• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DAN NY. F YANG MENGALAMI CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DAN NY. F YANG MENGALAMI CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DAN NY. F YANG

MENGALAMI CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

SALATIGA

DISUSUN OLEH :

NISA PURWANTI

NIM. P.14034

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2017

(2)

i

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.S DAN NY. F

YANG

MENGALAMI CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH:

NISA PURWANTI

NIM.P.14034

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2017

(3)

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nisa Purwanti

Nim : P 14034

Program Studi :D3 Keperawatan

Judul Proposal :” Asuhan Keperawatan Ny. S dan Ny. F Yang Mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Kelebihan Volume Cairan Di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga”.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran saya sendiri

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta. 21 Juli 2017

Nisa Purwanti P. 14034

(4)

iii MOTTO

Dari Semua Hal, Pengetahuan Adalah Yang Paling Baik, Karena Tidak Kena Tanggung Jawab Maupun Tidak Dapat Dicuri, Karena Tidak Dapat Dibeli, Dan

(5)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DAN NY. F YANG MENGALAMI CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN VOLUME

CAIRAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep.)

Oleh : Nisa Purwanti P14034 Surakarta, 25 Juli 2017 Menyetujui, Pembimbing

Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 201185071

(6)

v

(7)

vi

HALAMAN PENGESAHAN Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Nisa Purwanti

NIM : P14034

Proposal Studi : D3 Keperawatan

Judul Proposal : “Asuhan Keperawatan Ny. S dan Ny. F yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga”

Telah Diujikan Dan Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan Di : Surakarta

Hari/Tanggal : Selasa/ 8 Agustus 2017 DEWAN PENGUJI

Ketua : Wahyuningsih Safitri. S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 2006679022

Anggota : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 201185071

Mengetahui,

Ketua Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.kep NIK. 200981037

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena berkat, rahmatdan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Asuhan Keperawatan Ny. S dan Ny. F yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga”.

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena ini pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakrta.

3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakata.

4. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Wahyuningsih Safitri. S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan, dan inspirasi sehingga bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Semua Dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.

(9)

viii

7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat, inspirasi, dan doa untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Atnatika Wijaya dan Novita Tri Pratiwi serta teman-teman mahasiswa program D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberikan support serta semangatnya.

9. Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga khususnya bangsal flamboyan 3 yang telah memberikan kesempatan untuk mencari kasus karya tulis ilmiah selama 2 minggu.

10. Ny. S dan ny. F selaku klien kelolaan yang sangat kooperatif dalam proses pemberian asuhan keperawatan.

Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Surakarta, 21 Juli 2017

Nisa Purwanti P14034

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1 1.2 Batasan masalah ... 5 1.3 Rumusan masalah... 5 1.4 Tujuan ... 6 1.5 Manfaat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gagal Ginjal Kronik ... 8

2.1.1 Definisi ... 8 2.1.2 Etiologi ... 9 2.1.3 Klasifikasi ... 10 2.1.4 Patofisiologi ... 10 2.1.5 Komplikasi ... 11 2.1.6 Manifestasi klinis ... 13 2.1.7 Penatalaksanaan ... 15

2.1.8 Konsep asuhan keperawatan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 29

3.2 Batasan Istilah ... 29

3.3 Partisispan ... 29

(11)

x

3.5 Pengumpulan Data ... 30

3.6 Uji Keabsahan Data... 31

3.7 Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL 4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data ... 33

4.1.2 Pengkajian ... 33 BAB V PEMBAHASAN 5.1.1 Pengkajian ... 61 5.1.2 Rumusam Masalah ... 63 5.1.3 Intervensi Keperawatan ... 64 5.1.4 Implementasi Keperawatan ... 66 5.1.5 Evaluasi Keperawatan ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 72

6.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Jurnal

Lampiran 3 Asuhan Keperawatan

Lembar 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irefersibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare 2010). Sedangkan menurut Tucker (1998) dalam Padila (2012), penyakit gagal ginjal kronis adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan mematikan.

Berdasarkan data dari WHO, secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (hemodialisis) (Ratnawati, 2014). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas, 2013), gagal ginjal kronis masuk dalam daftar 10 penyakit tidak menular. Prevalensi gagal ginjal di Indonesia sekitar 0,2%, prevalensi pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%) dan tertinggi pada kelompok umur >75 tahun (0,6%). Prevalnesi gagal ginjal kronis tertinggi di tiga provinsi yaitu provinsi Sulawesi Tengah yaitu 0,5% kemudian provinsi Aceh, Sulawesi Utara, Gorontalo yaitu 0,4% dan kemudian provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Banten yaitu sebesar 0,3%.

(15)

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60 % adalah usia dewasa dan usia lanjut. Menurut Depkes RI 2009, pada peringatan hari ginjal sedunia bahwa hingga saat ini di Indonesia terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan penanganan terapi cuci darah dan hanya 7.000 pasien gagal ginjal kronik atau 10% yang dapat melakukan cuci darah yang dibiayai program Gakin (Depkes RI, 2009).

Prevalensi gagal ginjal tertinggi di Provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Klaten 0,7% (Kemenkes, 2013). Sedangkan prevalensi pada kelompok usia 15-24 tahun (0,0%), 25- 34 tahun (0,1%), 35-44 tahun (0,3%), 45-54 tahun (0,4%), 55-64 tahun (0,4%), 65-74 tahun (0,4%), 75+ tahun (0,6%) (Kemenkes, 2013).

Gagal Ginjal Kronis atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia atau ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh sehingga urea menumpuk dalam darah. Kondisi ini disebabkan oleh glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi takterkontrol, lesi hereditas seperti penyakit poliskistik, kelainan vaskuler, obstruksi saluran perkemihan, penyakit ginjal sekunder akibat penyakit sistemik (diabete), infeksi, obat-obatan, atau preparat toksik (Diane & Joann, 2000).

(16)

Klien gagal ginjal kronis akan mengalami nyeri dada, mual, muntah, sesak nafas, tekanan darah tinggi, gangguan elektrolit, gata-gatal, kelelahan, dan edema. Selanjutnya muncul masalah seperti gangguan pada kardiovaskuler, gangguan endokrin, gangguan gastrointestinal, neurologis dan psikiatrik, keseimbangan asam basa, dan terjadi anemia (Suyono, 2008). Kerusakan fungsi ginjal yang tidak tertangani dengan baik dapat menurukan kualitas hidup pasien , bahkan dapat menyebabkan kematian yang disebabkan akumulasi toksin uremia yang beredar di dalam darah (Suwitra, 2006).

Chronik Kidney Disease (CKD) menyebabkan gangguan regulasi cairan dan elektrolit dan memicu terjadinya kondisi overload cairan pada penderita. pemantauan TD pada pasien CKD sangat penting untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya overload pada pasien. Tanda kelebihan volume cairan pada klien dengan chronic kidney disease adalah mengalami penurunan frekuensi BAK (2-3 kali/hari), jumlah urin sedikit, data observasi berupa adanya edema piting grade 3 pada kedua tungkai bawah klien serta ascites, jumlah urin dalam 24 jam (400 cc), tekanan darah 130/90 mmHg.

