METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI
Berlin Sibarani
Universitas Negeri MedanAbstract
This paper discusses the concepts of competency‐based language teaching. The focus of the discussion is mainly on methods, approaches, and techniques that closely related to language learning and teaching methods. Besides, it will also be discussed the linguistic theories and its relations to language learning and teaching theories. Further, it will also be discussed other things that related to the language learning and teaching especially the ones related to the planning of language learning and teaching as well as its relation to competency‐based language learning and teaching curriculum.
1. PENDAHULUAN
Keberhasilan pengajaran diukur dari keberhasilan peserta belajar mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya. Artinya, tolak ukur keberhasilan seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar ditunjukkan oleh tingkat capaian peserta belajar terhadap tujuan tersebut. Keberhasilan ini ditentukan oleh banyak faktor dan salah satu di antaranya adalah faktor metode mengajar. Hal ini juga berlaku untuk pengajaran bahasa. Hanya saja, tujuan pembelajaran yang ditetapkan dan konsep metode pengajaran yang dimaksudkan disesuaikan dengan teori bahasa dan belajar bahasa yang ditetapkan.
Pakar pengajaran bahasa mengembangkan beragam metode pengajaran bahasa sesuai dengan perkembangan teori linguistik dan teori belajar bahasa pada zamannya. Masing‐ masing metode memiliki keunggulan dan kelemahannya. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penerapan metode adalah kesesuaian pilihan
metode dengan karakteristik peserta belajar bahasa dengan situasi serta kondisi ketika pembelajaran berlangsung. Kedua faktor ini selalu berubah‐ubah dan tak terduga.
Berdasarkan keyakinan ini, pakar pembelajar bahasa berpendapat bahwa tidak ada metode yang efektif untuk sekelompok peserta belajar pada situasi tertentu bisa jadi tidak efektif pada situasi lain, demikian juga bila peserta belajar berbeda pada situasi yang sama.
Dunkin dan Biddle (1974) mengatakan bahwa seluruh faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengajaran, termasuk pengajaran bahasa, dapat dikelompokkan menjadi tiga variabel. Ketiga variabel ini secara sederhana meliputi seluruh faktor penentu yang terkait dengan (1) guru, seperti penguasaan metode mengajar, penguasaan materi, dll., (2) peserta belajar, komunitas sekolah, ruangan kelas, dan (3) perilaku guru dan peserta belajar yang teramati dalam proses pembelajaran (teacher’s and student’s
observable behavior). Variabel ketiga merupakan hasil
interaksi variabel satu dan dua; dan variabel ketiga (variabel proses) inilah yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran.
Malamah‐Thomas (1987) mengatakan bahwa interaksi kelas ( interaksi guru dan peserta belajar dalam proses belajar mengajar) merupakan realisasi seluruh perencanaan pembelajaran yang
dilakukan guru, termasuk di dalamnya perencanaan metode mengajar yang akan ditetapkan. Interaksi kelas merupakan sarana komunikasi pembelajaran yang sifatnya dinamis dan terdiri atas aksi dan reaksi yang ditujukan baik oleh guru maupun peserta belajar. Aksi dan reaksi saling mempengaruhi dan memungkinkan perencanaan pembelajaran, termasuk perencanaan metode mengajar, berubah. Oleh karena itu Malamah‐Thomas (1987) meyakini bahwa yang paling menentukan keberhasilan pengajaran adalah interaksi kelas bukan pilihan pendekatan pedagogis.
Uraian di atas menunjukkan bahwa guru memiliki peran yang penting untuk menetapkan dan menerapkan metode pengajaran secara variatif sesuai dengan karakteristik peserta belajar dan situasi pembelajaran. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan seperti ini? Seberapa luas pemahaman metode pengajaran harus ditanamkan kepada seorang guru agar memiliki kemampuan
seperti ini? Makalah ini akan membahas konsep metode pengajaran dan berbagai hal ini yang dapat meningkatkan kemampuan guru memilih dan menerapkan metode pengajaran dalam proses pembelajaran.
