JURNAL SKRIPSI GEOFISIKA
Aplikasi Metode Seismik Refraksi Untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Penutup
(Overburden) Lapangan Panasbumi Panggo Kabupaten Sinjai
Rhamadhana Sultan
Program Studi Geofisika Universitas Hasanuddin
Sari Bacaan
Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode seismik refraksi di daerah panasbumi Panggo Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan yang memiliki struktur geologi berupa sesar normal Panggo. Hasil pemodelan
tomography berdasarkan profil kecepatan gelombang
primer (Vp). diperoleh dua lapisan bawah permukaan di daerah penelitian yaitu lapisan pertama tersus tanah/pasir dan endapan lempung/lempung yang berfungsi lapisan overburden. Lapisan kedua tersusun dari pasir dan kerikil yang dekat dengan permukaan berfungsi sebagai lapisan pembawa air atau lapisan akuifer
Kata kunci: Seismik refraksi, Sinjai,
overburden, akuifer, ketebalan.
Pendahuluan
Struktur geologi ditemukan di daerah panas bumi Kampala, Sinjai terdiri dari struktur sesar dan kekar. Struktur sesar dicirikan oleh adanya deretan mata air panas salah satunya yang menjadi daerah penelitian yaitu mata
Panggo dengan adanya sesar normal Panggo yang berarah timurlaut – baratdaya (NE-SW) dimana blok sesar bagian baratlaut relatif bergerak turun (Gambar 1
memotong batuan sedimen dan retas basalt (Andri Eko dkk, 2007).
Gambar 1 Peta Geologi Lembar Ujungpandang,
Bantaeng, dan Sinjai (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007)
Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik yang menjalar melalui bumi. Dengan bumi sebagai
Aplikasi Metode Seismik Refraksi Untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Penutup
) Lapangan Panasbumi Panggo Kabupaten Sinjai
Rhamadhana Sultan1, Lantu2, Sabrianto Aswad3, Hasanuddin4 Program Studi Geofisika Universitas Hasanuddin
Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode seismik refraksi di daerah panasbumi Panggo Kabupaten memiliki struktur geologi berupa sesar normal Panggo. Hasil pemodelan refraction berdasarkan profil kecepatan gelombang primer (Vp). diperoleh dua lapisan bawah permukaan di daerah penelitian yaitu lapisan pertama tersusun dari lempung/lempung yang berfungsi . Lapisan kedua tersusun dari pasir dan kerikil yang dekat dengan permukaan berfungsi sebagai
Sinjai, tomography,
Struktur geologi ditemukan di daerah panas bumi Kampala, Sinjai terdiri dari struktur sesar dan kekar. Struktur sesar dicirikan oleh adanya deretan mata air panas salah satunya yang menjadi daerah penelitian yaitu mata air panas Panggo dengan adanya sesar normal Panggo yang berarah SW) dimana blok sesar bagian Gambar 1) Sesar ini memotong batuan sedimen dan retas basalt (Andri Eko dkk,
Peta Geologi Lembar Ujungpandang,
Pusat Sumber Daya Geologi, 2007) Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik yang menjalar melalui bumi. Dengan bumi sebagai
medium maka perambatan gelombang ini akan bergantung kepada elastisitas dari batuan yang dilaluinya.
Teori elastisitas berhubungan dengan penerapan gaya (stress) dan perubahan ukuran dan bentuk (
penerapan gaya tersebut. Hubungan gaya eksternal yang dikenakan pada bahan dan perubahan bentuk dan ukuran yang terjadi di rumuskan dalam konsep
(Telford dkk, 1990).
Dasar-dasar teoritis dari gerak gelombang seismik secara fisis dibahas berdasarkan teori elastisitas. Dengan teori ini kita dapat menemukan bahwa akan ada gelombang longiditunal (P) dan gelombang transversal (S) dari gangguan seismik di dalam suatu medium. Kecepatan gelombang P dan gelombang S didefinisikan sebagai berikut : Kecepatan gelombang P ( ) = Kecepatan gelombang S ( ) = Dimana : λ : Parameter Lame μ : Modulus Rigiditas ρ : Densitas Medium k : Modulus Bulk
Berbeda dengan kecepatan gelombang P, kecepatan gelombang S hanya bergantung kepada modulus rigiditas dan densitas.
Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi. Bumi sebagai medium gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang antar satu lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda. Ketidak-kontinuan sifat medium ini menyebabkan gelombang seismik yang merambatkan sebagian energiny dan akan dipantulkan serta sebagian energi lainnya akan diteruskan ke medium bawahnya. (Telford dkk, 1990). Hal-hal yang menjadi dasar pada pemantulan dan pembiasan gelombang adalah :
1. Azas Fermat
Asas ini dikemukakan oleh Pierre de Fermat (1601 1665), seorang Matematikawan Perancis. Fermat menyatakan bahwa gelombang menjalar dari suatu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu penjalarannya.
Aplikasi Metode Seismik Refraksi Untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Penutup
medium maka perambatan gelombang ini akan bergantung lastisitas dari batuan yang dilaluinya.
Teori elastisitas berhubungan dengan penerapan gaya ) dan perubahan ukuran dan bentuk (strain) dari penerapan gaya tersebut. Hubungan gaya eksternal yang dikenakan pada bahan dan perubahan bentuk dan ukuran ng terjadi di rumuskan dalam konsep stress dan strain
dasar teoritis dari gerak gelombang seismik secara fisis dibahas berdasarkan teori elastisitas. Dengan teori ini kita dapat menemukan bahwa akan ada gelombang dan gelombang transversal (S) dari gangguan seismik di dalam suatu medium. Kecepatan gelombang P dan gelombang S didefinisikan sebagai
/
=
/
/
Berbeda dengan kecepatan gelombang P, kecepatan gelombang S hanya bergantung kepada modulus rigiditas Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang bumi. Bumi sebagai medium gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang antar satu lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda. kontinuan sifat medium ini menyebabkan gelombang seismik yang merambatkan sebagian energinya dan akan dipantulkan serta sebagian energi lainnya akan diteruskan ke medium bawahnya. (Telford dkk, 1990).
hal yang menjadi dasar pada pemantulan dan
Asas ini dikemukakan oleh Pierre de Fermat (1601-orang Matematikawan Perancis. Fermat menyatakan bahwa gelombang menjalar dari suatu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
2. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa titik-titik yang dilewati gelombang akan menjadi sumber gelombang baru. Front gelombang yang menjalar menjauhi sumber adalah superposisi front gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru tersebut. 3. Hukum Snellius
Hukum Snellius menyatakan bahwa gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium, menurut persamaan :
= Dimana :
= Sudut datang = Sudut bias
= Kecepatan gelombang pada medium 1 = Kecepatan gelombang pada medium 2 4. Sudut Kritis
Sudut datang yang menghasilkan gelombang bias sejajar dengan bidang batas = 90° .
Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan V1 menuju bidang batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis sepanjang
interface dengan kecepatan V2 (Gambar 2). Dengan menggunakan prinsip Huygens pada interface, gelombang ini kembali ke permukaan sehingga dapat diterima oleh penerima yang ada di permukaan (Boko dkk, 2011).
Gambar 2 Pembiasan dengan sudut kritis (Telford, 1990)
Ada 3 metode yang digunakan untuk membuat model perlapisan bawah permukaan yaitu (Refrizon, 2008): 1. Metode pemodelan inverse (time-term invertion
method)
2. Metode pemodelan forward (reciprocal method) 3. Metode pemodelan tomografi (tomographic method). Pada penelitian ini digunakan metode pemodelan tomografi dimana tomografi merupakan suatu teknik khusus yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran bagian dalam dari suatu objek berupa padat tanpa memotong atau mengirisnya. Caranya dengan melakukan pengukuran-pengukuran diluar objek tersebut dari berbagai arah (yang
disebut membuat proyeksi-proyeksi), kemudian merekontruksinya (Munadi,S, 1992).