Pemeriksaan fisik (auskultasi paru) penting dilakukan, sehubungan dengan adanya kelebihan cairan pada pasien CKD, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah berupa pemantauan berat badan, edema atau ascites. Perubahan berat badan secara signifikan yang terjadi dalam 24 jam menjadi salah satu indikator status cairan dalam tubuh. Kenaikan 1 kg dalam 24 jam menunjukkan kemungkinan adanya tambahan akumulasi cairan pada jaringan tubuh sebanyak 1 liter (Anggraini dan Putri, 2016).

(17)

Intervensi yang bisa diberikan pada klien chronic kidney disease yang mengalami kelebihan volume cairan adalah mempertahankan diit pembatasan cairan untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan yang beresiko timbulnya hipertensi, edema paru akut, gagal jantung kongestif dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Pembatasan cairan dapat mempengaruhi beberapa aspek dalam tubuh manusia, diantaranya adalah kekacauan hormonal, perubahan sosial, psikologi dan rasa haus serta xerostomia atau mulut kering yang disebabkan karena produksi saliva menurun (Guyton, 2007).

Penurunan produksi saliva dapat dicegah dengan pemberian tablet hisap vitamin C. Vitamin C mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia, diantaranya sebagai antioksidan karena dengan mendonorkan elektronnya vitamin ini mencegah senyawa lain tidak teroksidasi, obat anti penuaan.Vitamin C dapat melindungi kulit dari proses oksidasi yang merupakan penyebab kerusakan kulit dan sebagai pensintesis kolagen, dimana vitamin berperan pada proses pembentukan rantai peptida menjadi prokolagen yang merupakan protein terbanyak pada serat jaringan ikat tulang, kartilago dan kulit (Bambang, 2016).

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat peningkatan sekresi saliva posttest yang signifikan terhadap kelompok kontrol, yaitu dari mean pretest 1,3857 menjadi 1,23516 (menurun 0,15054). Namun sebaliknya pada kelompok intervensi terdapat perubahan sekresi saliva postest, yaitu dari mean 1,1905menjadi 1,7190 (meningkat 0,5285). Berdasarkan hasil uji Paired Sample T test komparasi sekresi saliva postest dan pretest kelompok intervensi didapatkan hasil nilai (p=0,003). Hal ini menunjukan bahwa stimulasi

(18)

pemberian tablet hisap vitamin C berpengaruh dalam meningkatkan sekresi saliva pada pasien gagal ginjal kronik (Bambang, 2016).

Keluhan yang dirasakan oleh penderita gagal ginjal kronik adalah sesak nafas, nafas tampak cepat dan dalam atau yang disebut pernafasan kussmaul. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penumpukan cairan di dalam jaringan paru atau dalam rongga dada, ginjal yang terganggu mengakibatkan kadar albumin menurun, tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk penatalaksanaan pola nafas tidak efektif adalah catat frekuensi dan kedalaman pernafasan, catat laporan dari pasien mengenai pernafasan pasien, observasi karakteristik pola nafas, auskultasi dan perkusi dada pasien, beri oksigen melalui kanul. Posisikan kepala di tinggikan atau duduk dan sedikit condong ke depan, dan intervensi selanjutnya beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang relaksasi nafas dalam (Reifa dan Arief, 2016).

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD)

dengan kelebihan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga”. 1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga.

(19)

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang

mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan.

f. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan.

(20)

1.5 Manfaat

5.1.1 Bagi Penulis

Karya tulis ini dapat menambah wawasan keilmuan terutama dibidang keperawatan dalam kaitanya penanganan pasien gagal ginjal kronis.

5.1.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan khususnya pada mata ajaran keperawatan medical mampu membuat penelitian ilmiah tentang pengobatan gagal ginjal kronis dan mampu memberikan informasi kepada mahasiswa keperawatan baik dengan teori dan praktik.

5.1.3 Bagi Praktisi Keperawatan

Diharapkan penulisan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi praktisi perawat khususnya bagi perawat yang merawat pasien gagal ginjal kronis.

5.1.4 Bagi Pasien

Membantu klien yang mengalami CKD dirumah sakit melalui proses keperawatan secara komprehensif.

5.1.5 Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan, wawasan dan referensi bagi para pembaca tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan medis Gagal Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) di RSUD Salatiga.

(21)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Chronik Kidney Disease ( CKD) 2.1.1 Definisi

CKD gejala yang muncul secara bertahap, biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi ginjal tersebut sering dirasakan, tahu-tahu sudah pada tahap parah dan sulit diobati. Gagal ginjal kronik atau penyakit tahap akhir adalah penyimpangan progresif, ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahan-kan keseimbangan metabolic cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia (Syamsir dan Iwan, 2007). CKD atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia atau ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh sehingga urea menumpuk dalam darah. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi takterkontrol, lesi hereditas seperti penyakit poliskistik, kelainan vaskuler, obstruksi saluran perkemihan, penyakit ginjal sekunder akibat penyakit sistemik (diabetes), infeksi, obat-obatan, atau preparat toksik. Preparat lingkungan dan okupasi yang telah menunjukkan mempunyai dampak dalam gagal ginjal kronik

(22)

9

termasuk timah, kadmiun, merkuri dan kromium. pada akhirnya dialisis atau transpalantasi ginjal diperlukan untuk menyelamatkan pasien (Diane & Joann, 2000).

2.1.2 Etiologi

Gagal ginjal kronis sering sekali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness), penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis (Robinson, 2013) yaitu :

Faktor penyebab:

1. Glomerulonefritis ( penyakit glomerular kronis) 2. Pielonefritis kronis dan tuberkulosis

3. Polikistik Ginjal (Kelainan congenital) 4. Renal Nephroclerosis (Penyakit vaskuler) 5. Nephrolititis (Obstruksi saluran kemih)

(23)

10

2.1.3 Klasifikasi

Tabel klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Mc.Clellan (2008) adalah :

Table 2.1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Stoge Deskripsi GFR (ml/menit/1,73m2)

1 Kidnet damage with normal or increase of GFR

≥ 90 2 Kidnet damage with mild decrease

of GFR

60-89 3 Moderate decrease og GFR 30-59 4 Severe decrease og GFR 15-29

5 kidney failure <15 (or dialysis)

2.1.4 Patofisiologi

Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron-nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Seiring banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron itu ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi

(24)

11

protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ke ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga mengakibatkan hipertensi. hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal (Arif dan Kumala, 2008).

Nefron rusak permanen  nefron intack hiperplasi dan hipertrofi  fungsi ginjal tidak berjalan  kerusakan nefron lebih dari 75%  fungsi ginjal rusak  ginjal tidak mampu menjalankan fungsinya (Supratman, 2008).

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Suharyanto dan Majdid (2009), diantaranya adalah :

1. Anemia

Anemia pada penyakit gagal ginjal kronik disebabkan oleh produksi eritropoietin yang tidak adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoietin subkutan atau intravena. Pemberian eritropoietin subkutan atau intravena bisa bekerja dengan baik apabila kadar besi, fosfat, dan vit B12 adekuat dan keadaan pasien baik.

