• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Melalui Pembelajaran Model Kontruktivisme Dapat Meningkatkan Kemampuan Memahami Sejarah Kemerdekaan Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2017/2018.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Melalui Pembelajaran Model Kontruktivisme Dapat Meningkatkan Kemampuan Memahami Sejarah Kemerdekaan Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2017/2018."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

173

Melalui Pembelajaran Model Kontruktivisme Dapat Meningkatkan Kemampuan Memahami Sejarah Kemerdekaan Mata Pelajaran PKn

Siswa Kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2017/2018.

Muallimin

SDN Tunjung 4 Burneh-Bangkalan

Abstrak: Tujuan penelitian ini mengungkap a). Pengaruh pembelajaran model konstruktivisme terhadap hasil belajar mata pelajaran PKn. b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran PKn setelah diterapkannya pembelajaran model konstruktivisme pada siswa Kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2017/2018. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (72,02), siklus II (79,32), Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran model konstruktivisme dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2017/2018. serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran PKn.

Kata Kunci: Kontruktivisme,Perumusan Pancasila.

Abstract: The objectives of this study reveal a). The influence of constructivism model learning on the learning outcomes of Civics subjects. b) Want to know how far the understanding and mastery of Civics subjects after the implementation of constructivism model learning in students of Class VI SDN Tunjung 4 Sub Burneh Lesson Year 2017/2018. This research uses action research for three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and observation, reflection, and refission. Target of this research is student of Class VI SDN Tunjung 4 Sub-District of Burneh Lesson Year 2017/2018. Data obtained in the form of formative test results, observation sheet of teaching and learning activities. From the analysis results obtained that the achievement of student learning increased from cycle I to cycle II that is, cycle I (72,02), cycle II (79,32), conclusion from this research is constructivism model learning can have positive effect to student learning motivation VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh Lesson Year 2017/2018. as well as this learning model can be used as one of the alternative learning of Civics.

(2)

174 Pendahuluan

Upaya untuk meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar para

siswa pada setiap jenjang dan tingkat

pendidikan perlu diwujudkan agar

diperoleh kualitas sumber daya manusia

Indonesia yang dapat menunjang

pembangunan nasional. Upaya tersebut

menjadi tanggung jawab semua tenaga

kependidikan. Dalam konteks ini, peran

guru sangat strategis sebab guru yang

langsung dapat membina siswa di

sekolah melalui proses pembelajaran.

Dalam keseluruhan proses

pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

mengajar merupakan kegiatan yang

paling pokok. Hal itu berarti berhasil

atau tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan bergantung pada proses

belajar yang dialami oleh siswa sebagai

anak didik.

Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan untuk menggali masalah dari

kenyataan-kenyataan yang terdapat di

lingkungan pendidikan, yaitu

permasa-lahan yang dihadapi oleh guru. Dengan

demikian, untuk mengetahui

permasa-lahan yang terjadi dalam proses

pengajaran sejarah kemerdekaan mata

pelajaran PKn diperlukan diskusi

kolaboratif dengan guru mata pelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru murid kelas VI SDN Tunjung 4

Kecamatan Burneh tahun pelajaran

2017/2018 tentang perumusan pancasila

mata pelajaran PKn diketahui dari 27

siswa memperoleh nilai di bawah KKM

sebesar 72,97% dan hanya 10 siswa yang

memperoleh nilai di atas KKM atau

hanya 27,02% dari jumlah siswa yang

tuntas. Hal ini berarti murid kelas VI

SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh

tahun pelajaran 2017/2018 belum

mencapai syarat ketuntasan minimal.

Dan selain itu, berdasakan hasil

wawancara dengan guru bidang studi

PKn di kelas VI SDN Tunjung 4

Kecamatan Burneh didapatkan bahwa

murid kelas VI SDN Tunjung 4

Kecamatan Burneh tahun pelajaran

2017/2018 mengalami kesulitan dalam

pembelajaran menulis khususnya tentang

perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn. Siswa

terkadang sulit membedakan ciri-ciri

perumusan pancasila dengan konteks.

