• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN CAMPAIGN PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANCANGAN CAMPAIGN PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERANCANGAN

CAMPAIGN

PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Tugas Akhir Sebagai Prasyarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Seni Pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Jurusan Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh:

Muchammad Arief Fathurochman C0707029

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Muchammad Arief Fathurochman, 2011. Pengantar Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Campaign Program Saintifikasi Jamu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Kampanye merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan untuk khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kampanye sangat perlu dilakukan dalam proses memperkenalkan program Saintifikasi Jamu mengingat program ini merupakan terobosan baru dari pemerintah yang bertujuan memberikan landasan ilmiah terhadap keamanan jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Sehingga diharapkan tingkat penerimaan jamu sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dan untuk kedepannya jamu diharapkan dapat digunakan sebagai pendamping obat konvensional dan bahkan menjadi pengganti obat konvensional. Dengan pembuktian secara ilmiah ini dapat diketahui data-data keamanan dan khasiat dari jamu ditinjau dari segi keilmuan medis.

Program Saintifikasi Jamu dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dan ditunjuklah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sebagai klinik tipe A sekaligus sebagai pusat pengembangan program Saintifikasi Jamu.

(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Muchammad Arief Fathurochman, 2011. Introduction to the final project is titled Designing Campaign Program Saintifikasi herbal medicine Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. The campaign is an organized communication activities directly aimed at specific audiences, in the period of time to achieve a particular goal. The campaign is to be done in the process of introducing the program Saintifikasi herbal medicine scientifically knowable data safety and efficacy of herbal medicine reviewed in terms of medical science.

(6)

commit to user

vi

MOTTO

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini kupersembahkan bagi: 1. Ayah, Ibu dan kakakku yang kusayang 2. Teman-teman yang telah banyak

memberi bantuan, motivasi dan saling berbagi

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir dengan judul: “Perancangan Campaign Program Saintifikasi Jamu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional”.

Dalam penyusunan pengantar tugas akhir ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

2. M. Suharto, M.Sn, selaku ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual. 3. Andreas Slamet Widodo, S.Sn, M.Hum, selaku Pembimbing Tugas

Akhir I.

4. Arief Iman Santoso, S.Sn, selaku Pembimbing Tugas Akhir II dan selaku Koordinator Kolokium dan Tugas Akhir.

5. Hermansyah Muttaqin, S.Sn, selaku Penasehat Akademik. 6. Slamet Wahyono, B2P2TO OT.

7. Segenap staf dan karyawan B2P2TO OT.

8. Bapak dan Ibu dosen serta segenap staf karyawan Desain Komunikasi Visual Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih ada kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, untuk perbaikan di masa yang akan datang.

(9)

commit to user

ix

Surakarta, 14 Desember 2011

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..……….

HALAMAN PERSETUJUAN ………...

HALAMAN PENGESAHAN ……….………

ABSTRAK.………

ABSTRACT.……….………

HALAMAN MOTTO ………

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..

KATA PENGANTAR ………...…….…

A. Latar Belakang Masalah ……….…… 1

B. Rumusan Masalah ………..…… 3

C. Tujuan Perancangan ………...………… 3

D. Target Visual………...…… 4

E. Target Market dan Target Audience………...……… 5

F. Metode Pengumpulan Data……… 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan……… 8

B. Kampanye……….………….… 8

C. Promosi ……… 13

D. Brand Activation……….…… 15

E. Jamu………..……… 27

F. Saintifikasi……….…… 31

BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Pofil Perusahaan …………..……… 39

(11)

commit to user

xi

B. Data Promosi ……… 45 C. Data Kompetitor ………..……… 50 D. Analisis SWOT ……… 50

E. Unique Selling Preposition ………

F. Positioning ……….……

BAB IV KONSEP PEMIKIRAN DESAIN

A. Metode Perancangan ………...………...….. 71 B. Konsep Kreatif ………..………... C. Standar Visual ………. 7

1. Pesan Verbal……… 2. Pesan Non Verbal……….

D. Pemilihan Media……….

1. Media Kampanye Tahap I……….

a. Direct mail………

b. X-Banner………

c. Merchandise………..

d. Goodybag……….

e. Map………. 2. Media Kampanye Tahap II………..

a. Poster………..

3. Media Kampanye Tahap III……….

(12)

commit to user

1. Media Kampanye Tahap I……….

a. Direct mail………

b. X-Banner………..………

c. Merchandise………..

d. Goodybag……….

e. Map………. 2. Media Kampanye Tahap II……….. a. Poster………..

3. Media Kampanye Tahap III………. a. Poster………..

A. Media Kampanye Tahap I……….

(13)

commit to user

B. Media Kampanye Tahap II………..

1. Poster………..

C. Media Kampanye Tahap III……….

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel Program dan Pengembangan ……..………...…. 16

2. Tabel Analisis SWOT ………..…….…………. 6

3. Tabel tahapan kampanye program Saintifikasi Jamu……….. 4. Tabel jadwal kampanye program Saintifikasi Jamu………

(15)

commit to user

xv

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Struktur Organisasi Balai Besar Litbang TO&OT…………..………. 12 2. Bagan Alur Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional………..

3. Bagan Alur tahapan kampanye program Saintifikasi Jamu ………….…… 40 31

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

PERANCANGAN CAMPAIGN PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU. BALAI BESAR PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

Muchammad Arief Fathurochman1

Andreas Slamet Widodo, S.Sn, M.Hum2 Arief Iman Santosa, S.Sn3

ABSTRAK

2011. Pengantar Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Campaign Program Saintifikasi Jamu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Kampanye merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan untuk khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kampanye sangat perlu dilakukan dalam proses memperkenalkan program Saintifikasi Jamu mengingat program ini merupakan terobosan baru dari pemerintah yang bertujuan memberikan landasan ilmiah terhadap keamanan jamu.

Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Sehingga diharapkan tingkat penerimaan jamu sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dan untuk kedepannya jamu

diharapkan dapat digunakan sebagai pendamping obat

konvensional dan bahkan menjadi pengganti obat konvensional. Dengan pembuktian secara ilmiah ini dapat diketahui data-data keamanan dan khasiat dari jamu ditinjau dari segi keilmuan medis. Program Saintifikasi Jamu dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dan ditunjuklah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

1

Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual sdwengan NIM C0707029

2

Dosen pembimbing I 3

Dosen pembimbing II

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah modal utama kesuksesan. Dengan badan yang sehat, semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat dan cermat. Kesehatan akan menjadi sangat berharga kala seseorang diserang penyakit yang tak kunjung sembuh, dan biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit untuk memperoleh kembali keadaan badan yang sehat seperti sedia kala. Model maupun macam pengobatanpun bervariasi. Dari terapi tradisional hingga pengobatan medis dengan pemanfaatan peralatan yang canggih di dunia kedokteran.

Semua jenis pengobatan tentunya diharapkan adanya kesembuhan, tanpa adanya efek samping. Akan tetapi pengobatan medis dengan obat-obatan kimia, bila dikonsumsi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan efek yang tidak baik pada kesehatan. Karena pada dasarnya obat-obat yang digunakan berbahan dasar kimia. Obat tersebut berfungsi sebagai racun untuk membunuh kuman penyakit yang bersarang di tubuh, yang bila pemakaiaanya didalam tubuh berlebihan dapat menimbulkan efek samping. Meskipun efek yang diderita berbeda-beda, mulai dari rasa kantuk dan mual-mual. Akan tetapi tidak sedikit pula yang dari pengobatan medis tersebut justru menimbulkan penyakit yang baru. Seperti pemakaian obat penghilang rasa sakit, yang bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan kerusakan hati dan juga kerusakan ginjal.

