• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL

KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN

DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE

MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA

MAYORTEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010 Muhammad Anggi Natapraja

(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA. C44052517. Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.

Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta (KPNDP) adalah salah satu galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Saat ini, kegiatan yang dilakukan di galangan kapal KPNDP hanya melayani kegiatan reparasi kapal bagi kapal-kapal yang berada di sekitar Muara Angke dan kapal-kapal yang singgah di Muara Angke. Banyaknya kapal yang melakukan reparasi, menimbulkan antrian di galangan. Lamanya waktu reparasi kapal dan proses antrian tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepuasan para pemilik kapal dan berpengaruh pula pada produktivitas galangan. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya peningkatan teknologi yang dapat memperbaiki mekanisme reparasi kapal dan memperpendek waktu reparasi kapal. Namun sebelumnya, perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat teknologi yang ada di galangan kapal KPNDP. Penilaian tingkat teknologi dilakukan dengan menghitung nilai TCC (technology contribution coefficient) dari komponen teknologi technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 dengan menggunakan studi kasus sebagai metode penelitian di galangan kapal KPNDP. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan teknik reparasi kapal di galangan kapal KPNDP. Selanjutnya, untuk menilai tingkat teknologi pada galangan digunakan model teknometrik dengan menilai kontribusi komponen teknologi yang diterapkan di galangan, meliputi komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Tahapan reparasi di galangan kapal KPNDP terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Nilai kontribusi komponen technoware memiliki nilai kontribusi terendah sebesar 0,328 sedangkan komponen humanware memiliki kontribusi tertinggi sebesar 0,626. Nilai TCC dari galangan kapal KPNDP sebesar 0,415 menunjukkan bahwa teknologi di galangan tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologi galangan kapal tersebut berada pada level semi modern.

(4)

© Hak cipta IPB, Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

(5)

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL

KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN

DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE

MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(6)

Judul Skripsi : Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke

Nama : Muhammad Anggi Natapraja

NRP : C44052517

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yopi Novita, S.Pi, M.Si. Vita Rumanti K, S.Pi, M.T. NIP: 19710916 200003 2 001 NIP: 19820911 200501 2 001

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc. NIP: 19621223 198703 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Skripsi dengan judul Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Yopi Novita, S.Pi, M.Si. dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, M.T. selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, perhatian, dan motivasi yang sungguh tidak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung;

2. Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP;

3. Fis Purwangka, S.Pi, M.Si. selaku penguji tamu atas kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya;

4. Pak Sidik, Pak Budijanto, Pak Hadinata, Pak Agus, Pak Suaidi, Pak Fusifit dan seluruh staf UPT BTPI serta karyawan di galangan kapal KPNDP atas seluruh bantuannya saat pengambilan data; dan

5. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Agustus 2010 Muhammad Anggi Natapraja

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Kedua orang tua, Bapak Ahmad Djauhar Arif dan Ibu R. Tetty Hartiati yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, ketabahannya dan motivasi agar selalu sabar menjalani hidup ini; 2. Kakak dan adik, Adhita Era Fautiah dan Muhammad Aira Syarofal Zein atas

kasih sayang, perhatian, dan motivasinya;

3. Ika Fatmawati yang selalu memberi perhatian dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai;

4. Seluruh dosen dan staf Departemen PSP yang telah memberikan arahan dan dukungan guna terselesaikannya penulisan skripsi ini;

5. Teman-teman seperjuangan di Departemen PSP, khususnya Angkatan 42 atas kekompakkan dan kebersamaan yang indah selama ini;

6. Achmad Fauzan, Bramantyas Febriyansyah dan Arief Mullah yang bersama penulis saling membantu saat pengambilan data di Muara Angke Jakarta; dan 7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 28 Agustus 1987 dari pasangan Bapak Ahmad Djauhar Arif dan Ibu R. Tetty Hartiati. Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bogor pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selain mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan Minor Kebijakan Agribisnis. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) menjabat sebagai anggota Departemen Kewirausahaan periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota di organisasi Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia (HIMPATINDO) periode 2007-2008. Tahun 2008 hingga 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Penilaian Tingkat Teknologi Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta di Muara Angke” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 3 1.3 Manfaat ... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi ... 4 2.1.1 Teknologi tradisional ... 6 2.1.2 Teknologi modern ... 7 2.2 Galangan Kapal ... 8 2.2.1 Fasilitas galangan... 9 2.2.2 Reparasi kapal ...10 2.3 Penilaian Teknologi ...12 2.4 Model Teknometrik ...14

2.4.1 Pengukuran komponen teknologi ...14

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...17

3.2 Alat ...18 3.3 Jenis Data ...18 3.4 Pengumpulan Data...18 3.5 Pengolahan Data ...19 3.6 Analisis Data ...19 2.4.1 Analisis deskriptif ...19 3.6.1 Model teknometrik ...19

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan ...30

4.2 Organisasi ...34

4.3 Sumberdaya Manusia ...35

4.4 Sarana dan Prasarana ...36

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP ...40

5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi ...40

(11)

x Halaman

5.2 Tingkat Teknologi di Galangan Kapal KPNDP ...53

5.2.1 Estimasi derajat kecanggihan ...54

5.2.2 Pengkajian state of the art (SOTA) ...56

5.2.3 Penentuan kontribusi komponen ...63

5.2.4 Pengkajian intensitas kontribusi komponen ...65

5.2.5 Penghitungan TCC ...66

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...68

6.2 Saran ...68

DAFTAR PUSTAKA ...69

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penilaian kualitatif TCC ...16

2 Teknik wawancara berdasarkan komponen teknologi ...18

3 Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi ...20

4 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi ...21

5 Matriks penilaian kriteria komponen technoware ...22

6 Matriks penilaian kriteria komponen humanware ...23

7 Matriks penilaian kriteria komponen infoware ...23

8 Matriks penilaian kriteria komponen orgaware ...24

9 Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen ...27

10 Penilaian kualitatif berdasarkan selangTCC ...28

11 Tingkat teknologi TCC ...29

12 Galangan kapal yang berada di lingkungan UPT BTPI ...31

13 Produksi galangan kapal KPNDP dan produksi seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2008 ...32

14 Alokasi tenaga kerja di galangan kapal KPNDP ...36

15 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal KPNDP ...37

16 Waktu pelayanan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP...40

17 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi ...54

18 Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware... 57

19 Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware... 59

20 Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware... 60

21 Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware... 62

22 Nilai kontribusi komponen teknologi ...63

23 Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi ...65

24 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC galangan kapal KPNDP ...66

25 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC Dok Pembinaan UPT BTPI ...66

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Interaksi dinamis antara komponen teknologi ... 5

2 Peta lokasi penelitian ...17

3 Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik ...29

4 Perbandingan produksi galangan kapal KPNDP dengan produksi seluruh galangan di lingkungan UPT BTPI ...33

5 Struktur organisasi galangan kapal KPNDP...34

6 Layout galangan kapal KPNDP ...39

7 Tata cara pelayanan reparasi di UPT BTPI ...41

8 Diagram alir proses reparasi kapal di galangan kapal KPNDP ...43

9 Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway...44

10 Posisi kapal di atas slipway ...46

11 Aktivitas dan peralatan yang digunakan pada saat pembersihan...47

12 Penggantian kayu pada lambung kapal ...48

13 Alat dan bahan pada aktivitas pemakalan ...49

14 Aktivitas pembakaran permukaan kayu pada badan kapal ...50

15 Aktivitas pendempulan pada badan kapal ...51

16 Aktivitas laminasi pada badan kapal ...52

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Data produksi bulanan galangan kapal KPNDP tahun 2008 ...73