Kegiatan pembelajaran di sekolah

(3)

175 menulis belum optimal. Hal tersebut

ditunjukkan kurang mampunya siswa

dalam mengemukakan pendapat dan

gagasannya secara kreatif serta kurang

mampu mendapatkan dan

mengum-pulkan informasi yang aktual sebagai

bahan tulisan. Penyebab

ketidakopti-malan tersebut antara lain dikarenakan

metode yang digunakan oleh guru

kurang tepat, guru masih mendominasi

kelas dan kurang memberi kesempatan

kepada siswa untuk berkreasi,

mengekspresikan diri secara bebas.

Ketika pembelajaran Perumusan

panca-sila sebagai dasar negaraditentukan oleh

guru. Hak otonomi siswa untuk

berkreasi, mengekspresikan, melukiskan

jati dirinya atau lingkungan sekitarnya

sesuai pengalamannya menjadi

terke-kang.

Realita pembelajaran yang seperti

ini membawa dampak kurang baik untuk

siswa. Siswa mengalami kesulitan ketika

harus Perumusan pancasila sebagai dasar

negaradan pembelajaran pancasila.

Peserta didik bingung apa yang harus ia

lakukan untuk mengerjakan tugas

tersebut. Sulit menemukan data yang

aktual dan faktual serta menarik untuk

bahan Perumusan pancasila sebagai

dasar negara dan pembelajaran

pancasila, tidak tahu bagaimana dan dari

mana mesti memulai perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn. Belum lagi, perasaan

takut salah, takut berbeda dengan apa

yang diinstruksikan oleh gurunya

sehingga respon siswa terhadap

pelajaran pancasila sebagai dasar negara

mata pelajaran PKn berkurang dan pada

akhirnya menghilangkan minat siswa

dalam mengetahui Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran

PKn.

Dalam studi pendahuluan, melalui

pengamatan dan wawancara dengan guru

kelas dan murid kelas VI SDN Tunjung

4 Kecamatan Burneh tahun pelajaran

2017/2018 pembelajaran Perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn kurang memaksimalkan

kemampuan siswa. Hal tersebut dapat

dilihat pada: (1) siswa kesulitan dalam

menemukan menulis perbedaan

peru-musan pancasila mata pelajaran PKn; (2)

siswa kurang mempunyai data yang

aktual dan faktual sebagai bahan untuk

mengidentifikasi jenis-jenis perumusan

pancasila mata pelajaran PKn.

(4)

176 dihadapi para peserta didik adalah

kesulitan memperoleh data yang aktual,

faktual, dan menarik sebagai bahan

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn. Salah satu

penyebabnya adalah kurangnya

keterli-batan dan kesempatan yang diberikan

kepada siswa untuk mengalami langsung

dalam proses Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran

PKn. Eanes (1997:484) berpendapat

bahwa pembelajaran menulis yang baik

haruslah memberi model proses dan

praktik yang terarah dan sistematis.

Oleh karena itu, peneliti

berkola-borasi dengan guru kelas untuk

meran-cang sebuah pembelajaran yang mampu

peserta didik termotivasi selama

mengikuti proses belajar-mengajar.

Salah satu alternatif dalam penelitian ini,

yaitu menerapkan metode pembelajaran

konstruktivistik. Metode konstruktivistik

ini dikembangkan oleh Piaget dan

Vigotsky (Suyatno, 2004:33) yang

menekankan bahwa perubahan kognitif

hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi

yang telah dipahami sebelumnya diolah

melalui proses ketidakseimbangan dalam

upaya memperoleh informasi baru.

Pembelajaran dengan metode

konstruktivistik ini digunakan agar siswa

mampu menemukan masalah (sering

muncul dari siswa sendiri ) dan

selanjutnya membantu siswa

menyele-saikan dan menemukan langkah-langkah

pemecahan masalah tersebut. Metode

Konstruktivistik didasarkan pada belajar

kogntif yang menekankan pada

pembela-jaran kooperatif, pembelapembela-jaran generatif,

bertanya, inkuiri atau menemukan dan

keterampilan metakognitif lainnya

(Suyatno, 2004:33).

Dengan menyoroti latar belakang

tersebut, metode konstruktivistik dipilih

sebagai alternatif tindakan dalam

pengajaran dalam Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran PKn

karena metode ini dianggap sebagai cara

yang efektif untuk mengarahkan seluruh

potensi siswa sehingga siswa lebih

termotivasi selama mengikuti proses

belajar-mengajar yang berdampak positif

pada hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas,

pene-litian ini bertujuan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan siswa pada

mata pelajaran PKn dengan metode

(5)

177 Tunjung 4 Kecamatan Burneh tahun

pelajaran 2017/2018.

