• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUSANA FAJARWATI NIM. F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUSANA FAJARWATI NIM. F"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA

TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 – 2007:4

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

SUSANA FAJARWATI

NIM. F1106049

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada:

Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kekuatan untuk menyelesaikan amanah ini

Karya sederhana ini aku hadiahkan kepada :

1. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberi perhatian dan kasih sayangnya

2. Eyang kakung dan Eyang uti (Alm.) yang memberi wejangan dan bantuan materiil

3. Om dan tante yang tak ada hentinya memberi semangat dan motivasi

4. Adikku dan si kecil terima kasih atas canda tawanya 5. Sahabat -sahabatku

(5)

HALAMAN MOTTO

Man jadda Wa jadda, “Siapa yang bersungguh – sungguh, maka akan berhasil”.

Mulailah dari hal yang kecil dan dari diri sendiri.

Manusia merencanakan, namun Tuhan yang menentukan _Thomas A. Kempis_

Syukur adalah jalan yang mutlak untuk mendatangkan lebih banyak kebaikan dalam hidup anda. _Marci Shimoff_

Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. Namun, setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun terjadi karena kebetulan. Ini fakta yang tak terbantahkan. _Edensor_

Saat Allah menjawab doamu, Ia menambah imanmu . . .

Saat Allah belum menjawab doamu, Ia menambah kesabaranmu . . .

Saat Allah menjawab tapi bukan doamu, Ia memilih yang terbaik untukmu . . .

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil, Produk Domestik Bruto, Investasi Asing, dan Utang Luar Negeri Terhadap Neraca Transaksi Berjalan Di Indonesia Tahun 1988:1 – 2007:4”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis manghaturkan terima kasih kepada :

1. Riwi Sumantyo, SE selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dwi Prasetyani, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

5. Lukman Hakim, SE., M.Si terima kasih atas pinjaman referensi – referensi dan bantuan data-datanya yang diberikan.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.

7. Keluarga yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler dan semua sahabatku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Mei 2010

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… iii

HALAMAN PENGESAHAN………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………...……….... v

HALAMAN MOTTO……….. vi

KATA PENGANTAR……….. vii

DAFTAR ISI……….ix

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR GRAFIK………. xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah………... ……... 1

B. Perumusan Masalah………. 7

C. Tujuan Penelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian………... ………8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori……… 9

1. Neraca Pembayaran………. 9

a. Pengertian Neraca Pembayaran……….. 9

b. Mekanisme Pencatatan Neraca Pembayaran………..10

c. Struktur Neraca Pembayaran...………...13

d. Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran………...18

2. Nilai Tukar Riil (REER).………...………..…....20

(9)

b. Teori Nilai Tukar ………... 21

c. Perubahan – Perubahan Kurs Valuta Asing……… 25

d. Kurs riil………... 28

e. Pengaruh perubahan kurs riil terhadap Transaksi berjalan…. 30 3. Produk Domestik Bruto……….. 30

a. Pengertian Produk Domestik Bruto………. 30

b. Cara Penghitungan Produk Domestik Bruto………... 32

c. Indikator Ekonomi Lain……….. 34

4. Investasi Asing………... 36

a. Pengertian Investasi Asing……….. 36

b. Peranan Penanaman Modal Asing……….. 37

c. Pola Investasi……….. 39

5. Utang Luar Negeri………. 40

a. Pengertian Utang Luar Negeri………. 40

b. Jenis – jenis Utang Luar Negeri……….. 41

B. Penelitian Terdahulu..………... 44

1. Penelitian oleh Hari Murti……….. 44

2. Penelitian oleh Sabine Hermann dan Axel Jochem…………... 45

3. Penelitian oleh Matthieu Bussière, Marcel F, dan Gernot J.M...46

C. Kerangka Pemikiran………... 47

D. Hipotesis………. 50

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……….. 51

B. Jenis dan Sumber Data………... 51

C. Definisi Variabel Operasional……… 52

1. Variabel Dependen………... 52

a. Neraca Transaksi Berjalan………... 52

2. Variabel Independen……… 52

a. Nilai tukar riil (REER)...……… 52

b. Produk Domestik Bruto………. 53

(10)

d. Utang Luar Negeri………. 53

D. Metode Pengumpulan Data……… 54

E. Metode Analisis Data………. 54

1. Uji Statistik……….. 55

a. Uji t (uji secara individu)………... 55

b. Uji F (uji bersama - sama)………..57

c. Uji R² (uji koefisien determinasi)……….. 59

2. Uji Asumsi Klasik……… 59

a. Uji Multikolinieritas……….. 59

b. Uji Heteroskedastisitas……….. 60

c. Uji Autokorelasi………. 61

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum………... 63

1. Neraca Pembayaran Indonesia………....63

B. Perkembangan Variabel………. 65

1. Perkembangan Neraca Transksi Berjalan Indonesia………… 65

2. Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia………… 68

3. Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia………… 71

4. Perkembangan Investasi Asing (PMA) Indonesia…………. 74

5. Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia……….. 77

C. Analisis Data dan Pembahasan……….. 80

1. Analisis Regresi Linear Berganda……… 80

2. Uji Statistik……….. 81 a. Uji t……… 81 b. Uji F………... 83 c. Nilai R²………... 84 3. Analisis Ekonometrika………. 84 a. Uji Multikolinieritas……….. 84 b. Uji Heteroskedastisitas……….. 85 c. Uji autokorelasi……….. 86 4. Interpretasi Ekonomi……… 87

(11)

a. Pengaruh REER Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…..87 b. Pengaruh PDB Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…… 88 c. Pengaruh PMA Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…... 89 d. Pengaruh ULN Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…… 90

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. 91 B. Saran………... 92

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan

Indonesia Tahun 1984/85 – 1996/97... 3

4.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……… 66

4.2 Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……….69

4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……….72

4.4 Perkembangan Investasi asing (PMA) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……….75

4.5 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1988:1-2007:4………...78

4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda……….80

4.7 Hasil Uji t………....82

4.8 Hasil Uji F ………....83

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas………... 85

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran……….. 50 3.1 Daerah Kritis Uji t………. 56 3.2 Daerah Kritis Uji F……… 58 3.3 Daerah Ho diterima dan ditolak

uji Autokorelasi (Durbin-Watson)... 61 4.1 Daerah terima dan tolak Uji t………. 81 4.2 Daerah terima dan tolak Uji F……… 83 4.3 Daerah Ho diterima dan ditolak

(14)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK Halaman

4.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1988:1-2007:4….67 4.2 Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……70 4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1988:1-2007:4…. ...73 4.4 Perkembangan Investasi asing (PMA) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……...76 4.5 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1988:1-2007:4………...79

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Data-data Penelitian

2. Hasil Regresi Linear Berganda 3. Hasil Uji Multikolinearitas 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

(16)

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA

TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 – 2007:4

ABSTRAK

Susana Fajarwati NIM. F1106049

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar riil, produk domestik bruto, investasi asing, dan utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia tahun 1988:1 – 2007:4. Sehubungan dengan masalah tersebut diajukan hipotesis yaitu, diduga variabel nilai tukar riil, produk domestik bruto, dan utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan. Sementara variabel investasi asing berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan.