2 Kondisi galangan kapal KPNDP...85

3 Contoh Surat Keterangan Naik Dok ...88

4 Contoh blangko pengecekan perbaikan Kapal ...89

5 Matriks penilaian hasil survei kriteria komponen teknologi dan penghitungan rating state of the art ...90

6 Contoh penghitungan kontribusi komponen teknologi ...97

(15)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Galangan kapal merupakan unsur penunjang yang keberadaannya diperlukan sebagai sarana untuk membangun, merawat dan memperbaiki kapal. Salah satu kegiatan yang dilakukan di galangan kapal adalah kegiatan perawatan dan pemeliharaan kapal beserta mesinnya, yang bertujuan untuk menjaga agar kondisi kapal tetap baik. Kondisi kapal yang baik sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan awak kapal selama pengoperasian. Kegiatan perawatan dan pemeliharaan dilakukan dengan pemeriksaan atau pengecekan secara teratur dan terencana, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang fatal. Selain itu, dengan perawatan dan pemeliharaan kapal dan mesinnya, akan dapat menambah umur pakai kapal dan mesin itu sendiri. Galangan memerlukan dukungan sumberdaya manusia dan teknologi yang memadai dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini dikarenakan kemampuan galangan untuk membangun dan mereparasi kapal bergantung kepada sumberdaya manusia dan teknologi yang dimilikinya.

Galangan kapal di Indonesia yang memproduksi kapal perikanan pada umumnya didominasi galangan kapal yang dikategorikan sebagai galangan tradisional. Galangan yang dikategorikan sebagai galangan tradisional memiliki teknik atau cara pembuatan kapal yang mengikuti tradisi secara turun-temurun serta tidak memiliki pengaturan pekerjaan dan perencanaan dalam setiap kegiatannya. Umumnya galangan tersebut hanya memakai peralatan sederhana yang sangat sedikit tersentuh oleh teknologi modern dalam proses produksinya.

Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta di Muara Angke Jakarta adalah salah satu dari galangan kapal tradisional. Galangan kapal tersebut merupakan salah satu dari empat galangan yang berada di komplek UPT Balai Teknologi Penangkapan Ikan (BTPI) Muara Angke Jakarta. Kegiatan yang dilakukan di galangan kapal tersebut adalah reparasi kapal bagi kapal-kapal yang berada di sekitar Muara Angke dan kapal-kapal yang singgah di Muara Angke. Kegiatan pembangunan kapal sudah tidak dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang relatif tinggi, sehingga minim pembeli. Biaya

(16)

untuk mendatangkan kayu ke galangan ini cukup tinggi, sehingga pembeli beralih ke galangan kapal di daerah lain yang memiliki sumber kayu melimpah dengan harga yang relatif lebih murah.

Proses reparasi tiap kapal di galangan kapal KPNDP berbeda-beda tergantung pada kerusakan yang dialami oleh kapal. Demikian juga dengan waktu yang dibutuhkan untuk reparasi kapal. Banyaknya kapal yang melakukan reparasi, menimbulkan antrian di galangan. Lamanya waktu dan proses antrian tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepuasan para pemilik kapal dan tentu saja berpengaruh pula pada produktivitas galangan. Dengan demikian perlu dilakukan upaya peningkatan teknologi yang dapat memperbaiki mekanisme reparasi kapal dan memperpendek waktu reparasi kapal. Namun sebelumnya perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat teknologi galangan kapal KPNDP tersebut. Hal ini bertujuan mendiagnosis kapasitas teknologi dan inovasi, kebutuhan dan peluang perusahaan, serta membantu perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan persaingan.

Menurut Fuadi (2007), teknologi adalah pengembangan dan penggunaan dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Teknologi dapat diartikan bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan dan pengetahuan tentang apa yang bisa diproduksi. Sebagian besar pandangan orang terhadap teknologi hanya dalam arti sempit, yang hanya memandang teknologi dari segi metode dan keteknikan saja. Sebenarnya teknologi merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen perangkat keras dan lunak yang secara totalitas dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan (Jaya, 2004). Oleh karena itu, dalam penelitian ini tingkat teknologi dari suatu galangan akan dikaji dari empat komponen teknologi, yaitu: technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Penilaian tingkat kecanggihan teknologi galangan dilakukan untuk mengukur sejauh mana komponen-komponen teknologi memberikan kontribusi total dalam galangan kapal.

(17)

3

1.2 Tujuan

1) Mendeskripsikan proses reparasi kapal perikanan di galangan kapal KPNDP Muara Angke Jakarta; dan

2) Menentukan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP Muara Angke Jakarta berdasarkan komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada pihak yang terkait yaitu pihak Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta mengenai tingkat teknologi galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) DKI Jakarta di Muara Angke Jakarta. Hasil penelitian tingkat teknologi ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan atau masukan bagi pihak galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan DKI Jakarta untuk pengembangan teknologi dan kemajuan galangan kapal.

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknologi

Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan (Maryono & Istiana, 2007). Teknologi dapat dikatakan sebagai sebuah proses kreatif yang melibatkan manusia, pengetahuan, dan sumber-sumber material untuk meningkatkan efisiensi (Hall et al., 1994 vide Indrawati, 2003). Teknologi dalam prosesnya merupakan peralatan dan cara berpikir untuk mempermudah pengadaan, perbaikan atau penyempurnaan suatu industri yang menyatukan tiga unsur sekaligus, yaitu: sumber daya manusia, sumber daya alam dan mesin. Teknologi bertujuan untuk mempercepat proses produksi, memperbesar volume produksi, menyempurnakan hasil produksi, dengan harga produk terendah di pasaran dan selalu mencari perolehan ekonomi yang paling besar (Purwasasmita, 2000). Selain itu teknologi juga dapat diartikan sebagai cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia (Undang-Undang (UU No.18, 2002). Menurut Suryansyah (2005), teknologi dapat berupa teknik, metode atau cara serta peralatan yang dipergunakan untuk menyelenggarakan suatu rancangan transformasi input menjadi output dengan sasaran tertentu yang didasarkan atas hasil ilmu pengetahuan (science) dan rekayasa (engineering) tercapai.

Menurut United Nation-Economic and Social Comission for Asia and The Pasific (UN-ESCAP, 1989 vide Budikania, 2008), teknologi terdiri dari empat komponen dasar yang saling terkait dan berinteraksi secara dinamik dalam suatu proses transformasi yang dapat menjelaskan tingkat kecanggihan pemanfaatan suatu teknologi. Adapun keempat komponen tersebut adalah perangkat teknologi (technoware), organisasi (orgaware), tenaga kerja (humanware), dan informasi tentang teknologi yang dimiliki (infoware). Identifikasi tingkat kecanggihan teknologi dapat dilakukan dengan melihat interaksi dinamis yang terjadi di antara

(19)

5

komponen-komponen tersebut. Gambar interaksi dinamis antara komponen teknologi disajikan pada Gambar 1.