2. KONSEP METODE PENGAJARAN BAHASA
Kata metode mencakup tiga pemahaman, yaitu (1) pendekatan; (2) metode itu sendiri, dan (3) teknik. Pendekatan ialah tentang hakikat bahasa dan cara belajar bahasa. Oleh karena itu
pendekatan disebut bersifat aksiomatik. Pada
tataran pendekatan yang menjadi pertanyaan penting ialah apakah bahasa itu dan bagaimana
manusia belajar bahasa. Kedua pertanyaan sangat
erat kaitannya dengan teori bahasa dan teori belajar bahasa. Perkembangan kedua teori ini mempengaruhi pertumbuhan metode mengajar baru. Kata metode berarti rencana umum tentang penyampaian materi yang satu dengan yang lainnya dan selalu didasarkan pada pendekatan yang diterapkan. Oleh karena itu metode disebut bersifat prosedural. Kata teknik berarti implementasi pembelajaran di kelas. Secara singkat perbedaan ketiga konsep tersebut dipaparkan pada Tabel 1.
Tabel 1: Perbedaan Pendekatan, Metode, dan teknik dalam Pengajaran Bahasa
No. Jenis Konsep Makna Kegiatan Guru
1 Pendekatan 1. Asumsi tentang hakikat bahasa dan belajar bahasa. 2. Bersifat aksiomatik Memaparkan hakikat bahasa dan cara manusia belajar bahasa. 2 Metode 1. Perencanaan umum tentang penyampaian materi bahasa secara berurutan, tanpa pertentangan 2. Bersifat prosedural Menetapkan dan mengurutkan keterampilan yang akan diajarkan.
3 Teknik 1. Implementasional Melaksanakan rencana dan
mencapai tujuan yang muncul sesaat (immediate objectives) melalui perilaku mengajar di kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 2: Perbedaan Metode Communicative LanguageTeaching dan Audiolingual
No. Jenis Metode Pendekatan Metode Teknik
1 Audio Lingual Method (ALM) 1. Teori bahasa: Linguistik struktural 2. Konsep Bahasa: Structurally related elements of the coding of meaning (system of system) 3. Teori belajar: Behaviorisme: stimulus, response and reinforcement Tujuan pembelajaran bahasa: menguasai elemen sistem (penguasan elemen fonologi, grammar, dan item leksikal). Pengajaran berbasis struktur yang tujuan utamanya adalah kemahiran berbahasa lisan. Melakukan latiuhan (drills: Substitution, repitition drills) berbasis audio‐ lingual dan menekankan faktor hafalan (memorization) 2 Communicative Language Teaching (CLT) Teori Bahasa: Functional Linguistics (Halliday, 1970), Hymes (1972) Konsep bahasa: Bahasa sebagai alat komunikasi. Teori belajar bahasa. (1) teori pemerolehan bahasa; Input hypothesis (Krashen), (2) Prinsip komunikasi: Kegiatan yang melibatkan komunikasi sebenarnya meningkatkan keberhasilan pembelajaran bahasa, (3) prinsip penugasan: bahasa digunakan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi komunikatif dalam suatu komunitas penutur bahasa (speech community): (1) kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, diskors dam kompetensi strategis. Meningkatkan keterlibatan peserta belajar dalam berbagai kegiatan komunikasi: berbagi informasi, melakukan negosiasi makna, dan melakukan interaksi.
Para pakar pengajaran bahasa mengembangkan beragam metode pengajaran yang membedakan antara satu metode dengan metode lain ialah pendekatan yang diterapkan. Perbedaan
pada tataran lain, seperti pada tataran metode dan
teknik merupakan konsekuensi dari perbedaan
pendekatan yang diterapkan.
