• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 GAMBARAN UMUM INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Sejarah Singkat

IPB (2006) mengatakan bahwa Institut Pertanian Bogor merupakan kelanjutan dari lembaga pendidikan di bidang Pertanian, Kehutanan dan Kedokteran Hewan yang telah dimulai sebelum Perang Dunia II, yaitu

Middelbare Landbouwschool (Sekolah Menengah Pertanian Atas), Middelbare Bosbouwschool (Sekolah Kehutanan Menengah Atas) dan Nederlands Indische Veeartsen School (Sekolah Dokter Hewan). Pada tahun 1940 Landbouw Hogeschool Bogor, Lembaga Pendidikan Pertanian disahkan pendiriannya yang

kemudian ditutup selama pendudukan Jepang. Lembaga pendidikan tinggi tersebut dibuka kembali pada tahun 1946/1947 dengan nama Fakulteit voor

Landbouwwetenschappen (Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian), dan tanggal 2 Februari

1950 menjadi Fakultas Pertanian, Universiteit Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Universitas Indonesia. Pada tahun 1950 Faculteit voor Diergeneeskunde, dinamakan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia, dan tahun 1954 diubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.

Pada tahun 1960 di bawah Universitas Indonesia, Fakultas Pertanian mempunyai tiga jurusan, yaitu Jurusan Sosial Ekonomi, Jurusan Pengetahuan Alam dan Jurusan Kehutanan. Pada tahun 1962, Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan mempunyai tiga jurusan, yaitu Jurusan Kedokteran Hewan, Jurusan Peternakan dan Jurusan Perikanan Laut. Institut Pertanian Bogor didirikan pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan SK. Menteri PTIP No. 41/1963 dan disahkan dengan SK. Presiden RI No. 279/1965, terdiri dari lima fakultas yaitu : Pertanian, Kedokteran Hewan, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan. Pada tanggal 30 Oktober 1964 dibuka Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (Fatemeta). Tahun 1975 dibuka Sekolah Pasca Sarjana, yang kemudian menjadi Fakultas Pasca Sarjana pada tahun 1980. Pada tahun 1990 menjadi Program Pascasarjana. Fakultas Sains dan Matematika dan Fakultas Politeknik Pertanian dibuka tahun 1981, dan pada tahun itu juga nama Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian diganti menjadi Fakultas Teknologi Pertanian.

(2)

Disamping program S1, pada tahun 1980 dibuka program Diploma atau S0, dengan lama pendidikan satu tahun (S01), dua tahun (S02), atau tiga tahun (S03). Program pendidikan pasca sarjana ditempuh setelah selesai program S1, dengan mengikuti program Magister Sains atau S2, dan dapat juga dilanjutkan ke program Doktor atau S3. Pada tahun 2000, IPB memiliki 8 fakultas yaitu Pertanian (FAPERTA), Kedokteran Hewan (FKH), Perikanan, (FPIK), Peternakan (FAPET), Kehutanan (FAHUTAN), Teknologi Pertanian (FATETA), Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Ekonomi dan Manajemen (FEM). Pada 2 Agustus 2005 berdiri fakultas baru yang ke sembilan yaitu Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Mahasiswa S1

Institut Pertanian Bogor memiliki visi yaitu “Menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan”. Beberapa langkah yang diambil IPB untuk mewujudukan visinya adalah : (1) menyelengarakan pendidikan tinggi bermutu tinggi dan pembinaan kemahasiswaan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, (2) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan kecenderungan pada masa yang akan datang, (3) Membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, dan (4) mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak asasi manusia. IPB memiliki beberapa tujuan dasar yaitu : (1) menguatkan sistem pendidikan dan kemahasiswaan dengan fokus menghasilkan lulusan yang

sebagaian besar masuk melalui undangan. Konsep ini pernah diakui secara nasional dengan istilah Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Mulai tahun 1989 penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan melalui Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Seiring dengan perkembangan pendidikan belakangan ini, IPB menerapkan lima metode penerimaan mahasiswa yaitu, USMI, SMPTN (Seleksi Masuk Perguruan Tinggi) atau yang dulunya dikenal dengan UMPTN, BUD (Beasiswa Utusan Daerah), PIN (Aprestasi Internasional dan Nasional), dan UTM (Ujian Talenta Mandiri).

(3)

kompeten, cerdas dan kompetitif, (2) meningkatkan jumlah dan mutu penelitian terintegrasi sehingga menghasilkan temuan ilmu pengetahuan, paket teknologi yang bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat (swasta, pemerintah dan lainnya), (3) meningkatkan kesejahteraan dosen, tenaga penunjang, dan bantuan/subsidi bagi pendidikan mahasiswa, (4) meningkatkan kapasitas sumberdaya untuk membangun ketangguhan institut, dan (5) menguatkan sistem manajemen untuk menyempurnakan sistem manajemen institut dalam rangka mencapai kesehatan organisasi (www.ipb.ac.id).

4.3 Sarana dan Prasarana

Institut Pertanian Bogor menempati tiga kampus yang berlokasi di Kotamadya Bogor, yaitu Kampus Barangsiang, Kampus Gunung Gede dan Kampus Taman Kencana. Awal berdirinya kampus Darmaga yang peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1961, dimulai pada tahun 1969 dengan pindahnya seluruh kegiatan Fakultas Kehutanan IPB ke kampus Darmaga. Pada periode kepemimpinan Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Sitanala Arsyad (1987-1992 dan 1992-1996), IPB telah membangun Kampus Darmaga berdasarkan Master Plan 1982. Sampai dengan tahun 1992 di Kampus Darmaga dibagun Gedung Fakultas Teknologi Pertanian, Gedung Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Lembaga Sumberdaya Informasi, Laboratorium Analisa dan Produksi Benih, Gedung Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Faperta IPB, serta Gedung Pusat Antar Universitas (PAU) yang terdiri dari PAU Hayati, PAU Bioteknologi dan PAU Pangan dan Gizi. Tahun 1996 telah dibangun Gedung Rektorat IPB dan Gedung Fakultas Peternakan serta Gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Tahun 2000 telah dibangun pula Gedung Fakultas Pertanian, Gedung Fakultas Kedokteran Hewan, dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan (IPB, 2005).

Pembangunan fisik ini juga telah diimbangi dengan perkembangan program pendidikan S0, S1, S2, dan S3, metoda instruksional dan pembinaan kemahasiswaan, perkembangan pusat penelitian dan pusat pengembangan. Pada periode kepemimpinan Rektor IPB Prof. Dr. Ir. H. Soleh Solahuddin, M.Sc (1996-1998), IPB telah memiliki 144 Program Studi (PS) yang tersebar di 8 Fakultas dan Program Pascasarjana; terdiri atas Program Diploma (30 PS), Program Sarjana

(4)

(39 PS), Program Magister (51 PS), dan Program Doktor (25 PS). Keberadaan program studi ini juga didukung oleh 25 Pusat Studi dan Pusat Pengembangan sehingga tercipta budaya meneliti di kalangan civitas akademika IPB.

Pada masa kepemimpinan Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Aman Wirakartakusumah (1998-2002), IPB secara proaktif terlibat langsung dalam reformasi pendidikan sebagai bagian tidak terpisahkan dari gerakan reformasi nasional yang bergulir sejak 1997. Melalui Peraturan Pemerintah No. 154 Tahun 2000, IPB menjadi salah satu dari empat perguruan tinggi nasional berstatus Badan Hukum Milik Negara. Periode kepemimpinan IPB dari masa ke masa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kepemimpinan IPB

No Nama Masa Jabatan

1 Prof. Dr. Syarif Thayep Ketua Presidium IPB 1963

2 Prof. Dr. A.J. Darman Ketua Presidium IPB 1963

3 Prof. Dr. Ir. Tb. Bachtiar Rifai Rektor IPB 1964 - 1965

4 Prof. Dr. Ir. Sajogyo Rektor IPB 1965 – 1966

5 Prof. Dr. J.H. Hutasoit Ketua Presidium IPB 1966

6 Prof. Dr. Ir. Toyip Hadiwidjaja Rektor IPB 1966 – 1971

7 Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Muhamad Satari Rektor IPB 1971 – 1978

8 Prof. Dr. Ir. H. Andi Hakim Nasution Rektor IPB 1978 – 1987

9 Prof. Dr. Ir. H. Sitanala Arsjad Rektor IPB 1987 – 1996

10 Prof. Dr. Ir. H. Soleh Solahuddin, M.Sc Rektor IPB 1996 – 1998

11 Prof. Dr. Ir. H.R.H.M. Aman Wiratakusumah Rektor IPB 1998 – 2002

12 Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc Rektor IPB 2002 – 2007

13 Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc Rektor IPB 2007 - sekarang

Sumber : IPB (2009)

Penyusunan Rencana Strategis IPB 2020 kemudian diakomodasikan dengan implementasi Otonomi IPB dengan masa transisi kelembagaan selama 5 tahun (hingga tahun 2005) dan masa transisi kelembagaan selama 5 tahun (hingga tahun 2005) dan masa transisi kepegawaian selama 10 tahun (hingga tahun 2010). Dalam perjalanan tersebut berdiri beberapa unit kerja, seperti Jurusan Ilmu Komputer, Kantor Haki dan Alih Teknologi, Kantor Program Internasional, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (2001), serta Asrama Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama dengan menekankan pada pembinaan akademik dan multi budaya. Pada masa ini terbentuk pula Majelis Wali Amanat (MWA) sebagai badan tertinggi yang menentukan arah pengembangan IPB termasuk dalam proses pemilihan Rektor IPB (IPB, 2006). Dapat dilihat pada Gambar 7 struktur organisasi IPB.