1) Technoware; teknologi yang melekat pada obyek (object embodied technology) meliputi seluruh fasilitas fisik yang diperlukan dalam operasi transformasi, seperti instrumen, peralatan, permesinan, alat pengangkutan, dan infrastuktur fisik;

2) Humanware; teknologi yang melekat pada manusia (person embodied technology) meliputi seluruh kemampuan (abilities) yang dimiliki dan diperlukan dalam operasi transformasi seperti pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity), dan pengalaman (experience);

3) Infoware; teknologi yang melekat pada dokumen (document embodied technology) mencakup seluruh fakta dan gambar-gambar yang diperlukan dalam operasi transformasi seperti informasi tentang proses (process), prosedur, teknik, metode, teori, spesifikasi, pengamatan (observation), serta keterkaitan (relation); dan

4) Orgaware; teknologi yang melekat pada kelembagaan (institution embodied technology) mencakup kerangka kerja yang diperlukan pada operasi transformasi seperti praktek manajemen (management practice), pertalian (linkage) dan pengaturan organisasi (organizational arrangement).

Sumber: Indrawati, 2003

(20)

Pemanfaatan dari empat komponen teknologi tersebut harus berjalan secara efektif pada fasilitas transformasi. Sebagai contoh technoware memerlukan operator dengan kemampuan tertentu. Humanware harus diperbaiki dan ditingkatkan sesuai perkembangan technoware, infoware merupakan akumulasi dari pengetahuan harus selalu ditingkatkan. Sementara itu, keterlibatan orgaware diperlukan untuk menghadapi perubahan lingkungan di luar aktivitas transformasi (UN-ESCAP, 1989 vide Budikania, 2008).

Technoware adalah inti dari setiap sistem transformasi yang dikembangkan, diinstalasi, dioperasikan, dan ditingkatkan oleh humanware. Humanware adalah inti dari suatu operasi transformasi, keberadaan humanware mendorong technoware menjadi lebih produktif. Humanware bekerja berdasarkan panduan dari infoware. Ketersediaan infoware dan karakteristik orgaware mempengaruhi tingkat aktivitas yang dapat dilakukan dalam proses transformasi. Humanware turut berperan dalam menghasilkan infoware yang lebih baik guna memperbaiki utilitas technoware. Infoware menggambarkan akumulasi pengetahuan manusia yang selalu berkembang secara berkelanjutan dan perlu diperbaharui dalam menunjang kerja efektif humanware dan technoware. Orgaware diperlukan dalam mengkoordinasi infoware, humanware, dan technoware dalam menjalankan operasi transformasi. Jika efektifitas orgaware meningkat, maka produktivitas dari komponen lainnya cenderung meningkat. Hubungan yang terbentuk diantara komponen-komponen teknologi memiliki dampak terhadap pemilihan teknologi yang digunakan pada fasilitas transformasi (UN-ESCAP, 1989 vide Indrawati, 2003).

2.1.1 Teknologi tradisional

Menurut Jalius HR (2009), tradisional berasal dari Bahasa Latin: traditio, ”diteruskan” atau kebiasaan. Tradisional adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Istilah tradisional dapat diartikan sebagai sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Tradisional juga dapat diartikan sebagai sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai, norma yang berlaku dalam masyarakat dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun atau menurut tradisi (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

(21)

7

Pengembangan Bahasa, 1999). Teknologi tradisional sesungguhnya adalah teknologi yang sangat sedikit terkena sentuhan teknologi (Sa’id et al., 2001). Teknologi yang dimaksud disini adalah masih menggunakan peralatan sederhana atau tradisional, tanpa ada pemutakhiran. Kegiatan atau aktivitasnya masih berpegang teguh pada adat serta kebiasaan yang secara turun temurun dilakukan. 2.1.2 Teknologi modern

Modern adalah sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999). Menurut Jalius HR (2009), istilah atau kata modern berasal dari kata latin yang berarti ”sekarang ini”. Kata modern selalu memiliki pengertian yang baru atau mutakhir. Salah satu ciri dari kehidupan modern adalah kesadaran akan suatu cara hidup baru yang lebih baik dan dimiliki bersama serta berlainan dengan cara hidup nenek moyang. Dengan demikian, manusia diharapkan mampu menghasilkan suatu cara, metode ataupun proses baru yang lebih baik dan berbeda dengan cara hidup generasi sebelumnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman. Teknologi mutakhir atau modern adalah teknologi yang sangat mengikuti perkembangan teknologi yang ada (Sa’id et al., 2001).

Enam ciri utama teknologi modern menurut Suryana (2008), yaitu:

1) Teknologi modern adalah teknologi yang telah melepaskan dirinya dari pasokan energi alam (seperti air dan angin);

2) Teknologi modern lahir oleh hasrat menguasai alam;

3) Teknologi modern dicirikan oleh orientasi yang serba komersial. Orientasi komersial teknologi modern ini dapat dijumpai pada beberapa bidang. Teknologi menjadi sangat bernilai tinggi setelah ia dapat mempercepat dan memperbanyak hasil proses produksi, karena itu teknologi menjadi komoditi yang laku diperjualbelikan. Dengan kata lain, percepatan penemuan dan pengembangan teknologi modern untuk sebagian didorong oleh tuntutan pasar;

4) Teknologi modern dicirikan oleh sistem hak individual yang dilegalisasikan oleh paten. Sistem kepemilikan pada teknologi modern adalah kompensasi biaya dan membutuhkan pendidikan dan

(22)

keterampilan tinggi yang harus dikeluarkan dalam proses menemukan dan mengembangkan teknologi modern;

5) Teknologi modern memiliki nilai jual yang tinggi. Itulah sebabnya banyak yang tidak segan menginvestasikan modal untuk melakukan penelitian dasar agar berhasil menciptakan dan mengembangkan sebuah teknologi baru; dan

6) Teknologi modern menjadi salah satu faktor pendorong ekspansi perusahaan-perusahaan internasional yang telah melampaui kedaulatan negara. Berbagai penemuan dan pengembangan teknologi modern yang terkait dengan proses produksi memungkinkan berbagai perusahaan multinasional membuka pabrik di negara-negara Asia Tenggara setelah ia menerapkan sistem dan berjalan pada manajemen produksinya. 2.2 Galangan Kapal

Galangan kapal adalah suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan, dan pemerintah) (Stroch, 1995). Galangan kapal merupakan bangunan atau tempat yang terletak di tepi pantai perairan laut atau di tepi sungai yang berfungsi sebagai tempat untuk membangun dan memperbaiki atau mereparasi kapal. Pada umumnya, galangan diklasifikasikan sebagai galangan untuk pembangunan baru (shipbuilding yards) yaitu galangan yang memproduksi kapal baru dan galangan untuk perbaikan dan perawatan (shiprepair yards) yang kegiatan utamanya adalah untuk perbaikan dan perawatan kapal atau untuk keduanya (Mazurkiewich, 1981 vide Prawitaningrum, 2002).