Sejalan dengan masalah tersebut dan hipotesis penelitian maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data neraca transaksi berjalan, nilai tukar riil , produk domestik bruto, investasi asing, dan data utang luar negeri Indonesia. Data- data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) beberapa terbitan dari Bank Indonesia (BI), International Monetary Fund (IMF), dan dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil, produk domestik bruto, dan utang luar negeri berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan. Sementara variabel investasi asing berpengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan. Hasil keempat variabel ini tidak sesuai dengan teori.

Berdasarkan temuan – temuan tersebut maka diajukan saran –saran, bagi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter mampu menjaga kestabilan nilai kurs. Sementara bagi pemerintah, hendaknya mampu menciptakan kestabilan ekonomi keuangan dan politik serta mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk meningkatkan kepercayaan para investor asing.

Kata Kunci: Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar Riil, Produk Domestik Bruto, Investasi Asing, Utang Luar Negeri, Indonesia, dan Ordinary Least Square (OLS).

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemakmuran merupakan harapan yang pasti dimiliki setiap negara. Indikator negara yang makmur adalah perekonomian yang maju pesat dan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Berbagai upaya ditempuh setiap negara untuk meningkatkan perekonomiannya. Selain dengan meningkatkan pemasukan dari pajak, suatu negara juga melakukan perdagangan dengan negara lain. Perdagangan internasional ini terjadi antara dua negara atau lebih dengan landasan saling menguntungkan satu sama lain. Dimana salah satu pihak mendapatkan keuntungan berupa uang atau pendapatan, sementara pihak lain menerima barang atau jasa yang dibutuhkan dalam negerinya.

Kegiatan jual-beli atau transaksi ekonomi tersebut dicatat dalam suatu neraca pembayaran internasional (NPI). Neraca pembayaran internasional merupakan suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lain (non residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2003:3). Salah satu tujuan penyusunan ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara. Bertambah atau berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus atau defisitnya neraca pembayaran. Apabila terjadi surplus neraca pembayaran, maka posisi cadangan devisa akan

(18)

bertambah sebesar surplus tersebut. Demikian sebaliknya, bila terjadi defisit neraca pembayaran (Sugiyono, 2003 : 7).

Neraca pembayaran dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu : transaksi berjalan (current account) dan transaksi modal (capital account). Neraca transaksi berjalan merupakan transaksi yang terkait dengan perdagangan, seperti ekspor-impor barang dan jasa, transaksi yang terkait dengan penghasilan, seperti pembayaran bunga dan pembagian deviden, serta transaksi yang terkait dengan transfer seperti hibah. Sementara transaksi modal merupakan transaksi yang terkait dengan barang modal dan investasi seperti penanaman modal langsung dan investasi portofolio (Sugiyono, 2003:2-3). Apabila impor suatu negara melebihi ekspornya, maka negara tersebut mengalami defisit transaksi berjalan (current account defisit). Sebaliknya, bila ekspor suatu negara lebih besar dibanding impornya, maka negara tersebut mengalami surplus transaksi berjalan (current account surplus).

Perekonomian Indonesia 1995/1996 ditandai dengan defisit transaksi berjalan dalam jumlah besar, yaitu – US$ 7,943 miliar yang merupakan defisit terbesar yang pernah terjadi. Defisit yang cukup besar sebelumnya adalah – US$ 4,352 miliar pada 1991/1992, dan –US$ 4,051 miliar pada 1986/1987 yang ketika itu sampai memaksa pemerintah melakukan devaluasi 12 September 1986. Perkembangan neraca transaksi berjalan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut (Prasetiantono, 1996:106).

Tabel 1.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Tahun 1984/85 – 1996/97 (US$ Juta)

(19)

JASA BERJALAN 1984/85 + 19.901 - 14.427 - 7.442 - 1.968 1985/86 + 18.612 - 12.552 - 7.892 - 1.832 1986/87 + 13.697 - 11.451 - 6.297 - 4.051 1987/88 + 18.434 - 12.952 - 7.098 - 1.707 1988/89 + 19.824 - 14.311 - 7.372 - 1.859 1989/90 + 23.830 - 17.374 - 8.055 - 1.599 1990/91 + 28.143 - 23.028 - 8.856 - 3.741 1991/92 + 29.714 - 24.803 - 9.263 - 4.352 1992/93 + 35.303 - 27.317 - 10.547 - 2.561 1993/94 + 36.504 - 29.127 - 10.317 - 2.940 1994/95 + 42.161 - 34.122 - 11.527 - 3.488 1995/96 + 46.904 - 41.846 - 13.001 - 7.943 1996/97 + 53.264 - 45.471 - 14.667 - 6.874 Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN 1996/1997

Dari tabel diatas terlihat, bahwa neraca transaksi berjalan mengalami defisit. Meskipun neraca perdagangan mengalami surplus karena nilai ekspor lebih besar dibanding nilai impor. Tetapi secara keseluruhan setelah dikurangi dengan jasa-jasa neraca transaksi berjalan mengalami defisit. Gejala krisis keuangan ditahun 1997, mulai tampak dengan diawalinya defisit transaksi berjalan yang cukup besar di tahun 1995/1996, yaitu sebesar 7,943 miliar US$. Krisis nilai tukar yang berlangsung sejak Juli 1997 selain mengakibatkan aliran modal keluar dalam jumlah besar juga menyebabkan turunnya aliran modal dalam rangka kegiatan investasi serta menyulut timbulnya krisis utang luar negeri swasta (Hakim, 1997:40).

Menurut Krugman dan Obstfeld, ada dua faktor utama yang mempengaruhi saldo transakai berjalan, yaitu kurs riil mata uang domestik terhadap mata uang asing dan pendapatan bersih domestik. Namun masih ada faktor lain yang juga mempengaruhi saldo transaksi berjalan, seperti Investasi asing, pengeluaran pemerintah, utang luar negeri dan lain sebagainya.

(20)

Kurs riil merupakan harga sejumlah produk luar negeri yang dijadikan dalam produk domestik. Perubahan kurs riil mempengaruhi transaksi berjalan, karena perubahan tersebut mencerminkan harga barang dan jasa domestik relatif terhadap barang dan jasa luar negeri. Jika terjadi kenaikan pada kurs riil, maka dapat memperbaiki posisi transaksi berjalan. Dikarenakan kurs riil yang meningkat dapat menyebabkan produk luar negeri lebih mahal daripada produk domestik. Sehingga konsumen luar negeri akan menanggapi pergeseran harga ini dengan meningkatkan permintaan mereka terhadap ekspor kita, yang pada akhirnya akan memperbaiki saldo transaksi berjalan.

