• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TENTANG THAHARAH Mairita fitri m

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TENTANG THAHARAH Mairita fitri m"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TENTANG THAHARAH / Mairita fitri / makalah

THAHARAH

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah

Pendalaman Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Diserahkan, Rabu, 26 Juni 2014

Oleh:

MAIRITA FITRI 11111201102

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2014

THAHARAH

A. Pendahuluan

Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani. Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.

Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.

(2)

dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian

(3)

B. Thaharah

1. Pengertian Thaharah

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.1

[1]

Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi SAW juga bersabda:

ِة لل ّصصصلا ُحاصصلتْفِم :الصصسلاو ةلصصصلا هصصيلع لاصصق

اصصصلهُلْيِلْحلتلو ، ُرصصصْيِبْكّتلا صاصصصلهُمْيِرْحلتلو ،ُةلراصصصلهلّطللأ

ُمْيِلْسّتلا

Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan perhiasannya adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.

Firman Allah Swt :

َءا َسسسِنلا اوُلِزَتْعاسسَف ىًذَأ َوُه ْلُق ِضيِحَمْلا ِنَع َكَنوُل

َأْسَيَو

َنْرّهَطَت اَذِإسسَف َنْرسسُهْطَي ىّتَح ّنُهوسسُبَرْقَت َو ِضيِحَمْلا يِف

َنيِباّوّتلا ّبِحُي َهّللا ّنِإ ُهّللا ُمُكَرسسسَم

َأ ُثْيَح ْنِم ّنُهوُتْأسسسَف

( َنيِرِهَطَتُمْلا ّبِحُيَو

٢٢٢

)

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)

Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

(4)

)ملسم هاور( نامي ا نم ةفاظنلا

Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)2[2]

2. Syarat Wajib Thaharah

Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :

1. Islam

2. Berakal

3. Baligh

4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).

5. Tidak lupa

6. Tidak dipaksa

7. Berhenti darah haid dan nifas

8. Ada air atau debu tanah yang suci.

9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

3. Bentuk Thaharah

Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.

Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.

1) Wudhu

Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.

(5)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)

Syarat Wudu :

Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut. a. Beragama Islam

b. Sudah mumayiz

c. Tidak berhadas besar dan kecil

d. memakai air suci lagi mensucikan

e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat, getah dsb.

Rukun Wudu:

Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut. a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka. disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.

a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu

b. Membaca ta’awuz dan basmalah

c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa

(6)

Do’a sesudah wudu.

Hal yang membatalkan wudu:

 Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal seperti

berikut.

 Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik berupa

angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya)

 Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.

 Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.

 Tidur dengan nyenyak

 Hilang akal

2) Tayamum

Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.

Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.

Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa:43)

Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada.

Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah sebagai berikut.

Syarat Tayamum:

Syarat tayamum adalah sebagai berikut :

a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum.

b. Sudah masuk waktu salat

(7)

d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh

Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah tayamum sebagai berikut.

a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum

b. Membaca ta’awuz dan basmalah

Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :

o Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum

o Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)

o Murtad (keluar dari agama Islam)3[3]

3) Mandi Wajib

Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.

Firman Allah Swt :

( اوُرّهّطاَف اًبُنُج ْمُتْنُك ْنِإَو

٦

)

(8)

Artinya : “...dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :

اسسعت هلل اضرف ربكلا ثدحلا عفرل ةبانجلا لسغ تيون

ىل

Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah Ta’ala.’

Rukun mandi wajib:

Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya sebagai berikut :

 Niat mandi wajib

 Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.

 Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke badan.

Sunah Mandi Wajib:

Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :

 Menghadap kiblat

 Membaca basmalah

 Berwudu sebelum mandi

 Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan

 Menggosok badan dengan tangan.

Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib

Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:

Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur maupun dalam

keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai keluarnya mani, maka ia tidak wajib mandi.

Selesainya haid bagi perempuan. Selesai melahirkan.

Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan. Meninggalnya seseorang (jenazah).

(9)

Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.

Hal-hal yang dilarang ketika buang air: o Dilarang menjawab suara adzan

o Dilarang menjawab salam

o Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab dengan suara keras

o Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir

o Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya

Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:

 Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh tempat keluarnya

najis dengan air hingga bersih

 Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika tidak ada batu

dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

4. Fungsi Thaharah

Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu : a) Membiasakan hidup bersih dan sehat

b) Membiasakan hidup yang selektif

c) Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat

(10)

a. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh orang lain

karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.

b. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-harinya

karena kebersihan adalah sebagian dari iman.

c. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah

terjangkit penyakit.

d. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun lingkungannya,

maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.5[5]

6.

Empat Keadaan Air Dalam Thaharah

Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait dengan hukumnya untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di dalam kitab fiqh, mereka membaginya menjadi 4 macam, yaitu :

a)

Air Mutlaq

(11)

Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk bersuci. Baik air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh seseorang, atau sisa juga air bekas mandi janabah. Air bekas dipakai bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam penampungan. Para ulama seringkali menyebut air jenis ini air musta'mal.

Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu (لمعتسسسي - لمعتسسسا) yang bermakna menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya adalah air yang sudah digunakan untuk melakukan thaharah, yaitu berwudhu atau mandi janabah.

Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau membasuh muka atau bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa bekas cuci tangan, cuci muka, cuci kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai air musta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau mandi janabah. Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah SAW yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu antara lain :

Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah sekali-kali seorang kamu mandi di air yang diam dalam keadaan junub. (HR. Muslim)

”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir, kemudian dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”. Dalam riwayat Abu Daud,”Janganlah mandi janabah di dalam air itu. (HR. Muslim)

Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah SAW melarang seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah laki-laki. Dan melarang laki-laki mandi janabah dengan air bekas mandi janabah perempuan. Hendaklah mereka masing-masing menciduk air. (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air bekas Maimunah ra. (HR. Muslim)

Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah satu isteri Nabi telah mandi dalam satu ember kemudian datang Nabi dan mandi dari padanya lalu berkata isterinya, ”saya tadi mandi janabat, maka jawab Nabi SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut berjanabat”.

c)

Air Yang Tercampur Dengan Barang Yang Suci

(12)

dan lainnya. Selama nama air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah keluar dari karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun tidak mensucikan. Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu suci dan susu juga benda suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang seperti ini tidak lagi bisa dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum tidak sah kalau digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun masih tetap suci.

d)

Air Mutanajjis

Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau benda yang najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bisa memiliki dua kemungkinan hukum, bisa ikut menjadi najis juga atau bisa juga sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan jumlah air dan besarnya noda najis.

Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar mandi, secara logika bila kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akan mengatakan bahwa air itu menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis juga. Karena air itu sudah tercemar dengan perbandingan benda najis yang besar dan jumlah volume air yang kecil.

Agar kita bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan benda najis itu ikut berubah menjadi najis atau tidak, maka para ulama membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya. დ Berubah Rasa, Warna atau Aroma

Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air terkena atau kemasukan barang najis, maka hukum air itu iut menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnul Munzir dan Ibnul Mulaqqin.

დ Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma

Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan mensucikan. Baik air itu sedikit atau pun banyak.6[6]

7. Pengertian hadas dan najis

a. Hadas

Pengertian Hadas:

(13)

Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah.

Bermacam hadas dan cara mensucikannya:

Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu : 1) Hadas kecil

Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang berwudu apabila hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :

o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.

o Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.

o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.

o Hilang akal karena sakit atau mabuk.

2) Hadas besar

Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :

o Bersetubuh (hubungan suami istri)

o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain

o Keluar darah haid

o Nifas

o Meninggal dunia

2. Najis

Pengertian Najis:

Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan, karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya:

Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut adalah Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.

- Najis Mukhafafah

(14)

Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan mnegusapkan/ memercikkan air pada benda yang terkena najis.

- Najis Mutawasitah

Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi dua bagian, yaitu : დ Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan rasanya tidak nyata.

Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.

დ Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara mensucikannya dengan

menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya.

- Najis Mugalazah

(15)

C. Kesimpulan

Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang (kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.

Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987. Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya: Mutiara

Ilmu, 2013.

http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/2013/05/makalah-fih-ibadah-thaharah.html

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti perlakuan dosis infusa daun sirsak yang berbeda pada tiap perlakuan tidak menunjukan perbedaan efek dalam menurunkan kadar kolesterol darah meski

Setelah data abnormal return dan volume perdagangan didapat, dicari rata- rata abnormal return dan volume perusahaan dari setiap perusahaan yang menjadi sampel penelitian,

Disamping kedua upacara adat tersebut diatas masih ada beberapa upacara-upacara adat lain yang juga dilakukan oleh masyarakat Karo dalam kehidupan mereka yaitu, memasuki rumah

Proses sosialisasi dan enkulturasi tradisi leluhur telah ditanamkan sejak anak-anak sampai dewasa, dengan tujuan agar anak memiliki kemampuan hidup dalam tataran era

Dari keempat tipe ikatan pembuluh jenis Cephalostacyum pergracile (Tipe II) dan Dendrocalamus strictus (Tipe III) memiliki kadar kelarutan dalam air panas yang relatif lebih

Hasil analisis parameter fisika kimia perairan pada Tabel 1 terlihat bahwa pada masing-masing sampel air laut yang diambil di Perairan Porong Sidoarjo memiliki

Kadar fosfat dan oksigen terlarut di perairan Bolaang Mongondow umumnya bervariasi dan berbeda antara lapisan permukaan dengan di dekat dasar, sedangkan kadar nitrat di

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh independensi, pengalaman kerja, Due Professional Care, akuntabilitas dan kompetensi terhadap pengaruh kualitas