Menurut Pulungan (1986), lokasi galangan dan dok kapal harus mempunyai nilai strategis untuk keperluan produksi. Oleh karena itu, pembangunan galangan dan dok harus direncanakan pada lokasi yang mempunyai syarat-syarat tertentu, diantaranya :

1) Di sekitar pinggiran pantai atau di muara-muara sungai;

2) Di sekitar laut di mana banyak beropersi kapal-kapal perikanan;

3) Daerah yang dekat dengan ekspor-impor, agar dalam transportasi peralatan yang diimpor semakin cepat penyediaannya; dan

(23)

9

4) Daerah yang penduduknya banyak dan mempunyai keterampilan dalam industri logam. Hal ini akan mempermudah dalam mendapatkan tenaga kerja, apabila banyak terdapat pesanan.

2.2.1 Fasilitas galangan

Menurut A. Korniak vide Pulungan (1986), untuk kapal-kapal perikanan, ada dua jenis instalasi doking yang sering digunakan, yaitu:

1) Slipway untuk kapal-kapal perikanan yang berukuran sampai 350 GT; dan 2) Dok apung (floating dock) untuk kapal-kapal perikanan yang berukuran sampai

500 GT.

Sedangkan jenis instalasi doking terdiri atas tiga macam, yaitu:

1) Dok kolam (graving dock); merupakan suatu bangunan dari beton bertulang dengan bentuk seperti kolam dan dilengkapi dengan pintu kedap di mulut galangan dan pompa sebagai modal utama dalam pengoperasiannya;

2) Dok apung (floating dock); merupakan suatu bangunan dari baja berbentuk ponton dilengkapi pompa dan crane, cara pengoperasiannya dengan mengisi air dan membuang air di dalam tangki dengan alat utama pompa; dan

3) Landasan tarik (slipway); merupakan bangunan beton yang terdiri dari pondasi beton dan diberi rel memanjang dari darat ke laut dengan ukuran sesuai dengan ketentuan. Landasan tarik terdiri dari dua macam, yaitu : landasan tarik melintang dan landasan tarik membujur. Kedua jenis landasan tarik ini biasanya digunakan untuk perawatan dan perbaikan kapal-kapal yang berukuran kecil (Hartati, 1995).

Menurut Storch et al. (1995), suatu galangan kapal pada umumnya mempunyai beberapa fasilitas khusus ditata untuk memfasilitasi aliran bahan dan rakitan. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh galangan kapal adalah sebagai berikut:

1) Kantor;

2) Fasilitas perancangan; 3) Gudang material; 4) Bengkel pelat dan pipa; 5) Bengkel mesin dan listrik;

(24)

6) Tempat untuk pembangunan kapal; dan 7) Tempat untuk mereparasi kapal. 2.2.2 Reparasi kapal

Menurut Aurelia (1997), kegiatan-kegiatan reparasi atau perbaikan dan perawatan kapal di galangan meliputi:

1) Perbaikan badan kapal, yaitu dengan memakai dempul pada sambungan-sambungan antar papan yang bocor;

2) Perawatan kapal, berupa bottom cleaning dan pengecatan ulang yang dilakukan secara berkala setiap tiga bulan; dan

3) Perbaikan dan perawatan mesin, meliputi skir klep, over haul, perbaikan panel listrik, dinamo genset dan lain-lain.

Perbaikan kapal adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kapal, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membuat atau mempersiapkan kapal kembali dalam kondisi semula atau normal, agar dapat dioperasikan kembali (Japan International Coorporation Agency, 1991 vide Prawitaningrum, 2002). Kapal-kapal yang sudah dibangun akan membutuhkan fasilitas reparasi (dockyard) yang baik dari segi teknis dan dekat dengan tempat pemeliharaan dan reparasi kapal (Pulungan, 1986).

Menurut Korniak (1970) vide Pulungan (1986), kebutuhan untuk perbaikan kapal timbul karena:

1) Keusangan normal akibat umur kapal yang lanjut; 2) Kesalahan operasi dan prosedur pemeliharaan;

3) Mutu material yang jelek digunakan untuk konstruksi; 4) Mutu bahan bakar (minyak dan pelumas) yang jelek; dan 5) Bencana alam.

Menurut Fauziyah (1997), klasifikasi perbaikan kapal dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1) Badan kapal; meliputi perbaikan kapal pada umumnya (perbaikan jangkar, baling-baling, perkayuan, dan pengecatan);

(25)

11

2) Mesin kapal; meliputi perbaikan mesin utama dan mesin bantu, instalasi pipa, cerobong dan tangki-tangki, instalasi dan perawatan elektrik, serta peralatan pengukur; dan

3) Instalasi khusus; meliputi perbaikan alat penangkap ikan, peralatan navigasi dan penelitian, instalasi pendingin, instalasi pengangkutan, dan perlengkapan processing hasil tangkapan.

Perawatan atau pemeliharaan kapal dimaksudkan untuk menjaga agar kapal selalu dalam keadaan baik, bersih dan rapi, baik bagian dalam maupun bagian luar kapal, serta untuk menjaga keamanan dan kesinambungan operasi penangkapan. Bahan kapal terutama yang terbuat dari kayu akan cepat lapuk karena pengaruh air laut dan binatang-binatang laut yang menempel, seperti kapang dan teritip (Simbolon vide Sutyawan, 1998).

Menurut Simbolon (1992) vide Fauziyah (1997), perawatan kapal baik untuk kapal kayu maupun kapal besi pada umumnya terdiri dari empat bagian utama, yaitu: pemeliharaan rutin, pemeliharaan tahunan, dok besar, dan pemeliharaan darurat. Penguraian keempat bagian tersebut sebagai berikut: 1) Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan setiap hari baik saat

kapal berada di pelabuhan maupun sedang berlayar atau berada di tengah laut. Perawatan tersebut meliputi:

a. Kebersihan dek (penyiraman dek) yang dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari;

b. Pembersihan dinding-dinding kapal dan bagian luar kapal lainnya; dan c. Pemeliharaan alat-alat perlengkapan kapal tetap, alat navigasi, alat

penangkap ikan, alat penolong dan alat lainnya yang bersifat mudah aus (korosif).

2) Pemeliharaan tahunan adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan seluruh bagian kapal baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan air serta pengecatan kapal. Periodenya adalah 10-12 bulan sekali. Perawatan itu meliputi:

a. Pembersihan buritan dan pengecatan seluruh bagian kapal; dan

b. Pemeriksaan kulit kapal, mesin induk dan mesin bantu, alat-alat navigasi, alat tangkap beserta alat bantunya, dan perlengkapan kapal tetap.

(26)

3) Dok besar dilakukan empat kali setahun. Perawatan itu meliputi:

a. Pemeriksaan atau pengeboran kulit kapal dan penggantian kulit kapal bila perlu;

b. Semua pekerjaan dalam pemeliharaan tahunan; dan

c. Overhaul mesin induk, mesin bantu, dan peralatan lainnya.

4) Pemeliharaan darurat adalah perawatan dalam keadaan darurat, misalnya terjadi kerusakan akibat tabrakan, kandas, dan lain-lain. Pemeliharaan darurat dilakukan jika perlu, sesuai dengan kerusakan kapal.

