• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Zona Buruk untuk Lahan Perumahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Zona Buruk untuk Lahan Perumahan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Zona Buruk untuk Lahan Perumahan Analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis berbasis komputer untuk memperoleh zonasi kesesuaian lahan perumahan di kecamatan-kecamatan Kawasan Bandung Utara Kabupaten Bandung ditentukan berdasarkan : peta drainase, peta banjir, peta lereng permukaan, peta tekstur tanah, peta batuan, peta kedalaman efektif tanah dan peta erosi. Gambar peta-peta tematik input disajikan pada Lampiran 1 sampai 7. Selisih skor terbesar dan terkecil hasil analisis (31-7) adalah 24 atau sama dengan rentang. Selanjutnya adalah penentuan kesesuaian lahan untuk perumahan yang dibagi menjadi tiga kelas zona dengan panjang interval (ρ) sebesar 8 yaitu : (1) zona baik untuk kawasan perumahan dengan nilai antara 24 sampai dengan 31, (2) zona sedang untuk kawasan perumahan dengan nilai antara 16 sampai dengan 23 dan (3) zona buruk untuk kawasan perumahan dengan nilai antara 7 sampai dengan 15. Gambar peta tematik output (peta zonasi kesesuaian lahan perumahan) disajikan pada Gambar 6. Hasil analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis berbasis komputer untuk memperoleh zonasi lokasi perumahan di kawasan budidaya kecamatankecamatan Kawasan Bandung Utara Kabupaten Bandung menunjukkan 230,19 ha lahan berkategori baik untuk lahan perumahan, 3.450,64 ha lahan berkategori sedang untuk lahan perumahan dan 7.902,36 ha lahan berkategori buruk untuk lahan perumahan. Hasil analisis spasial zonasi lokasi-lokasi perumahan di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan disajikan pada Tabel 16 . Tabel 16. Hasil analisis spasial zonasi kesesuaian lahan perumahan di Kawasan Budidaya Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan (ha) Luas Kesesuaian Lahan untuk Perumahan (ha) No Kecamatan Jumlah Baik Sedang Buruk 1. Lembang 230,19 2.966,78 2.523,62 5.720,60 2. Cilengkrang 0 482,51 1.117,07 1.599,58 3. Cimenyan 0 1,35 4.261,67 4.263,02 Jumlah 230,19 3.450,64 7.902,36 11.583,19 Persentase 1,99% 29,79% 68,22% 100%.

(2) 113. Hasil analisis spasial zonasi kesesuaian lahan untuk perumahan di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan menunjukkan 68,22% (7.902,36 Ha) dari total luas lahan berada di zona buruk perumahan. Selain itu, hasil analisis spasial menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Lembang memiliki peluang lebih besar untuk dibangun perumahan dibandingkan Kecamatan Cilengkrang dan Cimenyan. Faktor kendala terbesar di zona baik untuk perumahan adalah parameter drainase tanah yang sangat buruk, yaitu kondisi tanah dengan tingkat bahaya genangan air yang tinggi sehingga tanah menjadi agak jenuh air. Evaporasi akan terhambat pada bagian tengah dari bangunan karena tanah tertutup bangunan sehingaa dapat menyebabkan tanah dibagian tepi lebih cepat kering daripada dibagian tengah bangunan. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan pengerutan maupun kekuatan tanah sehingga sering terjadi penurunan pada bagian tengah dan menimbulkan keruntuhan.. Untuk menghindari adanya kerusakan bangunan yang. disebabkan oleh pengerutan tanah, hendaknya pondasi dibangun lebih dalam atau sampai pada kedalaman batuan sehingga tidak terjadi proses pengerutan tanah. Faktor kendala terbesar di zona sedang untuk perumahan selain parameter drainase tanah juga parameter kemiringan lereng diatas 15%. Pembangunan perumahan pada kemiringan lereng relatif curam tanpa dilakukan pengamanan lebih lanjut dapat menyebabkan tanah longsor. Kelongsoran terjadi pada lereng dengan material tanah yang bersifat sensitif terhadap perubahan kondisi air tanah. Kelongsoran awal terjadi pada bagian bawah lereng dan akan menyebabkan ketidakstabilan pada bagian lereng di atasnya. Kelongsoran lanjutan akan terjadi jika proses pembebanan, baik secara mekanik maupun adanya rembesan air hujan menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah sehingga stabilitas lereng dalam kondisi kritis. Hal ini dapat dihindari selain membangun tembok penahan tanah adalah mengimplementasikan persyaratan teknis koefisien dasar bangunan sebesar 20 % dari luas tanah, membangun rumah konsep eco-architecture dan penanaman vegetasi pada teras bangku atau teras tangga. Hasil analisis spasial zonasi lokasi perumahan yang berada di kawasan lindung di kecamatan-kecamatan Kawasan Bandung Utara Kabupaten Bandung menunjukkan 164,69 ha lahan berkategori baik untuk lahan perumahan berada di kawasan lindung, 1.869,57 ha lahan berkategori sedang untuk lahan perumahan berada di kawasan lindung dan 4.351,73 ha lahan berkategori buruk untuk lahan perumahan berada di kawasan.

(3) 114. lindung. Hasil analisis spasial zonasi lokasi-lokasi perumahan di Kawasan Lindung Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil analisis spasial zonasi kesesuaian lahan perumahan di Kawasan Lindung Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan (ha) Luas Kesesuaian Lahan untuk Perumahan (ha) No Kecamatan Jumlah Baik Sedang Buruk 1. Lembang 164,69 1.669,64 2.149,48 3.983,80 2. Cimenyan 0 5,72 957,89 963,61 3. Cilengkrang 0 194,21 1.244,36 1.438,57 Jumlah 164,69 1.869,57 4.351,73 6.385,99 Kondisi nyata penggunaan lahan perumahan eksisting di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan secara numeris telah menyimpang dari batas zona Baik dan Sedang untuk lahan perumahan. Hasil analisis spasial menunjukkan 45,90% (1022,87 Ha) luas terbangun di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan berada di zona buruk perumahan. Hasil analisis kondisi nyata lokasi-lokasi perumahan yang berada pada zona kesesuaian lahan untuk perumahan disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 7. Tabel 18. Luas wilayah terbangun eksisting di zona kesesuaian lahan perumahan (ha) No. Kecamatan. 1. Lembang 2. Cilengkrang 3. Cimenyan Jumlah Persentase. Luas Wilayah Terbangun (ha) Baik Sedang Buruk 131,65 989,04 438,21 85,08 108,63 476,03 131,65 1074,12 1022,87 (5,90%) (48,20%) (45,90%). Jumlah (ha) 1558,90 193,71 476,03 2228,64 (100%). Penggunaan lahan perumahan eksisting di Kecamatan Cimenyan berada di zona buruk untuk perumahan atau 100 % telah menyimpang dari batas zona Baik dan Sedang untuk lahan perumahan yaitu seluas 476.025 ha. Luas lahan perumahan eksisting di Kecamatan Lembang sebesar 28,11 % dan 56,08% di Kecamatan Cilengkrang berada di zona buruk untuk perumahan atau telah menyimpang dari batas zona Baik dan Sedang untuk lahan perumahan. Persentase luas lahan permukiman eksisting yang berada di zona kesesuaian lahan untuk perumahan di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 19..

(4) 115. Tabel 19. Persentase luas wilayah terbangun di zona kesesuaian lahan perumahan di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan Kabupaten Bandung (ha) No. Kecamatan. 1. Lembang 2. Cilengkrang 3. Cimenyan. Baik 8,45 0.00 0.00. % Luas Wilayah Terbangun Sedang Buruk 63,44 28,11 43,92 56,08 0 100. Jumlah (%) 100.00 100.00 100.00. Hasil analisis spasial kondisi nyata penggunaan lahan perumahan eksisting yang berada di Kawasan Lindung di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan Kawasan Bandung Utara Kabupaten Bandung menunjukkan 144,41 ha lahan terbangun berada di Kawasan Lindung. 113,34 ha lahan terbangun perumahan berada di hutan lindung dan 31,07 ha lahan terbangun perumahan berada di daerah konservasi. Hal ini menunjukkan telah terjadi konversi lahan untuk Kawasan Lindung menjadi kawasan perumahan. Hasil analisis spasial wilayah terbangun perumahan di Kawasan Lindung Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan disajikan pada Tabel 20 dan Gambar 8. Tabel 20. Luas wilayah terbangun eksisting di Kawasan Lindung (ha) No Kecamatan Luas Wilayah Terbangun (ha) Hutan Lindung Konservasi Jumlah (ha) 1. Lembang 93,95 15,94 109,89 2. Cilengkrang 1,26 15,12 16,39 3. Cimenyan 18,13 0,00 18,13 Jumlah 113,34 31,07 144,41 Persentase 78,49% 21,51% 100%.

(5) 115. Gambar 6. Peta Batas Administrasi Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang di Kabupaten Bandung.

(6) 116. Gambar 6. Peta Kesesuaian Perumahan Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang di Kabupaten Bandung.

(7) 117. Gambar 7. Peta Kondisi Nyata Wilayah Terbangun di Zona Kesesuaian Lahan Perumahan.

(8) 118. Gambar 8. Peta kondisi nyata wilayah terbangun di zona kesesuian lahan untuk perumahan.

(9) 119. 5.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemilihan Lokasi Perumahan di Zona Buruk Perumahan Hasil survei yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2007 di Kecamatan Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan Kawasan Bandung Utara yang melibatkan 12 Perumahan yaitu perumahan Pasir Honje, Bumi Asri, BCI, Tirtawening, Setiabudi Regensi, Komplek Atput, Komplek Kejaksaan, Pasir Layung, Merpati Duta, Nirwana, Bukit Mas, dan Cipaku Indah II sebanyak 126 Responden, menunjukkan status sosial dan ekonomi, keadaan lahan dan pengelolaan lahan perumahan, serta kebutuhan responden. Uraian masing-masing faktor tertera berikut ini : 5.2.1. Analisis Faktor untuk Variabel yang Berpengaruh terhadap Pemilihan Lokasi Perumahan di Zona Buruk Perumahan Tahap pertama analisis faktor adalah menilai mana saja variabel yang dianggap layak untuk dimasukan dalam analisis selanjutnya. Pengujian dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian pada variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Hasil pertama analisis faktor utama (PCA) menunjukkan angka Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy dan Barlett’s Test of Sphericity adalah 0,773 >0,50 dengan signifikansi 0,000. Nilai KMO yang besar menunjukkan bahwa korelasi antar pasangan variabel bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor dianggap sebagai teknik yang tepat untuk analisis matrik korelasi. Oleh karena angka tersebut sudah di atas 0,5 dan signifikansi jauh dibawah 0,05, maka variabel dan sampel yang ada sudah bisa dianalisis lebih lanjut. Hasil Anti Image Correlation, khususnya pada angka korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah) menunjukkan variabel-variabel yang layak diuji lanjut adalah variabel dengan nilai MSA diatas 0,5 yakni variabel panorama, luas lahan, harga lahan, daya dukung lahan, pengelolaan drainase, pengelolaan limbah, ketersediaan fasilitas sosial, jalan masuk dan kedekatan dengan tempat kerja dan tempat lain. Sesuai dengan tujuan dari analisis PCA adalah penyederhanaan variabel. Artinya variabel-variabel baru yang dihasilkan dari proses analisis komponen utama jumlahnya harus lebih sedikit dari jumlah variabel asalnya. Komponen utama yang dihasilkan dari.