Perbedaan Communicative Approach (Communicative Language Teaching)
dengan Audio Lingual Method, misalnya, akan terlihat dengan jelas dengan menggunakan ketiga konsep tersebut sebagai kategori pembeda. Perbedaan tersebut dipaparkan pada Tabel 2.
Ketiga konsep tersebut memberi kontribusi yang berbeda‐beda terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Pada
tataran pendekatan, penguasaan teori bahasa membantu guru untuk merencanakan tujuan pembelajaran dan untuk menetapkan materi pembelajaran secara berurutan tanpa konflik. Sedangkan Penguasaan teori belajar membantu guru untuk merencanakan cara penyampaian materi yang ditetapkan. Terjemahan kedua teori ini dituangkan dalam perencanaan pembelajaran pada tataran metode. Pada tataran teknik, penguasaan kedua teori tersebut meningkatkan kemampuan guru untuk merealisasikan seluruh rencana melalui perilaku mengajar dan meningkatkan kesensitifan guru terhadap immediate objective
(kebutuhan siswa yang tidak terpikirkan pada saat perencanaan pembelajaran) dan kemahiran menetapkan cara untuk memnuhi tuntutan kebutuhan tersebut. Kehadiran
immediate objective menunjukkan bahwa
tidak mungkin merencanakan seluruh perilaku pembelajaran di luar kelas secara sempurna.
3. METODE PENGAJARAN DAN KOMPETENSI BAHASA
Pada dasarnya semua metode pengajaran bahasa berbasis kompetensi meskipun konsep kompetensi tidak sama pada semua metode pengajaran. Makna kata berbasis pada frasa ini ialah bahwa perencanaan pembelajaran pada
suatu metode pengajaran dilakukan untuk mencapai kompetensi bahasa yang direncanakan untuk dicapai. Dalam pemahaman seperti ini, teori bahasa yang dijadikan sebagai dasar pendekatan sangat menentukan. Metode pengajaran audio lingual (ALM), yang pendekatannya didasarkan pada teori bahasa struktural, pada dasarnya bertujuan untuk menguasai kompetensi bahasa tertentu, yakni kompetensi gramatikal meskipun sesungguhnya di dalam metode tersebut kata kompetensi
gramatikal tidak ditemukan (lihat Tabel 2). Namun
demikian pemahaman umum terhadap kompetensi bahasa ialah kompetensi komunikatif seperti yang dikemukakan oleh Halliday (1970) dan Hymes (1972) dalam Richards (1986). Metode pengajaran berbasis kompetensi didasarkan pada pendekatan yang menerapkan teori bahasa yang terdapat di dalam Sosio Linguistik dan Linguistik Fungsional dan bertujuan untuk mencapai kompetensi komunikatif suatu komunitas penutur bahasa.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, pengajaran bahasa Inggris bertujuan untuk mencapai kompetensi komunikatif komunitas penutur bahasa Inggris pada umumnya. Di dalam kurikulum pendidikan menengah, misalnya, peserta belajar diharapkan mampu (kompeten) atau memiliki kompetensi dasar komunikasi transaksional pada semua keterampilan berbahasa (listening, speaking, reading, dan writing). Pada jenjang ini tujuan
pengajaran mulai dari kelas x sampai dengan kelas xii sama. Misalnya, kompetensi komunikasi transaksional menjadi tujuan di semua kelas; yang berbeda adalah indikator kompetensi.
Indikator kompetensi menjadi gambaran tingkat capaian kompetensi dasar. Artinya, untuk mengetahui penguasaan kompetensi dasar, misalnya kompetensi komunikasi transaksional, peserta belajar harus mampu melakukan semua indikator kompetensi; misalnya: melaksanakan
instruksi lisan. Melalui indikator kompetensi
dapat diketahui apakah seorang peserta belajar sudah kompeten dalam suatu kompetensi komunikatif tertentu dan seberapa kompeten peserta tersebut. Jadi indikator kompetensi menjadi bukti kompetensi sekaligus petunjuk tingkat penguasaan kompetensi. Indikator kompetensi suatu kompetensi dasar yang tidak
mungkin selesai diajarkan di kelas x akan disebarkan ke kelas xi dan xii menurut prosedur metode pengajaran yang diterapkan.