(19)

commit to user

Salah satu alternatif pengobatan dengan efek samping yang minim adalah dengan penggunaan jamu. Dengan bahan dasar tumbuh-tumbuhan herbal yang diambil dari alam, yang diracik khusus dengan racikan dan takaran yang sesuai tanpa penambahan unsur kimia didalamnya, menjadikan jamu aman untuk dikonsumsi sebagai obat-obatan. Jamu merupakan warisan budaya yang telah terbukti bermanfaat untuk menjaga dan memelihara kesehatan. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pemanfaatan jamu belum bisa diterima luas dikalangan medis maupun masyarakat luas karena keterbatasan data keamanaan dan khasiatnya. Padahal potensi jamu sebagai bagian upaya kesehatan masyarakat sangat luar biasa, jamu dapat digunakan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan sekaligus untuk pengobatan.

Besarnya animo masyarakat untuk memanfaatkan tanaman obat dan herbal untuk upaya kesehatan, mendorong Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, merintis pembukaan Laboratorium Litbang Obat Herbal. Dan dalam perkembangannya menunjukkan apresiasi masyarakat yang semakin besar, sehingga dicanangkanlah program Saintifikasi Jamu, yaitu program yang memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan. Sejumlah dokter terlatih melakukan penelitian kualitatif terkait penggunaan jamu dalam cakupan upaya preventif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif oleh pasien mereka.

(20)

commit to user

memperkenalkan program baru tersebut ke masyarakat luas dan untuk mengubah paradigma negatif yang berkembang di masyarakat tentang jamu, serta meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk menggunakan jamu sebagai obat. Sehingga dalam perkembangannya jamu mampu mendampingi obat konvensional yang diberikan dari dokter dan bahkan diharapkan konsumsi obat konvensional tersebut dapat ditekan, yang kemudian akan berdampak pada beragamnya pilihan alternatif penyembuhan dan murahnya biaya kesehatan untuk masyarakat.

B.

Rumusan Masalah

Pokok-pokok permasalahan yang didapat dalam perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasi yang tepat dalam perancangan kampanye Saintifikasi Jamu yang efektif untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap penggunaan jamu sebagai pengobatan?

2. Media komunikasi apa saja yang efektif digunakan untuk mendukung campaign Saintifikasi Jamu?

C.

Tujuan Perancangan

(21)

commit to user

1. Merancang strategi campaign Saintifikasi Jamu yang efektif untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap penggunaan jamu sebagai pengobatan.

2. Menemukan dan merancang media promosi yang efektif untuk mendukung campaign Saintifikasi Jamu.

D.

Target Visual

(22)

commit to user

E.

Target

Market

dan Target

Audience

1. Target Market

Target market dari Program Saintifikasi Jamu dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ini adalah seluruh masyarakat Pulau Jawa.

3) Pendidikan : semua latar belakang pendidikan 4) Sosial ekonomi : semua latar belakang sosial ekonomi 2. Target Audience

Segmentasi:

a. Geografis : Masyarakat Kota Karanganyar, Sragen Solo, Jogja, Boyolali

b. Demografis

(23)

commit to user

2) Jenis Kelamin : pria dan wanita

3) Pendidikan : semua latar belakang pendidikan 4) Sosial ekonomi : menengah ke atas

c. Psikografis :

Orang yang memperhatikan dan peduli dengan kesehatan, serta orang yang bersikap terbuka (open minded) terhadap hal-hal baru atau alternatif metode penyembuhan selain dengan obat konvensional.

F.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu antara lain : 1. Wawancara Mendalam (In-depth Interviewing)

Sumber data yang sangat penting dalam perancangan ini adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended. (Sutopo, 2005:58). Disini wawancara dilakukan dengan bapak Slamet Wahyono selaku Kepala Bidang Informasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisiomal, untuk mengumpulkan data tentang saintifikasi jamu dan data Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisiomal. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa pegawai klinik Hortus Medicus guna melengkapi data yang kurang.

(24)

commit to user

Yakni teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung pada masyarakat di Solo sebagai sampel terhadap gejala-gejala penggunaan jamu sebagai obat. Pengamatan ini dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan didalam situasi buatan yang khusus diadakan.

3. Penelitian Dokumen

(25)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Tinjauan Perancangan

Kata perancangan berasal dari kata dasar rancang, yang kemudian mendapatkan awalan per- dan akhiran -an. Sehingga terbentuklah kata perancangan. Perancangan dapat diartikan proses, cara, perbuatan merancang, merencanakan segala sesuatu sebagai bagian dari kerangka kerja. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 927)

1. Pengertian perancangan menurut bahasa:

a. DESIGNOSE, dari bahasa latin yang artinya memotong dengan gergaji atau tindakan menakik atau memberi tanda. Maksudnya untuk memberi citra pada obyek tertentu.

b. DESIGNARE, dari Bahasa Perancis yang artinya menandai,

memisahkan. Maksudnya menghilangkan kesimpangsiuran.

c. DESIGN, dari Bahasa Inggris yang artinya memikirkan, menggambar rencana, menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru.

2. Proses- proses perancangan Menurut Kotler dan Andreasen antara lain: a. Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas

yang memerlukan peran pemasaran strategis

b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukkan oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.

(26)

commit to user

c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada atau menyingkirkan ancaman yang tampak dalam analisis lingkungan eksternalnya.

d. Menentukan misi, objektif, dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode perencanaan yang akan datang.

e. Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang spesifik.

f. Menempatkan sistem dan struktur organisasi yang perlu dalam fungsi pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipastikan. g. Menetapkan rincian dan taktik untuk untuk melaksanakan strategi pokok dalam masa perencanaan, termasuk jadwal kegiatan, dan tugas tanggung jawab tertentu.

h. Menetapkan patokan untuk mengukur hasil sementara dan hasil akhir program.

i. Melaksanakan program yang telah direncanakan.

j. Mengatur kinerja dan mengatur strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya jika diperlukan.

B.

Tinjauan Kampanye

(27)

commit to user

yang dilaksanankan oleh pembuat kampanye. Secara umum kampanye merupakan kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk.

Menurut Lesie B. Snyder (2002), kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan untuk khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan dengan suatu tujuan apa, kepada siapa, dan dalam rangka apa kampanye itu dilaksanakan. Semua dilakukan untuk memotivasi bahkan untuk membujuk khalayak untuk mengikuti sehingga mencapai tujuan dari apa yang dikampanyekan. Lesie B. Snyder membagi jenis-jenis kampanye sebagai berikut:

1. Product-Oriented Campaign

Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran suatu peluncuran produk yang baru.

2. Candidate-Oriented Campaign

Kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik.

3. Ideologi or Cause- Oriented Campaign

Jenis kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial.

(28)

commit to user

dievaluasi keefektifannya. Perencanaan tersebut oleh Anne Gregory dirumuskan menjadi lima pertanyaan dasar yang akan sangat membantu dalam membuat perencanaan kampanye. Lima pertanyaan itu adalah:

1. Apa yang ingin saya capai?

Apa yang menjadi tujuan kampanye 2. Dengan siapa saya ingin berbicara?

Siapa publik dari kampanye 3. Apa yang saya ingin katakan?

Pesan apa yang ingin disampaikan dalam kampanye tersebut 4. Bagaimana saya menyampaikannya?

Mekanisme yang bisa dipakai untuk menyampaikan pesan. 5. Bagaimana saya tahu saya telah mengerjakannya dengan benar?