Lebih lanjut lagi disebutkan bahwa selambat-lambatnya 1 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat kesempurnaan, kapal sebaiknya direparasi sebagai syarat untuk mengajukan permintaan sertifikat kesempurnaan yang baru. Menurut Simbolon vide Sutyawan (1998), pada kapal kayu terdapat pemeliharaan periodik yang dilakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi:

1) Mencuci bagian buritan kapal

2) Mengganti kulit kayu yang sudah busuk atau rusak akibat dimakan oleh binatang-binatang air.

3) Pengecatan semua bagian kapal, khususnya yang berada di bawah garis air. Dilakukan sebelum turun dok, menggunakan ter atau anti teritip (anti fauling). 4) Pemeriksaan atau perbaikan mesin, misalnya mengganti suku cadang.

Ketika melakukan proses reparasi kapal, pada umumnya bagian kapal yang sering mengalami pergantian kayu adalah lunas kapal. Hal ini disebabkan pada bagian tersebut merupakan bagian yang mengalami resistance yang besar. Kerusakan lain terjadi pada bagian lambung kapal, bagian buritan dan haluan kapal, sehingga harus mengalami pergantian kayu (Fauziyah, 1997).

2.3 Penilaian Teknologi

Penilaian teknologi merupakan tinjauan teknologi yang teratur tentang kekuatan dan kelemahan teknologi yang berkaitan dengan produk dan proses (dalam konteks bisnis saat ini dan di masa mendatang). Penilaian teknologi dapat berupa: melakukan pemeriksaan dan audit terhadap teknologi yang digunakan serta melakukan perbandingan dengan dasar bench-marking antara teknologi yang digunakan terhadap praktek industri terbaik. Penilaian teknologi menurut Lowe (1995), bertujuan untuk:

(27)

13

1) Menjelaskan dan menilai teknologi yang sedang digunakan;

2) Melakukan evaluasi biaya dan nilai tambah dari teknologi yang digunakan;

3) Melakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari operasi teknologi perusahaan;

4) Menunjukkan cara membangun atau meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan yang lebih baik dari teknologi yang ada;

5) Melakukan identifikasi teknologi yang ada dan tersedia yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam produk dan operasi bisnisnya;

6) Menentukan dampak dan nilai tambah dari suatu penggunaan teknologi baru (dampak teknologi yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat); dan

7) Menilai pilihan teknologi yang mungkin bagi perusahaan.

Menurut Dussage (1997), audit teknologi merupakan proses identifikasi dan evaluasi kemampuan teknologi suatu perusahaan. Audit teknologi bertujuan untuk:

1) Mendiagnosis kapasitas teknologi dan inovasi, kebutuhan dan peluang perusahaan, serta membantu perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan persaingan;

2) Melakukan bench-marking antar perusahaan serta evaluasi posisi persaingan perusahaan dan mendorong peningkatan kinerja yang berkelanjutan; dan

3) Mendefinisikan jasa yang ditawarkan oleh infrastruktur teknologi, konsepsi program dan orientasi kebijakan perusahaan terhadap industri, sehingga mempunyai pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan riil perusahaan.

Penilaian teknologi dapat menggunakan beberapa pendekatan model, diantaranya adalah model teknometrik (UN-ESCAP,1989), model audit teknologi (GRACIA-ARREOLA), dan model audit teknologi (SELADA-VELOSO). Pada penelitian ini tingkat teknologi dari suatu galangan akan dikaji dengan menggunakan model teknometrik.

(28)

2.4 Model Teknometrik

UN-ESCAP (1989) menjelaskan bahwa model teknometrik adalah model yang digunakan untuk menilai dan mengukur kandungan teknologi. Model teknometrik mengukur kontribusi gabungan dari masing-masing komponen teknologi menuju pada kecanggihan teknologi yang dioperasikan pada fasilitas transformasi. Selain itu, model ini menilai empat komponen pembentuk teknologi yang secara bersama-sama berperan memberikan kontribusi dalam suatu transformasi input menjadi output. Model ini digunakan untuk menilai dan mengukur kandungan teknologi melalui keempat komponen teknologi menurut United Nation-Economic and Social Commision for Asia and the Pasifik (UN-ESCAP, 1989 vide Hany, 2000).

Teknologi merupakan alat yang sangat vital dan sangat berperan. Technoware membutuhkan humanware dengan kemampuan tertentu, begitu juga humanware harus ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan technoware. Infoware sebagai suatu informasi yang memberikan pemahaman dan peningkatan kinerja juga perlu secara teratur diperbaharui, sedangkan orgaware perlu terus ditingkatkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi.

2.3.1 Pengukuran komponen teknologi

Model teknometrik mendefinisikan koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) yang disebut TCC dalam suatu fasilitas transformasi dan diberikan menurut persamaan (UN-ESCAP 1989):

TCC = T βt × H βh× I βi× O βo...(1) Dimana T, H, I, O adalah kontribusi dari masing-masing komponen teknologi dan β merupakan intensitas kontribusi dari masing-masing komponen terhadap koefisien TCC. TCC tidak memungkinkan bernilai nol karena tidak ada aktivitas transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi. Artinya, fungsi TCC tidak memungkinkan T, H, I, O bernilai nol.

Menurut UN-ESCAP (1989) vide Hany (2000), terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai T, H, I, O, βt, βh, βi, βo, yaitu:

(29)

15

1) Estimasi derajat kecanggihan

Nilai derajat kecanggihan menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen teknologi yang ada di galangan. Penentuannya dilakukan dengan cara:

a. Pengumpulan data derajat kecanggihan komponen teknologi dilakukan dengan pengamatan kualitatif komponen teknologi dan pengumpulan informasi teknologi yang relevan dengan penggunaan teknologi;

b. Identifikasi seluruh komponen technoware dan humanware pada fasilitas transformasi, sedangkan untuk infoware dan orgaware evaluasi dilakukan pada tingkat perusahaan; dan

c. Penentuan batas bawah dan batas atas derajat kecanggihan masing-masing komponen teknologi.

2) Pengkajian state of the art

State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi. Menurut Hany (2000), penentuan status komponen teknologi terhadap state of the art-nya memerlukan pengetahuan teknis yang dalam. Pendekatan yang digunakan untuk mengkaji state of the art komponen teknologi didasarkan pada kriteria generik. Generik adalah kriteria yang dikembangkan dengan sistem rating state of the art keempat komponen teknologi. Setiap kriteria diberi skor nol untuk spesifikasi terendah dan skor 10 untuk spesifikasi terbaik. Skor untuk nilai spesifikasi diantaranya dilakukan dengan bantuan interpolasi.

3) Penentuan kontribusi komponen

Kontribusi komponen ditentukan dengan menggunakan nilai-nilai yang telah diperoleh dari batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art. Nilai kontribusi merupakan nilai yang dapat digunakan untuk menduga besarnya kontribusi masing-masing komponen teknologi terhadap nilai TCC.