2. Hipertensi

Penyakit vaskuler merupakan penyebab utama kematian pada gagal ginjal kronik. Sebagian besar penyakit hipertensi pada gagal ginal kronik disebabakan oleh hipervolemia akibat retensi

(25)

12

natrium dan air. Jika fungsi ginjal memadai, pemberian furosemid dapat bermanfaat.

3. Dehidrasi

Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabbkan retensi natrium dan air akibat hilangnya nefron. Ginjal tetap mempertahankan filtrasi namun kehilangan fungus tubulus sehingga mengekskresikan urin yang sangat encer yang menyebabkan dehidrasi.

4. Gastrointestinal

Gejala mual, muntah, anoreksia, dan dada terasa terbakan sering dirasakan pasien gagal ginjal kronik. Esofagitis, angiodisplasia dan pancreatitis juga tinggi terjadi pada pasien gagal ginjal kronik.

5. Endokrin

Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan libido, impotensi, dan penurunan jumlah serta mortilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi kehilangan libido, berkurangnya ovulasi dan infertilitas.

6. Peyakit jantung

Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya jika kadar ureum, fosfat tinggi atau terdapat hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan cairan dan hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau kardiomiopati dilatasi.

(26)

13

2.1.6 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Gagal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organ multifuncsion), sehingga kerusakan klinis secara fisisologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini ada tanda dan gejala gagal ginjal ronik (Robinson, 2013):

1) Ginjal dan gastrointestinal

Sebagai akibat dari hiponatremia maka timbul hipotensi, mulut kering penurunan turgor kulit, kelemahan, fatigue, dan mual. Kemudian terjadi penurunan kedasaran (somnolen) dan nyeri kepala berat. Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.

2) Kardiovaskuler

Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremia pecarditis, effuse pericardial (kemungkinan bisa terjadi temponade jantung), gagal jantung, odema periorbital dan odema perifer.

(27)

14

3) Respiratory system

Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura, cracles, sputum yang kental, uremia pleuritis dan uremia lung, dan sesak nafas.

4) Gastrointestinal

Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan userasi pada mukosa gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai parotitis, caofagotis, gastritis, ulserasi, lesi pada usus halus/usus besar, dan pancreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea, dan vomiting.

5) Integument

Kulit pucat, kekuning- kuningan , kecoklatan, kering dan ada sclap. Selain itu biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan urea pada kulit.

6) Neurologis

Biasanya ditunjukkan dengan adanya neurophati perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot reflek kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, pusing, koma, kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolik enchepalophaty.

(28)

15

7) Endokrin

Biasa terjadi infertilisasi dan penurunan libido, amenorhea dan gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.

8) Hematopoitiec

Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia (dampak dari dialisis) dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada system hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan petechiae). 9) Muskuloskletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis dan klasifikasi (otak, mata, gusi, dan miokard)

2.1.7 Pentalaksanaan

Penatalaksanaan klien CKD untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang kehidupan klien. Sebagai penyakit yang komplek, gagal ginjal kronik membutuhkan penatalaksanaan yang terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir komplikasi dan meningkatkan angka harapan hidup. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik (Robinson, 2013).

(29)

16

1. Perawatan kulit yang baik.

Perhatikan hygiene pasien dengan baik melalui personal hygiene (mandi/sex) secara rutin. Gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion tanpa alcohol untuk mengurangi rasa gatal. Jangan gunakan gliserin/sabun yang mengandung gliserin karena akan mengakibatkan kulit menjadi tambah kering. 2. Jaga kebersihan

Lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut. Kurangi konsumsi gula (bahan makan dan minum) untuk mengurangi rasa tidak nyaman di mulut.

3. Beri dukungan nutrisi

Kolaborasi dengan nutritionist untuk menyediakan menu makanan favorit sesuai diet. Beri dukungan intake tinggi kalori, rendah natrium dan kalium.

4. Pantau adanya hiperkalemia

Hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan adanya kejang/ kram pada lengan dan abdomen, dan diare. Selain itu pemantauan hiperkalemia dengan hasil ECG. Hiperkalemia biasa diatasi dengan dialisis.

5. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia

Kondisi hiperfosfatemia dan hipokalsemia biasa diatasi dengan pemberian antasida (kandunga alumunium/ kalsium karbonat).

(30)

17

6. Kaji status hidrasi dengan hati-hati.

Dilakukan dengan memeriksa ada/ tindakanya disertasi vena jugularis, ada/ tidaknya crackles pada auskultasi paru. Selain itu, status hidrasi bias dilihat dari keringat berlebih pada aksila, lidah yang kering, hipertensi dan edema perifer. Cairan hidrasi yang berlebihan adalah 500-600 ml atau lebih dari keluaran urine 24 jam.

7. Kontrol tekanan darah

Tekanan darah diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan mengontrol volume intravaskuler dan obat-obatan antihipertensi

8. Latih klien nafas dalam untuk mencegah terjadinya kegagalan nafas akibat obstruksi.

9. Jaga kondisi septic dan aseptic setiap prosedur perawatan 10. Observasi ginjal adanya tanda- tanda perdarahan

Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit klien. Pemberian heparin selama klien menjalani dialisi harus sesuai dengan kebutuhan.

11. Observasi adanya gejala neurologi

Pantau kadar kadar hemoglobin dan hematokrit klien. Pemberian heparin selama klien menjalani dialisis harus sesuai dengan kebutuhan.

(31)

18

12. Tatalaksana dialisis/ transplantasi ginjal

Untuk membantu mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan dialisis/cuci darah karena ginjal yang seharusnya menyaring racun-racun sisa metabolisme tidak sanggup melakukan tugasnya. Imbasnya, racun sisa metabolisme tidak bisa keluar dalam tubuh dan bercampur dalam darah. Jika darah yang berisi racun ini diedarakan ke seluruh tubuh, maka akan menggangu organ lainnya. Mesin yang digunakan untuk mencuci darah adalah hemodialisa. Cara kerjanya, yakni dengan mengalirkan dari tubuh menuju mesin, lalu dalam mesin darah di saring, racun dalam darah dibuang, lalu darah bersih kembali dialirkan dalam tubuh. Jika memungkinkan koordinasikan untuk dilakukan transplantasi ginjal.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Muttaqin dan Sari (2014) penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik adalah:

2.2.1 Pengkajian 1) Identitas

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Aktivitas/ istirahat : kelelahan yang ekstrim, kelemahan, malaise.

(2) Sirkulasi : riwayat hipertensi lama adalah berat, palpitasi, nyeri dada.

(32)

19

(3) Integritas ego : faktor stress, contohnya finansial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan.

(4) Eliminasi : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare/ konstipasi.

(5) Makanan/ cairan : berat badan naik (edema), berat badan turun (malnutrisi), anorexia, nyeri ulu hati, mual/ muntah, rasa metalik pada mulut yang tidak sedap (nafas amoniak), dan penggunaan diuretic.

(6) Neurosensori : sakit kepala, pengelihatan kabur, kram otot/ kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki, kebas/ kesemutan dan kelemahan, terutama ekstremitas bawah (neuropati perifer).