Berdasarkan latar belakang

peneli-tian di atas, masalah penelipeneli-tian ini

dirumuskan sebagai berikut. Apakah

dengan penerapan model pembelajaran

kontruktivisme dapat meningkatkan

kemampuan Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran PKn

murid kelas VI SDN Tunjung 4

Kecamatan Burneh tahun pelajaran

2017/2018?

Tujuan Penelitian ini adalah Untuk

mengetahui peningkatan kemampuan

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn dengan

metode konstrutivistik murid kelas VI

SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh

tahun pelajaran 2017/2018.

Konstruktivistik merupakan suatu

metode yang penekanannya berpusat

pada siswa yang aktif, metode

konstruk-tivistik sering disebut pengaja-ran yang

terpusat pada siswa atau student centered

instruction. Di dalam kelas yang terpusat

pada siswa, peran guru adalah membantu

siswa menemukan fakta, konsep atau

prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan

memberikan ceramah atau

mengenda-likan seluruh kegiatan kelas (Nur,

2001:2).

Tujuan penggunaan metode

konstruktivistik menurut Sutiyono

(Nuryanto, 2004:6) adalah sebagai

berikut. 1) Memotivasi siswa bahwa

belajar adalah tanggung jawab siswa itu

sendiri. 2) Mengembangkan kemampuan

siswa untuk mengajukan pertanyaan

penting dan mencari jawaban akan

pertanyaan sendiri. 3) Membantu siswa

untuk mengembangkan pengertian atau

pemahaman konsep secara lengkap. 4)

Mengembangkan kemampuan siswa

untuk menjadi pemikir yang mandiri.

Metode konstruktivistik dalam

pengajaran lebih menekankan pada

pengajaran top-down daripada

bottom-up. Top-down berarti bahwa siswa mulai

dengan masalah-masalah yang kompleks

untuk dipecahkan dan selanjutnya

memecahkan atau menemukan (dengan

bantuan guru)

keterampilan-keteram-pilan dasar yang diperlukan. Top-down

ini berlawanan dengan Bottom-up

tradisional di mana

keterampilan-keterampilan dasar secara bertahap

dilatihkan untuk mewujudkan

keteram-pilan-keterampilan yang lebih kompleks

(6)

178 Dalam pengajaran top-down,

siswa mulai dengan suatu tugas yang

kompleks, lengkap dan autentik, artinya

bahwa tugas-tugas itu bukan merupakan

bagian atau penyederhanaan dari

tugas-tugas yang akhirnya diharapkan dapat

dilakukan siswa, melainkan tugas itu

merupakan tugas yang sebenarnya.

Metode konstruktivistik bekerja

dengan arah yang sebaliknya, dimulai

dengan masalah (sering muncul dari

siswa sendiri ) dan selanjutnya

membantu siswa menyelesaikan

bagai-mana menemukan langkah-langkah

memecahkan masalah tersebut (Nur,

2001:5).

Menurut Suyatno (2004:32-33)

metode konstruktivistik adalah bahwa

belajar itu menemukan. Meskipun guru

menyampaikan sesuatu kepada siswa,

mereka melakukan proses mental atau

kerja otak atas infomasi itu agar

informasi tersebut masuk ke dalam

pemahaman mereka. Metode

konstrukti-vistik didasarkan pada belajar kognitif

yang menekankan pada pembelajaran

kooperatif, pembelajaran generatif,

strategi bertanya, inkuiri atau

menemu-kan dan keterampilan metakog-nitif

lainnya (bagaimana seharusnya belajar).

Piaget dan Vigotsky (Suyatno,

2004:33) menekankan bahwa perubahan

kognitif hanya terjadi jika

konsepsi-konsepsi yang telah dipahami

sebelum-nya diolah melalui proses

ketidakseim-bangan dalam upaya memperoleh

informasi baru. Untuk itu, dalam

konstruktivistik terdapat empat aspek

yang penting dalam pengembangan

perubahan kognitif yang bertumpu dari

aspek sosial dalam belajar.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN

Tunjung 4 Kecamatan Burneh tahun

pelajaran 2017/2018 dengan jumlah 37

siswa dengan komposisi 24 siswa

laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa

kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan

Burneh dipilih menjadi subjek penelitian

karena menurut hasil pembelajan dan

wawancara dengan guru kelas, murid

kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan

Burneh memiliki nilai rata-rata yang

relatif rendah dan belum mencapai syarat

ketuntasan minimal.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan

(7)

179 kelas dan tujuannya untuk memperbaiki

dan meningkatkan pembelajaran dengan

menggunakan metode konstruktivistik.