Seperti yang telah disebutkan diatas, pendapatan bersih juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi saldo transaksi berjalan. Pendapatan bersih merupakan hasil pengurangan antara pendapatan dengan pajak. Jika terjadi kenaikan pendapatan bersih domestik, akan mendorong konsumen domestik untuk meningkatkan perbelanjaan mereka atas semua barang, termasuk barang impor dari luar negeri, maka kenaikan pendapatan bersih dapat memperburuk kondisi neraca transaksi berjalan. Statistik neraca pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan nasional, mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai ekspor – impor barang dan jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran. Namun dalam penelitian ini yang digunakan adalah produk domestik bruto sebagai proxy atau wakil dari variabel pendapatan nasional. Perolehan pendapatan nasional dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada dasarnya PDB merupakan jumlah nilai tambah yang

(21)

dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Pemerintah selalu berupaya dalam menanggulangi masalah ketidakseimbangan pada neraca pembayaran, misalnya defisit pada neraca transaksi berjalan. Seringkali terjadinya defisit ini disebabkan oleh nilai atau jumlah ekspor lebih kecil dibandingkan jumlah impornya. Besarnya impor menyebabkan pengeluaran untuk pembayaran barang-barang impor tersebut meningkat. Sehingga, jika tidak diimbangi dengan pemasukan dari ekspor akan terjadi defisit transaksi berjalan. Secara teoritis, defisit transaksi berjalan dapat ditutup dengan meningkatkan aliran modal masuk (capital inflow). Artinya ketika transaksi berjalan mengalami defisit, maka aliran modal masuk dari luar negeri akan dibuka lebar untuk mengimbanginya. Aliran modal ini pada dasarnya masuk melalui 4 (empat) pos, yaitu investasi asing (FDI), deposit asing pada bank-bank komersial nasional (Foreign Deposit), utang luar negeri (offshore loan) baik swasta maupun pemerintah, dan investasi portofolio (portfolio investment). Dari keempat pos tersebut, investasi asing adalah yang paling aman. Dana yang didapat biasanya digunakan untuk mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membeli mesin, bahan baru dan sebagainya (Erani dalam Andrik Agusta, 2008:7).

Selain investasi asing, banyak negara berkembang yang menggunakan utang luar negeri sebagai alat untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan. Upaya ini seringkali mengandung resiko, apabila tidak terdapat pengelolaan yang baik. Masalah akan bertambah parah bila negara kesulitan untuk

(22)

membayar bunga dan cicilan utang. Terlihat sejak krisis ekonomi yang diawali dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1997 lalu nyaris memuat Indonesia bangkrut secara finansial, karena jumlah utang luar negerinya, terutama dari sektor swasta yang sangat besar, ditambah lagi dengan ketidakmampuan sebagian besar dari perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk membayar kembali utang luar negeri mereka.

Seperti yang telah disebutkan diatas, neraca pembayaran khususnya neraca transaksi berjalan merupakan catatan atau pembukuan yang dijadikan salah satu tolok ukur perekonomian yang sehat suatu negara. Untuk mencegah terjadinya defisit pada saldo transaksi berjalan, maka harus diketahui penyebabnya. Namun jika sudah terlanjur terjadi defisit pada transaksi berjalan, diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan mampu memilih secara jeli kebijakan yang baik dalam mengatasi masalah tersebut.

Berdasarkan hal tersebut diatas, melatar belakangi penyusun untuk melakukan penelitian dengan judul “ ANALISIS PENGARUH NILAI

TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 – 2007:4 “.

(23)

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca transaksi berjalan? b. Bagaimana pengaruh produk domestik bruto terhadap neraca transaksi

berjalan?

c. Bagaimana pengaruh investasi asing terhadap neraca transaksi berjalan? d. Bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca transaksi berjalan. b. Mengetahui pengaruh produk domestik bruto terhadap neraca transaksi

berjalan.

c. Mengetahui pengaruh investasi asing terhadap neraca transaksi berjalan. d. Mengetahui pengaruh utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

a. Bagi pihak yang berwenang dapat dijadikan bahan penetapan kebijakan dalam mengantisipasi defisit pada neraca transaksi berjalan yang terjadi di Indonesia.

b. Bagi peneliti berguna sebagai bahan latihan dan menambah pengetahuan ilmiah sekaligus sebagai aplikasi dari mata kuliah yang dipelajari.

(24)

c. Dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti – peneliti lain yang berminat melakukan penelitian dalam bidang permasalahan selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Neraca Pembayaran

a. Pengertian Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran merupakan suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lainnya (non residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2002:3).

Menurut Tambunan, neraca pembayaran atau Balance of Payment (BOP) adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, pinjaman, dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat. Oleh karena itu, BOP sangat

(25)

berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan kepada suatu negara. Selain itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara disamping variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti laju pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang domestik.

Sementara, menurut Sukirno neraca pembayaran adalah neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai jenis transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan diantara satu negara dengan negara-negara lain dalam satu tahun tertentu.

b. Mekanisme Pencatatan Neraca Pembayaran

Pencatatan transaksi dalam NP menggunakan prinsip double entry system, artinya setiap transaksi dicatat pada dua sisi, yaitu pada sisi debet dan sisi kredit dengan nilai yang sama. Neraca pembayaran pada umumnya disajikan dalam bentuk vertikal, yaitu dari atas ke bawah sehingga tidak tampak sisi debet atau kredit, maka berdasarkan konvensi, pencatatan pada sisi kredit diberi tanda plus (+) sedangkan pencatatan pada sisi debet diberi tanda minus (-).

(26)

Sebagaimana

halnya dengan neraca

perusahaan, dalam neraca pembayaran setiap transaksi yang mengakibatkan pengurangan asset atau pertambahan kewajiban dicatat pada sisi kredit sedangkan transaksi yang mengakibatkan pertambahan aset atau pengurangan kewajiban dicatat pada sisi debet. Secara ringkas, pencatatan transaksi dalam neraca pembayaran dapat dilihat dalam diagram di bawah ini.

Berdasarkan prinsip – prinsip pencatatan tersebut di atas, transaksi – transaksi yang dicatat pada sisi debet dan kredit antara lain ialah sebagai berikut:

a. Sisi Debet

1. Impor Barang

2. Jasa-jasa yang diterima penduduk dari bukan penduduk (impor jasa)

3. Pemberian hadiah kepada bukan penduduk (transfer)

4. Penjualan kekayaan (assets) yang di miliki oleh bukan penduduk 5. Pembelian surat- surat berharga (securities) milik bukan penduduk 6. Penanaman modal langsung oleh penduduk di luar negeri (direct

investment abroad)

Kredit Debit Kewajiban

(27)

7. Pinjaman yang diberikan kepada bukan penduduk

8. Pembayaran utang (debt repayments) kepada bukan penduduk 9. Pembelian emas milik bukan penduduk

Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi – transaksi tersebut di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi kredit. Sebagai contoh, apabila impor dibiayai dengan utang maka pencatatan debet (impor) dibarengi dengan pencatatan kredit (kewajiban).