Metode refraksi tomografi ini diawali dengan pembuatan kecepatan awal dan kemudian dilakukan iterasi pelacakan sinar (forward refraction raytracing) melalui pemodelan, kemudian membandingkan waktu tempuh perhitungan dengan waktu tempuh pengukuran, memodifikasi model, dan mengulangi proses sampai waktu perhitungan dan pengukuran mencapai nilai minimal. Tujuan utamanya adalah menemukan waktu tempuh minimum antara sumber dan penerima untuk setiap pasangan sumber-penerima. Secara prinsip, teori dasar yang digunakan adalah teknik tomografi seismik. Dimana pada tomografi, model dicacah dalam skema grid dengan koordinat kartesian (ij). masing-masing sel diindikasikan dengan posisi ij dan memiliki
slowness(S) dan lebar. Langkah pertama yaitu disusun
kotak-kotak yang ditandai dengan lij dan kelambatannya Sj seperti Gambar 3 berikut :
Gambar 3. Tomografi Waktu Jalar dan lintasan jejak
sinarnya dari sumber ke penerima (SeisImager 2D Manual V.3.3, 2009).
Gambar diatas didefinisikan sebagai :
= Dimana, S = Slowness
l = Raypath
v = Kecepatan gelombang P
Waktu jalar dari sumber ke penerima (ti) dapat dihitung
sebagai fungsi lintasan dalam kotak-kotak X sebagai (Grant and West, 1965):
=
( )= ( )
Dengan ti adalah waktu total, X banyaknya mesh yang
dilewati dan s(x) adalah kelambatan medium.
Dalam bentuk diskrit, waktu tempuh yang dihasilkan adalah :
Atau,
=
Sehingga waktu tempuh dalam bentuk matriks adalah :
= ⎝ ⎜ ⎛ . . . . .. . . ⎠ ⎟ ⎞ . =
Jika diasumsikan Raypath = A; Slowness = X; dan Traveltime = Y, maka dari bentuk matriks diatas kita akan mendapatkan (SeisImager/2DTM Manual, 2009):
( = ) Sehingga solusi untuk X adalah: ( ) =
( )( ) = [ ] [ ][ ]
= ( )
Hasil travel time tersebut kemudian di inversi menggunakan metode refraction tomography
pendekatan non linier least square inversion
mendapatkan model penampang bawah permukaan berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang.
refraction raytracing digunakan untuk menghitung time dari model yang terbentuk. Selisih nilai
lapangan dan travel time model digunakan untuk merubah parameter Vp blok dengan inversi. Terbentuk model Vp baru dihitung travel time-nya lagi den
refraction raytracing dilihat selisihnya dengan data
lapangan hingga diperoleh selisih nilainya minimum. Hasil inversi akan diperoleh model blocky, yang kemudian dikonturkan untuk mendapatkan visualisasi lebih halus (Boko dkk, 2011).
Data dan Metoda
Dalam penelitian seismik refraksi ini, desain survei konfigurasi peralatan disusun seperti pada
Penerima dan sumber gelombang ditempatkan pada suatu garis lurus (line seismic). Jarak terdekat dan terjauh (
offset and far offset) serta jarak pisah antara geophone
adalah jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi lapangan dimana pada penelitian ini ditentukan bahwa near offset yaitu 4 meter dari geophone pertama dan far offset yaitu 4 meter dari geophone terakhir (26 meter) se jarak antara geophone yaitu 2 meter.
Sehingga waktu tempuh dalam bentuk matriks adalah :
.
. =
Slowness = X; dan Traveltime = Y, maka dari bentuk matriks diatas kita akan
Manual, 2009):
tersebut kemudian di inversi
refraction tomography, dengan non linier least square inversion sehingga
mendapatkan model penampang bawah permukaan berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang. Forward digunakan untuk menghitung travel dari model yang terbentuk. Selisih nilai travel time model digunakan untuk merubah parameter Vp blok dengan inversi. Terbentuk model Vp nya lagi dengan forward dilihat selisihnya dengan data lapangan hingga diperoleh selisih nilainya minimum. Hasil , yang kemudian dikonturkan untuk mendapatkan visualisasi lebih halus
Dalam penelitian seismik refraksi ini, desain survei pada Gambar 4. Penerima dan sumber gelombang ditempatkan pada suatu ). Jarak terdekat dan terjauh (near ) serta jarak pisah antara geophone adalah jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi lapangan dimana pada penelitian ini ditentukan bahwa near offset yaitu 4 meter dari geophone pertama dan far offset yaitu 4 meter dari geophone terakhir (26 meter) sedangkan
Gambar 4. Desain Akuisisi data seismik refraksi. Pengambilan data yang dilakukan adalah dengan memberikan sumber getar yang dalam penelitian ini hanya menggunakan palu seismik dan plat seismik karena adanya keterbatasan dalam menggunakan sumber getar lain seperti dinamit.