Dalam penelitian tindakan kelas ini

guru meneliti sendiri kegiatan yang

dilakukannya di dalam kelas. Dengan

melibatkan siswa, melalui

tindakan-tindakan pembelajaran yang

diren-canakan, dilaksanakan, dan

dievalua-sikan. Penelitian ini dilakukan dengan

berkolaborasi dengan guru pamong yang

bertindak sebagai pengamat. Guru dan

siswa sama-sama terlibat dalam proses

pembelajaran, namun guru hanya

sebagai mediator siswa yang harus aktif

dan bertanggung jawab atas

pembelajarannya.

Penelitian ini dilaksanakan dengan

dua siklus yang masing-masing memiliki

empat tahapan sebagai berikut. 1) Perencanaan, Dalam tahap ini guru mempersiapkan segala instrumen yang

akan digunakan dalam penelitian antara

lain; lembar pengamatan aktivitas guru

dan siswa, rencana pembelajaran, bahan

dan media pembelajaran, penyusunan

soal dan angket respon siswa. 2) Implementasi, Pada tahap implementasi ini, kegiatan pembelajaran diawali

dengan guru menyampaikan topik

pembelajaran mengenai perumusan

pancasila mata pelajaran PKn, kemudian

guru menyampaikan tujuan

pembela-jaran dan memberikan apersepsi selama

sepuluh menit kepada siswa. Guru

menunjukkan contoh perumusan

pancasila mata pelajaran PKn yang

diambil dari guntingan Koran dan

majalah kepada siswa. Guru dan siswa

sama-sama terlibat dalam proses

pembelajaran, namun guru hanya

sebagai mediator, siswa yang harus aktif

dan bertanggung jawab atas

pembelajarannya. 3) Observasi, Dalam tahap observasi, peneliti mengamati

perilaku dan perubahan sikap yang

terjadi pada siswa setelah diterapkannya

tindakan kelas dan dibantu oleh seorang

pengamat yaitu Kepala Sekolah.

Pengamat mengamati proses

pembela-jaran sesuai dengan instrumen yang

tersedia. Instrumen meliputi aktivitas

guru dan siswa di kelas, dan hasil tes dan

data respon siswa terhadap pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn dengan

metode konstruktivistik. 4) Refleksi, Pada tahap ini, guru mengkaji, melihat

dan mempertimbagkan atas hasil

(8)

180 tahap implementasi dan observasi,

melalui tahap ini dirancang tindakan

yang akan diterapkan pada siklus

berikutnya yaitu siklus I dan siklus II.

Tiap siklus terjadilah tahap perencanaan – tindakan – observasi – refleksi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Data penelitian yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah data dari

lembar observasi berupa pengamatan

aktivitas guru dan siswa pada setiap

siklus pembelajaran, hasil tes

kemampuan siswa pada setiap siklus,

dan data respon siswa terhadap proses

pembelajaran pada setiap siklus. 1) Data

hasil tes kemampuuan siswa digunakan

untuk mengetahui kemampuan dan hasil

belajar siswa dalam kegiatan

belajar-mengajar Perumusan pancasila sebagai

dasar negara mata pelajaran PKn

dengan menerapkan metode

konstruk-tivistik. 2) Data respon siswa digunakan

untuk mengetahui efektivitas proses

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran PKn

dengan menerapkan metode

konsruktivistik.

Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada 2

September 2017 jam pelajaran kesatu

dan kedua di kelas VI SDN Tunjung 4

Kecamatan Burneh. Jumlah seluruh

siswa sebanyak 37 siswa terdiri atas 24

siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Pada proses pembelajaran siklus I,

jumlah siswa yang hadir 37 siswa.

