudian disaring panas – panas dan dibiarkan beberapa hari sampai pelarutnya menguap. Hasil dari penguapan yang terbentuk di letakkan di atas lempengan kaca. Selanjutnya geser menggunakan jarum besi sampai senyawa hasil isolasi tadi meleleh seluruhnya dan amati pada suhu berapa senyawa tersebut meleleh seluruhnya.

Data diolah dan dianalisa secara deskriptif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang dilakukan.

3.

Hasil

Dari penelitian isolasi isolat kasar ekstrak metanol biji alpukat (Persea americana Mill) didapatkan ekstrak kental. Kemudian dilakukan uji identifikasi awal

dengan pereaksi kimia untuk flavonoid yaitu metanol panas, HCl pekat, dan logam Mg. Setelah itu, ekstrak kental difraksinasi lagi menjadi tiga fraksi. Ketiga fraksi ini juga dilakukan uji fitokimia. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia

Sampel Warna Hasil

Ketiga fraksi berdasarkan dari kepolaran masing–masing senyawa kimia, dilakukan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Dari ketiga sampel yang ditotolkan yaitu fraksi air, fraksi etil asetat, dan fraksi n-heksan, hanya fraksi n-heksan yang menunjukkan adanya bercak dan di peroleh hasil yang dapat di lihat pada tabel berikut ini :

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Grafik 1. Data Serapan Absorban Bercak dari : (1) Bercak 1, (2) Bercak 2, (3) Bercak 3, (4) Bercak 4, dan (5) Bercak 5.

Dari kelima bercak yang diamati, bercak yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur adalah fraksi n-heksan pada bercak kelima yaitu dengan nilai spektrum maksimum pada pita I 405 nm dan nilai spektrum maksimum pada pita II 260 nm. Nilai absorban larutan hasil kerokan juga dibandingkan dengan nilai absorban pelarut metanol. Dari perbandingan nilai absorban kelima larutan hasil kerokan dengan pelarut Metanol didapatkan adanya perbedaan pada setiap nilai absorban bercak dengan nilai absorban pelarut metanol. Selanjutnya pada larutan metanol hasil kerokan bercak kelima ditambahkan pereaksi geser.

Data panjang gelombang dan serapan yang diperoleh pada penambahan pereaksi geser :

(1)

(5)

(3)

Grafik 2. Data Serapan Absorban Larutan Hasil Kerokan : (1) + NaOH, (2) + NaOAc, (3) + NaOAc + H3BO3.

Tabel 3. Data Spektrum Spektrofotometri UV-Vis dari Isolat dengan Penambahan Pereaksi Geser dirajang halus dan dikeringanginkan sebanyak 1 kg, perajangan halus ini untuk memudahkan penetrasi cairan penyari kedalamnya. Kemudian sampel dimaserasi pada suhu kamar selama sepuluh hari, sambil sesekali di kocok. Penggantian pelarut dilakukan sebanyak dua kali setiap lima hari sekali, setelah dilakukan penyaringan. Hasil maserasi dipekatkan dengan destilasi vakum untuk memperoleh ekstrak kental. Penyarian ini dilakukan dengan cara maserasi yaitu cara ekstraksi yang paling sederhana, dimana pengerjaannya mudah dilakukan dan alat yang digunakan lebih mudah diperoleh. Selain itu, karena maserasi tidak dilakukan dengan pemanasan sehingga kemungkinan terurainya kandungan zat berkhasiat dalam biji Alpukat (Persea americana Mill) yang rusak oleh pemanasan dapat terhindar.

Sebagai cairan penyari digunakan metanol karena metanol bisa melarutkan hampir seluruh kandungan kimia bahan alam. Ekstrak kental biji alpukat (Persea americana

Mill) yang didapat dari maserasi kemudian dilakukan uji identifikasi awal menggunakan pereaksi kimia untuk mendeteksi kandungan flavonoid yaitu metanol panas, HCl pekat, dan logam Mg. Ekstrak kental yang didapat, diambil secukupnya kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi. Selanjutnya metanol sebanyak 5 ml dipanaskan lalu dimasukkan pada tabung reaksi yang ada ekstak kental biji alpukat (Persea americana Mill) didalamnya. Setelah itu tambahkan beberapa tetes HCl pekat dan logam Mg. Dari hasil reaksi tersebut timbul warna merah pekat yang menandakan adanya kandungan flavonoid pada ekstrak kental biji Alpukat (Persea americana Mill). Hasil reaksi serbuk Mg dengan HCl akan menghasilkan ion magnesium dan gas hidrogen. Ion magnesium diduga akan berikatan dengan senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak metanol biji alpukat (Persea americana Mill) membentuk komplek berwarna merah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marliana et al., 2005 yang menyatakan bahwa apabila dalam identifikasi flavonoid dihasilkan warna merah sampai jingga, maka senyawa yang memberikan warna tersebut adalah flavon. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam ekstrak kental biji alpukat terkandung senyawa golongan flavonoid.

