• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. besar. Tinggi pohon dewasa mencapai m. Batang tanaman biasanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. besar. Tinggi pohon dewasa mencapai m. Batang tanaman biasanya"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Karet

1. Botani dan Morfologi Karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-28 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Dibeberapa kebun karet ada kecondongan arah yang tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. (Ali, 2009).

Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Species : Hevea brasiliensis Muell.-Arg

a. Akar

Tanaman karet memiliki sistem pperakaran tunggang dan perkaran serabut. Akar tunggang penanaman karet menembus kedalaman tanah menuju pusat bumi cukup dalam dank ooh, oleh karena tanam karet tahan terhadap kekeringan dan tidak gampang roboh, akar serabut tanaman karet tumbuh secara horizontal dan cukup dalam (Cahyono, 2010).

Sistem perakaran yang terbentuk dari 1 pohon karet adalah sekitar 15 % dari total berat kering 1 pohon dewasa. Penelitian perakaran pada tanaman yang

(2)

4

berumur sekitar 3 tahun mempunyai akar tunggang sepanjang 1,5 m dan akar samping 6-9 m. Pada umur 7-8 tahun panjang akar tuggang sekitar 24 m dan akar samping lebih dari 9 m. Secara normal akar samping akan menyebar sejauh percabangan, akar samping akan tumbuh secara horizontal pada kedalaman sekitar 30 cm dibawah permukaan tanah (Ali, 2009).

Akar samping mempunyai lapisan gabus, diameter akar sekitar 1 mm dengan warna kuning kecoklatan. Hasil penelitian akar pencari makan (feeder) pada pohon berumur 1-22 tahun menunjukkan tanaman yang berumur 3 tahun perakarannya akan terkonsentrasi sekitar pohon (Ali, 2009).

a) Batang

Batang tanaman karet berkayu keras dan memiliki banyak cabang atau ranting. Tanaman karet dapat tumbuh tinggi mencapai 28 meter atau lebih. Cabang-cabang batang tnmbuh menyudut dan beranting dengan memiliki daun- daun yang lebat. Batang tanaman memiliki lingkar batang yang dapat mencapai 120 cm. kulit batang menempel kuat pada kayu, berwarna coklat sampai coklat tua tergantung pada jenis klon.

Menurut Ali (2009), batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan mempunyai percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Batang merupakan bagian tumbuhan yang amat penting, batang memiliki peran:

1) Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu daun, bunga dan buah

(3)

5

2) Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan

3) Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas

4) Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan

5) Khusus pada tanaman karet, batang merupakan sumber produksi lateks. b. Daun

Daun merupakan suatu organ tumbuhan yang penting. Daun biasanya tipis, melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan khlorofil. Oleh karena itu daun berwana hijau, fungsi utama daun ialah menjalankan sintesis senyawa-senyawa organik dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi yang diperlukan, suatu proses yang dikenal dengan fotosintesis. Proses pengubahan energi berlangsung dalam organel sel khusus yang disebut khloroplas tempat penyimpanan pigmen khlorofil. (Ali, 2009)

Daun karet berwarna hijau, apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau kemerah-merahan. Biasanya tanaman mempunyai jadwal kerontokan daun pada setiap musim kemarau karena sifat tanaman menyesuaikan penguapan tanaman. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm dan anak daun 3-10 cm. (Ali, 2009)

Anak daun berbentuk eliptis memanjang dan tepinya rata dengan ujungnya meruncing. Kadar hara daun merupakan barometer akan kebutuhan hara atau

(4)

6

analisa daun merupakan alat diagnose untuk menentukan kebutuhan pupuk (Cahyono, 2010).

c. Bunga

Bunga merupakan organ reproduktif, bunga dibentuk oleh meristem apical khusus yang berkembang dari apex pucuk vegetative setelah dirangsang oleh faktor-faktor eksternal dan internal. Bunga terdiri atas sekumpulan daun yang khas : daun kelopak (sepal) , daun mahkota (petal) , benang sari (stamen) , dan daun buah (karpel).

Menurut Ali (2009), Kesemua sepal yang biasanya berwarna hijau secara kesatuan disebut kelopak bunga (kalix) , semua petal yang biasanya berwarna-warni dan menarik, bersama-sama merupakan mahkota bunga (corolla). Setiap stamen terdiri atas tangkai filament yang mendukung kepala sari (anther) tempat serbuk sari berkembang. Serbuk sari berisi gamet jantan (sel sperma). Karpel berupa organ tunggal atau dapat sebagai kumpulan, dan membentuk putik (pistil) yang terdiri atas tiga buah yang dapat dibedakan :

1) Bagian dasar bakal buah (Ovarium)

2) Bagian tengah yang ramping kurus (Stilus) 3) Bagian atas kepala putik (Stigma)

Ovarium mengandung bakal biji (ovule) yang melekat pada papan biji (lokul), ovule ini menghasilkan gamet betina-sel telur. Serbuk sari disebarkan oleh angin atau serangga dari kepala sari yang masak ke kepala putik bunga. Proses ini disebut penyerbukan (polinasi). Serbuk sari berkecambah pada kepala

(5)

7

putik untuk membentuk tabung sari, yang berisi dua sel sperma ( Cahyono, 2010).

