• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI MUSIK DENGAN LIRIK LAGU UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (AUTIS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERAPI MUSIK DENGAN LIRIK LAGU UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (AUTIS)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI MUSIK DENGAN LIRIK LAGU

UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (AUTIS)

Diah Uswatun Nurhayati

Setiap anak berhak menikmati masa indah dengan perasaan nyaman dan aman. Kasih sayang dan perhatian dari orang tua, saudara, teman sebaya, maupun lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Begitu juga hendaknya pada anak-anak autis. Seperti diketahui, pada umumnya anak penyandang autis memiliki keterbatasan kemampuan dalam hal komunikasi, pola perilaku, dan interaksi sosial, karena itu perlu penaganan khusus pada tahap perkembangannya, agar mereka dapat menjalani kehidupan layaknya anak-anak yang lain. Penyebab autis sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun demikian, beberapa penelitian di Jepang, Australia, dan sejumlah negara maju lainnya, menyatakan bahwa faktor genetik memiliki keterkaitan. Menurut Dr. Lucy Pou K.H., director professional services Indonesia Centre for Autism Resource and Expertise (Indo Care), anak autis membutuhkan perhatian sejak dari awal, tidak hanya dari orang tua dan keluarga, melainkan juga lingkungan sekitarnya. Penanganannyapun dilakukan dengan segera seperti keterampilan dasar, pendampingan, pendidikan khusus dansebagainya.

Autisme berasal dari bahasa Yunani auto yang berarti ‘sendiri’, anak autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri, mereka tidak merespon terhadap kontak sosial dan lebih senang menyendiri. Walaupun penderita autisme sudah ada sejak dahulu, istilah autisme baru diperkenalkan oleh Lee Kenner pada tahun 1943. Autisme adalah gangguan

(2)

dalam perkembangan neurologis berat yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain di sekitarnya secara wajar. Anak autisme mengalami gangguan yang menetap pada pola interaksi sosial, komunikasi yang menyimpang dan pola tingkah laku yang terbatas. Pada umumnya anak dengan gangguan autisme ini mempunyai fungsi dibawah rata-rata. Penyebab gangguan autisme adalah adanya pengaruh psikogenik sebagai penyebab terjadinya gangguan autisme seperti orangtua yang emosional, kaku, dan obsesif dalam mengasuh anak mereka. Anak autis mengalami gangguan perkembangan seperti gangguan pada kemampuan interaksi sosial, gangguan pada kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, gangguan pada kemampuan perilaku dan minat. Perilaku merupakan segala sesuatu yang diekspresikan melalui perkataan dan perbuatan. Banyak perilaku autisme yang berbeda dari perilaku normal, disatu sisi ada perilaku yang berlebihan, namun disisi lain ada perilaku yang kurang.

Terapi Autisme

Terapi autisme adalah penatalaksanaan anak dengan gangguan autisme secara terstruktur dan berkesinambungan untuk mengurangi masalah perilaku dan untuk meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan anak, sesuai atau paling tidak mendekati anak seusianya yang meliputi: (a) terapi perilaku berupa Applied Behaviour Analysis; (b) terapi biomedik (medikamentosa); (c) terapi tambahan lain yaitu, terapi wicara, terapi sensori integration, terapi musik, terapi diet, dansebagainya. Adapun tujuan dari terapi autisme adalah mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar serta meningkatkan perkembangan anak agar sesuai atau paling tidak mendekati anak seusianya.

a. Terapi Perilaku

Terapi perilaku didasarkan atas proses belajar dan mempunyai tujuan mengubah perilaku yang tidak diinginkan menjadi perilaku yang diinginkan. Pada umumnya terapi perilaku ini ditujukan untuk dua hal yaitu : (1) mengurangi atau menghilangkan perilaku yang berlebihan (mengamuk, agresif, melukai diri sendiri, teriak-teriak, hiperaktif tanpa

(3)

tujuan dan perilaku lain yang tidak bermanfaat); (2) akan memunculkan perilaku yang masih berkekurangan yaitu: belum dapat bicara, belum merespon bjika diajak bicara, kontak mata yang kurang, tidak punya inisiatif, tidak dapat berinteraksi wajar dengan lingkungannya/kurang mampu bersosialisasi. Beberapa tempat terapi di Indonesia, umumnya dilakukan terapi perilaku yang menggabungkan berbagai metode menjadi suatu ramuan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kasus anak.