Communicative Language Teaching
atau Communicative Approach adalah salah satu contoh metode pengajaran yang berbasis kompetensi. Sesuai dengan prinsipnya, metode ini akan mengurutkan penyampaian inikator kompetensi berdasarkan kebutuhan komunikasi peserta belajar; kerumitan struktur kalimat akan menjadi pertimbangan kedua. Metode pengajaran yang lain, misalnya, ALM akan mengurutkan materi pelajaran berdasarkan kerumitan struktur kalimat.
Pada jenjang pendidikan tinggi, terutama pada jurusan linguistik terapan, mislanya jurusan bahasa Inggris terapan, sebagian pengajaran bahasa Inggris bertujuan untuk mencapai kompetensi komunikatif komunitas penutur bahasa Inggris berprofesi tertentu. Pengajaran ini secara umum dikenal dengan sebutan bahasa Inggris untuk tujuan khusus atau English for Spesific Purpose (ESP). Pengajaran ini menonjolkan kebutuhan komunikasi peserta belajar pada profesi tertentu. Gambaran kebutuhan komunikasi diperoleh melalui analisis kebutuhan. Pertanyaan utama pada analisis ini ialah kompetensi komunikatif apa yang harus dimiliki seseorang agar dia dapat bekerja pada lingkungan profesi tertentu. Jadi acuan kompetensi adalah kebutuhan pasar kerja dan oleh karena itu, pada pengajaran ini tidak perlu semua kompetensi komunikatif diajarkan. Metode pengajaran yang diterapkan pada jurusan ini tidak berbeda dengan metode pengajaran berbasis kompetensi lainnya, seperti Communicative Language
Teaching (CLT).
Metode pengajaran bahasa kebanyakan berbasis struktur; yang
berbasis kompetensi sedikit jumlahnya. Selain CLT, Natural Approach dapat digolongkan pada metode pengajaran bahasa yang berbasis kompetensi. Hakikat bahasa menurut metode ini ialah sebagai alat komunikasi dan teori belajar yang dijadikan dasar pembelajaran adalah teori pemerolehan bahasa terutama input hypothesis yang dikemukakan oleh Krashen.
5. PENUTUP
Metode mengajar bahasa mengisyaratkan tiga konsep, yaitu (1) pendekatan, (2) metode, dan (3) teknik. Faktor utama yang membedakan suatu metode dengan metode lain ialah pendekatan yang diterapkan, yang meliputi teori linguistik dan teori belajar bahasa. Perencanaan pembelajaran bahasa tidak mungkin dilakukan secara tuntas dalam artian detail perilaku pengajaran. Munculnya immediate objectives
merupakan ketidaktuntasan perencanaan. Kesadaran (awareness) dan kesensitifan terhadap
objectives seperti ini dan kemampuan mencari
cara mengatasi hal tersebut sangat diperlukan. Jadi keberhasilan pengajaran dapat ditentukan oleh ketepatan pemahaman pendekatan (teori linguistik dan teori belajar bahasa), pelaksanaan metode pengajaran (perencanaan pembelajaran), pelaksanaan teknik mengajar (realisasi rencana pembelajaran di kelas berlangsung dan kesadaran (awareness), kesensitifan serta kemampuan mengatasi immediate objectives. Hal ini berlaku untuk semua metode pengajaran, termasuk metode pengajaran berbasis kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum.2004. Kurikulum 2004 SMA: Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Dunkin, M.J. and Biddle, B.J. 1974. The study of
Teaching. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Malamah, T.A. 1987. Classroom Interaction. Oxford: Oxford University Press.
Richards, J.C. and Rogers, T.S. 1986. Approaches
and Methods in Language Teaching: A Description and Analysis. Cambridge: