• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bahan Pengikat Hpmc Dan CMC-Na terhadap Karakteristik Sediaan Tablet Mengandung Ekstrak Kulit Kayu Cangkring (Erythrina Fusca Lour.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Bahan Pengikat Hpmc Dan CMC-Na terhadap Karakteristik Sediaan Tablet Mengandung Ekstrak Kulit Kayu Cangkring (Erythrina Fusca Lour."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Bahan Pengikat Hpmc Dan CMC-Na terhadap Karakteristik Sediaan Tablet Mengandung Ekstrak Kulit Kayu Cangkring (Erythrina Fusca Lour.)

1

Putri Wulan Suci, 2Embit Kartadarma, 3Fitrianti Darusman

1,2

Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116

e-mail: 1suciwulan_putri@yahoo.com, 2embitkartadarma@yahoo.com, 3

efit_bien@yahoo.com

Abstrak: Pengaruh dari pengikat HPMC dan CMC-Na terhadap sifat tablet yang dibuat dari ekstrak

kulit kayu cangkring telah diteliti. Ekstraksi kulit kayu cangkring dibuat dengan cara soxhlet dan dekokta. Pembuatan tablet tersebut dilakukan dengan metode granulasi basah. Konsentrasi pengikat HPMC berturut-turut 2%, 3% dan 4% sedangkan pengikat CMC-Na berturut-turut 1%, 2%, dan 3%. Hasilnya menunjukkan bahwa semua tablet yang dibuat dengan cara soxhlet memberikan karakteristik yang baik, sedangkan dengan cara dekokta menunjukkan hasilnya baik yaitu dalam hal keseragaman bobot, keseragaman kandungan, kekerasan, friabilitas, dan waktu hancur. Kedua metode ekstraksi menunjukkan hasil yang berbeda secara bermakna terhadap kekerasan dan waktu hancur tablet.

Kata kunci: kulit kayu cangkring, tablet, HPMC, CMC-Na

A. Pendahuluan

Cangkring (Erythrina fusca Lour.) merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat di Indonesia yang telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Bagian tumbuhan

Erythrina yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional adalah kulit batang, daun,

akar dan biji yang dilaporkan mengandung senyawa-senyawa alkaloid (Chawla dkk, 1988:526-528), serta beberapa senyawa golongan flavonoid dan isoflavonoid (Tanaka dkk, 2000:578-579).

Pemberian dosis 250 mg/kg b.b dan 500 mg/kg b.b kulit kayu cangkring secara signifikan dapat mengurangi kejang dari penyakit epilepsy (Debnath, et al., 2010). Seiring dengan modernisasi yang menuntut kemudahan, berbagai upaya dilakukan untuk pengembangan obat herbal, salah satunya dengan dibuat sediaan tablet. Untuk menghasilkan tablet yang sesuai dengan syarat farmaseutik maka dibutuhkan pengikat yang merupakan komponen tablet yang memiliki peranan penting dalam proses hancurnya tablet di dalam tubuh. Jenis dan konsentrasi zat pengikat akan menentukan karakteristik tablet yang dihasilkan.

Berdasarkan pemaparan diatas perumusan masalah dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi bahan pengikat HPMC dan CMC-Na dalam sediaan tablet dari ekstrak dekokta dan soxhlet kulit kayu cangkring (Erythrina fusca Lour.) agar sesuai dengan persyaratan farmaseutik.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pelarut ekstraksi yang digunakan (etanol dan air) dan menentukan konsentrasi bahan pengikat (HPMC dan Na-CMC) terhadap karakteristik tablet ekstrak kulit kayu cangkring agar diperoleh sediaan tablet yang memenuhi persyaratan farmaseutik.

(2)

B. Landasan Teori Cangkring

Tumbuhan ini merupakan pohon, tinggi sampai 30 m dan gemang 1 m, E. fusca memiliki lebih banyak duri daripada E. lithospermae, E. fusca selalu berduri (Heyne, 1987). Cangkring merupakan tanaman pepohonan yang berdaun rontok, timggi 10-20 m, berbatang kayu, berwarna keabu-abuan,permukaan kulit kasar dengan cabang yang jarang, dilengkapi dengan duri temple (Hutapea, 1994). Batangnya tegak berkayu, bulat, percabangan simpodial, berduri tajam dan berwarna putih kecoklatan. Daun majemuk beranak tiga, berbentuk bulat, telur dengan ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, panjang 20-30 cm, lebar 4-10 cm. tulang daun menyirip, berwarna hijau, cabang samping anak daun berukuran lebih kecil daripada daun yang di ujung tengah (Hutapea, 1994).Bunga majemuk, berwarna jingga muda, terletak di ujung batang, tangkai silindris, panjang 2-3 cm, kelopak berbentuk tabung, ujung bercangap, berwarna hijau pucat; benang sari panjang kurang lebih 3 cm, berwarna merah, kepala sari berbentuk ginjal, berwarna kuning; tangkai putik silindris panjang 3 cm, berwarna putih, kepala putik lonjong, berwarna kuning ; mahkota berbentuk kupu-kupu, berwana merah. Bunga berbentuk polong, berwarna coklat. Akar tunggang berwarna putih kecoklatan (Hutapea, 1994).