(7) Nyeri/ kenyamanan : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki (memburuk pada malam hari).

(8) Pernafasan : nafas pendek, dipsnoe nokturnal paraksismal, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak.

(9) Keamanan : kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Kaji adanya riwayat penyakit chronik kidney disease, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, dan prostatektomi, kaji adanya riwayat penyakit batu saluran

(33)

20

kemih, infeksi saluran perkemihan berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebabnya. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

c) Psikososial

Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisis akan menyebabkan klien mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan klien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan peran keluarga (self esteem).

3) Pengkajian Fokus

Menurut Muttaqin dan Sari (2014) pengkajian fokus pada pasien gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:

a) B1 (Breathing) : klien bernafas dengan bau urine (Fetor Uremik) sering didapatkan pada fase ini. Respon uremia didapatkan adanya pernafasan kusmaul. Pola nafas cepat dan dalam, merupakan pembuangan karbondioksida yang menumpuk di sirkulasi.

b) B2 (blood) : Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi perawat akan menemukan adanya Friction Rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda

(34)

21

gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi, nyeri dada/ angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat hiperkalemia, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.

c) B3 (Brain) : Didapatkak penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral ( perubahan proses pikir dan disorientasi), klien sering kejang, adanya neuropati perifer, burning feet perifer,restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot. d) B4 (Bladder) : Penurunan urine output <400ml/ hari, terjadi

penurunan libido berat.

e) B5 (Bowel) : Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

f) B6 (Bone) : Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala,kram otot, nyeri kaki, kulit gatal, pruritas, demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium pada kulit, dan terjadi keterbatasan gerak sendi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon dari seorang individu.

(35)

22

Menurut Herdman dan Kamitsuru (2015), diagnosa yang muncul pada pasien chronic kidney disease (CKD) adalah :

1) Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (00026)

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan volume cairan dalam rentan normal. b) kriteria hasil :

(1) Terbebas dari odema, efusi, anaskara.

(2) Bunyi nafas bersih, tidak ada dypsneu/ ortopneu.

(3) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jatung dan vital sign dalam batas normal.

(4) Terbebas dari kelelahan , kecemasan atau kebingungan. (5) Menjelaskan indikator kelebihan cairan.

c) Intervensi :

(1) Monitor cairan (2) Pemasangan infus

(3) Manajemen elektrolit atau cairan (4) Monitor tanda-tanda vial

(5) Manajemen edema serebral d) Rasional :

(1) Untuk mengetahuan berapa banyak cairan yang masuk atau keluar dai tubuh.

(2) Mempermudah memasukkan terapi cairan.

(3) Mengurangi resiko penumoukan cairan dalam tubuh. (4) Untuk mengetahuan keadaan umum klien.

(36)

23

(5) Untuk mengetahuai seberapa parah edema yang terjadi pada klien.

e) Implementasi

(1) Memonitor cairan (2) Memasang infus

(3) Melakukan menejemen elektrolit atau cairan (4) Memonitor tanda-tanda vital

(5) Melakukan menejemen edema serebral.

f) Evaluasi : Volume cairan klien dalam rentan normal.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor biologis (00002)

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

b) Kriteria hasil :

(1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. (2) Berat badan ideal sesuai berat badan.

(3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. (4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

(5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti. c) Intervensi :

(1) Monitor nutrisi (2) Konseling nutrisi

(3) Monitor tanda-tanda vital (4) Manajemen gangguan makan

(37)

24

(5) Penahapan diet d) Rasional :

(1) Menegtahuai makana apa yang dikonsumsi

(2) Agar klien lebih paham makanan apa yang baik untuk kesehatanya.

(3) Mengetahui keadaan umum klien.

(4) Mengetahui apa penyebab klien tidak mau makan. (5) Agar kesehatan klien tetap terkontrol.

e) Implementasi :

(1) Memonitor nutrisi

(2) Memberikan konseling nutrisi (3) Memonitor tanda-tanda vital (4) Memenejemen gangguan makan (5) Meberikan penahapan diet.

f) Evaluasi : kebutuhan nutrisi dapat teratasi.

3) Intoleransi aktifitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (00092)

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien bisa aktivitas secara mandiri dan normal. b) Kriteria Hasil :

(1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa ada peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.

(2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

(38)

25

(3) Tanda-tanda vital normal

(4) Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat. (5) Status kardiopulmonari adekuat.

c) Intervensi :

(1) Bantu perawatan diri : IADL (2) Manajemen nyeri

(3) Terapi oksigen

(4) Manajemen lingkungan : nyaman. (5) Peningkatan tidur

d) Rasional :

(1) Memandirikan klien untuk aktivitas (2) Mengetahui nyerinya skala berapa. (3) Memaksimalkan oksigenasi klien.

(4) Agar klien merasa nyaman dan cepat sembuh (5) Agar tenaga klien cepat pulih.

e) Implementasi :

(1) Membantu IADL klien. (2) Memenejemen nyeri

(3) Memberikan terapi oksigen.

(4) Memberikan klien lingkungan nyaman. (5) Meningkatkan tidur klien.

f) Evaluasi : Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri. 4) Gangguan Pertukaran Gas b.d status pernafasan (00030)

(39)

26

b) Kriteria Hasil :

(1) Mendemontrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.

(2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari distress pernafasan.

(3) Memdemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih tidak ada sianosis dan dypsneu.

(4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal. c) Intervensi :

(1) Monitor tanda-tanda vital (2) Terapi oksigen

(3) Manajemen jalan nafas

(4) Manajemen jalan nafas buatan (5) Manajemen alergi.

d) Rasional :

(1) Mengetahuai keadaan umum klien (2) Memaksimalkan oksigenasi klien

(3) Melihat apakah ada masalah dijalan nafas klien.

(4) Membantu pernafasan bila klien membutuhkan dalam keadaan darurat

(5) Mengetahui akibat sesak nafas karena alergi atau bukan. e) Implementasi :

(1) Memonitor tanda-tanda vital (2) Memberikan Terapi oksigen

(40)

27

(3) Memenajemen jalan nafas (4) Memajemen jalan nafas buatan (5) Memenajemen alergi.

f) Evaluasi : Pola nafas klien dalam rentan normal.

5) Kerusakan integritas kulit b.d gangguan metabolisme (00046) a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan tidak ada gangguan kulit klien dapat teratasi. b) Kriteria Hasil :

(1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahanka (2) Tidak ada luka/ lesi pada kulit.

(3) Mampu melindungi kulit dan mempetahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.

(4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.

c) Intervensi :

(1) Monitor elektrolit

(2) Monitor tanda-tanda vital (3) Pengecekan kulit

(4) Menejemen pengobatan

(5) Manajemen elektrolit atau cairan. d) Rasional :

(1) Mengetahui kekurangan kelebihan atau kekurang elektrolit atau caairan.

(41)

28

(3) Mengetahui seberapa parah kerusakan kulit klien. (4) Mempercepat pengobatan

(5) Mengetahui berapa cairan dan apa cairan yang sudah masuk ketubuh klien.

e) Implementasi ;

(1) Memonitor elektrolit

(2) Memonitor tanda-tanda vital (3) Melakukan Pengecekan kulit (4) Memanejemen pengobatan

(5) Mamenajemen elektrolit atau cairan.