b. Terapi Biomedik

Terapi biomedik meliputi: (1) pemberian obat-obatan (sesuai dengan gejala-gejala klinis/hasil laboratorium yang ditemukan). Dapat diberikan: psikotropika, antibiotik, anti jamur, anti virus, anti parasit; (2) pengaturan diet tanpa pengawet, tanpa pewarna buatan, pengaturan makanan dengan cara eliminasi sementara dan rotasi;(3) pemberian enzim pencernaan; (4) pemberian vitamin dan mineral; (5) asupan lain, misalnya asam lemak esensial, asam amino, antioksidan, probiotik, dsb; (6) perbaikan fungsi imunologi, sesuai dengan gangguannya; (7) chelation (pengeluaran logam berat).

c. Terapi Tambahan Lain (terapi musik)

Terapi tambahan yang dimaksud adalah terapi sensori integrasi, terapi musik, terapi wicara, terapi okupasi, terapi seni, terapi relaksasi, akupuntur, dansebaginya. Pemilihan jenis terapi tambahan yang diperlukan untuk masing-masing anak harus dipertimbangkan dengan seksama melihat dari gejala klinis yang menonjol serta target yang ingin dicapai. Terapi yang akan dilakukan di sini adalah terapi musik. Seperti diketahui bahwa terapi musik adalah merupakan salah satu dari program rehabilitasi untuk pengembangan keterampilan yang dilaksanakan terhadap seseorang (anak). Sebagai kekuatan musik dalam membangun terapi autis, akan ditunjukkan oleh penelitian Dr. Alfred Tomatis, peletak dasar teori terapi musik dalam daya kreatif dan penyembuhan oleh suara dan musik pada umumnya. Sebagai orang pertama yang memahami fisiologi yang membedakan antara mendengarkan (listening) dan mendengarkan (hearing), Alfred Tomatis menciptakan model tentang pertumbuhan telinga dan perkembangannya dengan meninjau cara kerja sistem vestibular atau

(4)

kemampuan untuk memberikan keseimbangan dan mengatur gerakan otot-otot internal. Karena itu, musik diyakini mampu menghibur jiwa, membangkitkan semangat serta menjernihkan pikiran dan mampu mengusir kesedihan.

Manfaat dari terapi musik:

Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan Mampu memperlambat dan menyeimbangkan gelombang dalam otak Mempengaruhi pernafasan

Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah manusia

Dapat mengurangi ketegangan otot dan pemperbaiki gerak dan koordinasi tubuh Dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia

Dapat meningkatkan endorfin

Dapat mengatur hormon (hubungannya dengan stress) Mengubah persepsi tentang ruang dan waktu

Dapat memperkuat memori dan kemampuan akademik Dapat merangsang pencernaan

Dapat meningkatkan daya tahan tubuh manusia

Dapat meningkatkan penerimaan secara tak sadar terhadap simbolisme Dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera

Dapat mengurangi rasa sakit

Selain yang sudah disebutkan di atas, musik juga merangsang perkembangan belahan otak kiri dan kanan. Musik dalam kekuatan alaminya memperbaiki proses komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Selain itu, meningkatkan kemandirian dalam berbicara, berbahasa, kemampuan fisik, sosial, mengambil sikap dan mandiri serta pengekspresian diri. Anak autis mengalami hambatan di dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial. Melihat pengaruh musik menyeimbangkan perkembangan belahan kiri dan kanan otak, maka terapi musik memberikan anak-anak autis suatu jalan untuk mampu mengekspresikan dirinya.

(5)

Terapi musik Vokal bagi penderita autis

Terapi musik pada penderita autis membawa anak ke dalam situasi yang menenangkan yang memberikannya kesempatan mengembangkan dan mempersiapkan diri mempelajari hal lain. Terapi ini menjadi produktif karena lebih mengarah ke suatu bentuk bermain yang rileks serta dapat mengurangi stress. Berikut ini lagu-lagu yang sudah sering dikenal anak, dinyanyikan dan diharapkan dapat menyenangkan bagi anak autis. Menggunakan iringan sederhana seperti gitar, pianika atau alat perkusi seperti: tamborin, triangle, maracas, snar drum dansebagainya. Namun demikian sebelum menyanyikan lagu yang sudah dikuasai anak, ada beberapa latihan untuk belajar vokal seperti pembentukan huruf yang dapat membantu pengucapan kata-kata anak.

Pembentukan huruf hidup

Pembentukan huruf hidup tergantung dari sikap rongga mulut terutama lidah. Huruf ‘a’: tidak semua anak dapat mengucapkan huruf ‘a’ dengan jelas, sering diucapkan ‘ou’ atau ‘eu’. Hal ini disebabkan posisi mulut yang kurang terbuka, rahang bawah tidak bergerak kebawah, lidah tertarik melengkung ke belakang. Oleh sebab itu waktu mengucapkan ‘a’ sebaiknya bibir membentuk seperti corong yang bundar dan rahang bawah dirturunkan cukup jauh. Gigi atas dan bawah tidak tertutup oleh bibir, lidah terletak pada permukaan yang rata ujungnya menyentuh gigi bawah. Hal ini akan menghasilkan bunyi ‘a’ yang lebih baik.

Latihan huruf’ a’:

1 2 3 1

Mulai menyanyikan ‘a’ dengan permulaan lembut ... lambat laun keras. Perhatikan pada akhir kata, biasanya sering diikuti dengan ‘m’ yang tidak disengaja sewaktu mulut ditutup. Untuk mengatasinya dengan memperlembut ‘a’ pada saat penutup dan menutup mulut sesudah suara ‘a’ menghilang.

(6)

Setelah melakukan latihan diatas, betapa sulitnya anak menyanyi dengan baik jika setiap saat harus mengingat semua hal tersebut satu demi satu. Karena itu diperlukan latihan-latihan untuk mendukung artikulasi dengan cermat, bukan merupakan suatu beban yang harus dipikirkan anak, tetapi menjadi kebiasaan yang dimiliki untuk mempermudah pengungkapan isi sebuah lagu.

Latihan huruf ‘i’:

1 2 3 1

Pembentukan dan pengucapan huruf ‘i’, bagian tengah dari lidah naik keatas tetapi ujungnya tetap menyentuh gigi bawah. Waktu mengucapkan ‘i’ sudut bibir ditarik ke belakang, namun dalam menyanyikan ‘i’ bibir tetap membentuk corong, jadi bibir tetap membentuk lingkaran. Untuk melihat apakah posisi bibir sudah betul, sebaiknya latihan didepan cermin dengan menyanyi ‘pagi’, ‘lagi’ dansebagainya.

Latihan huruf ‘u’:

1 2 3 1

Huruf ‘u’: pengucapan ‘u’ dengan corong bibir yang dipersempit dan dimajukan kedepan. Tetapi sebaiknya celah bibir tetap membentuk sebuah corong yang bundar. Ujung lidah menyentuh gigi bawah dan sedikit membusung di bagian belakang. Posisi rahang bawah turun secukupnya, hal ini dapat diperiksa dengan memasukkan jari diantara gigi atas dan gigi bawah. Agar mendapat sikap bibir yang baik sebaiknya dilatih dengan mengucapkan ‘guru’, ‘satu’, ‘merdu’ dansebagainya.

(7)

1 2 3 1

Untuk mendapatkan ‘e’ yang bulat, rahang bawah sedikit diturunkan sehingga tidak terlalu sempit, bibir juga tidak terlalu sempit tetapi seperti corong. Huruf ‘e’ dalam kata ‘tape’ hampir sama dengan huruf ‘i’, untuk mengatasinya dengan mewarnai ‘e’ sedikit kearah ‘i’. Huruf ‘e’ dapat dilatih dengan kata seperti ‘lele’, ‘rante’ dan sebagainya.

Latihan huruf ‘o’:

1 2 3 1

Huruf ‘o’ seperti pada kata ‘toko’ memerlukan bentuk corong bibir yang bundar, untuk posisi lidah hampir sama dengan pengucapan huruf ‘a’. Membentuk kata ‘pohon’ pengucapannya agak berbeda yaitu bentuk corong bibir diperlonjong dan sedikit dipersempit. Untuk mendapatkan sikap bibir yang baik dalam pengucapan huruf ‘o’ adalah dengan kata-kata seperti ‘bakso’, ‘sawo’, ‘mlinjo’ dan sebagainya.