Simplisia

Simplisia (simplisia nabati) secara umum merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai atau siap diproses selanjutnya (DepKes RI, 2000: 3).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (DepKes RI, 2000: 1). Metode ekstraksi terdiri dari beberapa cara yaitu dengan cara panas dan cara dingin. Cara panas terdiri dari refluks, soxhlet, digesti, dekok sedangkan cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi. Pada penelitian ini dilakukan dengan metode sohxlet dan dekok. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik sedangkan dekok infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air (30°C—100°C) (DepKes RI, 2000: 11).

Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI IV, 1995). Formuasi tablet terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, pengikat, penghancur, glidan, dan lubrikan. Metode pembuatan tablet terdiri dari 3 cara yaitu cara granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Granulasi basah yaitu memproses campuran zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapat massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Granulasi kering yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan apabila zat aktif memiliki aliran yang buruk dan sensitif

(3)

terhadap panas dan lembab. Kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini hanya dapat digunakan apabila zat aktif memiliki aliran yang baik dan tidak tahan terhadap panas dan lembab.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, dimulai dari pengumpulan kulit kayu cangkring yang diperoleh dari Manoko, Lembang. Determinasi dilakukan di Herbarium Jatinangor Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi UNPAD, dilanjutkan dengan perlakuan awal, penggilingan, skrining fitokimia, dan penetapan parameter standar meliputi parameter spesifik dan non spesifik.

Ekstraksi kulit kayu cangkring menggunakan metode soxhlet dengan pelarut ethanol 70% dan metode dekokta dengan pelarut air. Selanjutnya ekstrak soxhlet diuapkan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental hasil dari kedua ekstraksi yang diperoleh dikeringkan dengan bantuan aerosil, lalu dilakukan orientasi metode dan formula tablet.

Pembuatan formulasi tablet yang mengandung ekstrak kulit kayu cangkring, pengisi, penghancur luar dan dalam, lubrikan, glidan dan variasi konsentrasi dari dua jenis bahan pengikat yaitu HPMC dan CMC-Na. Pembuatan tablet dilakukan terhadap kedua hasil ekstrak menggunakan metode granulasi basah, kemudian dilakukan evaluasi granul dan evaluasi tablet, sehingga dapat diketahui formulasi tablet ekstrak dekokta dan soxhlet biji cangkring yang paling baik diantara variasi konsentrasi penggunaan bahan pengikat yang sesuai dengan syarat farmasetik.

D. Hasil Penelitian 1.1. Perlakuan awal simplisia

Simplisia dari kulit kayu cangkring dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan dari pengotor yang menempel pada tanaman. Selanjutnya dilakukan pengeringan pada kedua tanaman tersebut dengan cara diangin-anginkan dibawah sinar matahari yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam simplisia sehingga simplisia tidak mudah rusak oleh mikroba dan dapat bertahan lama apabila ingin disimpan lebih lama. Kemudian simplisia yang telah kering dirajang bertujuan untuk mempermudah dalam proses ekstraksi.

1.2. Pembuatan granul dan tablet

Pembuatan granul dilakukan pertama kali untuk memudahkan dalam proses tabletasi dan memudahkan serbuk untuk mengalir karena sebagian besar tidak semua serbuk dapat langsung dibuat menjadi tablet. Proses granul dalam penelitian ini menggunakan cara granulasi basah yang bertujuan untuk meningkatkan sifat aliran dari serbuk.

Pada formulasi tablet digunakan ekstrak kulit kayu cangkring sebagai zat aktif, jumlah ekstrak yang ditambahkan disesuaikan dengan rendemen ekstrak yang diperoleh dan menggunakan dosis yang telah ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya. Bahan pengikat digunakan dengan tiga konsentrasi yang berbeda yaitu 2%, 3%, dan 4% untuk HPMC sedangkan 1%, 2%, dan 3% untuk CMC-Na. Bahan lain dalam tablet yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laktosa, amprotab, talk, dan magnesium stearat.