Evaluasi yang dilakukan setelah program kampanye berlangsung Dan untuk menjawab pertanyaan di atas ada dua persyaratan utama: 1. Informasi

Mengumpulkan dan mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai tugas yang harus dilakukan, riset dan analisis yang mendalam bisa menjadi senjata utama untuk mendapatkan informasi.

2. Strategi

(29)

commit to user

kemudian digunakan untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip dan kekuatan utama dari program tersebut. (Anne Gregory, 2001: 6)

Kampanye merupakan sebuah aktivitas promosi berupa pesan-pesan serial bertema yang terencana dari sebuah merek kepada sasaran yang spesifik melalui beragam alat komunikasi dalam sebuah periode. Ciri-ciri kampanye diantaranya berkesinambungan, sasaran dapat melihat/mendengar/membaca hanya satu tema dari beragam alat komunikasi tersebut. Kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik komunikatif.

Dalam melaksanakan kampanye ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Perkirakan terlebih dahulu kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan dari khalayak sasaran.

2. Rencanakan kampanye secara sistematis. 3. Lakukan evaluasi secara terus-menerus.

4. Gunakan media masa dan komunikasi interpersonal.

5. Pilihlah media masa yang tepat untuk mencapai khalayak sasaran. (Rachmadi, 1994: 135)

(30)

commit to user

produk, atau masalah. Setelah sikapnya dipahami, satu kampanye akan direncanakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan organisasi.

C.

Tinjauan Promosi

1. Pengertian Promosi

Berdasarkan asal kata promosi yaitu promovera atau dalam bahasa Inggris yaitu promotion, dapat diterjemahkan menjadi to move forward or advance. Terjemahan secara fungsional adalah merangsang pembelian di tempat (immediately stimulating purchase). (Rhenald Kasali, 1995: 10)

Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian/penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

2. Bauran Promosi

Stanton menyebutkan dalam bukunya, pengertian dari bauran promosi, yaitu sebagai berikut:

“Promotional mix—that is, the combination of advertising, personal selling,

sales promotion, and other promotional tools used to help reach the goals of the

marketing program.”

(31)

commit to user

Bauran promosi (bauran komunikasi pemasaran) merupakan paduan spesifik periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan. (Kotler, Armstrong, 2008: 116)

Suatu kegiatan promosi yang terdiri dari lima variabel bauran promosi yang meliputi variabel

a. Periklanan (advertising)

Semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu.

b. Promosi penjualan (sales promotion)

Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa.

c. Hubungan masyarakat (public relation)

Membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan.

d. Penjualan personal (personal selling)

Presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan.

e. Pemasaran langsung (direct marketing)

(32)

commit to user

hubungan pelanggan yang langgeng-penggunaan surat langsung, telepon, televise respons langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk

berkomunikasi secara langsung dengan konsumen tertentu. (Kotler, Armstrong, 2008: 117)

D.

Tinjauan

Brand Activation

Brand Activation adalah salah satu bentuk promosi merek yang

mendekatkan dan interaksi merek dengan penggunanya melalui aktivitas pertandingan olahraga, hiburan, kebudayaan, sosial, atau aktifitas publik yang menarik perhatian lainnya. Dalam konsep Connected Marketing seperti yang dikemukakan penulisnya, Justin Kirb dan Paul Marsden, event atau Brand Activation merupakan salah satu hubungan dalam meciptakan buzz marketing atau

pembicaraan (word of mouth) yang positif tentang perusahaan, produk atau jasa oleh media dan publik.

Para pemasar menggunakan Brand Activation atau event marketing untuk membina hubungan dengan para konsumen, meningkatkan ekuitas merek, dan memperkuat ikatan dengan dunia perdagangan. Dengan kata lain, keberhasilan event sangat tergantung pada kesesuian antara merek, event, dan pasar sasaran. Karena itu, sebgaimana halnya dengan setiap keputusan komunikasi pemasaran lainnya, titik awal Brand Activation yang efektif adalah menentukan pasar sasaran dan menjelaskan tujuan yang akan dicapai oleh suatu event. Event pemasaran tidak akan bernilai kecuali mencapai tujuan dari event tersebut.

(33)

commit to user

yaitu Brand Visualization dan Brand Activation. Brand Activation adalah bentuk suatu promosi brand yang dapat mendekatkan konsumen dengan brand tersebut, serta menimbulkan interaksi antara brand dengan konsumen dalam suatu kegiatan tertentu. Brand Activation termasuk dalam komunikasi brand dua arah (two ways marketing). (Hermawan Kartajaya, 1996)

E.

Tinjauan Jamu

Sekalipun telah lama hadir di tengah masyarakat, kenyataannya jamu masih berada di pinggiran sistem pelayanan kesehatan. Tidak seperti di China, Korea, Jepang, dan India, pengobatan di Tanah Air masih didominasi terapi konvensional. Di China telah ada terapi integratif (konvensional dan herbal). Peneliti bidang Kimia Organik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Leonardus Broto Sugeng Kardono, mengatakan, sekalipun jamu sudah lama ada, inventarisasi, pendokumentasian, dan pengembangannya relatif lambat dibandingkan negara-negara lain. Pada masa lalu, pembuatan jamu diturunkan secara lisan. Padahal, potensi Indonesia sangat besar. Setidaknya ada 30.000 tanaman berpotensi obat. Sebanyak 3.000 diantaranya sudah tercatat dan sekitar 300 bahan sudah umum digunakan, contohnya kunyit, jahe, temulawak, pegagan, dan sambiloto.

(34)

commit to user

Jamu juga mempunyai potensi pasar cukup besar. Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia sekaligus Presiden Direktur Jamu Nyonya Meneer, Charles Saerang mengatakan, penjualan obat herbal di Indonesia tahun 2010 ditargetkan Rp 10 triliun. Realisasi tahun 2009, yaitu sebesar Rp 8,5 triliun. Terdapat 240– 400 jenis jamu yang diedarkan di dalam negeri dan 80 jenis di antaranya juga diekspor ke Taiwan, Hongkong, dan Arab Saudi.

Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Jamu merupakan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diambil dari alam yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan orang dari penyakit. (Kamus Bahasa Indonesia, 139).

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 003/menkes/per/I/2010 tentang saintifikasi jamu).

Jamu telah digunakan di Indonesia sejak bertahun-tahun lamanya. Hal ini terbukti antara lain sejak zaman dahulu, sebelum munculnya obat-obat yang berasal dari luar negeri, paling sedikit 300 tahun berselang, nenek moyang kita telah mempergunakan obat asli atau jamu yang diperolehnya dari hutan. (Dr. Seno Sastroamidjojo, 2001)

(35)

commit to user

farmakologi, masih sangat tipis. Hal ini oleh Dr. Seno Sastroamidjojo, disebabkan oleh:

1. Tiap ahli obat-obatan yang memiliki rasa tanggung jawab yang bermutu tinggi, menghendaki obat hasil penyelidikan ilmiah dalam suatu kerjasama yang erat antara para ahli ilmu tumbuhan, ilmu membuat obat (pharmacie), ilmu khasiat obat (pharmacologia), ilmu kimia tumbuhan (biokimia fitokimia), dan ahli klinis, yang hingga kini kerjasama tersebut belum ada.

2. Para ahli tersebut diatas, pada umumnya tidak pernah merasa terpaksa membuat, mengusahakan, dan mempergunakan tumbuhan sebagai obat. 3. Belum ada instansi khusus yang bertugas menetapkan benar tidaknya

pemberitahuan baik buruknya jamu dalam berbagai prospectus.