(10) 120. yang memiliki akar ciri (eigenvalue) tertinggi hingga terendah. Angka eigenvalue di bawah satu tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Hasil analisis berdasarkan angka eigenvalue tertera pada Tabel 21. Tabel 21. Keragaman total pemilihan lokasi perumahan Komponen Akar Ciri (Eigenvalues) Total % Keragaman % Kumulatif 1 4,908 54,529 54,529 2 1,656 18,403 72,932 3 1,090 12,111 85,042 4 0,681 7,569 92,611 5 0,327 3,632 96,244 6 0,183 2,031 98,275 7 0,141 1,570 99,844 8 0,013 0,150 99,994 9 0,001 0,006 100,000 Dari Tabel 21 terlihat bahwa hanya tiga faktor yang terbentuk, karena dengan tiga faktor angka eigenvalue masih diatas satu yaitu 1,090. Namun untuk empat faktor angka eigenvalue sudah di bawah satu (0,681), sehingga proses factoring berhenti pada tiga faktor saja. Analisis dilanjutkan dengan menunjukkan distribusi ke sembilan variabel tersebut pada tiga faktor yang terbentuk. Rotated component matrix pada lampiran 14 memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata dibandingkan dengan tabel komponen matrik (component matrix). Hasil rotated component matrix (a) menunjukkan bahwa komponen satu (faktor fisik) terdiri dari variabel panorama, luas lahan, jalan masuk ke perumahan, kedekatan dengan tempat kerja/kegiatan lain dan daya dukung lahan. Komponen dua terdiri (faktor sosial) dari variabel sistem drainase, pengelolaan limbah, ketersediaan fasos. Sedangkan komponen tiga (faktor ekonomi) terdiri dari satu variabel yaitu harga lahan. Berdasarkan pertimbangan angka total akar ciri (eigenvalue), distribusi variabel berdasarkan rotated component matrix(a) dan koefisien skor faktor ditentukan nilai skor faktor masing-masing variabel pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni. Berdasarkan nilai skor faktor dapat ditentukan nilai masing-masing faktor (F1, F2 dan F3) pemilihan lokasi perumahan berdasarkan rumus : Fi. = Wi1X1 + Wi2 X2 + Wi3 X2+ …….+ Wij Xk. F1PLP(F) = 1,286 X1+ 1,276 X2 + 1,320 X2+ 1,168 X2 –0,214 X5.

(11) 121. F2PLP(S) = 0,767 X6+ 0,593 X7 + 0,471 X8 F3PLP(E) = 0,739 X9 Nilai skor faktor pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Nilai skor faktor masing-masing variabel pemilihan lokasi perumahan Skor Keragaman 4.908 4.908 4.908 4.908 4,908 1.656 1.656 1.656 1.090. Panorama Jalan Masuk Luas Lahan Kedekatan Daya Dukung Sistem Drainase Pengelolan Limbah Ketersedian Fasos Harga. Koefisien Skor faktor 0.262 0.260 0.269 0.238 0.129 0.463 0.358 0.432 0.678. Nilai Skor Faktor 1.286 1.276 1.320 1.168 0.214 0.767 0.593 0.471 0.739. Nilai Faktor 4,837 4,837 4,837 4,837 4,837 1,830 1,830 1,830 0,739. Diagram faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi perumahan disajikan dalam Gambar 9. Harga. 0.739. Ketersedian Fasos. 0.471. Pengelolan Limbah. 0.593. Sistem Drainase Daya Dukung. 0.767 0.214. Kedekatan. 1.168. Luas Lahan. 1.32. Jalan Masuk. 1.276. Panorama. 1.286 Skor Faktor. Gambar 9. Diagram faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi perumahan Selain itu, responden yang tinggal Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang di Kawasan Bandung Utara tidak mempertimbangkan kemampuan dan kesesuaian lahan, tidak peduli pada perbandingan luas tutupan lantai rumah dengan luas lahan dan tidak memperhatikan konstruksi rumah tahan gempa meskipun sebagian besar.

(12) 122. responden (54,7%-74,6%) telah mendapatkan informasi tentang konservasi Kawasan Bandung Utara, kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk perumahan, perbandingan luas tutupan lantai rumah dengan lahan, analisis dampak lingkungan, bencana yang mungkin timbul terkait dengan pembangunan perumahan, hubungan tutupan lahan dengan banjir, rumah berwawasan lingkungan, rumah tahan gempa, informasi keragaman flora dan fauna lokal.. 5.2.2. Status Sosial dan Ekonomi • Persentase laki-laki dan perempuan sebesar 55,7%:44,3 %. • Persentase tingkat pendidikan untuk tingkat sarjana (S1, S2 dan S3) sebesar 68,1 %, SMA (29,3 %), SMP (4,7 %), SD (2,3 %), Diploma 1 (0,79 %) dan tidak melalui jenjang pendidikan formal sebesar 1,59%. • Kendaraan yang banyak dimiliki adalah kendaraan beroda dua (58,5 %), kendaraan beroda empat (40,5 %), dan tidak memiliki kendaraan (0,8 %). • Pekerjaan kepala keluarga kebanyakan adalah Pegawai Negeri Sipil (43,6 %), Pegawai Swasta (29,3 %), Wiraswasta (18,25 %), Dosen (5,5 %), dan sisanya adalah pensiunan. • Persentase pendapatan diatas 2 juta yaitu sebesar 66,6 %, sedangkan pendapatan kurang dari 2 juta sebesar 32,5 %. • Pengeluaran keluarga terbesar tiap bulan adalah pengeluaran anggaran biaya untuk telepon (46,24%), pengeluaran untuk listrik (36,7%), pengeluaran untuk air bersih (8,29%), pengeluaran untuk iuran wajib (6,25%) dan pengeluaran untuk sampah (2,48%). Dari pengeluaran keseluruhan itu dapat disimpulkan menjadi dua bagian yaitu 74,6% pengeluaran di bawah Rp 500.000,00/bulan dan 25,3% pengeluaran di atas Rp 500.000,00/bulan. • Persentase pengeluaran yang paling besar adalah pengeluaran biaya untuk perawatan rumah (46,1%), pengeluaran untuk pajak kendaraan bermotor (33,6%), biaya perawatan infrastruktur (9,7%) dan biaya untuk pajak bumi dan bangunan (6,45%). • Status tempat tinggal yang ditempati kebanyakan adalah milik sendiri (79,4%), milik keluarga (7,14%), rumah dinas (13,4 %)..

(13) 123. • 54,7% responden memperoleh rumah dengan cara kredit dan 31,7% membayar tunai. Distribusi status sosial dan ekonomi responden disajikan pada Gambar 10.. 100% 80%. 27.3. 44.3. 40.5. 13.4. 32.3. 40%. 68. 55.7. 58.7. 46.95. 20%. 31.7. 33.6. 29.3. 60%. 79.4. 67.7. 54.7. 50.25. 46,95%-79,4%. 4,7%-18,25%. ha n ol e Pe r. em ilik an Ke p. ua ra n ge l. n. 13,4%-44,3%. Pe n. an. Pe nd ap at a. Ke nd ar a. Pe ke rja. an. n ik a Pe nd id. Se x. R at. io. 0%. 5,5%-6,45%. Gambar 10. Distribusi Status Sosial Ekonomi Penduduk 5.2.3. Tata Cara Pengelolaan Infrastruktur Perumahan • Pengelolaan air kotor secara terpusat sebesar 48,41%, yang melakukannya dengan perumahan (22,2%) dan mandiri (29,3%). • Pengelolaan limbah padat secara mandiri sebesar 88,8%, terpusat (7,1%) dan pengolahan dengan perumahan (3,9 %). • Pengelolaan limbah sampah bersatu dengan perumahan sebesar 56,3%, terpusat (23,8%) dan mandiri (19,8%). • Sumber dan daya listrik yang banyak digunakan adalah 900 watt yaitu sebesar 35,7%, 1300 watt (33,3%), 2200 watt (27,7%) dan 450 watt 3, 17 %. • 75,3% responden mendapatkan sumber air bersih dari Non PDAM dan 24,6% mendapatkan sumber air bersih dari PDAM. Tata cara pengelolaan infrastruktur disajikan pada Gambar 11..

(14) 124. 100%. 0 19.8. 29.3. 80% 60%. 24.6 35.7. 22.2. 88.8. 56.3 33.3. 40%. 75.3 48.41. 20%. 3.9 7.1. 23.8. Limbah Padat. Sampah. 0% Air Kotor. Terpusat. Perumahan. 27.7. Air bersih. Listrik. Mandiri. Gambar 11. Tata Cara Pengelolaan Infrastruktur 5.2.4. Kondisi Infrastruktur di Lokasi Perumahan • Kondisi infrastruktur di lokasi perumahan untuk jalan dan jenis perkerasan sebesar 60% adalah sedang, baik (27,7%), buruk (8,72%), sangat baik (2,58%), sangat buruk (0,7 %). • Kondisi drainase adalah sedang (68%), baik (22 %), buruk (5,6%), sangat baik (3,2%), sangat buruk (0,8%). • Pengelolaan air kotor adalah sedang (67,5%), baik (24%), buruk (4,7%) dan sangat baik (3,9 %). • Pengelolaan limbah padat adalah sedang (70%), baik (27%), sangat baik (2,3 %), dan buruk (0,79%). • Pengelolaan sampah adalah sedang (66,3%), baik (24%), sangat baik (7,14%), buruk (4,8%) dan sangat buruk (4%). • Kondisi infrastruktur listrik adalah baik (70,59%), sangat baik (11,9 %), sedang (15,92%) dan buruk (1, 59 %). • Kondisi infrastruktur air bersih adalah sedang (64%), sangat baik (20%), baik (15,1%) dan sangat buruk (0,8 %). Kondisi pengelolaan infrastruktur di lokasi perumahan disajikan pada Gambar 12..

(15) 125. 100%. 8.72. 5.6. 60. 63.8. 4.8. 80% 60%. 67.4. 70. 60.06. 64 76.9. 40% 20. 20% 0%. 24. 12. 27.7. 22. 24. 27. 2.58. 3.2. 3.9. 2.3. 7.14. 12. Jalan. Drainase. Air Kotor. Limbah Padat. Sampah. Listrik. Baik. Sedang. Buruk. Sangat Baik. 20. Air Bersih. Sangat Buruk. Gambar 12. Kondisi Pengelolan Infrastruktur Perumahan. 5.2.5. Tingkat Pemahaman dan Sikap Responden • Para responden sebagian besar telah banyak mengetahui informasi tentang lokasi perumahan yang ditempati sekarang, baik informasi tentang kemampuan lahan (50%), kesesuaian lahan untuk perumahan (57,14%), ruang terbuka/fasilitas sosial/fasilitas umum (69,05), analisa dampak. lingkungan (60,32%), kawasan. Bandung Utara (74,6%), bencana-bencana yang mungkin timbul (71,43%), hubungan tutupan lahan dengan bencana banjir (56,35%), rumah berwawasan lingkungan (61,90%), informasi tentang flora dan fauna lokal. Sebagian besar responden tidak mengetahui perbandingan luas tutupan lantai rumah dengan lahan (52,38%) dan pembangunan rumah yang tahan gempa (54,76%). • Sebagian besar sikap responden merasa puas menetap di lokasi perumahan yang mereka tempati sekarang(54,8%), responden merasa sangat puas bahkan mereka ingin tetap menetap di lokasi perumahan yang mereka tempati sekarang (28,6 %), cukup puas tetapi ada berbagai pertimbangan akan mencari lokasi perumahan yang lain (12,7%), tidak puas (3,1%), sangat tidak puas (0,79%)..