Selanjutnya, ekstrak kental biji alpukat (Persea americana Mill) difraksinasi untuk memisahkan kandungan kimianya dengan dua pelarut yang saling tidak bercampur yang dibagi menjadi tiga fraksi berdasarkan sifat kepolaran senyawa kimia yang akan di isolasi. Masing–masing fraksi tersebut adalah fraksi air (fraksi polar), fraksi etil asetat (fraksi semi polar), fraksi n-heksan (fraksi non polar). Setelah didapat tiga fraksi, masing–masing fraksi dipekatkan dengan destilasi vakum. Ekstrak pekat dari masing– masing fraksi juga dilakukan uji fitokimia. Dari uji fitokimia, fraksi air berwarna merah lemah yang menandakan bahwa tidak ada kandungan flavonoid didalamnya. Fraksi etil asetat juga berwarna merah lemah yang juga menandakan bahwa tidak ada kandungan flavonoid didalamnya. Sedangkan pada fraksi N–heksan warna yang dihasilkan adalah warna merah pekat yang menandakan bahwa ada kandungan flavonoid didalamnya.

(6)

O

Tipis (KLT) dalam mengisolasi senyawa kimia flavonoid pada biji alpukat (Persea americana Mill) karena metode ini mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan kromatografi lain yaitu menggunakan peralatan yang sederhana, harga murah, waktu yang digunakan relatif singkat, daya pemisahan cukup baik, dan hasil yang didapatkan juga lebih baik. Isolasi dibatasi hanya sampai isolat kasar flavonoid saja.

Untuk menentukan adanya kandungan senyawa flavonoid dalam biji alpukat (Persea americana Mill) yang di isolasi dilihat dari perbandingan harga Rf dari masing–masing fraksi dengan harga Rf golongan flavonoid dari penelitian identifikasi flavonoid sebelumnya. Terhadap masing–masing fraksi diperiksa adanya senyawa flavonoid dengan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (1 :1). Bercak yang yang timbul masing–masing di ukur harga Rf nya kemudian dibandingkan dengan harga Rf golongan flavonoid dari penelitian identifikasi flavonoid sebelumnya. Fraksi yang menampakkan bercak adalah fraksi n-Heksan. Fraksi n-heksan memilki bercak sebanyak lima.

Kelima bercak dari fraksi n-heksan yang diperoleh dikerok dan masing-masing dilarutkan dengan metanol 12 ml lalu disaring, kemudian hasilnya diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV Vis. Bercak yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur adalah bercak kelima dengan nilai spektrum maksimum pada pita I 405 nm dan nilai spektrum maksimum pada pita II 260 nm. Bercak kelima kemudian direaksikan menggunakan pereksi geser Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium asetat (NaOAc), dan Asam borat (H3BO3) untuk mengetahui kedudukan gugus hidroksi pada inti flavanoid. Setelah penambahan pereaksi geser NaOH terjadi pergeseran hipsokromik pada pita I sebesar -5 nm mengarah pada substitusi 6 -OH dengan oksigenasi pada 4’. Pada saat penambahan pereaksi geser NaOAc terjadi pergeseran batokromik pada pita II sebesar +15 nm mengarah pada substitusi

4’/6’ OH. Dan pada saat penambahan

pereaksi geser H3BO3 terjadi pergeseran

hipsokromik pada pita I sebesar -5 mengarah pada substitusi o-di OH pada cincin A (6,7 atau 7,8), dengan struktur kimia sebagai berikut :

Gambar 1. Rumus Bangun Auron

Gambar 2. Rumus Bangun Auron Setelah ditambah dengan Pereaksi geser

Setelah dilakukan identifikasi menggunakan spektrofotometri UV Vis dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan pereaksi kimia. Untuk melakukan pereaksian kimia maka dilakukan kembali isolasi pada fraksi N-heksan pada kondisi yang sama dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Bercak kelima yang memiliki nilai spektrum maksimum yang sama dengan nilai spektrum maksimum golongan flavonoid pada literatur pada saat identifikasi spektrofotometri kemudian dikerok dan di larutkan dengan metanol secukupnya. Setelah itu tambahkan HCl pekat beberapa tetes dan logam Mg. Warna yang dihasilkan pada pereaksian kimia adalah kekuningan. Pereaksian kimia pada hasil kerokan tersebut tidak berwarna merah seperti pada pereaksian kimia uji identifikasi awal pada fraksi n-heksan mungkin disebabkan karena terlalu sedikitnya kandungan kimia flavonoid pada hasil kerokan sehingga tidak memberikan reaksi warna merah.

