• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. v BAB I PENDAHULUAN I 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. v BAB I PENDAHULUAN I 2"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ii iii v BAB I PENDAHULUAN I – 2 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Pengertian dan Kedudukan RPJPD Kab. Bangka 1.3.1. Pengertian RPJPD Kabupaten Bangka 1.3.2. Kedudukan RPJPD Kabupaten Bangka 1.4. Landasan Hukum 1.5 Sistematika Penulisan I - 2 I - 3 I - 3 I - 3 I - 4 I - 4 I - 5 BAB II PPRROOFFIILL,,AANNAALLIISSIISSDDAANNPPRREEDDIIKKSSIIKKOONNDDIISSIIUUMMUUMMKKAABBUUPPAATTEENN B BAANNGGKKA A II – 2

2.1. Kondisi dan Analisis

2.1.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup 2.1.2. Demografi

2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam 2.1.4. Sosial Budaya

2.1.5. Sarana dan Prasarana 2.1.6. Pemerintahan Umum II – 2 II - 3 II - 21 II - 27 II - 57 II – 96 II – 114 BAB III VISI, MISI DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

KABUPATEN BANGKA

III – 2 3.1. Permasalahan Umum Pembangunan

3.2. Modal Dasar Pembangunan

3.3. Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bangka (2005 – 2025)

3.4. Misi Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bangka (2005 – 2025)

3.4.1. Misi Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal dan Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

3.4.2. Misi Pengembangan SDM yang Berkualitas dan Memiliki Daya Saing Kompetitif

III – 2 III – 2 III – 3 III – 6 III - 7 III – 8

(2)

iv

melalui Pemerataan Hasil-hasil Pembangunan Secara Lebih adil

3.4.4. Misi Sarana dan Prasarana pendukung

3.4.5. Misi Penciptaan Kondisi dan Lingkungan Investasi yang Kondusif

3.4.6. Misi Penciptaan Pemerintahan Kabupaten Bangka yang Good Governance (Tata Kelola Pemerintah yang Baik)

3.5. Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bangka (2007-2027) III – 10 III – 11 III – 11 III – 12 III – 12

BAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH IV – 2 4.1. Arah Pembangunan Umum

4.1.1. Arah Pembangunan potensi ekonomi lokal secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 4.1.2. Arah Pengembangan Kualitas Sumber Daya

Manusia

4.1.3. Arah Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan 4.1.4. Arah Pengembangan Prasarana dan Sarana 4.1.5. Arah Penciptaan Kondisi Dan Lingkungan

Investasi yang Kondusif

4.1.6. Arah Reformasi Birokrasi Menuju Ketatapemerintahan yang Baik 4.2. Arah Pembangunan Kewilayahan dan Kawasan

4.2.1. Arah Pembangunan Kewilayahan 4.2.2. Arah Pembangunan Kawasan

IV – 2 IV – 2 IV – 7 IV – 9 IV – 11 IV – 15 IV – 16 IV – 19 IV – 19 IV – 21

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Nama Tabel Hal

2.1. Nama Kabupaten dan Luas Wilayah Setelah Pemekaran

Kabupaten II – 3

2.2. Luas Wilayah Kabupaten Bangka Berdasarkan Topografi II – 4 2.3. Potensi Lahan Pertambangan yang Sudah Dikembangkan II – 5

2.4. Jenis Tanah di Kabupaten Bangka II – 6

2.5. Potensi Perikanan Kabupaten Bangka II – 7

2.6. Rencana Pengembangan Perikanan di Wilayah Kabupaten Bangka II – 8 2.7. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan, Arah Angin dan Kecepatan

Angin Rata-rata, 2005 II – 9

2.8. Tekanan Udara, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Penyinaran

Matahari Rata-rata Menurut Bulan di Kabupaten Bangka, 2005 II – 10 2.9. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka, 2004 II – 11

2.10. Potensi Penggunaan Lahan II – 12

2.11. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di kabupaten Bangka,

2004 II – 13

2.12. Kawasan Berfungsi Lindung Di Kabupaten Bangka (Ha) II – 13 2.13 Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bangka II – 14 2.14. Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten

Bangka II – 22

2.15. Kepadatan Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten

Bangka, 2005 II – 22

2.16. Angka Kelahiran dan Kematian di Kabupaten Bangka II – 23 2.17. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bangka,

2005

II – 24

2.18. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bangka, 2000–2004 II – 24 2.19. PDRB Menurut Sektor Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten

Bangka, Tahun 2000-2004 (Jutaan Rp.)

II – 29

2.20. PDRB Menurut Sektor Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bangka, Tahun 2000-2004 (Jutaan Rp.)

II – 30

2.21 Pertumbuhan Ekonomi (PE) Kabupaten Bangka, 2001-2004 II – 31 2.22. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut

Sektor Usaha

ADH Berlaku Di Kabupaten Bangka, Tahun 2001–2004

II – 32

(4)

vi

Tabel Nama Tabel Hal

Sektor Usaha

ADH Konstan Di Kabupaten Bangka, Tahun 2001–2004 2.24. Luas Panen, Produksi dan Produkstivitas Tanaman Pangan di

Kabupaten Bangka, Tahun 2003–2005 II – 34

2.25. Kuasa Pertambangan di Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004

II – 38

2.26. Proporsi Kuasa Pertambangan di Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004

II – 39

2.27. Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Bangka, Tahun 2004 II – 40 2.28. Jumlah Industri Besar, Sedang dan Industri Kecil Formal menurut

Kecamatan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Bangka, Tahun 2004

II – 40

2.29. Klasifikasi Industri Besar menurut Jenis Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi di Kabupaten Bangka Tahun 2004

II – 41

2.30. Jumlah Akomodasi Hotel/Penginapan Menurut Kecamatan Dan

Klasifikasi Di Kabupaten Bangka tahun 2005 II – 42 2.31. Jumlah Hotel/Penginapan Menurut Kecamatan, Jumlah Kamar

dan Tempat Tidur Di Kabupaten Bangka tahun, 2005 II – 43 2.32. Analisis LQ, Shift-Share dan Tipologi Klassen Di Kabupaten

Bangka tahun 2000–2004 II – 51

2.33. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Taman Kanak-Kanak Swasta

menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005 II – 59 2.34. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Dasar Negeri menurut

Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005 II – 60 2.35. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Dasar Swasta menurut

Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005

II – 60

2.36. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Madrasah Ibtidaiyah Negeri menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005

II – 61

2.37. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Madrasah Ibtidaiyah Swasta

menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005 II – 61 2.38. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SLTP Negeri menurut

Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005 II – 62 2.39. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SLTP Swasta menurut

Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003-2005 II – 63 2.40. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Tsanawiyah Negeri menurut

Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005

II – 63

2.41. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Tsanawiyah Swasta menurut

Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005 II – 64 2.42. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMU Negeri menurut Kecamatan

di Kabupaten Bangka, 2003–2005

II – 64

2.43. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMU Swasta menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005

(5)

Tabel Nama Tabel Hal 2.44. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMK Negeri menurut Kecamatan

di Kabupaten Bangka, 2003–2005 II – 66

2.45. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SMK Swasta menurut Kecamatan

di Kabupaten Bangka, 2003–2005 II – 67

2.46. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Madrasah Aliyah Negeri menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005

II – 67

2.47. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Madrasah Aliyah Swasta menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2003–2005

II – 68

2.48. APK dan APM Tingkat Pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan

SMU/SMK/MA dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2005

II – 70

2.49. Pencapaian APK dan APM Tingkat Pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMU/SMK/MA di Kabupaten Bangka dan Nasional, 2004-2005 (Persen)

II – 70

2.50. Jumlah Siswa Putus Sekolah (DO) di Kabupaten Bangka, 2004– 2005 (Persen)

II – 72

2.51. Jumlah RS, BKIA, Balai Pengobatan, Puskesmas, Pustu dan Apotek di Kabupaten Bangka, 2005

II – 73

2.52. Jumlah Balai Pengobatan, BKIA, Dokter Praktek Swasta di Kabupaten Bangka, 2005

II – 74

2.53. Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten Bangka, 2005 II – 75 2.54. Jumlah Tenaga Paramedis Perawat Kesehatan menurut

Pendidikan di Kabupaten Bangka, 2005 II – 75 2.55. Jumlah Penduduk yang Menderita Gangguan Kesehatan dirinci

menurut 10 Jenis Penyakit di Kabupaten Bangka, 2005

II – 76

2.56. Perkembangan Index Mutu Hidup di Kabupaten Bangka, 2001– 2005

II – 78

2.57. Jumlah Keluarga Sejahtera di Kabupaten Bangka, 2005 II – 79 2.58. Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Bangka, 2005 II – 80 2.59. Jumlah Wisatawan Asing yang Berkunjung ke Kabupaten Bangka,