Pembentukan huruf mati

Dalam menyanyikan huruf-huruf mati misalnya m, n dan ng tetap dapat terdengar . Huruf-huruf mati yang meletus seperti b, d, k, p, q, t dilatih dengan baik agar dapat menghasilkan huruf-huruf meletus. Pada l, d, t lidah juga difungsikan dengan baik. Pengucapan-pengucapan huruf mati ini memerlukan latihan khusus dan seksama, agar dapat menguasai pengucapan dengan baik.

Huruf-huruf mati membawa ungkapan khusus: - huruf ‘h’ membawa kesan megah

misalnya: ‘hiduplah tanahku hiduplah negeriku’ - huruf ‘r’ membuat kesan gembira

misalnya: ‘sorak-sorak bergembira’, - huruf ‘ng’ memberi kesan lantang:

(8)

Lagu-lagu untuk terapi musik (play CD iringan):

Kupu-kupu Kupu-kupu yang lucu kemana engkau terbang

Hilir-mudik mencari Bunga-bunga yang kembang

Berayun-ayun Pada tangkai yang lemah

Tidakkah sayapmu Merasa lelah

ular naga

Ular naga panjangnya bukan kepalang Menjalar-jalar selalu kian kemari Umpan yang lezat itulah yang dicari

Ini dianya yang terbelakang

Cicak Didinding

Cicak cicak di dinding Diam diam merayap Datang seekor nyamuk

Hap Lalu dimakan

Pelangi

Pelangi pelangi Alangkah Indahmu Merah kuning hijau Di langit yang biru

Pelukismu agung Siapa gerangan Pelangi pelangi Ciptaan Tuhan

(9)

Aku Seorang Kapiten

Aku seorang kapiten Mempunyai pedang panjang Kalau berjalan prok prok prok

Aku seorang kapiten

Balonku Ada Lima

Balonku ada lima Rupa-rupa warnanya Hijau kuning kelabu Merah muda dan biru Meletus balon hijau DOOOR

Hatiku sangat kacau Balonku tinggal empat

Kupegang erat-erat

Bintang Kecil

Bintang kecil Di langit yang biru / tinggi

Amat banyak Menghias angkasa

Aku ingin Terbang dan menari

Jauh tinggi Ke tempat kau berada

Bangun Tidur

Bangun tidur kuterus mandi Tidak lupa menggosok gigi Habis mandi kutolong ibu Membersihkan tempat tidurku

(10)

Sumber Bacaan:

Handoyo, MPH. 2005. Autisma. Gramedia, Jakarta. Djohan. 2005. Psikologi Musik. Buku Baik, Yogyakarta.

Monks/Knoer/S.R. Haditono. Psikologi Perkembangan. GajahMada University Press, Yogyakarta.

http/www.terapimusik.com. 6 agustus 2008

Biodata:

Dr. Diah Uswatun Nurhayati

Widyaiswara PPPPTK Seni Budaya Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan pembelajaran kontekstual pada tingkat SMA dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada

butir-butir atau bagian dari padanya yang tercantum dalam Ikhtisar menderita suatu kerugian atau kerusakan fisik, yang tidak terduga dan tiba-tiba dari sebab apapun, selain

Bishop (2009) explains that compound words are words composed of two or more free morphemes that have a single meaning that maintains some of the meaning of the

Hipotes yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan negatif antara self image dengan impulsive buying terhadap produk fashion pada dewasa

Metode penyelesaian dengan menggunakan A3 Report terdiri dari beberapa langkah yaitu, background, clarifiy the problem, breakdown the problem, target setting, root cause

Kotoran ayam petelur dan konsentrasi EM4 (K2 dan K3) memiliki tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang kurang baik terhadap rumput Setaria sphacelata yaitu dengan

- Bahwa namun dengan memperhatikan azas keseimbangan keadilan bagi kedua belah pihak konsumen dan pelaku usaha, maka Mahkamah Agung menetapkan agar Termohon Kasasi (Pemohon

Teman – teman seperjuangan kami, khususnya mahasiswa Teknik Sipil Universitas Diponegoro Angkatan 2001, yang telah banyak membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini.. Begitu