Bila tabung sari berhasil menembus bakal biji salah satu sel sperma membuahi sel telur dan terbentuklah zigot. Pada taraf ini karpel mulai tumbuh dan membentuk, selanjutnya ovule berubah menjadi biji embrio kemudian berkembang menjadi zigot. Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang.

Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng, pada ujungnya terdapat 5 tajuk yang sempit. Panjang tenda bunga 4 - 8 mm, bunga betina berambut vilt ukurannya sedikit lebih besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang 3. kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah 3 buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari tersusun menjadi satu tiang (Ali, 2009).

d. Buah dan Biji

Buah karet yang masih muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi coklat sampai hitam apabila sudah matang. Buah karet tidak berdaging dan tidak berair buahnya berbentuk bulat segitiga seperti belimbing dan berukuran sebesar buah apel atau sebesar buah tenes. Di dalam buah terdapat tiga ruangan dan masing-masing ruangan berisi 1 butir biji, proses pemasakan buah berlangsung selama 5,5 - 6 bulan sejak pembuangan.

Buah karet berbiji dan jumlah bijinya 3 butir secara keseluruhan buah karet terdiri atas tangkai buah, kulit buah, cangkang buah, dan biji. Biji karet berukuran sebesar telur burung puyuh bentuknya bulat agak lonjong, berwarna

(6)

8

coklat kehitaman, dan bersifat keras. Bobot biji karet berkisar antara 3,30 g - 4g. Biasanya jumlah biji disesuaikan dengan jumlah ruang pada buah karet. Ukuran biji besar dengan kulit yang keras (Ali, 2009).

2. Kesesuaian lahan tanaman karet

Seperti halnya tanaman lain, tanaman karet juga memiliki kriteria kesesuaian lahan yang tepat untuk tanaman itu tumbuh dengan baik, tanaman karet tumbuh dengan baik pada daerah tropis pada zona antara 150 LS dan 150 LU. Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai berikut:

Tabel 1. Kesesuaian Iklim tanaman karet

Parameter Faktor pembatas

Ringan Medium Berat

Tinggi tempat (m dpl) 0-200 200-400 > 400

Curah hujan (mm/th) 1600-2500 2500-3500 < 1.600. > 3500

Hari hujan/thn 80-110 111-150 > 150

Kelembbaban 70-80 80-90 > 90

Hujan pagi hari hr/th < 15 15-30 > 30

Bln kering/thn 2,1-4,0 1,1-2,0 0-1,0

4,1-5,0 > 5 Pohon rusak karena angin

s/d 15 thn (%)

≤ 10 25-Nov > 25

(7)

9 Tabel 2. Kesesuaian lahan tanaman karet

Parameter Faktor pembatas

Ringan Medium Berat

Bentuk muka lahan/besar lereng Datar s.d bergelombang Bergelombang s.d sedikit berbukit (kemiringan lahan 17-40%) Dataran rawa,berbukit s.d bergunung (kemiringan lahan > 40%) (kemiringan lahan 0-16%) Jeluk efektif > 100 cm 45-100 cm < 45 cm Batuan di permukaan dan di dlm tanah 0-15% 16-40%

Drainase tanah Sedang -Cepat -Sangat cepat

-Lambat -Sangat lambat Tekstur Liat 10-40%

Pasir/debu 50-70%,dgn liat 10-30%;

-Liat kuat (fraksi liat > 50%

tanah Debu 20-50% Pasir/debu 0-20%

dgn liat 40-50% -pasir/debu > 70% Pasir 20-50% Status hara lapisan 0-30 cm Tinggi s.d sangat

tinggi Sedang Rendah

pH tanah 4,5-5,5 5,6-6,5 > 6,5 , < 4,5 Sumber : Sumber : Pusat penelitian karet. Bahan ajar Stipap medan.

B. Tanah Gambut

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organic (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara (Agus dan Subiksa, 2008).

