EVALUASI UJI FISIK KUALITAS DEDAK PADI DI
KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH
SAEFUL ANSOR
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Uji Fisik Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Saeful Ansor NIM D24110052
ABSTRAK
SAEFUL ANSOR. Evaluasi Uji Fisik Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Dibimbing oleh MUHAMMAD RIDLA dan ANURAGA JAYANEGARA.
Dedak padi merupakan hasil samping dari penggilingan padi yang dapat digunakan sebagai bahan pakan. Perbedaan proses penggilingan padi akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia dedak padi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kualitas dedak padi melalui metode uji fisik dan membandingkan dengan uji kimia di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Perlakuan tersebut antara lain: P1 = Kecamatan Buluspesantren; P2 = Kecamatan Karangsambung; P3 = Kecamatan Kebumen; P4 = Kecamatan Gombong dan P5 = Kecamatan Kutowinangun. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan,dan sudut tumpukan sangat berbeda nyata (P<0.01) pada masing-masing kecamatan. Kualitas dedak padi di Kabupaten Kebumen tergolong dalam mutu II dan III. Uji sifat fisik yaitu berat jenis, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dapat membantu pendugaan sifat kimia terutama protein kasar dan serat kasar.
Kata kunci: dedak padi, Kabupaten Kebumen, penggilingan, sifat fisik
ABSTRACT
SAEFUL ANSOR. Physical Test Evaluation of Rice Bran in Kebumen District, Central Java. Supervised by MUHAMMAD RIDLA and ANURAGA JAYANEGARA.
Rice bran is a by product of rice milling industry which can be used as feedstuff. A different rice milling will influence the result of rice bran’s physical and chemical properties. The purpose of this research was to assess the nutrien content of rice bran through physical test and compared with chemical test methods in Kebumen district. The experimental design used in this study was randomized block design (RBD) with 5 treatments and 3 groups. The treatment were P1 = Buluspesantren sub districts; P2 = Karangsambung sub districts; P3 = Kebumen sub districts; P4 = Gombong sub districts and P5 = Kutowinangun sub districts. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and significant results will be continued test of Duncan. The results showed that bulk density, compacted bulk density and angel of repose had the significantly different effect (P<0.01) in each district. The quality of rice bran in Kebumen district could be classified into quality II and III. Physical test, spesific density, bulk density, and compacted bulk density can help to estimate the chemical test especially crude protein and crude fiber.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
EVALUASI UJI FISIK KUALITAS DEDAK PADI DI
KABUPATEN KEBUMEN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi: Evaluasi Uji Fisik Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen Jawa Nama NIM Tengah : Saeful Ansor : D24110052
_3L
-Dr Ir Muhammad Ridla, MAgr Pembimbing I
~..;;;:
Tanggal Lulus:
u "('
AUG
2015
Disetujui oleh / ,.. V• Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah Evaluasi Uji Fisik Kualitas Dedak Padi di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Dedak padi merupakan hasil samping dari penggilingan gabah menjadi beras yang mengandung gizi cukup tinggi. Perbedaan proses penggilingan berpengaruh terhadap kualitas dedak padi baik secara fisik maupun kimia. Metode pengujian diperlukan untuk menilai dan menetapkan mutu baik fisik maupun kimia (nutrien) suatu bahan. Metode pengujian dalam pelaksanaannya dibutuhkan secara cepat dan akurat untuk keefisienan penindakan suatu bahan ke tahap selanjutnya serta meminimalisir penumpukan bahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas dedak padi melalui metode uji fisik dan membandingkan dengan uji kimia di Kabupaten Kebumen. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakaan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.
Bogor, Agustus 2015 Saeful Ansor
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 METODE 1 Materi 2Lokasi dan Waktu 2
Prosedur 2
Rancangan dan Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Jenis dan Kondisi Mesin di Lokasi Penelitian 5
Komposisi Kimia Dedak Padi 7
Sifat Fisik Dedak Padi 7
Korelasi antar Sifat Fisik 9
Korelasi Sifat Fisik dengan Kandungan Nutrien Dedak Padi 10
SIMPULAN DAN SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR TABEL
1. Kombinasi dan jenis husker, separator serta polisher masing-masing
kecamatan 6
2. Komposisi kimia dedak padi berdasarkan persentase bahan kering 7 3. Sifat fisik dedak padi pada masing-masing kecamatan 8
4. Korelasi antar sifat fisik dedak padi 9
DAFTAR GAMBAR
1. Penampakan Fisik Dedak Padi 2
2. Vibrator Ballmil 4
3. Metode Pengukuran Sudut Tumpukan 4 4. Grafik korelasi ukuran partikel (mm) dengan protein kasar dan serat kasar (%)
11 5. Grafik korelasi berat jenis (kg l-1) dengan protein kasar dan serat kasar (%) 11 6. Grafik hubungan kerapatan tumpukan (kg l-1) dengan protein kasar dan serat kasar
(%) 12
7. Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (kg l-1) dengan serat kasar (%) 12 8. Grafik hubungan sudut tumpukan (0) dengan serat kasar (%) 13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil analisis ANOVA kerapatan tumpukan dedak padi 16 2. Hasil analisis ANOVA kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi 16 3. Hasil analisis ANOVA sudut tumpukan dedak padi 16 4. Hasil Derajat Keseragaman (Modulus of Uniformity) 16
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan karena berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan produktivitas ternak (Kepmentan 2003). Kebutuhan pakan di Indonesia meningkat 10% pada tahun 2014, yaitu menjadi 17.05 juta ton. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan konsumsi daging serta bertambahnya pabrik pakan ternak. Oleh karena itu, peningkatan ini harus diikuti dengan kecukupan produksi bahan baku serta kualitas yang terjamin secara fisik maupun kimia. Bahan baku yang sering digunakan terutama dalam industri perunggasan yakni dedak padi, pollard, jagung dan kedelai.