b. Sisi Kredit

1. Ekspor barang

2. Jasa-jasa yang diberikan penduduk kepada bukan penduduk (ekspor jasa)

3. Penerimaan hadiah dari bukan penduduk (transfer)

4. Pembelian kekayaan (assets) milik penduduk oleh bukan penduduk 5. Penjualan surat-surat berharga (securities) milik penduduk kepada

bukan penduduk

6. Penanaman modal langsung (direct investment) oleh bukan penduduk

7. Pinjaman yang diterima dari bukan penduduk

8. Pembayaran utang (debt repayments) oleh bukan penduduk 9. Penjualan emas milik penduduk kepada bukan penduduk

Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi – transaksi tersebut di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi debet. Sebagai contoh,

(28)

apabila ekspor dibayar tunai maka pencatatan kredit (ekspor) dibarengi dengan pencatatan debet (pertambahan aset).

c. Struktur Neraca Pembayaran

Dilihat dari strukturnya, neraca pembayaran dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal. Struktur neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen yang dapat dikelompokkan sebagai berikut (Sugiyono, 2002:17-20):

1. Transaksi berjalan (current account) a. Perdagangan barang (trade)

1) Ekspor (exports) 2) Impor (imports) b. Jasa-jasa (services) c. Penghasilan (income) d. Transfer (transfers)

2. Transaksi Modal dan keuangan (capital and financial account) a. Transaksi modal (capital account)

b. Transaksi keuangan di luar cadangan devisa (financial account) 1) Penanaman modal langsung (foreign direct investment) 2) Investasi surat berharga (portofolio investment)

(29)

3. Perubahan cadangan devisa (changes in reserves) 4. Selisih perhitungan (errors and omissions)

Penjelasan mengenai masing – masing komponen dalam neraca pembayaran adalah sebagai berikut :

1. Transaksi Berjalan (Current Account)

Transaksi berjalan meliputi perdagangan barang dan jasa, penghasilan (income), dan current transfer. Secara keseluruhan, transaksi berjalan menggambarkan nilai bersih antara sisi kredit dan sisi debet dari seluruh transaksi yang tercatat dalam setiap komponen transaksi berjalan.

Secara analitis, dalam kelompok transaksi berjalan tersebut terdapat dua neraca lainnya, yaitu neraca perdagangan, yang merupakan hasil bersih dari perdagangan barang atau ekspor dan impor barang, dan neraca jasa yang merupakan hasil bersih antara ekspor jasa dan impor jasa. Khusus menenai neraca perdagangan, perhitungan baik ekspor maupun impor harus dalam nilai free on board (f.o.b), bukan dalam nilai keseluruhan, termasuk cost, insurance, dan freight (c.i.f), mengingat ongkos dan jasa pengiriman merupakan kelompok transaksi jasa sehingga harus dikelompokkan dalam jasa-jasa. Beberapa transaksi yang termasuk dalam kelompok jasa antara lain ialah jasa transportasi, pariwisata, dan komunikasi. Sementara itu, hasil penggunaan faktor produksi, modal dan tenaga kerja dicatat dalam kelompok penghasilan (income), misalnya dividen dan bunga. Selanjutnya transaksi dalam kelompok transfer meliputi

(30)

transaksi yang tidak menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran (unrequited transfer), seperti hibah yang diterima pemerintah maupun swasta.

2. Transaksi Modal dan keuangan (capital and financial account)

Transaksi modal dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu capital transfer dan pembelian / penjualan non-financial asset, seperti paten, dan copyrights. Capital transfer selain mencakup pemberian barang modal (fixed assets), juga transfer uang dalam rangka pembelian barang modal.

Sementara itu, transaksi keuangan yang meliputi transaksi yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya asset dan atau kewajiban luar negeri di bagi dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi keuangan di luar cadangan devisa (reserve assets) dan transaksi yang mengakibatkan perubahan cadangan devisa. Kelompok transaksi keuangan di luar reserve mencakup transaksi yang terkait dengan lalu lintas keuangan baik jangka pendek, menengah, maupun panjang yang dilakukan baik oleh pemerintah, perusahaan pemerintah, maupun swasta, termasuk penanaman modal asing. Perlu dikemukakan bahwa pembayaran bunga pinjaman tidak diperhitungkan dalam lalu lintas modal melainkan dalam jasa-jasa mengingat transaksi tersebut merupakan transaksi jasa.

3. Perubahan cadangan devisa (changes in reserves)

Sementara itu, transaksi keuangan yang menyangkut cadangan devisa atau reserve assets merupakan pos yang menampung surplus atau defisit neraca pembayaran. Pos ini menunjukkan besarnya perubahan jumlah

(31)

cadangan devisa yang dikuasai oleh otoritas moneter1 sehubungan dengan transaksi internasional yang terjadi pada periode waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Adapun komponen cadangan devisa yang dicatat dalam neraca pembayaran meliputi:

- Emas moneter (monetary gold), yaitu emas yang dikelola otoritas moneter baik yang disimpan di dalam negeri maupun di luar negeri;

- Reserves Position in the Fund (RPF), merupakan rekening yang

dimiliki anggota IMF yang bersifat likuid (Liquid claim) terhadap IMF. Jumlah RPF yang dimiliki masing-masing anggotanya tergantung pada besarnya setoran kuota dalam valuta asing.2 RPF dapat diperhitungkan sebagai komponen cadangan devisa mengingat sewaktu-waktu dapat ditarik dalam bentuk fasilitas yang dapat diberikan oleh IMF;

- Special Drawing Rights (SDR), merupakan rekening giro yang dimiliki

negara anggota IMF dalam satuan hitung SDR yang diciptakan oleh IMF untuk digunakan dalam setiap kali melakukan transaksi keuangan dengan IMF. Pembentukan rekening tersebut dimaksudkan untuk menunjang stabilitas moneter internasional dengan cara melakukan alokasi pada saat kondisi likuiditas internasional mengalami ketidakseimbangan. Dengan demikian, SDR memungkinkan bertambah besarnya cadangan devisa masing-masing negara, sekaligus menambah

1 Dalam hal Indonesia, hanya mencakup cadangan devisa yang dikelola oleh Bank

Indonesia.

2 Setoran kuota dalam valuta asing ditetapkan minimal 25 % dari kuota negara anggota

(32)

likuiditas internasional. Besarnya rekening SDR masing-masing negara anggota dapat berubah pada saat memperoleh alokasi atau tambahan alokasi SDR dan pada saat melakukan pembelian atau melakukan transaksi keuangan dengan IMF;

- Valuta asing (Foreign exchange), tagihan kepada bukan penduduk dalam bentuk mata uang asing, saldo rekening giro, dan saldo simpanan berjangka dalam valuta asing serta kertas berharga dalam valuta asing.