Dikutip dari buku Lahan Gambut penulis Muhaamad Noor Menurut Notohadiprawiro (1979) gambut atau rawa yang ada di Kalimantan, Sumatera,

(8)

10

dan Papua lebih berifat bog (bahan penyusun terdiri dari tanaman pohon hutan kayu), sedangkan rawa atau gambut yang berada di Jawa lebih bersifat sebagai marsh (bahan penyusun terdiri dari tanaman air dan rerumputan).

1. Jenis-jenis tanah gambut

a. Jenis gambut menurut kondisi dan sifat-sifatnya,antara lain: 1) Gambut topogen

Gambut topogen ialah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai. 2) Gambut ombrogen

Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0–4,5), mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat (Noor, 2010).

(9)

11

b. Jenis gambut menurut kedalamannya, antara lain: Tabel 3. Tingkat kedalaman tanah gambut

N0 Jenis gambut Tingkat kedalaman (m)

1 Gambut dangkal 0.5 - 1

2 Gambut sedang 1 - 2

3 Gambut dalam 2 - 3

4 Gambut sangat dalam > 3

5 Lahan bergambut < 0.5

Sumber : Noor M et al, 2010

c. Berdasarkan tingkat kematangannya, antara lain:

Menurut Najiyati dkk (2005), gambut diklasifikasikan berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan menjadi 3 tingkat kematangan, Fibrik (muda), Hemik (sedang), dan Safrik (Tua). Untuk lebih jelasnya berikut Tabel tingkat kematangan tanah gambut:

Tabel 4. Tingkat kematangan tanah gambut

No Fase Tingkat Kematanagan Volume serat Berat jenis (g/cm3)

1 Fibrik Rendah 2-3 < 0.1

2 Hemik Sedang 1/3-2/3 0.1-0.2

3 Saprik Tinggi 1-3 > 0.2

Sumber : Noor M et al, 2010.

2. Ciri-ciri gambut secara umum

a. Warna

Gambut berwarna coklat tua sampai kehitaman, bahan asalnya berwarna kelabu, coklat, atau kemerah-merahan, tetapi setelah mengalami dekomposisi muncul senyawa-senyawa humik berwarna gelap (Noor, 2010).

(10)

12 b. Kemasaman tanah

Tanah gambut umumnya memiliki tingkat kemasaman yang relative tinggi dengan kisaran pH 3-4. Sumber kemasaman tanah gambut adalah asam-asam organik dan firit. Tingkat kemasaman tanah gambut pengaruhi oleh kedalaman atau ketebalan tanah tersebut, tanah gambut yang berada pada permukaan memiliki tingkat kemasaman lebih tinggi dari pada tanah gambut yg berada pada lapisan dalam (Noor, 2010).

c. Hara

Susunan kandungan unsur hara dan senyawa organik dalam dalam tanah gambut sangat beragam, tergantung pada jenis jaringan penyusun gambut dan lingkungan pembentukan. Senyawa organik utama yang terdapat dalam gambut antara lain hemiselulosa, selulosa, dan lignin (Noor, 2010).

C. Sistem penanaman karet pada lahan gambut

Sistem tanam di lahan gambut tidak jauh berbeda dengan system tanam pada tanah mineral, yang membedakan yaitu jarak tanam yang lebih rapat karena diharapkan tanaman tersebut dapat saling menopang sehingga meminimalisir tanaman yang tumbang.

Lubang tanam dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam dengan maksud agar ada kesempatan untuk diperiksa jumlah maupun ukurannya, tanah cukup matang dan tidak terburu-buru waktu tanam. Pada titik pancang dibuat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 40 .

(11)

13

Gambar 1. Lobang tanam

Pemupukan lubang tanam dilakukan menggunakan pupuk P, dosis anjuran adalah 250 g Rock Phospate per lubang tanam, pemupukan dilakukan kira-kira 1 bulan sebelum tanam, cara pemupukan lubang tanam dengan mencampur 1/3 bagian dosis dengan tanah atas, 1/3 lagi dicampur tanah bawah dan 1/3 sisanya ditabur di dinding dan dasar lubang (Siagian dkk, 2006).

D. Pemeliharaan Tanaman Karet belum menghasilkan (TBM)

Sejak bibit ditanam di kebun, selama masa pertumbuhan dan selama tanaman masih produktif harus dipelihara secara intensif. Pemeliharaan tanaman karet meliputi lima hal pohon, yaitu:

1. Inventarisasi tanaman

Inventarisasi tanaman pada masa TBM berguna untuk menentukan kebijakan selanjutnya pada program penyisipan, pemupukan dan pengendalian hama/penyakit. Inventarisasi tanaman yang mati, rusak, daun yang menggulung dan terserang penyakit mulai dilakukan tiga sampai empat minggu setelah penanaman dan segera diganti dengan tanaman yang sehat menggunakan bibit polibag stadia satu atau dua payung daun tua (Siagian dkk, 2009).