Dedak padi merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan luar butiran beras (perikarp dan tegmen) serta jumlah lembaga (Sukria dan Rantan 2009). Dedak padi sebagai salah satu bahan pakan yang umum digunakan untuk ternak karena menurut Aryono (2008) dedak padi memiliki kandungan minyak, vitamin, mineral dan protein yang cukup tinggi. Produksi gabah kering giling (GKG) khususnya di Kabupaten Kebumen pada tahun 2012/2013 mencapai 422 834.61 ton dengan luas panen 77 826 hektar (BPS 2013). Menurut Rachmat et al. (2004), 8-10% dari berat GKG merupakan dedak dan lembaga, sehingga dapat diperkirakan Kabupaten Kebumen dapat menghasilkan dedak padi sebesar 48 038.83 ton yang berpotensi sebagai salah satu bahan baku pakan.
Ketersediaan dedak padi yang banyak yakni pada musim panen tidak diiringi ketika musim tidak panen dan akhir musim kemarau. Selain itu, kualitas dedak padi sangat beragam baik dari tekstur, komposisi dan bau. Patiwiri (2006) menyatakan bahwa keberagaman dedak padi disebabkan oleh varietas padi, penggilingan dan pemalsuan seperti penambahan serbuk gergaji (Istikhodriah 2014), tepung tongkol jagung (Alhasanah 2014), dan tepung kulit kacang (Rosalina 2014). Proses penggilinggan padi perlu diperhatikan karena perbedaan penyetelan dan penggunaan mesin akan menghasilkan kualitas dedak padi yang beragam. Sukria dan Rantan (2009) menambahkan bahwa perbedaan proses penggilingan padi lebih berpengaruh terhadap kualitas dedak dibadingkan dengan varietas padi.
Keberagaman kualitas dedak padi akan berpengaruh terhadap perkembangan ternak serta menurunkan keefisienan penanganan bahan baku di dalam industri pakan. Penentuan bahan baku secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk menjamin kualitas bahan pakan. Uji fisik bersifat cepat (rapid test) serta biayanya murah, namun belum ada standar baku serta tingkat keakuratannya rendah. Sedangkan uji kimia menghasilkan data yang akurat akan tetapi membutuhkan waktu dan biaya lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pengujian yang memanfaatkan informasi sifat fisik dan keterkaitannya dengan sifat kimia (nutrien). Hasil uji fisik dapat lebih akurat jika didukung dengan pengujian secara kimia. Menurut Khalil (1999a), sifat fisik bahan mencakup berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan daya ambang. Kandungan kimia dedak padi dapat dilihat secara jelas di SNI (2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas dedak padi melalui metode uji fisik dan membandingkan dengan uji kimia di Kabupaten Kebumen.
2
METODE
Materi
Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu dedak padi. Pengambilan sampel dilakukan dari lima Kecamatan (Buluspesantren, Karangsambung, Kebumen, Kutowinangun, dan Gombong) Kabupaten Kebumen. Mesin yang digunakan pada penggilingan padi di Kecamatan Buluspesantren berjenis Huller merk ISEKI HC 600 A4 1100 rpm, Kecamatan Karangsambung menggunakan Huller merk Yanmar ECH60AN 1100 rpm, Kecamatan Kebumen menggunakaan Huller merk Yasuka 1100 rpm, Kecamatan Gombong menggunakan Huller merk ICHI N60 850 rpm dan Kecamatan Kutowinangun menggunakan Huller Thames Rader HC60A 1100 rpm. Peralatan yang digunakan diantaranya vibrator ball mill, timbangan digital, alat pengukur sudut tumpukan, kantong plastik ukuran 5 kg, mistar, corong plastik, gelas ukur 100 ml, sendok, pengaduk dan kuas.
Gambar 1 Penampakan Fisik Dedak Padi
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 hingga bulan Februari 2015. Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.
Prosedur
Persiapan Bahan
Dedak padi yang digunakan masing-masing kecamatan sebanyak 6 kg, dari masing-masing dedak padi diambil sebanyak 200 g perkelompok untuk dikomposit guna analisis proksimat dan sisanya digunakan untuk uji fisik.
3
Analisis Proksimat (Metode AOAC 2005)
Dedak padi yang diperoleh dari beberapa penggilingan berdasarkan kecamatan tersebut dianalisis proksimat. Dedak padi dari tiga kali pengambilan dikomposit masing-masing sebanyak 200 g. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar dalam satuan persen (%).