4. Selisih perhitungan (errors and omissions)

Selisih perhitungan merupakan komponen penyeimbang neraca untuk menampung selisih atau perbedaan antara pencatatan di sisi kredit dan di sisi debet. Selisih antara sisi kredit dan sisi debet tersebut dapat terjadi, mengingat dalam praktik sumber data pencatatan transaksi neraca pembayaran pada sisi debet berbeda dengan sisi kredit sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan masing-masing sisi. Selain itu, selisih perhitungan juga dapat terjadi karena kesalahan pencatatan, selisih waktu pencatatan (time-lag), selisih kurs, dan kesulitan dalam pengumpulan data.

d. Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran

Konsep keseimbangan neraca pembayaran bukan dilihat dari sisi neraca itu sendiri melainkan dilihat dari komponen tertentu yang ada dalam neraca pembayaran sehingga akan terlihat apakah neraca pembayaran mengalami surplus atau defisit. Komponen yang menimbulkan terjadinya

(33)

surplus atau defisit meliputi transaksi yang termasuk dalam transaksi berjalan (current account) dan transaksi yang termasuk dalam transaksi modal dan keuangan (capital and financial account) di luar cadangan devisa (reserves assets), dan disebut dengan “ autonomous transaction”. Sementara itu, komponen yang menampung surplus atau membiayai defisit meliputi transaksi yang mengakibatkan perubahan cadangan devisa dan disebut “ accommodating transaction”. Surplus pada autonomous transaction terjadi apabila sisi kredit dari transaksi-transaksi yang dicatat lebih besar daripada sisi debetnya; demikian pula sebaliknya apabila terjadi defisit. Dalam literatur ekonomi dan keuangan internasional, autonomous transaction digolongkan dalam transaksi yang disebut transaksi-transasksi “above the line” (diatas garis pemisah), sedangkan accommodating transaction merupakan transaksi-transaksi “below the line” (di bawah garis pemisah).

Secara umum, dikenal empat konsep keseimbangan neraca pembayaran, yaitu:

a. Konsep Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance)

Dalam konsep ini, transaksi yang termasuk dalam autonomous transaction atau transaksi yang mengakibatkan surplus atau defisit hanya transaksi ekspor dan impor barang sehingga keseimbangan neraca pembayaran diukur dari besarnya surplus defisit kedua transaksi tersebut. Apabila ekspor lebih besar daripada impor maka neraca

(34)

pembayaran negara bersangkutan mengalami surplus; demikian pula sebaliknya.

b. Konsep Keseimbangan Transaksi Berjalan (Current Account Balance) Untuk menentukan surplus atau defisit pada autonomous transaction selain diperhitungkan ekspor dan impor, juga diperhitungkan jasa-jasa, termasuk penghasilan (income) dan transfer. Surplus terjadi apabila ekspor barang, jasa, penghasilan, dan transfer lebih besar daripada impor barang, jasa, penghasilan, dan transfer; demikian pula sebaliknya.

c. Konsep basic balance

Dalam konsep ini, yang termasuk dalam autonomous transaction selain pos-pos dalam transaksi berjalan, juga komponen-komponen dalam transaksi modal dan keuangan jangka panjang.

d. Konsep Overall Balance

Yang termasuk autonomous transaction dalam konsep ini adalah komponen-komponen dalam transaksi berjalan, komponen-komponen transaksi modal dan keuangan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) a. Sistem Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga

(35)

dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Simorangkir dan Suseno, 2004: 4). Menurut Sukirno, nilai tukar mata uang (kurs) adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Kurs valuta asing adalah nilai pertukaran dari mata uang suatu negara terhadap negara lainnya (Beam, 2003: 390).

Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Sistem kurs yang dipakai suatu negara, yaitu:

1.) Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap) yaitu nilai mata uang suatu negara ditetapkan oleh pemerintah atau Bank Sentral.

a.) Pegged to a currency, nilai tukar ditetapkan terhadap mata uang tertentu.

b.) Pegged to a basket of currency, nilai tukar ditetapkan sekelompok mata uang terkuat.

c.) Currency board, nilai tukar ditetapkan oleh dewan mata uang. 2.) Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang).

a.) Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang terkendali), yaitu Pemerintah atau Bank Sentral akan menjaga supaya nilai tukar berada diantara batas atas dan batas bawah. b.) Free floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang

bebas), yaitu nilai tukar suatu negara diserahkan pada mekanisme pasar (tidak ada intervensi dari pemerintah ataupun Bank Sentral).

(36)

b. Teori Nilai Tukar atau Kurs

Ada 4 pendekatan yang dikenal dalam proses pembentukan kurs (Salvatore, 2000: 42-48):

1.) Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas Terhadap Pembentukan Kurs

Model ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antara dua mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar – kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini kurs ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar ketimbang nilai ekspornya (artinya negara yang bersangkutan mengalami defisit perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar), dan hal itu akan berlangsung secara cepat dalam sistem kurs mengambang yang berlaku pada saat ini.

Peningkatan kurs (angka nominalnya) atau penurunan nilai tukar mata uang tersebut akan membuat harga dari berbagai komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing sedangkan berbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal bagi penduduk domestik. Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami kenaikan sedangkan impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya

(37)

nilai perdagangan internasionalnya benar – benar seimbang (impor sama dengan ekspor).

Pendekatan elastisitas tersebut menekankan pentingnya peran perdagangan atau arus pertukaran barang dan jasa dalam pembentukan kurs. Sedangkan arus permodalan internasional juga memainkan peran yang penting, namun bersifat pasif, yakni hanya untuk menutup atau mengimbangi setiap bentuk ketidakseimbangan perdagangan temporer. 2.) Teori Paritas Daya Beli untuk Menjelaskan Proses Pembentukan Kurs

Pendekatan kurs ini lebih relevan diaplikasikan guna mengamati pergerakan kurs dalam jangka panjang ketimbang dalam jangka pendek. Teori ini mempostulasikan atau merumuskan gejala bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan rasio dari tingkat dari harga umum dari kedua negara yang bersangkutan. Sebagai contoh, jika harga satu karung gandum di Amerika Serikat adalah $2, sedangkan harga gandum di Inggris adalah £1 per karung, maka kurs yang berlaku antara dolar dan poundsterling adalah R=$2 / £1 = 2. Jadi, berdasarkan hukum satu harga (law of one price), komoditi yang sama seharusnya memiliki harga yang sama pula (dalam kondisi itulah daya beli dari kedua mata uang tadi berada dalam kondisi paritas atau persamaan).

3.) Pendekatan Moneter Terhadap Pembentukan Kurs dan Lonjakan Kurs Pendekatan moneter (Monetary Approach) memberikan penjelasan yang sangat kontras. Pendekatan ini mempostulasikan atau menyatakan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok

(38)

atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional di masing-masing negara.

Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut, atau tingkat harga harga-harga umum yang berlaku serta suku bunga. Semakin tinggi pendapatan riil dan harga-harga yang berlaku di negara tersebut, maka akan semakin besar pula permintaan uang di negara tersebut karena setiap individu dan perusahan memerlukan lebih banyak uang untuk membiayai transaksi hariannya. Di lain pihak, semakin tinggi suku bunga yang ada, maka akan semakin besar biaya oportunities penyimpanan uang (tunai atau simpanan yang tidak menghasilkan bunga) sehingga setiap orang akan memilih asset atau sekuritas yang menghasilkan bunga seperti obligasi atau deposito perbankan. Itu berarti, tingkat permintaan uang memiliki hubungan terbalik dengan besaran atau tingkat bunga.