4. Pada lazimnya tiap orang hanya suka menempuh jalan yang gampang saja termasuk dalam pengobatan

Berhubungan dengan tersebut di atas, jamu asli Indonesia lambat laun terdesak kesamping. Dan kini terkesan teramat jauh. Pola pikir yang berkembang di masyarakat tentang susahnya harus mencari dulu di hutan, kemudian harus meramu bahan-bahan tersebut, serta harus dengan susah payah mencari gaandik dan pipisan (alat penggiling obat dari batu) mengakibatkan masyarakat hanya menempuh jalan yang mudah saja. Mereka lebih memilih membeli di warung-warung yang kala itu banyak dimiliki oleh orang-orang Tionghoa dan kadang obat-obat tersebut lebih manjur dibanding jamu buatan sendiri.

Pada tahun 1940 atas permintaan V(Vereneging) I (Indonesia) G (Genesskundigen) didalam kongres VIG ke-II di Solo, beberapa tokoh yang

(36)

commit to user

bandung yang kala itu adalah seorang dokter terkenal di Indonesia Pendiri perusahaan obat karuhun), Syahdan R.M Abdulkadir, Dr Soewarno (bermukim di Belanda), Soejati, Abdulmajid, Abdulrasjid dan Goelarso memberi ceramah mengenai obat asli Indonesia (jamu) yang dilengkapi dengan pameran jamu-jamu (tumbuh-tumbuhan) asli Indonesia, beserta bahan-bahannya. Walaupun uraiannya tidak mengandung unsur-unsur penyelidikan secara keahlian ditinjau dari ilmu kedokteran, namun kegiatan tersebut mampu mendapatkan perhatian dan perubahan yang mendalam mengenai obat tumbuh-tumbuhan asli Indonesia.

Pada akhirnya kongres para dokter Indonesia tersebut mengeluarkan resolusi

bahwa “VIG (Perkumpulan Dokter Indonesia) berpendapat bahwa perlu sekali

obat-obat asli Indonesia dan cara pemakaiannya, yang masih dipergunakan dalam masyarakat Indonesia, selekas mungkin dipelajari dengan seksama.” Akan tetapi resolusi tersebut belum sampai ke tahap pelaksanaan. Karena pada masa perang dunia ke-II, VIG diubah menjadi Pertabin, (Persatuan Tabib Indonesia, cikal bakal Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dan resolusi yang dikeluarkan sebelumnya tidak mendapat perhatian yang serius.

Kemudian pada masa pendudukan jepang, obat-obat asli Indonesia itu

menarik perhatian “Poetera”. Di gedung pertemuannya dalam pasar malam

Jakarta (1943) dipamerkan berbagai obat asli Indonesia dan segala sesuatu yang berkaitan dengan jamu. Pada tanggal 20 juli 1943, atas permintaan Poetera hal tersebut dimuat dalam surat kabar Pembangunan berupa Seruan “Poetera” Bagian Kesehatan Tentang Pembuatan Jamu.

(37)

commit to user

juga mulai berjalannya resolusi yang dikeluarkan oleh VIG di Solo. Proses penelitian dan penyelidikan obat-obat asli Indonesia dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain IDI, MIPI, pemerintah dan lain-lain.

Tak berapa lama berselang, atas anjuran Departemen Research Nasional RI di Yogyakarta diselenggarakan seminar nasional penggalian sumber alam Indonesia untuk farmasi yang diketuai oleh Prof. Dr. M. Sutopo dari Surabaya, yang kemudian mendapatkan beberapa keputusan penting berkenaan dengan obat-obat asli Indonesia. Dan hingga saat ini penggalian potensi jamu sebagai upaya kesehatan masyarakat masih terus berlangsung. Proses ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 tentang saintifikasi jamu yang berpusat di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawang Mangu.

F.

Tinjauan Saintifikasi

Guna memasyarakatkan jamu tradisional, pemerintah berupaya menyaintifikasi jamu dengan melibatkan para dokter. Dokter menjadi ikon kesehatan yang dapat mengangkat harkat jamu dan penggunaannya. Program Saintifikasi dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

(38)

commit to user

dalam cakupan upaya preventif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif oleh pasien mereka.

Berdasarkan surat Keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 003/menkes/per/I/2010 tentang saintifikasi jamu. Yang dimaksud dengan Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Sehingga diharapkan tingkat penerimaan jamu sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dan untuk kedepannya jamu diharapkan dapat digunakan sebagai pendamping obat konvensional dan bahkan menjadi pengganti obat konvensional. Dengan pembuktian secara ilmiah ini dapat diketahui data-data keamanan dan khasiat dari jamu ditinjau dari segi keilmuan medis.

Tujuan dari Saintifikasi Jamu ini sendiri adalah:

1. Memberikan landasan ilmiah (envidence based) penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis layanan kesehatan.

2. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif melalui penggunaan jamu.

3. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu.

4. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.

(39)

commit to user

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga tidak sembarang fasilitas pelayanan kesehatan serta merta dapat menjalankan program ini. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan juga izin yang harus diperoleh dari dinas kesehatan. Dengan begitu jamu yang dihasilkan pun juga tidak sembarang jamu, karena dalam prosesnya telah dilakukan penelitian dan pengolahan oleh para ahli yang telah mendapat izin dari dinas kesehatan. Sehingga akan lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap jamu.

Fasilitas pelayanan kesehatan saintifikasi jamu yang dimaksud di atas dapat diselenggarakan oleh Pemerintah atau Swasta. Fasilitas-fasilitas tersebut meliputi: 1. Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan

Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan.

2. Klinik jamu

3. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T)

4. Balai Kesehatan Tradisional masyarakat (BKTM)/ Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM).

5. Rumah Sakit yang ditetapkan.

Fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan atau klinik-klinik tersebut harus memiliki izin dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota setempat. Izin yang dimaksud diberikan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama klinik tersebut memenuhi persyaratan.

Persyaratan-persyaratan yang dimaksud mengelompokkan klinik-klinik saintifikasi jamu yang ada menjadi 2 (dua) tipe klinik, yaitu:

(40)

commit to user

Klinik jamu tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Ketenagaan yang meliputi

1) Dokter sebagai penanggung jawab 2) Asisten Apoteker

3) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya sesuai kebutuhan 4) Diploma (D3) pengobat tradisional dan atau pengobat tradisional

ramuan yang tergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui Departemen Kesehatan.

5) Tenaga administrasi b. Sarana, yang meliputi:

1) Peralatan medis 2) Peralatan jamu 3) Memiliki ruanggan:

a) Ruang tunggu

b) Ruang pendaftaran dan rekam medis (medical record) c) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian

d) Ruang pemeriksaan/tindakan e) Ruang peracikan jamu f) Ruang penyimpanan jamu g) Ruang diskusi

h) Ruang laboratorium sederhana i) Ruang apotek jamu

2. Klinik Jamu tipe B

(41)

commit to user

1) Dokter sebagai penangguing jawab

2) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya sesuai kebutuhan 3) Diploma (D3) pengobat tradisional dan atau pengobat tradisional

ramuan yang tergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui Departemen Kesehatan.

4) Tenaga administrasi b. Sarana, yang meliputi:

1) Peralatan medis 2) Peralatan jamu 3) Memiliki ruangan:

a) Ruang tunggu

b) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian/tindakan/dan rekam medis (medical record)

c) Ruang peracikan jamu

Di Indonesia sendiri sudah ada Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia yang telah berdiri sejak Juni 2009 dan telah diakui oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Perhimpunan itu juga menyiapkan kurikulum herbal bagi dokter yang tertarik masuk ke program saintifikasi jamu dan diharapkan nantinya terbentuk klinik-klinik herbal.

