• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI WILLIAM FLEXION EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TERAPI WILLIAM FLEXION EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAPI WILLIAM FLEXION EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA

MOJOPAHIT MOJOKERTO Abdul Muhith1, Angga Novida Yasma2 *)

Abstrak

Salah satu masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia adalah nyeri punggung bawah. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pada nyeri punggung bawahdapat digunakan Terapi latihan :

william flexion exercise. Terapi latihan william flexion exercise digunakan

untuk penguluran otot ekstensor daerah punggung dan penguatan otot-otot daerah abdomen. Penelitian ini termasuk jenis penelitian dengan desain

pre-experimental dengan menggunakan rancangan the one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami

nyeri punggung bawah di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto yaitu sejumlah 27 lansia, dan untuk sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan oleh peneliti. Untuk pengumpulan data digunakan lembar observasi skala nyeri Bourbanis. Hasil penelitian didapatkan intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan terapi william flexion exercise yaitu sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan terdapat hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri berat yaitu 5 orang (45 %). Terjadi penurunan intensitas nyeri sesudah terapi yang ditunjukkan dengan sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (64 %) dan hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri ringan yaitu 5 orang (36 %). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada lansia. Simpulan yang dapat ditarik adalah ada perubahan intensitas nyeri yang dirasakan responden sesudah terapi karena terjadi penurunan ketegangan otot terutama otot bagian lumbo sacral spine. Maka dari itu terapi latihan william

flexion exercise dapat digunakan sebagai salah satu terapi alternatif dan tidak

hanya berfokus pada terapi farmakologis dalam menangani nyeri khususnya nyeri punggung bawah.

Kata kunci : lansia, nyeri punggung bawah, william flexion exercise

1) Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 2) Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto

(2)

A. PENDAHULUAN

Meningkatnya angka harapan hidup bagi penduduk Indonesia berdampak pada meningkatnya masalah lanjut usia (lansia) yang semakin kompleks, dari masalah kesehatan penyakit degeneratif sampai status mental lansia. Hal ini didasari dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fisiologik atas organ-organnya semakin besar (Boedhi, 2006). Perubahan fisiologis bervariasi pada setiap lansia. Beberapa lansia tidak mampu melakukan aktivitas atau aktivitasnya terbatas karena adanya masalah fisik, emosional atau sosial yang membuat lansia merasa sakit. Salah satu masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia adalah nyeri punggung bawah (Bandiyah, 2009). Dengan munculnya rasa nyeri yang dirasakan oleh lansia ini maka akan mengakibatkan lansia tidak produktif terutama dalam hal aktivitas maupun keterbatasan dalam merawat dirinya secara mandiri. Hal ini sangat bertentangan dengan konsep bahwa selama individu tersebut memiliki semangat untuk hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia meskipun usianya telah lanjut, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat (Maryam dkk, 2008).

Data epidemiologi mengenai nyeri punggung bawah yang ada yaitu 40% penduduk pulau Jawa berusia diatas 55 tahun pernah menderita nyeri punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 57,2% dan pada wanita 42,8%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 13-17% dari total penyakit yang dikeluhkan pasien (Sadeli, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto didapatkan data jumlah lansia sampai bulan Maret 2012 sebanyak 43 orang dan ditemukan 27 lansia (62,8%) mengalami nyeri punggung bawah. Dari hasil wawancara, dalam menangani masalah nyeri punggung bawah tersebut sebanyak 16 lansia (59,26%) mengatakan langsung minum obat saat nyeri dan sebanyak 11 lansia (40,74%) mengatakan hanya membiarkannya saja.