4.) Pendekatan Keseimbangan Portofolio Terhadap Pembentukan Kurs Pendekatan keseimbangan portofolio (portfolio-balance approach) berbeda dari pendekatan moneter dalam hal diasumsikannya obligasi-obligasi domestik dan luar negeri sebagai substitusi yang tidak sempurna. Perbedaan lainnya dari keseimbangan portofolio ini adalah penekanannya bahwa kurs sesungguhnya terbentuk dalam proses penyamaan dan penyeimbangan stok atau total permintaan dan total penawaran aset-aset

(39)

finansial dalam setiap negara. Pendekatan ini juga memperhitungkan arti penting perdagangan (sektor riil) secara eksplisit ke dalam analisisnya. Dengan demikian, pendekatan keseimbangan portofolio dapat dianggap sebagai salah satu versi pendekatan moneter yang lebih realistis dan memuaskan.

Pendekatan keseimbangan portofolio itu merumuskan kesimpulan yang menyatakan kenaikan penawaran uang di negara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan suku bunga di negara yang bersangkutan, sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negeri. Pembelian secara besar-besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya, depresiasi itu merangsang peningkatan ekspor negara domestik dan sekaligus menyurutkan impornya. Pada gilirannya hal ini menciptakan surplus perdagangan bagi negara domestik yang segera disusul oleh apresiasi mata uangnya.

c. Perubahan – Perubahan Kurs Valuta Asing

Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang terus menerus tersebut akan berlaku disebabkan oleh perubahan yang selalu terjadi keatas permintaan atau penawaran valuta asing.

(40)

Oleh karena sifatnya yang selalu mengalami perubahan tersebut, kurs pertukaran yang ditentukan oleh mekanisme pasar dinamakan kurs pertukaran yang berubah bebas atau kurs pertukaran mengambang. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar ke- atas perubahan dalam kurs pertukaran adalah (Sukirno, 2002:361-365):

1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat.

Perubahan ini akan mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk suatu negara semakin lebih menyukai barang-barang dari satu negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempunyai kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain tersebut.

2. Perubahan harga dari barang-barang ekspor.

Apabila harga barang-barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. Perubahan ini selanjutnya akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikan harga barang-barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. Maka kenaikan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing. Kekurangan penawaran ini akan menjatuhkan nilai uang dari negara yang mengalami kenaikan dalam harga-harga barang ekspornya. Apabila harga barang-barang

(41)

ekspor mengalami penurunan, maka akibat yang timbul adalah yang sebaliknya.

3. Kenaikan harga-harga umum (Inflasi).

Berlakunya keadaan demikian di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Di satu pihak kenaikkan harga-harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan ke atas valuta asing bertambah. Di lain pihak, ekspor negara itu bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing.

4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi. Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran ke atas barang-barang yang diperdagangkan diantara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta arah aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut. Penawaran valuta asing yang bertambah ini akan meninggikan nilai mata uang negara yang menerima modal tersebut. 5. Perkembangan ekonomi

Bentuk dari pengaruh perkembangan ekonomi kepada kurs valuta asing tergantung kepada corak dari perkembangan ekonomi itu.

(42)

Apabila ia terutama disebabkan oleh perkembangan sektor ekspor, penawaran ke atas mata uang asing terus menerus bertambah. Dalam keadaan seperti itu perkembangan ekonomi akan meninggikan nilai mata uang. Tetapi apabila sumber perkembangan itu adalah dari perluasan kegiatan ekonomi di luar sektor ekspor, perkembangan itu berkecenderungan akan menurunkan nilai mata uang asing. Akibat yang demikian akan timbul karena pendapatan yang bertambah akan menaikkan impor. Kenaikkan impor ini akan menaikkan permintaan ke atas valuta asing.

d. Kurs Riil

Kurs riil merupakan gabungan angka kurs nominal dan tingkat harga. Untuk mendefinisikan kurs riil secara lebih terinci, maka perlu

memperjelas ukuran tingkat harga yang akan digunakan. Misalnya, Pus

sebagai harga dolar dari sejumlah komoditi baku yang selalu dikonsumsikan setiap minggunya oleh segenap rumah tangga dan

perusahaan Amerika. Begitu pula PG, yakni sebagai harga komoditi yang

setiap minggu selalu dibeli oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Jerman. Kemudian dapat didefinisikan secara formal kurs riil dolar/DM,

yang dilambangkan q$/DM, sebagai harga dolar relatif dari komoditi Jerman

terhadap komoditi Amerika. Jadi bisa dikatakan kurs riil itu adalah nilai dolar dari tingkat harga Jerman dibagi dengan tingkat harga Amerika; atau secara simbolis:

(43)

q$/DM=

(

E$/DMxPG

)

/PUS ... (2.1)

Seumpama, komoditi acuan Jerman berharga DM100 (sehingga PG=

DM100 per komoditi acuan Jerman), sedangkan harga komoditi acuan

Amerika berharga $50 (jadi Pus=$50 per komoditi acuan Amerika), dan

kurs nominalnya adalah E$/DM=$0,50 per DM. Maka kurs riil dolar/ DM: ($0,50 per DM) x (DM100 per komoditi Jerman)

=

DM / $

q

($50 per komoditi Amerika)

= ($50 per komoditi Jerman) / ($50 per komoditi Amerika) = 1 komoditi Amerika per komoditi Jerman

Kenaikan kurs riil dolar/DM q$/DM (yang disebut depresiasi riil dolar

terhadap DM akan mengakibatkan penurunan daya beli dolar di wilayah Jerman dila dibandingkan dengan daya belinya di wilayah Amerika. Perubahan daya beli ini terjadi karena harga dolar dari barang-barang

Jerman (E$.DMxPG) mengalami kenaikan relatif terhadap harga dolar dari

barang-barang Amerika (Pus). Dolar dianggap mengalami depresiasi secara

riil terhadap DM bila q$/DM meningkat karena daya beli hipotetis dari

produk-produk Amerika secara keseluruhan terhadap produk Jerman menurun. Barang dan jasa Amerika menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang dan jasa Jerman. Adapun apresiasi riil dolar terhadap DM

merupakan penurunan dalam q$/DM. Penurunan ini menunjukkan

(44)

daya beli dolar di Jerman (bila dibelanjakan di Jerman) dibandingkan dengan daya belinya di Amerika.

e. Pengaruh perubahan kurs riil terhadap Transaksi berjalan

Sejumlah pembelanjaan domestik juga meliputi pembelian produk impor meskipun tidak sebanyak pembelian atas barang dan jasa produksi domestik. Sementara itu, produk luar negeri yang dikonsumsikan itu lebih condong pada kondisi barang dan jasa dari negara asalnya. Untuk mengetahui perubahan harga relatif output nasional tersebut mempengaruhi transaksi berjalan, harus diketahui pengaruhnya terhadap ekspor. Jika EP*/P meningkat, misalnya secara relatif produk luar negeri menjadi lebih mahal daripada produk domestik; setiap unit output domestik kini hanya dapat membeli lebih sedikit output luar negeri. Konsumen akan menanggapi pergeseran harga ini dengan meningkatkan permintaan mereka terhadap ekspor kita. Reaksi ini selanjutnya meningkatkan ekspor dan cenderung memperbaiki transaksi berjalan domestik.