(42)

commit to user

untuk mendampingi obat konvensional. Dan untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan herbal dalam program Saintifikasi Jamu, dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya harus memiliki:

1. Surat Tanda Registrasi (STR) dari konsil Kedokteran Indonesia untuk dokter atau dokter gigi, STRA untuk apoteker dan surat izin/registrasi dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi bagi tenaga kesehatan lainnya.

2. Memiliki surat izin praktik bagi dokter atau dokter gigi dan surat izin kerja/surat izin praktik bagi tenaga keehatan lainnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat.

3. Memiliki surat bukti registrasi sebagai tenaga pengobat komplementer alternatif (SBR-TPKA) dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

4. Memiliki surat tugas sebagai tenaga pengobat komplementer alternatif (ST-TPKA/SIK-TPKA) dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(43)

commit to user

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A.

Profil Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Obat dan Obat Tradisional

1. Sejarah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional bermula dari suatu kebun koleksi tanaman berkhasiat obat yang bernama Usaha Tanaman Obat-obatan Lawu Complex Hortus Medicus Tawangmangu yang dirintis oleh R.M. Santosa (almarhum) dibantu oleh Prof. DR. Sutarman. Pada tahun 1948 Hortus Medicus menjadi cabang dari laboratorium Pharmacoterapie Klaten, dan 16 September 1951 diresmikan oleh Wakil Presiden RI Pertama Bapak Dr. M. Hatta.

Hortus Medicus pada awal berdiri bertugas menanam dan

mempelajari tanaman obat sub-tropis. Antara tahun 1950 samapai 1956 telah dicobakan lebih dari 100 jenis tanaman yang berasal dari luar negeri. Pada tanggal 1 Juni 1955 Hortus Medicus di bawah pengelolaan Lembaga Farmakoterapi dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

26124/Sekdj, sehingga selain tempat menanam tanaman obat juga menjadi lembaga penyelidikan tanaman obat.

Guna meningkatkan penggunaan bahan-bahan obat asal tanaman

(44)

commit to user

Indonesia, Hortus Medicus dialihkan pengelolaannya ke BPU Farmasi Negara dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 32521/Kab/BPU/63 tanggal 8 Juni 1963, dengan kegiatan utama pada usaha produksi simplisia-simplisia secara komersial.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 208/Kab/B.VII tanggal 25 Juli 1968, Hortus Medicus diserahkan kembali pengelolaannya kepada Departemen Kesehatan RI cq. Direktorat Jenderal Farmasi. Selanjutnya berdasarkan SK Direktur Jenderal Farmasi Depkes RI Nomor 4246/Dir.Jend/SK/68 tanggal 8 November 1968, Hortus Medicus pengelolaannya diserahkan kepada Lembaga Farmasi Nasional

Jakarta. Kegiatan Hortus Medicus kembali sebagai lembaga yang menangani penanaman dan penyelidikan tanaman obat.

(45)

commit to user

tentang perubahan perumusan kedudukan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan, maka Balai Penelitian Tanaman Obat menjadi Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, di bawah pembinaan teknis fungsional oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional.

Dengan perkembangan yang ada pada saat ini telah dilakukan reorganisasi di lingkungan Departemen Kesehatan termasuk Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 tahun 2005, bahwa struktur organisasi dalam Badan Litbang di lingkungan Departemen hanya terdiri dari 4 puslitbang. Bertitik tolak dari Penpres tersebut maka dalam perkembangannya Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional tidak lagi terdapat dalam struktur baru Badan Litbang Kesehatan dan berganti menjadi Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Dan dengan Permenkes No. 491/Menkes/Per/VII/2006 BPTO meningkat statusnya menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional yang diharapkan akan lebih mendekatkan area litbang obat tradisional ke bagian hulunya yaitu tanaman obat sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal.

(46)

commit to user

2. Lokasi

Balai Besar Litbang TO OT terletak di pusat pariwisata Tawangmangu di lereng Gunung Lawu perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada ketinggian 1200 m dpl. Beralamat di Jl. Raya Lawu No 11 Desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Telp. 0271 697010

Fax. 0271 697451

E mail. b2p2to2t@gmail.com 3. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi Institusi Unggulan dan Referensi Nasional dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. b. Misi

Menghasilkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta informasi penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional yang berkualitas berdasarkan Kaidah Ilmiah dan Etika.

4. Tugas dan Fungsi Pokok

(47)

commit to user

a. Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian dan/atau pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.

b. Pelaksanaan eksplorasi, inventarisasi, identifikasi, adaptasi, dan koleksi plasma nutfah tanaman obat.

c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konservasi dan pelstarian plasma nutfah tanaman obat.

d. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi standarisasi tanaman obat dan bahan baku obat tradisional.

e. Pelaksanaan pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.

f. Pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi tanaman obat dan obat tradisional.

g. Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pembibitan, budidaya, pasca panen, analisa, koleksi spesimen tanaman obat serta uji keamanan dan kemanfaatan obat tradisional.

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 5. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 491/Menkes/Per/VII/2006 Balai Besar Litbang TO&OT dipimpin oleh pejabat eselon IIB yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Litbang Kesehatan.

(48)

commit to user

a. Bagian Tata Usaha

Melaksanakan urusan Tata Usaha kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga serta pengelolaan keuangan.

b. Bidang Program Kerjasama dan Informasi

Melaksanakan penyusunan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi program dan anggaran, kerjasama dan kemitraan, pemyediaan dan desiminasi informasi serta evaluasi dan pelaporan.

c. Bidang Pelayanan Penelitian

Melaksanakan koordinasi pelaksanaan dan evaluasi pelayanan penelitian.

d. Instalasi

Merupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan litbang dibidang TO dan OT.

e. Kelompok Fungsional Peneliti

Melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional peneliti berdasar peraturan perundang undangan yang berlaku.

(49)

commit to user

6. Kelompok Program Penelitian

Peneliti merupakan motor pengerak pada Balai Besar Litbang TO-OT. Penelitian yang dilakukan terbagi dalam 4 kelompok Ruang lingkup yang disebut sebagai Kelompok Program Penelitian (KPP) yang dibina langsung oleh Panitia Pembina Ilmiah (PPI). Ruang lingkup keempat KPP tersebut adalah:

a. KPP Bioprospeksi

Dengan ruang lingkup penelitian yaitu:

1) Pemetaan dan survei bioregional (Bahan Obat Alam) 2) Etnobotani dan Etnofarmakologi

3) Eksplorasi dan Koleksi plasma nutfah

4) Karakterisasi dan Identifikasi (morfologi, marker DNA dan Golongan senyawa kimia)

5) Adaptasi Pelestarian dan Domestikasi b. KPP Standarisasi Tanaman Obat

Dengan ruang lingkup penelitian yaitu:

1) Teknologi Benih, pembibitan dan propagasi 2) Pengembangan kultivasi dan Budidaya 3) Pemuliaan, Seleksi dan Kestabilan Mutu 4) Konservasi

c. KPP Teknologi Obat Bahan Alam Dengan ruang lingkup penelitian yaitu: 1) Pasca Panen

(50)

commit to user

3) Pengembangan Formulasi dan Stabilitas 4) Isolasi dan biosintesa Senyawa aktf 5) Bioteknologi bahan Obat Alam d. KPP Khasiat dan Keamanan

Dengan ruang lingkup penelitian yaitu:

1) Uji Keamanan (Toksisitas akut, subkronis, kronis dan khusus) 2) Uji Manfaat

3) Formulasi ramuan OT 4) Uji Klinik tahap I,II dan III

7. Alur Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

(51)

commit to user

8. Sarana dan Fasilitas Pendukung

Dalam menjalankan fungsinya Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ditunjang dengan sarana dan fasilitas pendukung.

a. Lahan Percobaan

Lahan Percobaan Tlogodlingo pada ketinggian 1800 m dpl digunakan untuk penelitian TO Sub Tropis dan di persil 118 yang memiliki ketinggian 1200 m dpl serta segera dikembangkan pula lahan pada dataran rendah. Pada Lahan ini dapat dilakukan penelitian Adaptasi, Pembibitan, Masa Tanam, Pemupukan, Serapan Hara, Umur Panen dan Pemuliaan guna mendapatkan hasil panen yang berkualitas baik dalam jumlah biomassa maupun kandungan metabolit sekundernya.

b. Laboratorium Pasca Panen

Disini dilakukan penelitian perlakuan hasil panen, seperti Metoda Pengeringan, Pengecilan Ukuran hingga teknologi penyimpanan agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dan menjaga dari kerusakan dan jika memungkinkan dapat meninkatkan kandungan metabolit sekunder serta Standarisasi Simplisia.

c. lnstalasi Sistematika Tumbuhan

(52)

commit to user

dan serbuk, pembuatan spesimen herbarium serta dokumentasi pengelolaan TO dalam bentuk foto, slide dan CD.

d. Instalasi Benih dan Pembibitan TO

Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkoleksian benih dari lokasi tertentu, sortasi biji, uji viabilitas, pemyimpanan benih. Disamping itu juga pengadaan bibit baik secara konvensional maupun kultur jaringan.

e. Instalasi Adaptasi dan Pelestarian

Melakukan adaptasi TO hasil eksplorasi, pelestarian plasma nutfah TO yang termasuk dalam kategori langka.

f. Instalasi Koleksi TO

Melaksanakan inventarisasi TO, pengkoleksian TO, Pengelolaan Koleksi (penanaman, peremajaan, pemeliharaan, pembasmian hama dan gulma, pengamatan dan pendataan parameter pertumbuhan dan pemanenan) serta pencatatan data klimatologi. g. Instalasi Pasca Panen

Menangani hasil panen meliputi : pencucian, sortasi, pengubahan bentuk (perajangan), pengeringan, penyerbukan, pengemasan dan penyimpanan serta stok/ gudang simplisia.

h. Laboratorium Galenika

(53)

commit to user

i. Laboratorium Bioteknologi

Kegiatannya meliputi kulktur jaringan tanaman baik untuk mendapatklan bibit maupun mendapatkan metabolit sekunder (senyawa aktif), penetapan cemaran mikroba (AJ dan ALT) dan uji aktifitas antimikroba.

j. Laboratorium Fitokimia

Melakukan penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia, profil kromatografi minyak atsiri, pemeriksaan kandungan senyawa kimia, penetapan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi senyawa aktif, baik secara spot test, spektrofotometri, KLT densitometri maupun HPLC.

k. Laboratorium Farmakologi

Melaksanakan koleksi dan perawatan hewan coba, serta melakukan uji preklinik (khasiat dan keamanan) dan uji klinik Tanaman Obat dan Obat Tradisional.

l. Perpustakaan

(54)

commit to user

m. Wisata Ilmiah Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu menyelengarakan suatu paket wisata edukatif dimana pengunjung disuguhi dengan pengenalan Tanaman Obat dan Obat Tradisional mulai dari budidaya, pasca panen hingga pengolahan simplisia menjadi produk Obat Tradisional. Paket tersebut meliputi:

1) Kebun Tlogodlingo

Merupakan lahan budidaya dan koleksi TO seluas 13 Ha yang terletak di lereng gunung Lawu dengan ketinggian 1800 m dpl. Mempunyai pemandangan yang indah dan berhawa sejuk.

Dibudidayakan TO Aromatik antara lain: Foeniculum vulgare dan Rosmarinus officinalis dalam bentuk aromatic garden dan TO yang hanya tumbuh baik pada dataran tinggi antara lain :Pimpinella alpina, Digitalis purpurea, Artemisia annua dalam bentuk sub tropical garden. Selain sebagai kebun koleksi dan penelitian, di kebun Tlogodlingo juga dikembangkan sebagai unit pasca panen dan pembibitan TO spesifik lokal.

2) Kebun Koleksi dan Etalase tanaman obat

(55)

commit to user

3) Pembibitan

Menyediakan bibit untuk kebutuhan penelitian, pelatihan dan koleksi.

4) Museum Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Museum TO dan OT dikembangkan sebagai lahan untuk mengenal, mempelajari dan meneliti budaya lokal dalam pemanfaatan TO dan OT yang dilakukan nenek moyang pada zaman dahulu serta perkembangannya sampai saat ini.

9. Program dan Pengembangan

a. Penelitian dan Pengembangan

Balai Besar Litbang TO OT dari tahun 2008 akan dilaksanakan penelitian sebagai berikut:

1. Karakterisasi genetik tiga aksesi Stevia rebaudiana mendukung pelepasan varietas unggul B2P2TO2T Tawangmangu

2. Standarisasi tanaman obat: Uji multilokasi stevia dalam rangka pelepasan varietas unggul B2P2TO2T Tawangmangu

3. Stevia sebagai pemanis buatan yang aman

4. Optimasi isolasi dan identifikasi stevioside tanaman Stevia rebaudiana 5. Penelitian pasca panen Stevia rebaudiana

6. Formula pemanis herbal rendah kalori dari Stevia rebaudiana

7. Pengembangan tanaman obat sebagai obat herbal terstandar dan fitofarmaka antidiabetes

8. Potensi antipoliferasi tiga tanaman dengan kandungan asam ursolat terhadap cell line MCF7 (suatu studi in vitro)

9. Serapan hara makro esensial oleh Artemisia annua pada berbagai jenis tanah dan pengaruhnya terhadap kandungan artemisinin

(56)

commit to user

12. Aplikasi teknik GAP pada budidaya Artemisia annua melalui intervensi pola panen dan peningkatan jumlah kromosom.

13. Aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D dari daun Dewandaru (Eugenia uniflora)

14. Eksplorasi etno-botani medis tanaman obat di suku Komering Sumatera selatan

15. Uji anti-inflamasi dan toksisitas Eupatorium riparium pada tikus putih 16. Standarisasi ekstrak Talinum triangulare untuk herbal standar aprodisiaka

Tabel 1. Program dan Pengembangan

b. Peningkatan Sarana dan Prasarana

1) Pembangunan Gedung Laboratorium

Gambar 1. Pembangunan Gedung Laboratorium

2) Penyediaan sarana laboratorium

B.

Data Promosi

Promosi ataupun penyebaran informasi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Besar Litbang TO OT selama kurun waktu dari tahun 2008 meliputi:

1. Seminar Nasional yang dilaksanakan pada bulan juli 2008

(57)

commit to user

pengembangan.

3. Penyebaran brosur, pamflet, maupun leaflet di klinik Hortus Medicus.

C.

Kompetitor

1. PT. Deltomed

a. Latar Belakang PT. Deltomed

Berawal dari home industry di Banjarmasin, Deltomed mulai membuat jamu dari ramuan tumbuh-tumbuhan alami. Di antaranya adalah Strongpas dan Virgitab yang dipasarkan dalam bentuk kapsul.

Seiring dengan meningkatnya citra produk Deltomed dan juga total jumlah permintaan pasar, maka untuk memenuhi tuntutan tersebut, kapasitas produksi pun ditingkatkan melalui pemindahan lokasi pabrik Deltomed ke lokasi seluas 1 hektar di Wonogiri, Jawa Tengah pada tahun 1987.