2004-2005 II – 84

2.60. Jumlah Tamu asing dan Domestik yang Datang ke Kabupaten

Bangka, 2005 II – 84

2.61. Panjang Jalan Propinsi dan Kabupaten Menurut Permukaan Jalan (Km),

Kondisi dan Kelas Jalan di Kabupaten Bangka, 2005

II – 98

2.62. Tingkat Pelayanan Jalan di Kabupaten Bangka Tahun 2005 II – 99 2.63. Panjang Jembatan Propinsi dan Kabupaten II – 100 2.64. Jumlah Unit Kendaraan yang diuji/KIR II – 100 2.65. Jumlah Pesawat dan Penumpang yang Berangkat dari Bandar II – 103

(6)

viii

Tabel Nama Tabel Hal

Udara Depati Amir Bangka

2.66. Jumlah Sekolah, Guru, Murid Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka, 2005

II – 104

2.67. Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Bangka, 2005 II – 105 2.68. Tempat Ibadah Menurut Jenis dan Kecamatan, 2005 II – 106 2.69. Perkembangan Daya Tersambung dan Jumlah Pelanggan di

Kabupaten Bangka II – 108

2.70. Jumlah Pelanggan Air Minum, 2005 II – 109

2.71. Jumlah Dana dan Sarana/Prasarana Menurut Kecamatan di

Kabupaten Bangka Tahun Anggaran 2005 II – 115 2.72 Struktur Organisasi yang Sudah Dibentuk II – 116 3.1. Urutan Prioritas Pembangunan Daerah, 2005-2025 III - 17

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1

1..11 LLAATTAARRBBEELLAAKKAANNGG

Kabupaten Bangka merupakan salah satu kabupaten yang berada di pulau Bangka dan termasuk dalam wilayah administratif Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000. Sejak lama kabupaten ini dikenal sebagai daerah penghasil utama timah dan lada di Indonesia. Sejarah panjang sebagai daerah penghasil utama timah dan lada ternyata tidak secara otomatis meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten ini. Perencanaan pembangunan selama pemerintahan orde baru yang cenderung sentralistis, nampaknya tidak memberi manfaat yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Bangka sendiri dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimilikinya.

Seiring dengan pelaksanaan reformasi dan otonomi daerah, berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2003 kabupaten ini dimekarkan menjadi 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Selatan. Otonomi daerah telah memberikan sejumlah peluang dan sekaligus tantangan bagi daerah. Salah satu peluang yang diberikan melalui otonomi daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan selalu mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat melalui peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman masing-masing daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam penyelenggaraannya, otonomi daerah harus mampu menjamin terciptanya keserasian hubungan antara Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah serta menjamin hubungan yang serasi antar Daerah dengan Pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

(8)

I - 2

Dalam upaya untuk merealisasikan tujuan pembangunan, aspirasi dan keinginan para pemangku kepentingan yang tertuang dalam tujuan pembangunan jangka panjang daerah, diperlukan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bangka 2005-2025 untuk menjembatani, menjaga kesinambungan, mensinergikan dan mensinkronkan perencanaan antar waktu, antar pelaku maupun antar wilayah pembangunan se Kabupaten Bangka, dengan pemerintah provinsi Bangka Belitung dan Pemerintah Pusat.

1

1..22 MMAAKKSSUUDDDDAANNTTUUJJUUAANN

RPJPD Kabupaten Bangka 2005-2025 sebagai dokumen perencanaan pembangunan wilayah administratif kabupaten untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan di Kabupaten Bangka (pemerintah kabupaten, masyarakat dan dunia usaha) dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman dan arahan yang jelas bagi setiap pemangku kepentingan (stakeholders) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dalam upaya mewujudkan kehidupan yang demokratis, transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat daerah yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.

1

1..33 PPEENNGGEERRTTIIAANNDDAANNKKEEDDUUDDUUKKAANNRRPPJJPPDDKKAABBUUPPAATTEENNBBAANNGGKKAA 1

1..33..11.. PPeennggeerrttiiaannRRPPJJPPDDKKaabbuuppaatteennBBaannggkkaa

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bangka Tahun 2005–2025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Bangka untuk periode 20 tahun yang memuat kondisi umum, visi, misi dan arah pembangunan di Kabupaten Bangka. Penyusunan RPJP Daerah ini didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Bangka yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(9)

1

1..33..22.. KKeedduudduukkaannRRPPJJPPDDKKaabbuuppaatteennBBaannggkkaa

(1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bangka mempunyai kedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan di Kabupaten Bangka dalam jangka panjang (20 tahun), yang merupakan pengejawantahan kehendak masyarakat di lingkungan Kabupaten Bangka dengan tetap memperhatikan arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);

(2) RPJPD Kabupaten Bangka berfungsi sebagai arah serta pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, bagi Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), pelaku bisnis dan sektor swasta serta seluruh komponen masyarakat guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan di Kabupaten Bangka; (3) Bagi Kepala Daerah, RPJPD merupakan acuan dalam menyusun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai wujud pengimplementasian visi, misi dan program prioritas Kepala Daerah terpilih.

1

1..44 LLAANNDDAASSAANNHHUUKKUUMM

a. Landasan Idiil : Pancasila b. Landasan Konstitusional : UUD 1945 c. Landasan Operasional :

1). Tap MPR RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan;

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

(10)

I - 4

6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kab. Bangka Selatan, Kab. Bangka Tengah, Kab. Bangka Barat dan Kab. Belitung Timur di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

10) Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004–2009.

1

1..55 SSIISSTTEEMMAATTIIKKAAPPEENNUULLIISSAANN

RPJPD Kabupaten Bangka 2005-2025 disusun dalam sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab II Profil, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Kabupaten Bangka Bab III Visi, Misi, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Kabupaten

Bangka

Bab IV Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bangka Bab V Kaedah Implementasi

(11)

B

B

A

A

B

B

I

I

I

I

P

P

R

R

O

O

F

F

I

I

L

L

,

,

A

A

N

N

A

A

L

L

I

I

S

S

I

I

S

S

,

,

D

D

A

A

N

N

P

P

R

R

E

E

D

D

I

I

K

K

S

S

I

I

K

K

O

O

N

N

D

D

I

I

S

S

I

I

U

U

M

M

U

U

M

M

K

K

A

A

B

B

U

U

P

P

A

A

T

T

E

E

N

N

B

B

A

A

N

N

G

G

K

K

A

A

2.1. KONDISI DAN ANALISIS

Kabupaten Bangka merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang kaya akan potensi Sumber Daya Alam (SDA). Potensi SDA tersebut merupakan salah satu modal dasar untuk melaksanakan roda pemerintahan bagi kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan potensi yang ada, selama kurun waktu 5 tahun ini, berbagai kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan secara umum telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Namun banyak juga permasalahan dan kendala yang dihadapi, terutama berkaitan dengan masalah keterisolasian akibat topologi wilayah yang bergelombang. Berikut bahasan tentang gambaran umum kondisi dasar saat ini, yang dapat digunakan sebagai analisis dalam menentukan strategi pembangunan daerah, arah kebijakan keuangan daerah, maupun kebijakan umum dan program daerah Kabupaten Bangka pada 20 tahun ke depan, yang terbagi ke dalam beberapa kondisi umum, meliputi:

1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup 2. Demografi

3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam 4. Sosial dan Budaya

5. Sarana dan Prasarana 6. Pemerintahan Umum

Dalam bahasan kondisi dasar masing-masing bidang tersebut, di samping berbagai permasalahan yang dihadapi saat ini, juga dibahas kondisi kemajuan yang telah dicapai. Sementara dalam analisis proyeksi selain pembahasan tentang proyeksi tantangan, peluang, permasalahan, juga dibahas proyeksi keberhasilan untuk 20 tahun ke depan berdasar data pendukung yang tersedia pada saat ini. Pada masing-masing bidang dibuat satu kesimpulan umum untuk memprediksikan kondisi yang akan dicapai dalam jangka panjang.

(12)

II - 2

2.1.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup

1) Input A. Topografi

Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan luas ± 2.950,68 km2 atau 295.058 Ha. Sebelum diundangkannya UU RI Nomor 5 Tahun 2002, luas wilayahnya mencapai 1.153.412 Ha (11.534,14 km2) yang mencakup 22

Kecamatan, 212 Desa/kelurahan dan 537 Kampung. Saat ini wilayah Kabupaten Bangka dimekarkan menjadi 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah, dan Kabupaten Bangka Selatan.