3. Produk Domestik Bruto

a. Pengertian Produk Domestik Bruto

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

(45)

Produk Domestik Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang bruto dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Data Produk Domestik Bruto (PDB) menurut penggunaan atas dasar harga konstan memiliki tahun dasar yang berbeda, dimana tahun 1988 – 1997 menggunakan tahun dasar tahun 1988/1989, PDB tahun 1998 – 2002 menggunakan tahun dasar 1996, lalu PDB tahun 2003 – 2006 tahun dasarnya tahun 2002, dan sisanya menggunakan tahun dasar tahun 2007. Untuk menghitung PDB menurut harga konstan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

x100 IHK PDB PDB x HBx HKx = ……… (2.2) Dimana : HKx

PDB = PDB harga konstan tahun tertentu

HBx

(46)

x

IHK = Indeks Harga Konsumen tahun tertentu

Oleh karena data PDB pada tahun 1988 – 2007 tidak tersedia data kuartalan dan hanya tersedia data tahunan, maka data PDB pada tahun tersebut diinterpolasikan ke dalam data kuartalan dengan formulasi sebagai berikut (Insukindro dalam Nugroho, 2008):

(

)

úûù êë é - -= t t t-1 1 t Y Y 12 5 . 4 Y 4 1 Y ……… ……... (2.3)

(

)

úûù êë é - -= t t t-1 2 t Y Y 12 5 . 1 Y 4 1 Y ……… (2.4)

(

)

úûù êë é + -= t t t-1 3 t Y Y 12 5 . 1 Y 4 1 Y ……… (2.5)

(

)

úûù êë é + -= t t t-1 4 t Y Y 12 5 . 4 Y 4 1 Y ………(2.6) Dimana: = 4 t , 3 t , 2 t , 1 t Y Y Y Y Data Kuartalan 1, 2, 3, 4 t

Y = Data tahun yang berlaku

1 t

Y- = Data tahun sebelumnya

b. Cara penghitungan Produk Domestik Bruto

Untuk menghitung angka-angka Produk Domestik Bruto ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :

1. Menurut Pendekatan Produksi

Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit – unit

(47)

pruduksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha sektor yaitu:

a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan b. Pertambangan dan Penggalian

c. Industri Pengolahan d. Listrik, Gas dan Air bersih e. Konstruksi

f. Perdagangan, Hotel, dan Restoran g. Pengangkutan dan komunikasi

h. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah

Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor. 2. Menurut Pendekatan Pendapatan

Produk Domestik Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, Produk domestik bruto mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

(48)

Produk Domestik Bruto adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba b. Pengeluaran konsumsi pemerintah

c. Pembentukan modal tetap domestik bruto d. Perubahan inventori, dan

e. Ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor) Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasikan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. Produk Domestik Bruto yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai Produk domestik Bruto atas dasar harga pasar, karena didalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.

a. Indikator ekonomi lain

Dari data Produk domestik bruto dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti :

1) Produk Nasional Bruto

Yaitu Produk domestik bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk

(49)

Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.

2) Produk Nasional Neto atas dasar harga pasar

Yaitu produk domestik bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang – barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun.

3) Produk Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi

Yaitu produk nasional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh penerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai produk domestik bruto.

4. Investasi Asing

(50)

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang – barang modal dan perlengkapan – perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2002: 107).

Investasi lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Dengan demikian, di dalam makroekonomi pengertian investasi atau akumulasi modal adalah berbeda dengan modal. Dalam penelitian ini investasi yang dimaksud ialah investasi swasta yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menurut BKPM adalah modal dalam negeri diartikan sebagai sumber produktif dari masyarakat Indonesia yang dapat digunakan dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak hak, benda-benda (bergerak atau tidak bergerak) yang dapat disisihkan untuk menjalankan usaha (BKPM, 1985: 17).

Dari pengertian diatas, contoh dari kekayaan termaksud yaitu tanah, bangunan, kayu di hutan, dan lain-lain. Kekayaan tersebut dapat dimiliki oleh negara maupun swasta, yang dapat dibagi menjadi :

a. Dimiliki oleh pihak swasta nasional baik perorangan maupun badan hukum, termasuk koperasi.

(51)

b. Dimiliki oleh pihak asing baik perorangan maupun badan hukum. PMA atau investasi asing merupakan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan suatu keuntungn dari usaha yang dilakukan. Menurut Kuncoro (2000:215) investasi merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional disamping ekspor, tabungan domestik, dan bantuan luar negeri.

b. Peranan Penanaman Modal Asing

Menurut Kuncoro, penanaman modal asing ini memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan, diantaranya:

1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. 2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu dikuti dengan

perubahan struktur produksi dan perdagangan.

3. Modal asing dapat berperan penting dalam mobilitas dana.

Investasi mempunyai peran dalam ekonomi makro. Pertama, menjadi komponen pengeluaran yang cukup besar dan tahan lama. Adanya perubahan dalam investasi akan mengganti permintaan agregat yang selanjutnya terdapat pula pada output dan kesempatan kerja. Kedua, investasi dapat meningkatkan output potensial sehingga memicu pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Adanya investasi dipengaruhi oleh (Samuelson, 1995 : 136) yaitu:

(52)

1. Hasil penjualan. Investasi akan dilakukan bila investor mampu menjual lebih banyak. Jika output naik, maka investasi juga akan naik, berlaku pula sebaliknya.

2. Biaya. Dalam berinvestasi, investor memerlukan pinjaman untuk membeli barang – barang modal. Pinjman tersebut akan dikenai bunga serta pajak. Tingkat bunga dan pajak mempunyai hubungan terhadap investasi, yaitu bila bunga naik, maka investasi akan turun, dan sebaliknya. Dalam pengambilan keputusan investasi, tingkat suku bunga riil menjadi unsur penting pertimbangan. Tingkat suku bunga riil menyesuaikan tingkat suku bunga nominal terhadap laju inflasi.

3. Ekspektasi. Bila investor menganggap kondisi ekonomi di masa depan bagus, maka investasi akan berjalan. Namun bila investor beranggapan kondisi ekonomi di masa depan buruk, maka investasi tidak akan dijalankan.

Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu : investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung atau lebih dikenal dengan penanaman modal asing (PMA) langsung lebih cenderung melakukan investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.

(53)

Bila dibandingkan dengan investasi portofolio, PMA dengan jalan langsung (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan, selain sifatnya permanen atau jangka panjang, PMA dengan jalan FDI ini memiliki andil dalam silih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru.

c. Pola Investasi

Terdapat 2 (dua) jenis FDI menurut pola investasi yang dilakukan, yaitu :

1. Green – field Investment, dimana pemilik modal membangun keseluruhan usahanya mulai dari awal / dari titik nol.

2. Investasi langsung tetapi memanfaatkan perusahaan sejenis yang sudah ada di negara yang dituju dengan melakukan merger.