(16) 126. 5.2.6. Analisis Kebutuhan Responden Terhadap Program-program Pembangunan Analisis kebutuhan responden kepada berbagai pihak, baik terhadap pengembangan perumahan, pemerintah daerah terkait dengan penataan ruang, maupun kepada masyarakat sekitar lokasi perumahan. • Kebutuhan responden terhadap pengembang perumahan 81,7% responden membutuhkan informasi tentang lokasi perumahan, mengharapkan kondisi infrastruktur perumahan yang perlu ditingkatkan lagi dan membutuhkan sarana dan prasarana transportasi juga perlu diperbaiki. 88% responden mengharapkan fasilitas umum, sosial dan ruang terbuka hijau perlu diperbaiki. Kebutuhan responden terhadap pengembang perumahan disajikan pada Gambar 13. RTH. 88. 12. Fasos/Fasum. 88. 12. Sarana & prasarana Transportasi. 81.7. 18.3. Infrastruktur. 81.7. 18.3. Informasi lokasi. 81.7. 18.3. 0. 10. 20. 30. 40. 50. 81,7%-88%. 60. 70. 80. 90. 100. 12%-18,3%. Gambar 13. Kebutuhan responden terhadap pengembang perumahan • Kebutuhan responden kepada pemerintah daerah terkait penataan ruang. 91,27% responden mengharapkan informasi kegiatan pembangunan yang lebih terbuka lagi, 83,3% membutuhkan informasi perencanaan ruang yang menyeluruh, 90,48% membutuhkan subsidi pembangunan perumahan untuk rakyat dan pengendalian pembangunan perumahan, 80,16% membutuhkan insentif pembangunan vertikal atau rumah bertingkat. Kebutuhan responden kepada pemerintah daerah terkait penataan ruang disajikan pada Gambar 14..

(17) 127. 80.16. Insentif pembangunan vertikal. 19.84. 90.48. Subsidi pembangunan perumahan Perencanaan ruang. 9.52. 83.3. 16.7. 91.27. Transparansi pembangunan 0%. 20%. 8.73. 40%. 60%. 80,16%-91,27%. 80%. 100%. 8,73%-19,84%. Gambar 14. Kebutuhan responden terhadap pemerintah • Kebutuhan responden terhadap masyarakat 90%. responden. membutuhan. perlunya. kegiatan. pelatihan. dan. penyuluhan. pembangunan perumahan, 93% adanya peran serta masyarakat terhadap pembangunan, 93,7% membutuhkan sosialisasi kawasan konservasi dan lahan subur, 96% masyarakat membutuhkan peningkatan pengelolaan sampah, 93,7% masyarakat membutuhkan peningkatan pengelolaan limbah rumah tangga dan 94,4% masyarakat membutuhkan peningkatan informasi manfaat dan pengorbanan kegiatan pembangunan perumahan serta adanya peningkatan kesadaran lingkungan perumahan yang sesuai dan sehat. Kebutuhan responden terhadap masyarakat disajikan pada Gambar 15. Informasi manfaat & pengorbanan. 94.4. 5.6. Pengelolaan limbah RT. 93.7. 6.3. Pengelolaan sampah. 96. 4. Sosialisasi kawasan. 93.7. 6.3. 93. 7. Peranserta masyarakat. 90. Pelatihan & penyuluhan 0%. 10. 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100 % 90%-96% 45-10%. Gambar 15. Kebutuhan responden terhadap masyarakat.

(18) 128. 5.3. Perubahan Lingkungan di Zona Buruk untuk Lahan Perumahan 5.3.1. Tingkat Pelayanan Lalu Lintas Kendaraan Pembangunan. Bandung. Utara. berdampak. terhadap. beban. jalan. yang. mempengaruhi kelancaran, keselamatan dan kepadatan lalu-lintas yang dapat dilihat dari volume lalu-lintas yang lebih padat. Biasanya besar bangkitan lalu-lintas dipengaruhi oleh luas perumahan dan tingkat pengisiannya. Semakin besar luas perumahan dan tingkat pengisian maka semakin besar pula bangkitan lalu-lintasnya. Disamping itu pembangunan perumahan meningkatkan tarikan penduduk sehingga menambah volume kendaraan di koridor jalan. Secara garis besar permasalahan yang timbul adalah bangkitan pergerakan penduduk, yang membebani dan menambah volume lalu lintas di ruas jalan yang berada di wilayah pengaruh kawasan ini serta kemacetan dan penurunan tingkat pelayanan jalan. Wilayah pengaruh perkembangan akibat pembangunan perumahan di kawasan Bandung. Utara. adalah. ruas. jalan. Lembang-KH. Mustopha-Cilengkrang. dan. persimpangan jalan KH. Mustopha-Bojong Koneng-Cimuncang dan Padasuka-Jatihandap yang sebelumnya memang mempunyai volume lalu lintas yang cukup tinggi. Kondisi ini dikarenakan jalan Lembang-KH.Mustopha-Cilengkrang merupakan jalan arteri primer yang berfungsi sebagai trought traffic kota Bandung yang merupakan jalur lalu lintas kearah Subang dan Cirebon. Selain itu arus lalu lintas di ruas jalan pengaruh merupakan arus menerus menuju ke kawasan pusat kota dan juga merupakan arus pergerakan lokal yang dihasilkan oleh kegiatan yang berada di wilayah studi. Wilayah pengaruh perkembangan akibat pembangunan perumahan di kawasan Bandung Utara dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Wilayah Pengaruh Pembangunan Bandung Utara Ruas Jalan Lebar Jalan (m) Kapasitas (smp) Cikutra-Bojong Koneng 7,5 3366 PPH.Mustopa-Cimuncang 8,8 3770 PPH.Mustopa-Padasuka 9,0 3960 PPH. Mustopa-Jatihandap 11,4 7665 Raya Ujungberung- Cilengkrang 8,8 3402 Raya Lembang- Sersan Bajuri 8,8 3527 Sumber : Hasil Perhitungan (2007)..

(19) 129. Hasil studi lapangan didapat jumlah kendaraan terbesar pada ruas jalan K.H. Mustopha-Jatihandap berkisar antara 6294 sampai dengan 9603 per jam untuk masingmasing arah. Untuk lebih jelasnya kondisi sekarang unit kendaraan pada ruas jalan dapat dilihat pada Tabel 24 dan Gambar 16. Tabel 24. Hasil Survei Lalu-Lintas Unit Kendaraan Per Jam Unit Kendaraan Per jam No. Lokasi Pagi Siang Sore Malam 1. Lembang 3401 4148 4884 3456 2. Bojongkoneng 2731 2780 3693 1780 3. Cimuncang 2217 2832 2225 2085 4. Padasuka 3365 2617 2819 1842 5. Jatihandap 4231 9603 6294 4231 6. Cilengkrang 2256 2125 2570 2710 Sumber : Hasil Perhitungan (2007).. 100 00 90 00 80 00 70 00. Lembang. 60 00. Bojongkoneng. 50 00. Cimuncang Padasuka. 40 00. Jatihandap 30 00. Cilengkrang. 20 00 10 00 0 Pa gi. Sia ng. Sore. Malam. Gambar 16. Hasil Survei Lalu Lintas di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang Volume lalu lintas terbesar dijumpai pada ruas jalan K.H. Mustopha-Jatihandap yaitu 10356 smp per jam pada jam sibuk siang untuk masing-masing arah. Untuk lebih jelasnya kondisi eksisting volume lalu lintas pada ruas jalan terlihat pada Tabel 25..

(20) 130. Tabel 25. Volume Lalu-Lintas Satuan Mobil Penumpang (smp) Volume Lalu lintas (smp) No. Lokasi Pagi Siang Sore Malam 1. Lembang 5031 4496 5170 3614 2. Bojongkoneng 3141 3052 4119 2050 3. Cimuncang 4199 3332 4165 3428 4. Padasuka 4527 4084 4018 3709 5. Jatihandap 5549 10356 7692 5958 6. Cilengkrang 2620 2517 2922 3080 Sumber : Hasil Perhitungan (2007). Hasil analisis tingkat pelayanan jalan menunjukkan sudah tidak ada lagi arus jalan yang lancar, volume lalu lintas rendah dan kendaraan tidak dapat dikemudikan dengan kecepatan tinggi. Arus lalu lintas stabil dengan kecepatan terbatas serta volume sesuai untuk jalan luar kota. hanya pada ruas jalan Cikutra-Bojongkoneng (kelas tingkat. pelayanan B). Untuk lebih jelasnya hasil analisis tingkat pelayanan jalan di Kecamatan Cimenyan, Lembang dan Cilengkrang dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Tingkat Pelayanan Jalan di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang. Lokasi Lembang Bojongkoneng Cimuncang Padasuka Jatihandap Cilengkrang. Pagi 1,43 F 0,93 E 1,17 F 1,2 F 0,72 C 0,77 C. Tingkat Pelayanan Jalan (VCR) Siang Sore 1,27 F 1,47 F 0,91 E 1,22 F 0,93 E 1,16 F 1,08 F 1,07 F 1,35 F 1,00 E 0,74 C 0,86 D. Malam 1,02 F 0,61 B 0,96 E 0,98 E 0,78 C 0,91 E. Pada jam sibuk pagi, tingkat pelayanan ruas jalan PPH. Mustopa-Jatihandap dan Cilengkrang. adalah kelas C yang berarti arus lalu lintas stabil tetapi kecepatan. dipengaruhi oleh lalu lintas dan volume masih sesuai untuk jalan kota. Pada ruas jalan Cikutra-Bojongkoneng menunjukkan tingkat pelayanan E artinya arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Sementara itu, di ruas jalan PPH Mustopa-Cimuncang, PPH. Mustopa - Padasuka dan Raya Lembang-Setiabudhi tingkat pelayanan jalan F artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di bawah kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Fluktuasi tingkat pelayanan jalan sepanjang ruas jalan Lembang-Cimenyan-Cilengkrang disajikan pada Gambar 17..

(21) 131. 1.60 1.40 1.20 1.00 V C R. 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 1. 2. 3. 4. Waktu Pengamatan Lembang Padasuka. Bojongkoneng Jatihandap. Cimuncang Cilengkrang. Gambar 17. Fluktuasi tingkat pelayanan jalan di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Cikutra-Bojong Koneng Pada jam sibuk pagi dan siang, ruas jalan Cikutra-Bojongkoneng menunjukkan tingkat pelayanan E berarti arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Sementara itu, pada jam sibuk sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan kelas F artinya arus sudah terhambat, kecepatan kendaraan rendah, volume lalu lintas di atas kapasitas jalan dan kendaraaan banyak berhenti. Arus lalu lintas kembali stabil dengan kecepatan terbatas serta volume sesuai untuk jalan luar kota hanya pada jam sibuk malam (kelas B). Grafik tingkat pelayanan jalan dapat dilihat pada Gambar 18..

(22) 132. 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0. 4119 3141. 3052 2050. 1. 2. 3. 4. Volume Lalu Lintas Bojongkoneng Kapasitas jalan bojongkoneng. Gambar 18. Tingkat pelayanan ruas Jalan Cikutra-Bojong Koneng ƒ Tingkat Pelayanan Ruas Jalan PPH.Mustopa-Cimuncang Ruas jalan PPH.Mustopa-Cikutra pada jam sibuk pagi dan sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan kelas F artinya arus sudah terhambat, kecepatan kendaraan rendah, volume lalu lintas di bawah kapasitas jalan dan kendaraaan banyak berhenti. Pada jam sibuk siang dan malam, menunjukkan tingkat pelayanan E berarti arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas.Grafik tingkat pelayanan jalan dapat dilihat pada Gambar 19.. 5000 4000. 4199. 4165 3428. 3332. 3000 2000 1000 0 1. 2. Volume Lalu Lintas Cimuncang. 3. 4. Kapasitas Jalan Cimuncang. Gambar 19. Tingkat pelayanan ruas Jalan PPH.Mustopa-Cimuncang.

(23) 133. • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan PPH.Mustopa-Padasuka Ruas jalan PPH.Mustopa-Padasuka pada jam sibuk pagi, siang dan sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan F artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di atas kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Sementara itu, pada jam sibuk malam menunjukkan tingkat pelayanan jalan E artinya arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Grafik tingkat pelayanan jalan dapat dilihat pada Gambar 20. 5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0. 4527 4084. 1. 2. Volume Lalu Lintas Padasuka. 4018. 3. 3709. 4. Kapasitas jalan Padasuka. Gambar 20. Tingkat pelayanan ruas Jalan PPH.Mustopa-Padasuka • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan PPH.Mustopa-Jatihandap Ruas jalan PPH.Mustopa-Jatihandap pada jam sibuk pagi dan malam menunjukkan tingkat pelayanan jalan kelas C yang berarti arus lalu lintas stabil tetapi kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas dan volume masih sesuai untuk jalan kota. Pada jam sibuk siang mengalami penurunan (tingkat pelayanan jalan F) artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di atas kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Pada jam sibuk sore menunjukkan tingkat pelayanan jalan E artinya arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas. Grafik tingkat pelayanan ruas jalan PPH. Mustopha-Jatihandap dapat dilihat pada Gambar 21..