(12)

14

Dibuat pancang dan dengan tanda khusus pada titik-titik tanaman yang mati, rusak, abnormal, terserang penyakit dan tumbang. Jumlah baris dan tanaman perbaris dalam satu blok dicatat dikartu tanaman yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan 6 bulan sekali selama priode TBM (Siagian dkk, 2009).

2. Penyisipan/penyulaman

Penyisipan adalah tindakan pergantian tanaman karet yang mati dengan bibit karet yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman dan tinkat keseragaman. Pemeriksaan tanaman dilakukan selama dua minggu sekali dalam kurun waktu tiga bulan. Tanaman mati sesegera mungkin dengan bahan tanaman dari klon yang sama dan relatif sama umurnya atau lebih tua dari tanaman yang akan disulam.

Tabel 5. Jenis bibit untuk penyisipan

Umur tanaman di lapangan Jenis bibit untuk menyisip

3 bulan Okulasi polibag payung 1

6 bulan Okulasi polibag payung 2

> 1 tahun Stum tinggi

Sumber : Siagian et al, 2009. 3. Pemangkasan Tunas Palsu

Tunas-tunas yang tumbuhnya bukan dari mata okulasi adalah merupakan tunas-tunas palsu. Tunas-tuans palsu tersebut harus dipangkas semuanya agar semua bibit yang ditanam dapat tumbuh seragam. Bila tunas palsu tersebut tidak dipangkas akan menghambat pertumbuhan mata okulasi, bahkan menyebabkan mata okulasi tidak tumbuh (mati). Pemangkasan tunas palsu harus secepatnya dilakukan sebelum tunas palsu tersebut berkayu. Sehingga dalam masa

(13)

15

pertumbuhan bibit hanya punya satu tunas saja yang dipelihara tetap tumbuh dan berkembang, yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi.

Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada tunas dari mata okulasi. Pemangkasan tunas cabang tersebut bertujuan untuk mendapatkan bidang sadap yang baik, yaitu yang berbentuk bundar, lurus, dan tegak dengan tinggi 2,5 – 3 m. Pemangkasan tunas cabang tersebut harus cepat dilakukan sebelum tunas cabang berkayu. Karena pemangkasan tunas cabang yang telah berkayu dapat merusak batang. Sedangkan, tunas-tunas cabang yang tumbuh di atas ketinggian 3 m dari permukaan tanah dibiarkan. (Cahyono, 2010).

Gambar 2. Pemangkasan cabang tanaman karet 4. Induksi percabangan

Induksi percabangan dilakukan untuk menstabilkan atau menyeimbangkan tajuk yang lebih simetris, ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya 2,5-3 m dari pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk diatas ketimggian 3 m, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pertumbuhan cabang yang simetris atau seimbang. Terdapat

(14)

16

beberapa metode induksi percabangan yang sering dilakukan yaitu: Clipping, Folding, dan Topping.

Beberapa jenis klon lambat membentuk percabangan yang di sebabkan oleh sifat dominasi apical sangat kuat. Dominasi apical mendorong pertumbuhan tunas terminal tapi menghambat pertumbuhan tunas lateral sehingga menyebabkan tanaman tinggi / kurus. Untuk tanaman seperti itu diperlukan induksi percabangan (Siagian N, 2011).

Menurut Siagian (2011) syarat teknik induksi percabangan cabang yang ideal, adalah:

 Dapat menambah lilit batang

 Dapat dilakukan sedini mungkin pada tanaman muda dan relative tidak menimbulkan strees bagi tanaman.

 Tidak menghambat pertumbuhan tunas apical sehingga tetap ada batang utama yang lebih dominan sebagai leader

 Mudah dilaksanakan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, dan  Membentuk cabang normal dalam jumlah banyak (minimal 3-4 cabang) a. Clipping

Sebagian helaian daun pada payung teratas cukup tua (berumur 1,5-2 tahun) dipotong hingga tangkai daun, sehingga daun yang letaknya paling ujung saja. Dua-tiga minggu kemudian tuanas cabang akan tumbuh, pelihara cabang yang bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang dan serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang efisien, sebab cabang yang terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat keberhasilannya hanya 55% saja.

(15)

17

Gambar 3. Induksi percabangan tanaman karet (Clipping) b. Folding (penyanggulan)

Daun payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5-2 tahun diikat dengan tali atau kart menyerupai sanggul, apabila tunas cabang mulai tumbuh ikatan harus dilepas, jika tidak dilepas akan menyebabkan kematian pada daun payung teratas.