Tabel 2.1. Nama Kabupaten dan Luas Wilayah Setelah Pemekaran Kabupaten

No Kabupaten Luas Ibukota

1 Bangka 2.950,68 km2 Sungailiat

2 Bangka Barat 2.820,61 km2 Mentok

3 Bangka Tengah 2.155,77 km2 Koba

4 Bangka Selatan 3.607,08 km2 Toboali Sumber: http://www.bangka.go.id/pembagian_wilayah.htm

Dengan adanya pemekaran tersebut, jumlah kecamatan di Kabupaten Bangka menjadi hanya 8, dengan 67 Desa/kelurahan dan 132 Kampung. Batas wilayah secara administratif Kabupaten Bangka adalah Laut Natuna di sebelah utara dan sebelah timur, Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Tengah di sebelah selatan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bangka Barat, Selat Bangka dan Teluk Kelabat.

Sebagian besar tanah di Kabupaten Bangka adalah berpasir dan mempunyai pH rata-rata di bawah 5. Di dalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Umumnya tanah di Kabupaten Bangka tergolong berat, berwarna abu-abu dan berpasir kwarsa. Tanah bagian atas terdiri dari 8,9% gromula, 27,7% hitam dan 64,4% pasir.

(13)

Dilihat dari segi morfologi dan topografi, struktur tanah di Kabupaten Bangka (sebelum pemekaran) beraneka ragam dan dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk dan keadaan tanah yaitu: 4% berbukit yang mencakup wilayah antara lain Gunung Maras, Bukit Pelawan, dan Bukit Rebo. Gunung Maras adalah gunung tertinggi di Kabupaten Bangka dengan ketinggian ± 445 meter di Mentok. Gunung lainnya seperti Gunung Permis, Gunung Paku dan Gunung Pelawan, mengingat ketinggiannya yang relatif rendah, lebih tepat disebut dengan istilah “Bukit”. Pada tanah perbukitan ini, jenis tanahnya adalah Komplek Podsolik coklat kekuning-kuningan dan Litosol yang berasal dari Batu Plutonik Masam.

Selain itu, 51% dari areal yang ada di Kabupaten Bangka merupakan tanah yang berombak dan bergelombang, dengan jenis Asosiasi Podsolik coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam; 20% lemah/datar sampai berombak dengan jenis tanah Asosiasi Podsolik berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit. Sisanya adalah rawa dan bencah/datar yang mencapai 25% dengan jenis tanah Asosiasi Alluvial hedromotif dan Glei Humus serta Regosol kelabu muda yang berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

Tabel 2.2. Luas Wilayah Kabupaten Bangka Berdasarkan Topografi

No Struktur Tanah Luas

1 Tanah berbukit sampai bergunung 4% 2 Tanah berombak dan bergelombang 51%

3 Tanah lembah/datar 20%

4 Tanah rawa dan bencah/datar 25% Sumber: Bangka Dalam Angka, 2005

B. Struktur Litologi, Geologi, dan Jenis Tanah

Kondisi geologi di wilayah Kabupaten Bangka cukup potensial untuk kawasan pertambangan. Hampir di seluruh wilayah perencanaan tersebar bahan tambang, seperti material timah (tin), kaolin, kwarsa (quartz), pasir bangunan, dan granit. Berdasarkan proses terbentuknya, kwarsa dan pasir dapat dikategorikan sebagai batuan endapan. Sedangkan jika dilihat dari komposisi mineral yang menyusunnya, merupakan butiran-butiran yang cukup besar. Di wilayah perencanaan, batuan ini terjadi sebagai akibat endapan yang terbawa oleh air. Sedangkan batuan granit berdasarkan

(14)

II - 4

proses terbentuknya dapat dikategorikan sebagai batuan beku dan dalam proses lebih lanjut, batuan ini mengalami pelapukan terutama pada unsur felspat yang membentuk suatu komposisi mineral hidrat silikat aluminium yang dikenal dengan istilah populer yaitu kaolin. Kaolin merupakan bahan baku untuk pembuatan kertas, keramik, deterjen, lem, kosmetik, dan bahan untuk industri kimia. Pasir kwarsa dibandingkan dengan pasir biasa adalah lebih putih dan butirannya lebih kecil. Material ini digunakan untuk pembuatan kaca. Sejauh ini areal pertambangan yang telah dikembangkan mencapai 427.857,83 Ha, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.3. Potensi Lahan Pertambangan yang Sudah Dikembangkan

No Komoditas Luas Lahan (Ha)

1 Timah 424.578,14 2 Kaolin 580,87 3 Pasir kwarsa 2.105,50 4 Pasir Bangunan 448,86 5 Granit 144,46 Sumber: http://www.bangka.go.id/keadaan_tanah.htm

Dilihat dari struktur tanahnya, Kabupaten Bangka terdiri dari jenis tanah Aluvial dengan luas 20,28 km2, Aluvial Hidromorf 199,62 Km2, Litosol 209,32

km2, dan Podsolik mencapai 2.521,45 km2, dengan persebaran menurut

kecamatan sebagai berikut:

Tabel 2.4. Jenis Tanah di Kabupaten Bangka, 2004 No Kecamatan Luas Jenis Tanah (km

2)

Jumlah Aluvial Aluvial Hidromof Litisol Podsolik

1 Sungaliat 18,23 128,15 146,38 2 Bakam 14,84 58,93 414,33 488,1 3 Pemali 15,92 111,95 127,87 4 Merawang 3,59 20,02 140,78 164,39 5 Puding Besar 53,43 329,86 383,29 6 Mendo Barat 109,9 460,56 570,46 7 Belinyu 12,25 6,28 63,4 464,57 546,5 8 Riau Silip 8,03 11,58 32,82 471,25 523,68 Jumlah 20,28 199,62 209,32 2521,45 2950,67

(15)

Potensi mineral tambang seperti timah beserta ikutannya (monazit, ilmenit, zorcon, dll), bahan galian golongan C (pasir kwarsa, pasir uruk, kaolin granit, dan diabas) merupakan produk unggulan sektor pertambangan di Kabupaten Bangka. Sejauh ini cadangan ekonomis timah di darat sudah relatif kecil mengingat eksplorasi timah di Kabupaten Bangka telah dilakukan sejak tahun 1709, namun cadangan yang ada di perairan, terutama pada kedalaman lebih dari 20 meter diperkirakan masih cukup besar dan dapat memperpanjang umur tambang itu sendiri. Upaya peningkatan volume eksplorasi terutama di daerah perairan masih diperlukan dengan memperhatikan efisiensi penambangan, kuota produktivitas pada batas yang masih menguntungkan secara ekonomis sebagai upaya menghemat pendayagunaan SDA timah serta menjaga kondisi lingkungan perairan.

C. Hidrologi dan Klimatologi

Kabupaten Bangka adalah Kabupaten dengan banyak aliran sungai. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Bangka adalah Sungai Baturusa, Sungai Rangkui, Sungai Selindung, Sungai Selan, Sungai Menduk, Sungai Kurau, Sungai Jering, Sungai Kampa, dan Sungai Layang. Sungai-sungai ini berpotensi untuk pengembangan sumber air bersih dan irigasi. Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan yang berada di bagian tengah Pulau Bangka dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai tersebut umumnya berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan di laut. Data yang ada menunjukkan bahwa potensi perikanan yang sudah dikembangkan untuk air tawar 7,2620 ha, air payau 212,31 ha, dan perikanan laut 0,003 ha.

(16)

II - 6

Tabel 2.5. Potensi Perikanan Kabupaten Bangka No Kecamatan

2004

Tawar Payau Laut Potensi Kolong

Luas

(ha) Potensi Luas (ha) Potensi Luas (ha) Potensi Jumlah Luas (ha) 1 Sungailiat 0,9198 15 3,00 20,0 0,003 60 15 24,23 2 Merawang 2,9112 1300 179,81 3.750 - 50 10 14,68 3 Pemali 0,0456 50 - - - - 40 64,63 4 Riau Silip 0,0730 250 7,50 2.340,92 - 6000 50 80,82 5 Puding Besar 0,4372 850 - 6.427,57 - - 3 4,40 6 Mendo Barat 0,7658 550 - 11.111,37 - 50 20 25,00 7 Belinyu 2,0950 1300 22,00 6.605,96 - 12.000 75 121,23 8 Bakam 0,0144 15 - 1.646,82 - 10 28 45,24 Jumlah 7,2620 4330 212,31 31,902 0,003 18.170,00 241 380,23

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bangka 2004

Dari Tabel 2.5. luas pengusahaan perikanan air tawar maupun air payau dan air laut maupun kolong masih sangat potensial ditingkatkan. Dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bangka 2016, disebutkan bahwa pengembangan perikanan di wilayah Kabupaten Bangka diarahkan untuk memanfaatkan potensi pengembangan yang ada yang meliputi budidaya tambak dengan potensi 31.902,64 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan berikut:

Tabel 2.6. Rencana Pengembangan Perikanan di Wilayah Kabupaten Bangka

No Kecamatan Luas (Ha)

Tambak Kolong & Kolam Laut

1 Bakam 1.646,82 60,24 - 2 Belinyu 6.605,56 1.421,23 500 3 Mendo Barat 11.111,37 575 20 4 Merawang 3.750 1.314,68 20 5 Puding besar 6.427,57 854,40 - 6 Riau Silip 2.340,92 330,82 200 7 Sungailiat 20 39,23 20 8 Pemali - 39,23 - Jumlah 31.902, 64 4.170,23 765

(17)

Sedangkan sesuai dengan potensinya, arahan pengembangan budidaya perikanan air tawar kolong dan kolam seluas 4.170,23 Ha dan budidaya laut seluas 765 Ha yang tersebar sebagaimana tabel 2.5 dan tabel 2.6 di atas. Kolong adalah danau yang bukan merupakan danau alam, namun hanya merupakan areal bekas penambangan bijih timah yang luas sehingga menyerupai danau buatan yang sering disebut dengan kolong. Di wilayah Kabupaten Bangka banyak terdapat potensi air yang cukup besar yang tertampung pada kolong-kolong bekas penambangan timah, jumlahnya mencapai 208 buah dengan kedalaman rata-rata 9,5 meter.