(5)
(6)
(7)

5.1 Karakteristik Mahasiswa

Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan terhadap 462 mahasiswa (mahasiswa Diploma, mahasiswa Sarjana dan mahasiswa Pascasarjana) dengan berbagai karakteristik yang telah ditetapkan. Karakteristik yang telah ditetepkan adalah jenis kelamin, usia saat masuk, status bekerja, jenis pekerjaan dan sumber biaya pendidikan.

5.1.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara jumlah pria dan wanita. Seperti terlihat pada Gambar 8, jumlah mahasiswa wanita untuk mahasiswa Diploma sebesar 56% dan pria sebesar 44%, sedangkan jumlah mahasiswa wanita untuk mahasiswa Sarjana sebesar 58,8% dan mahasiswa pria sebesar 41,2% dan jumlah mahasiswa untuk wanita mahasiswa Pascasarjana sebesar 55% dan jumlah mahasiswa prianya sebesar 45%. Dari ketiga strata tersebut dapat terlihat tidak terdapat perbedaan yang mendasar dikarenakan minat untuk belajar dan menempuh ilmu antara pria dan wanita tidak jauh berbeda.

Mahasiswa Diploma Mahasiswa Sarjana Mahasiswa Pascasarjana

Gambar 8 Presentase karakteristik mahasiswa berdasarkan jenis kelamin

5.1.2 Usia Saat Masuk

Pada Gambar 9, dapat dilihat kisaran usia saat masuk IPB untuk mahasiswa Diploma didominasi kisaran usia 16-20 tahun sebanyak 98 orang (98%). Mahasiswa Sarjana didominasi kisaran usia 16-20 tahun sebanyak 259 orang

(8)

(98,9%) dan untuk mahasiswa Pascasarjana didominasi kisaran usia 21-25 tahun sebanyak 31 orang (31%).

Dari segi usia saat masuk ke IPB, mahasiswa Diploma dan Sarjana tidak jauh berbeda, karena sebagai mahasiswa memutuskan untuk langsung memilih Program Diploma maupun Program Sarjana setelah mereka menyelesaikan masa sekolah mereka. Sedangkan untuk mahasiswa Pascasarjana terlihat berbeda dibanding dua strata lainnya, dikarenakan Program Pascasarjana dapat ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan Program Sarjananya. Kisaran usia saat masuk mahasiswa Pasacasarjana yang mendominasi bisa dikatakan relatif usia yang muda, bisa terlihat disini mahasiswa memutuskan untuk langsung melanjutkan Program Pascasarjananya setelah mereka menyelesaikan Program Sarjananya. Namun sebagian mahasiswa Pascasarjana memutuskan untuk melanjutkan Program Pascasarjana setelah mereka bekerja.

Mahasiswa Diploma Mahasiswa Sarjana Mahasiswa Pascasarjana

Gambar 9 Presentase karakteristik mahasiswa berdasarkan usia masuk

5.1.3 Status Bekerja

Pada Gambar 10, dapat dilihat bahwa mahasiswa Diploma yang belum bekerja menempati jumlah terbesar, yaitu sebanyak 92 orang (92%), kemudian untuk kelompok mahasiswa yang bekerja paruh waktu sebanyak 7 orang (7%), dan yang bekerja fulltime sebanyak 1 orang (1%). Untuk mahasiswa Sarjana, yang menempati jumlah terbesar adalah mahasiswa yang berstatus belum bekerja yaitu sebanyak 238 orang (90,84%), kemudian untuk kelompok mahasiswa yang bekerja paruh waktu sebanyak 17 orang (6,5%), dan yang bekerja fulltime sebanyak 7 orang (2,7%). Mahasiswa Pascasarjana didominasi dengan

(9)

mahasiswa yang berstatus bekerja penuh atau fulltime yaitu, sebanyak 56 orang (56%), kemudian untuk mahasiswa Pascasarjana yang berstatus belum bekerja sebanyak 31 orang (31%), dan mahasiswa Pascasarjana yang berstatus bekerja paruh waktu sebanyak 13 orang (13%).

Dari segi status bekerja, mahasiswa Diploma dan Sarjana tidak jauh berbeda, hal ini terjadi karena sebagai mahasiswa memutuskan untuk langsung mengikuti Program Diploma maupun Program Sarjana setelah mereka menyelesaikan masa sekolah mereka, akan tetapi ada beberapa mahasiswa dari mahasiswa Diploma dan Sarjana yang sudah memiliki pekerjaan paruh waktu atau bekerja penuh (fulltime), hal ini dikarenakan mereka ingin mendapatkan pendapatan tambahan selama mereka menjalani perkuliahan dan dapat membantu orang tuanya. Status bekerja mahasiswa Pasacasarjana yang mendominasi yaitu bekerja penuh (fulltime), bisa terlihat disini mahasiswa Pascasarjana mengambil Program Pascasarjana sebagai tugas belajar dari instansi tempatnya bekerja atau memiliki usaha sendiri jadi lebih fleksibel ketika melakukan kegiatan perkualiahan. Sedangkan untuk mahasiswa Pascasarjana berstatus belum bekerja, disini bisa disimpulkan mereka memutuskan untuk langsung melanjutkan Program Pascasarjana setelah mereka menyelesaikan Program Sarjananya. Namun 13% mahasiswa Pascasarjana memiliki status bekerja paruh waktu ada beberapa alasan yaitu mereka mencari penghasilan tambahan tanpa menganggu waktu perkuliahan atau instansi mereka hanya memberikan ijin kuliah bukan sebagai tugas belajar.

Mahasiswa Diploma Mahasiswa Sarjana Mahasiswa Pascasarjana

(10)

5.1.4 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 11. Jenis pekerjaan mahasiswa Diploma dari hasil kuesioner diperoleh 92% berstatus mahasiswa, 3% sebagai honorer, 2% sebagai wiraswasta, 2% sebagai swasta dan 1% pekerjaan lain. Sedangkan untuk mahasiswa Sarjana diperoleh 91,3% sebagai mahasiswa, 4,2% untuk pekerjaan lain, 2,7% sebagai honorer, 1,1% sebagai wiraswasta dan 0,8% sebagai ibu rumah tangga, kemudian untuk mahasiswa Pascasarjana diperoleh 50% sebagai PNS, 27% sebagai mahasiswa, 7% sebagai swasta, 6% sebagai wiraswasta, 4% untuk pekerjaan lain, 3% sebagai honorer, dan 3% lainnya sebagai ibu rumah tangga.

Dilihat dari segi jenis pekerjaan untuk mahasiswa Diploma dan Sarjana tidak jauh berbeda, sebagian besar dari mereka berstatus sebagai mahasiswa, akan tetapi ada beberapa mahasiswa dari mahasiswa Diploma dan Sarjana ada yang sudah memiliki pekerjaan paruh waktu atau bekerja penuh (fulltime) sebagai honorer instantsi di tempat asal mereka, mengajar lesprivat atau bimbingan belajar, menjadi supir dosen, staf LSM, peternak ataupun sebagai staf perusahaan swasta, hal ini dikarenakan mereka ingin mendapatkan pendapatan tambahan selama mereka menjalani perkuliahan dan dapat membantu orang tuanya. 50% dari mahasiswa Pascasarjana memiliki pekerjaan sebagai PNS. Mahasiswa-mahasiswa Pascasarjana yang berstatus PNS biasanya memiliki pekerjaan sebagi staf pengajar atau staf dari instansi pemerintahan. 27% mahasiswa Pascasarjana berstatus pekerjaan sebagai mahasiswa, disini bisa disimpulkan mereka memutuskan untuk langsung melanjutkan Program Pascasarjana setelah mereka menyelesaikan Program Sarjananya. Untuk jenis pekerjaan lainnya mahasiswa Pascasarjana umumnya mempunyai pekerjaan sebagai honorer (baik honorer dari sebuah universitas atau instansi pemerintahan), bekerja di perusahaan swasta, mempunyai usaha sendiri, staf LSM ataupun sebagai ibu rumah tangga.

(11)

Mahasiswa Diploma Mahasiswa Sarjana Mahasiswa Pascasarjana

Gambar 11 Presentase karakteristik mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaaan

5.1.5 Sumber Biaya Pendidikan

Sumber biaya pendidikan adalah sumber biaya yang digunakan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan selama mengikuti masa belajar di IPB. Berkaitan dengan status bekerja mahasiswa, terdapat kelompok mahasiswa yang membiayai pendidiannya sendiri maupun oleh sumber lainnya, serta kelompok mahasiswa yang membiayai pendidikannya dari gabungan dua sumber yang berbeda. Pada Gambar 12, terlihat pada mahasiswa Diploma sumber biaya pendidikan didominasi berasal dari orang tua yaitu sebesar 91%, selain itu sumber biaya pendidikan berasal dari pendapatan sendiri (4%), beasiswa (3%), dan saudara (2%). Untuk mahasiswa Sarjana bisa dikatakan tidak jauh berbeda dengan mahasiswa Diploma, karena sumber biaya pendidikan yang mendominasi juga berasal dari orang tua yaitu sebesar 73,9%. Sumber biaya pendidikan mahasiswa Sarjana selain dari orang tua juga berasal dari beasiswa (13,4%), saudara (6,6%), pendapatan sendiri (4,1%), tempat bekerja (0,9%), lainnya (0,6%) dan berasal dari suami atau istri (0, 3%). Untuk mahasiswa Pascasarjana dari Gamabr 9, terlihat berbeda dibandingkan dengan dua strata lainnya. Pada mahasiswa Pascasarjana didominasi sumber biaya pendidikan yang berasal dari beasiswa sebesar 43,7%. Sumber biaya pendidikan reponden mahasiswa Pascasarjana lainnya yaitu, orang tua (28,6%), pendapatan sendiri (22,7%), tempat bekerja (1,7%), saudara (1,7%), dan dari suami atau istri (1,7%).

Dari segi sumber biaya pendidikan, mahasiswa Diploma dan Sarjana tidak jauh berbeda, hal ini terjadi karena sebagai mahasiswa memutuskan untuk

(12)

langsung mengikuti Program Diploma maupun Program Sarjana setelah mereka menyelesaikan masa sekolah mereka jadi sebagai besar mempunayi sumber biaya pendidikan yang berasal dari orang tua mereka, akan tetapi ada beberapa mahasiswa dari mahasiswa Diploma dan Sarjana yang sudah memiliki pekerjaan paruh waktu atau bekerja penuh (fulltime), hal ini dikarenakan mereka ingin mendapatkan pendapatan tambahan selama mereka menjalani perkuliahan dan dapat membantu orang tuanya. Sedangkan untuk mahasiswa Pascasarjana terlihat berbeda dibanding dua strata lainnya, dikarenakan Program Pascasarjana dapat ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan Program Sarjananya. Sumber biaya pendidikan mahasiswa Pasacasarjana yang mendominasi yaitu beasiswa, bisa terlihat disini mahasiswa Pascasarjana mengambil Program Pascasarjana sebagai tugas belajar dari instansi tempatnya bekerja. Sedangkan untuk mahasiswa Pascasarjana bersumber biaya pendidikan dari orang tua, disini bisa disimpulkan mereka memutuskan untuk langsung melanjutkan Program Pascasarjana setelah mereka menyelesaikan Program Sarjananya. Sumber biaya pendidikan mahasiswa Pascasarjana lainnya yaitu berasal dari pendapatan sendiri, bisa dilihat dari status bekerja mereka sebesar 56%, mereka bekerja penuh (fulltime), kemudian beberapa mahasiswa Pascasarjana memperoleh sumber biaya pendidikannya dari bantuan tempatnya bekerja, saudara ataupun dibiayai oleh suami atau istrinya.

Mahasiswa Diploma Mahasiswa Sarjana Mahasiswa Pascasarjana

Gambar 12 Presentase karakteristik mahasiswa berdasarkan sumber biaya Pendidikan

(13)

5.2 Penilaian Tingkat Kesesuaian Atribut Kualitas Jasa

Tingkat kesesuaian merupakan perbandingan antara kenyataan yang diterima dengan harapan mahasiswa atas kinerja IPB baik untuk Program Diploma, Program Sarjana maupun Program Pascasarjana. Skor tingkat kesesuaian diperoleh dari hasil perbandingan antara skor kinerja dengan skor kepentingan. Analisis dari tingkat kesesuaian ini dapat diberi peringkat berdasarkan skor yang diperoleh dari penghitungan dan pemberian peringkat dimulai dari skor yang tertinggi hingga yang terendah. Peringkat dari tingkat kesesuaian ini dapat digunakan untuk mengetahui kepuasan mahasiswa (mahasiswa) agar IPB dapat mempertahankan kinerjanya dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan, sehingga harapan pelanggan dapat terpenuhi secara keseluruhan.

Penilaian tingkat kesesuaian dari 26 atribut kualitas jasa IPB memperlihatkan bahwa tingkat kesesuaian dari ke-26 atribut tersebut masih dibawah 100%. Hal ini berarti semua atribut pelayanan yang diberikan oleh IPB masih dibawah harapan mahasiswa. Oleh karena itu, IPB harus mencari tahu keinginan mahasiswa, melakukan perbaikan yang berkelanjutan, dan meningkatkan kinerjanya agar dapat memuaskan mahasiswa. Daftar atribut kualitas jasa IPB dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 10.

(14)

Tabel 10 Daftar atribut kualitas jasa IPB

No. Dimensi No

Atribut Atribut Kualitas Jasa Institut Pertanian Bogor

1 Tangible

1 Kenyamanan ruang kuliah 2 Fasilitas ruang kuliah 3 Kebersihan ruang kuliah 4 Kebersihan kamar mandi 5 Kerapihan ruang kuliah

6 Kerapihan pegawai administrasi 7 Areal Parkir

2 Relibility

1 Dosen memberikan tugas yang mendukung materi perkuliahan

2 Dosen memberikan metode pembelajaran yang up to date 3 Memberikan informasi jadwal perkualiahan secara akurat

(teliti dan tepat waktu)

4 Memberikan informasi nilai, IP dan IPK secara akurat dan tepat waktu

3 Responsiveness

1 Kesigapan satuan pengamanan dalam mengamankan lingkungan kampus

2 Pegawai administrasi cepat dan tanggap melayani mahasiswa (misalnya : keluhan, saran dan pelayanan) 3 Kesigapan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa 4 Kesigapan pembimbing dalam melayani mahasiswa

4 Assurance

1 Kemampuan para dosen dalam menyampaikan materi perkualiahan

2 Kemampuan pegawai administrasi dalam bekerja 3 Sikap para pegawai administrasi dalam memberikan

pelayanan (misalnya : keramahan dan kesopanan)

4 Jaminan pemberian nilai ujian (UTS dan UAS) tepat waktu 5 Pelaksanaan ujian perbaikan yang tepat waktu

6 Ketepatan dosen mengajar di kelas 7 Ketepatan dalam disiplin perkuliahan

5 Empathy

1 Pelayanan konsultasi dari dosen 2 Masa pendidikan terkontrol oleh dosen 3 Media penyampaian saran, kritik atau keluhan

4 Perhatian dan kesungguhan dari pegawai administrasi dalam melayani mahasiswa

(15)

Tabel 11 menunjukkan bahwa diantara dimensi tangible, atribut kualitas jasa yang memiliki tingkat kesesuaian tertinggi adalah atribut kerapihan pegawai administrasi baik bagi mahasiswa Program Diploma (89,88%), Sarjana (81,22%) maupun Pascasarjana (84,06%). Sedangkan bagi mahasiswa Program Diploma (78,17%), Sarjana (51,84%) maupun Pascasarjana (61,52%), atribut yang memiliki tingkat kesesuaian terendah adalah atribut kebersihan kamar mandi. Dimensi tangible merupakan dimensi yang mudah dinilai oleh mahasiswa karena berwujud nyata. Oleh karena itu, IPB harus mempertahankan dan meningkatkan kinerja atribut yang sudah baik serta memperbaiki kinerja atribut yang kurang baik, yaitu kebersihan kamar mandi.

Tabel 11 Tingkat kesesuaian atribut dimensi tangible

No. Atribut Bobot Tingkat Kepentingan Bobot Tingkat Kinerja Tingkat Kesesuaian (Tki) (%) Peringkat di Antara Dimensi Program Diploma 1 443 357 80,59 5 2 442 354 80,09 6 3 428 354 82,71 3 4 426 333 78,17 7 5 417 341 81,77 4 6 405 364 89,88 1 7 397 339 85,39 2 Program Sarjana 1 1136 767 67,52 5 2 1147 790 68,88 4 3 1143 749 65,53 6 4 1113 577 51,84 7 5 1092 770 70,51 3 6 1065 865 81,22 1 7 1040 823 79,13 2 Program Pascasarjana 1 448 326 72,77 6 2 449 335 74,61 5 3 441 330 74,83 4 4 434 267 61,52 7 5 429 326 75,99 3 6 414 348 84,06 1 7 415 347 83,61 2

(16)

Dalam dimensi reliability yang ditunjukkan Tabel 12, atribut dosen memberikan tugas yang mendukung materi perkuliahan memiliki tingkat kesesuaian tertinggi bagi mahasiswa Diploma (89,34%), Sarjana (85,82%) maupun Pascasarjana (84,62%). Bagi mahasiswa Diploma (82,03%) dan Pasacasarjana (69,16%), atribut pemberian informasi jadwal perkuliahan secara akurat (teliti dan tepat waktu) memiliki tingkat kesesuaian terendah, sedangkan untuk mahasiswa Sarjana atribut yang memiliki tingkat kesesuaian terendah adalah pemberian informasi nilai, IP dan IPK secara akurat dan tepat waktu (71,53%). Penyampaian jasa secara akurat dan tepat waktu dapat mencermikan sebuah instansi memiliki pengelolaan jasa yang baik. Untuk itu IPB diharapkan dapat memperbaiki atribut ini agar dapat memuaskan mahasiswa (mahasiswa).

Tabel 12 Tingkat kesesuaian atribut dimensi reliability No. Atribut Bobot Tingkat Kepentingan Bobot Tingkat Kinerja Tingkat Kesesuaian (Tki) (%) Peringkat di Antara Dimensi Program Diploma 1 422 377 89,34 1 2 433 372 85,91 2 3 423 347 82,03 4 4 441 376 85,26 3 Program Sarjana 1 1093 938 85,82 1 2 1166 934 80,10 2 3 1133 876 77,32 3 4 1145 819 71,53 4 Program Pascasarjana 1 442 374 84,62 1 2 453 348 76,82 2 3 441 305 69,16 4 4 425 318 74,82 3

Tabel 13 menunjukkan bahwa atribut kualitas jasa yang memiliki tingkat kesesuaian tertinggi dalam dimensi responsiveness bagi mahasiswa Diploma (86,26%), Sarjana (82,20%) maupun Pascasarjana (85,91%) adalah atribut kesigapan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa. Bagi mahasiswa Diploma (72,79%), Sarjana (65,34%) dan Pasacasarjana (72,37%), atribut pegawai administrasi cepat dan tanggap melayani mahasiswa memiliki tingkat

(17)

kesesuaian terendah. Pelayanan administrasi yang cepat dan tanggap dapat menciptakan kenyamanan bagi mahasiswa. Oleh karena itu, perbaikan akan kinerja tersebut perlu dilakukan.