Gambar 4. Induksi percabangan tanaman karet (Folding) c. Topping (pemenggalan batang)

Topping dilakukan pada ketinggian 2,5-3 m dari pertautan okulasi sedikit di atas mata okulasi. Pemenggalan ini dilakukan pada watu tanaman berumur 2-3 tahun, dimana pada waktu tersebut tanaman sudah mencapai ketinggian kurang lebih lima meter, pemenggalan dilakukan pada awal musim hujan. Adapun tanaman yang sudah dapat dipenggal yang ketinggiannya kurang lebih 3 m

(16)

18

batangnya sudah berwarna coklat. Pemenggalan menggunakan gergaji kayu dan arah penggalan miring, setelah tunas tumbuh lakukan penyeleksian tunas sesuai dengan kebutuhan.

Induksi percabangan dengan cara topping sangat efektif akan tetapi memiliki kelemahan mudah terserang penyakit jamur upas dan tidak tahan terhadap hembusan angin, untuk itu topping dilakukan ketika metode induksi percabangan yang lain tidak berhasil. (Budiman, 2012).

Gambar 5. Induksi percabangan tanaman karet (Topping) 5. Pengendalian gulma

Tujuan dari pengendalian gulma pada masa TBM karet yaitu menekan gangguan dan kerugian yang ditimbulkan oleh gulma hingga sekecil mungkin, agar pertumbuhan dan produksi tanaman karet optimal serta kegiatan pemeliharaan lainnya tidak terganggu (Siagian dkk, 2009).

a. Pengendalian gulma secara manual

Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada tanaman yang berumur kurang dari setahun dengan cara menyiangi rumput secara melingkar dengan alat cangkul, koret, garpu, dan sabit dengan radius 50 cm dari pohon.

(17)

19

Pengendalian gulma dilakukan dengan penyiangan pada gawangan dengan rotasi 3 minggu sekali (tergantung kecepatan pertumbuhan gulma). Pengendalian ini memerlukan ketelitian dalam pelaksanaan untuk menghindari kerusakan tanaman karet. Tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan juga lebih banyak. Alternative lain pada teknik manual ini adalah pembabatan (Siagian dkk, 2009). b. Pengendalian gulma secara kultur teknis

Pengendalian dengan cara kultur teknis yang biasa dilakukan di perkebunan salah satunya yaitu dengan penanaman Legume cover corps (LCC), seperti Mucuna bracteata. Tujuannya adalah menekan pertumbuhan gulma, memperbaiki sifat fisik tanah, dna menghasilkan bahan organic yang cukup tinggi (Siagian dkk, 2009).

c. Pengendalian gulma secara khemis/kimia

Pengendalian secara kimia menggunakan herbisida sering dilakukan untuk tanaman berumur lebih dari satu tahun. Penyiangan dapat dilakukan secara melingkar ataupun mengikuti jaluran tanaman (stripan) dengan jarak 1,5-2 m dari tanaman.

Rotasi pengendalian gulma tergantung pada kecepatan pertumbuhan gulma yang tinggi penyiangan dilakukan 2 minggu sekali pada gulma yang tingkat pertumbuhannya lambat rotasi penyiangan yaitu 3-4 minggu sekali. Dosis herbisida yang digunakan tergatung pada komposisi gulma dilapangan. Alat yang digunakan adalah knapsack.

(18)

20

Berikut tabel dosis herbisida untuk pengendalian gulma tanaman karet: Tabel 6. Dosis herbisida untuk pengendalian gulma tanaman karet

Jenis gulma Bahan aktif produk Dosis

Eleusin indica Glyphosate Fluazifop _butyil Round up Kleen up Fusilada 1-2 ltr/ha 1-2 ltr/ha 1-2 ltr/ha Ottochloa nodosa Glyphosate Round up 1,5-2,5 ltr/ha Asystaria intrusa 2,4 D Amine +

Metasulfuron

2,4 D Amine + Ally 20 WDG

0,15-0,25 ltr/ha 75-150 gr Clidemia hirta Metasulfuron +

Paraquat Ally 20 WDG + Gramoxone 75-150 gr 1,0-1,5 ltr/ha Dicranopteris linearis Paraquat + Metasulfuron Gramoxone + Ally 20 WDG 1,5-2,0 ltr/ha + 75- 100 gr Setaria flicata Glyphosate Round up 2,0-2,5 ltr/ha Imperata cylindrica Glyphosate Round up 6,0-8,0 ltr/ha Sumber : Budiman, H. 2012. Budidaya Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