(24) 134. 12000 10356. 10000 8000. 7692. 6000. 5958. 5549. 4000 2000 0 1. 2. Volume Lalu Lintas Jatihandap. 3. 4. Kapasitas Jalan Jatihandap. Gambar 21. Tingkat pelayanan ruas Jalan PPH.Mustopa-Jatihandap • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Raya Ujung Berung- Cilengkrang Hasil analisis menunjukkan ruas jalan Raya Ujungberung-Cilengkrang pada jam sibuk pagi dan siang dan malam kelas menunjukkan tingkat pelayanan C yang berarti arus lalu lintas stabil tetapi kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas dan volume masih sesuai untuk jalan kota. Pada jam sibuk sore arus lalu lintas tidak stabil dengan kecepatan rendah (kelas D) dan mengalami penurunan pada jam sibuk malam menjadi kelas E dimana arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan kendaraan rendah dan volume mendekati kapasitas. Grafik tingkat pelayanan ruas jalan Raya Ujung Berung-Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 22. 4000 3000. 2620. 2517. 1. 2. 2922. 3080. 3. 4. 2000 1000 0. Volume Lalu Lintas Cilengkrang. Kapasitas Jalan Cilengkrang. Gambar 22. Tingkat pelayanan ruas Jalan Raya Ujung Berung-Cilengkrang.

(25) 135. • Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Raya Lembang- Setiabudhi Pada jam sibuk pagi sampai malam di ruas jalan Lembang- Setiabudhi tingkat pelayanan jalan adalah kelas kelas F artinya arus sudah terhambat, kecepatan rendah, volume di bawah kapasitas dan kendaraaan banyak berhenti. Grafik tingkat pelayanan ruas jalan Raya Lembang-Setiabudi dapat dilihat pada Gambar 23. 6000. 5031. 5000. 5170 4496 3614. 4000 3000 2000 1000 0 1. 2. Volume Lalu lintas Lembang. 3. 4. Kapasitas Jalan Lembang. Gambar 23. Tingkat pelayanan ruas Jalan Raya Lembang-Setiabudhi ƒ. Keterkaitan Antara Luas Terbangun, Kapasitas Koridor, Volume Lalu Lintas, Kepadatan Lalu Lintas dan Laju Bangkitan Lalu Lintas Perumahan Tingkat aksesibilitas menuju perumahan berkaitan dengan laju bangkitan lalu lintas perumahan. Tingkat aksesibilitas menuju perumahan dapat digambarkan antara lain oleh kapasitas jalan pada koridor dimana perumahan berada. Jalan dengan kapasitas besar, selain mudah dilalui penduduk juga dapat menampung banyak kendaraan. Tabel 27 menunjukkan keterkaitan luas terbangun terhadap kapasitas, volume lalu lintas dan bangkitan lalu lintas perumahan. Tabel 27. Keterkaitan Antara Luas Terbangun, Kapasitas Koridor, Volume Lalu Lintas, Kepadatan Lalu Lintas dan Laju Bangkitan Lalu Lintas Perumahan Kecamatan Lembang Cilengkrang Cimenyan. Luas Terbangun (Ha) 438.214 108.630 476.025. Volume Lalu Lintas (smp) 5031 2922 5549. Kapasitas Jalan (smp) 3527 3402 3770. Kepadatan Lalu Lintas (VCR) 1,43 0,86 1,47. Laju Bangkitan Masuk Keluar (smp) (smp) 2629 1402 494 263 3070 1638.

(26) 136. Dari Tabel 27 terlihat adanya keterkaitan antara luas terbangun dengan laju bangkitan lalu lintas, semakin luas wilayah terbangun laju bangkitan masuk dan keluar semakin besar. Selain itu, ada kaitan antara kapasitas jalan dan volume lalu lintas terhadap bangkitan lalu lintas perumahan. Semakin besar volume lalu lintas dan kapasitas jalan, semakin tinggi laju bangkitan lalu lintas perumahan. Volume lalu lintas menggambarkan besarnya tarikan bepergian pada koridor. Bepergian pada koridor ini adalah masuk dan keluarnya kendaraan dari lokasi perumahan. Kapasitas jalan berkaitan dengan laju bangkitan lalu lintas perumahan. Semakin besar kapasitas jalan pada koridor dimana perumahan berlokasi, semakin besar laju bangkitan lalu lintas perumahan. Kapasitas jalan yang besar lebih memperlancar dan mempermudah menuju perumahan bila dibandingkan dengan jalan yang kapasitasnya kecil walaupun kepadatannya sama. Kepadatan lalu lintas yang ditunjukkan oleh rasio volume per kapasitas (V/C) tertinggi berada di sepanjang koridor jalan Cimenyan. Hal ini menunjukkan bahwa luas wilayah terbangun di Kecamatan Cimenyan mengakibatkan bangkitan lalu lintas. yang lebih tinggi dibandingkan dengan. kecamatan yang lainnya. ƒ. Pola Perubahan Lingkungan Akibat Penambahan Bangkitan Lalulintas Hasil pengukuran volume lalu lintas pada periode tahun 2004 sampai tahun 2007 menunjukkan parameter volume lalu lintas harian rata-rata mengalami kenaikan. Sedangkan untuk parameter laju pertumbuhan atau rate volume lalu lintas memiliki pola turun naik. Hasil pengukuran volume lalu lintas dan laju pertumbuhan volume lalu lintas tahun 2004-2007 di kecamatan dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Volume Lalu Lintas tahun 2004-2007, Laju Pertumbuhan, dan Dampak Bangkitan Dampak Laju Bangkitan Kecamatan 2004 2005 2006 Laju 2007 Masuk Keluar Lembang 3530 3848 4964 5031 0,131 52.26% 27.87% Cilengkrang 2346 2404 2705 2922 0,077 18.85% 10.04% Cimenyan 3207 3739 4310 5549 0,202 55.33% 29.52% Dari Tabel 26 terlihat bahwa ada kontribusi laju bangkitan lalu lintas terhadap volume lalu lintas. Laju bangkitan masuk di Kecamatan Cimenyan menyumbang.

(27) 137. 55,33% terhadap volume lalu lintas dan 29,52% laju bangkitan keluar sepanjang koridor jalan di Kecamatan Cimenyan.. Luas wilayah terbangun yang besar di. Kecamatan Cimenyan meningkatkan tarikan penduduk sehingga menambah volume kendaraaan. Selain itu, besarnya luas wilayah terbangun mempengaruhi besarnya bangkitan lalu lintas di sepanjang koridor jalan. Tingkat kepadatan lalu lintas jalan terlihat sudah melampaui kapasitas jalan yang ada, sehingga tingkat pelayanan jalan di masing-masing ruas jalan di ketiga kecamatan tersebut mengalami penurunan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas dan ketidaknyamanan para pengguna jalan. Perubahan lingkungan akibat penambahan bangkitan lalu lintas karena. adanya. pembangunan perumahan di Kecamatan Cimenyan, Lembang dan Cilengkrang Kawasan Bandung Utara dapat dilihat pada Gambar 24.. 6,000 4 6. Volume Lalu Lintas (smp). 5,000 4. 1. 6. 2 4,000. 1 4 2. 3. 6. 1. 2. 1 3. 3,000. 3 4. 2 5. 5 6. Kapasitas_Jalan_Cimenyan_ Kapasitas_Jalan_Cilengkrang Kapasitas_Jalan_Lembang Volume_LL_Cimenyan Volume_LL_Cilengkrang Volume_LL_Lembang. 5 5 2,000 1. 2. 3. Waktu (Tahun 2004-2007). Gambar 24. Pola Perubahan Volume Lalu Lintas Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang Alternatif solusi terhadap dampak lalu lintas yang timbul dari pembangunan perumahan di Kawasan Bandung Utara terbagi menjadi dua bagian yaitu penambahan jumlah lajur jalan dan penambahan lebar jalan di tiap ruas jalan. Tabel 29. Alternatif Kebijakan Penambahan Lajur dan Lebar Jalan Ruas Jalan Jumlah Lajur Bojong Koneng 1 Cimuncang 1 Padasuka 2 Jatihandap 2 Cilengkrang 1 Lembang 1 Sumber : Hasil Perhitungan (2008). Lebar Jalan 4 5 5 6 3 4.

(28) 138. 5.3.2. Komponen Fisik dan Kimia Udara •. Hasil Analisis Fisik dan Kimia Udara di Kecamatan Cimenyan. Analisis kualitas udara di Kecamatan Cimenyan dilaksanakan di Desa Padasuka. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 30 sampai 32. Tabel 30. Pemantauan kualitas udara di Desa Padasuka Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung selama 8 jam Nox Waktu 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 Jumlah Rata-rata Maksimal Minimal. O3 SO2 CO SPM HC4 Non HC Standard Baku Mutu Udara Ambien (Kep.41/MENKLH/1999). 0.05 ppm. 0.10ppm. 0.10 ppm. 20 ppm. 150ug/m3. 0.0795 0.0934 0.1177 0.1209 0.1196 0.1641 0.1421 0.0841 0.9214 0.1152 0.1641 0.0795. 0.0265 0.0495 0.0520 0.0438 0.0416 0.0450 0.0364 0.0375 0.3323 0.0415 0.0520 0.0265. 0.0233 0.0200 0.0167 0.0196 0.0155 0.0156 0.0180 0.0183 0.1470 0.0184 0.0233 0.0155. 4.501 2.111 2.511 2.100 2.890 5.012 2.370 2.451 23.946 2.993 5.012 2.100. 120 150 189 139 143 181 111 140 1173 147 189 111. 0.24 ppm. 2.931 0.120 0.538 0.119 0.406 0.769 1.280 2.021 8.184 1.023 2.931 0.119. 0.136 0.065 0.431 0.127 0.494 1.285 2.536 4.624 9.698 1.212 4.624 0.065. Tabel 31. Pemantauan tingkat kebisingan di Desa Padasuka Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung untuk perumahan dan permukiman dengan standar 55 dB(A) berdasarkan Kep.MENLH No.Kep 48/MENLH/11/1996 JAM PENGUKURAN 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00. Leq. dBA 81.9 77.4 77.0 78.3 78.0 77.8 76.6 77.7.