(4)

1.3. Evaluasi granul

Evaluasi granul dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan granul yang didapat apakah sudah memenuhi syarat atau tidak sebelum dilakukan proses tabletasi. Evaluasi granul terdiri dari kecepatan alir, kelembaban, bobot jenis dan granulometri. 1. Kecepatan alir

Kecepatan alir bertujuan untuk mengetahui apakah granul memiliki sifat alir yang baik atau tidak. Kecepatan alir dibagi menjadi 2 metode yaitu metode corong dan metode sudut baring yang dilakukan dengan menggunakan alat flow tester. Pada metode corong aliran granul dinyatakan baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100 gr granul ≤ 10 detik (Lachman, L.,dkk, 1994:684). Sedangkan metode sudut baring aliran granul dinyatakan baik jika sudut baring <380. Pada penelitian ini semua formula memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

2. Kelembaban

Penetapan kelembaban bertujuan untuk mengetahui kadar air pada granul yang telah dibuat setelah mengalami pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk mengontrol agar massa granul tidak mudah ditumbuhi jamur dan mikroba. Pengujian kelembaban dilakukan dengan menggunakan alat moisture analyzer. Granul yang baik memiliki kelembaban 1-3% (Siregar, 2010:42). Pada penelitian ini semua formula masuk kedalam rentang nilai kelembaban yang baik yaitu 1-3%.

3. Bobot jenis

Pengujian bobot jenis dibagi menjadi beberapa diantaranya BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan, persen kompresibilitas dan angka hausner. Bj nyata dilakukan dengan tujuan untuk melihat berapa banyak bobot granul sebelum dilakukan pemampatan. Bj mampat bertujuan untuk melihat kemampuan mengurangi volume dibawah tekanan (Siregar, 2010: 28), alat yang digunakan dalam evaluasi Bj mampat yaitu Density Tester. Bj sejati dalam peneltian ini menggunakan alat piknometer. Manfaat yang diperoleh dari pengujian ini yaitu dapat mengetahui tentang sifat serbuk/ granul yang elastis, plastis atau rapuh. Granul memenuhi persyaratan jika kadar pemampatan ≤ 20% (Depkes RI, 1995). Angka Haussner mempengaruhi pada sifat aliran granul, dimana semakin tinggi angka Haussner maka semakin buruk sifat aliran granul. Jika dilihat dari angka Haussner pada semua formula memenuhi persyaratan karena memiliki angka Haussner mendekati 1. Nilai kompresibilitas < 12% memberikan sifat alir yang baik, namun nilai kompresibilitas antara 13-21% masih diperbolehkan karena masih dalam rentang cukup mengalir, sedangkan nilai kompresibilitas ≥ 22% menunjukkan sifat alir yang buruk (Depkes RI, 1995). Semua formula pada evaluasi kerapatan ini sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 4. Granulometri

Pengujian granulometri bertujuan untuk melihat ketersebaran ukuran granul/ distribusi ukuran granul. Granul yang baik memiliki ukuran granul yang berdekatan. Evaluasi granulometri dilakukan menggunakan ayakan dengan berbagai ukuran dari mesh 16 sampai mesh 120. Berikut hasil yang diperoleh :

(5)

4. Evaluasi tablet

Evaluasi tablet pada penelitian ini terdiri dari organoleptis (warna, bau, dan rasa), keseragaman ukuran ( keseragaman tebal dan keseragaman tebal), kekerasan, friabilitas & friksibilitas, keseragaman bobot, dan uji waktu hancur.

1. Organoleptis

Evaluasi organoleptis formula tablet dari ekstrak soxhlet dan ekstrak dekok memiliki warna yang sama yaitu berwarna coklat tua. Dari segi rasa dan bau kedua metode memiliki rasa yang sama yaitu pahit, sedangkan dari segi bau memiliki bau yang khas.

2. Kekerasan

Evaluasi kekerasan bertujuan untuk menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik. Hardness Tester adalah alat yang digunakan dalam pengujian kekerasan dengan prinsip memberikan tekanan gaya pada tablet. Kekerasan yang memenuhi syarat tablet kecil adalah 4 kg/cm2 (Ansel, 1989:255).