6. Pemupukan

Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet membutuhkan unsur hara, untuk itu dilakukan pemupukan dengan tujuan mengganti unsur hara yang kurang didapatkan oleh tanaman dari tanah. Terdapat tiga faktor utama yang berpengaruh secara langsung kepada efektifitas dan efisiensi pemupukan, yaitu: a. Dosis pupuk

Cara terbaik untuk menentukan kebutuhan hara pupuk tanaman karet ialah melalui analisa tanah dan analisis tanaman (daun). Pelaksanaan analisi tanah bertujuan untuk mengetahui kondisi karakteristik tanah, hasil analisis tanah dapat mengetahui status kesuburan tanah serta sifat-sifat tanah yang mempengaruhi efektifitas pemupukan seperti reaksi tanah (pH) dan kapasitas pertukaran kation.

(19)

21

Analisis tanah disarankan dilakukan setiap priode 2-4 tahun atau tergantung dari jenis tanaman yang diusahakan.

Analisa daun merupakan salah satu parameter utama yang dipertimbangkan dalam penentuan dosis pupuk. Dari hasil analisa daun dapat diketahui tingkat kesehatan tanaman berdasarkan status hara dalam daun, yang mengkombinasikan dengan penilaian terhadap gejala defisiensi hara dalam daun secara visual. Frekuensi pengambilan contoh daun terbaik khususnya untuk tanaman karet disarankan dilakukan setiap tahun.

Jenis-jenis pupuk untuk tanaman karet yang sering digunakan adalah, UREA (kandungan unsur hara N 46%), SP36 (kandungan unsur hara P 36%), KCL (kandungan unsur hara K 60%) itu semua tergolong dalam jenis pupuk tunggal, selain itu bisa mengunakan jenis pupuk majemuk NPK dengan unsur hara N15%, P15%, K15% bisa juga dengan unsur hara N16%, P16%, K16% biasanya pupuk jenis ini ada tambahan satu unsur hara yaitu S (sulfur) yang sifatnya bisa menahan penyakit jamur pada batang karet.

Tabel 7. Rekomendasi dosis umum untuk pemupukan TBM karet 0-12 bulan Umur

(bulan)

Tanah subur (gr/pohon) Tanah tidak subur (gr/pohon) Urea TSP RP KCL Kies Urea TSP RP KCL Kies

0 - - 250^ - - - - 250^ - - 2 25 - - - - 25 - - - - 4 25 60 - 20 10 25 75 - 25 25 6 40 - - 30 - 50 - - 50 - 9 60 60 - 50 20 75 75 - 75 25 12 75 - - - - 100 - - - - jumlah 225 120 250 100 30 275 150 250 150 50 ^)pupuk lubang

(20)

22

Tabel 8. Rekomendasi dosis umum untuk pemupukan TBM karet umur 2-5 tahun Umur (Tahun) Urea TSP KCL Kieserit gr/pohon/tahun 2 250 175 200 75 3 250 200 200 100 4 300 250 250 100 5 300 250 250 100

Sumber : Siagian. Junaidi. Munthe. Sujanto. 2009. Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) Belum Menghasilkan.

b. Waktu pemupukan

Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan saat pemupukan yaitu: saat paling dibutuhkan oleh tanaman, daya larut hara pupuk didalam tanah, dan keadaan cuaca/curah hujan ≥ 60 mm/bulan. Saat yang paling tepat pemberian pupuk pada tanaman karet adalah pada saat tanaman sedang membentuk tunas-tunas baru (flush), setelah tanaman mengalami gugur daun alamiah (Siagian dkk, 2009).

Perlu diperhatikan lebih lanjut adalah pola gugur daun tanaman karet. Secara garis besar pola gugur daun tanaman karet dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu pola gugur daun serentak seperti klon seri AVROS, PR, PB, RRIM, dan RRIC, sedangkan klon seri GT1, BPM, dan TM, pola gugur daunnya bertahap. Tanaman dengan pola gugur daun serentak pemupukan dapat didahulukan dan tanaman yang pola gugur daun bertahap belakangan.

Jenis pupuk yang tergolong sangat lambat larut serperti jenis pupuk P (RP dan TSP), dapat diberikan sekali dalam setahun dan lebih awal saat menjelang gugur daun atau segera setelah gugur daun berakhir, sedangkan jenis pupuk yang mudah larut seperti jenis pupuk N (Urea dan ZA), K (MOP), dan Mg (Kies) menyusul kemudian (Setyamidjaja, 1993).