Dalam tahapan pengolahan data, melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Konversi Data dan Editing Geometri
Data-data seismik yang diperoleh dilapangan berupa data SEGY sehingga diperlukan konversi data dalam bentuk SEG2. Kemudian dilakukan editing geometri untuk mengidentifikasi posisi setiap geophone
sumber seismik.
2. Menentukan Waktu Tiba Gelombang
Break)
First break dari setiap geophone merupakan waktu awal
energi gelombang mencapai penerima (
itu menandai data seismik yang berbentuk gelombang yang dianggap sebagai first break
(trace). Software yang digunakan untuk
break adalah Pickwin (Pick First Breaks or Dispersion Curves) pada program SeisImager.
selanjutnya akan ditampilkan pada grafik data berupa beberapa titik dimana software yaitu Plotrefa (Refraction Analysis)
SeisImager.
3. Analisis Waktu Data Penjalaran Gelombang (
Time)
Analisa data travel time dilakukan dengan menandai
travel time dari setiap shootpoint
secara bersama-sama. Dengan mengkombinas yang telah ditandai mulai dari shootpoint
shootpoint terakhir maka akan didapatkan kurva time yang kemudian dilakukan pemodelan inversi bawah
permukaan (metode tomografi). 4. Proses Inversi
Hasil travel time tersebut kemudian di inversi menggunakan metode refraksi tomografi sehingga akan diperoleh model penampang bawah permukaan
Desain Akuisisi data seismik refraksi.
Pengambilan data yang dilakukan adalah dengan memberikan sumber getar yang dalam penelitian ini hanya menggunakan palu seismik dan plat seismik karena adanya eterbatasan dalam menggunakan sumber getar lain seperti
lam tahapan pengolahan data, melalui beberapa tahapan
dan Editing Geometri
data seismik yang diperoleh dilapangan berupa data SEGY sehingga diperlukan konversi data dalam bentuk SEG2. Kemudian dilakukan editing geometri untuk
geophone dan posisi
Menentukan Waktu Tiba Gelombang (Picking First merupakan waktu awal energi gelombang mencapai penerima (receiver). Setelah itu menandai data seismik yang berbentuk gelombang
first break dari setiap geophone
yang digunakan untuk picking first
Pickwin (Pick First Breaks or Dispersion SeisImager. Hasil penandaan
selanjutnya akan ditampilkan pada grafik data travel time
software yang digunakan Plotrefa (Refraction Analysis) pada program
Analisis Waktu Data Penjalaran Gelombang (Travel dilakukan dengan menandai
shootpoint yang ditempatkan
sama. Dengan mengkombinasikan data
shootpoint pertama sampai
terakhir maka akan didapatkan kurva travel yang kemudian dilakukan pemodelan inversi bawah
tersebut kemudian di inversi menggunakan metode refraksi tomografi sehingga akan diperoleh model penampang bawah permukaan
berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang. Metode refraksi tomografi diawali dengan membuat model kecepatan awal kemudian dilakuk
menggunakan default parameter.
Tujuan utamanya adalah untuk menemukan waktu tempuh minimum antara sumber dan penerima untuk setiap pasangan sumber-penerima. Hal ini dicapai dengan pemecahan untuk l (raypath) dan S (kecepatan invers atau slowness). Iterasi yang digunakan adalah pendekatan
non linear least-squares.
Hasil dan Diskusi
Setelah dilakukan editing geometri diperoleh tampilan data lapangan dalam trace seismik untuk menentukan waktu tiba gelombang (first break) pada masing-masing
ditiap lintasan 1 sampai lintasan 6 dengan
penelitian adalah 96 x 48 meter dimana kondisi topografi daerah penelitian tugas akhir ini bervariasi dimana terdapat daerah perbukitan, sumber air panas, perkebunan jagung, dan terdapat sungai Kalamisu seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Peta topografi daerah p
Hasil inversi menggunakan metode refraction tomography dengan pendekatan non linier least square inversion sehingga mendapatkan model penampang bawah permukaan berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang.