Tabel 13 Tingkat kesesuaian atribut dimensi responsiveness No. Atribut Bobot Tingkat Kepentingan Bobot Tingkat Kinerja Tingkat Kesesuaian (Tki) (%) Peringkat di Antara Dimensi Program Diploma 1 432 362 83,80 2 2 419 305 72,79 4 3 444 383 86,26 1 4 436 364 83,49 3 Program Sarjana 1 1147 804 70,10 3 2 1134 741 65,34 4 3 1157 951 82,20 1 4 1170 906 77,44 2 Program Pascasarjana 1 423 329 77,78 3 2 438 317 72,37 4 3 447 384 85,91 1 4 451 375 83,15 2

Tabel 14 menunjukkan bahwa atribut ketapatan dalam disiplin perkuliahan memiliki skor tingkat kesesuaian tertinggi dalam dimensi assurance Program Diploma (85,48%), sedangkan untuk Program Sarjana (78,97%) dan Pascasarjana (82,97%) atribut kemampuan para dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan yang memiliki skor tingkat kesesuaian tertinggi. Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa atribut sikap para pegawai administrasi dalam memberikan pelayanan memiliki tingkat kesesuaian yang terendah untuk Program Diploma (75,12%), sedangkan atribut yang memiliki tingkat kesesuaian yang terendah bagi Program Sarjana (65,93%) dan Pascasarjana (74,94%) adalah atribut pemberian ujian perbaikan yang tepat waktu. Dengan demikian, IPB harus meningkatkan kinerja atribut sikap para pegawai administrasi dan atribut pemberian ujian perbaikan tepat waktu. Peningkatan kinerja pegawai administrasi dinilai sangat penting, karena karyawan ‘front-line’ merupakan ujung tombak sistem penyampaian layanan dan sering kali mereka menjadi cerminan ‘jasa’ yang dipersepsikan oleh konsumen.

(18)

Tabel 14 Tingkat kesesuaian atribut dimensi assurance No. Atribut Bobot Tingkat Kepentingan Bobot Tingkat Kinerja Tingkat Kesesuaian (Tki) (%) Peringkat di Antara Dimensi Program Diploma 1 450 384 85,33 2 2 420 335 79,76 6 3 430 323 75,12 7 4 433 361 83,37 4 5 431 360 83,53 3 6 439 356 81,09 5 7 434 371 85,48 1 Program Sarjana 1 1189 939 78,97 1 2 1113 848 76,19 3 3 1126 798 70,87 6 4 1127 743 65,93 7 5 1128 804 71,28 5 6 1157 881 76,15 4 7 1142 876 76,71 2 Program Pascasarjana 1 458 380 82,97 1 2 427 341 79,86 3 3 435 351 80,69 2 4 415 311 74,94 7 5 417 327 78,42 5 6 418 328 78,47 4 7 427 333 77,99 6

Dalam dimensi empathy, atribut masa pendidikan terkontrol oleh dosen merupakan atribut yang paling tinggi tingkat kesesuaiannya untuk mahasiswa Diploma (85,24%). Sedangkan untuk mahasiswa Sarjana (77,51%) dan Pascasarjana (83,72%), atribut pelayanan konsultasi dari dosen yang memiliki tingkat kesesuaian tertinggi. Atribut yang memiliki tingkat kesesuaian terendah untuk Program Diploma (77,35%) adalah perhatian dan kesungguhan dari pegawai administrasi dalam melayani administrasi, sedangkan untuk Program Sarjana (70,15%) dan Pascasarjana (71,39%) yaitu atribut media penyampaian saran, kritik atau keluhan. Dimensi empathy meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi serta pemahaman atas kebutuhan

(19)

individual para pelanggan. Untuk itu, IPB perlu memperbaiki atribut-atribut yang nilai kesesuaiannnya masih rendah.

Tabel 15 Tingkat kesesuaian atribut dimensi empathy No. Atribut Bobot Tingkat Kepentingan Bobot Tingkat Kinerja Tingkat Kesesuaian (Tki) (%) Peringkat di Antara Dimensi Program Diploma 1 424 346 81,60 2 2 420 358 85,24 1 3 416 327 78,61 3 4 415 321 77,35 4 Program Sarjana 1 1134 879 77,51 1 2 1115 851 76,32 2 3 1109 778 70,15 4 4 1111 782 70,39 3 Program Pascasarjana 1 436 365 83,72 1 2 430 347 80,70 2 3 416 297 71,39 4 4 434 339 78,11 3

5.3 Importance Performance Analysis

Analisis tingkat kepentingan dan kinerja memetakan atribut ke dalam empat kuadran yaitu kuadran A, B, C, dan D. Untuk memetakannya perlu dihitung terlebih dahulu rata-rata dari skor tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Hasil perhitungannya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8, Lampiran 9, dan Lampiran 10.

Program Diploma, keempat kuadran dibatasi oleh sumbu mendatar Y dari skor rataan tingkat kepentingan (4,277) dan sumbu tegak X dari skor rataan tingkat kinerja (3,527). Kuadran A berada di wilayah X < 3,527 dan Y > 4,277; Kuadran B di wilayah X > 3,527 dan Y > 4,277; Kuadran C di wilayah X < 3,527 dan Y < 4,277 serta Kuadran D di wilayah X > 3,527 dan Y < 4,277. Matriks IPA dapat dilihat pada Gambar 13.

(20)

Gambar 13 Matriks importance performance analysis untuk program diploma, sarjana dan pascasarjana

(21)

Program Sarjana, keempat kuadran dibatasi oleh sumbu mendatar Y dari skor rataan tingkat kepentingan (4,306) dan sumbu tegak X dari skor rataan tingkat kinerja (3,155). Kuadran A berada di wilayah X < 3,155 dan Y > 4,306; Kuadran B di wilayah X > 3,155 dan Y > 4,306; Kuadran C di wilayah X < 3,155 dan Y < 4,306 serta Kuadran D di wilayah X > 3,155 dan Y < 4,306. Matriks IPA dapat dilihat pada Gambar 13.

Program Pascasarjana, keempat kuadran dibatasi oleh sumbu mendatar Y dari skor rataan tingkat kepentingan (4,332) dan sumbu tegak X dari skor rataan tingkat kinerja (3,365). Kuadran A berada di wilayah X < 3,365 dan Y > 4,332; Kuadran B di wilayah X > 3,365 dan Y > 4,332; Kuadran C di wilayah X < 3,365 dan Y < 4,332 serta Kuadran D di wilayah X > 3,365 dan Y < 4,332. Matriks IPA dapat dilihat pada Gambar 13.

5.3.1 Kuadran A (Prioritas Utama)

Atribut-atribut kualitas jasa yang berada pada kuadran A menunjukkan atribut-atribut yang dirasakan sangat penting bagi mahasiswa, namun tingkat kinerjanya rendah sehingga belum dapat memenuhi harapan dari mahasiswa. Oleh karena itu, kinerjanya perlu ditingkatkan, menjadi prioritas, dan IPB secara terus menerus melaksanakan perbaikan. Adapun atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini ditunjukkan di dalam Tabel 16.

Program Diploma hanya satu atribut yang perlu diperbaiki yaitu sikap para pegawai administrasi dalam memberikan pelayanan (misalnya : keramahan dan kesopanan) dan atribut ini termasuk ke dalam dimensi assurance, sedangkan untuk Program Sarjana ada tujuh atribut yaitu satu atribut dari dimensi reliability (memberikan informasi nilai, IP, IPK secara akurat dan tepat waktu), satu atribut dari dimensi assurance (pemberian ujian perbaikan yang tepat waktu), tiga atribut dari dimensi tangible (kenyamanan ruang kuliah, fasilitas ruang kuliah, dan kebersihan ruang kuliah), dan dua atribut dari dimensi responsiveness (kesigapan satuan pengamanan dalam mengamankan lingkungan kampus dan pegawai administrasi yang cepat tanggap dalam melayani mahasiswa).

(22)

Tabel 16 Atribut-atribut kualitas jasa dalam kuadran prioritas utama

No Atribut-Atribut Kualitas Jasa

Diploma Sarjana Pacasarjana

1

Sikap para pegawai administrasi dalam memberikan pelayanan (misalnya : keramahan dan kesopanan)

Kenyamanan ruang kuliah Kenyamanan ruang kuliah

2 - Fasilitas ruang kuliah Fasilitas ruang kuliah

3 - Kebersihan ruang kuliah Kebersihan ruang kuliah

4 -

Memberikan informasi nilai, IP dan IPK secara akurat dan tepat waktu

Kebersihan kamar mandi

5 - Kesigapan satuan pengamanan dalam mengamankan lingkungan kampus Memberikan informasi jadwal perkualiahan secara akurat (teliti dan tepat waktu)

6 -

Pegawai administrasi cepat dan tanggap melayani mahasiswa (misalnya : keluhan, saran dan pelayanan)

Pegawai administrasi cepat dan tanggap melayani mahasiswa (misalnya : keluhan, saran dan pelayanan)

7 - Pemberian ujian perbaikan

yang tepat waktu -

Program Pascasarjana ada enam atribut yang perlu diperbaiki, yaitu satu atribut dari dimensi reliability (memberikan informasi jadwal perkuliahan secara akurat), empat atribut dari dimensi tangible (kenyamanan rusang kuliah, fasilitas ruang kuliah, kebersihan ruang kuliah, dan kebersihan kamar mandi), dan satu atribut dari dimensi responsiveness (pegawai adminstrasi yang cepat tanggap dalam melayani mahasiswa).

Prioritas utama yang perlu diperbaiki guna memenuhi harapan mahasiswa dalam pelaksanaan pendidikan adalah atribut-atribut dari dimensi reliability dan

assurance, kemudian tahap selanjutnya memperbaiki atribut-atribut dari dimensi tangible dan responsiveness. Atribut-atribut dari dimensi reliability dan dimensi tangible menjadi prioritas penting untuk diperbaiki dibandingkan dimensi lainnya

dikarenakan kedua dimensi itu menurut hasil penelitian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan mahasiswa terhadap pelaksanaan pendidikan di IPB.

(23)

5.3.2 Kuadran B (Pertahankan Prestasi)

Atribut-atribut kualitas jasa yang berada pada kuadran B menunjukkan atribut-atribut yang dirasakan sangat penting bagi mahasiswa dan dinilai sudah dapat memenuhi harapan dari mahasiswa. Oleh karena itu, kinerja pada atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran B perlu dipertahankan prestasinya dan dikelola dengan baik karena faktor ini menjadikan IPB unggul di mata mahasiswa. Adapun atribut-atribut kualitas jasa yang termasuk dalam kuadran ini ditunjukkan dalam Tabel 17.

Tabel 17 Atribut-atribut kualitas jasa dalam kuadran pertahankan prestasi

No Atribut-Atribut Kualitas Jasa

Diploma Sarjana Pacasarjana

1 Kenyamanan ruang kuliah

Dosen memberikan metode pembelajaran yang up to date

Dosen memberikan tugas yang mendukung materi perkuliahan

2 Fasilitas ruang kuliah

Memberikan informasi jadwal perkualiahan secara akurat (teliti dan tepat waktu)

Dosen memberikan metode pembelajaran yang up to date

3 Kebersihan ruang kuliah

Kesigapan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa

Kesigapan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa

4

Dosen memberikan metode pembelajaran yang up to date

Kesigapan pembimbing dalam melayani mahasiswa

Kesigapan pembimbing dalam melayani mahasiswa

5

Memberikan informasi nilai, IP dan IPK secara akurat dan tepat waktu

Kemampuan para dosen dalam menyampaikan materi perkualiahan

Kemampuan para dosen dalam menyampaikan materi perkualiahan 6 Kesigapan satuan pengamanan dalam mengamankan lingkungan kampus

Ketepatan dosen mengajar di kelas

Sikap para pegawai administrasi dalam memberikan pelayanan

7

Kesigapan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa

Ketepatan dalam disiplin perkuliahan

Pelayanan konsultasi dari dosen

8 Kesigapan pembimbing dalam melayani mahasiswa

Pelayanan konsultasi dari dosen

Perhatian dan kesungguhan pegawai administrasi dalam melayani mashasiswa

9

Kemampuan para dosen dalam menyampaikan materi perkualiahan

(24)

Tabel 17 Atribut-atribut kualitas jasa dalam kuadran pertahankan prestasi (lanjutan)

No

Atribut-Atribut Kualitas Jasa

Diploma Sarjana Pacasarjana

10

Jaminan pemberian nilai Ujian (UTS dan UAS) tepat waktu

- -

11 Pemberian ujian perbaikan

yang tepat waktu - -

12 Ketepatan dosen mengajar

di kelas - -

13 Ketepatan dalam disiplin

perkuliahan - -

5.3.3 Kuadran C (Prioritas Rendah)

Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut jasa yang dinilai kurang penting dan pelaksanaannya dinilai masih kurang baik oleh mahasiswa. Prioritas perbaikan atribut dalam kuadran ini tidak diutamakan, namun IPB juga tetap perlu mewaspadai, mencermati dan mengontrol setiap faktor pada kuadran ini, karena tingkat kepentingan pelanggan dapat berubah seiring meningkatnya kebutuhan. Adapun atribut-atribut kualitas jasa yang termasuk dalam kuadran ini dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Atribut-atribut kualitas jasa dalam kuadran prioritas rendah

No Atribut-Atribut Kualitas Jasa

Diploma Sarjana Pacasarjana

1 Kebersihan kamar mandi Kebersihan kamar mandi Kerapihan ruang kuliah

2 Kerapihan ruang kuliah Kerapihan ruang kuliah

Memberikan informasi nilai, IP dan IPK secara akurat dan tepat waktu

3 Areal Parkir Areal Parkir

Kesigapan satuan pengamanan dalam mengamankan lingkungan kampus 4 Memberikan informasi jadwal perkualiahan secara akurat (teliti dan tepat waktu)

Sikap para pegawai administrasi dalam memberikan pelayanan

Memberikan informasi nilai, IP dan IPK secara akurat dan tepat waktu

5

Pegawai administrasi cepat dan tanggap melayani mahasiswa (misalnya : keluhan, saran dan pelayanan)

Jaminan pemberian nilai ujian (UTS dan UAS) tepat waktu

Jaminan pemberian nilai Ujian (UTS dan UAS) tepat waktu

(25)

Tabel 18 Atribut-atribut kualitas jasa dalam kuadran prioritas rendah (lanjutan)

No Atribut-Atribut Kualitas Jasa

Diploma Sarjana Pacasarjana

6 Kemampuan pegawai administrasi dalam bekerja

Media penyampaian saran, kritik atau keluhan

Pemberian ujian perbaikan yang tepat waktu

7 Pelayanan konsultasi dari dosen

Perhatian dan kesungguhan dari pegawai administrasi dalam melayani mahasiswa

Ketepatan dosen mengajar di kelas

8 Media penyampaian saran,

kritik atau keluhan -

Ketepatan dalam disiplin perkuliahan

9

Perhatian dan kesungguhan dari pegawai administrasi dalam melayani mahasiswa

- -

5.3.4 Kuadran D (Berlebihan)

Atribut-atribut yang berada pada kuadran D menunjukkan atribut-atribut kualitas jasa yang tingkat kepentingannya rendah, namun telah melaksanakannya dengan baik sehingga kinerjanya dianggap berlebihan oleh mahasiswa. Atribut-atribut yang termasuk ke dalam kuadran ini dapat dikurangi, sehingga IPB dapat menghemat sumber daya. Tabel 19 menunjukkan atribut-atribut jasa yang termasuk ke dalam kuadran D.

Tabel 19 Atribut-atribut kualitas jasa dalam kuadran berlebihan

No Atribut-Atribut Kualitas Jasa

Diploma Sarjana Pacasarjana

1 Kerapihan pegawai administrasi Kerapihan pegawai administrasi Kerapihan pegawai administrasi 2

Dosen memberikan tugas yang mendukung materi perkuliahan

Dosen memberikan tugas yang mendukung materi perkuliahan

Areal Parkir

3 Masa pendidikan terkontrol oleh dosen

Kemampuan pegawai administrasi dalam bekerja

Kemampuan pegawai administrasi dalam bekerja

4 - Masa pendidikan terkontrol

oleh dosen

Masa pendidikan terkontrol oleh dosen

5.4 Customer Satisfaction Index

Alat analisis customer Satisfaction Index dapat mengukur tingkat kepuasan pelanggan IPB secara keseluruhan. Tingkat kepuasan ini dihitung berdasarkan nilai rataan total dari tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Secara lengkap,

(26)

hasil analisis tingkat kepuasan ini dapat dilihat pada Lampiran 11, Lampiran 12, dan Lampiran 13.

Tingkat kepuasan mahasiswa secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan sebagai berikut :

a. 0,81 – 1,00 = Sangat Puas b. 0,66 – 0,80 = Puas

c. 0,51 – 0,65 = Cukup Puas d. 0,35 – 0,50 = Kurang Puas e. 0,00 – 0,34 = Tidak Puas

Dari perhitungan yang didapat pada Lampiran 11, diperoleh hasil Customer

Satisfaction Index (CSI) untuk atribut kualitas pelayanan Program Diploma IPB

sebesar 0,70, Nilai tersebut berada pada selang 0,66 – 0,80. Skor ini mengidentifikasikan bahwa secara umum mahasiswa Program Diploma merasa puas terhadap atribut pelayanan Program Diploma IPB. Hasil CSI untuk atribut kualitas pelayanan Program Sarjana diperoleh sebesar 0,63 nilai tersebut berada pada selang 0,51 – 0,65. Skor ini mengidentifikasikan bahwa secara umum mahasiswa Program Sarjana merasa cukup puas terhadap atribut pelayanan Program Sarjana IPB. Sedangkan untuk CSI Program Pascasarjana didapat sebesar 0,67 nilai tersebut berada pada selang 0,66 – 0,80. Dapat teridentifikasikan bahawa secara umum mahasiswa Program Pascasarjana merasa puas terhadap atribut pelayanan Program Pascasarjana IPB. Sebagai salah satu lima perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan demi menunjang IPB menjadi salah satu world class university, diharapkan IPB dapat lebih meningkatkan kinerja pelayananannya baik secara akademik maupun adminstrasi dan dapat menyediakan fasilitas penunjang secara optimal.

5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel dikatakan memiliki validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya jika memiliki nilai-t muatan faktor lebih besar dari 1,96 (Wijanto, 2008). Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk latennya. Pada SEM, reliabilitas model pengukuran menggunakan composit reliability measure

(27)

(reliabilitas komposit) dan variance extracted measure (ekstrak varian). Hair et

all (1998) dalam Wijanto (2008) menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai

reliabilitas yang baik jika nilai reliabilitas kompositnya lebih besar atau sama dengan 0,70 dan nilai ekstrak variannya lebih besar atau sama dengan 0,50.

Model pengukuran untuk kosntruk tangible, reliability, responsiveness,

assurance, empathy, kepuasan, kinerja dan kepercayaan terdiri dari satu tingkat

sehingga digunakan model pengukuran first order confirmatory analysis (1stCFA). Tingkat pertama (1stCFA) adalah sebuah CFA yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel teramati sebagai indikator-indikator dari variabel terkait (Wijanto, 2008). Model estimasi yang digunakan dalam CFA adalah wighted least square (WLS). WLS memerlukan minimal 10 mahasiswa untuk setiap variabel teramati. Model penelitian ini mempunyai 33 variabel teramati, maka minimal 330 mahasiswa yang diperlukan.

(28)

Gambar 14 Nilai-t muatan faktor tangible, reliability,

responsiveness, assurance,dan empathy terhadap

(29)

Gambar 15 Faktor muatan standar tangible, reliability,

responsiveness, assurance,dan empathy terhadap

(30)

5.5.1 Konstruk Tangible

Model CFA pada konstruk tangible terdiri dari 7 indikator yaitu kenyamanan ruangan kuliah (X1), fasilitas ruangan kuliah (X2), kebersihan ruang kuliah (X3), kebersihan kamar mandi (X4), kerapihan ruang kuliah (X5), kerapihan pegawai administrasi (X6), dan areal parkir (X7). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Suatu variabel dikatakan memiliki validitas yang baik jika nilai-t muatan faktor lebih besar sama dengan dari nilai kritis 1,96. Nilai-t muatan faktor CFA tangible dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh konstruk tangible adalah baik dan semua indikator merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk tangible dapat dilihat pada Gambar 15.

Pengukuran reliabilitas model CFA dapat dihitung dengan menggunakan

composite reliability measure (CR) dan variance extracted measure (VE).

Perhitungan CR konstruk tangible sebagai berikut :

... (10)

Sedangkan untuk ekstrak varian konstruk tangible sebagai berikut :

... (11)

Validitas dan reliabilitas konstruk tangible dapat dilihat pada Tabel 20. Reliabilitas model yang baik jika nilai CR ≥ 0,70 dan nilai VE ≥ 0,50. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 20 adalah 0,90 lebih besar dari 0,70 dan nilai koefisien VE 0,58 lebih besar dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 58% ekstrak dapat mewakili konstruk.

(31)

Tabel 20 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA tangible Variabel Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA X1 18,46 validitas baik X2 20,65 validitas baik X3 23,30 validitas baik X4 19,29 validitas baik X5 20,48 validitas baik X6 14,30 validitas baik X7 13,32 validitas baik

Tangible 0,90 0,58 reliabilitas baik

5.5.2 Konstruk Reliability

Model CFA pada konstruk reliability terdiri dari 4 indikator yaitu dosen memberikan tugas yang mendukung materi perkuliahan (X8), dosen memberikan metode pembelajaran yang up to date (X9), pemberian informasi jadwal perkuliahan secara akurat (X10), dan pemberian informasi nilai, IP, IPK secara akurat dan tepat waktu (X11

Variabel

). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Nilai-t muatan faktor CFA reliability dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh konstruk reliability adalah baik dan semua indikator merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk reliability dapat dilihat pada Gambar 15.

Tabel 21 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA reliability

Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA X8 14,27 validitas baik X9 19,70 validitas baik X10 18,01 validitas baik X11 16,92 validitas baik

Reliability 0,81 0,53 reliabilitas baik

Validitas dan reliabilitas konstruk reliability dapat dilihat pada Tabel 21. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 14 adalah 0,81 lebih besar dari

(32)

0,70 dan nilai koefisien VE 0,53 lebih besar dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 53% ekstrak dapat mewakili konstruk.

5.5.3 Konstruk Responsiveness

Model CFA pada konstruk responsiveness terdiri dari 4 indikator yaitu kesigapan satuan pengamanan (X12), pegawai administrasi cepat dan tanggap melayani mahasiswa (X13), kesigapan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa (X14), dan kesigapan pembimbing dalam melayani mahasiswa (X15

Variabel

). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Nilai-t muatan faktor CFA responsiveness dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh konstruk responsiveness adalah baik dan semua indikator merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk responsiveness dapat dilihat pada Gambar 15.

Tabel 22 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA responsiveness

Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA X12 13,94 validitas baik X13 15,30 validitas baik X14 15,41 validitas baik X15 14,57 validitas baik

Responsiveness 0,76 0,45 reliabilitas baik

Validitas dan reliabilitas konstruk responsiveness dapat dilihat pada Tabel 22. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 22 adalah 0,76 lebih besar dari 0,70 dan nilai koefisien VE 0,45 lebih kecil dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 45% ekstrak dapat mewakili konstruk.

5.5.4 Konstruk Assurance

Model CFA pada konstruk assurance terdiri dari 7 indikator yaitu kemampuan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan (X16), kemampuan pegawai administrasi dalam bekerja (X17), sikap para pegawai administrasi dalam bekerja (X18), jaminan pemberian nilai ujian (UTS dan UAS) tepat waktu (X19),

(33)

pemberian ujian perbaikan yang tepat waktu (X20), ketepatan dosen mengajar di kelas (X21), dan ketepatan dalam disiplin perkuliahan (X22

Variabel

). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Nilai-t muatan faktor CFA assurance dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh konstruk assurance adalah baik dan semua indikator merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk assurance dapat dilihat pada Gambar 15.

Tabel 23 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA assurance

Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA X16 21,68 validitas baik X17 20,26 validitas baik X18 16,82 validitas baik X19 17,55 validitas baik X20 18,14 validitas baik X21 19,30 validitas baik X22 18,37 validitas baik

Assurance 0,90 0,58 reliabilitas baik

Validitas dan reliabilitas konstruk assurance dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 23 adalah 0,90 lebih besar dari 0,70 dan nilai koefisien VE 0,58 lebih besar dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 58% ekstrak dapat mewakili konstruk.

5.5.5 Konstruk Empathy

Model CFA pada konstruk empathy terdiri dari 4 indikator yaitu pelayanan konsultasi dari dosen (X23), masa pendidikan terkontrol oleh dosen (X24), media penyampaian saran, kritik atau keluhan (X25), dan perhatian dan kesugguhan pegawai administrasi dalam melayani mahasiswa (X26). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Nilai-t muatan faktor CFA empathy dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh konstruk empathy adalah baik dan semua indikator merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk empathy dapat dilihat pada Gambar 15.

(34)

Tabel 24 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA empathy Variabel Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA X23 16,66 validitas baik X24 19,83 validitas baik X25 17,23 validitas baik X26 16,05 validitas baik

Empathy 0,85 0,59 reliabilitas baik

Validitas dan reliabilitas konstruk empathy dapat dilihat pada Tabel 24. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 24 adalah 0,85 lebih besar dari 0,70 dan nilai koefisien VE 0,59 lebih besar dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 59% ekstrak dapat mewakili konstruk.

5.5.6 Konstruk Kepuasaan Mahasiswa

Model CFA pada konstruk kepuasan terdiri dari 4 indikator yaitu contoh dan ilustrasi yang baik (Y1), metode pembelajaran (Y2), dosen-dosen terbaik (Y3), dan kepuasan keseluruhan (Y4

Variabel

). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Nilai-t muatan faktor CFA kepuasan dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh konstruk kepuasan adalah baik dan semua indikator merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk kepuasan dapat dilihat pada Gambar 15.

Tabel 25 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA kepuasan mahasiswa

Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA Y1 ** validitas baik Y2 16,83 validitas baik Y3 12,81 validitas baik Y4 12,91 validitas baik

Kepuasan 0,84 0,58 reliabilitas baik

Keterangan :

** = ditetapkan secara default oleh LISREL, nilai-t tidak di estimasi. Target nilai t ≥ 2

Validitas dan reliabilitas konstruk kepuasan dapat dilihat pada Tabel 25. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 25 adalah 0,84 lebih besar dari

(35)

0,70 dan nilai koefisien VE 0,58 lebih besar dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 58% ekstrak dapat mewakili konstruk.

5.5.7 Konstruk Kinerja Mahasiswa

Model CFA pada konstruk kinerja terdiri dari 1 indikator yaitu IPK mahasiswa (Y5

Variabel

). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Nilai-t muatan faktor CFA kinerja dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas konstruk kinerja adalah baik dan indikatornya merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk kinerja dapat dilihat pada Gambar 15.

Tabel 26 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA kinerja mahasiswa

Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA Y5 ** validitas baik

Kinerja 1 1 reliabilitas baik

Keterangan :

** = ditetapkan secara default oleh LISREL, nilai-t tidak di estimasi. Target nilai t ≥ 2

Validitas dan reliabilitas konstruk kinerja dapat dilihat pada Tabel 26. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 26 adalah 1 lebih besar dari 0,70 dan nilai koefisien VE 1 lebih besar dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 100% ekstrak dapat mewakili konstruk.

5.5.8 Konstruk Kepercayaan Mahasiswa

Model CFA pada konstruk kepercayaan awal terdiri dari 4 indikator, setelah melalui uji validitas hasil yang diperoleh adalah 2 variabel teramati yang valid yaitu kemampuan staf pengajar IPB (Y6) dan merekomendasikan IPB ke orang lain (Y7). Validitas model pengukuran dilakukan dengan melihat nilai-t muatan faktor. Nilai-t muatan faktor CFA kepercayaan dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh konstruk kepercayaan adalah baik dan semua indikator merupakan refleksi dari konstruk latennya. Nilai muatan faktor standar konstruk kepercayaan dapat dilihat pada Gambar 15.

(36)

Tabel 27 Daftar validitas dan reliabilitas model CFA kepercayaan mahasiswa Variabel Nilai-t (≥1,96) Reliabilitas Keterangan CR ≥ 0,70 VE ≥ 0,50 CFA Y6 ** validitas baik Y7 10,84 validitas baik

Kepercayaan 0,72 0,56 reliabilitas baik

Keterangan :

** = ditetapkan secara default oleh LISREL, nilai-t tidak di estimasi. Target nilai t ≥ 2

Validitas dan reliabilitas konstruk kepercayaan dapat dilihat pada Tabel 27. Nilai koefisien CR yang dihasilkan pada Tabel 27 adalah 0,72 lebih besar dari 0,70 dan nilai koefisien VE 0,56 lebih besar dari 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut sudah reliabel dan 56% ekstrak dapat mewakili konstruk.

5.6 Pengaruh Variabel Tangible, Reliability, Responsiveness Assurance,

Empathy terhadap Kepuasan, Kinerja, dan Kepercayaan Mahasiswa

Pada hasil first order confirmatory factor anaylsis (CFA), dapat diketahui bahwa semua variabel teramati tangible, reliability, responsiveness assurance,

empathy, kepuasan, kinerja, dan kepercayaan merupakan alat ukur yang andal dan

tepat untuk mengukur variabel-variabel tersebut. Lintasan diagram serta nilai-t muatan model struktural SEM pengaruh tangible, reliability, responsiveness

assurance, empathy terhadap kepuasan, kinerja, dan kepercayaan mahasiswa

dapat dilihat pada Gambar 14.

Dalam mengidentifikasikan suatu model sehingga dapat dikatakan baik dan benar, maka dilakukan beberapa analisis terhadap nilai-nilai yang terdapat pada model. Ukuran kecocokan absolut menentukan derajat predikasi model keseluruhan (model struktural dan pengukuran). Model dapat dikatakan baik dan sah, jika memenuhi ukuran kecocokan absolut dan inkremental dalam Tabel 28.

(37)

Tabel 28 Parameter dan hasil uji kecocokan keseluruhan model analisis SEM Ukuran

GOF

Target Tingkat

Kecocokan Hasil Estimasi Tingkat Kecocokan Chi-Square

P

Nilai yang kecil p ≥ 0,05 X2 Close fit = 750,94 p = 0,00 NCP Interval

Nilai yang kecil Interval yang sempit

390,94

(316,18 – 473,46) Baik (good fit) RMSEA

p (close fit)

RMSEA < 0,05

p ≥ 0,05 0,049 p = 0,68 Close fit

ECVI Nilai yang kecil dan dekat

dengan ECVI saturated

M* = 2,50 S* = 2,43 I*

Baik (good fit) = 86,42

AIC Nilai yang kecil dan dekat

dengan AIC saturated

M* = 1152,94 S* = 1122,00 I*

Baik (good fit) = 39837,33

CAIC Nilai yang kecil dan dekat

dengan CAIC saturated

M* = 2185,19 S* = 4003,05 I*

Baik (good fit) = 40006,80

NFI NFI ≥ 0,90 0,98 Baik (good fit)

NNFI NNFI ≥ 0,90 0,98 Baik (good fit)

CFI CFI ≥ 0,90 0,99 Baik (good fit)

IFI IFI ≥ 0,90 0,99 Baik (good fit)

RFI RFI ≥ 0,90 0,97 Baik (good fit)

CN CN ≥ 200 247,53 Baik (good fit)

RMR Standardized RMR ≤ 0,05 0,051 Marginal fit

GFI GFI ≥ 0,90 0,91 Baik (good fit)

AGFI AGFI ≥ 0,90 0,86 Marginal fit

Keterangan:

*M = Model; S = Saturated; I = Independence

Dari Tabel 28 bisa dilihat bahwa ada empat ukuran goodness of fit (GOF) yang menunjukkan kecocokan yang kurang baik dan sebelas ukuran GOF menunjukkan kecocokan yang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dibangun berdasarkan model teori sudah dapat diterima atau sesuai (close

(38)

goodness of fit dan cut of value. Sehingga dapat disimpulkan model sesuai

dengan data empiris dan model tersebut dapat diterima.

Secara keseluruhan model Sem dari Gambar 14 dan Gambar 15 memberikan bukti hipotesis pengaruh tangible, reliability, responsiveness

assurance, empathy terhadap kepuasan, kinerja, dan kepercayaan mahasiswa.

Hubungan kedelapan variabel laten tersebut dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Nilai faktor muatan standar dan nilai-t muatan faktor hubungan tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy

terhadap kepuasan, kinerja, dan kepercayaan mahasiswa

Gambar 16 menunjukkan bahwa dimensi reliability dan assurance signifikan dalam meningkatkan kepuasan mahasiswa berdasarkan nilai-t muatan lebih besar dari 1,96. Pengaruh kepuasan mahasiswa dalam meningkatkan kepercayaan mahasiswa signifikan. Pengaruh dimensi tangible, responsiveness, dan empathy tidak signifikan dalam meningkatkan kepuasan mahasiswa, sedangkan kepuasan mahasiswa tidak signifikan dalam meningkatkan kinerja mahasiswa karena nilai-t muatannya lebih kecil dari 1,96. Hasil dari evaluasi Gambar 16 dirangkum pada Tabel 29 ditambah dengan asumsi hipotesis-hipotesis dari model penelitian.

Tangible Responsivenes Reliability Assurance Empathy Kepuasan Kinerja Kepercayaan 0,10 t = 0,97 0,31 t = 1,97 -0,40 t = -0,91 0,50 t = 2,23 0,27 t = 1,69 0,08 t = 1,54 0,72 t = 10,69

(39)

Tabel 29 Evaluasi koefisien model struktural dan kaitannya dengan hipotesis penelitian

Hipotesis Path Standardized Loading Factor

Nilai-t muatan

≥ 1,96 Kesimpulan

1 Tangible  Kepuasan 0,10 0,97 Tidak signifikan

(hipotesis ditolak)

2 Reliability  Kepuasan 0,31 1,97 Signifikan

(hipotesis diterima)

3 Responsiveness 

Kepuasan -0,40 -0,91

Tidak signifikan (hipotesis ditolak)

4 Assurance  Kepuasan 0,50 2,23 Signifikan

(hipotesis diterima)

5 Empathy  Kepuasan 0,27 1,69 Tidak signifikan

(hipotesis ditolak)

6 Kepuasan  Kinerja 0,08 1,54 Tidak signifikan

(hipotesis ditolak)

7 Kepuasan  Kepercayaan 0,72 10,69 Signifikan

(hipotesis diterima)

5.6.1 Pengaruh Tangible terhadap Kepuasan Mahasiswa

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Giantari (2008). Giantari mengatakan bahwa tangible berpengaruh secara signifikan dan positif serta meningkatkan kepuasan mahasiswa. Semakin baik dimensi tangible akan meningkatkan dan membangun kepuasan mahasiswa. Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa hubungan tangible terhadap kepuasan mahasiswa memiliki nilai-t muatan sebesar 0,97. Nilai ini lebih kecil dari 1,96 yang berarti pengaruh tangible terhadap kepuasan mahasiswa tidak signifikan. Pengaruh

tangible yang tidak signifikan terhadap kepuasan mahasiswa berarti ada atau

tidaknya dimensi tangible tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kepuasan mahasiswa. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh model yang dibangun oleh peneliti berbeda dalam pengaruh terhadap kepuasan mahasiswa dan karakteristik universitas yang diteliti juga berbeda. Penelitian ini dilakukan pada IPB yang tentunya memiliki karakteristik berbeda dengan universitas yang Giantari jadikan objek penelitian. Selain itu, ada faktor lain yaitu dimensi

tangible tidak berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa relatif disebabkan

penampilan fisik seperti kenyamanan ruangan kuliah, fasilitas ruangan kuliah, kebersihan ruang kuliah, kebersihan kamar mandi, kerapihan ruang kuliah, kerapihan pegawai administrasi, dan areal parkir belum berpengaruh secara

(40)

langsung untuk mendorong mahasiswa merasa puas akan kualitas pelayanan yang sudah ada.

5.6.2 Pengaruh Reliability terhadap Kepuasan Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi reliability berpengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa. Hal ini ditunjukan nilai t-muatan dari hubungan dimensi reliability terhadap kepuasan mahasiswa adalah 1,97, nilai ini lebih besar dari 1,96 yang menunjukkan bahwa hubungan tersebut adalah signifikan. Mahasiswa merasa telah mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan sehingga dapat tercipta rasa kepuasan dalam diri mahasiswa tersebut. Pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan memberikan pengaruh terhadap kepuasan yang didapatkan oleh mahasiswa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Giantari (2008) bahwa dimensi reliability mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan mahasiswa. Hal tersebut mencermikan dukungan yang diberikan universitas terhadap mahasiswanya. Jika mahasiswa semakin puas terhadap dimensi reliability maka akan dapat meningkatkan rasa puas dalam diri mahasiswa, oleh karena itu atribut yang termasuk dalam dimensi reliability (dosen memberikan tugas yang mendukung materi perkuliahan, dosen memberikan metode pembelajaran yang up to date, pemberian informasi jadwal perkuliahan secara akurat, dan pemberian informasi nilai, IP, IPK secara akurat dan tepat waktu) kinerjanya agar lebih ditingkatkan.