4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen

Intensitas kontribusi komponen dapat dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Prosedur estimasinya sebagai berikut:

a. Keempat komponen teknologi diatur secara hierarki dengan urutan kepentingan meningkat. Nilai β yang berkaitan dengan komponen-komponen ini diatur dalam urutan kepentingan yang sama;

(30)

b. Nilai-nilai tersebut ditransformasikan ke dalam prosedur perbandingan berpasangan; dan

c. Perbandingan berpasangan harus memenuhi syarat konsistensi, artinya memenuhi aturan ordinal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila suatu komponen memiliki urutan tingkat kepentingan lebih besar dari komponen lainnya, maka β komponen tersebut akan lebih besar dari yang lainnya. 5) Penghitungan TCC

Berdasarkan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, koefisien kontribusi teknologi (TCC) dapat dihitung. Nilai TCC maksimum satu. Nilai TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Menurut Wiraatmaja dan Ma’ruf (2004), nilai dari TCC dapat menunjukkan level teknologi pada suatu perusahaan seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Penilaian kualitatif TCC

Nilai TCC Klasifikasi 0,1 Sangat rendah 0,3 Rendah 0,5 Wajar 0,7 Baik 0,9 Sangat baik 1,0 Kecanggihan mutakhir

(31)

3 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield vide Nazir (2003), studi kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personal. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2008 hingga Desember 2009, mulai dari pengambilan data sampai pengolahan data. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2008 dan bulan Oktober 2009 di Galangan Kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) Muara Angke, Jakarta. Pengolahan data dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai Desember 2009. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

(32)

3.2 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner dan kamera digital. Obyek penelitian adalah galangan kapal KPNDP DKI Jakarta di Muara Angke.

3.3 Jenis Data

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung di lapangan sesuai dengan tujuan studi. Data primer terdiri atas:

1) Data keadaan umum galangan kapal; 2) Data aktivitas reparasi kapal; dan

3) Data yang terkait dengan komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware di galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari suatu sumber publikasi (pihak lain yang mengumpulkan dan mengolahnya). Data sekunder yang dikumpulkan berupa data produktivitas galangan kapal KPNDP.

3.4 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan narasumber yaitu manajer dan para pekerja yang bekerja di galangan kapal tersebut. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai teknik reparasi kapal serta komponen teknologi dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Data yang berhubungan dengan komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware didapatkan dengan melakukan wawancara kepada narasumber seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Teknik wawancara berdasarkan komponen teknologi

Penilaian Komponen Jenis Responden Jumlah

Technoware Seluruh pekerja 17

Humanware Seluruh pekerja 17

Infoware Seluruh pekerja 17

(33)

19

3.5 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data hasil wawancara dengan narasumber berdasarkan jenis komponen teknologi ke dalam tabel penilaian dasar komponen teknologi. Pengelompokan data tersebut dimaksudkan untuk kemudian dilakukan analisis data (tabulasi data).

3.6 Analisis Data 3.6.1 Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Menurut Sevilla et al. (2003), tujuan utama dari deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari sutu gejala tertentu. Dalam penelitian ini analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan proses reparasi kapal perikanan di galangan kapal KPNDP. 3.6.2 Model teknometrik

Penilaian tingkat teknologi galangan kapal KPNDP DKI Jakarta diukur dengan menggunakan model teknometrik (UN-ESCAP 1989). Model ini menilai tingkat teknologi berdasarkan empat komponen pembentuk teknologi yang secara bersama-sama berperan memberikan kontribusi dalam suatu transformasi input menjadi output. Model teknometrik mendefinisikan koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) dalam suatu fasilitas transformasi. Kriteria komponen teknologi yang diteliti mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Wiraatmaja dan Ma’ruf (2004).

Terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai TCC, yaitu: 1) Estimasi derajat kecanggihan;

2) Pengkajian state of the art; 3) Penentuan kontribusi komponen;

4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen; dan 5) Penghitungan TCC.

(34)

1) Estimasi derajat kecanggihan

Nilai derajat kecanggihan menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen teknologi yang ada di galangan. Estimasi derajat kecanggihan dilakukan dengan mengacu pada salah satu prosedur yang diusulkan UN-ESCAP (1989). Untuk menentukan derajat kecanggihan ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi Derajat Kecanggihan Komponen Teknologi

Skor

Technoware Humanware Infoware Orgaware

Fasilitas manual (manual facilities) Kemampuan mengoperasikan (operating abilities) Fakta pengenalan (familianzing facts) Kerangka kerja usaha (striving frameworks) 1 2 3 Fasilitas tenaga penggerak (power facilities) Kemampuan memasang (setting-up abilities) Fakta penguraian (describing facts) Kerangka kerja ikatan (tie-up frameworks) 2 3 4 Fasilitas serbaguna (general purpose facilities) Kemampuan mereparasi (repairing abilities) Fakta pengkhususan (specifying fact) Kerangka kerja bertindak berani (venturing frameworks) 3 4 5 Fasilitas penggunaan khusus (special purpose facilities) Kemampuan reproduksi (reproducing abilities) Fakta penggunaan (utilizing facts) Kerangka kerja proteksi (protecting frameworks) 4 5 6 Fasilitas otomatisasi (automatic facilities) Kemampuan mengadaptasi (adaptation abilities) Fakta pemahaman (comprehending facts) Kerangka kerja stabilitasi (stabiling frameworks) 5 6 7 Fasilitas terkomputerisasi (computerized facilities) Kemampuan mengembangkan (improving abilities) Fakta pembiasaan (generalizing facts) Kerangka kerja perluasan cakrawala (prospecting frameworks) 6 7 8 Fasilitas integrasi (integrated facilities) Kemampuan inovasi (innovation abililities) Fakta pengkajian (assessing facts) Kerangka kerja memimpin (leading frameworks) 7 8 9 Sumber: Indrawati, 2003

(35)

21

Tabel 3 digunakan untuk menentukan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit) setiap komponen teknologi. Identifikasi seluruh komponen technoware dan humanware pada fasilitas transformasi, sedangkan untuk komponen infoware dan orgaware dilakukan pada tingkat perusahaan. Transformasi dalam hal ini adalah proses reparasi kapal.

Nilai batas bawah menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling rendah (sederhana) pada masing-masing komponen teknologi. Sementara itu, nilai batas atas menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling tinggi (kompleks) pada masing-masing komponen teknologi. Sebagai contoh seperti pada Tabel 3 derajat kecanggihan di atas, komponen technoware yang masih menggunakan fasilitas manual saja, tanpa dilengkapi fasilitas lainnya yang lebih kompleks memiliki nilai batas bawah 1 dan batas atas 3. Sedangkan untuk komponen technoware yang memiliki fasilitas manual tersebut dan dilengkapi dengan fasilitas tenaga penggerak maka nilai batas bawahnya adalah 1 dan nilai batas atasnya 4. Prosedur ini berlaku juga untuk ketiga komponen teknologi lainnya. Nilai batas bawah dan batas atas ini nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai kontribusi masing-masing komponen teknologi. Nilai dari batas bawah dan batas atas kemudian dimasukkan ke dalam Tabel 4.

Tabel 4 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi

Komponen

Limit

Lower Upper

Technoware LT: UT:

Humanware LH: UH:

Inforware LI: UI:

Orgaware LO: UO:

Keterangan:

LT = batas bawah technoware LI = batas bawah infoware UT = batas atas technoware UI = batas atas infoware LH = batas bawah humanware LO = batas bawah orgaware UH = batas atas humanware UO = batas atas orgaware

(36)

2) Pengkajian state of the art (SOTA)

State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi. Sebelum dilakukan pengkajian terhadap rating state of the art setiap komponen teknologi, terlebih duhulu dilakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada setiap komponen teknologi. Kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 5, 6, 7, dan 8.