Meningkatnya permintaan produk-produk Deltomed dari seluruh Indonesia, mendorong terciptanya peluang investasi baru dalam fasilitas produksi, seperti mesin modern dan peralatan laboratorium. Deltomed merelokasi area pabriknya seluas 6 hektar di Nambangan, Wonogiri. Membangun fasilitas pabrik serta fasilitas penelitan dan pengembangan yang berteknologi modern.

(58)

commit to user

b. Lokasi Perusahaan 1) Kantor

Perkantoran PURI NIAGA II Jl. Puri Kencana Blok J1 No. 3x Jakarta Barat 11610

Phone: (+62-21) 5830 4131 Fax: (+62-21) 5830 4132 2) Pabrik

Nambangan, Selogiri, Wonogiri Kotak Pos 103 Wonogiri 57601 Phone: (+62-273) 322 566 Fax: (+62-273) 321 118 c. Data Produk

(59)

commit to user

10)OBHerbal Lozenges 11)Antangin Herbal Lozenges d. Data Promosi Deltomed

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan manfaat pengobatan alami, Deltomed berusaha mengedukasi masyarakat umum mengenai khasiat obat-obatan herbal melalui media iklan, talk show dan seminar. Deltomed berencana untuk mempromosikan produk-produk baru dan pengembangan produk yang sudah ada secara terus-menerus.

Sebagai realisasi misi peningkatan kualitas hidup dan menjaga kesehatan masyarakat, Deltomed secara rutin menyelenggarakan dan mensponsori berbagai aktivitas dan kompetisi olahraga.

Sejak awal berdirinya di tahun 1970, Deltomed telah menjalin kerja sama dengan beberapa rekan bisnis eksternal. Saat ini, produk Deltomed telah tersedia di pasar retail, apotik, mini market, swalayan dan hypermarket di seluruh pelosok Indonesia.

Produk-produk Deltomed telah mendapat kepercayaan pasar internasional, berkat partisipasi Deltomed dalam pameran-pameran yang digelar di dalam dan luar negeri setiap tahun-nya. Kini produk-produk Deltomed telah diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia, Saudi Arabia, Hongkong dan Brunei. Deltomed juga memberikan layanan khusus melalui pemakaian label tersendiri dari masing-masing mitra usaha.

(60)

commit to user

a. Latar Belakang dan Sejarah PT. Air Mancur

Perusahaan Jamu Air Mancur pertama kali didirikan oleh L.W. Santoso, Rudi Hendrotanojo, dan Kimun Ongkosandjojo pada tanggal 23 Maret 1963 yang berlokasi di sebuah rumah sewa, tepatnya di kampung Pucang Sawit, Surakarta dengan jumlah karyawan 11 orang. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana dan hampir semua proses dikerjakan secara manual.

Perusahaan ini pada mulanya tidak dikenal sama sekali, karena perusahaan ini didirikan atas modal yang sangat minim, disamping itu juga belum tersedianya alat-alat yang modern untuk mengolah ataupun membuat jamu dari bahan alami.

Dengan keuletan dan didukung dengan keterampilan serta ketekunan, maka perusahaan ini dapat memperluas usahanya dengan menyewa mesin giling beserta tempatnya yang terletak di sebuah gudang seng, di desa Cubluk, Wonogiri. Perusahaan jamu ini terus mengalami peningkatan dan kemajuan yang sangat berarti, maka pada tanggal 23 Desember 1963 dibentuklah sebuah perusahaan yang berstatus perseroan terbatas (PT) dengan nama PT. Jamu Air Mancur. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1964 segala pusat usaha di Surakarta dipindahkan ke Wonogiri.

(61)

commit to user

Palem 51 Wonogiri, dari tahun ke tahun perusahaan ini mengalami peningkatan jumlah karyawan.

Selain dengan peningkatan jumlah karyawan dari tahun ke tahun, maka pada tahun 1973 dimulailah perlusan pabrik di desa Tegal Rejo, Dagen, Jaten, Palur Kabupaten Karanganyar. Karena mendesaknya keperluan kerja maka pada tanggal 24 Februari 1974 Bapak L.W. Santoso meresmikan pabrik di Palur Karanganyar. Karena terus meningkatnya jumlah permintaan dari konsumen akan produk jamu tersebuat, maka pada tahun 1976 dibuatlah pabrik baru di desa Jajar, Kleco, Surakarta. Pabrik tersebut disediakan untuk kegiatan logistik dan laboratorium pembantu PT. Jamu Air Mancur Palur Solo. Dan sampai saat ini PT. Jamu Air Mancur memiliki 5 unit kerja yaitu :

1) Unit kerja Palur, terletak di desa Tegalrejo, Kecamatan jaten, Kabupaten Karanganyar. Unit ini memproduksi jamu serbuk dan obat luar dalam bentuk padat sekaligus sebagai kantor pusat.

2) Unit kerja Jetis, terletak di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Unit ini memproduksi kosmetik.

3) Unit kerja Klampisan, terletak di Kecamatan Giriwono, Kabupaten Wonogiri. Unit ini digunakan untuk pengolahan jamu ekstrak. 4) Unit kerja Pelem, terletak di Kabupaten Wonogiri. Unit ini

mengolah makanan, minuman dan madu.

(62)

commit to user

dan obat luar dalam bentuk padat. b. Lokasi Perusahaan

PT. Air Mancur memiliki 4 tempat yang digunakan sebagai kantornya, yaitu :

1) Head Office & Factory :

Jalan Raya Solo – Sragen Km 7 ( Palur ) P.O. Box 253 Solo 57102 Indonesia

Phone ( 0271 ) 825024, 821243, 825404, 825197 Fax ( 0271 ) 825198

2) Marketing Office :

Jalan Raya Solo – Sragen Km 7,5 Jetis Kulon Rt 02/05 Jaten, Karanganyar.

Phone ( 0271 ) 825952 (hunting) Fax ( 0271 ) 826184

3) Marketing Office :

Komplek Rukan Graha Cempaka Mas Blok E No. 1 Jalan Letjen Suprapto Jakarta Pusat 10640 – Indonesia Phone ( 021 ) 42800577 (hunting)

Fax ( 021 ) 42882118 – 19

4) Production Office :

Jalan Pelem Wonogiri c. Visi dan Misi

(63)

commit to user

Visi dari Air Mancur adalah menjadi market leader/pemimpin pasar produk kesehatan alami di Indonesia.

Misi :

1) Untuk menghasilkan obat-obatan herbal, minuman kesehatan, kosmetik dan suplemen makanan dengan inovasi dalam bahan-bahan alami, nilai tambah tinggi dan manfaat kesehatan kepada masyarakat. 2) Untuk mencapai kepuasan pelanggan yang tinggi melalui nilai dari

produk-produk berkualitas.

3) Untuk memenuhi stakeholder melalui pertunjukan perdana di atas rata-rata industri.

4) Untuk mempertahankan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan di atas rata-rata industri, selanjutnya meningkatkan pangsa pasar di kategori produk masing-masing.