Dari sisi klimatologi, Kabupaten Bangka memiliki iklim tropis tipe A dengan variasi curah hujan antara 72,2 mm hingga 410,2 mm tiap bulan pada tahun 2005, dengan curah hujan terendah pada bulan Februari. Rata-rata curah hujan dalam satu tahun = 220 hari atau 343,7 mm per bulan.

Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 25,7oC hingga 27,7oC. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 78% hingga 87%

pada tahun 2005. Sementara, besarnya intensitas penyinaran matahari pada tahun 2005 rata-rata bervariasi antara 19,0% hingga 57,3%, dan tekanan udara memiliki pola yang cukup stabil dengan kisaran variasi yang sempit antara 1.008,9 mb hingga 1.010,9 mb.

Dengan musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober sampai April. Musim penghujan dan kemarau di Kabupaten Bangka juga dipengaruhi oleh dua musim angin, yaitu Muson Barat dan Muson Tenggara. Angin Muson Barat yang basah pada bulan November, Desember, dan Januari banyak mempengaruhi bagian utara Pulau Bangka. Sedangkan, angin Muson Tenggara yang datang dari Laut Jawa mempengaruhi cuaca di bagian selatan Pulau Bangka. Jumlah curah hujan, hari hujan, arah angin dan kecepatan angin rata-rata setiap bulannya dapat dilihat pada tabel 2.7 dan tabel 2.8 sebagai berikut:

(18)

II - 8

Tabel 2.7. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan, Arah Angin, dan Kecepatan Angin Rata-rata, 2005

Bulan Hujan (mm) Curah Hari Hujan (Hari) Arah Angin Angin (Knot) Kecepatan

Januari 228,1 16 U 3 Februari 72,2 13 U 3 Maret 211,3 18 U 3 April 223,0 20 T 2 Mei 219,6 15 T 3 Juni 155,8 14 T-TG 3 Juli 118,6 13 T 4 Agustus 155,9 15 S 4 September 177,8 11 TG 4 Oktober 190,5 19 T 2 Nopember 398,3 22 S-B 1 Desember 410,2 27 BL 2

Sumber: Bangka Dalam Angka 2005

Tabel 2.8. Tekanan Udara, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Penyinaran Matahari Rata-rata Menurut Bulan di Kabupaten Bangka, 2005

Bulan Tekanan Udara Rata-rata

(mb)

Suhu Udara Kelembab an Udara (%) Penyinaran matahari rata-rata (%) Max Min Rata-rata

Januari 1010,6 30,4 23,0 26,2 84 54,2 Februari 1011,1 32,0 23,7 27,1 82 43,4 Maret 1010,9 31,9 24,0 27,1 83 42,8 April 1010,6 31,8 24,0 27,2 83 36,3 Mei 1009,4 31,9 24,5 27,7 82 43,7 Juni 1009,1 31,7 24,6 27,6 81 43,8 Juli 1010,1 31,6 24,2 25,7 78 57,3 Agustus 1010,3 31,7 24,2 27,4 78 55,0 September 1010,3 32,1 24,4 27,7 78 48,0 Oktober 1010,0 31,5 24,1 27,2 80 31,6 November 1009,7 30,8 23,7 26,4 86 23,3 Desember 1008,9 30,5 23,2 26,2 87 19,0

(19)

D. Penggunaan Lahan

Peruntukan ruang wilayah Kabupaten Bangka masih didominasi oleh kawasan hutan lindung dan hutan produktif yang mencapai 47,26%, disusul kemudian kuasa pertambangan (27,26%), dan peruntukan lainnya (25,48%). Penggunaan tanah berdasarkan peruntukannya, secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.9. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka, 2004

No Penggunaan Lahan Luas Persentase

1 Lahan Sawah

Irigasi Teknis 268 0,09 Irigasi Setengah Teknis 850 0,29 Irigasi Sederhana 460 0,16 Irigasi Desa/Non PU 280 0,09 Tadah hujan 40 0,01 2 Lahan Bukan Sawah Pekarangan 15.751 5,34 Tegal/kebun 17.532 5,94 Ladang/Huma 11.555 3,92 Penggembalaan/Padang Rumput 2.116 0,72 Sementara Tak diusahakan 28.779 9,75 Hutan Rakyat 29.789 10,10 Hutan Negara 9.571 3,24

Perkebunan 19.008 6,44

Lain-lain 137.060 46,45

3 Lain-lain Rawa tidak ditanami 21.882 7,42

Tambak 86 0,03

Kolam/Tebat/Empang 41 0,01

Jumlah 295.068 100,00

Sumber: RPJPD Provinsi kepulauan Bangka Belitung 2007-2027, 2006

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Tahun 2016, teridentifikasi potensi untuk pengembangan penggunaan lahan dengan berbagai pemanfaatan meliputi pemanfaatan budidaya pertanian dan budidaya non pertanian dengan komposisi pemanfaatan sebagai berikut:

(20)

II - 10

Tabel 2.10. Potensi Penggunaan Lahan

Kawasan Kesesuaian Lahan Kecamatan Luas (km2)

Budidaya pertanian

Tanaman lahan basah Belinyu 33,39

Tanaman pangan lahan kering Bakam 181,45 Belinyu 175,24 Mendo Barat 170,72 Puding Besar 179,77 Riau Silip 48,99

Tanaman perkebunan Seluruh Kecamatan 1.911,42

Budidaya non Pertanian Pertambangan Bakam 91,67 Belinyu 183,89 Mendo Barat 128,14 Merawang 51,66 Pemali 71,74 Riau Silip 303,62 Sungailiat 14,26 wilayah laut 297,25 Pemukiman Bakam 255,93 Belinyu 83,44 Mendo Barat 331,04 Merawang 148,54 Pemali 7,57 Riau Silip 169,72 Sungailiat 0,01

Sumber: RTRW Kabupaten Bangka, 2006

Sementara itu dalam rangka terpeliharanya daya dukung lingkungan, maka konsep pengembangan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut:

1. Memantapkan fungsi lindung kawasan-kawasan yang memiliki kriteria kawasan lindung, baik kawasan lindung di wilayah darat (hutan lindung, sempadan sungai) maupun kawasan lindung di wilayah laut dan pesisir (sempadan pantai, terumbu karang dan hutan mangrove). Sejauh ini wilayah Kabupaten Bangka memiliki sumber daya hutan yang cukup besar. Luas hutan di Kabupaten Bangka adalah seluas 105.275,48 ha yang terbagi dalam hutan konvensi, hutan lindung, dan hutan produksi. Kawasan hutan di Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut:

(21)

Tabel 2.11. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di Kabupaten Bangka, 2004

No Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase

1 Hutan Konservasi 15.845,02 16.71

2 Hutan Lindung 11.697,40 12.22

3 Hutan Produksi 81.826,06 71.07

Jumlah 109.368,48

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bangka, 2007

Dari seluruh kawasan yang ada, kawasan yang berfungsi lindung berdasar kecamatan yang ada adalah sebagai berikut:

Tabel 2.12. Kawasan Berfungsi Lindung Di Kabupaten Bangka (Ha), 2006 No Kecamatan

Jenis Kawasan Lindung

Hutan Kawasan Hutan

Lindung resapan Air Kawasan Sempadan Sungai

1 Bakam - 6060,17 218,97 4200,51 2 Belinyu 4.474 6374,53 220,99 1074,29 3 Mendo Barat 2.040 165,48 4 Merawang - 407,12 5 Pemali - 6 Puding Besar 1.125 400,38 7 Riau Silip 2.143,25 331,35 10570,20 8 Sungailiat 1.797,75 288,53