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan tumpukkan diukur dengan mencurahkan bahan sebanyak 10 g ke dalam gelas ukur 100 mL, kemudian volumenya diukur untuk mengetahui besarnya kerapatan tumpukan. Pencurahan bahan menggunakan corong. Perhitungan kerapatan tumpukan menggunakan persamaan Khalil (1999a) dengan satuan yang dimodifikasi dari kg m-3 menjadi g L-1 :
Kerapatan tumpukan = bobot bahan (g) volume yang ditempati (L)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Kerapatan pemadatan tumpukan diukur dengan memasukkan sampel secara curah dengan bobot 10 g ke dalam gelas ukur 100 ml. Pencurahan bahan dibantu dengan corong plastik dan dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur secara manual sampai volume tidak berubah lagi. Volume diukur setelah dilakukan pemadatan. Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat tergantung pada intensitas proses pemadatan, sedangkan volume yang dibaca merupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggoyangan. Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan persamaan Khalil (1999a):
Kerapatan pemadatan tumpukan = bobot bahan (g)
volume ruang setelah dipadatkan (L)
Berat Jenis
Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip hukum Archimedes, yaitu dengan melihat perubahan volume aquades pada gelas ukur 100 ml setelah memasukkan bahan-bahan yang massanya 10 g ke dalam gelas ukur 100 ml yang berisi aquades 70 ml, kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat jalannya udara antar partikel bahan selama pengukuran. Perubahan volume aquades merupakan volume bahan sesungguhnya. Perhitungan berat jenis menggunakan persamaan Khalil (1999a) dengan satuan yang dimodifikasi dari g mL-1 menjadi kg L-1:
Berat jenis = bobot bahan (kg)
perubahan volume aquades (L)
Ukuran Partikel
Ukuran partikel diukur dengan menggunakan teknik yang digunakan dalam menentukan derajat kehalusan (Modulus of Finenes), derajat keseragaman (Modulus of Uniformity) dan ukuran partikel suatu bahan yaitu menggunakan vibrator ball mill nomor sieve 4, 8, 16, 30, 50, 100, dan 400. Bahan ditimbang
4
sebanyak 500 g lalu diletakkan pada sieve teratas lalu dilakukan penyaringan bahan yang tertinggal pada tiap ayakan dengan cara digetarkan. Derajat kehalusan (Modulus of Finenes/MF) bahan diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara persentase bahan yang tertinggal di sieve dengan nomor perjanjian/nomor sieve, sesuai dengan persamaan menurut Khalil (1999a):
Gambar 2 Vibrator Ballmil Derajat Kehalusan (Modulus of Finenes)
MF =∑(%bahan tertinggal pada tiap mesh x No perjanjian) 100
Ukuran partikel rata-rata
= 0.0041 x 2MF x 2.54 cm x 10 mm Derajat Keseragaman (Modulus of Uniformity)
MU= ∑(%bahan sive no 7+6+5)
100 ∶ ∑(%bahan sieve no 4+3) 100 ∶ ∑(% bahan sive no 2+1+0) 100 Sudut Tumpukan
Sudut tumpukan diukur dengan cara menjatuhkan bahan sebanyak 500 g pada ketinggian 15 cm menggunakan corong pada bidang datar. Sudut tumpukan bahan diketahui dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t) tumpukan. Sudut tumpukan dinyatakan dalam satuan derajat (°). Perhitungan sudut tumpukan diperoleh dengan persamaan Khalil (1999a):
5 Untuk menghitung besarnya nilai sudut tumpukan dihitung dengan rumus sebagai berikut: tgα = t 0.5 x d Keterangan : t = tinggi (cm) d = diameter (cm)
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Lokasi pengambilan sampel digunakan sebagai perlakuan, yaitu: P1 = Kecamatan Buluspesantren P2 = Kecamatan Karangsambung P3 = Kecamatan Kebumen P4 = Kecamatan Gombong P5 = Kecamatan Kutowinangun Rancangan
Rancangan yang digunakan untuk sifat fisik ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil sifat fisik dianalisis secara deskriptif. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij= μ + τi + βj + εij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j µ : Rataan umum
Ʈi : Efek perlakuan ke-i Βj : Pengaruh kelompok ke-j
ɛij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i : Banyak perlakuan
j : Banyak ulangan
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini, yaitu: 1. Kandungan nutrien (%)
2. Kerapatan tumpukan (g L-1)
3. Kerapatan pemadatan tumpukan (g L-1) 4. Berat jenis (kg L-1)
5. Ukuran partikel (mm) 6. Sudut tumpukan (0)
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Kondisi Mesin di Lokasi Penelitian
Varietas padi di Kabupaten Kebumen cukup beragam, diantaranya melati, IR 64, ciherang, galur dan lainnya. Adanya keberagamanan varietas padi menyebabkan kualitas akhir dari penggilingan padi juga beragam. Selain varietas padi, Patiwiri (2006) menambahkan bahwa keberagaman tersebut juga disebabkan oleh sistem penggilingan padi yang dipakai. Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian dari beberapa mesin yang berfungsi untuk mengupas kulit gabah (sekam), memisahkan gabah yang belum terkupas, melepaskan lapisan bekatul dan memoles beras. Penggunaan rangkaian mesin di beberapa penggilingan padi pada masing-masing kecamatan berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh faktor kebutuhan dan keterbatasan modal pemiliknya. Perbedaan jenis dan proses penggilingan padi di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kombinasi dan jenis husker, separator serta polisher masing-masing kecamatan
Perlakuan
Jenis Mesin Kapasitas
Produksi ton/hari Husker Separator Polisher
P1 ISEKI HC 600 A4 1100 rpm (2 unit) Thames Kubota RD160H 850 rpm (2 kali) 4 P2 Yanmar ECH60AN 1100 rpm (1 unit) ICHI ICHI N70 750 rpm (1 kali) 4 P3 Yasuka 1100 rpm (2 unit) Satake ICHI N70 750 rpm (2 kali) 4 P4 ICHI N60 1100 rpm (2 unit) ICHI ICHI N70 750 rpm (2 kali) 4-5 P5 Thames Rader HC60A 1100 rpm (2 unit) Satake ICHI N60 850 rpm (1 kali) 4
P1= Kec. Buluspesantren; P2= Kec. Karangsambung; P3= Kec. Kebumen; P4= Kec.Gombong; P5= Kec. Kutowinangun
Di Indonesia, proses penggilingan padi secara komersil dilakukan secara satu tahap dengan hasil sampingan dedak dan bekatul tercampur menjadi satu yang tetap diistilahkan dengan dedak. Dedak dan bekatul merupakan hasil samping yang diperoleh dari lapisan luar beras pecah kulit pada proses penyosohan (polisher), semakin banyak penyosohan jumlah dedak halus yang diperoleh akan semakin meningkat dan kualitas beras menjadi lebih putih (Astawan dan Andi 2010). Selain itu, kualitas beras dan dedak padi juga disebabkan oleh penyetelan mesin seperti penyetelan karet, jarak antar roll, dan lain-lain.