(7)

sampai pelarutnya menguap. Setelah pelarutnya menguap maka ekstrak yang telah kering dikerok. Hasil kerokan berupa padatan yang berwarna coklat. Padatan yang terbentuk di letakkan di atas lempengan kaca alat Malting Point Apparatus. Selanjutnya geser menggunakan jarum besi sampai senyawa hasil isolasi tadi meleleh seluruhnya. Padatan yang diperoleh meleleh pada suhu 150–168°C, sedangkan nilai titik leleh senyawa flavonoid pada penelitian identifikasi flavonoid oleh Nurhasanah adalah 169-178ºC. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan padatan isolat yang diperoleh belum murni, hal ini juga dapat dilihat dari nilai rentang titik leleh yang didapatkan agak jauh.

Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, golongan flavonoid pada biji Alpukat (Persea americana Mill) adalah Auron dengan dugaan substitusi 6 -OH dengan oksigenasi

pada 4’, 4’ dan/ 6’ OH,dan o-di OH pada cincin A (6,7 atau 7,8) dan mempunyai titik leleh 150–168 °C.

5.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil isolasi pada biji alpukat (Persea americana Mill) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), fraksi yang mengandung senyawa flavonoid adalah fraksi N-heksan (fraksi non polar) pada bercak kelima dengan harga Rf 0,56 setelah diidentifikasi menggunakan Spektrofotometri UV Vis.

2. Hasil identifikasi menggunakan spektrofotometri UV Vis, bercak kelima fraksi N-heksan adalah senyawa flavonoid golongan Auron dengan dugaan substitusi 6 OH

dengan oksigenasi pada 4’, 4’ dan/ 6’ OH,dan o-di OH pada cincin A

(6,7 atau 7,8) . Nilai titik leleh fraksi N-heksan 150–168 ºC.

DAFTAR PUSTAKA

1. Morton, J.F. 1987. Fruits of Warm Climate. Creative Resources System, Inc

2. Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Usila. Penebar Swadaya, Jakarta, Indonesia

3. Susanti, L.Y. 2008. Efisiensi Ekstraksi Minyak Biji Alpukat Melalui Ekstraksi Kontinyu Dengan Pelarut Air dan Isopropanol sebagai Obat Diabetes Melitus. (http://darsono-

sigit.um.ac.id/wp- content/uploads/2009/11/laily-y-susanti.pdf, di akses 15 Januari 2015)

4. Prakash. 2001. Dalam : Puji Wijayanti (editor). Efek Antioksidan Bagian Larut Air dari Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava l.) Pada Kelinci Jantan Galur

New Zealand yang dibebani Glukosa. Bandung. http://fil.upi.edu/Direktori/ SPS/PRODI.PENDIDIKAN%20IPA/ TITIN%20SUPRIANTI/

Titin%20file%205%2C%20SNPK%20 UNS.pdf, di akses 23 Juli 2015)

5. Zuhrotun, A. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.)

Bentuk Bulat.

Gambar

Tabel 2. Hasil Kromatogram Senyawa Flavonoid
Grafik 1. Data Serapan Absorban Bercak dari : (1) Bercak 1, (2) Bercak 2, (3) Bercak 3, (4) Bercak 4, dan (5) Bercak 5
Tabel 3. Data Spektrum Spektrofotometri UV-Vis dari Isolat dengan Penambahan Pereaksi Geser
Gambar 2. Rumus Bangun Auron Setelah ditambah dengan Pereaksi geser

Referensi

Dokumen terkait

Asam lemak yang terkandung dalam minyak biji alpukat yang diperoleh pada suhu ekstraksi 98,4 o C selama 120 menit dengan massa biji 30 gram dan volume pelarut

Gambar 4.21 Pengaruh Variasi Temperatur Pemanasan Larutan Pati Terhadap Sifat Pemanjangan Pada Saat Putus ( Elongation at Break ) Bioplastik Pati Biji Alpukat Berpengisi Kitosan Dan

Komposisi asam lemak dari minyak biji alpukat yang diperoleh pada suhu ekstraksi 98,4 o C selama 120 menit dengan massa biji 30 gram dan volume pelarut 300

Atas dasar pemikiran yang telah dipaparkan, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai ekstraksi minyak biji alpukat dengan menggunakan pelarut n- heptana sehingga dapat

Untuk rancangan ini digunakan CCD (Central Composite Design) yang terdiri dari rancangan faktorial 2 k ditambah titik-titik pengamatan pada center point dan

Selanjutnya, diteruskan dengan analis KLT yang menunjukkan heksana : etil asetat (3:7). Identifikasi lebih lanjut kristal putih berbentuk jarum sebanyak 0,0698 gram

Gambar 4.22 Pengaruh Variasi Temperatur Pemanasan Larutan Pati Terhadap Sifat Pemanjangan Pada Saat Putus (Elongation at Break) Bioplastik Pati Biji Alpukat Berpengisi Kitosan

Hasil penelusuran literatur diketahui bahwa biji alpukat yang merupakan buangan pada buah alpukat (Persea Americana Mill) ternyata memiliki kandungan nutrisi yang