Pada data penelitian ditunjukkan

bahwa aktivitas guru yang dominan pada

kegiatan belajar-mengajar siklus pertama

adalah memberikan informasi

sebanyak-banyaknya kepada siswa (19,51%), dan

aktivitas guru dalam menyampaikan

materi pelajaran (14,63%). Dalam hal ini

guru lebih banyak memberikan

infor-masi kepada siswa yaitu menjelaskan

atau menyampaikan materi pelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

negaradan pembelajaran pancasila

dengan menggunakan metode

konstruk-tivistik. Guru memberikan informasi

yang berupa pengetahuan ini bertujuan

agar siswa mengetahui metode yang

dipakai dan lebih mudah untuk menggali

pengetahuan siswa dalam pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

(9)

181 Aktivitas guru dalam

mengguna-kan media dan menggali pengetahuan

siswa lewat bertanya sebanyak (9,76%).

Dalam hal ini guru menggunakan media

pembelajaran berupa guntingan

pembelajaran pancasila yang diambil

dari gambar kalender. Dengan media

yang digunakan guru ternyata dapat

menggali pengetahuan siswa dan

memancing siswa dalam bertanya.

Aktivitas guru dalam

menyam-paikan tujuan pembelajaran, memberi

motivasi pada siswa, memberi

kesempatan untuk berdiskusi, memberi

tugas (7,32). Dalam hal ini guru

memnyampaikan tujuan pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn dengan

menggunakan metode konstruktivistik

yang di dalam penerapannya siswa untuk

berpartisipasi aktif baik dalam berdiskusi

atau mengerjakan tugas. Guru hanya

sebagai motivator dan fasilitator

sehingga keberhasilan belajar-mengajar

berasal dari diri siswa sendiri.

Aktivitas guru dalam membuka

pelajaran (4,88%). Dalam hal membuka

pelajaran dengan melakukan identifikasi

pengetahuan awal siswa tentang

perumusan pancasila mata pelajaran

PKn. Aktivitas guru dalam membantu

siswa menemukan masalah dan idenya

sendiri (4,88%). Dalam hal ini guru

hanya membantu siswa, misalnya

dengan penggunaan media siswa harus

bisa menemukan masalah atau idenya

sendiri yang muncul dari contoh media

yang digunakan oleh guru dalam

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran

PKn.

Di akhir pembelajaran guru

memberikan penghargaan pada siswa

(2,44%) dan membantu siswa melakukan

refleksi pembelajaran (4,88%). Guru

meminta siswa dari tiap-tiap kelompok

untuk merefleksikan pembelajaran pada

hari itu dan memberikan penghargaan

pada siswa di akhir pembelajaran.

Pada data penelitian ditunjukkan

bahwa aktivitas siswa yang dominan

adalah memperhatikan materi pelajaran

yang disampaikan (27,78%), dan

mencatat hal-hal yang penting (16,68%).

Dalam hal ini siswa memperhatikan

penjelasan dan mencatat hal-hal penting

yang disampaikan oleh guru untuk

memperoleh pengetahuan atau infomasi

(10)

182 Perumusan pancasila sebagai dasar

negaradan pembelajaran pancasila.

Aktivitas siswa dalam mengerjakan

tugas (11,11%), mengajukan pertanyaan

atau bertanya (8,33%), aktif dalam

proses belajar-mengajar (8,33%), dan

siswa berdiskusi (8,33%). Keempat

aktivitas ini saling berkaitan, siswa

dalam mengerjakan tugas harus aktif

bertanya jika siswa mengalami kesulitan,

baik itu bertanya kepada guru ataupun

berdiskusi dengan sesama teman. Guru

memberikan kesempatan berdiskusi

kepada siswa untuk menemukan masalah

sehingga siswa mampu mengungkapkan

dan menemukan idenya dalam

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negaradan pembelajaran

pancasila.

Aktivitas siswa menemukan

masalah dan idenya sendiri (5,56%),

menghasilkan produk atau karyanya

(5,56%), merefleksi atau menyimpulkan

hasil belajarnya (5,56%), menyajikan

hasil karyanya (2,78%). Dalam hal ini,

siswa masih belum dapat menggali

pengetahuannya sendiri. Hal itu dapat

dilihat dari persentase rendahnya siswa

menghasilkan produk atau karyanya

yaitu Perumusan pancasila sebagai dasar

negaradan pembelajaran pancasila.