Tabel 5 Matriks penilaian kriteria komponen technoware No Kriteria Komponen

Technoware Keterangan Skor

1 Tipe mesin yang digunakan

Manual (0); mekanik (5); otomatis (10)

2 Tipe proses yang diterapkan

Sederhana: hanya satu operasi diterapkan dalam tiap proses (2,5); kombinasi lebih dari satu operasi yang sama pada satu pekerjaan (5); kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan (7,5); progresif: lebih dari satu operasi yang diselenggarakan paralel pada pekerjaan yang berbeda pos (10) 3 Tipe operasi yang

diselenggarakan

Tiap poin 2,5: pemotongan; pembengkokkan; penggambaran; penekanan

4 Rata-rata kesalahan yang terjadi pada saat reparasi kapal

0% (10); 6-10% (5); 25%(0)

5 Frekuensi untuk perawatan mesin

Pemeliharaan preventif (10); sering tetapi tidak secara periodik (5); pemeliharaan pemulihan (0) 6 Keahlian teknis operator

yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin

Tidak perlu keahlian teknis (10); perlu tingkat keterampilan tertentu (5); perlu keahlian teknis yang spesifik (0)

7 Pemeriksaan pada setiap pekerjaan

Pemeriksaan terkomputerisasi (10); pemeriksaan manual (5); tidak diperlukan pemeriksaan (0) 8 Pengukuran pada setiap

pekerjaan

Kompleks dan terkomputerisasi (10); sederhana dan sketsa tangan (0)

9 Tingkat keselamatan dan keamanan kerja

Aman (10); wajar (5); bahaya (0)

(37)

23

Tabel 6 Matriks penilaian kriteria komponen humanware No Kriteria Komponen

Humanware Keterangan Skor

1 Kesadaran dalam tugas Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

2 Kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab

Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

3 Kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah

Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

4 Kemampuan memelihara fasilitas produksi

Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

5 Kesadaran bekerja dalam kelompok

Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

6 Kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo

100% (10); <50% (0) 7 Kemampuan untuk

menyelesaikan masalah perusahaan

Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

8 Kemampuan bekerja sama Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

9 Kepemimpinan Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004

Tabel 7 Matriks penilaian kriteria komponen infoware

No Kriteria Komponen Infoware Keterangan Skor

1 Bentang informasi manajemen Bentang informasi termasuk perusahaan eksternal (10); informasi sebagian (5); bentang informasi tidak termasuk perusahaan eksternal (0) 2 Perusahaan menginformasikan

masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan

Selalu (10); tidak pernah (0)

3 Jaringan informasi di dalam perusahaan

Online (10); offline (0) 4 Prosedur untuk komunikasi

antara anggota di perusahaan

Mudah dan transparan (10); rumit (0)

5 Sistem informasi perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan

Akses global (10); akses nasional (7.5); akses lokal (5); tidak ada (0)

6 Penyimpanan dan pengambilan informasi kembali

Terkomputerisasi (10); manual (5); tidak terarsip (0)

(38)

Tabel 8 Matriks penilaian kriteria komponen orgaware

No Kriteria Komponen Orgaware Keterangan Skor

1 Otonomi perusahaan Otonomi penuh (10); kontrol dari perusahaan induk (0) 2 Visi perusahaan Mengorientasi masa depan

(10); tidak ada (0) 3 Kemampuan perusahaan dalam

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan produktivitas

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

4 Kemampuan perusahaan untuk memotivasi karyawan dengan kepemimpinan yang efektif

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

5 Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan eksternal

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

6 Kemampuan perusahaan untuk bekerjasama dengan supplier

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

7 Kemampuan perusahaan untuk memelihara hubungan dengan pelanggan

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

8 Kemampuan perusahaan untuk mendapat dukungan

sumberdaya dari luar

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004

Penentuan skor pada tabel di atas berdasarkan hasil identifikasi di lapangan dan wawancara. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan state of the art komponen teknologi didasarkan pada kriteria generik, yaitu kriteria yang dikembangkan dengan sistem rating of the art keempat komponen teknologi. Setiap kriteria diberi skor 0 untuk spesifikasi terendah dan skor 10 untuk spesifikasi terbaik. Penilaian kriteria dimana skornya tidak tertera pada acuan, maka dilakukan interpolasi dari nilai yang ada di atas dan bawahnya. Setelah dilakukan penilaian pada masing-masing kriteria komponen teknologi di atas, maka pengkajian state of the art dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut:

(39)

25  Technoware ST1 =          

t k ik k t 10 1 ………...(2) k = 1,2,...,kt kt = Jumlah kriteria komponen technoware

Dimana t

ik adalah nilai kriteria ke-k dari technoware kategori i.  Humanware SHj =          

h l ij l h 10 1 ………...(3) l = 1,2,...,lh

lh = Jumlah kriteria komponen humanware Dimana h

ij adalah nilai kriteria ke-i dari humanware kategori j.  Infoware SI =          

f m f m 10 1 m ………..………...(4) m = 1,2,3,...,mf

mf = Jumlah kriteria komponen infoware

Dimana fm adalah nilai kriteria ke-m dari infoware pada tingkat

perusahaan.  Orgaware SO =          

o n n n o 10 1 ………...(5) n = 1,2,3,...,no

no = Jumlah kriteria komponen orgaware Dimana O

(40)

Pembagian state of the art dengan angka 10 pada keempat persamaan di atas bertujuan untuk menormalisasi penilaian menjadi berkisar antara 0 dan 1, sekaligus menyatakan bahwa kriteria yang digunakan memiliki bobot yang sama. 3) Penentuan nilai kontribusi setiap komponen:

Penentuan nilai kontribusi setiap komponen dilakukan dengan menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art yang diformulasikan dalam persamaan berikut:

 T = 9 1 LT + ST(UT – LT)………(6)  H = 9 1 LH + SH(UH – LH) ……….………(7)  I = 9 1

LI + SI(UI – LI) ………..…(8)

 O = 9 1

LO + SO(UO – LO) ……….………(9) Keterangan:

LT = batas bawah technoware ST = SOTA technoware UT = batas atas technoware LH = batas bawah humanware SH = SOTA humanware UH = batas atas humanware

LI = batas bawah infoware SI = SOTA infoware UI = batas atas infoware LO = batas bawah orgaware SO = SOTA orgaware UO = batas atas orgaware

Nilai T menunjukkan kontribusi dari komponen technoware, nilai H menunjukkan kontribusi dari setiap komponen humanware, nilai I menunjukkan kontribusi komponen infoware, serta nilai O menunjukkan kontribusi komponen orgaware. Penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai batas atas dan batas bawah pada komponen teknologi adalah berdasarkan kriteria skor derajat kecanggihan. Kriteria pada batas bawah diberi skor 1 untuk spesifikasi terendah dan pada batas atas diberi skor 9 untuk spesifikasi terbaik. Pembagian dengan angka 9 dilakukan agar kontribusi oleh setiap komponen pada state of the art bernilai satu.