(29) 139. Tabel 32. Hasil pemantauan kualitas udara di Desa Padasuka Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dari 3 titik pengukuran No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.. Parameter. Standar Sulfur Dioksida (SO2) 0.10 ppm Karbon Monoksida (CO) 20 ppm Oksida Nitrogen (NOx) 0.05 ppm Oksidan (O3) 0.10 ppm Debu (TSP) 230 ugr/m3 Debu (SPM10) 150 ugr/m3 Hidro Karbon (HC) 0.24 ppm Kebisingan 55 (dBA) Temperatur (Rata-rata) 0C Kelembaban (Rata-rata) % Arah Angin -. Hasil Pengukuran Titik 1 Titik 2 0.018 0.013 2.993 2.092 0.115 0.104 0.042 0.034 231.01 228.81 146.63 144.7 1.023 0.906 78.1 75.6 27 27 67.72 67.72 Utara Utara. Titik 3 0.011 1.762 0.049 0.031 225.91 143.75 0.625 69.4 27 67.72 Utara. Dari Tabel 32 kualitas udara di Kecamatan Cimenyan dari hasil pengukuran di tiga titik terlihat bahwa parameter NOx, Debu (TSP), HC dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. •. Pola Perubahan Kualitas Udara di Kecamatan Cimenyan Hasil pengukuran kualitas udara pada periode tahun 2004-2006 menunjukkan. parameter-parameter kualitas udara di Kecamatan Cimenyan mengalami pola yang meningkat. Untuk parameter NOx, Pb, HC dan kebisingan memiliki nilai diatas baku mutu. Kualitas udara Kecamatan Cimenyan tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Kualitas Udara Kecamatan Cimenyan Tahun 2004-2006 Baku mutu. 2004. 2005. 2006. Rate 1. Rate 2. 0.10 ppm. 0.014. 0.017. 0.0184. 0.214. 0.146. 20 ppm. 2.216. 2.282. 2.993. 0.03. 0.162. 3. Oksida Nitrogen (NOx). 0.05 ppm. 0.102. 0.112. 0.1152. 0.098. 0.063. 4. Oksidan (O3). 0.10 ppm. 0.03. 0.0036. 0.0415. -0.88. 0.176. 150 ugr/m3. 141.05. 145.027. 146.63. 0.028. 0.02. 2 ugr/m3. 1.5. 2.23. 2.92. 0.487. 0.395. 7. Hidro Karbon (HC). 0.24 ppm. 0.678. 0.851. 1.023. 0.255. 0.228. 8. Kebisingan. 55 (dBA). 74.37. 74.47. 78.1. 0.001. 0.025. No. Parameter. 1. Sulfur Dioksida (SO2) 2. Karbon Monoksida (CO). 5. Debu (SPM10) 6. Pb (Timbal). Sumber : (Hasil perhitungan 2007).

(30) 140. Hasil pengukuran parameter NOx (Oksigen Nitrogen) di Kecamatan Cimenyan memiliki nilai di atas baku mutu yang ditetapkan. NOx dihasilkan dari pembakaran bensin dengan O2 dan N2. Tingginya nilai NOx dipengaruhi oleh beban dan kecepatan putaran mesin kendaraan pada saat mesin bekerja dengan beban yang berat, waktu penyalaan api pada mesin bensin dan temperatur yang tinggi. Sementara itu, parameter Pb selain memiliki nilai di atas baku mutu juga memiliki laju kenaikan yang paling tinggi dibanding parameter-parameter yang lainnya. Parameter Hidrokarbon memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan. Hidrokarbon ini merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dari padatnya lalu lintas di sepanjang ruas jalan PPH.Mustopa-Padasuka. Kemacetan kendaraan di ruas jalan ini meningkatkan kadar hidrokarbon di udara. Kadar hidrokarbon ini pada tahun 2006 walaupun mempunyai laju perubahan yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya tetapi tetap di atas baku mutu yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran parameter kebisingan (noise) memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan untuk kawasan perumahan dan permukiman hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan luas jalan dan jumlah kendaraan. Selain itu, hal ini juga disebabkan banyaknya persimpangan jalan dan lampu lalu lintas serta pertemuan jalan yang sempit dan lebar di sepanjang ruas jalan PPH. Mustopa- Padasuka. Sementara itu, parameter Pb selain memiliki nilai di atas baku mutu juga memiliki laju kenaikan yang paling tinggi dibanding parameter-parameter yang lainnya. Pola perubahan kualitas udara. 10 2 2 2 2. Baku_Mutu_NOx_005. 1 1. 1. 1. 1. 2. 3. NOx_Cimenyan. 2. Nili Parameter Pb. Nilai Parameter NOx. untuk parameter NOx, Pb, HC dan kebisingan dapat dilihat pada Gambar 25.. 5 1 1 2. 1. 1 2. Baku_Mutu_Pb_2 Pb_Cimenyan. 0. 1 0. 0. 1. 2. 2. 2. 2. 2 01. 1. 1. 1. 0. 1. 2. 3. Waktu (Tahun). 1 2. Baku_Mutu_HC_024 HC_Cimenyan. Nilai Parameter Bising. 3. 1. 2. 3. Waktu. Waktu (Tahun). Nilai Parameter HC. 1 2. 2. 80 75 2. 2. 2. 70 65. 1. 60 55. 1. 1. 1. 1. 2. 3. 2. Baku_Mutu_Bising_55 Kebisingan_Cimenyan. 50 0. Waktu. Gambar 25. Pola Perubahan Kualitas Udara Parameter NOx, Pb, HC dan Kebisingan di Kecamatan Cimenyan.

(31) 141. Hasil pengukuran parameter debu (SPM 10) walaupun masih dibawah baku mutu tetapi memiliki kecenderungan pola meningkat. Partikulat ini dihasilkan akibat proses mekanis yang dapat menghasilkan abu dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari kendaraan, kontribusi sumber transportasi dalam mengemisikan partikulat lebih dari 51 % dari total emisi partikulat dan sisanya dari aktifitas lain. Selain debu, parameter-parameter SO2, CO, dan O3 masih memiliki nilai di bawah baku mutu tetapi memiliki pola perubahan yang meningkat karena memiliki rate kenaikan yang tinggi. Pola perubahan kualitas udara untuk parameter SO2, CO, O3 dan SPM 10 dapat dilihat. 0.20. 2. 2. 20. 2. 0.15 0.10 2. 1. 0.05. 2 1 0. 1 1. 1. 1. 2. 3. SO2_Cimenyan Baku_Mutu__SO2_01. Nilai Parameter CO. Nilai Parameter SO2. pada Gambar 26.. 2. 10. 1. 5 2 0. 1 0. 2. 2. 0.08 0.06 0.04 0.02. 1. 0.00 2 0. 1. 1. 1. 1 2. 1. 2. Waktu (Tahun). 1. 1. 1. 1. 2. 3. C0_Cimenyan. Baku_Mutu_CO_2 2 0. Waktu (Tahun). 3. O3_Cimenyan Baku_Mutu_O3_01. Nilai Parameter SPM. Nilai Parameter O3. 2. 2. 15. Waktu (Tahun) 0.10. 2. 200 150. 1. 12. 12. 1. 100. 1. 50. 2. 02 0. 1. 2. SPM_Cimenyan Baku_Mutu__SPM _150. 3. Waktu (Tahun). Gambar 26. Pola Perubahan Kualitas Udara Parameter SO2, CO, O3 dan SPM 10 di Kecamatan Cimenyan.

(32) 142. •. Hasil Analisis Fisik dan Kimia Udara di Kecamatan Cilengkrang Analisis fisik dan kimia udara di Kecamatan Cilengkrang dilaksanakan di Desa Jatiendah. Hasil analisis kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 34 sampai 36. Tabel 34. Pemantauan Kualitas Udara di Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung selama 8 jam. Waktu 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 Jumlah Rata-rata Maksimal Minimal. O3 SO2 CO SPM HC4 Non HC Nox Standard Baku Mutu Udara Ambien (Kep.41/MENKLH/1999) 0.05 ppm. 0.10ppm. 0.10 ppm. 20 ppm. 150 ug/m3. 0.0552 0.0356 0.0513 0.0235 0.0270 0.0589 0.0409 0.0634 0.3558 0.0445 0.0634 0.0235. 0.0288 0.0384 0.0455 0.0352 0.0404 0.0441 0.0522 0.0404 0.3250 0.0406 0.0522 0.0288. 0.0095 0.0176 0.0161 0.0164 0.0109 0.0202 0.0185 0.0188 0.1280 0.0160 0.0202 0.0095. 1.553 2.013 1.798 2.236 1.783 2.312 2.055 2.568 16.318 2.040 2.568 1.553. 57.40 93.00 71.20 25.30 45.90 106.80 81.70 26.40 507.70 63.46 106.80 25.30. 0.24 ppm. 3.357 2.070 2.062 1.867 3.806 2.377 2.367 2.145 20.051 2.506 3.806 1.867. 0.137 7.855 5.025 3.408 3.915 5.772 9.023 0.157 35.292 4.412 9.023 0.137. Tabel 35. Pemantauan Tingkat Kebisingan di Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung untuk Perumahan dan Permukiman dengan Standar 55 dB(A) berdasarkan Kep.MENLH No.Kep.48/MENLH/11/1996 JAM PENGUKURAN 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00. Leq. dBA 67.3 68.9 69.8 68.4 69.2 74.5 68.9 67.4.

(33) 143. Tabel 36. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung dari 3 titik pengukuran No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.. Parameter. Standar Sulfur Dioksida (SO2) 0.10 ppm Karbon Monoksida (CO) 20 ppm Oksida Nitrogen (NOx) 0.05 ppm Oksidan (O3) 0.10 ppm Debu (TSP) 230 ugr/m3 Debu (SPM10) 150 ugr/m3 Hidro Karbon (HC) 0.24 ppm Kebisingan 55 (dBA) Temperatur (Rata-rata) 0C Kelembaban (Rata-rata) % Arah Angin -. Hasil Pengukuran Titik 1 Titik 2 Titik 3 0.016 0.013 0.011 2.040 1.966 1.818 0.0445 0.040 0.038 0.0406 0.027 0.018 152.000 150.030 148.920 63.460 62.020 61.980 2.506 2.473 2.058 69.30 67.70 62.90 24 24 24 81.44 81.44 81.44 Utara Utara Utara. Dari Tabel 36 terlihat bahwa kualitas udara di Kecamatan Cilengkrang dari hasil pengukuran di tiga titik hanya parameter Hidrokarbon dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. •. Pola Perubahan Kualitas Udara di Kecamatan Cilengkrang Hasil pengukuran kualitas udara di Kecamatan Cilengkrang pada periode tahun. 2004-2006 menunjukkan parameter NOx (Oksida Nitrogen), debu (Suspended Particulate Matter), Pb (timbal), HC (Hidrokarbon) dan Kebisingan mengalami kenaikan, sedangkan untuk parameter SO2, CO, dan O3 memiliki pola turun naik. Kualitas udara di Kecamatan Cilengkrang tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Kualitas Udara Kecamatan Cilengkrang Tahun 2004-2006 No 1 2 3 4. Parameter Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Oksida Nitrogen (NOx) Oksidan (O3). 5 Debu (SPM10) 6 Pb (Timbal) 7 Hidro Karbon (HC) 8 Kebisingan. Baku mutu 2004 2005 2006 Rate1 0.10 ppm 0.0197 0.02 0.016 0.015 20 ppm 1.276 2.054 2.04 0.61 0.05 ppm 0.018 0.02 0.0445 0.111 0.10 ppm 0.0295 0.0414 0.0406 0.403. Rate 2 -0.099 0.264 0.572 0.173. 150 ugr/m3. 55.53. 60.07. 63.46. 0.082. 0.069. 2 ugr/m3 0.24 ppm 55 (dBA). 1.667 62.2. 1.17 2.27 66.27. 1.2 2.506 69.3. 0.362 0.065. 0.026 0.226 0.056.

(34) 144. Hasil pengukuran parameter HC (Hidrokarbon) memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan dan mempunyai pola meningkat. Hidrokarbon ini merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dari padatnya lalu lintas di sepanjang ruas jalan Raya Ujung Berung-Cilengkrang. Kemacetan kendaraan di sepanjang ruas jalan ini meningkatkan kadar hidrokarbon di udara. Walaupun laju kenaikan parameter hidrokarbon ini pada tahun 2006 menurun dibandingkan tahun sebelumnya tetapi nilai pengukuran tetap diatas baku mutu yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran parameter kebisingan (noise) memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan untuk kawasan perumahan dan permukiman. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan luas jalan dan jumlah kendaraan serta banyaknya persimpangan jalan dan lampu lalu lintas di sepanjang ruas jalan Raya Ujung BerungCilengkrang. Pola perubahan kualitas udara untuk. Hidrokarbon dan kebisingan. di. Nilai Parameter HC. 3 1 2. 1 1 1. 1 2 02 0. 2. 2. 2. 1. 2. 3. Waktu (Tahun). HC Baku_Mutu_HC_024. Nilai Parameter Bising. Kecamatan Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 27. 80 1. 60 1. 2. 1. 1. 2. 2. 40. 1. 20. 2. 02 0. 1. 2. Kebisingan Baku_Mutu_Bising_55. 3. Waktu (Tahun). Gambar 27. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter Hidrokarbon dan Kebisingan di Kecamatan Cilengkrang Parameter NOx (Oksida Nitrogen), debu (Suspended Particulate Matter), Pb (timbal) walaupun masih dibawah baku mutu tetapi memiliki kecenderungan pola meningkat. Parameter NOx selain memiliki pola meningkat juga memiliki nilai laju yang tinggi setelah CO. NOx dihasilkan dari pembakaran bensin dengan O2 dan N2. Tingginya nilai NOx dipengaruhi oleh beban dan kecepatan putaran mesin kendaraan pada saat mesin bekerja dengan beban yang berat, waktu penyalaan api pada mesin bensin dan temperatur yang tinggi. Pola perubahan kualitas udara untuk NOx, SPM10 dan Pb Kecamatan Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 28.. di.

(35) Nilai Parameter SPM. 145. 150. 2. 2. 2. 1. 1. 1. 1. 2. 100 50 1 02 0. SPM. 1. Baku_Mutu__SPM. 2. 3. 0.05. 2. 2. 2.0. 2 Nilai Parameter Pb. Nilai Parameter NOx. Waktu (Tahun 2004-2006). 0.04 0.03 0.02. 1. 1. 1. 1. 1 2. 0.01 0.00 2 0. 1. 2. NOx Baku_Mutu_NOx. 1.0. 1. 2. 2. 1. 1. 1 1. 0.5. 2. 0.0 2 0. 3. 2. 1.5. 1. Waktu. 2. PB Baku_Mutu_Pb. 3. Waktu (Tahun). Gambar 28. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter NOx, SPM10 dan Pb di Kecamatan Cilengkrang Parameter-parameter SO2, CO, dan O3 masih dibawah baku mutu dan memiliki pola naik turun. Parameter CO selain memiliki pola turun naik juga memiliki nilai laju tertinggi dibandingkan parameter-parameter lainnya. Pola perubahan kualitas udara untuk CO, O3 dan SO2 di Kecamatan Cilengkrang dapat dilihat pada Gambar 29. Nilai Parameter SO2. 0.10. 2. 2. 2. 0.08 0.06 1. 0.04 0.02 1 0.00 2 0. 1. 1. 1. 1. 2. 3. 2. SO2 Baku_Mutu__SO2. Waktu (Tahun 2004-2006). 20. 2. 2. 2. 15 1. 10 5 01 0. 2. 1. 1. 1. 2. Waktu (Tahun). 1 3. 2. C0 Baku_Mutu_CO. Nilai Parameter O3. Nilai Parameter CO. 25 0.10. 2. 2. 2 1. 1. 0.05 1 0.00 2 0. 1. 1 2 1. 2. O3 Baku_Mutu_O3. 3. Waktu (Tahun). Gambar 29. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter CO, O3 dan SO2 di Kecamatan Cilengkrang.

(36) 146. •. Hasil Analisis Fisik dan Kimia Udara Kecamatan Lembang Analisis fisik dan kimia udara di Kecamatan Lembang dilaksanakan di Desa. Kayuambon. Kualitas udara di Kecamatan Lembang dari hasil pengukuran di tiga titik, menunjukkan bahwa parameter Debu (TSP), Debu (SPM10), Hidrokarbon dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. Hasil analisis kualitas udara di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada Tabel 38 sampai 40. Tabel 38. Pemantauan Kualitas Udara di Desa Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung selama 8 jam Waktu 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 Jumlah Rata-rata Maksimal Minimal. O3 SO2 CO SPM HC4 Non HC Nox Standard Baku Mutu Udara Ambien (Kep.41/MENKLH/1999) 0.05 ppm. 0.10 ppm. 0.10 ppm. 20 ppm. 150 ug/m3. 0.0373 0.0076 0.0020 0.0015 0.0428 0.0087 0.0023 0.0017 0.1039 0.0130 0.0428 0.0015. 0.0437 0.0319 0.0367 0.0350 0.0502 0.0367 0.0421 0.0402 0.3165 0.0396 0.0502 0.0319. 0.0312 0.0227 0.0202 0.0202 0.0358 0.0261 0.0232 0.0231 0.2025 0.0253 0.0358 0.0202. 17.739 15.217 14.279 14.159 12.849 13.249 15.320 15.183 117.995 14.749 17.739 12.849. 90.00 100.00 300.00 660.00 103.00 120.00 300.00 700.00 2373.00 296.63 700.00 90. 0.24 ppm. 5.069 1.639 1.606 1.607 5.817 1.883 1.845 1.846 21.31 2.664 5.817 1.606. 0.140 4.468 3.108 2.566 11.647 5.132 3.570 2.948 33.579 4.197 11.647 0.140. Tabel 39. Pemantauan Tingkat Kebisingan di Desa Kayuambon Kecamatan Lembang untuk Perumahan dan Permukiman selama 8 jam dengan standar 55 dB(A) berdasarkan Kep.MENLH No.Kep.48/MENLH/11/1996 JAM PENGUKURAN 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00. Leq. dBA 77.6 78.8 77.4 74.6 75.4 75.7 74.6 75.6.

(37) 147. Tabel 40. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Desa Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung dari 3 Titik Pengukuran No. Parameter. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.. Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida(CO) Oksida Nitrogen (Nox) Oksidan (O3) Debu (TSP) Debu (SPM10) Hidro Karbon (HC) Kebisingan (Rata-rata) Temperatur (Rata-rata) Kelembaban (Rata-rata) Arah Angin (Rata-rata). Standar 0,10 ppm 20 ppm 0,05 ppm 0,10 ppm 230 ugr/m3 150 ugr/m3 0,24 ppm 55 (dBA) 0C % -. Titik 1 0,0253 14,749 0,013 0.0396 377 296,63 2,664 76,2 26 72,37 Utara. Hasil Pengukuran Titik 2 Titik 3 0,013 0,008 12,25 10,98 0,011 0,008 0.025 0,022 375,1 372,96 287,23 276,13 2,499 2,386 73,1 69,9 26 26 72,37 72,37 Utara Utara. Dari Tabel 40 dapat terlihat bahwa kualitas udara di Kecamatan Lembang dari hasil pengukuran di tiga titik untuk parameter Debu TSP, SPM10, Hidrokarbon dan kebisingan kualitasnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. •. Pola Perubahan Kualitas Udara di Kecamatan Lembang Hasil pengukuran kualitas udara di ruas jalan Raya Lembang- Setiabudhi pada. periode tahun 2004-2006 menunjukkan parameter-parameter CO, O3, Debu SPM 10, Pb (timbal), HC dan kebisingan mengalami kenaikan, sedangkan untuk parameter SO2 dan NOx memiliki pola turun naik. Kualitas udara di Kecamatan Lembang tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Kualitas Udara di Kecamatan Lembang Tahun 2004-2006 Baku mutu. 2004. 2005. 2006. Rate 1. Rate 2. 0.10 ppm. 0.028. 0.03. 0.0253. 0.012. -0.049. 2. Karbon Monoksida (CO). 20 ppm. 12.433. 12.67. 14.749. 0.019. 0.089. 3. Oksida Nitrogen (NOx). 0.05 ppm. 0.065. 0.01. 0.013. -0.831. -0.553. 4. Oksidan (O3). 0.10 ppm. 0.029. 0.03. 0.0396. 0.366. 0.169. No.. Parameter. 1. Sulfur Dioksida (SO2). 3. 237.96. 286.70. 296.63. 0.035. 0.116. 6. Pb (Timbal). 3. 2 ugr/m. 2.050. 2.07. -. 0.01. -. 7. Hidro Karbon (HC). 0.24 ppm. 2.385. 2.520. 2.664. 0.057. 0.057. 8. Kebisingan. 55 (dBA). 73.07. 74.50. 76.2. 0.02. 0.021. 5. Debu (SPM10). 150 ugr/m.

(38) 148. Hasil pengukuran kualitas udara untuk parameter debu (SPM 10) selain memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan juga memiliki kecenderungan pola meningkat. Partikulat ini dihasilkan akibat proses mekanis yang dapat menghasilkan abu dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari kendaraan, kontribusi sumber transportasi dalam mengemisikan partikulat lebih dari 51 % dari total emisi partikulat dan sisanya dari aktifitas lain. Selain debu, parameter timbal (Pb) juga memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan dengan kecenderungan meningkat. Hasil pengukuran kualitas udara untuk parameter hidrokarbon juga memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan dan memiliki kecenderungan pola meningkat.. Hidrokarbon ini merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dari padatnya lalu lintas di sepanjang ruas jalan Raya Lembang-Setiabudhi. Kemacetan kendaraan di ruas jalan ini meningkatkan kadar hidrokarbon di udara. Kadar hidrokarbon ini pada tahun 2006 walaupun meningkat tetapi laju pertumbuhan kadar emisi tetap atau sama dengan tahun sebelumnya. Hasil pengukuran parameter kebisingan (noise) memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan untuk kawasan perumahan dan permukiman hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan luas jalan dan jumlah kendaraan. Selain itu, banyaknya persimpangan jalan dan lampu lalu lintas serta pertemuan jalan yang sempit dan lebar di sepanjang ruas jalan Raya Lembang. Pola perubahan kualitas udara untuk parameter. 2.5. 300 250. 1. 1. 1. 1. 200 150. 2. 2. 2. 1. 100. 2. 50 02 0. 1. 2. SPM_10 Baku_Mutu__SPM_150. Nilai Parameter Pb. Nilai Parameter SPM. SPM 10, Pb, HC dan Kebisingan di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada Gambar 30. 2.0 1. 1. 1.0. 2. 0.5 0.0 2 0. 3. Waktu (Tahun) 80 1. 1. 1. 1. 2.0 1.5. 1. 1.0. 2. 0.5 0.0 2 0. 2. 2. 2. 1. 2. 3. Waktu (Tahun). HC Baku_Mutu_HC_024. Kebisingan. 1. Nilai Parameter. Nilai Parameter HC. 1. 2. Pb Baku_Mutu_Pb. 3. Waktu (Tahun). 3.0 2.5. 1. 1 2. 1 2. 1.5. 60. 1. 1. 1. 2. 2. 2. 40. 1. 20 02 0. 2. 1. 2. Kebisingan Baku_Mutu_Bising_55. 3. Waktu (Tahun). Gambar 30. Pola Perubahan Kualitas Udara Untuk Parameter Debu (SPM10), Pb Hidrokarbon dan Kebisingan di Kecamatan Lembang.

(39) 149. Hasil pengukuran parameter karbon monoksida (CO) walaupun masih dibawah baku mutu tetapi memiliki pola dengan kecenderungan meningkat. Partikulat ini dihasilkan akibat proses mekanis yang dapat menghasilkan abu dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari kendaraan, kontribusi sumber transportasi dalam mengemisikan partikulat lebih dari 51 % dari total emisi partikulat dan sisanya dari aktifitas lain. Selain CO, parameter O3 masih memiliki nilai di bawah baku mutu tetapi memiliki pola perubahan yang meningkat karena memiliki laju kenaikan yang meningkat. Hasil pengukuran parameter SO2 di Kecamatan Lembang memiliki pola dengan kecenderungan naik-turun. SO2 dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak, dimana belerang teroksidasi dengan oksigen menjadi belerang dioksida SO2. Keberadaan SO2 tidak diharapkan karena sifatnya yang merusak/korosif terhadap bahan logam. Sementara itu, parameter NOx (Oksigen Nitrogen) di Kecamatan Lembang selain masih dibawah baku mutu juga memiliki pola dengan kecenderungan menurun. Pola perubahan kualitas. 25 20 15 10. 1. 2. 2. 1. 1. 2 1 1 2. 5 02 0. 1. 2. C0 Baku_Mutu_CO. Nilai Parameter O3. Nilai Parameter CO. udara untuk parameter CO, O3, SO2, dan NOx dapat dilihat pada Gambar 31. 0.15 0.10. 2. 2. 0.08 0.06 1. 0.04 0.02. 1. 0.00 2 0. 1. 1 Waktu (Tahun). 1. 1. 1. 1. 1. 2. 3. 2. O3 Baku_Mutu_O3. Waktu (Tahun). 1. 2. 1. 3. 2. SO2 Baku_Mutu__SO2. Nilai Parameter NOx. Nilai Parameter SO2. 2. 2 1. Waktu (Tahun) 0.10. 2. 0.05 0.00 2 0. 3. 2. 0.05. 2. 2. 2. 0.04 0.03. 1 1. 0.02. 1. 0.01 0.00 2 0. 1 1. 2. 2. NOx Baku_Mutu_NOx_ 005. 3. Waktu (Tahun). Gambar 31. Pola Perubahan Kualitas Udara Parameter CO, O3, SO2, dan NOx di Kecamatan Lembang Berdasarkan hasil analisis Paired Sample T Test diperoleh angka signifikansi (P value) sebesar 0,047 atau lebih kecil dari α 0,05 dan -t. hitung. (-2,054) < -t. tabel. (-2,023). dengan angka tersebut dapat disimpulkan bahwa pada taraf kepercayaan 95% berbeda secara nyata, yang berarti Ho diterima artinya bahwa ada perbedaan perubahan yang berarti antara sebelum dan sesudah pembangunan perumahan di zona buruk untuk perumahan di Kecamatan Lembang, Cimenyan dan Cilengkrang..