(42)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi kasus yang mengeksplorasi suatu masalah/fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah pada asuhan keperawatan klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga, maka penulis hanya menjabarkan konsep gagal ginjal kronik beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi yang disusun secara naratif.

3.3 Partisipan

Kasus yang diteliti dalam studi kasus ini adalah 2 klien (2 kasus) dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yaitu klien yang mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan.

(43)

30

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu merupakan tempat atau lokasi kasus yang akan dilakukan studi kasus (Notoatmojo, 2012). Lokasi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga.

Waktu penelitian adalah waktu studi kasus diambil sesuai yang telah ditentukan (Notoatmojo, 2012). Kasus ini dilaksanakan pada tanggal 22 mei – 3 juni 2017 (2 minggu).

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam asuhan keperawatan ini adalah.

3.5.1 Wawancara

Metode ini di lakukan dengan melakukan wawancara kepada sumber data seperti klien, keluarga maupun perawat lainnya. Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat kesehatan lingkungan.

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan hal-hal yang akan diteliti. Metode instrumen yang dapat digunakan, antara lain lembar observasi, panduan pengamatan observasi atau lembar checklist (Hidayat, 2014). Observasi disini adalah keadaan umum pasien, TTV, kulit pasien, keseimbangan cairan, dan urine.

(44)

31

3.5.3 Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli, dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, table, dan daftar pustaka. Kasus ini tentang pasien yang mengalami gagal ginjal kronik di RSUD Salatiga. 3.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah kegiatan peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan peneliti. Pada kasus ini studi kepustakaan diperoleh dari buku-buku yang membahas tentang penyakit gagal ginjal kronik dari tahun 2007 sampai tahun 2017. 3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji keabsahan mempunyai fungsi yaitu melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat terpercaya dan memperlihatkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan denga jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti (Prastowo, 2011).

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan/ tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik di RSUD Salatiga.

(45)

32

3.7 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan oleh peneliti adalah : 3.7.1 Pengumpulan data

Data yang dihasilkan dikumpulkan dari WOD (Wawancara, Observasi, Studi Dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk catatan terstruktur (transkrip). 3.7.2 Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk trankrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3.7.3 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

3.7.4 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

(46)

33 BAB IV

HASIL 4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data

Tempat klien dirawat adalah ruang flamboyan 3 RSUD Salatiga, ruangan yang ditempati klien berisi 6 kamar tidur, ventilasi ruang bagus banyak jendela serta satu ruangan terdapat 1 kamar mandi.

4.1.2 Pengkajian

I. Identitas Klien

Identitas klien Klien 1 Klien 2

Nama Ny. S Ny. F

Umur 36 tahun 22 tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan Smp SMA

Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Status perkawinan Kawin Kawin

Alamat Menjing, sukorejo Barukan, tengaran

Dx medis CKD CKD

Tangga masuk RS 15 Mei 2017 27 Mei 2017 Tanggal pengkajian 25 Mei 2017 27 Mei 2017

II. Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2 Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan badanya terasa lemas.

klien mengatakan sesak nafas pada tanggal 15 mei 2017, dan keluarga klien dibawa ke RSUD Salatiga. karena keadaan klien menurun klien dipindah ke ICU RSUD Salatiga. Pada tanggal 25 mei 2017 klien dipindah ke bangsal flamboyant 3 klien mengeluh badanya masih lemas tidak bisa digerakkan, batuk berdahak serta sedikit sesak, odema di seluruh ekstremitas dan odema dimuka dan sering

Klien mengatakan perut membesar atau ascites. Klien dibawa ke IGD RSUD Salatiga tanggal 26 mei 2017 dengan keluhan utama perut membesar dan terasa kembung terkadang tiba-tiba kenceng-kenceng, disertai sesak nafas yang tiba-tiba, kulit juga terasa gatal-gatal dan kering, klien mengeluh merasa haus yang berlebihan.

(47)

34 Riwayat penyakit dahulu Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan lingkungan

merasakan haus yang berlebihan. Klien juga mengeluh kulitnya terasa gatal-gatal.

Klien didiagnosa mengalami sakit ginjal ± 1 tahun yang lalu, klien juga mempunyai penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Klien tidak rutin minum obat karena susah minum obat secara langsung dan oleh dokter dilarang makan pisang

Klien mengatakan di lingkungan keluarganya ada yang mempunyai penyakit hipertensi dan diabetes mellitus yang di turunkan dari kakenya.

Klien mengatakan tinggal di desa jauh dari polusi udara, ventilasi udara dirumah juga baik, MCK ada berada di belakang rumah, lingkungan masayarakat juga bersih.

Klien didiagnosa mengalami CKD sejak 4 bulan lalu, klien mempunyai penyakit CKD dan hipertensi. klien rutin menjalani cuci darah 1 minggu 2 kali (selasa dan jum’at). Sebelum di rawat di RSUD Salatiga klien pernah dirawat di Rumah Sakit Kariadi, Semarang.

Klien mengatakan kakeknya mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi.

Klien mengatakan tinggal di desa. Rumah klien cukup ventilasi, mempunyai MCK, selokan juga tidak tersumbat karena rajin membersihkan lingkungan. Lingkungan tetanggan juga bersih.

III. Perubahan Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2 Pola persepsi dan

pemeliharaan kesehatan

Klien dan keluarga mengatakan sehat itu sangat penting terbukti, klien rutin cek

kesehatan, karena dibatasi makan pisang oleh dokter jadi minum obat jarang-jarang, waktu sesak nafas langsung dibawa ke rumah sakit.

Klien mengatakan sehat itu sangat mahal dan penting sejak didiagnosa terkena hipetensi dan gagal ginjal kronik klien rutin periksa kesehatan, seminggu 2x klien cuci darah di rumah sakit (selasa dan jumat). Klien berusaha mentaati anjuran dari dokter tentang pembatasan minum dan minum obat harus teratur.

Pola nutrisi dan metabolik Sebelum sakit - Antopometri BB= 53kg. Selama sakit : - Antopometri : Sebelum sakit - Antopometri BB= 42 kg. Selama sakit : - Antopometri :

(48)

35 BB= 47kg. - Biochemical : leukosit 11.43 ribu/ul, eritrosit 4.50 juta/ul, hemoglobin 12,9 g/dl, hematokrit 38,1 vol %. - Clinical : turgor kulit kering, mukosa bibir kering, kulit bersisik, rambut kusut dan kering, konjungtiva anemis, sclera anikterik. - Diit : bubur rendah

garam rendah protein BB= 45kg. - Biochemical : leukosit 7.24 ribu/ul, eritrosit 3.51 juta/ul, hemoglobin 10.4 g/dl. - Clinical : turgor kulit kering, mukosa bibir kering, kulit bersisik, rambut kusut dan kering, konjungtiva anemis, sclera anikterik. - Diit : bubur rendah

garam rendah protein

Pola makan klien 1

Pola makan Sebelum sakit Selama sakit Frekuensi 3x sehari 2x sehari

Jenis Nasi, sayur, lauk. Bubur rendah garam rendah protein Porsi 1 porsi habis ½- 1 porsi habis Keluahan Tidak ada Bosan makan bubur. Pola makan klien 2.