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bangka 2007

2. Pemanfaatan potensi-potensi sumber daya wilayah yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian wilayah sekaligus merubah struktur tata ruang wilayah ke arah yang lebih ideal, namun tetap memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan konsep tersebut, maka alokasi ruang wilayah Kabupaten Bangka dibagi atas 2 kawasan utama, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya berupa hutan lindung dan kawasan konservasi. Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan suaka alam, pelestarian dan cagar budaya. Sementara itu kawasan budidaya terdiri dari kawasan budidaya pertanian dan non

(22)

II - 12

pertanian. Secara terinci masing-masing kawasan terbagi dalam areal sebagai berikut:

(23)

Tabel 2.13. Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bangka

Pemanfaatan Ruang Bakam Belinyu Mendo Barat Merawang Pemali Puding Besar Riau Silip Sungailiat Kabupaten Bangka I. Kawasan Lindung

1. Kawasan Hutan Konservasi 6.060,17 6.374,53 317,32 12.752,02

2. Kawasan Hutan Lindung 66,16 3.926,86 83,41 515,43 146,25 89,23 3.502,44 994 9.323,78

3. Sempadan Pantai 510,64 265,2 225,55 637,43 558,71 2.187,53

4. Sempadan Sungai 218,97 220,99 165,48 407,12 - 400,38 331,35 288,53 2.032,82 Total Kawasan Lindung 6.345,30 11.033,02 514,09 1.148,10 146,25 400,38 4.788,54 1.841,24 26.296,15 II. Kawasan Budidaya

1. Budidaya Pertanian

a. Hutan Produksi 5.966 13.663 8.613 2576,41 5808 14.671 17.301 2.615 71.213 b. Perkebunan 30026 6566,06 38344,3 7179,39 3776,3 15385 10492,09 5097,94 116.867 c. Pertanian Lahan Basah 50 3.104 1.443 100 40 2.700 3.100 50 10.587 d. Pertanian Lahan Kering 5612,93 12829,76 6.970 2357 1830 3.766 15.205 2.094 50.664

e. Budidaya Perikanan 280 2.250 795 1.670 60 1.000 700 55 6.810

Total Budidaya Pertanian 2. Budidaya Non Pertanian

a. Permukiman 530 1.627 733,47 409,1 1106,4 317,93 680,74 2.027 7.432

b. Pariwisata 76 1000 20 1000 1.134 3.230

c. Kawasan Industri 3.500 283 3.783

d. Kawasan Hankamneg 7 50 57

(24)

II - 14

Pemanfaatan Ruang Bakam Belinyu Mendo Barat Merawang Pemali Puding Besar Riau Silip Sungailiat Kabupaten Bangka III. Wilayah Kuasa

Pertambangan 0

1. Di Wilayah Daratan 9246,33 18548,4 12924,9 6280,08 4025,1 - 30625,67 3580,02 85.230

2. Di Wilayah Laut - 12033,32 - 4322,69 - - 6907,35 7648,51 30.912

Total Wilayah Kuasa

Pertambangan 0

IV. Kawasan Tumpang Tindih - - - 0

Kuasa Pertambangan dengan

Hutan Produksi 772,5 7976,94 4444,69 1192,37 2264,3 16062,79 223,94 32.938 Kuasa Pertambangan dengan

Perkebunan 7858,46 2352,01 7289,62 5016,02 1601 8285,03 2999,22 35.401 Kuasa Pertambangan dengan

Permukiman 42,17 264,69 24,36 71,7 159,88 132,2 356,86 1.052

Kuasa Pertambangan dengan

Pertanian Lahan Basah 1464,3 1.464

Kuasa Pertambangan dengan

Pertanian Lahan Kering 573,2 6490,46 1166,21 6145,65 14.376

Total Kawasan Tumpang

Tindih 9246,33 18548,4 12924,9 6280,09 4025,1 0 30625,67 3580,02 85.231

(25)

Pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian dari kebijakan nasional, merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan Kabupaten Bangka, mengingat kabupaten ini memiliki potensi besar pada kawasan laut dan pesisir sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah. Dilihat dari kawasan pemanfaatan ruang laut, di Kabupaten Bangka terdapat pada kawasan Selat Karimata–Laut Cina Selatan dengan lingkup wilayah antara lain Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Lampung. Sedangkan untuk pusat pengembangan terletak di Pangkalpinang dengan wilayah pelayanan meliputi seluruh wilayah perairan (laut/teluk/selat) Bangka Belitung.

Kegiatan pengembangan kerjasama antar kawasan Selat Karimata–Laut Cina selatan terutama dalam lingkup Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi kegiatan pengembangan penangkapan ikan yang terdiri dari ikan pelagis besar, pelagis kecil, dan ikan demersal. Pusat kegiatan di Bangka Belitung adalah di Tanjung Pandan dan Sungailiat yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bangka.

1.1) Permasalahan

Dalam rangka menyongsong era globalisasi, maka pembangunan wilayah harus mampu memenuhi tuntutan global yang selalu berwawasan lingkungan sehingga pembangunan tersebut berkelanjutan. Beberapa isu utama yang perlu mendapat perhatian dalam rangka pengelolaan lingkungan di Kabupaten Bangka antara lain yang berkaitan dengan masalah lingkungan dan pencemaran adalah sebagai berikut:

(1) Rawan bencana

Pulau Bangka sangat berpotensi terkena bencana erosi, abrasi, dan sedimentasi akibat pembukaan lahan besar-besaran untuk kegiatan penambangan timah, baik yang sifatnya konvensional maupun inkonvensional. Dampak penggalian pasir timah yang polanya menyerupai ladang berpindah berdampak pada sungai-sungai di sekitarnya, akibat tumpukan sisa penggalian yang terbawa arus hujan dan masuk ke sungai sehingga menjadi tercemar dan berwarna keruh. Selain mencemarkan sungai, penambangan timah massive juga akan mengubah struktur tanah dan dapat menyebabkan kelongsoran.

(2) Intrusi air laut

Intrusi air laut terjadi antara lain karena tingginya penyedotan air tanah, berubahnya struktur tanah dan rusaknya mangrove sebagai salah

(26)

II - 16

satu penahan masuknya air laut di Pulau Bangka seperti terlihat di Kampung Nelayan Sungailiat.

(3) Pencemaran

Peruntukan sungai di Pulau Bangka adalah sebagai saluran drainase, alat transportasi dan tempat mandi/cuci (MCK). Secara umum sungai-sungai yang ada digolongkan pada kelas III dan IV, yaitu sungai-sungai yang digunakan untuk perikanan dan pertanian. Pencemar sungai berupa sedimentasi dan logam ikutan akibat penambangan. Penyebabnya berasal dari limbah cair timah dan limbah rumah tangga. Beberapa hal yang mempengaruhi perubahan tata guna lahan di hulu dan sepanjang sungai adalah dibukanya lahan pertanian dan adanya perkebunan liar, penambangan rakyat dan perkebunan lada serta kelapa sawit.

(4) Kerusakan Hutan Mangrove

Secara umum kerusakan hutan mangrove di Pulau Bangka dikarenakan oleh aktivitas manusia seperti adanya pembukaan lahan untuk kegiatan tambak, perkebunan, pertanian, tempat tinggal, penambangan dan pembangunan lainnya. Berdasarkan data kualitatif Bapedalda Provinsi Bangka Belitung, tingkat kerusakan hutan mangrove di Pulau Bangka berada pada skala rusak menengah sampai berat.

(5) Kerusakan Terumbu Karang.

Dapat dikatakan bahwa potensi terumbu karang di wilayah sekitar pulau bangka sudah sangat berkurang. Secara umum kerusakan terumbu karang di perairan Bangka tergolong rusak sedang sampai berat. Penyebab utama kerusakan terumbu karang adalah:

Penggunaan bom dan potas;

Penggunaan trawl mini dan sejenisnya;

Belum adanya pelampung tambah (mooring buoy) dan dermaga pulau-pulau kecil;

Perusakan oleh wisatawan berupa penginjakan (trampling); Sedimentasi dari daerah aliran sungai;

Pencemaran oleh limbah industri, rumah tangga dan minyak; Pemanasan global;

Pengambilan karang untuk bahan bangunan dan perhiasan;

(6) Pembangunan wilayah belum sepenuhnya mengacu pada tata ruang wilayah yang baik.