Pada akhir pembelajaran siswa

juga masih kurang berani dan percaya

diri dalam menyajikan hasil karyanya

sendiri (perumusan pancasila mata

pelajaran PKn) dan juga untuk

menyimpulkan atau merefleksi

pembela-jaran pada hari itu.

Data hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran PKn

dengan metode konstruktivistik siklus

pertama dapat dilihat pada data

penelitian berikut, secara terperinci dapat

dilihat pada lampiran 9. Dari data

penelitian juga dapat dketahui bahwa

hasil belajar yang dicapai siswa pada

siklus pertama ini rata-rata 72,02. Pada

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran PKn

siklus pertama siswa yang dikatakan

tuntas hanya 72,97%.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada

tanggal 9 September 2017 jam pelajaran

pertama dan kedua di kelas VI SDN

Tunjung 4 Kecamatan Burneh sebanyak

37 siswa terdiri atas 24 siswa laki-laki

(11)

183 pembelajaran siklus II, jumlah yang

hadir 37 siswa.

`Data hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negara mata pelajaran PKn

dengan menggunakan metode

konstruktivistik siklus kedua dapat

dilihat pada data penelitian secara

terperinci dapat dilihat pada lampiran 10.

Dari data penelitian dapat dketahui

bahwa hasil belajar yang dicapai siswa

pada siklus kedua nilai rata-rata 79,32.

Pada pembelajaran menulis mata

pelajaran PKn siklus kedua siswa yang

tuntas 100%.

Aktivitas guru dalam

menyam-paikan materi pelajaran dari siklus I

sampai siklus II mengalami penurunan

dengan rata-rata (10,2%). Hal ini

menunjukkan guru menjelaskan materi

pelajaran atau memberikan informasi

kepada siswa sebanyak-banyaknya

dengan rata-rata (14,56%) hanya

dilakukan pada siklus I sedangkan pada

siklus II guru ingin menggali

pengeta-huan siswa lewat bertanya yang pada

siklus II mengalami peningkatan dengan

rata-rata (11,61%).

Aktivitas guru dalam membatu

siswa menemukan masalah dan idenya

sendiri dari siklus I sampai dengan siklus

II mengalami peningkatan dengan

rata-rata (10,13). Hal inilah yang merupakan

tujuan dari penerapan metode

konstruktivistik. Dan pada kenyataannya

metode konstruktivistik ini berhasil

diterapkan dalam pembelajaran

khususnya pembelajaran Perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn. Aktivitas guru dalam

menggunakan media pembelajaran dari

siklus I sampai dengan siklus II dengan

rata-rata (8,72%). Dalam siklus I media

yang digunakan oleh guru hanya berupa

contoh perumusan pancasila mata

pelajaran PKn saja agar siswa dapat

menemukan ide dari perumusan

pancasila mata pelajaran PKn yang ada.

Aktivitas guru dalam memberikan

kesempatan pada siswa untuk berdiskusi

dari siklus I sampai dengan siklus II

mengalami penurunan dengan rata-rata

(4,61%). Hal ini dilakukan oleh guru

agar siswa bisa mandiri belajar

menemukan masalah dan idenya sendiri.

Ativitas guru dalam memberikan

tugas dari siklus I sampai dengan siklus

II mengalami peningkatan pada siklus II

dengan rata-rata (8,47%). Dalam siklus I

(12)

184 mengerjakan tugas. Aktivitas guru dalam

memberikan penghargaan pada siswa

mengalami peningkatan mulai dari siklus

I sampai dengan siklus II dengan

rata-rata (3,14%). Hal ini dilakukan pada

siswa agar siswa termotivasi dalam

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negaradan pembelajaran

pancasila dan sebagai bentuk

penghar-gaan kepada siswa pada akhir

pembela-jaran guru memberikan hadiah pada

siswa yang dapat mengidentifikasi

ciri-ciri perumusan pancasila dan

pembelajaran pancasila dengan tepat.

Aktivitas guru dalam membantu siswa

merefleksi hasil pembelajaran dari siklus

I sampai siklus II mengalami

peningkatan dengan rata-rata (5,32%).

Hal ini dilakukan guru untuk mengukur

pemahaman siswa pada akhir

pembela-jaran sekaligus sebagai masukan guru

untuk perbaikan pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

negaradan pembelajaran pancasila

berikutnya agar siswa tidak bosan

dengan pembelajaran yang sama dalam

dua kali pertemuan.