Forward refraction raytracing digunakan untuk menghitung travel time dari model yang terbentuk. Selisih nilai travel time lapangan dan travel time model digu untuk merubah parameter Vp blok dengan inversi.
berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang. Metode refraksi tomografi diawali dengan membuat model kecepatan awal kemudian dilakukan inversi
Tujuan utamanya adalah untuk menemukan waktu tempuh minimum antara sumber dan penerima untuk al ini dicapai dengan ) dan S (kecepatan invers ). Iterasi yang digunakan adalah pendekatan
Setelah dilakukan editing geometri diperoleh tampilan data lapangan dalam trace seismik untuk menentukan waktu tiba masing geophone ditiap lintasan 1 sampai lintasan 6 dengan luas area
kondisi topografi daerah penelitian tugas akhir ini bervariasi dimana terdapat daerah perbukitan, sumber air panas, perkebunan jagung,
Gambar 5.
eta topografi daerah penelitian refraction tomography, non linier least square inversion
sehingga mendapatkan model penampang bawah permukaan berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang. digunakan untuk dari model yang terbentuk. Selisih model digunakan untuk merubah parameter Vp blok dengan inversi.
Terbentuk model Vp baru dihitung dengan forward refraction raytracing
dengan data lapangan hingga diperoleh selisih nilainya minimum. Hasil inversi akan diperole
kemudian dikonturkan untuk mendapatkan visualisasi lebih halus yang dapat dilihat pada Gambar
(a)
(b)
Gambar 6. Penampang profil kecepatan batuan (Vp)
untuk lintasan 1,2 dan 3 (b) untuk lintasan 4,5, dan 6
Dari penampang seismik yang telah dibuat menggunakan metode refraksi tomografi
memperlihatkan adanya struktur bawah permukaan yang terbentuk karena adanya nilai variasi kecepatan yang Terbentuk model Vp baru dihitung travel time-nya lagi
forward refraction raytracing dilihat selisihnya
dengan data lapangan hingga diperoleh selisih nilainya minimum. Hasil inversi akan diperoleh model blocky, yang kemudian dikonturkan untuk mendapatkan visualisasi lebih
Gambar 6.
Penampang profil kecepatan batuan (Vp) (a) untuk lintasan 1,2 dan 3 (b) untuk lintasan 4,5, dan 6
Dari penampang seismik yang telah dibuat menggunakan pada Gambar 6 memperlihatkan adanya struktur bawah permukaan yang terbentuk karena adanya nilai variasi kecepatan yang
berbeda dari tiap lapisan pada masing-masing lintasan nilai variasi kecepatan yang berbeda ini menunjukan adanya jenis batuan penyusun dari tiap lapisan yang berbeda.
(a)
(b)
Gambar 7. Struktur lapisan bawah permukaan
lintasan 1,2 dan 3 (b) untuk lintasan 4,5, dan 6
masing lintasan. Dari nilai variasi kecepatan yang berbeda ini menunjukan adanya jenis batuan penyusun dari tiap lapisan yang
Struktur lapisan bawah permukaan (a) untuk lintasan 1,2 dan 3 (b) untuk lintasan 4,5, dan 6
Berdasarkan nilai kecepatan Primer (Vp) dari penampang seismik bawah permukaan (Gambar
dikelompokkan kedalam beberapa lapisan sesuai dengan nilai kecepatan Primer (Vp) sehingga didapatkan jenis batuan pada setiap lapisan yang terindentifikasi lintasan 1 sampai lintasan 6 (Gambar 7
merupakan Tabel pengelompokan batuan berdasarkan nilai kecepatan Primer (Vp).
Tabel 1 Jenis Batuan berdasarkan Nilai Kecepatan Primer
(Vp)
Nilai Kecepatan
(Vp) Batuan
178 – 400 m/s
Tanah / pasir dan Endapan lempung/lempung 400 –514 m/s Pasir dan kerikil
Berdasarkan nilai kecepatan gelombang P (Vp)
dapat diidentifikasi bahwa struktur bawah permukaan di lokasi penelitian memiliki 2 lapisan
lintasan 1 sampai 6.