Pola makan Sebelum sakit Selama sakit Frekuensi 3x sehari 2x sehari

Jenis Nasi, sayur, lauk. Bubur rendah garam rendah protein Porsi 1 porsi habis ½- 1 porsi habis Keluahan Tidak ada Tidak ada.

Pola minum klien 1

Pola minum Sebelum sakit Selama sakit. Frekuensi gelas sehari 2x sehari Jenis 3-5Air mineral. Air mineral. Porsi ½- 1 gelas belimbing

(200 cc)

200 cc Keluhan Tidak ada Merasa haus Pola minum klien 2

Pola minum Sebelum sakit Selama sakit. Frekuensi 6-7 gelas sehari 1-2 x bila perlu Jenis Air mineral. Air mineral. Porsi 1 gelas (200 cc). 200 cc. Keluhan Tidak ada Merasa haus

(49)

36

Klien 1 Klien 2

Pola eliminasi BAB

Sebelum sakit : - Frekuensi =2-3 x sehari - Konsentrasi = lunak berbentuk - Bau = khas - Warna= kuning Selama sakit : - Frekuensi = 1 x sehari - Konsentrasi = cair - Bau= khas - Warna = kuning pucat. BAK Sebelum sakit : - Frekuensi = klien terpasang kateter - Pancaran = kuat - Jumlah = ±100cc/ 4 jam. - Bau = amoniak - Warna = kuning - Keluhan = tidak ada Selama sakit : - Frekuensi = 1-2 x sehari - Pancaran = lemah (terpasang kateter) - Jumlah = ±50 cc sekali bak - Bau = amoniak - Warna = kuning - Keluhan = susah kencing. Analisa keseimbangan cairan : Intake : -minum = 200cc - makan = 450 cc - cairan iv = 50cc -Obat injeksi = 56cc Output : - Urine = 500cc - Feses = 5cc - Muntah =- - Iwl = bb x 15 = 15 x 48 = 30 cc BAB Sebelum sakit : - Frekuensi =2-3 x sehari - Konsentrasi = lunak berbentuk - Bau = khas - Warna= kuning Selama sakit : - Frekuensi = 1-2 x sehari - Konsentrasi = lunak berbentuk - Bau= khas - Warna = kuning BAK Sebelum sakit : - Frekuensi = 2-3 x sehari - Pancaran = kuat - Jumlah = ±100cc sekali bak - Bau = amoniak - Warna = kuning - Keluhan = tidak ada Selama sakit : - Frekuensi = 1-2 x sehari - Pancaran = lemah - Jumlah = ±50 cc sekali bak - Bau = amoniak - Warna = kuning - Keluhan = susah kencing. Analisa keseimbangan cairan : Intake: - Minum =250 cc - Makan = 150cc - Cairan iv = 50cc - Injeksi iv = 17cc Output : - Urine = 100cc - Feses = 50cc - Iwl = bb x 15= 15x 50= 31,25 cc Analisa : Intake – output = 467-281,25= +185,75 cc

(50)

37 Analisa : Intake – output = 756cc- 535cc = +221 cc Pola aktivitas dan latihan.

Ny. S untuk aktivitas dan latihan sebelum sakit semua dilakukan secara mandiri, selama sakit untuk aktivitas semua dibantu kelurga dan toileting dibantu alat dan keluarga dengan kekuatan otot 3.

Ny. F untuk aktivitas dan latihan sebelum sakit dilakukan secara mandiri, selama sakit aktivitas semua masih bisa dilakukan secara mandiri tetapi untuk berpakaian dibantu orang lain dengan kekuatan otot 5.

Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : - Jumlah jam tidur

siang = 2-3 jam - Jumlah jma tidur

malam = 6-7 jam - Penggunaan obat =

tidak ada Selama sakit :

- Jumlah jam tidur siang = 1 jam - Jumlah jma tidur

malam = 7-8 jam - Penggunaan obat =

tidak ada

Sebelum sakit : - Jumlah jam tidur

siang = 1-2 jam - Jumlah jma tidur

malam = 6-7 jam - Penggunaan obat =

tidak ada Selama sakit : - Jumlah jam tidur

siang = 1-2 jam - Jumlah jma tidur

malam = 7-8 jam - Penggunaan obat = tidak ada Pola kognitif dan perceptual. Sebelum sakit =

Klien mengatakan semua panca indera masih berfungsi secara normal. Selama sakit =

Klien dan keluraga mengatakan komunikasi kurang lancar karena klien merasa sangat lemas, panca indera sedikit terganggu ( indera pengecap dan indera peraba).

Sebelum sakit = Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga dan semua orang baik, tidak ada masalah dengan panca indea klien. Selama sakit =

Klien dapat berkominukasi dengan lancar dan bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar dan tepat.

Pola persepsi konsep diri

Sebelum sakit = Klien adalah ibu rumah tangga dengan 2 orang anak perempuan, klien mencoba tabah

menghadapi penyakit yang diderita.

Selama sakit =

Klien mengatakan fungsi sebagai seorang ibu berkurang, keluarga mengatakan klien banyak diam karena lemas, tetapi klien ikhlas menerima

Sebelum sakit = Klien selalu mencoba tabah dan mensyukuri apapun yang terjadi pada dirinya, klien mencoba jadi istri yang baik bagi suaminya, di dalam keluarga menjunjung tinggi rasa menghormati. Selama sakit =

Klien mengatakan perannya sebagai ibu rumah tangga dan istri berkurang karena sakit

(51)

38

sakitnya dan ingin sembuh.

yang diderita tetapi klien berusaha tetap ikhlas menjalani.

Pola hubungan peran

Sebelum sakit = Klien mengatakan

hubungan dengan keluarga dan tetangga sangat baik Selama sakit =

Keluarga dan klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, dengan klien lain kurang baik karena klien merasa lemas.

Sebelum sakit = Klien mengatakan hubungan dengan suami dan keluarga baik, semua keluarga sangat peduli pada klien.

Selama sakit = Klien mengatakan hubungan dengan suami dan keluarga tidak berubah meski klien sedang sakit seperti ini, keluarga silih berganti menjaga klien di rumah sakit.

Pola hubungan seksual reproduksi

Sebelum sakit =

Klien mengatakan sudah menikah mempunyai 2 orang putri dan 1 orang suami.

Selama sakit =

Klien mengatakan kualitas reproduksi menurun semenjak sakit

Sebelum sakit =

Klien mengatakan sudah menikah dan belum memiliki momongan , klien dan suami selalu berusaha untuk membuat keturunan.

Selama sakit =

Klien mengatakan kualitas hubungan reproduksi menurun/ terganggu. Pola mekanisme koping Sebelum sakit =

Klien mengatakan bila ada masalah selalu

mendiskusikan dengan keluarga dan suami. Selama sakit = Keluarga mengatakan klien semenjak sakit lebih banyak diam.