Dari data penelitian bahwa nilai

siswa pada siklus I adalah 72,02.Nilai

siswa pada siklus II adalah 79,32. Siswa

yang tuntas belajar pada siklus I

sebanyak72,97%, dan siklus II sebanyak

100%.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa

dengan menerapkan metode

kosnstruk-tivistik dalam pembelajaran Perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn murid kelas VI SDN

Tunjung 4 Kecamatan Burneh tahun

pelajaran 2017/2018 dari siklus I sampai

dengan siklus II mengalami peningkatan.

Siswa memberikan respon yang

sangat baik untuk media pembelajaran

yang digunakan guru sehingga dapat

membantu siswa memahami materi

pelajaran. Siswa berpendapat cukup baik

tentang materi yang diajarkan selama

pembelajaran. Dengan tingkat

pemaha-man yang dimiliki siswa membuat siswa

aktif dalam mengerjakan tugas sehingga

siswa juga berpendapat bahwa siswa

tidak merasa kesulitan dalam Perumusan

pancasila sebagai dasar negaradan

pembelajaran pancasila dengan metode

konstruktivistik.

Siswa sangat senang dengan

pembelajan Perumusan pancasila sebagai

dasar negara mata pelajaran PKn

dengan menggunakan metode

(13)

185 adanya peningkatan nilai dan respon

siswa yang selalu antusias dalam

mengikuti pembelajaran serupa yaitu

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn dengan

menggunakan metode konstruktivistik.

Dari data penelitian nilai siswa

pada siklus I adalah 72,02.Nilai siswa

pada siklus II adalah 79,32. Siswa yang

tuntas belajar pada siklus I

sebanyak72,97%, dan siklus II sebanyak

100%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

dengan menerapkan metode

kosnstrukti-vistik dalam pembelajaran Perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn murid kelas VI SDN

Tunjung 4 Kecamatan Burneh tahun

pelajaran 2017/2018 dari siklus I sampai

dengan siklus II mengalami peningkatan.

Siswa memberikan respon yang

sangat baik untuk media pembelajaran

yang digunakan guru sehingga dapat

membantu siswa memahami materi

pelajaran. Siswa berpendapat cukup baik

tentang materi yang diajarkan selama

pembelajaran. Dengan tingkat

pemaha-man yang dimiliki siswa membuat siswa

aktif dalam mengerjakan tugas sehingga

siswa juga berpendapat bahwa siswa

tidak merasa kesulitan dalam Perumusan

pancasila sebagai dasar negaradan

pembelajaran pancasila dengan metode

konstruktivistik.

Siswa sangat senang dengan

pembelajan Perumusan pancasila sebagai

dasar negara mata pelajaran PKn

dengan menggunakan metode

konstruktivistik. Hal ini dapat dilihat

dengan adanya peningkatan nilai dan

respon siswa yang selalu antusias dalam

mengikuti pembelajaran serupa yaitu

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn dengan

menggunakan metode konstruktivistik.

Penutup

Berdasarkan hasil analisis data

yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, pada bab ini dipaparkan

simpulan dari penelitian yang telah

dilakukan sekaligus memberikan

bebe-rapa saran kepada pihak-pihak yang

terkait dengan mengacu pada hasil

penelitian ini. Penerapan pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn dalam

kegiatan belajar-mengajar yang telah

dilakukan selama dua siklus telah

terbukti berpengaruh positif terhadap

(14)

186 SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh

tahun pelajaran 2017/2018.

Dari pelaksanaan tindakan selama

penelitian dan hasil analisis terhadap

data yang telah diperoleh, dapat

disimpulkan beberpa hal sebagai berikut.

1) Aktivitas guru dan kegiatan

belajar-mengajar dengan menerapkan metode

konstruktivistik dalam pembelajaran

perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn menunjukkan

adanya peningkatan dan menjadi lebih

baik. Guru dapat menerapkan metode

konstruktivistik dengan baik, yaitu

membantu siswa menemukan masalah

dan idenya sendiri dalam pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan skor yang diperoleh,

yaitu siklus I (4,88%) dan siklus II

(15,38%). Selain itu, aktivitas murid

kelas VI SDN Tunjung 4 Kecamatan

Burneh tahun pelajaran 2017/2018

dalam kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan metode konstruktivistik