Adapun dari Gambar 7 dapat diketahui ketebalan tiap lapisan yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Tabel ketebalan lapisan overburden Lintasan Ketebalan lapisan
1 2 3 4 5 6 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah :
1. Pada daerah penelitian, berdasarkan profil kecepatan gelombang primer (Vp) disetiap lintasan diperoleh dua lapisan yaitu lapisan pertama merupakan lapisan
overburden (178 – 400 m/s) berupa tanah/pasir dan
endapan lempung/lempung dan lapisan kedua merupakan lapisan akuifer (400
pasir dan kerikil.
2. Struktur perlapisan di daerah penelitian yang tidak selaras dan perlapisan yang menurun dipengaruhi oleh ilai kecepatan Primer (Vp) dari penampang Gambar 6) dapat dikelompokkan kedalam beberapa lapisan sesuai dengan nilai kecepatan Primer (Vp) sehingga didapatkan jenis batuan pada setiap lapisan yang terindentifikasi pada Gambar 7). Berikut merupakan Tabel pengelompokan batuan berdasarkan nilai
Jenis Batuan berdasarkan Nilai Kecepatan Primer
Warna skala Tanah / pasir dan
lempung/lempung
Kuning Pasir dan kerikil Biru
Berdasarkan nilai kecepatan gelombang P (Vp) (Tabel 1) dapat diidentifikasi bahwa struktur bawah permukaan di lokasi penelitian memiliki 2 lapisan pada masing-masing
dapat diketahui ketebalan tiap lapisan yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel ketebalan lapisan overburden
Ketebalan lapisan overburden (meter) > 12 m 8 m > 13 m 6 m > 12 m > 15 m
g diperoleh pada penelitian ini
Pada daerah penelitian, berdasarkan profil kecepatan gelombang primer (Vp) disetiap lintasan diperoleh dua lapisan yaitu lapisan pertama merupakan lapisan berupa tanah/pasir dan endapan lempung/lempung dan lapisan kedua merupakan lapisan akuifer (400 – 514 m/s) berupa Struktur perlapisan di daerah penelitian yang tidak selaras dan perlapisan yang menurun dipengaruhi oleh
adanya sesar normal Panggo. Adapun ketebalan lapisan overburden pada masing-masing lintasan 1 sampai 6 adalah 12 meter, 8 meter, 13 meter, 3 meter, 12 meter, dan 15 meter.
Pustaka
Eko, Andri dkk., 2007, Survei Panas Bumi Terpadu
(Geologi, Geokimia Dan Geofisika) Daerah Kampala Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan., Proceeding
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Dan Non Lapangan Tahun 2007 Pusat Sumber Daya Geologi. Grant, F.S. and West, G.F., 1965, Interpretation Theoryin
Applied Geophysics, McGraw-Hill, NewYork.
Munadi, S. ,1992, Mengenal Tomografi Seismik, LPI, No.3/1992,p.239-248 Lemigas, Indonesia.
Nurhidayanto, Boko. dkk, 2011, Penentuan Tingkat
Kekerasan Batuan menggunakan Metode Seismik Refraksi, Dokumen 474 Volume 12 Nomor 3
Desember 2011.
Refrizon, dkk., 2008, Penetuan Struktur Bawah Permukaan
Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi, Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia., Jurnal Gradien Vol.4 No.2 Juli 2008 : 337-341
SeisImager/2DTM Manual Version 3.2 (2006), Seisimager
2D Manual ver 3.3
(2009).(ftp://geom.geometrics.com/pub/seismic/SeisI
mager/Installation_CD/SeisImager2D_Manual/SeisI mager2D_Manual_v3.2.pdf). (Diakses pada tanggal
19 Maret 2014 Pukul 16.00 WITA).
Telford, W.M., Geldart, L.P. dan Sheriff, R.P. 1990,
Applied Geophysics Second Edition. Cambridge
University Press, Cambridge Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Sang Pencipta Allah SWT dan Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Untuk Dosen pembimbing Drs. Lantu, M.Eng., Sc DESS dan Sabrianto Aswad S.Si, MT dan Drs. Hasanuddin, M.Si atas bimbingan, masukan dan sarannya selama proses pelaksanaan penelitian ini serta untuk keluarga dan teman-teman saya ucapkan terima kasih.