Sebelum sakit =

Klien mengatakan bila ada masalah dan waktu sakit selalu berbicara dengan orang terdekat ( suami dan ibu )

Selama sakit =

Klien mengatakan setiap sakit dan ada masalah tetap membicarakan dengan orang terdekat. Pola nilai dan

keyakinan

Sebelum sakit = Klien mengatakan beragama islam dan rutin sholat 5 waktu

Selama sakit =

Klien mengatkan hanya bisa pasrah dan berdoa, aktivitas sholat terganggu karena klien lemas.

Sebelum sakit = Klien mengatakan beragama islam, watu dirumah rutin ibadah. Selama sakit =

Klien mengatakan waktu diruma sakit lebih banyak berdoa dan tidak

melakukan sholat 5 wakttu.

(52)

39

IV. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2 1. Keadaan umum Keadaan GCS Tanda-tanda vital: - Td - Nadi Frekuensi Irama Kekuatan - Respirasi Frekuensi Irama - Suhu 2. Kepela Bentuk kepala Kulit kepala Rambut Muka : a. Mata Palpebra Konjungtiva Sclera Reflek terhadap cahaya Penggunaan alat bantu Pengelihatan b. Hidung c. Mulut d. Gigi Compos mentis E= 4, m= 6, v=5 (15) 180/90 mmhg 88x/menit teratur kuat, lemah 22x/menit teratur 37,3 º C Mesocephal. Berminyak, berketombe.

Kusut, kasar, rontok.

Odema di wajah. Odema Anemis An ikterik +/+ Tidak ada Lubang hidung simetris, tidak ada polip, menggunakan alat bantu pernafasan (nasal canul), O2

3liter.

Mukosa bibir kering, terdapat sariawan di bibir bawah bagian dalam.

Gigi nampak kekuningan, terdapat sisa makanan di gigi, tidak ada gigi yang tanggal, terdapat Compos mentis E= 4, m= 6, v=5 (15) 190/ 100 mmhg 80x/menit Tidak teratur Lemah, kuat 28 x/menit Tidak teratur 37º C

Mesocephal, tidak ada bekas luka dikepala. Bersih, tidak ada ketombe.

Hitam, pendek, mudah rontok

Tidak ada odema Anemis

An ikterik +/+

Tidak ada

Lubang hidung simetris, bersih, tidak ada polip, terpasang nasal canul, O2 3liter

Bersih, mukosa bibir kering.

Gigi nampak

kekuningan, ada karies gigi, tidak ada gigi yang tanggal.

(53)

40 e. Telinga 3. Leher 4. Dada a. Paru- paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi b. Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Aukultasi 5. Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi 6. Genetalia 7. Rectum karies gigi. Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen berlebih, dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Vena jugularis teraba, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid.

Bentuk dada simetris, tidak ada jejas.

Vocal formitus kanan lebih terasa

dibandingkan yang kiri.

Redup

Ada suara tambahan ronchi

Ictus cordis tidak tampak.

Ictus cordis teraba di isc 5, teraba kuat. Pekak.

Bunyi jantung “loop dop”.

Tidak ada jejas.

Bising usus 12x/ menit.

Tidak ada nyeri tekan di perut .

Tympani.

Tidak ada luka, terpasang foley kateter.

Tidak ada hemoroid,

Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen berlebih, tidak

mengalami gangguan pendengaran.

Vena jugularis teraba, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid.

Simetris,

pengembangan dada kana dan kiri sama. Tidak ada nyeri tekan.

Sonor.

Tidak ada suara tambahan pernafasan.

Ictus cordis tidak tampak.

Ic teraba di inter costa 5.

Pekak

Terdapat bunyi jantung 1 dan 2. Tidak ada jejas, terdapat cairan diperut/ asites.

Terdengar bising usus 15x/ menit.

Tidak ada nyeri tekan,

Tympani.

Bersih, tidak ada luka, tidak terpasang foley kateter.

(54)

41

8. Ekstremitas Atas

Bawah

bersih.

Kekuatan otot kanan kiri 3 berkurang, perabaan karal hangat, tangan kiri terpasang infuse NaCl 0,9%, tidak ada cacat, turgor kulit kering lama kemabli kesemula, odema di ektremitas tas, capeleri refill > 3 detik,

Kekuatan otot kanan kiri 3 berkurang, perabaan akral hangat, tidak ada cacat, odema di kedua ekstremitas bawah capileri refill > 3 detik.

hemoroid.

Kekuatan otot kana kiri 5 baik, perabaan karal hangat, terpasang infuse NaCl 0,9% di tangan kiri, turgor kulit kering, bersisik, tidak odema.

Kekuatan otot kanan kiri 5 baik, perabaan akral hangat, terdapat odema di kedua kaki. capileri refill > 3 detik.

(55)

42

V. Data Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Nama : Ny. S Umur : 36 Tahun

Tanggal = 24 Mei 2017 No.Cm :17-18363220

Laboratorium Klien 1

Pemeriksaan Hasil satuan Nilai rujukan HEMATOLOGI Leukosit 11.43 Ribu/ul 4.5-1.1 Erotrosit 4.50 Juta/ul 3.8 Hemoglobin 12.9 g/dl 11.5-16.5 MCV 84.7 Fl 85-100 MCH 33.8 Pg 28-31 MCHC 33.8 g/dl 30-35 Hitung jenis Eosinofil 0,8 % 1-6 Basofil 0,4 % 0,0-1,0 Limfosit 4,6 % 20-45 Monosit 1,7 % 2-8 Neutrofil 92,5 % 40-75 KIMIA Ureum 164 Mg/dl 10-50 Creatinin 7,1 Mg/dl 0,6-1,1

Nama : Ny. F Umur : 22 Tahun

Tanggal : 27 Mei 2017 No.Cm : 12-13-224087

Laboratorium Klien 2

Pemeriksaan hasil Satuan Nilai rujukan HEMATOLOGI Leukosit 7.24 Ribu/ul 4.5-1.1 Eritrosit 3.51 Juta/ul 3.8 Hemoglobin 10.4 g/dl 11.5-16.5 Hematokrit 30.0 Vol% 37-47 MCV 85.5 Fl 85-100 MCH 29.6 Pg 28-31 MCHC 34.7 g/dl 30-35 Trombosit 184 Ribu/ul 150-450 Hitung jenis Eosinofil 0,8 % 1-6 Basofil 0,5 % 0,0-1,0 Limfosit 12,9 % 20-45 Netrofil 82,4 % 40-75 KIMIA Ureum 81 Mg/dl 10-50 Creatinin 6,6 Mg/dl 0,6-1,1

(56)

43

VI. Analisa Data

Nama : Ny. S ( Klien 1) No. CM :17-18-363220 Umur : 36 tahun DX : CKD No. Dx Hari/ Tgl

Data Fokus Masalah Etiologi Ttd

1. Kamis/ 25 mei 2017

Ds : klien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak. Do : - klien batuk berdahak.

- Klien terpasang O2 3 liter.