(41)

27

4) Penilaian intensitas kontribusi komponen

Data intensitas kontribusi komponen teknologi diperoleh dengan melakukan wawancara dimana yang menjadi narasumber yaitu manajer galangan mengenai tingkat kepentingan dari komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Penghitungan nilai intensitas kontribusi masing-masing komponen teknologi dilakukan dengan menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process).

Tabel 9 Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen

Intensitas

Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya

Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap sebuah tujuan

3 Agak lebih penting daripada

Suatu aktivitas terbukti lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya, tetapi kelebihan tersebut kurang meyakinkan atau tidak signifikan

5 Lebih penting daripada

Terdapat bukti yang bagus dan kriteria logis yang menyatakan bahwa salah satu aktivitas memang lebih penting daripada aktivitas lainnya

7 Jauh lebih penting daripada

Salah satu aktivitas lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya dapat dibuktikan secara meyakinkan

9 Mutlak lebih penting daripada

Suatu aktivitas secara tegas memiliki kepentingan yang paling tinggi

2,4,6,8

Nilai tengah diantara dua pendapat yang

berdampingan

Dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan tingkat

kepentingannya

Sumber: Saaty, 1991

Penghitungan nilai intensitas kontribusi menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Prosess). Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbaikan penilaian kepentingan oleh manajer galangan dilakukan dengan konsisten atau tidak, dengan ketentuan sebagai berikut:

(42)

CR ≤ 0,1 : konsisten CR > 0,1 : tidak konsisten 5) Penghitungan TCC

Dengan menggunakan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, technology coefficient contribution (TCC) dapat dihitung menggunakan persamaan:

TCC = T βt × H βh× I βi× O βo……….(10) Keterangan:

TCC = technology contribution coefficient T = nilai kontribusi komponen technoware

βt = nilai intensitas kontribusi komponen technoware H = nilai kontribusi komponen humanware

βh = nilai intensitas kontribusi komponen humanware I = nilai kontribusi komponen infoware

βi = nilai intensitas kontribusi komponen infoware O = nilai kontribusi komponen orgaware

βo = nilai intensitas kontribusi komponen orgaware

Nilai TCC tidak memungkinkan nol karena tidak ada aktivitas transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi. Artinya, fungsi TCC tidak memungkinkan T, H, I, O bernilai nol. Nilai TCC maksimum satu. TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Menurut Fauzan et al. (2009), nilai TCC dapat akan dibandingkan dengan Tabel 10 dan Tabel 11 yang merupakan modifikasi dari Tabel 1.

Tabel 10 Penilaian kualitatif berdasarkan selang TCC

Nilai TCC Klasifikasi 0<TCC≤0,1 Sangat rendah 0,1<TCC≤0,3 Rendah 0,3<TCC≤0,5 Wajar 0,5<TCC≤0,7 Baik 0,7<TCC≤0,9 Sangat baik 0,9<TCC≤1,0 Kecanggihan mutakhir

(43)

29

Tabel 11 Tingkat teknologi TCC

Nilai TCC Tingkat teknologi 0<TCC≤0,3 Tradisional

0,3<TCC≤0,7 Semi modern 0,7<TCC≤1,0 Modern

Sumber: Fauzan et al. (2009)

Secara sistematis, prosedur penghitungan nilai TCC disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik. Kriteria penilaian state of the art Penentuan derajat kecanggihan komponen teknologi Penentuan kontribusi komponen teknologi (T,H,I,O) Penentuan intensitas kontribusi komponen Kriteria penentuan derajat kecanggihan Penentuan state of the art komponen

teknologi Penghitunga n Identifikasi komponen teknologi

(44)

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4.1 Produktivitas Galangan

Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) merupakan galangan kapal yang terletak di komplek Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (PPI Muara Angke). Galangan ini berada di wilayah komplek UPT. Balai Teknologi Penangkapan Ikan (BTPI) Muara Angke. Jumlah galangan kapal yang berada di lingkungan UPT. BTPI sebanyak empat galangan. Keempat galangan tersebut adalah Dok Pembinaan UPT BTPI, Fan Marine Shipyard (FMS), Karya Teknik Utama (KTU), dan Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP). Seluruh galangan tersebut hanya melayani kegiatan reparasi kapal.

Galangan kapal KPNDP merupakan satu dari empat galangan yang aktif melayani kegiatan reparasi kapal. Galangan kapal KPNDP sudah tidak melakukan kegiatan membangun kapal. Tidak adanya aktivitas tersebut disebabkan tingginya biaya produksi untuk membangun kapal. Kayu sebagai bahan baku utama untuk pembuatan kapal kayu didatangkan dari luar Jakarta. Kayu tersebut dipesan dari pulau Kalimantan. Hal tersebut yang mengakibatkan harga kayu menjadi semakin mahal. Oleh karena itu, banyak pembeli yang memesan kapal di daerah yang memiliki sumber kayu lebih melimpah, sehingga harga kapal menjadi lebih murah.

Kemampuan galangan kapal KPNDP berbeda dengan galangan-galangan yang berada di komplek UPT BTPI. Galangan kapal KPNDP merupakan salah satu galangan di lingkungan UPT BTPI yang memiliki kapasitas terpasang paling besar sehingga mampu menaikan kapal dengan bobot mencapai 200 GT. Hal ini berarti bahwa kapal-kapal dengan bobot di atas 200 GT tidak dapat dilayani di galangan ini. Sesuai dengan jumlah slipway yang dimiliki, jumlah kapal yang dapat dilayani di galangan ini maksimal sepuluh kapal. Empat kapal untuk kapal besar atau di atas 30 GT, dan enam kapal untuk kapal-kapal di bawah 30 GT. Galangan ini umumnya melayani kapal yang terbuat dari kayu dan merupakan kapal perikanan yang mempunyai home base di PPI Muara Angke. Namun, tidak menutup kemungkinan juga melayani kapal fiber atau kapal kayu yang dilaminasi

Gambar

Gambar 1  Interaksi dinamis antara komponen teknologi.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Tabel 3 Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi  Derajat Kecanggihan Komponen Teknologi
Tabel 5 Matriks penilaian kriteria komponen technoware  No  Kriteria Komponen
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Jumlah item obat generik yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satu

Menurut salah seorang ustadz di SMK Raudlotul Mubtadiin Balekambang mengatakan bahwa setiap anak mempunyai potensi masing-masing yang tidak bisa diukur hanya dengan

a) Tenaga Guru dan Pegawai Madrasah Ibtidaiyah Kalisidi 02 kec. Ungaran Barat Kab. Semarang yang terlibat dalam proses belajar mengajar dan pendidikan di

Data yang digunakan adalah Informasi umum perusahaan, Sistem manajemen yang diterapkan,Varietas kelapa sawit yang ditanam, Informasi umum sistem panen, kriteria

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi atas aset bersejarah pada balai kota Malang baik dari segi pengakuan, penilaian, pengungkapan

Berdasarkan Pasal 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal

Kelompok Kerja (Pokja) III Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Jaya Tahun Anggaran 2014 dengan paket Pekerjaan

Ðiuo darbu siekiama apþvelgti meno ir mu- zikos informacijos vartojimo tendencijas, bû- dus ir priemones, susijusias su jø leidybos, sau- gojimo ir platinimo (prieinamumo)