5) Untuk membangun sumber daya manusia yang handal dan kompeten dalam fungsi masing-masing.

d. Data Produk

(64)

commit to user

harus mengurangi kandungan khasiatnya. Rangkaian produk jamu yang dibuat dari ekstrak bahan jamu alami tersebut, meliputi :

1) Kapsul Benkwat Ginseng 2) Kapsul MustikaRapet

Pemasaran produk-produk dari PT. Air Mancur yaitu mencapai skala internasional, untuk tujuan ekspor luar negeri yaitu mencakup negara-negara sebagai berikut: Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Taiwan, Saudi Arabia, Nigeria. Untuk skala nasional atau dalam negeri produk-produk PT. Air Mancur didistribusikan ke berbagai wilayah utama di Indonesia, yaitu: Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Lampung, Bandung, Cirebon, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Manado, Ambon dan Kupang.

f. Data Promosi

Promosi yang dilakukan oleh Air Mancur yaitu meliputi berbagai media tergantung dari produk dan atau kebijakan yang berlaku. Promosi dari produk-produk PT. Air Mancur di antaranya yaitu: website, company profile, packaging, iklan TV, iklan radio, poster, banner, spanduk, t-shirt,

(65)

48

D.

Analisis SWOT

1. Tabel Analisis SWOT BP2T2OOT dengan Kompetitor

Analisis BP2T2OOT PT. Deltomed PT. Air Mancur

Strength

(kekuatan)

a. Merupakan racikan jamu sebagai pengganti obat, dengan minimal efek samping yang buruk bagi kondisi badan.

b. Diformulasikan khusus oleh dokter untuk seorang pasien tertentu sesuai diagnosanya. c. Harga dapat terjangkau

seluruh kelas ekonomi masyarakat

a. Merupakan produk komersil yang sudah umum dan dikenal

masyarakat luas.

b. Diformulasikan oleh para ahli dibidangnya

c. Distribusi atau pemasaran telah berlangsung ke pelosok daerah d. Racikan obat telah dipatenkan dan

teruji

a. Merupakan produk komersil yang sudah umum dan dikenal

masyarakat luas.

b. Diformulasikan oleh para ahli dibidangnya

c. Distribusi atau pemasaran telah berlangsung hingga pelosok daerah

(66)

49

d. Memiliki dasar hukum yang jelas.

Weakness

(kelemahan)

a. Sementara hanya terdapat di B2P2TOOT

b. Saintifikasi Jamu belum dikenal masyarakat luas. c. Distribusi imformasi dan produk belum maksimal

Produk telah dipatenkan komposisinya untuk diagnosa penyakit secara umum.

Produk telah dipatenkan

Adanya produk komersil lain yang lebih disukai konsumen

Adanya produk komersil lain yang lebih disukai konsumen

(67)

commit to user

E.

USP (Unique Selling Preposition)

Unique Selling Preposition merupakan pendekatan yang berorientasi pada

keunggulan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan bagi konsumen untuk mengunakan suatu produk. (Suyanto, 2004: 116)

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa USP dari Program Saintifikasi Jamu B2P2TOOT yaitu produk jamu yang murah, sehat, alami dengan menggunakan tumbuhan herbal, lebih berkhasiat, dan diformulasikan langsung oleh dokter melalui diagnosa konvensional dilengkapi dengan hasil analisis laboratorium rekam medis.

F.

Positioning

Dalam sebuah blog yaitu http://rmagz.blogspot.com, disebutkan bahwa Positioning merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran, yakni

(68)

commit to user

1. Positioning harus dipersepsi secara positif oleh konsumen dan menjadi reason to buy (alasan untuk membeli).

2. Positioning mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif produk atau perusahaan.

3. Positioning harus bersifat unik sehingga dapat dengan mudah

mendiferensiasikan diri dengan pesaing.

4. Berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan.

(69)

commit to user

BAB IV

KONSEP PEMIKIRAN DESAIN

A.

Metode Perancangan

Metode dapat diartikan sebagai cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan. Sedangkan perancangan dapat diartikan merencanakan segala sesuatu sabagai bagian dari kerangka kerja. Jadi metode perancangan adalah sebuah cara yang ditempuh dalam merencanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, metode perancangan dilakukan sebagai bagian dari perencanaan kampanye agar pesan komunikasi dapat tertanam di benak target.

Kampanye Saintifikasi Jamu dianggap penting dan mendesak karena di samping sebagai program baru dari pemerintah yang memerlukan publikasi lebih untuk mendapatkan awareness dari masyarakat. Program Saintifikasi Jamu juga sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dengan obat-obatan herbal, yang di zaman sekarang ini kepercayaan terhadap jamu sebagai obat sangatlah minim. Untuk itulah diperlukan sebuah strategi yang tepat untuk mempromosikan progam Saintifikasi Jamu.

Perancangan kampanye Saintifikasi Jamu ini merupakan sebuah proses dari sebuah integrated campaign, yaitu kampanye terpadu yang terstruktur baik dalam strategi maupun media promosi dalam upaya memperkenalkan, membangun awareness serta menjual produk dari progam Saintifikasi Jamu agar lebih terarah dan terstruktur. Sehingga untuk ke depannya perkembangan keberhasilan kampanye dapat dikontrol dengan baik.

(70)

commit to user

Langkah awal perancangan adalah melakukan riset mengenai produk, yaitu Saintifikasi Jamu di B2P2TOOT melalui wawancara dan observasi lapangan. Setelah itu menganalisis data produk dan kompetitor hingga dapat dikenali karakteristik produk secara mendalam atau bisa disebut juga sebagai insight produk.

Dari berbagai data yang ada, dirangkum dalam sebuah strategi analisis yang biasa disebut analisis SWOT. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) yaitu mengenai kekuatan produk, kelemahan, kesempatan dan ancaman produk, yang dapat dikategorikan menjadi analisis internal dan eksternal produk dimana nantinya akan dapat diketahui USP dari produk tersebut untuk kemudian dapat ditarik positioning sesuai dengan karakter produk tersebut dan nantinya juga sesuai dengan target audience.

Setelah matang dengan analisis produk, langkah selanjutnya adalah mengenali target market dan lebih menggali target audience. Target market dan target audience adalah (calon) kosumen yang menjadi sasaran penjualan produk, hanya saja target market merupakan data mati yang tidak dapat diolah. Untuk mengetahui target audience secara mendalam dapat dilakukan dengan berbagai riset atau observasi. Hal terpenting mengenai target audience atau calon konsumen adalah mengetahui bagaimana karakteristiknya, gaya hidupnya, beserta seleranya secara mendalam yang kemudian bisa disebut dengan consumer insight.

Gambar

Tabel Analisis SWOT ……………………………………..…….…………. 648
Gambar 1. Pembangunan Gedung Laboratorium
Tabel Analisis SWOT BP2T2OOT dengan Kompetitor
Tabel 4. Jadwal kampanye  program Saintifikasi Jamu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ketiadaan sentuhan dari orang tua – khususnya ayah sebagai figur lekat yang berlainan gender – sejak kecil, membuat Sari dan Dinda merasa asing dengan rasa nyaman yang

Hal ini sesuai dengan penelitian Jaya (2013) dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan.. Spiritual dan Lingkungan Kerja

Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian kinerja keuangan PT XL AXIATA Tbk pada rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio menunjukan hasil yang tidak

Penelitian ini menggunakan metode triangulasi sumber data dan triangulasi teori sebagai pores atau alat untuk menguji validitas data mengenai proses penetrasi sosial pengguna cadar

Pada hasil penelitian dari 92 siswi bahwa tipe pola asuh orang tua yang paling banyak dipersepsikan oleh responden adalah demokratis 64,1% yang sebagian besar 71,2% memiliki

Adapun rancangan dalam program ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) melakukan assessment komunitas, tujuan dari dilakukannya assessment ini adalah untuk menentukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh tingkat keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa, terdapat perbedaan motivasi belajar

Data biometrik didapat dari referensi yang sesuai.Hasil analisis menunjukkan bahwa sudut pijakan kaki berpengaruh terhadap gaya reaksi yang terjadi dimana semakin besar