- Ada suara tambahan nafas romchi

Bersihan jalan nafas tidak efektif Obstruksi jalan nafas :sekresi yang tertahan 2. Kamis/ 25 mei 2017 Ds : keluarga mengatakan BAK sedikit. Do : - ureum 164 mg/dl - Creatinin 7,1 mg/dl - Odema dibagian wajah. - Odema di semua ekstremitas atas dan bawah (anasarka). - Crf > 3 detik. Kelebihan volume cairan (00026) Gangguan mekanisme regulasi 3. Kamis/ 25 mei 2017 Ds : keluarga mengatakan klien lemas sejak dibawa ke RS dan semua kegiatan dibantu.

Do : klien tampak pucat - Klien lemas - Td = 180/80 mmhg - N= 88x/m - Rr= 22x/m - Semua kegiatan dibantu

Intoleransi aktivitas Ketidakseimban gan sulpai dan kebutuhan O2 4. Kamis/ 25 mei 2017 Ds : klien mengatakan kulitnya gatal.

Do : - klien tampak pucat. - Turgor kulit kering - Capileri refill >

3detik

- Kulit tidak elastic

Resiko kerusakan integritas kulit

Gangguan metabolisme

(57)

44

Analisa Data Klien 2

Nama : Ny. F No. CM :

12-13-224087 Umur : 22 tahun DX : CKD No. dx Hari/ tgl

Data focus Problem Etiologi Ttd

1. Sabtu/ 27 mei 2017

Ds : klien mengatakan perutnya membesar dan terasa kembung (asites) dan tiba- tiba terasa kenceng. Do : - perut klien tampak membesar

- Permukaan kulit klien megkilat - Ada suara pekak di

perut. Kelebihan volume cairan. Gangguan mekanisme regulasi 2. Sabtu/ 27 mei 2017

Ds : klien mengatakan tiba-tiba sesak nafas.

Do : klien tampak pucat - Td = 190/100 mmhg - N =80x/menit. - RR= 28x/ menit. Ketidakefektifan pola nafas. Keletihan 3. Sabtu/ 27 mei 2017

Ds : klien mengatakan kulit klien terasa gatal.

Do : kulit klien bagian kaki kering dan bersisik.

- Turgor kulit kering - capilerirefile > 3 detik. Resiko kerusakan integritas kulit. Gangguan metabolisme.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

KLIEN 1 KLIEN 2

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Obstruksi jalan nafas :sekresi yang tertahan

2. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi.

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak

seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

4. Resiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan metabolisme.

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan.

2. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi. 3. Resiko kerusakan integritas kulit b.d

(58)

45

VII. RENCANA / INTERVENSI KEPERAWATAN

KLIEN 1 KLIEN 2

No Dx

Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd No dx

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ttd 1

2

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan sesak nafas klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.

2. Bebas dari distress pernafasan. 3. Vital sign dalam

batas normal. - TD 120/ 90 mmhg - Nadi 60-100 x/ menit. - RR 16-24 x/menit. - Suhu 37,3º C.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Terbebas dari odema

2. Vital sign dalam batas normal 3. Terbebas dari 1. Pastikan klien untuk memaksimalkan pernafasan. 2. Posisikan klien semi fowler 3. Lakukan fisioterapi dada bila perlu. 4. Pasangkan alat bantu pernafasan. 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. 2. Monitor output

urin tiap 3 jam. 3. Monitor vital sign. - TD 120/ 90 mmhg - Nadi 60-100 x/

menit.

1

2

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan sesak nafas klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Pola nafas efektif 2. Saturasi O2 95%

3. Frekuensi nafas 12-20x/ menit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan masalah kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan kriteri hasil :

1. Terbebas dari odema. 2. Vital sign dalam batas

normal.

3. Keseimbangan cairan tidak terganggu.

1. Monitor pola nafas : takipneu, bradipneu, pernafasan kusmaul. 2. Monitor adanya penggunaan otot bantu pernafasan. 3. Monitor saturasi O2 4. Monitor KU klien. :Tingkat kesadaran, kelemahan, dan respon.

5. Kaji warna kulit klien.

1. Catat intake dan output yang akurat. 2. Monitor vital sign: - TD 120/ 90 mmhg - Nadi 60-100 x/ menit. - RR 16-24 x/menit. - Suhu 36º C. 3. Monitor hasil laboratorium: Hemoglobin, ureum, dan creatinin.

(59)

46 3 kelemahan, keletihan dan kecemasan. 4. Balance cairan dalam batas normal.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan aktivitas klien dapat dilakukan secara mandiri dengan kriteria hasil :

1. Vital sign dalam batas normal. - TD 120/ 90 mmhg - Nadi 60-100 x/ menit. - RR 16-24 x/menit. - Suhu 37,3º C. 2. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri. - RR 16-24 x/menit. - Suhu 36º C. 4. Monitor hasil laboratorium. - Hemoglobin, ureum, dan creatinin. 5. Monitor masukan makan dan minuman. 6. Anjurkan menghisap tablet vitamin c. 1. Latih klien mobilisasi ditemptat tidur 2. Bantu klien menngidentifikasi kemmpuan apa yang masih bisa dilakukan secara mandiri. 3. Bantu klien mendapatkan alat bantu aktivitas. 4. Latih pergerakan sendi klien. 5. Buat jadwal latihan untuk waktu luang.

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan masalah resiko kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Integritas kulit klien yang baik dapat dipertahankan. 2. Mampu

mempertahankan kelembapan kulit. 3. Tidak ada luka/lesi

dikulit. 4. Memahami proses perbaikan kulit. 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasang urine kateter bila perlu. 5. Monitor cairan klien. 6. Anjurkan menghisap tablet vitamin c. 1. Monitor kulit kering atau tidak. 2. Anjurkan minum tetapi dengan batas tertentu maksimal 200 cc sehari. 3. Beri informasi bagaimana cara merawat kelembapan kulit dengan cara menjaga kebersihan kulit, mengoleskan body lotion atau baby oil .

Referensi

Dokumen terkait

1) Sistem kontak tinggi (high-contact system), konsumen harus menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa pendidikan, rumah sakit, dan transportasi. 2)

Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat diulang kembali dalam kalimat

Ekstrak daun pepaya dosis II memiliki pengaruh diuretik yang setara dengan kontrol positif, Hal ini mengacu pada data hasil uji post hoc volume urin 24 jam

ΑΤ΢ ΧΗΠ ΤΕΥΚ΢ΧΗ Χ΢Ψ ΚΠΔ΢Ψ Τ΢ΧΑΟ΢Ψ ΑΞΞΑ ΑΤ΢ ΠΕΩΧΕΥΗ ΕΤ΢ΧΗ Η αλικεια είναι βζβαια ότι οι άνκρωποι του πολιτιςμοφ τθσ κοιλάδασ του Κνδοφ

Setelah inkubasi equilibration solution dibuang, sebanyak 150 µl suspensi enzim restriksi baik ApaI atau BamHI (135 µl air suling bebas nuklease, 15 µl 10x buffer restriksi, 1,5

Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.. Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa jenis bahan pembenah tanah (kapur, lumpur laut, dan beberapa jenis mikroorganisme tanah) terhadap status

elenium merupakan trace element yang esensial untuk sntesis selenocysteine, yang juga disebut sebagai *+st amino acid . elenium mempengaruhi sistem imunF defisiensi