Penyebab dari nyeri punggung bawah adalah peregangan dari struktur yang sensitif terhadap nyeri. Hal lain yang dapat mengakibatkan nyeri punggung bawah misalnya batuk, bersin, mengangkat benda yang berat, atau peregangan dapat menimbulkan nyeri (Lyndon, 2009). Gangguan yang terjadi akibat nyeri punggung bawah adanya nyeri tekan pada regio lumbal, spasme otot-otot punggung, keterbatasan gerak

(3)

punggung dan penurunan kekuatan otot punggung dan ekstremitas inferior, sehingga dapat menimbulkan keterbatasan fungsi yaitu gangguan saat bangun dari keadaan duduk, saat membungkuk, saat duduk atau berdiri lama dan berjalan (Candra, 2011). Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk mengurangi rasa nyeri yang pasien derita. Tindakan-tindakan tersebut mencakup tindakan non farmakologis dan tindakan farmakologis. Dalam beberapa kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmakologis adalah yang paling utama, sedangkan tindakan farmakologis dipersiapkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri. Sebagai contoh tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan adalah distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, stimulasi kutaneus maupun terapi latihan. Pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non farmakologis menjadi suatu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri (Prasetyo, 2010). Salah satu tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk mengatasi masalah pada nyeri punggung bawah dapat digunakan Terapi latihan : william flexion exercise. Terapi latihan william flexion exercise digunakan untuk penguluran otot ekstensor daerah punggung dan penguatan otot-otot daerah abdomen sehingga ketegangan otot dapat menurun akibatnya nyeri dapat berkurang (Agus, 2009). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Terapi William Flexion Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dengan desain

pre-experimental dengan menggunakan rancangan the one group pretest-posttest design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pre-tes dengan post tes (Nursalam, 2008).

(4)

Gambar 1. Frame Work Pengaruh Terapi William Flexion Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia

Tabel 1. Definisi Operasional Pengaruh Terapi William Flexion

Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia

No. Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala

1. Terapi

William Flexion Exercise

Suatu bentuk terapi yang diikuti oleh lanjut usia dengan maksud menurunkan ketegangan otot untuk mengurangi nyeri punggung bawah pada lansia yang dilakukan 4-5 menit, diberikan sebanyak 2 kali per minggu selama 1 bulan pada hari selasa dan kamis.

- -

Pre-Test

Melakukan pengukuran intensitas nyeri sebelum diberikan terapi

Wiliam Flexion Exercise

Melakukan pengukuran intensitas nyeri sesudah diberikan terapi

Wiliam Flexion Exercise

Memberikan terapi William Flexion Exercise yang dilakukan 4-5 menit, diberikan sebanyak 2 kali

per minggu selama 1 bulan Hasil pengukuran dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberikan terapi Wiliam Flexion Exercise Menentukan Subyek Penelitian Post-Test

(5)

No. Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala 2. Nyeri Punggung Bawah Perasaan tidak menyenangkan yang dialami seseorang sebagai tanda adanya gangguan yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah pada lansia yang dapat diukur dengan menggunakan skala nyeri Bourbanis.

Kriteria Rentang nilai antara 0-10, yaitu: 1. Tidak nyeri: 0 2. Nyeri ringan: 1 - 3 3. Nyeri sedang: 4 - 6 4. Nyeri berat:7 - 9 5. Nyeri sangat berat: 10 (Adhyati,2011) Ordinal

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami nyeri punggung bawah di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto yaitu sejumlah 27 lansia. Sampel adalah sebagian obyek yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005). Jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah 11 lansia. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non

probability sampling dengan metode purposive sampling yaitu suatu teknik

penetapan sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak diteliti, yaitu :

a. Responden tidak mengonsumsi obat pereda nyeri. b. Responden berusia 55 sampai dengan 75 tahun.

2. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak layak dijadikan sampel, yaitu:.

a. Responden tidak kooperatif.

b. Responden tidak mampu melakukan ADL secara mandiri. c. Responden dalam keadaan sakit seperti demam.

(6)

d. Responden sedang tidak berada di Panti ketika dilakukan penelitian.

Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi skala nyeri Bourbanis. Lembar observasi dilengkapi dengan karakteristik responden yang berisi: inisial nama, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal terapi dan intensitas nyeri yang dirasakan. Pemeriksaan skala nyeri menggunakan seperangkat alat tulis dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi intensitas nyeri. Langkah-langkah pengumpulan dimulai dari pemilihan responden sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian peneliti melakukan pendekatan pada responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta perlakukan yang akan diberikan pada responden. Langkah selanjutnya peneliti mengukur skala nyeri punggung bawah responden sebelum dilakukan terapi dengan cara responden diminta menunjukkan rasa nyeri antara 0-10, 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan,4-6 : nyeri sedang,7-9 : nyeri berat,10 : nyeri sangat berat.

Kemudian peneliti mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk terapi William flexion exercise, dalam hal ini matras. Kemudian membimbing responden untuk dilakukan terapi selama kurang lebih 4-5 menit, diberikan sebanyak 2 kali per minggu selama 1 bulan pada hari selasa dan kamis. Setelah selesai terapi peneliti kembali mengukur skala nyeri punggung bawah responden Adapun tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut :

a. Analisis univariat

Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variable, serta meihat apakah semua data masuk dalam entry atau ada data yang hilang (missing).

b. Analisis bivariat

Analisis untuk melihat dua variabel yang diduga berhubungan atau berpengaruh, yaitu variabel independen (terapi william flexion

exercise) dan variabel dependen (nyeri punggung bawah). Dalam

analisis hasil penelitian ini digunakan jenis uji Wilcoxon dengan α = 0,05. Bila p ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak dan Bila p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(7)

C. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum

Data ini menggambarkan karakteristik responden yang berada di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto yang meliputi :

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Gambar 2. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden yang diberi terapi william flexion

exercise di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto

pada bulan Juni 2012.

Gambar 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden berusia 55 – 64 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (64 %) dan hampir setengah responden lainnya berusia 65 – 74 tahun, yaitu sebanyak 4 orang (36 %).

b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

64 % 36 % 0 % 0 2 4 6 8

55 - 64 tahun65 - 74 tahun ≥ 75 tahun

(8)

Gambar 3. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan responden yang diberi terapi

william flexion exercise di Panti Werdha

Mojopahit Mojokerto pada bulan Juni 2012.

Gambar 3 dapat menjelaskan bahwa sebagian besar responden tidak sekolah yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan sebagian kecil responden menempuh pendidikan SMP yaitu sebanyak 1 orang (9 %).

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

Gambar 4. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden yang diberi terapi william flexion

55 % 36 % 9 % 0 % 0 1 2 3 4 5 6 7 Tidak Sekolah SD SMP SMA Tingkat Pendidikan 64 % 18 % 18 % 0 2 4 6 8

petani pedagang penjahit

(9)

exercise di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto

pada bulan Juni 2012.

Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 7 orang (64 %) dan sebagian kecil responden lainnya bekerja sebagai pedagang dan penjahit masing – masing sebanyak 2 orang (18 %).

2. Data Khusus

Data ini menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh dari responden di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto yang meliputi : a. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sebelum diberikan

terapi William Flexion Exercise.

Tabel 2. Distribusi frekuensi intensitas nyeri punggung bawah sebelum diberikan terapi william flexion

exercise

No. Intensitas nyeri

punggung bawah Frekuensi Prosentase (%)

1. Tidak Nyeri 0 0

2. Nyeri Ringan 0 0

3. Nyeri Sedang 6 55

4. Nyeri Berat 5 45

5. Nyeri Sangat Berat 0 0

Jumlah 11 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri berat yaitu 5 orang (45 %).

b. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sesudah diberikan terapi william flexion exercise.

Tabel 3. Distribusi frekuensi intensitas nyeri punggung sesudah diberikan terapi william flexion exercise No. Intensitas nyeri

(10)

2. Nyeri Ringan 4 36

3. Nyeri Sedang 7 64

4. Nyeri Berat 0 0

5. Nyeri Sangat Berat 0 0

Jumlah 11 100

Tabel 3 menjelaskan bahwa sesudah diberikan terapi

william flexion menunjukkan sebagian besar responden

mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (64 %) dan hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri ringan yaitu 4 orang (36 %).

c. Pengaruh pemberian terapi william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada lansia.