Sedangkan menurut jenis usaha yang dilakukan, FDI dibagi kemali menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Horisontal FDI

Dimana investor menginvestasikan modalnya dengan mendirikan investasi yang sama persis jenisnya dengan yang dilakukan di negara asalnya, dan keseluruhan proses produksi yang terjadi dilakukan sendiri dan tidak melibatkan perusahaan lokal/ domestik.

2. Vertikal FDI

(54)

a. Backward vertical FDI, adalah investor melakukan investasi dengan mendirikan industri di negara tertentu dengan masih memanfaatkan output dari perusahaan lokal setempat.

b. Forward vertical FDI, adalah investor mendirikan industri di negara host dengan menjual hasil produksi perusahaan domestik.

5. Utang Luar Negeri

a. Pengertian Utang Luar Negeri

Secara umum utang luar negeri adalah sebuah pinjaman yang akan menimbulkan kewajiban membayar kembalai terhadap utang luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam rupiah (Diana Yumanita et. Al., 2001 : 9).

Secara formal pengertian utang luar negeri tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara/ Ketua Bappenas No. 189 / KMN 03 / 1995 & No. Kep – 031 / KET / 5 / 1995 tentang Tata cara perencanaan, Pelaksanaan/ Penatausahaan, & Pemantauan Tinjauan / Hibah Luar Negeri dalam rangka pelaksanaan APBN. Dalam SKB tersebut dijelaskan bahwa pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara, baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negari yang harus dibayar kembali dengan persyaratan-persyaratan tertentu.(Diana Yumanita et. Al., 2001:10).

(55)

b. Jenis – jenis Utang Luar Negeri

Jenis-jenis utang luar negeri dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu: 1. Dari segi jangka waktu, utang luar negeri terdiri atas :

a). Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun.

b). Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 5 tahun sampai dengan 15 tahun.

c). Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15 tahun.

2. Dari segi status penerima pinjaman, terdiri atas : a). Pinjaman Pemerintah

b). Pinjaman swasta

3. Dari segi persyaratan pinjaman, terdiri atas : a). Pinjaman Lunak (Concessional Loan)

Merupakan pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun negara bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral) dan ditujukan untuk meningkatkan pembangunan. Oleh karena itu tingkat bunganya rendah (maksimum 3,5 %), jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang (grace period) cukup panjang (sekurang-kurangnya 7 tahun). Selain itu, biasanya

(56)

pinjaman lunak mengandung hibah (grant element) sekurang-kurangnya 35 % dari total pinjaman.

b). Pinjaman Setengah lunak (Semi-concessional Loan)

Merupakan pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian lagi komersial. Bentuk pinjaman yang masuk kategori ini adalah fasilitas kredit ekspor dan Purchasing and Installment Sales Agreement (PISA).

c). Pinjaman Komersial (Commersial Loan)

Merupakan pinjaman yang bersumber dari Bank / Lembaga Keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya. Tingkat bunga yang berlaku di pasar internasional antara lain LIBOR ditambah margin sekitar 0,5 % s.d. 1,5 %. Bentuk pinjaman komersial ini dapat berupa pinjaman siaga (standby loan); pinjaman sindikasi yang diterima dari sindikat bank-bank internasional dalam bentuk uang tunai (cash) untuk membiayai suatu proyek atau pembiayaan lainnya; dan sewa beli (leasing) atau Installment Sale Financing.

4. Dari segi sumber dana pinjaman, terdiri atas :

a). Pinjaman dari lembaga internasional (Multilateral)

Pinjaman yang berasal dari badan-badan internasional seperti World Bank dan Asian Development Bank pada dasarnya merupakan pinjaman yang bersyarat ringan (pinjaman lunak). b). Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI / CGI (bilateral)

(57)

Seperti halnya pinjaman yang berasal dari lembaga internasional, pinjaman dari negara bilateral anggota IGGI / CGI biasanya juga berupa pinjaman lunak.

5. Dari segi bentuk pinjaman yang diterima, terdiri atas : a). Bantuan Proyek

Merupakan bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan proyek pembangunan dengan cara memasukkan barang modal, barang dan jasa.

b). Bantuan Teknik c). Bantuan Program

B. PENELITIAN TERDAHULU

1. Penelitian oleh Hari Murti tahun 2007

Peneliti mengambil judul Analisis Jangka Pendek dan Jangka Panjang Determinan Neraca Transaksi Berjalan Serta Fenomena Twin Defisit Di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh surplus atau defisit neraca fiskal, nilai tukar riil, pendapatan per kapita riil, kelambanan neraca transaksi berjalan, investasi domestik, dan pengeluaran pemerintah terhadap neraca transaksi berjalan di negara- negara berkembang di Asia Tenggara dan Asia Selatan tahun 1985-2005.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun  1988:1 – 2007:4 (persentase dari PDB)  TAHUN  CA  TAHUN  CA  1988:1  -0,125  1998:1  1,740  1988:2  -0,538  1998:2  7,932  1988:3  -0,272  1998:3  2,553  1988:4  -0,717  1998:4  3,946  1989:
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan  Indonesia Periode 1988:1 – 2007:4
Tabel 4.2 Perkembangan Nilai Tukar riil (REER)   Periode 1988:1 – 2007 : 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian serupa dilakukan oleh Lamria dengan responden pengguna alat kontrasepsi pil menunjukkan bahwa proporsi hipertensi lebih tinggi pada wanita

Peneli- tian ini didukung oleh Aritonang dan Syarif (2009) komitmen organisasi yang tinggi ber- dampak pada keberhasilan penerapan Pera- turan Pemerintah Nomor 24

Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan diatas, pada penelitian ini penulis menggunakan metode multi- classifier ensemble learning dengan kombinasi geterogen dari

Karya kriya tradisi dipadu-padankan memasuki ruang-ruang publik dan pribadi, maka hadirlah: pintu kayu tua dari Madura, gebyok (aling-aling :dinding kayu berukir) dari Kudus

PENGARUH UKURAN PEMERINTAH DAERAH, KEMANDIRIAN PEMERINTAH DAERAH, KEKAYAAN PEMERINTAH DAERAH DAN INTERGOVERNMENTAL REVENUE TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN

Pembidangan ilmu-ilmu keislaman juga diusahakan melalui pengkategorian apa yang menjadi sasaran kajiannya, maka ditemukanlah pembidangan seperti Ilmu al-Qur’ân yang

Hasil pengujian menunjukan bahwa ketika sistem mendeteksi ketinggian kurang dari sama dengan 5 cm led hijau menyala dan status aman, ketika mendeteksi

Alternatif 2: Keseimbangan penerapan campus Agriculture dan campus forest, Hutan kampus dapat dikembangkan multifungsi, dengan pertimbangan fungsi ekonomis akan menunjang