(40) 150. 5.3.3. Komponen Fisik dan Kimia Air Badan air di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Lembang dapat berupa air permukaan maupun air tanah. Penyelidikan badan air dipusatkan pada air permukaan, yaitu air sungai. Sungai yang mengalir terdiri dari sungai-sungai kecil, yaitu : (1) Cihalarang, (2) Cimenyan, (3) Ciparungpung, (4) Ciawiruka, (5) Cipanengah, (6) Cisanggarung, (7) Ciwaru, (8) Cipanjalu, (9) Cijalupang, (10) Cihideung, (11) Cisungapan, (12) Susukan Legok, (13) Cigulung, (14) Cikawari, (15) Cikapunduh (16) Ciputri, (17) Cipukang. Sungai-sungai besar yang mengalir adalah sungai: (1) Cikapundung, (2) Cidurian, (3) Cisaranten, (4) Cilimus dan (5) Cipaheut. Air sungai yang diperiksa kualitas. airnya adalah. sungai. Cihalarang,. Ciparungpung, Cipaheut yang berada di ruas jalan PPH.Mustopa-Jatihandap Kecamatan Cimenyan yang memiliki penggunaan lahan perumahan dan permukiman. Sungai Cisaranten di ruas jalan Raya Ujung Berung-Cilengkrang Kecamatan Cilengkrang dan sungai Cilimus di ruas jalan Raya Lembang- Setiabudhi Kecamatan Lembang yang memiliki penggunaan lahan perumahan dan permukiman. Pengujian kualitas air sungai dilakukan dilaboratorium Departemen Teknik Lingkungan FTSP ITB. Contoh air diambil pada bulan Oktober 2006 pada jam 08.00 (pagi), 17.00 (sore) dan 21.00 (malam). Parameter fisika yang dianalisis adalah : bau, zat padat terlarut (TDS), zat padat tersuspensi, kekeruhan, rasa, temperatur, warna dan daya hantar listrik, sedangkan parameter kimia yang dianalisis adalah : besi (Fe), kesadahan (CaCO3), pH, Fenol, minyak & lemak, MBAS, Zat organik (KMnO4), BOD, COD, dan Amoniak (NH4-N). Hasil pengujian air mengacu pada Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition 1998 (SMEWW) dan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 kelas I. Hasil analisis air sungai. Cihalarang, Ciparungpung, Cipaheut, Cisaranten,. Cilimus menunjukkan parameter fisika dan kimia sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Dengan demikian secara faktual air sungaisungai tersebut tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman, baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi..

(41) 151. •. Hasil Analisis Fisik Kimia Air di Kecamatan Cimenyan. Hasil Pengujian Air Sungai Cihalarang pada Jam 08.00 Hasil analisis air di hulu (sebelum perumahan formal) dan hilir Sungai Cihalarang (sesudah perumahan formal) pada jam 08.00 menunjukkan parameter fisik kekeruhan dan parameter kimia : besi (Fe), fenol, minyak dan lemak, MBAS, BOD, COD dan Amonia (NH3-N) telah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Dengan demikian secara faktual air sungai Cihalarang tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hulu dan hilir Sungai Cihalarang pada jam 08.00 dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42. Hasil pengujian air di hulu dan hilir Sungai Cihalarang dengan penggunaan lahan perumahan dan permukiman jam 08.00 bulan Oktober 2006 (Acuan : Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition 1998 (SMEWW) dan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 kelas I) No. Parameter Analisis Satuan Maksimum Metode Analisis Hasil Hasil Analisis Analisis Fisika Hulu Hilir 1. Bau TB Tidak Tidak SMEWW-2150 Berbau Berbau 2. Zat padat terlarut Mg/L 1000 88,7 274 SMEWW-2540-C (TDS) 3. Zat padat Mg/L 50 15 13 SMEWW-2540-D tersuspensi 4. Kekeruhan NTU 5 6,5 18 SMEWW-2130 5. Rasa TB TB TB SMEWW-2160-B o 6. Temperatur C Deviasi 3 25 25 SMEWW-2550 7. Warna TCU 15 40 17,5 SMEWW-2120-B 8. Daya hantar listrik uS/cm 392 407 SMEWW-2510 Kimia 1. Besi (Fe) Mg/L 0,3 0,60 1,68 SMEWW-3500-Fe 2. Kesadahan Mg/L 500 SMEWW-2340-C 124,48 116,32 (CaCO3) 7,18 7,14 3. PH 6-9 SMEWW-4500-H+ 4. Fenol Mg/L 0,001 0,00 0,054 SMEWW-5530-D 5. Minyak & Lemak Mg/L 1 15,26 31,05 SMEWW-5520-D 6. MBAS Mg/L 0,2 0,188 3,772 SMEWW-5540-C 7. Zat Organik Mg/L 10 55,75 22,95 SMEWW-4500(KmnO4) KmnO4 8. BOD Mg/L 2 15,00 15,60 SMEWW-5210-D 9. COD Mg/L 10 32,41 49,08 SMEWW-5220-D 10. Amonia (NH3-N) Mg/L 0,5 1,007 SMEWW4500NH3 0,256.

(42) 152. Hasil analisis air di hilir Sungai Cihalarang (sesudah perumahan formal) pada jam 08.00 menunjukkan nilai lebih besar daripada hasil analisis air hulu Sungai Cihalarang (sebelum perumahan formal) untuk parameter fisik zat padat terlarut dan kekeruhan serta parameter kimia besi (Fe), fenol, minyak dan lemak, MBAS, BOD, COD dan Amonia (NH3-N) serta telah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Dengan demikian secara faktual air sungai Cihalarang pada jam 08.00 pagi telah tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil Pengujian Air Sungai Cihalarang pada Jam 17.00 dan Jam 21.00 Hasil analisis air sungai di hilir sungai Cihalarang pada jam 17.00 menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), kesadahan, fenol baru terdeteksi, minyak dan lemak, BOD, COD dan amonia melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Meskipun kadar MBAS dan Amonia (NH3-N) menurun, tetapi secara faktual air sungai Cihalarang tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air sungai di hilir sungai Cihalarang pada jam 21.00 menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), Fenol, minyak dan lemak, BOD, COD serta Amonia (NH3-N) melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Secara faktual air sungai Cihalarang tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hilir Sungai Cihalarang pada jam 21.00 menunjukkan nilai lebih besar daripada hasil analisis air Sungai Cihalarang pada jam 17.00 untuk parameter fisik zat padat terlarut dan daya hantar listrik serta parameter kimia besi (Fe), BOD, COD dan Amonia (NH3-N). Sementara itu, Fenol, minyak dan lemak serta MBAS mengalami penurunan. Hasil analisis air sungai Cihalarang pada jam 17.00 dan jam 21.00 dapat dilihat pada Tabel 43..

(43) 153. Tabel 43. Hasil pengujian air di hilir Sungai Cihalarang dengan penggunaan lahan perumahan dan permukiman jam 17.00 dan jam 21.00 bulan Oktober 2006 (Acuan : Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition 1998 (SMEWW) dan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 kelas I) No. Parameter Analisis Satuan Maks Metode Analisis Hasil Hasil Analisis Analisis Fisika Jam 17.00 Jam 21.00 TB SMEWW-2150 1. Bau TB TB Mg/L 1000 SMEWW-2540-C 2. Zat padat terlarut 235 282 (TDS) Mg/L 50 SMEWW-2540-D 3. Zat padat 15 13 tersuspensi NTU 5 SMEWW-2130 7,6 6,5 4. Kekeruhan TB SMEWW-2160-B 5. Rasa TB TB o C 3 SMEWW-2550 25 25 6. Temperatur TCU 15 SMEWW-2120-B 7. Warna 15 70 - SMEWW-2510 126,7 403 8. Daya hantar listrik uS/cm Kimia Mg/L 0,3 SMEWW-3500-Fe 1. Besi (Fe) 1,26 1,63 Mg/L 500 SMEWW-2340-C 61,22 126,53 2. Kesadahan (CaCO3) 6-9 SMEWW-4500-H+ 3. PH 6,68 7,18 Mg/L 0,001 SMEWW-5530-D 0,09 0,069 4. Fenol Mg/L 1 SMEWW-5520-D 5. Minyak & Lemak 17,89 17,37 Mg/L 0,2 SMEWW-5540-C 3,522 2,988 6. MBAS Mg/L 10 SMEWW-45007. Zat Organik 7,15 23,25 KmnO 4 (KmnO4) Mg/L 2 SMEWW-5210-D 15,3 17,8 8. BOD Mg/L 10 SMEWW-5220-D 9. COD 49,1 69,45 Mg/L 0,5 SMEWW4500NH3 1,719 2,224 10. Amonia (NH3-N) Hasil Pengujian Air Sungai Cipaheut Hasil Pengujian Air di hulu dan hilir Sungai Cipaheut pada Jam 08.00 Hasil analisis air di hulu sungai Cipaheut (sebelum perumahan formal) pada jam 08.00 pagi menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), minyak dan lemak, BOD serta COD sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I walaupun kadar Amonia (NH3-N) lebih rendah dari sungai Cihalarang. Hal ini menunjukkan secara faktual air sungai Cipaheut tersebut tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi..

(44) 154. Hasil analisis air di hilir sungai Cipaheut (sesudah perumahan formal) pada jam 08.00 pagi menunjukkan parameter parameter fisik untuk kekeruhan dan kimia untuk besi (Fe), minyak dan lemak, MBAS, BOD serta COD sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Hal ini berarti, air di hilir sungai Cipaheut tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hulu dan hilir sungai Cipaheut pada jam 08.00 dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Hasil pengujian air di hulu dan hilir Sungai Cipaheut dengan penggunaan lahan perumahan dan permukiman jam 08.00 bulan Oktober 2006 (Acuan : Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition 1998 (SMEWW) dan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 kelas I) No Parameter Analisis Satuan Maks Metode Analisis Hasil Hasil Analisis Analisis Fisika Hulu Hilir 1. Bau TB TB TB SMEWW-2150 2. Zat padat terlarut Mg/l 1000 54,4 143,30 SMEWW-2540-C (TDS) 3. Zat padat Mg/l 50 10 16 SMEWW-2540-D tersuspensi 4. Kekeruhan NTU 5 8 19 SMEWW-2130 TB TB 5. Rasa TB SMEWW-2160-B o C Deviasi 3 SMEWW-2550 25 25 6. Temperatur 7. Warna TCU 15 25 10 SMEWW-2120-B 205 213 8. Daya hantar listrik US/cm SMEWW-2510 Kimia 1. Besi (Fe) Mg/L 0,3 0,93 1,34 SMEWW-3500-Fe Mg/L 500 85,71 75,5 2. Kesadahan (CaCO3) SMEWW-2340-C 3. PH 6-9 6,73 6,96 SMEWW-4500-H+ 4. Fenol Mg/L 0,001 0,00 0,0027 SMEWW-5530-D 5. Minyak & Lemak Mg/L 1 17,89 25,26 SMEWW-5520-D 6. MBAS Mg/L 0,2 0,07 1,761 SMEWW-5540-C 7. Zat Organik 14,01 20,27 Mg/L 10 SMEWW-4500(KmnO4) KmnO4 8. BOD Mg/L 2 16,60 17,8 SMEWW-5210-D 9. COD Mg/L 10 SMEWW-5220-D 30,56 41,67 10. Amonia (NH3-N) Mg/L 0,5 0,226 0,252 SMEWW4500NH3 Dari Tabel 44, air di hilir Sungai Cipaheut pada jam 08.00 menunjukkan nilai lebih besar daripada hasil analisis air hulu Sungai Cipaheut untuk parameter fisik zat.

(45) 155. padat terlarut, zat padat tersuspensi dan kekeruhan serta parameter kimia besi (Fe), fenol, minyak dan lemak, MBAS, KmnO4, BOD, COD dan Amonia (NH3-N). Hasil Pengujian Air Sungai Cipaheut pada Jam 17.00 dan 21.00 Hasil analisis air di hilir sungai Cipaheut pada jam 17.00 menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), minyak dan lemak, MBAS, BOD, COD serta Amonia (NH3-N) sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Meskipun kadar MBAS dan minyak menurun dibandingkan dengan aktivitas jam pagi,. secara faktual air sungai Cipaheut sudah tercemar oleh. buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hilir sungai Cipaheut pada jam 17.00 dan Jam 21.00 dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Hasil pengujian air di hilir Sungai Cipaheut dengan penggunaan lahan perumahan dan permukiman jam 17.00 dan jam 21.00 bulan Oktober 2006 (Acuan : Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition 1998 (SMEWW) dan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 kelas I) No. Parameter Analisis. Satuan. Maks. Mg/L. TB 1000. Mg/L NTU o C TCU US/cm. Metode Analisis. SMEWW-2150 SMEWW-2540-C. Hasil Analisis Jam 17.00 TB 149,3. Hasil Analisis Jam 21.00 TB 148,2. 50 5 TB 3 15 -. SMEWW-2540-D SMEWW-2130 SMEWW-2160-B SMEWW-2550 SMEWW-2120-B SMEWW-2510. 16 19 TB 25 20 77,7. 8 9,1 TB 25 10 212. Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L. 0,3 500 6-9 0,001 1 0,2 10. 0,93 40,82 7,16 0,00 23,68 1,47 4,17. 1,30 81,63 6,67 0,00 21,58 1,006 14,6. Mg/L Mg/L Mg/L. 2 10 0,5. SMEWW-3500-Fe SMEWW-2340-C SMEWW-4500-H+ SMEWW-5530-D SMEWW-5520-D SMEWW-5540-C SMEWW-4500KmnO4 SMEWW-5210-D SMEWW-5220-D SMEWW4500NH3. 18,4 53,67 0,875. 16,9 40,18 0,233. Fisika 1. Bau 2. Zat padat terlarut (TDS) 3. Zat padat tersuspensi 4. Kekeruhan 5. Rasa 6. Temperatur 7. Warna 8. Daya hantar listrik Kimia 1. Besi (Fe) 2. Kesadahan (CaCO3) 3. PH 4. Fenol 5. Minyak & Lemak 6. MBAS 7. Zat Organik (KmnO4) 8. BOD 9. COD 10 Amonia (NH3-N).

(46) 156. Dari Tabel 45, air di hilir sungai. Cipaheut pada jam 21.00 menunjukkan. parameter fisik untuk kekeruhan dan kimia untuk besi (Fe), minyak dan lemak, BOD serta COD sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Meskipun kadar MBAS dan amonium menurun, tetapi secara faktual air sungai Cipaheut tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hilir Sungai Cipaheut pada jam 17.00 menunjukkan nilai lebih besar daripada hasil analisis air Sungai Cipaheut pada jam 2100 untuk parameter fisik zat padat terlarut, zat padat tersuspensi dan kekeruhan serta parameter kimia Minyak dan Lemak, MBAS, BOD, COD dan Amonia (NH3-N). Sementara itu, Fe, CaCO3 dan KMnO4 mengalami kenaikan. Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai Ciparungpung Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai Ciparungpung pada jam 08.00 Hasil analisis air di hulu sungai Ciparungpung (sebelum perumahan formal) pada jam 08.00 menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), minyak dan lemak, MBAS, BOD, serta COD sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Hal ini menunjukkan, secara faktual air sungai Ciparungpung tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hilir sungai Ciparungpung pada jam 08.00 menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), minyak dan lemak, MBAS, BOD, COD serta Amonia (NH3-N) sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Dengan demikian secara faktual air sungai Ciparungpung tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hilir Sungai Ciparungpung pada jam 08.00 menunjukkan nilai lebih besar daripada hasil analisis air hulu Sungai Ciparungpung untuk parameter fisik zat padat terlarut, zat padat tersuspensi dan kekeruhan serta parameter kimia besi (Fe), fenol, minyak dan lemak, MBAS, KmnO4, BOD, COD dan Amonia (NH3-N). Hasil analisis air di hulu dan hilir sungai Ciparungpung pada jam 08.00 dapat dilihat pada Tabel 46..

(47) 157. Tabel 46. Hasil pengujian air di hulu dan hilir Sungai Ciparungpung dengan penggunaan lahan perumahan dan permukiman jam 08.00 bulan Oktober 2006 (Acuan : Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition 1998 (SMEWW) dan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 kelas I) No.. Parameter Analisis. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Fisika Bau Zat padat terlarut (TDS) Zat padat tersuspensi Kekeruhan Rasa Temperatur Warna Daya hantar listrik Kimia Besi (Fe) Kesadahan (CaCO3) pH Fenol Minyak & Lemak MBAS Zat Organik (KmnO4). 8. 9. 10.. BOD COD Amonia (NH3-N). 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.. Satuan. Maks. Metode Analisis. SMEWW-2150 SMEWW-2540-C. Hasil Analisis Hulu TB 76,3. Hasil Analisis Hilir TB 209. Mg/L. TB 1000. Mg/L NTU o C TCU uS/cm. 50 5 TB 3 15 -. SMEWW-2540-D SMEWW-2130 SMEWW-2160-B SMEWW-2550 SMEWW-2120-B SMEWW-2510. 15 19 TB 25 12,5 298. 22 50 TB 25 10 275. Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L. 0,3 500 6-9 0,001 1 0,2 10. 1,16 79,59 7,0 0,000 23,68 0,102 24,45. 2,33 89,79 7,13 0,0027 30,53 2,90 20,57. Mg/L Mg/L Mg/L. 2 10 0,5. SMEWW-3500-Fe SMEWW-2340-C SMEWW-4500-H+ SMEWW-5530-D SMEWW-5520-D SMEWW-5540-C SMEWW-4500KmnO4 SMEWW-5210-D SMEWW-5220-D SMEWW4500NH3. 13,80 23,15 0,169. 17,0 60,19 2,302. Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai Ciparungpung pada jam 17.00 dan jam 21.00 Hasil analisis air di hilir sungai Ciparungpung pada jam 17.00 menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), Fenol, minyak dan lemak, MBAS, BOD, COD serta Amonia (NH3-N) sudah melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Hal ini menunjukkan, bahwa air sungai Ciparungpung tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hilir sungai Ciparungpung pada jam 17.00 dan jam 21.00 dapat dilihat pada Tabel 47..

(48) 158. Tabel 47. Hasil pengujian air di hilir Sungai Ciparungpung dengan penggunaan lahan perumahan dan permukiman jam 17.00 dan jam 21.00 bulan Oktober 2006 (Acuan: Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 20th Edition 1998 (SMEWW) dan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 kelas I) No. Parameter Analisis. Fisika 1. Bau 2. Zat padat terlarut (TDS) 3. Zat padat tersuspensi 4. Kekeruhan 5. Rasa 6. Temperatur 7. Warna 8. Daya hantar listrik Kimia 1. Besi (Fe) 2. Kesadahan (CaCO3) 3. PH 4. Fenol 5. Minyak & Lemak 6. MBAS 7. Zat Organik (KmnO4) 8. BOD 9. COD 10. Amonia (NH3-N). Satuan. Maks. Metode Analisis. SMEWW-2150 SMEWW-2540-C. Hasil Analisis Jam 17.00 TB 192,8. Hasil Analisis Jam 21.00 TB 167. Mg/L. TB 1000. Mg/L NTU o C TCU uS/cm. 50 5 TB 3 15 -. SMEWW-2540-D SMEWW-2130 SMEWW-2160-B SMEWW-2550 SMEWW-2120-B SMEWW-2510. 40 55 TB 25 15 108,8. 62 70 TB 25 15 241. Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L. 0,3 500 6-9 0,001 1 0,2 10. 2,54 57,14 7,4 0,097 25,26 2,859 8,650. 4,14 75,5 7,22 0,014 20,00 1,30 20,57. Mg/L Mg/L Mg/L. 2 10 0,5. SMEWW-3500-Fe SMEWW-2340-C SMEWW-4500-H+ SMEWW-5530-D SMEWW-5520-D SMEWW-5540-C SMEWW-4500KmnO4 SMEWW-5210-D SMEWW-5220-D SMEWW4500NH3. 17,20 93,74 1,75. 17,80 46,30 0,618. Dari Tabel 47, hasil analisis air sungai di hilir sungai Ciparungpung pada jam 21.00 menunjukkan parameter fisik untuk kekeruhan dan parameter kimia untuk besi (Fe), Fenol, minyak dan lemak, MBAS, BOD, COD serta Amonia (NH3-N) melampaui kadar maksimum baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas I. Hal ini berarti secara faktual air sungai Ciparungpung tercemar oleh buangan limbah perumahan dan permukiman baik berupa limbah dapur, limbah cucian, air seni dan tinja dari kamar mandi. Hasil analisis air di hilir Sungai Ciparungpung pada jam 17.00 menunjukkan nilai lebih besar daripada hasil analisis air Sungai Ciparungpung pada jam 2100 untuk parameter fisik zat padat terlarut dan parameter kimia untuk fenol, Minyak dan Lemak, MBAS, COD dan Amonia (NH3-N). Sementara itu, kekeruhan, Fe, CaCO3 dan KMnO4 menunjukkan kenaikan pada jam 21.00 ..

Referensi

Dokumen terkait

 Seluruh penerimaan bahan baku telah dilengkapi dengan perjanjian kerja sama dengan pemasok (supplier) bahan baku, bukti pembayaran dan dokumen angkutan hasil hutan

Beberapa perusahaan yang telah mendapatkan jasa pelatihan beliau antara lain: The Body Shop, Yamaha, BII Maybank, Astra Credit Companies, BPJS, Dirjen Pajak, OCBC NISP,

Pa da kriteria kesesua ia n tingkat pebela ja ran, insentif, da n waktu dila kukan da lam bentuk observa si dan kuisioner yang dila kukan oleh orang tua siswa sela ku guru

Kalaveden omistajan profiili –hanke toi esiin sekä kalavesien hallinnan rakenteellisia ongelmia että erilaisia jännitteitä muun muassa paikallisen tason ja keskushallinnon

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Serta Dampaknya Pada Kinerja Perusahaan..

Realisasi Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa sampai dengan Triwulan I tahun 2019 sebesar Rp4.947,59 miliar atau 23,92 persen dari pagu, jika dibandingkan dengan

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Jika kehidupan masyarakatnya memberikan pengaruh yang positif maka siswa akan meniru atau

  Don’t delay initiation of blood transfusion.   Don’t Warm blood in an