(21)

23 c. Cara pemupukan

Pupuk hendaknya diusahakan timbang tindih dengan penyebaran akar hara terbanyak. Untuk mengoptimalkan penyebaran hara pupuk, latek tebar pupuk hendaknya bebas persaingan dengan gulma. Oleh sebab itu diperlukan pengendalian gulma minimal 2 minggu sebelum pemupukan. Berdasarkan hal tersebut, letak tebar pupuk sesuai dengan perkembangan umur tanamn karet disajikan pada tabel berikut:

Tabel 9. Letak tebar pupuk menurut umur tanaman karet

Umur (tahun) Cara pemberian pupuk

12 bulan Merata melingkar dengan radius 30 - 50 cm dari pohon 2 - 3 Merata larikan/stripan 50 - 100 cm dari pohon

4 - 5 Merata larikan/stripan 100 - 150 cm ari pohon

Sumber : Siagian. Junaidi. Munthe. Sujanto. 2009. Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) Belum Menghasilkan.

7. Pengendalian hama-penyakit

Pada tanamna karet serangan penyakit lebih intensif bila dibandingkan dengan serangan hama. Penyakit yang menyerang tanaman belum menghasilkan karet terbagi menjadi penykit akar, dan penyakit daun.

a. Hama tanaman karet pada masa TBM

Berdasarkan Direktorat Perlindungan Perkebunan 2003 dikuti dari buku dengan penulis Muhammad Noor (2010) , jenis-jenis hama pada TBM karet yaitu: 1) Rayap, pengendalian hama rayap dilakukan dengan beberapa cara yaitu mencegah rayap memperoleh jalan masuk kedalam tanaman inang, mengurangi jumlah rayap yang ada di lokasi tanaman dan membuat tanaman itu sendiri memiliki ketahan terhadap serangan rayap.

(22)

24

2) Uret, pengendaliannya dengan cara mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dengan cara manual dan kemudian dimusnahkan.

3) Babi hutan, pengendaliannya dengan cara, sanitasi, fisik, biologi, dan kimiawi. b. Penyakit tanaman karet pada masa TBM

Menurut Sujatno dkk (2007) jenis-jenis penyakit pada TBM tanaman karet yaitu:

1) Jamur akar putih (Rigidoporus lignosus)

Gejala serangan JAP yaitu daun hijau kusam, menguning, tepi daun menggulung, lebih tebal, akar diliputi benang-benang jarum berwarna putih, jika terserang JAP akar tungganngnya tanaman akan tumbang tanpa gejala daun menguning, metode pengendaliannya JAP yaitu:

a) Kultur teknis

Kegiatan ayap akar saat penyiapan lahan untuk mengumpulkan sisa-sisa akar dan ranting yang dapat menjadi sumber inokulum JAP. Penanaman penutup tanah (LCC) akan mempercepat pelapukan sisa-sisaakar yang tertinggal sehingga akan mengurangi tingkat serangan JAP dan meningkatkan mikroba antagonis terhadap JAP. Kegiatan seleksi untuk memastikan bibit yang terinfeksi JAP tidak terbawa kelapangan.

b) Pengendalian hayati dengan Triko SP plus

Menaburkan biofungisida Triko SP berbahan aktif jamur Tricoderma sp yang mampu menekan penyebaran jamur Rigidoporus lignosus aplikasi dilakukan pada saat kondisi tanah lembab. Penaburan Trichoderma sp biofungisida Triko sp dengan dosis 75-100gr/pohon/aplikasi dengan interval 6 bulan sejak awal

(23)

25

penenman di lapangan merupakan salah satu upaya untuk menekan perkembangan JAP. Triko sp bersifat ramah lingkungan tidakmembahayakan kesehatan dan 20% lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan cara pengendalian kimiawi. c) Pengendalian secara kimiawi

Inspeksi serangan penyakit akar sebaiknya dilakukan berkala pada TBM setiap 6 bulan setelah tanam. Penyakit akar yang sering dijumpai dilapangan adalah penyakit jamur akar putih (JAP). Pengobatan JAP dapat dilakukan dengan cara menggali tanah disekitar pohon yang terdeteksi serangan, tanah digali sampai leher akar dan dilanjutkan bila akar lateral juga terserang.

Setelah tanah digali, akar kemudian dikerok dengan menggunakan sebilah bambu tipis untuk menghilangkan jamur yang melekat. Jika terdapat akar yang terinfeksi berat dan menunjukan gejala pembusukan, maka dilakukan pemahatan. Akar kemudian dibersihkan dengan kain lap dan diolesi dengan fungisida Anvil 50 CP yang telah dicampur dengan lateks.

Pencampuran Anvil 50 CP dilakukan dengan takaran 130cc fungisida ditambah 1000cc lateks denga DRC 40% dan diaduk selam 90 menit. Setelah dilakukan pengolesan secara merata akar dibiarkan terbuka beberapa saat kemudian timbun kembali dengan tanah yang belum terkontaminasi.