(27)

1.2.) Capaian Keberhasilan

Beberapa capaian keberhasilan dalam lingkup geomorfologi dan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut:

(1) Terealisasikannya program rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam yang terdiri dari kegiatan penurapan Sempadan Kolong dan revegetasi tanaman di Sempadan Kolong Pemali. Selain itu juga telah dilaksanakan pengadaan dan penanaman bibit pohon penghijauan/reklamasi Daerah aliran Sungai Jelitik;

(2) Terealisasikannya program peningkatan kapasitas kelembagaan dan ketatalaksanaan, yang terdiri dari pengadaan alat-alat pemantau kualitas air laboratorium lingkungan dan terlaksananya kursus penilai AMDAL;

(3) Terealisasikannya program penertiban aktivitas pemanfaatan pengelolaan sumber daya alam;

(4) Terealisasikannya program penyehatan lingkungan pemukiman/sekolah/kantor-kantor dinas yang terdiri dari penataan ruang terbuka hijau Sungailiat;

2) Analisis

2.1) Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bidang Geomorfologi dan Lingkungan Hidup dalam rangka perencanaan pembangunan jangka panjang.

(1) Di wilayah Kabupaten Bangka banyak terdapat potensi air yang cukup besar yang tertampung pada kolong-kolong bekas penambangan timah. Potensi ini dapat dikembangkan untuk budidaya ikan air tawar, air minum dalam kemasan, pariwisata, sumber air untuk industri serta pertanian yang merupakan modal bagi pengembangan perekonomian di Kabupaten Bangka pada masa yang akan datang;

(2) Selain kolong-kolong yang ada, wilayah Kabupaten Bangka juga banyak dilalui oleh sungai besar yang berpotensi untuk pengembangan sumber air bersih dan irigasi;

(3) Potensi mineral tambang seperti timah beserta ikutannya (monazit, ilmenit, zorcon, dan lain-lain), bahan galian golongan C (pasir kwarsa, pasir uruk, kaolin, granit dan diabas) merupakan produk unggulan di sektor pertambangan, yang diperkirakan masih cukup besar dan dapat memperpanjang umur tambang itu sendiri terutama di wilayah perairan pada kedalaman > 20 meter. Potensi ini merupakan modal bagi upaya

(28)

II - 18

peningkatan volume eksplorasi tentu saja dengan memperhatikan efisiensi penambangan, kuota produktivitas pada batas yang masih menguntungkan secara ekonomis dan menjaga kualitas lingkungan perairan;

(4) Luas perairan di Kabupaten Bangka mengandung potensi perikanan yang cukup besar seperti ikan pelagis, demersal dan udang. Terpeliharanya lingkungan laut yang baik membuat potensi ikan pelagis seperti ikan tongkol dan tenggiri tidak pernah habis. Selain itu lahan untuk

aquaculture seperti pertambakan ikan dan udang juga masih cukup

luas. Potensi tersebut belum termasuk yang dapat dikembangkan sebagi

marineculture seperti budidaya rumput laut, budidaya ikan laut dengan

sistem kerambah, teripang, hatchery dan sebagainya di masa mendatang;

(5) Dengan geomorfologi yang ada, Kabupaten Bangka memiliki banyak potensi wisata alam baik yang ada di darat maupun di pantai dan laut. Di masa datang, potensi wisata yang dimiliki dapat dikembangkan selain yang telah ditetapkan saat ini berupa 5 tapak kawasan wisata dan daerah terumbu karang dengan ditunjang oleh tersedianya prasarana dan sarana wisata pendukungnya. Potensi daerah konservasi merupakan daya tarik yang sangat besar sebagai obyek wisata lingkungan.

2.2) Proyeksi Ancaman

Dalam upaya mencapai hasil pembangunan yang optimal, beberapa faktor penghambat bidang geomorfologi dan lingkungan hidup berikut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan.

(1) Kabupaten Bangka sangat berpotensi terkena bencana erosi, abrasi dan sedimentasi akibat pembukaan lahan besar-besaran untuk kegiatan penambangan timah. Walaupun potensi penambangan masih cukup besar, namun jika sistem penambangan yang dilakukan tidak ramah lingkungan dan sesuai dengan tata ruang yang ada, maka tanah rusak/kolong-kolong akibat penambangan akan terus meluas. Selain mencemari sungai, penambangan ini juga akan merubah struktur tanah yang dapat menyebabkan kelongsoran.

(2) Kabupaten Bangka berpotensi terjadinya intrusi air laut karena tingginya penyedotan air tanah, berubahnya struktur tanah dan rusaknya hutan mangrove sebagai salah satu penahan masuknya air laut ke daratan.

(29)

(3) Kabupaten Bangka merupakan salah satu daerah penyangga ekosistem di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Akibatnya jika di Kabupaten Bangka terjadi penurunan kualitas ekosistem, maka dapat memicu perubahan kualitas ekosistem dalam lingkup yang lebih luas. (4) Deposit timah diperkirakan tidak akan bertahan dalam jangka waktu 20

tahun ke depan.

2.3) Proyeksi Permasalahan

Beberapa permasalahan yang berpotensi untuk muncul dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Bangka dalam jangka panjang adalah:

(1) Perlunya memperhatikan kebijakan pembangunan yang memperhatikan kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup. Dengan potensi kekayaan SDA yang dimiliki, maka kebijakan pemanfaatan SDA yang hanya mengejar peningkatan ekonomi semata akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

(2) Potensi kekayaan SDA di Kabupaten Bangka merupakan salah satu daya tarik bagi investor. Masuknya para investor selain memberikan keuntungan juga dapat menimbulkan masalah-masalah lingkungan yang lebih kompleks. Dalam hal ini perlu sistem pemantauan dan pengendalian terhadap kualitas lingkungan yang ada.

(3) Kondisi daya dukung lingkungan yang berpotensi untuk semakin menurun, harus diimbangi dengan semakin berfungsinya aparatur penegak hukum dalam menjalankan kegiatan pemantauan dan pengendalian lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang berpotensi untuk muncul adalah kurang dilibatkannya masyarakat, khususnya masyarakat lokal dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan SDA.

(4) Belum terlihat adanya trade off antara penurunan SDA dengan peningkatan kualitas SDM.

2.4) Proyeksi Keberhasilan

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung, penghambat maupun potensi permasalahan yang akan muncul dalam bidang geomorfologi dan lingkungan hidup, maka dalam jangka panjang akan dicapai keberhasilan-keberhasilan sebagai berikut:

(1) Dengan semakin meningkatnya kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, maka dalam 20 tahun ke depan, akan

(30)

II - 20

terwujud sistem pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Jika tidak ada upaya perbaikan yang ditunjang oleh teknologi diperkirakan perbaikan struktur tanah memerlukan waktu 20 tahun. (2) Upaya peningkatan fungsi dan kapasitas pengelola lingkungan hidup

akan semakin optimal seiiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.

3) Output

Dalam lingkup geomorfologi dan lingkungan hidup, diprediksikan untuk 20 tahun ke depan, pembangunan Kabupaten Bangka akan mengalami kemajuan yang pesat. Sebagai konsekuensi dari pembangunan tersebut maka kebutuhan lahan sebagai tempat untuk menampung kegiatan pembangunan maupun sarana pendukungnya akan semakin besar. Akibatnya kebutuhan akan pembukaan kawasan baru terutama yang menyangkut kemungkinan penurunan kawasan lindung akan semakin luas. Tanpa

masterplan yang jelas, permasalahan di atas akan membawa konsekuensi

keseimbangan ekosistem bagi Kabupaten Bangka. Akibat lain yang muncul adalah terjadinya peningkatan permasalahan lingkungan hidup yang lain seperti pencemaran air, udara, dan tanah termasuk terjadinya erosi tanah yang juga akan semakin besar. Namun besarnya komitmen pemerintah Kabupaten Bangka dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan yang didukung dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat sebagai akibat dari peningkatan pendidikan, maka penerapan berbagai upaya pembangunan yang ramah lingkungan akan semakin besar.

2.1.2. Demografi

1) Input A. Penduduk

Kondisi demografi mempunyai kedudukan yang sentral dalam pembangunan daerah, yaitu kedudukannya sebagai subyek pembangunan dan juga sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan diharapkan dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomis di antaranya biaya tenaga kerja yang relatif murah

(31)

dan terjaminnya persediaan tenaga kerja. Dalam lingkup perencanaan, sebagai subyek, penduduk membuat perencanaan yang diwakili oleh perencana. Sedangkan sebagai obyek pembangunan mengandung arti bahwa segala upaya yang dilakukan oleh pembangunan sasarannya adalah guna meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penduduk. Dalam hal perencanaan, tingkah laku, dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam proses perencanaan.

Tabel 2.14 berikut menunjukkan jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bangka. Tabel ini juga menunjukkan jumlah penduduk pada setiap kecamatan pada tahun 2004 dan 2005. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sungailiat sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Puding Besar. Perkembangan jumlah penduduk terbesar terjadi di Kecamatan Merawang dan terkecil di Kecamatan Riau Silip.