dalam pembelajaran Perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn juga menunjukkan

adanya peningkatan dan menjadi lebih

baik. Dlam pembelajaran ini siswa

berpartisipasi aktif menemukan masalah

dan idenya sendiri serta menggali

pengetahuannya sendiri. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan skor yang diperoleh,

yaitu siklus I (5,56%) dan siklus II

(10%). 2) Penerapan metode

konstruktivistik dapat meningkatkan

kemampuan dan hasil belajar siswa kelas

VI SDN Tunjung 4 Kecamatan Burneh

dalam pembelajaran Perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn. Peningkatan ini dapat

dilihat dari nilai rata-rata siklus I (72,02)

dan siklus II (79,32). 3) Dengan

diterapkan metode konstruktivistik

dalam pembelajaran Perumusan

pancasila sebagai dasar negara mata

pelajaran PKn, siswa memberikan

respon yang positif karena ini dapat

dilihat dari pendapat siswa yang sngat

senang dan antusias dalam mengikuti

pembelajaran Perumusan pancasila

sebagai dasar negaradan pembelajaran

pancasila selama dua siklus. Siswa

berminat mengikuti pembelajaran yang

serupa pada pembelajan berikutnya

karena dengan menerapkan metode

konstruktivistik pada pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

(15)

187 menjadi alternatif bagi siswa untuk

meningkatkan kemampuan dan hasil

belajar siswa. Adapun respon positif dari

siklus I (67,6%) dan siklus II (70,3%).

Dengan meningkatnya aktivitas

guru dan siswa, kemampuan dan hasil

belajar siswa, serta adanya respon yang

positif dari murid kelas VI SDN

Tunjung 4 Kecamatan Burneh tahun

pelajaran 2017/2018 pada tiap siklusnya

ditunjukkan bahwa pembelajaran

Perumusan pancasila sebagai dasar

negara mata pelajaran PKn dapat

dikatakan efektif dan sesuai jika

diterapkan dengan menggunakan metode

konstruktivistik.

Daftar Pustaka

Akhadiah, Subarti, dkk. 1997. Ketrampilan Menulis. Depdikbud. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) PKn Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Effendi, Uchjana Onong. 1992. Hubungan Masyarakat. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kasali, Rhenald. 1993. Manajemen Periklanan. Jakarta: Pustaka Utama Graffiti (http:// www.belajardekavetiga.blogspot.c om, diakses 23 Desember 2006).

Musaba, Zulkifli. 1994. T erampil Menulis. Banjarmasin: Sarjana Indonesia.

Nur, Muhammad. 2001. Pendekatan Konstruktivistik. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Nurgiantoro, Burhan. 1987. Penilaian Dalam Pengajaran Sejarah kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Sudjana, Nana. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suryanto, Alex dan Verly, Anita. 2004. Membangun Kompetensi. Jakarta: Esis.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Sejarah kemerdekaan Indoesia. Surabaya: SIC.

Tarigan, Henri Guntur. 1994. Menulis. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun. 2006.Paduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi. Surabaya: UNESA.

Tim Penyusun Kamus Pusat Sejarah kemerdekaan. 2002. Kamus Besar PKn Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

2. Pemasar sebaiknya lebih serius lagi bila melakukan green marketing , sehingga dapat mengena di hati konsumennya dan realistis sehingga dapat mengurangi sikap skeptis dari

dalam relasi sosialnya dengan sesama dan alam, semua sistem ekonomi yang merentang. dalam sejarah

Diketahui bahwa satu himpunan S dalam sebuah bidang atau dalam sebuah ruang adalah convex polygon (atau himpunan convex) jika dan hanya jika titik X dan Y ada di dalam S,

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses yang berasal dari dalam diri seseorang yang mengarahkan dan

Kemudian dipastikan bahwa seluruh titik bantu baru P tidak berdekatan dengan sumber keramaian maka, dapat ditentukan lokasi titik-titik bantu baru P yang akan menjadi lokasi

Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang tersedia, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan

Telah banyak penelitian menyatakan bahwa tingkat adopsi teknologi konservasi tanah dan air akan meningkat saat suatu bentuk yang tepat dari modal sosial seperti kerjasama,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya: (1) biaya, penerimaan, pendapatan usaha agroindustri keripik pisang yang diusahakan perusahaan Sari Rasa di Desa