Tabel 4. Distribusi frekuensi pengaruh pemberian terapi

william flexion exercise terhadap nyeri punggung

bawah Sesudah terapi Jumlah Intensitas nyeri punggung bawah Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat F % F % F % F % F % Sebelum terapi Tidak Nyeri - - - - Nyeri Ringan - - - - Nyeri Sedang - - 4 36 2 19 - - - - 6 (55%) Nyeri Berat - - - - 5 4% - - - - 5 (45%) Nyeri Sangat Berat - - - - Jumlah - - 4 36 7 64 - - - - 11 (100%) Analisa

(11)

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil pada saat pengukuran intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan terapi william flexion exercise responden mengalami nyeri berat sebanyak 5 orang (45 %), sesudah dilakukan terapi dan diukur kembali intensitas nyeri punggung bawah responden menunjukkan responden mengalami penurunan intensitas nyeri menjadi nyeri sedang. Untuk responden lainnya saat pengukuran intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan terapi

william flexion exercise responden mengalami nyeri sedang yaitu

6 orang (55 %), sesudah dilakukan terapi dan diukur kembali intensitas nyeri punggung bawah responden menunjukkan responden mengalami penurunan intensitas nyeri menjadi nyeri ringan sebanyak 4 orang (36 %) dan sisanya tetap mengalami nyeri sedang sebanyak 2 orang (19 %). Hasil analisis uji

Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh angka significancy yaitu

0,003. Karena nilai significancy (p) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian terapi

william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada

(12)

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sebelum diberikan terapi william flexion exercise.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebelum diberikan terapi

william flexion exercise sebagian besar lansia mengalami nyeri sedang

yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri berat yaitu 5 orang (45 %).

Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah punggung bagian bawah. Nyeri punggung bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam (Sinaga, 2011). Nyeri ini muncul akibat adanya potensi kerusakan ataupun adanya kerusakan jaringan antara lain: dermis pambuluh darah, facia, muskulus, tendon,

cartilago, tulang ligament, intra artikuler meniscus, bursa. Tanda dan

gejala nyeri punggung bawah adalah onset / waktu timbulnya bertahap, nyeri difus (setempat) sepanjang punggung bawah,

tenderness pada otot-otot punggung bawah, lingkup gerak sendi

(LGS) terbatas, tanda-tanda gangguan neurologis tidak ada (Agus, 2009). Faktor risiko nyeri punggung bawah meliputi usia, jenis kelamin, status antopometri, pekerjaan, aktivitas, kebiasaaan merokok abnormalitas struktur, dan riwayat episode nyeri punggung bawah sebelumnya.

Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis (Setyawan, 2011).

Nyeri punggung bawah yang dialami responden dapat disebabkan oleh karena faktor pekerjaan. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 7 orang (64 %). Bekerja sebagai petani menuntut seseorang untuk seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu mencangkul maupun menanam padi. Kegiatan membungkuk yang berulang menyebabkan ketegangan otot yang meningkat sehingga muncul rasa nyeri terutama pada punggung bagian bawah. Nyeri punggung bawah dapat menimbulkan keterbatasan fungsi yaitu gangguan saat bangun

(13)

dari keadaan duduk, saat membungkuk, saat duduk atau berdiri lama dan berjalan.

2. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sesudah diberikan terapi william flexion exercise.

Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sesudah diberikan terapi william flexion exercise menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (64 %) dan hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri ringan yaitu 4 orang (36 %).

Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi nyeri punggung bawah: konservatif dan operatif. Kedua tahapan terapi tadi mempunyai kesamaan tujuan ialah rehabilitasi (Harsono, 2003). Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pada nyeri punggung bawahdapat digunakan Terapi latihan : william flexion

exercise. Latihan ini dirancang untuk mengurangi nyeri punggung

dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama otot abdominal dan otot gluteus maximus dan meregangkan kelompok ekstensor punggung bawah. Latihan ini sebaiknya dilakukan tidak hanya pada waktu terasa sakit saja (Prasetyo, 2010).

Pengaruh dari terapi William Flexion Exercise yang mempunyai prinsip memperkuat otot-otot abdominal sebagai otot penggerak fleksi lumbosacral dan meregangkan otot-otot ekstensor punggung bawah, karena semakin otot itu relax dan tidak tegang maka otot tersebut dapat bergerak dengan penuh tanpa adanya rasa nyeri dan spasme. Sehingga responden mengalami penurunan intensitas nyeri terutama nyeri punggung bawah.

3. Pengaruh pemberian terapi william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada lansia.

Dalam penelitian ini akan dibandingkan antara pengukuran intensitas nyeri sebelum terapi dan sesudah terapi. Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil pada saat pengukuran intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan terapi william flexion exercise responden mengalami nyeri berat sebanyak 5 orang (45 %), sesudah dilakukan terapi dan diukur kembali intensitas nyeri punggung bawah responden menunjukkan responden mengalami penurunan intensitas nyeri menjadi nyeri sedang. Untuk responden lainnya saat pengukuran

(14)

intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan terapi william

flexion exercise responden mengalami nyeri sedang yaitu 6 orang (55

%), sesudah dilakukan terapi dan diukur kembali intensitas nyeri punggung bawah responden menunjukkan responden mengalami penurunan intensitas nyeri menjadi nyeri ringan sebanyak 4 orang (36 %) dan sisanya tetap mengalami nyeri sedang sebanyak 2 orang (19 %). Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh angka

significancy yaitu 0,003. Karena nilai significancy (p) < 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian terapi william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada lansia.

Dr. Paul William pertama kali memperkenalkan program latihan william flexion exercise pada tahun 1937 untuk pasien dengan nyeri punggung bawah kronik sebagai respon atas pengamatan klinik dimana kebanyakan pasien yang pernah mengalami nyeri punggung bawah dengan degenerasi vertebra hingga penyakit degeneratif discus. William flexion exercise dirancang untuk mengurangi nyeri punggung bawah dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbosacral spine terutama otot abdominal dan otot gluteus maximus dan meregangkan kelompok otot ekstensor punggung. William Flexion Exercise ini disamping efektif untuk nyeri punggung bawah juga efektif untuk memperbaiki fleksibilias otot-otot punggung dan sirkulasi darah yang membawa nutrisi ke diskus

intervertebral (Priyambodo, 2008).

Perubahan intensitas nyeri yang dirasakan responden sesudah dilakukan terapi William flexion exercise menunjukkan bahwa ada pengaruh dari terapi yang dilakukan dimana dari 11 responden 9 orang mengalami penurunan intensitas nyeri dan 2 orang tetap merasakan intensitas nyeri yang sama.

Respon nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman sebelumnya, ansietas, kebudayaan, usia, makna nyeri, gaya koping, perhatian, keletihan serta dukungan keluarga dan sosial (Potter dan Perry, 2005).

Bila ada 2 responden yang tetap mengalami nyeri dengan intensitas yang sama bisa disebabkan oleh karena faktor keletihan, dimana di tempat responden sekarang tinggal responden dituntut

(15)

untuk hidup secara mandiri meskipun dibantu hanya sebagian oleh perawat jaga. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti responden yang tetap mengalami intensitas nyeri yang sama memang tampak lebih aktif meskipun usia mereka tergolong lebih tua daripada responden yang lain. Bila seseorang terlalu banyak beraktivitas maka akan menyebabkan rasa letih dan juga bila seseorang telah berumur maka kemampuan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang sering akan meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan. Selain itu tingkat kemaknaan nyeri antara individu satu dengan lainnya pun berbeda sehingga tidak semua responden akan mengalami intensitas nyeri yang sama, hal inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan intensitas nyeri saat sebelum terapi maupun sesudah terapi antar individu.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, supriyanto. 2009. Pendekatan Fisioterapi Pada Problem Kapasitas Fisik

Dan Kemampuan Fungsional Pada Kondisi Low Back Pain Miogenik (Online). (http://es.scribd.com, diakses pada tanggal 20 Maret 2012) Adhyati,2011. Low back pain (LBP) - USU Repository (Online).