Pengendalian JAP juga dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan bahan kimia Bayfidan 250 EC. Pengobatan pada tanaman yang terserang dilakukan dengan cara penyiraman (drencing) 10 ml/2ltr air. Tricoderma sp merupakan jamur yang bersifat antagonis pada jamur akar putih jamur ini digunakan untuk pengendalian penyakit JAP secara biologi,

(24)

26

Trichoderma sp lebih menyukai kondisi tanah yang lebih masam antar pH 3,5-5,5 sedang JAP lebih menyukai kondisi tanah mendekati netral yakni pH 4,5-7,5 dan pertumbuhan terbai JAP pada pH 5,5-6,5 (Setyamidjaja, 1993).

2) Penyakit gugur daun

Penyakit gugur daun terdiri dari Corynespora cassicola, Colletrotichum gloeosporioides, dan Oidium hevea. Secara kultur teknis, penyakit gugur daun dapat dikendalikan dengan menurunkan kelembaban di dalam kebun dengan cara perbaiakan drainase, pengelolaan gulma secara normative, pemangkasan tajuk strata bawah yang tidak produktif sampai ketinggian 3-4 m dan pemupukan normal.

Tabel 10. Pengendalian penyakit daun tanaman karet secara kimia Patogen Fungisida Dosis

(kg/Ha) Cara Aplikasi

Interval (Hari) Corynespora Dithane M-45 1 Pengabutan atau Semprot 7 (5 ulangan) Benlet 80 WP 1,5 Antracol 75WP 1,5 Sportak 450EC 650 ml Colletotricum Sda Oidium

Belerang Cirrus 6-10 Pendebuan Sportak 450EC 650 ml Semprot

Sumber : Sujanto. Rahayu. Dan Suryaman. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit pada Tanaman Karet.

3) Jamur upas (Corticium salmonicolor)

Pengendalian dapat dilakukan secara kultur teknis dan kimiawi. Secara kultur teknis, pengendalian gulma secara intensif, pemangkasan tajuk, pembuatan parit agar tidak ada genangan air di dalam kebun dan pemupukan yang tepat sesuai anjuran atau mengacu pada rekomendasi pemupukan yang benar (Siagian dkk, 2007).

(25)

27 8. Pemeliharaan saluran air (drainase)

Perwatan saluran drainase di lahan gambut sangat perlu dilakukan karena parit sering tertimbun oleh longsoran tanah. Di tepian estate pemeliharaan saluran drainase dilakukan dengan pencucian parit, pencucian parit dilakukan berdasarkan kebutuhan, apabila parit telah banyak tertimbun maka pencucian parit harus segera dilakukan.

Pemeliharaan parit disini melakukan pengorekan tanah dan lumpur sampai pada kedalaman semula, serta mebuang rumput-rumput ditebing kanan kiri parit harus tetap dipelihara sebagai pencegah erosi. (Noor, 2010).

Gambar

Tabel 1. Kesesuaian Iklim tanaman karet
Tabel 4. Tingkat kematangan tanah gambut
Gambar 1. Lobang tanam
Tabel 5. Jenis bibit untuk penyisipan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar kajian teori, sel-sel epitelium tersusun kompak, terdapat perekat interselluler sehingga menyusun suatu kekuatan, dan disokong oleh suatu membran basalis

Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia sesuai dengan nilai-nilai dasar yang diyakini kebenarannya, dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dapat meningkatkan kedisiplinan anak pada kelompok bermain PAUD Amanah Kota

Viidessä nivelreuman kustannuksia tutkineissa tutkimuksissa on määritetty vain suorat kustannukset ja kahdeksassa suorien kustannusten lisäksi myös tuottavuuskustannukset..

Sist Berbasis Mikroprosesor Microprocessor Based Systems Lab 1 TF22087 A/B Prak. Sist Elektronis Electronic Systems Design Lab

Työkuormituksen määrää tutkittiin Siegristin kehittämällä ponnistelu–palkitsevuus -mallin (engl. Effort–Reward Imbalance) avulla, jossa työkuormitus muodostuu työn

Hasil wawancara dengan Drs. Qomaroni, MH., Hakim Mediator, Pengadilan Agama Boyolali, tanggal 23 Agustus 2017.. persidangan para pihak untuk selalu memikirkan akibat dari

Untuk menganalisis pengukuran kinerja dari elemen efektivitas, Tabel 3 menunjukkan hasil analisis yang disajikan dari data Indikator Kinerja yang berkaitan dengan