Tabel 2.14. Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bangka

No Kecamatan Tahun Perkembangan (%)

2004 2005 1 Sungailiat 64.324 64.856 0,82 2 Bakam 15.032 15.207 1,15 3 Pemali 19.711 19.848 0,69 4 Merawang 21.826 22.103 1,25 5 Puding Besar 14.951 15.007 0,37 6 Mendo Barat 36.661 37.016 0,96 7 Belinyu 37.293 37.530 0,63 8 Riau Silip 19.729 19.801 0,36 229.527 231.368 0,80

Sumber: Bangka Dalam Angka, BPS

Tabel 2.14 menunjukkan jumlah penduduk pada setiap kecamatan pada tahun 2004 dan 2005. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sungailiat sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Puding Besar. Perkembangan jumlah penduduk terbesar terjadi di Kecamatan Merawang dan terkecil di Kecamatan Riau Silip. Rata-rata perkembangan penduduk di Kabupaten Bangka sebesar 0,80%. Jumlah penduduk dan pertumbuhan di setiap kecamatan relatif merata.

(32)

II - 22

Tabel 2.15. Kepadatan Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bangka 2005

No Kecamatan Luas Daerah Jumlah Penduduk (jiwa/km2) Kepadatan

(km2) Jiwa % 1 Sungailiat 146,38 64.856 28,01 443,07 2 Bakam 488,1 15.207 6,57 31,16 3 Pemali 127,87 19.848 8,57 155,22 4 Merawang 164,4 22.103 9,55 134,45 5 Puding Besar 383,29 15.007 6,48 39,15 6 Mendo Barat 570,46 37.016 15,99 64,89 7 Belinyu 546,5 37.676 16,27 68,94 8 Riau Silip 523,68 19.806 8,55 37,82 2.951 231.519 100 78,46

Sumber: Bangka Dalam Angka, BPS

Tabel 2.15 menunjukkan luas daerah, jumlah penduduk, dan kepadatan pada setiap kecamatan pada tahun 2005. Kecamatan Mendo Barat merupakan kecamatan terluas sedangkan Kecamatan Sungailat merupakan kecamatan tersempit. Total luas Kabupaten Bangka adalah 2.951 km2.

Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Sungailiat dan paling sedikit adalah Kecamatan Puding Besar. Jika dilihat dari kepadatannya, Kecamatan Sungailiat merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi dan Kecamatan Bakam merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bangka adalah 78,46 km2. Kepadatan penduduk pada tiap

kecamatan relatif tidak merata.

Tabel 2.16 menunjukkan angka kelahiran dan kematian pada tahun 2004 dan 2005, pertumbuhan angka kelahiran tertinggi terdapat pada Kecamatan Merawang dan paling rendah pada Kecamatan Riau Silip (terjadi penurunan jumlah kelahiran). Sedangkan pertumbuhan angka kematian tertinggi terdapat pada Kecamatan Bakam dan paling rendah pada Kecamatan Puding Besar. Ketidakmerataan pertumbuhan angka kelahiran dan kematian antar kecamatan cukup tinggi.

(33)

Tabel 2.16. Angka Kelahiran dan Kematian di Kabupaten Bangka

No Kecamatan Lahir Perubahan Mati Perubahan

2004 2005 % 2004 2005 % 1 Sungailiat 848 890 4,95 217 239 10,14 2 Bakam 172 197 14,53 32 62 93,75 3 Pemali 234 278 18,80 97 108 11,34 4 Merawang 229 300 31,00 60 60 0,00 5 Puding Besar 211 64 -69,67 59 8 -86,44 6 Mendo Barat 362 446 23,20 155 156 0,65 7 Belinyu 466 395 -15,24 206 286 38,83 8 Riau Silip 200 53 -73,50 71 20 -71,83 2.722 2.623 -3,64 897 939 4,68 Sumber: Bangka Dalam Angka, BPS

B. Angkatan Kerja

Tabel 2.17 menggambarkan sebaran penduduk produktif dan yang tidak produktif, penduduk di Kabupaten Bangka lebih didominasi oleh penduduk berusia produktif (15–64 tahun) dengan jumlah 164.330 jiwa (66,57%). Penduduk yang tidak produktif terdiri dari 74.612 jiwa (30,23%) penduduk berusia di bawah 14 tahun dan 7.896 (3,20%) penduduk berusia di atas 64 tahun. Jika dilihat dari sebaran usia penduduk, Kabupaten Bangka memiliki jumlah sumber daya manusia produktif yang banyak sehingga berpotensi untuk meningkatkan kapasitas produksi (output) daerah.

Tabel 2.17. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bangka, 2005

No Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1 0–14 tahun 37.514 29,48 37.098 31,02 74.612 30,23 2 15–64 tahun 85.920 67,52 78.410 65,57 164.330 66,57 3 > 64 tahun 3.818 3,00 4.078 3,41 7.896 3,20 127.252 100 119.586 100 246.838 100

Sumber: Bangka Dalam Angka, BPS

Tabel 2.18. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bangka, 2005

No Tahun Bekerja Mencari Kerja Bkn Angk. Kerja Jumlah

Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1 2005 96.454 - 11.939 - 63.831 - 172.223 Sumber: Bangka Dalam Angka, BPS

(34)

II - 24

Data tahun 2000-2004 tidak disajikan karena data jumlah angkatan kerja sebelum pemekaran. Tabel 2.18 menggambarkan angkatan kerja pada tahun 2005, data-data 2000-2004 belum menggambarkan keadaan angkatan kerja Kabupaten Bangka yang baru. Menurut data yang tersaji di BPS, sampai dengan tahun 2000 hingga 2004, angkatan kerja masih tergabung dengan angkatan kerja di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah, dan Bangka Selatan.

1.1) Permasalahan

Berdasar data yang ada, pada saat ini Kabupaten Bangka menghadapi beberapa permasalahan bidang demografi sebagai berikut:

(1) Seperti juga di daerah lain pada umumnya, permasalahan demografi yang selama ini dialami adalah terkait dengan kualitas, kemampuan, kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan penyebaran penduduk yang tidak merata serta tidak berkorelasi dengan perkembangan potensi ekonomi.

(2) Struktur penduduk didominasi oleh usia produktif, yaitu pada umur 15-64 tahun sekitar 66,57% dari total penduduk. Ini memberikan implikasi bahwa pada masa 20 tahun ke depan akan terjadi peningkatan beban penduduk usia tua yaitu umur 60 tahun atau lebih.

(3) Angka pengangguran dan selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini merupakan bahaya yang mengancam apabila tidak segera dicarikan solusinya.

(4) Pelayanan kependudukan serta catatan sipil masih belum baik. Minimnya catatan kependudukan dapat menyebabkan program-program pembangunan menjadi tidak tepat sasaran. Hal ini terutama menyangkut masalah pelayanan bagi keluarga miskin dalam hal kesehatan maupun yang lainnya.

(5) Di bidang ketenagakerjaan, kualitas SDM tenaga kerja di Kabupaten Bangka relatif masih rendah.

(6) Masih rendahnya peran penduduk perempuan dalam kegiatan pembangunan.

1.2) Capaian Keberhasilan

Beberapa program pelaksanaan pembangunan bidang demografi telah mencapai beberapa keberhasilan sebagai berikut:

(35)

(1) Terealisasikannya beberapa kegiatan dalam sistem administrasi kependudukan termasuk pemutakhiran sistem administrasi kependudukan.

(2) Peningkatan kapasitas kelembagaan.

(3) Terealisasikannya kegiatan ketenagakerjaan seperti penetapan dan sosialisasi UMK dan berbagai pelatihan ketenagakerjaan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(4) Pembinaan berbagai kegiatan Keluarga Berencana dalam upaya pengendalian pertumbuhan penduduk.

2) Analisis

2.1) Proyeksi Peluang

Pada prinsipnya pembangunan manusia adalah upaya peningkatan kualitas SDM sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa peluang yang diproyeksikan akan muncul untuk memberi peluang yang lebih baik bagi upaya peningkatan SDM di Kabupaten Bangka adalah:

(1) Terbukanya kesempatan untuk meningkatkan usia harapan hidup melalui berbagai kegiatan terutama dalam bidang perbaikan gizi dan kesehatan.

(2) Terjadinya penurunan pertumbuhan penduduk dengan semakin meningkatnya keberhasilan upaya pengendalian jumlah penduduk melalui berbagai kegiatan Keluarga Berencana.

(3) Semakin meningkatnya komposisi demografi ke arah yang lebih ideal antara jumlah penduduk usia produktif dan non produktif. Dengan semakin besarnya jumlah penduduk produktif, akan memberi peluang yang lebih besar bagi modal pembangunan di wilayah Kabupaten Bangka.

2.2) Proyeksi Ancaman

Ancaman terhadap pembangunan kependudukan di Kabupaten Bangka pada intinya datang dari:

(1) Masih adanya kemiskinan yang tidak hanya dipengaruhi oleh dimensi ekonomi tetapi juga dimensi non ekonomi.