5.6.3 Pengaruh Responsiveness terhadap Kepuasan Mahasiswa

Berdasarkan model path struktural diperoleh pengaruh responsiveness yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini berarti ada atau tidak adanya dimensi

responsiveness tidak memberikan pengaruh apapun ke kepuasan mahasiswa.

Hubungan variabel ini memiliki nilai t-muatan sebesar -0,91. Nilai ini lebih kecil dari 1,96 yang berarti pengaruh responsiveness terhadap kepuasan mahasiswa tidak signifikan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Giantari (2008). Giantari mengatakan bahwa responsiveness berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh model yang dibangun oleh peneliti berbeda dalam pengaruh terhadap kepuasan mahasiswa dan karakteristik universitas yang

(41)

diteliti juga berbeda. Penelitian ini dilakukan pada IPB yang tentunya memiliki karakteristik berbeda dengan universitas yang Giantari jadikan objek penelitian. Selain itu, ada faktor lain yaitu dimensi responsiveness tidak berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa relatif disebabkan pelayanan yang cepat tanggap dari staf (baik karyawan administrasi ataupun dosen) belum berpengaruh secara langsung untuk mendorong mahasiswa merasa puas.

5.6.4 Pengaruh Assurance terhadap Kepuasan Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi assurance berpengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa. Nilai t-muatan dari hubungan dimensi assurance terhadap kepuasan mahasiswa adalah 2,23, nilai ini lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut adalah signifikan. Mahasiswa merasa telah mendapatkan jaminan dalam proses kegiatan akademik maupun administrasi. Jaminan dalam proses akademik maupun administrasi (misalnya, kemampuan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan, kemampuan pegawai administrasi dalam bekerja, sikap para pegawai administrasi dalam bekerja, jaminan pemberian nilai ujian (UTS dan UAS) tepat waktu, pemberian ujian perbaikan yang tepat waktu, ketepatan dosen mengajar di kelas, dan ketepatan dalam disiplin perkuliahan) ternyata ada pengaruhnya terhadap kepuasan mahasiswa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Giantari (2008) bahwa dimensi assurance mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Hal tersebut mencermikan dukungan yang diberikan staf (baik dosen maupun staf administrasi) terhadap mahasiswanya. Jika mahasiswa semakin puas terhadap dimensi assurance maka akan dapat meningkatkan rasa puas dalam diri mahasiswa, oleh karena itu atribut yang termasuk dalam dimensi

assurance kinerjanya agar lebih ditingkatkan.

5.6.5 Pengaruh Empathy terhadap Kepuasan Mahasiswa

Berdasarkan model path struktural diperoleh pengaruh empathy yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini berarti ada atau tidak adanya dimensi

empathy tidak memberikan pengaruh apapun ke kepuasan mahasiswa. Nilai

t-muatan dari hubungan dimensi empathy terhadap kepuasan mahasiswa adalah 1,69. Nilai ini lebih kecil dari 1,96 yang berarti pengaruh empathy terhadap

(42)

kepuasan mahasiswa tidak signifikan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Giantari (2008). Giantari mengatakan bahwa empathy berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh model yang dibangun oleh peneliti berbeda dalam pengaruh terhadap kepuasan mahasiswa dan karakteristik universitas yang diteliti juga berbeda. Penelitian ini dilakukan pada IPB yang tentunya memiliki karakteristik berbeda dengan universitas yang Giantari jadikan objek penelitian. Selain itu, ada faktor lain yaitu dimensi empathy tidak berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa relatif disebabkan kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan belum berpengaruh secara langsung untuk mendorong mahasiswa merasa puas.

5.6.6 Pengaruh Kepuasaan Mahasiswa terhadap Kinerja Mahasiswa

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Guan et al (2006). Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa hubungan kepuasan terhadap kinerja mahasiswa memiliki nilai-t muatan sebesar 1,54, nilai ini lebih kecil dari 1,96 yang berarti pengaruh kepuasan terhadap kinerja mahasiswa tidak signifikan. Guan mengatakan bahwa beberapa faktor melibatkan tentang kepuasan, mahasiswa dengan ketertarikan yang lebih kepada jurusannnya, akan lebih memilih aktifitas-aktifitas yang menantang, lebih menikmati perkuliahan, menunjukkan usaha yang lebih, menggunakan strategi-strategi belajar yang lebih dan memiliki penerangan kepada diri sendiri tentang kemampuannya, sehingga tidak mengagetkan apabila pada akhirnya mereka mendapatkan nilai yang lebih baik pada kinerja akademiknya. Apabila mahasiswa semakin merasa puas maka kinerja mahasiswa juga akan semakin meniningkat. Pengaruh kepuasan yang tidak signifikan terhadap kinerja mahasiswa berarti ada atau tidaknya dimensi kepuasan tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kinerja mahasiswa. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh model yang dibangun oleh peneliti berbeda dalam pengaruh terhadap kinerja mahasiswa dan karakteristik universitas yang diteliti juga berbeda. Penelitian ini dilakukan pada IPB yang tentunya memiliki karakteristik berbeda dengan universitas yang Guan jadikan

(43)

objek penelitian. Selain itu, mahasiswa merasa kepuasan akan kualitas pelayanan belum berpengaruh secara langsung terhadap kinerja mereka.

5.6.7 Pengaruh Kepuasan Mahasiswa terhadap Kepercayaan Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan berpengaruh positif terhadap kepercayaan mahasiswa. Nilai t-muatan dari hubungan dimensi kepuasan terhadap kepercayaan mahasiswa adalah 10,69, nilai ini lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut adalah signifikan. Hal ini seperti yang diungkapkan Suki et al (2008), bahwa kepuasan mahasiswa mempengaruhi secara langsung kepercayaan mahasiswa. Hal tersebut dapat ditimbulkan ketika mahasiswa merasa percaya akan kemampuan dosen dalam melakukan KBM dan dicerminkan adanya keinginan mahasiswa untuk merekomendasikan IPB ke orang lain. Jika mahasiswa sudah merasa puas maka akan dapat meningkatkan rasa percaya ke alamamaternya, oleh karena itu atribut yang dapat mendorong ke kepuasan agar lebih ditingkatkan.

5.7 Konstruk Tangible

Gambar 15 (path diagram basic-standardized solution) menunjukkan muatan faktor standar konstruk tangible. Secara berurutan dari muatan faktor yang terbesar ke yang terkecil, indikator pembentuk tangible adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 30. Nilai muatan faktor standar yang terbesar sampai terkecil berdasarkan Tabel 30 adalah variabel kebersihan ruangan kuliah, fasilitas ruang kuliah, kerapihan ruang kuliah, kebersihan kamar mandi, kerapihan pegawai administrasi, dan areal parkir. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel kebersihan ruang kuliah mempunyai pengaruh paling besar terhadap dimensi tangible.

Tabel 30 Nilai faktor muatan standar tangible

Variabel Tangible Nilai

X3 Kebersihan ruangan kuliah 0,88

X2 Fasilitas ruang kuliah 0,82

X5 Kerapihan ruang kuliah 0,82

X1 Kenyamanan ruang kuliah 0,79

X4 Kebersihan kamar mandi 0,77

X6 Kerapihan pegawai administrasi 0.62

Gambar

Tabel 9 Kepemimpinan IPB
Gambar 8 Presentase karakteristik mahasiswa berdasarkan jenis kelamin  5.1.2 Usia Saat Masuk
Gambar 10 Presentase karakteristik mahasiswa berdasarkan status bekerja
Gambar 11 Presentase karakteristik mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaaan  5.1.5 Sumber Biaya Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi ketuntasan belajar pada siklus III adalah 100% yaitu sebanyak 30 orang siswa sudah tuntas mencapai nilai KKM 77 yang ditetapkan Untuk melihat lebih jelas

Adanya perbedaan tersebut, manusia harus saling mengakuinya dan berhak memberikan nilai demokrasi/kebebasan terkhusus dalam memilih pendapat dan agama, Allah memerintahkan

Penilaian tingkat kesehatan untuk tahun 2014 yaitu berada dalam kategori “SEHAT” dengan predikat “AA” yang disebabkan nilai rasio Total Modal Sendiri terhadap Total

Analisa hasil dalam penelitian ini yang telah dianalisis diambil dari data hasil evaluasi tes yang diperoleh dari sampel penelitian. Hasil penelitian ini dikaitkan pada

1 Gagal hati akut dikatakan hepatitis fulminan (necrosis hepar massif) apabila gejala ensefalopati hepatic muncul dalam masa kurang dari 8 minggu pada pasien tanpa penyakit

2. Suatu bintang dikatakan sirkumpolar jika bintang itu tidak pernah terbit maupun terbenam. Miaplacidus, Alkalurops, dan Rastaban C. Alkalurops, Brachium, dan Wezen D. Sebuah

Untuk itu dalam pengambilan frekuensi dengan spektrogram dalam laras yang sama dengan vokalis yang berbeda, terdapat frekuensi yang tidak

Artinya kita dapat melihat perubahan yang terjadi pada media komunikasi dimana awalnya khalayak sering menggunakan media komunikasi seperti televisi, rasio, dan