3. Keseragaman ukuran

Keseragaman ukuran yang terdiri dari keseragaman tebal dan diameter. Pengujian keseragaman tebal dan diameter masing masing diambil secara acak sebanyak 20 tablet, lalu diameter dan tebal diukur menggunakan jangka sorong. Menurut FI III diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Hasil yang diperoleh bahwa keseragaman tebal dan diameter tablet dari metode soxhlet maupun metode dekok memenuhi syarat atau tidak ada satupun yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditentukan

4. Keseragaman bobot

Kesergaman bobot bertujuan untuk melihat keseragaman dosis dari tabelet yang dihasilkan. Pengujian keseragaman bobot dilakukan dengan cara mengambil acak 20 tablet untuk ditimbang. Kemudian dihitung bobot rata-rata dan peyimpangan terhadap bobot rata-rata. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tidak ada satupun tablet dari formula soxhlet dan dekok yang menyimpang dari ketentuan Farmakope Indonesia III yaitu tidak boleh ada 2 tablet yang masing masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A (7,5%), dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B (10%).

5. Friksibilitas dan friabilitas

Evaluasi friabilitas dan friksibilitas untuk melihat seberapa besar gesekan antar tablet dan jatuhan tablet terhadap pengurangan bobot tablet sebelum dan setelah diuji serta untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan pada waktu pengemasan dan pengiriman. Pengujian friabilitas dan friksibilitas menggunakan alat

friabilator. Batas nilai friabilitas dan friksibilitas yaitu ≤ 1% (Lachman, dkk.,

(6)

6. Uji waktu hancur

Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui lamanya waktu hancur tablet didalam tubuh. Pengujian ini dilakukan menggunakan disintegration tester. Tablet yang tidak bersalut waktu yang diperlukan untuk menghancurkan 6 tablet ≤ 15 menit (Lachman, L., dkk, 1994:658-659).

Hasil evaluasi tablet dengan ekstrak dekok

Hasil evaluasi tablet dengan ekstrak soxhlet

Keterangan:

F1 = Pengikat CMC-Na 1% F2 = Pengikat CMC-Na 2% F3 = Pengikat CMC-Na 3% F4 = Pengikat HPMC 2%

F5 = Pengikat HPMC 3% F6 = Pengikat HPMC 4% Bobot (mg ± SD) Diameter (cm ± SD) Tebal (cm ± SD) Kekerasan (kg/cm² ± SD) Friabilitas (% ± SD) Friksibilitas (% ± SD) Waktu Hancur (menit ± SD) 1 306 ± 0,005 memenuhi 0,805 ± 0,001 memenuhi 0,507 ± 0,01 memenuhi 4,66 ± 0,51 memenuhi 0,653 ± 0,003 memenuhi 0,57 ± 0,34 memenuhi 7,85 ± 0,63 memenuhi 2 298 ± 0,003 memenuhi 0,85 ± 0,002 memenuhi 0,498 ± 0,006 memenuhi 4,25 ± 0,3 memenuhi 0,847 ± 1,198 memenuhi 0 ± 0 memenuhi 8,7 ± 2,8 memenuhi 3 316 ± 0,005 memenuhi 0,85 ± 0,003 memenuhi 0,518 ± 0,01 memenuhi 4,52 ± 0,47 memenuhi 2,34 ± 1,1 tidak memenuhi 0,79 ± 1,1 memenuhi 9,7 ± 0,42 memenuhi 4 250 ± 0,005 memenuhi 0,806 ± 0,003 memenuhi 0,449 ± 0,02 memenuhi 4,65 ± 0,4 memenuhi 0,446 ± 0,491 memenuhi 0,198 ± 0,0005 memenuhi 5,35 ± 0,35 memenuhi 5 247 ± 0,004 memenuhi 0,801 ± 0,002 memenuhi 0,401 ± 0,008 memenuhi 4,11 ± 0,31 memenuhi 0,93 ± 0,16 memenuhi 0,707 ± 0,14 memenuhi 6,5 ± 0,28 memenuhi 6 240 ± 0,001 memenuhi 0,84 ± 0,002 memenuhi 0,381 ± 0,01 memenuhi 4,55 ± 0,43 memenuhi 0,423 ± 0,003 memenuhi 0.415 ± 0,007 memenuhi 7,95 ± 0,35 memenuhi Formula Rata-rata Parameter Bobot (mg ± SD) Diameter (cm ± SD) Tebal (cm ± SD) Kekerasan (kg/cm² ± SD) Friabilitas (% ± SD) Friksibilitas (% ± SD) Waktu Hancur (menit ± SD) 1 280 ± 0,005 memenuhi 0,809 ± 0,003 memenuhi 0,45 ± 0,009 memenuhi 5,2 ± 0,44 memenuhi 0,117 ± 0 memenuhi 0,089 ± 0,06 memenuhi 8,15 ± 0,35 memenuhi 2 250 ± 0,005 memenuhi 0,823 ± 0,002 memenuhi 0,423 ± 0,01 memenuhi 5,27 ± 0,5 memenuhi 0,185 ± 0,276 memenuhi 0 ± 0 memenuhi 9,65 ± 0,21 memenuhi 3 226 ± 0,008 memenuhi 0,8225 ± 0,003 memenuhi 0,412 ± 0,006 memenuhi 4,5 ± 0,38 memenuhi 0.324 ± 0.154 memenuhi 0,219 ± 0,002 memenuhi 11,65 ± 0,49 memenuhi 4 284 ± 0,008 memenuhi 0,821 ± 0,001 memenuhi 0,48 ± 0,01 memenuhi 4,6 ± 0,4 memenuhi 0 ± 0 memenuhi 0 ± 0 memenuhi 5,7 ± 0,56 memenuhi 5 230 ± 0,008 memenuhi 0,82 ± 0,003 memenuhi 0,49 ± 0,009 memenuhi 4,9 ± 0,6 memenuhi 0 ± 0 memenuhi 0,256 ± 0,12 memenuhi 7,2 ± 0,28 memenuhi 6 272 ± 0,006 memenuhi 0,825 ± 0,002 memenuhi 0,47 ± 0,01 memenuhi 4,75 ± 0,5 memenuhi 0 ± 0 memenuhi 0 ± 0 memenuhi 8,25 ± 0,49 memenuhi Formula Rata-rata Parameter