(2) Masih rendahnya produktifitas masyarakat sebagai akibat dari pola pikir yang subsisten.

(36)

II - 26

(3) Masih banyaknya pengangguran sukarela sebagai akibat dari pola pikir masyarakat yang bersifat instan (maunya bekerja pada pekerjaan yang cepat menghasilkan seperti pertambangan).

(4) Pertambahan jumlah penduduk yang diakibatkan oleh migrasi penduduk cukup tinggi. Dengan peningkatan ini secara langsung akan menambah biaya sosial (social cost).

2.3) Proyeksi Permasalahan

Permasalahan bidang demografi yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Bangka dalam jangka panjang adalah:

(1) Terjadinya struktur penduduk yang semakin menua karena semakin tingginya harapan hidup dan menurunnya pertumbuhan penduduk. (2) Adanya arus urbanisasi dan kurang meratanya penyebaran penduduk.

2.4) Proyeksi Keberhasilan

Keberhasilan bidang demografi diproyeksikan dapat dicapai Kabupaten Bangka dalam kurun waktu 20 tahun ke depan adalah:

(1) Tercapainya rata-rata pertumbuhan penduduk yang kurang dari 1 % per tahun.

(2) Menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. (3) Menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan. (4) Meningkatnya kualitas dan harapan hidup.

3) Output

Kondisi demografi Kabupaten Bangka pada tahun 20 akan menunjukkan struktur penduduk yang semakin menua karena semakin kecilnya laju pertumbuhan penduduk (kurang dari 1 %) dipicu oleh menurunnya angka kelahiran yang disertai meningkatnya harapan hidup. Meskipun menurun, pertumbuhan penduduk tetap mengakibatkan peningkatan kepadatan penduduk. Dengan adanya globalisasi akan mengakibatkan meningkatnya arus migrasi yang menyebabkan heterogenitas.

(37)

2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam

1

1)) IInnppuutt A

A.. SSttrruukkttuurrPPDDRRBB

Salah satu ukuran untuk mengetahui kinerja ekonomi suatu daerah adalah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai nilai produksi barang dan jasa suatu daerah selama satu tahun. Perkembangan PRDB Kabupaten Bangka selama kurun waktu 5 tahun terakhir ditunjukkan dalam Tabel 2.19 (atas dasar harga berlaku), Tabel 2.20. (atas dasar harga konstan) dan Pertumbuhan Ekonomi (atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan) seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.21.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, total PDRB Kabupaten Bangka atas harga dasar berlaku terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 bernilai 1,451 trilyun rupiah dan terus meningkat sampai tahun 2006 menjadi sebesar 2,839 trilyun rupiah. Sedang atas dasar harga konstan, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, total PRDB juga terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 bernilai 1,298 trilyun rupiah dan terus meningkat sampai pada tahun 2006 menjadi sebesar 1,636 trilyun rupiah.

Dan kurun waktu 5 tahun terakhir tersebut sumbangan pada total PDRB Kabupaten Bangka didominasi oleh Sektor Pertanian, dengan rata-rata 22,84% (atas harga berlaku) dan 29,18% (atas harga konstan). Sumbangan terbesar dari sektor pertanian sebagai sektor pertama yang mendominasi dalam sumbangan terhadap PDRB adalah dari tanaman perkebunan, dengan rata-rata 12,51% atas dasar harga berlaku dan 19,01% atas dasar harga konstan. Pada rangking kedua sumbangan terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bangka adalah dari Sektor Perdagangan, hotel, dan restoran dengan rata-rata 24,49% (atas harga berlaku) dan 25,14% (atas harga konstan). Sedang sektor terkecil yang menyumbang PDRB Kabupaten Bangka adalah Sektor Listrik, Gas, dan Air yaitu sebesar 0,81% (atas harga berlaku) dan 0,68% (atas harga konstan).

(38)

II - 28

B. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Meskipun terus mengalami peningkatan atau perbaikan, namun perbaikan tersebut tidak linear dengan pertumbuhannya. Pertumbuhan Ekonomi (PE) dari tahun 2000–2006 terlihat fluktuatif (Tabel 2.21). Berdasarkan PDRB atas harga berlaku pada tahun 2001, PE 11,88%, menurun pada tahun 2002 menjadi 11,72% dan pada tahun 2003, 2004, dan 2005 mengalami peningkatan menjadi 19,36%, 19,52% dan 20,39%. Dan pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 13,95%. Sedang atas dasar harga konstan, pada tahun 2001, PE 6,45%, menurun pada tahun 2002 menjadi 5,05%. Pada tahun 2003 meningkat menjadi 8,47%. Sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 4,45%. Secara umum, fluktuasi ini cenderung disebabkan dua faktor utama. Pertama, karena terjadi fluktuasi harga terhadap beberapa komoditas utama, seperti lada dan timah. Kedua, karena kebijakan deregulasi perdagangan komoditi timah dan kebijakan pendirian smelter. Seperti diketahui, perekonomian Kabupaten Bangka sangat tergantung kepada kedua komoditi tersebut. Perubahan kebijakan dan perubahan harga di pasar internasional yang berimbas ke harga domestik, secara langsung akan juga merubah PDRB-nya.

(39)

Tabel 2.19. PDRB Menurut Sektor Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Kabupaten Bangka Tahun 2002-2006 (Jutaan Rp.)

Sumber: PDRB Kabupaten Bangka, BPS-BAPEDA 2006

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen 1 PERTANIAN 383.903 26,45 415.455 23,99 463.209 22,38 523.560 21,01 578.805 20,38 a. Tanaman Bahan Makanan 73.338 5,05 69.985 4,04 74.188 3,58 82.164 3,30 105.857 3,73 b. Tanaman Perkebunan 220.644 15,20 246.701 14,24 258.569 12,49 265.748 10,66 283.242 9,97 c. Peternakan dan hasil- hasilnya 20.120 1,39 22.118 1,28 24.857 1,20 27.785 1,11 26.272 0,93

d. Kehutanan 15.305 1,05 16.372 0,95 17.361 0,84 16.826 0,68 16.709 0,59

e. Perikanan 54.497 3,76 60.280 3,48 88.233 4,26 131.067 5,26 146.725 5,17 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 265.650 18,31 299.164 17,27 431.302 20,83 587.025 23,55 606.343 21,35 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 103.392 7,12 214.932 12,41 245.769 11,87 282.771 11,35 329.046 11,59 4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 10.695 0,74 12.607 0,73 16.508 0,80 21.411 0,86 26.079 0,92

5 BANGUNAN 97.243 6,70 108.460 6,26 127.988 6,18 160.187 6,43 222.254 7,83

6 PERDAGANGAN, HOTEL&RESTORAN 384.039 26,46 429.525 24,80 495.644 23,94 589.933 23,67 669.033 23,56 7 PENGANGKUTAN&KOMUNIKASI 52.556 3,62 57.960 3,35 65.488 3,16 74.127 2,97 87.523 3,08 8 KEUANGAN, PERSEWAAN&JASA PERUSAHAAN 51.290 3,53 58.920 3,40 67.587 3,26 73.164 2,94 79.946 2,82 9 JASA- JASA 102.398 7,06 135.094 7,80 156.672 7,57 180.018 7,22 240.713 8,48 TOTAL (PDRB DENGAN TIMAH) 1.451.166 100,00 1.732.117 100,00 2.070.167 100,00 2.492.196 100,00 2.839.742

Penduduk (pertengahan tahun) 215 224 229 247 256

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 16 Medan. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui 1) Kemampuan belajar siswa 2) Pelaksanaan bimbingan dan konseling, serta 3) Upaya

Untuk penyebab lain dari penyakit iifiii raja iinga ini adalah gaya hidup yang kurang sehat karena kita ketahui.. Sebenarnya yang menjadi pokok permasalahan berkembangnya

• Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa mengamati gambar pada buku tema 6 Subtema 4 Pembelajaran 2, atau kalau guru, mempunyai tayangan video tentang sikap pemborosan

menegaskan bahwa penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan senjata api dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dimana dalam penegakan

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Perlawanan Bersenjata, melalui perlawanan di berbagai daerah yaitu peristiwa pertempuran antara pasukan Sekutu dan Belanda antara

he irst hypothesis is “there is positive and signiicant inluence of school policy, curriculum implementation, school culture and school infrastructure management collectively

Saya pernah menggunakan jasa doorsmeer ditempat lain.,menurut saya perbedaannya dengan doorsmeer lain terletak diruang tunggu Sabena yang luas dan juga

Pasien di wilayah Kabupaten semarang jika ingin berobat dengan fasilitas lengkap tidak perlu pergi jauh, begitupun pihak rumah sakit akan untung jika banyak pasien yang