Proses penyosohan padi di lima kecamatan berbeda-beda, dimana penggilingan padi P1, P3 dan P4 melakukan penyosohan dua kali (multi pass), sedangkan P2 dan P5 melakukan penyosohan satu kali (one pass), hal ini tergantung
7 pada kualitas beras sosoh yang diinginkan. Sistem penggilingan padi di Kabupaten Kebumen tergolong dalam tipe Rice Milling Unit (RMU) menurut Patiwiri (2006) karena terdapat empat proses yaitu proses pembersihan gabah, pecah kulit, pemisahan gabah dengan beras pecah kulit dan pemutihan pecah kulit. Meskipun peralatan mesin yang digunakan dikategorikan lengkap, namun kondisi tersebut masih sederhana.
Komposisi Kimia Dedak Padi
Nutrien dedak padi yang berkualitas baik yaitu protein kasar 9%-12%, pati 15%-35%, lemak 8%-12%, serta serat kasar 8%-11% (Sukria dan Rantan 2009) Namun, kandungan nutrien dedak padi di lapang sangat beragam karena perbedaan proses penggilingan. Hasil analisis proksimat dedak padi masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi kimia dedak padi berdasarkan persentase bahan kering. Kandungan
Nutrien (%) BK
Dedak padi penelitiana SNI dedak padib
P1 P2 P3 P4 P5 Mutu I Mutu II Mutu III PK 10.17 9.15 10.07 10.12 9.32 Min 11 Min 10 Min 8 SK 13.80 16.15 13.87 13.89 15.97 Maks 11 Maks 14 Maks 16 LK 3.05 4.26 4.18 3.35 3.91 Maks 11 Maks 20 Maks 20 Abu 13.27 16.80 13.04 13.59 16.49 Maks 11 Maks 13 Maks 15 BETN 59.72 53.63 58.84 59.04 50.30 40 31 29
aHasil analisis proksimat Lab. PBMT Fapet, IPB; bSNI (2001); SNI: standar nasional indonesia, PK:
protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; P1= Kec. Buluspesantren; P2= Kec. Karangsambung; P3= Kec. Kebumen; P4= Kec.Gombong; P5= Kec. Kutowinangun
Hasil menunjukkan bahwa dedak padi P1, P3, dan P4 termasuk ke dalam dedak padi mutu II, sedangkan dedak padi P2 dan P5 termasuk ke dalam dedak padi mutu III (SNI 2001) dan tidak ditemukan dedak padi dengan mutu I. Dedak padi P1, P3, dan P4 memiliki kandungan protein kasar dan BETN lebih tinggi serta kandungan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan dedak P2 dan P5, hal ini menunjukkan kualitas yang lebih baik dimana proporsi dedak murni lebih banyak dibandingkan sekam. Sukria dan Rantan (2009) menyatakan bahwa letak protein dan lemak yang tinggi terpusat pada bagian aleuron yaitu pada dedak murni. Lebih lanjut, Hidayati (2006) menambahkan berdasarkan analisis proksimat dedak murni memiliki kandungan protein kasar dan BETN yang tinggi.
Kualitas dedak padi tergantung atas proporsi komponen penyusunnya yaitu dedak murni, sekam dan butiran beras (Hidayati 2006). Peningkatan derajat penggilingan (penyosohan) akan menambah jumlah dedak murni yang dihasilkan, sehingga kandungan protein dan lemaknya makin tinggi dan kandungan serat makin menurun sedangkan kandungan abu tetap. Proporsi dedak murni yang tinggi serta sedikit terkontaminasi sekam menunjukkan standar penggilingan padi yang tinggi,
8
yaitu sempurna dalam memisahkan kulit gabah dari butiran beras, beras sosoh terbebas dari bekatul dan lembaga serta mesin giling yang digunakan lebih rapi.
Sifat Fisik Dedak Padi
Sifat fisik merupakan salah satu faktor yang penting diketahui karena sifat dasar dari suatu bahan yang mencakup aspek yang sangat luas. Pengujian sifat fisik terdiri atas ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan. Sifat fisik dedak padi di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil ukuran partikel dan berat jenis dedak padi menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan dedak padi sangat berbeda nyata (P<0.01) pada masing-masing kecamatan.
Tabel 3 Sifat fisik dedak padi pada masing-masing kecamatan
Parameter Perlakuan
P1 P2 P3 P4 P5
UP (mm) 0.81±0.09 1.00±0.10 0.85±0.06 0.84±0.19 0.97±0.05
BJ (kg L-1) 1.25±0.00 1.23±0.02 1.25±0.00 1.25±0.00 1.22±0.02
KT (g L-1) 275.43±1.02a 239.12±10.32b 274.12±18.60a 275.21±2.49a 242.06±21.78b
KPT (g L-1) 432.56±2.86a 395.02±12.33b 429.13±32.57a 432.20±7.12a 397.44±24.08b
ST (0) 44.51±0.62a 43.49±0.39b 44.41±1.31a 44.44±0.92a 42.37±1.09b
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01); UP = ukuran partikel, BJ = berat jenis, KT = kerapatan tumpukan, KPT = kerapatan pemadatan tumpukan, ST = sudut tumpukan; P1= Kec. Buluspesantren; P2= Kec. Karangsambung; P3= Kec. Kebumen; P4= Kec.Gombong; P5= Kec. Kutowinangun
Nilai ukuran partikel tidak berbeda nyata pada masing-masing kecamatan, hal ini menunjukkan bahwa ukuran partikel seragam. Keseragaman antar sampel nilai ukuran partikel akan meminimalisir pengaruh terhadap sifat fisik lain dan mempermudah dalam pengujian sifat fisik tersebut. Hal lain yang berpengaruh terhadap sifat fisik yaitu komposisi dan kandungan nutrien pakan. Nilai ukuran partikel berdasarkan perhitungan derajat keseragaman (Modulus of Uniformity) dedak padi penelitian termasuk dalam kategori sedang. Fasina and Sokhansaj (1993) menyatakan bahwa ukuran partikel suatu bahan dapat dikategorikan halus apabila ukuran partikelnya 0.10 – 0.78 mm, kategori sedang apabila ukuran partikelnya lebih besar 0.78 – 1.79 mm dan kategori kasar apabila ukuran partikelnya lebih besar dari 1.79 – 13.33 mm.
Berdasarkan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kerapatan tumpukan dedak padi P1, P3 dan P4 lebih baik dibandingkan dedak padi P2 dan P5. Meskipun ukuran partikel seragam, akan tetapi komposisi penyusunnya berbeda. Dedak padi P1, P3 dan P4 mengandung dedak murni lebih banyak sehingga bersifat mudah memadat dan menyebabkan nilai kerapatan tumpukan tinggi, berbeda dengan dedak padi P2 dan P5 yang memiliki kandungan sekam lebih banyak sehingga bersifat voluminus. Begitu juga dengan kerapatan pemadatan tumpukan, dedak padi P1, P3 dan P4 lebih baik dari dedak padi P2 dan P5 karena pada dasarnya kerapatan
9 tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan adalah sama yang membedakan hanya proses pemadatan pada kerapatan pemadatan tumpukan. Proporsi dedak murni yang tinggi juga menyebebakan dedak padi tidak bergerak bebas, sehingga sudut tumpukan dedak padi P1, P3 dan P4 lebih tinggi dari dedak padi P2 dan P5. Dedak padi P1, P3 dan P4 memiliki kualitas lebih baik dibandingkan P2 dan P5. Hal ini sejalan dengan kandungan nutrien yang menunjukkan bahwa dedak padi P1, P3, dan P4 memiliki kandungan protein kasar dan BETN lebih tinggi serta kandungan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan dedak P2 dan P5 (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan bahwa penggilingan di ketiga tempat tersebut lebih baik dalam penyetelan dan kelengkapan mesin, sempurna dalam memisahkan kulit gabah dari butiran beras serta dilakukannya dua kali penyosohan (multi pass) pada mesin penyosoh. Sehingga dedak murni lebih banyak mengandung perikarp, tegmen, aleuron dan lapisan luar dari kulit biji beras serta sedikit terkontaminasi sekam. Menurut Patiwiri (2006), penggilingan padi berstandar tinggi minimal melalui 4 proses utama, yaitu pembersihan gabah, pecah kulit, pemisahan gabah dengan beras pecah kulit, dan pemutihan beras pecah kulit secara berulang 2-4 kali serta dilengkapi peralatan tambahan seperti pemisah menir (sifter), pengelompokan kualitas beras (grader) dan penampungan bekatul.
Korelasi antar Sifat Fisik Dedak Padi
Sifat fisik merupakan karakter yang khas dari suatu bahan. Nilai sifat fisik dapat mempengaruhi nilai sifat fisik lainnya dalam satu bahan (Khalil 1999a). Ke-lima parameter uji fisik dedak padi saling berkorelasi satu sama lain. Korelasi antar sifat fisik dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Korelasi antar sifat fisik dedak padi
Parameter UP BJ KT KPT ST UP 1 -0.220 -0.498 -0.449 -0.343 BJ - 1 0.849** 0.842** 0.757** KT - - 1 0.933** 0.848** KPT - - - 1 0.878** ST - - - - 1
** sangat nyata; UP = ukuran partikel, BJ = berat jenis, KT = kerapatan tumpukan, KPT = kerapatan pemadatan tumpukan, ST = sudut tumpukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisik lainnya dikarenakan ukuran partikel antar sampel seragam. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa perbedaan ukuran partikel berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan (Khalil 1999a), sudut tumpukan dan berat jenis (Khalil 1999b). Berat jenis (spesific density) berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan. Semakin tinggi berat jenis maka semakin tinggi pula kerapatan tumpukan (Khalil 1999a), kerapatan pemadatan tumpukan (Gauthama 1998), serta sudut tumpukan (Geldart et al. 1990).
10
Kerapatan tumpukan berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan. Peningkaatan kerapatan tumpukan juga akan diiringi oleh kerapatan pemadatan tumpukan. Semakin tinggi kerapatan tumpukan maka semakin tinggi pula kerapatan pemadatan tumpukan (Khalil 1999a) dan sudut tumpukan, dikarenakan metode pengukuran yang digunakan hampir sama dengan kerapatan pemadatan tumpukan, hanya berbeda dalam proses pemadatan. Kerapatan pemadatan tumpukan berpengaruh sangat nyata terhadap sudut tumpukan. Semakin tinggi kerapatan tumpukan maka semakin tinggi pula sudut tumpukan yang dihasilkan (Khalil 1999b).
Korelasi Sifat Fisik dengan Kandungan Nutrien Dedak Padi
Proses penggilingan dan varietas padi berpengaruh terhadap kualitas fisik dan kimia (nutrien) dedak padi. Sifat fisik dan kimia terdapat korelasi satu sama lain. Korelasi antara sifat fisik dan kimia (nutrien) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Korelasi antar sifat fisik dan kandungan nutrien
KA PK SK LK Abu BETN UP -0.674 -0.994** 0.986** 0.715 0.974* -0.997** BJ 0.414 0.928* -0.953* -0.508 -0.946* 0.938* KT 0.541 0.997** -1.000** -0.617 -0.992** 0.995** KPT 0.527 0.985** -0.984** -0.661 -0.964** 0.981** ST 0.357 0.844 -0.880* -0.455 -0.870 0.863
*= nyata;**= sangat nyata; KA = kadar air, UP = ukuran partikel, BJ = berat jenis, KT = kerapatan tumpukan, KPT = kerapatan pemadatan tumpukan, ST = sudut tumpukan; PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen
Hasil menunjukkan bahwa sifat fisik secara keseluruhan berpengaruh terhadap protein kasar, serat kasar, abu dan BETN. Hasil ini disebabkan oleh ketiga proporsi penyusun dedak padi yaitu dedak murni, butiran beras dan sekam seimbang jumlahnya. Dedak murni terutama bagian aleuron merupakan pusat dari protein, sedangkan sebagian sekam terdiri atas palea, lemma dan glumme yang mengandung serat kasar cukup tinggi. Sukria dan Rantan (2009) menyatakan, dedak murni mengandung protein yang cukup tinggi terutama bagian aleuron sementara itu, butiran beras (endosperm) lebih banyak mengandung karbohidrat. Hidayati (2006) menambahkan bahwa berdasarkan analisis proksimat sekam memiliki kandungan serat kasar paling tinggi dari komponen dedak padi yang lain yaitu sebesar 43.56%. Keberadaan sekam dalam dedak padi yang cukup besar dapat menurunkan nilai nutrien dan komposisi dedak tersebut karena sekam bersifat abrasif, keras, berkayu, amba, memiliki kandungan nutrien rendah dan tinggi akan asam fitat.
Ukuran partikel berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap protein kasar dan serat kasar. Ukuran partikel memiliki korelasi negatif terhadap protein kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.994), dimana semakin tinggi ukuran partikel akan menurunkan kadar protein kasar. Sementara itu, ukuran partikel berkorelasi positif terhadap serat kasar dengan tinggkat keeratan (r = 0.986), semakin tinggi ukuran partikel diiringi dengan peningkatan kadar serat kasar. Berdasarkan uji lanjut
11 menunjukkan bahwa ukuran partikel dedak padi masing-masing kecamatan tidak berbeda nyata. Akan tetapi, komponen dedak padi seperti dedak murni, sekam dan butiran beras diduga lebih berpengaruh terhadap hasil uji fisik dibandingkan dengan ukuran partikel bahan. Hubungan keeratan antara ukuran partikel dengan protein kasar dan serat kasar dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik korelasi ukuran partikel (mm) dengan protein kasar dan serat kasar (%)
Berat jenis berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap protein kasar dan serat kasar. Berat jenis memiliki korelasi positif terhadap protein kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.953), dimana kenaikan nilai berat jenis diiringi oleh kenaikan kadar protein kasar. Berat jenis berkorelasi negatif terhadap serat kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.927), dimana kenaikan nilai berat jenis maka kadar serat kasar menurun. Hubungan keeratan antara berat jenis dengan protein kasar dan serat kasar dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Grafik korelasi berat jenis (kg L-1) dengan protein kasar dan serat kasar (%)
Menurut Amrullah (2003) berat jenis akan meningkatkan jumlah ransum yang dapat ditampung dalam tembolok per satuan waktu. Di dalam dunia industri pakan, berat jenis juga sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses
12
penakaran secara otomatis seperti proses pengemasan dan proses pengeluaran bahan dari silo untuk dicampur.
Kerapatan tumpukan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap protein kasar dan serat kasar. Kerapatan tumpukan memiliki korelasi positif terhadap protein kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.996), setiap peningkatan nilai kerapatan tumpukan akan diiringi peningkatan kadar protein kasar, serta berkorelasi negatif terhadap serat kasar dengan tinggkat keeratan (r = 0.999) dimana setiap peningkatan kerapatan tumpukan akan menurunkan kadar serat kasar. Hubungan keeratan antara kerapatan tumpukan dengan protein kasar dan serat kasar dapat dilihat pada Gambar 6. Keambaan merupakan salah satu sifat fisik yang umumnya dimiliki oleh pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi.
Gambar 6 Grafik hubungan kerapatan tumpukan (kg L-1) dengan protein kasar dan serat kasar (%)
Gambar 7 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (kg L-1) dengan protein kasar dan serat kasar (%)
Kerapatan pemadatan tumpukan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap protein kasar dan serat kasar. Kerapatan pemadatan tumpukan memiliki korelasi positif terhadap protein kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.996), semakin meningkat nilai kerapatan pemadatan tumpukan maka akan diiringi peningkatan kadar protein kasar, serta berkorelasi negatif terhadap serat kasar dengan tingkat
13 keeratan (r = 0.999) dimana semakin tinggi kerapatan pemadatan tumpukan maka kadar serat kasar menurun. Hubungan keeratan antara kerapatan pemadatan tumpukan dengan protein kasar dan serat kasar dapat dilihat pada Gambar 7. Irawan (2006) menyatakan, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan memegang peranan penting dalam menghitung volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat tertentu seperti proses pengisian silo, alat pencampur dan elevator.
Sudut tumpukan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap serat kasar. Sudut tumpukan memiliki korelasi negatif terhadap serat kasar dengan tingkat keeratan (r = 0.879). Hubungan keeratan antara sudut tumpukan dan serat kasar dapat dilihat pada Gambar 8. Semakin tinggi nilai sudut tumpukan maka kadar serat kasar menurun. Nilai sudut tumpukan berperan dalam mendesain corong pemasukan atau corong pengeluaran, misalnya pada silo. Fasina dan Sokhansanj (1993) menambahkan bahwa sudut tumpukan berpengaruh terhadap laju alir suatu bahan, yaitu pada saat pengangkutan dan pembongkaran dengan menggunakan traktor maupun konveyor.
Gambar 8 Grafik hubungan sudut tumpukan (0) dengan serat kasar (%) Sifat fisik merupakan sifat dasar dari suatu bahan yang mencakup aspek yang sangat luas, pemahaman tentang sifat fisik bahan pakan dapat diaplikasikan terhadap pabrik pakan yaitu dalam memperhitungkan kapasitas dan mendesain sistem penyimpanan. Muchtadi dan Sugiyono (1989) menambahkan pengetahuan tentang sifat fisik digunakan juga untuk menentukan keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kualitas dedak padi di Kabupaten Kebumen tergolong dalam mutu II dan III, tidak ditemukan dedak padi dengan mutu I. Uji sifat fisik yaitu berat jenis, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dapat membantu pendugaan sifat kimia terutama protein kasar dan serat kasar.
14
Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai sifat fisik seperti ukuran partikel, berat jenis , kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan dedak padi yang berstandar SNI mutu I, mutu II, dan mutu III. Dengan adanya data tersebut, akan mempermudah menentukan kualitas dedak padi di suatu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Alhasanah NS. 2014. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Tepung Tongkol Jagung menggunakan Uji Fisik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunung Budi. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemists.
Aryono. 2008. Pengaruh perbedaan proses kerja huller terhadap sifat fisik dedak padi di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Astawan M, Andi EF. 2010. Potensi Dedak dan Bekatul beras sebagai Ingredient Pangan dan Produk Pangan Fungsional. Jurnal Ilmu Pangan 19(1): 16-18. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik.
Fasina OO, Sokhansaj. 1993. Effect of moisture content on bulk handling properties of alfalfa pellets. J. Canad. Agric. Engine 35(4): 269-273.
Gauthama P. 1998. Sifat fisik pakan lokal sumber energi, hijauan dan mineral pada kandungan air dan ukuran partikel yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Geldart DM, Mallet F, Rolfe N. 1990. Assesing the flowability of powder using angle of repose powder. Handling and Processing 2(4): 341 - 345.
Hidayati H. 2006. Karakteristik Standar Mikroskopis Bahan Pakan Sumber Energi (Jagung Giling, Dedak Padi dan Pollard) sebagai Metode Alternatif Pengujian Kualitas Bahan Pakan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Irawan H. 2006. Karakteristik sifat fisik jagung, dedak padi dan pollard [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Istikhodriah YD. 2014. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk Gergaji menggunakan Uji Fisik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis. Media Peternakan 22(1): 1-11.
Khalil, 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis. Media Peternakan 22(1); 33-42.
15 [Kepmentan] Keputusan Menteri Pertanian. 2003. Pedoman pengawasan mutu
pakan No. 241/Kpts/OT.210/4/2003. Jakarta (ID): Menteri Pertanian. Muchtadi RT, Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan. Petunjuk Laboratorium
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Patiwiri AW. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. PT. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Rachmat R, Nugraha S, Sudaryono, Lubis S, Hadipernata M. 2004. Agroindustri Padi Terpadu. Bogor (ID): Laporan Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Rosalina A. 2014. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Tepung Kulit Kacang Tanah menggunakan Uji Fisik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saunders RM. 1985. Rice Bran: Compisition and Potential Food Sources. Food Review International 1(3):465-495
Standar Nasional Indonesia. 2001. Dedak padi / Bahan Baku Pakan No 01-3178-1996. Jakarta (ID): Dewan Standardisasi Nasional Indonesia.
Sukria HA, Rantan K. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press
16
Lampiran 1 ANOVA kerapatan tumpukan dedak padi
SK db JK KT Fhit Sig.
Perlakuan 4 4257.714 1064.428 7.459 0.008
Kelompok 2 726.497 362.249 2.545 0.139
Error 8 1141.643 142.705 - -
Total 15 1029408.201 - - -
SK: Sumber Keterangan, db: Derajat Bebas, JK: Jumlah Kuadrat, KT: Kuadrat Tengah, F: nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data
Lampiran 2 ANOVA kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi
SK Db JK KT Fhit Sig.
Perlakuan 4 5125.941 1281.485 4.542 0.033
Kelompok 2 1546.567 773.283 2.741 0.124
Error 8 2257.317 282.165 - -
Total 15 2636657.878 - - -
Lampiran 3 ANOVA sudut tumpukan dedak padi
SK db JK KT Fhit Sig.
Perlakuan 4 10.316 2.579 3.866 0.049
Kelompok 2 3.318 1.659 2.487 0.145
Error 8 5.337 0.667 - -
Total 15 28855.169 - - -
Lampiran 4 Derajat Keseragaman (Modulus of Uniformity)
MU = ∑(% bahan sieve no.7 + 6 + 5) ∑(% bahan sieve no.4 + 3) ∑(% bahan sieve no.2 + 1+ 0)
--- : --- : --- 10 10 10 Contoh Perhitungan:
Dedak Padi P1 (Kecamatan Buluspesantren)
MU = ∑(0 + 0.508 + 29.1317) ∑(114.5874 + 123.8743) ∑(26.6940 + 0 + 0) --- : --- : --- 10 10 10
2.96% : 23.85% : 2.67% (Kasar) (Sedang) (Kasar)
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Kebumen, Jawa tengah pada tanggal 22 Juli 1993 dari pasangan Bapak Mukhlisudin (Alm) dan Ibu Wartini, yang merupakan putra ke-enam dari enam bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di MI Ma’arif Kemangguan pada tahun 1999-2005. Pendidikan dilanjutkan di SMP Negeri 7 Kebumen pada tahun 2005-2008 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Kebumen pada tahun 2008-2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Tulis dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) FORKOMA Kebumen di IPB. Penulis juga mengikuti beberapa organisasi di Fakultas diantaranya sebagai Anggota Departemen Politik Kajian dan Strategi (POLKASTRA) Badan Eksekutif Mahasiswa Peternakan (BEM-D) periode 2012-2013, Ketua Perkusi Mahasiswa Peternakan (D’ Ransum Percussion) periode 2012-2014, serta salah satu pemilik usaha “Susu Mbok Darmi” dari 2013 - sekarang. Penulis juga aktif dalam beberapa acara kepanitiaan seperti Masa Perkenalan Fakultas Peternakan, Malam Keakraban INTP, Dekan Cup, dll. Bulan Juli-Agustus 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kabupaten Purwakarta. Penulis juga mendapatkan beasiswa BIDIKMISI selama 4 tahun (2011-2015).
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana peternakan dari program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan Salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Muhammad Ridla, MAgr dan Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melakukan penelitian hingga penulisan skripsi ini. Dr Ir Heri Ahmad Sukria, MSc, Agr dan Dr Rudi Afnan, SPt MSc Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukkan pada penulis. Serta kepada Ibu dan Bapak yang senantiasa berdoa, memberikan semangat dan mencurahkan kasih sayang kepada penulis.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan biaya penuh selama perkuliahan hingga penelitian. Kepada rekan penelitian, R. Hana Nurfitriani Adjie serta rekan satu pembimbing Sari Putri Dewi, S.Pt, M.Si, terima kasih atas bantuan dan kerja sama kepada penulis.
Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Mukhlisudin (Alm)) dan Ibunda
18
(Wartini) yang telah memberikan kasih sayangnya yang tulus, kakak penulis (Umi, Munir, Atun, Mumfasiroh, Rofi), keluarga Bapak Mulyono dan keluarga besar Nenek Rohyati yang telah membantu dalam berbagai hal baik berupa finansial dan motivasi pada penulis. Di samping itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanakan, kepada keluarga INTP 48 (DESOLATOR), Dransum Percussion dan FORKOMA Kebumen, penghuni “Kobel” terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya. Kepada sahabat TPB (Eka Jatmika, Fandes, Pringgo K), partner usaha “Susu Mbok Darmi” (Dhony P dan A. Muzrini), sahabat revisian (Bia R, Nolin E, Lili A, Yuli P dan Intan P) terima kasih atas motivasi dan revisiannya. Serta Ega Rezky H yang setia mendampingi dan membantu penulis sampai menyelesikan skripsi ini.