(7)

E. Kesimpulan

1) Metode soxhlet menggunakan pengikat HPMC dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% dan CMC Na dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% semuanya memenuhi persyaratan evaluasi tablet.

2) Metode dekok menggunakan pengikat HPMC dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% dan CMC Na dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% memenuhi persyaratan evaluasi tablet yang meliputi, keseragamaan bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas, dan waktu hancur.

Tablet Metode ekstraksi soxhlet dan dekok tidak mempengaruhi terhadap kekerasan dan waktu hancur tablet mengandung ekstrak kulit kayu cangkring (Erythrina

fusca Lour.).

Daftar Pustaka

Abdassah, Rusdiana, dkk. (2007). Formulasi Tablet Pirimetamin dengan Metode

Granulasi Basah. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran – Jatinangor,

Sumedang. Farmaka Vol. 5 No. 2.

Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Penerbit ITB : Bandung.

Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, terjemahan Ibrahim dan Farida, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Backer, C.A. and Bakkuizen. (1963). Flora of Java. Wolter-Noordhoff NV. Groningen. Chaerunnisa, Anis, dkk. (2009). FARMASETIKA DASAR: Konsep Teoritis dan

Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjajaran.

Chawla AS, Krishnan TR, Jackson AH, Scalabrin. DA and Stuttgart WG. (1988). Alkaloidal constituents of Erythrina. Planta medica. 1988; 6: 526-528.

Croat, T.B. 1978. Flora of Barro Colorado Island. Stanford University Press., Stanford, CA.

Debnath, S., Kannadasan, M., Ghosh, S., Ghosh, N.S., Chakraborty, R., and Sen, S. (2010). ‘Antiepileptic Activity of the Hydroalcoholic Extract of Erythrina fusca

Lour Bark Againts The Animal Models of MES,PTX, and PTZ-Induced Epileptic

Seizure Models’. International Journal of Chemistry Research, Juni 2010, Vol. 1, No. 6-10.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Duke, J.A. (1981). The gene revolution. Paper 1. Washington: Office of Technology Assessment, Background papers for innovative biological technologies for lesser developed countries.

Farnsworth, Norman R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences. March, Vol. 55, No. 3.

Hanum F and Maesen LJG. (1997). Plant Resources of South-East Asia. Bogor: PROSEA.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari tradisi tompangan untuk saling membantu dan meringankan orang yang mau melaksanakan walimat al-‘urs, sebagaimana yang di ceritakan oleh Bapak Zubairi sebagai

RISTIAWAN SADONO, A 320 080 146, PROVING THE HOPE IN GOAL “THE DREAM BEGINS” MOVIE DIRECTED BY DANNY CANNON (2005):AN INDIVIDUAL PSYCHOLOGICAL APPROACH, JOURNAL

Dari pendidikan sikap kepemimpinan yang diberikan oleh sekolah baik di dalam maupun di luar kelas memunculkan sikap berani, disiplin, bertanggung jawab, dapat

” tujuannya untuk mengetahui mengapa kelengkapan equipment pada Kitchen memiliki peran penting dalam kelancaran pelaksanaan operasional kitchen pada hotel sudamala suites

SK INPASING INPASSING GOL... SK INPASING

Nilai yang dapat dipetik dari makna simbolis Sêkar Pralambang Jaman ini adalah orang yang memiliki pedoman dan prinsip dalam hidupnya serta selalu berpegang

TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM Pembina Utama Muda

[r]