(http://repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 29 Mei 2012)

Bandiyah. 2009. Lanjut Usia. (http://bandiyahs.blogspot.com, diakses pada tanggal 15 Desember 2011)

Boedhi, K. (2006). Asuhan Keperawatan Gerontik (Online). ( http://boedhi-ilmukeperawatan.blogspot.com, diakses pada tanggal 15 Desember 2011)

Candra, 2011. Peran Fisioterapi Dalam Penanganan LBP (Online). (http://etd.eprints.ums.ac.id, diakses pada tanggal 17 Maret 2012) Hadian, Agus.2010. Terapi Konservatif untuk Low back Pain (Online).

(http://www.jamsostek.co.id, diakses pada tanggal 29 Mei 2012) Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Pers

Hidayat, A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi

1. Jakarta : Salemba medika.

Hidayat, A. Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa

Data. Jakarta : Salemba Medika

Lyndon, saputra. 2010. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang : Binarupa Aksara

Maryam, R Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu

Priyambodo, Hanung. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low

Back Pain Miogenik Di RSUD Boyolali. Karya tulis ilmiah diploma

(17)

Setyawan, Aris. 2011. Low Back Pain (Online). (http://setyawan.wordpress.com, diakses pada tanggal 21 Maret 2012)

Sinaga. 2009. Nyeri Punggung Bawah/Low Back Pain.

(http://sinaga.blogspot.com, diakses pada tanggal 19 Maret 2012) Tamsuri, Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :EGC

Zuyina, Luklukaningsih. 2010. Sinopsis Fisioterapi Untuk Latihan. Yogyakarta : Nuha Medika

Gambar

Gambar 1.  Frame Work  Pengaruh Terapi William Flexion Exercise  Terhadap Nyeri Punggung Bawah  Pada Lansia
Gambar 2.   Distribusi  frekuensi  berdasarkan  umur  responden  yang diberi terapi  william flexion  exercise di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto  pada bulan Juni 2012
Gambar  3.  Distribusi  frekuensi  berdasarkan  tingkat  pendidikan responden  yang diberi terapi  william flexion exercise  di Panti Werdha  Mojopahit Mojokerto pada bulan Juni 2012
Tabel 2.  Distribusi  frekuensi  intensitas nyeri punggung  bawah sebelum diberikan terapi william flexion  exercise
+2

Referensi

Dokumen terkait

Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D., Ak, selaku Ko-Promotor yang sejak awal proses mendampingi penulis dengan segala kerjasama dan komunikasi sehingga

Menurut (Ping dkk, 1999) permeabili- tas (ketahanan material dalam menyerap air) berkaitan dengan kekuatan tekan beton, se- bab berkurangnya ketahanan penyerapan be- ton

Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi negara. Jabatan dalam lingkungan

Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah diharapkan dengan metode Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) kemampuan membaca pemahaman pada

Berdasarkan hasil uji migrasi yang dilakukan dapat memberikan informasi baru mengenai potensi bioaktif dari ekstrak bakteri simbion spons laut terhadap larva nematoda

Kekerasan seksual pada anak atau yang sering dikena Child Sexual Abuse menjadi kenyatan pahit yang dialami oleh seorang anak, terlebih apabila kekerasan tersebut

penelitian dengan judul: BENTUK-BENTUK RESERSE DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR..

Sumber data primer yaitu keterangan atau penjelasan yang diperoleh langsung dari sumbernya, data primer berupa data yang diperoleh dari hasil penelitian secara